EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP DI MTs NU UNGARAN SKRIPSI Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Yuli Purwanti Hasanah NIM : 4401401024 Program Studi : Pendidikan Biologi JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
90
Embed
Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dan Jigsaw Dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Di Mts Nu Ungaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP DI MTs NU UNGARAN
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Yuli Purwanti Hasanah
NIM : 4401401024
Program Studi : Pendidikan Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
RANCANGAN SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII MTs NU UNGARAN
Oleh:
Yuli Purwanti Hasanah
4401401024
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
INSTRUMEN PENELITIAN
EFEKTIFITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN JIGSAW DALAM MATERI POKOK KLASIFIKASI
MAKHLUK HIDUP PADA SISWA KELAS VII MTs NU UNGARAN
Disusun oleh :
Yuli Purwanti Hasanah
4401401024
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan JIGSAW dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk
Hidup Di MTs NU Ungaran.
Telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 10 September 2007
PANITIA UJIAN
Ketua Sekreteris Drs. Kasmadi I. S., M.S. Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. NIP. 130781011 NIP. 130781009 Pembimbing I Penguji Utama Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. 1. Dr. Lisdiana, M.Si.NIP. 130781009 NIP. 131636150 Pembimbing II 2. Ir. Tuti Widianti, M. Biomed. NIP. 130781009 Drs. Sigit Saptono, M.Pd. NIP. 131931631
3. Drs. Sigit Saptono, M.Pd. NIP. 131931631
ii
ABSTRAK
Strategi belajar mengajar yang tepat diperlukan untuk meningkatkan
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dalam pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal. Salah satu upayanya dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan efektifitas penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VII MTs NU Ungaran. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII semester 2 MTs NU Ungaran. Sampel yang digunakan adalah kelas VIIA sebagai kelompok A yang diberi pembelajaran kooperatif STAD dan kelas VIIB sebagai kelompok B yang diberi pembelajaran kooperatif JIGSAW. Variabel bebas dalam penelitian ini penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dan variabel terikatnya yaitu hasil penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test kelompok A sebesar 45,714 dan kelompok B sebesar 44,315. Hasil uji-t diperoleh t hitung = - 0,85 < t tabel = 1,99. Hal ini berarti bahwa antara kelompok A dan kelompok B mempunyai kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi pokok klasifikasi makhluk hidup sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post-test kelompok A sebesar 69,01 dan kelompok B sebesar 64,14. Hasil uji-t data post-test diperoleh t hitung = 3,31 > t tabel = 2,88. Hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar biologi materi pokok klasifikasi makhluk hidup antara penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW karena rata-rata hasil belajar kelompok A lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelompok B. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif diterapkan pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup dibandingkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. Saran yang dapat penulis ajukan yaitu guru hendaknya mempertimbangkan penerapan metode pembelajaran kooperatif karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan perlu adanya dukungan dari pihak sekolah dalam pengenalan model pembelajaran kooperatif lebih dini agar penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal. Kata kunci : efektifitas, pembelajaran kooperatif, STAD, JIGSAW.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. Cukuplah Alloh sebagai penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung.
(QS. Ali ‘Imran : 173)
2. Dasar-dasar kesuksesan adalah bahwa Alloh ridha kepadamu, ridha kepada orang-orang
di sekitarmu, dan jiwamu ridha serta melakukan amalan yang membuahkan hasil.
(DR. ‘ Aidh Al-Qarni)
3. Bila kamu ingin tahu posisimu di sisi Alloh, lihatlah di mana posisi Alloh di hatimu.
Persembahan :
1. Bapak (Alm) dan Ibu tercinta, terima kasih atas
segala pengorbanan, doa dan kasih sayang yang tak
pernah pudar.
2. Kakak-kakakku: Mba Tuti, Mba Wied, Mba Ugi,
Mas Har, Mas Sofyan, dan Mas Drajat terima kasih
atas pengalaman hidup dan kasih sayang yang kalian
16. Lembar Penugasan I . ............................................................................. 113
17. Lembar Penugasan II. ............................................................................. 116
18. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.. ........................................................................................... 123
19. Cuplikan Hasil Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...................................................................................................... 124
20. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.. ........................................................................................... 125
21. Cuplikan Hasil Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...................................................................................................... 126
vii
22. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. ........................................................................................ 127
23. Cuplikan Hasil Wawancara Guru pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.................................................................................................. 128
24. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.. ....................................................................................... 129
25. Cuplikan Hasil Wawancara Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.................................................................................................. 130
26. Lembar Skor dan Penghargaan Kelompok STAD.................................. 131
27. Lembar Skor dan Penghargaan Kelompok JIGSAW. ............................ 133
30. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan STAD..................................... 138
31. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dengan JIGSAW.. .............................. 141
32. Rekap Hasil Observasi Tingkat Aktivitas Siswa.................................... 144
33. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya beda, dan Tingkat kesukaran Soal Uji Coba.......................................................................................... 145
36. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal.. ................................................... 151
37. Perhitungan Daya Pembeda Soal............................................................ 152
38. Data Hasil Pre-test Kelompok A............................................................ 153
39. Data Hasil Pre-test Kelompok B ............................................................ 154
40. Rekapitulasi Data Hasil Pre-test Kelompok A dan B.. ......................... 155
41. Mean matching, Varians matching, dan t matching kelompok A dan kelompok B............................................................................................. 156
42. Data Hasil Post-test Kelompok A .......................................................... 158
43. Data Hasil Post-test Kelompok B........................................................... 159
44. Rekapitulasi Data Hasil Post-test Kelompok A dan kelompok B ......... 160
viii
45. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelompok A. ................................... 161
46. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelompok B. ................................... 162
47. Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B............... 163
48. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B.......................... 164
49. Data Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelompok A dan B. ........................................... 165
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan strategi pembelajaran yang diharapkan mampu memperbaiki sistem
pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Salah satu tolok ukur
keberhasilan guru adalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang
optimal. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk
mengelola proses belajar mengajar.
Komunikasi dua arah secara timbal balik sangat diharapkan dalam
proses belajar mengajar, demi tercapainya interaksi belajar yang optimal, yang
pada akhirnya membawa kepada pencapaian sasaran hasil belajar yang
maksimal. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka perlu adanya
fasilitator yaitu guru, yang memiliki kemampuan untuk menciptakan situasi
belajar yang melibatkan siswa secara aktif sekaligus membangun motivasi
siswa. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan
pembelajaran dengan berbagai metode.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan guru Biologi kelas VII
MTs NU Ungaran, diperoleh keterangan bahwa metode yang sering digunakan
dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah metode ceramah. Guru
pernah mencoba menggunakan metode diskusi dan eksperimen untuk
meningkatkan pemahaman, akan tetapi usaha tersebut belum dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Hal ini dikarenakan kurangnya keaktifan serta motivasi
2
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu materi yang tersampaikan
belum dapat dipahami siswa dengan baik. Hal ini menyebabkan hasil belajar
siswa masih kurang. Hasil belajar siswa dikatakan baik, apabila nilai siswa
pada pokok bahasan tertentu adalah 65 atau lebih. Sedangkan hasil belajar
yang kurang baik apabila nilai siswa kurang dari 65. Ketentuan ini
berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal pada sekolah yang
bersangkutan.
Pada penelitian ini, peneliti memberikan solusi kepada guru Biologi
untuk menggunakan pembelajaran kooperatif karena dari beberapa penelitian
sebelumnya tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
menunjukkan bahwa hasil belajar akademik pada kelas kooperatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau
kompetitif (Wulandari, 2005). Sehingga dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif pada penelitian ini diharapkan tujuan IPA dapat tercapai yang
antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja
sama, berpikir kritis, dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi
akademiknya.
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang
rendah hasil belajarnya, karena pembelajaran ini dapat meningkatkan
motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama
(Nur dkk, 2000). Peran guru lebih ditekankan sebagai organisator kegiatan
belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk
belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus
3
dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan
bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok
klasifikasi makhluk hidup. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan materi ini
dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Selain itu, dalam materi ini banyak
terdapat nama-nama ilmiah sehingga siswa cukup kesulitan untuk
memahaminya. Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW, dengan
pertimbangan tipe STAD dan tipe JIGSAW adalah pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan melibatkan banyak siswa sehingga
dimungkinkan bagi siswa yang kesulitan akan tertolong dan materi yang sulit
akan lebih mudah untuk dipahami. Selain itu dengan pembelajaran ini akan
lebih menarik perhatian siswa dikarenakan pembelajaran semacam ini belum
pernah digunakan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi
dalam memahami konsep-konsep Biologi dan meminimalisasi tingkat
kesulitan belajar biologi khususnya pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup. Materi ini terdiri dari banyak subtopik sehingga diharapkan cocok
digunakan untuk penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
yang melibatkan banyak siswa yang dikelompok-kelompokkan, maka materi
yang cukup luas dan dikatakan siswa cukup sukar ini akan dapat terselesaikan
dengan baik dengan memanfaatkan teman satu kelompok.
Pada penelitian sebelumnya (Setiyawati, 2005), dijelaskan bahwa
dengan pembelajaran kooperatif yang berorientasi pada pembelajaran berpusat
pada siswa di mana peran aktif siswa dan guru dalam menciptakan suatu
lingkungan belajar yang kondusif yang sangat berpengaruh pada hasil belajar
4
siswa. Hasil–hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik–teknik
pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan dengan pengalaman–pengalaman belajar individual atau
kompetitif. Kompetensi dasar siswa yang mencapai hasil belajar sebesar 75%
atau lebih sebesar 82,60% dengan penilaian mencakup segi kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas dan dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif efektif untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa maka
peneliti akan melakukan penelitian yang bekerja sama dengan guru bidang
studi Biologi untuk mencoba memberikan pengalaman belajar kepada siswa
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW pada
materi pokok klasifikasi makhluk hidup. Diharapkan pembelajaran melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi pada umumnya dan pada
materi pokok klasifikasi makhluk hidup pada khususnya. Sehingga hasil dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pemilihan metode
pembelajaran yang tepat pada materi klasifikasi makhluk hidup maupun untuk
materi lainnya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu adakah perbedaan efektifitas model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dalam materi pokok klasifikasi
makhluk hidup di MTs NU Ungaran?
5
C. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam
memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul
“Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan JIGSAW
dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran”,
maka diperlukan adanya penjelasan yang terperinci, yaitu:
1. Efektifitas
Efektifitas adalah dapat membawa hasil atau berhasil guna, atau ada
efeknya (akibat, pengaruh). Dalam hal ini yang dimaksud efektifitas
adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW dapat
berhasil meningkatkan pemahaman siswa sehingga mempengaruhi
hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup.
2. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan
(KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah
mempraktikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan JIGSAW
dalam kegiatan belajar mengajar biologi pada materi pokok klasifikasi
makhluk hidup.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan
belajar kelompok, di mana siswa secara aktif melakukan diskusi, kerja
6
sama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai
peran dan tanggung jawab yang sama.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW merupakan
pembelajaran dengan menekankan kegiatan belajar kelompok. Pada
model ini terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan
kelompok ahli.
5. Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kurikulum 2006 mata pelajaran Sains untuk SMP dan MTs,
yang dipelajari pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup adalah
mengklasifikasikan atau mengelompokan makhluk hidup berdasarkan
ciri yang dimiliki.
Dengan demikian maksud judul di atas adalah untuk mengetahui
efektifitas model pembelajaran kooperatif STAD dan JIGSAW dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok klasifikasi makhluk
hidup.
D. TUJUAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk
mengetahui perbedaan efektifitas model pembelajaran kooperatif STAD
dan JIGSAW dalam materi pokok klasifikasi makhluk hidup di MTs NU
Ungaran.
7
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
masukan tentang cara belajar dengan model pembelajaran yang baru
dengan memanfaatkan teman satu kelompok sehingga siswa dapat
saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok, saling
mendengarkan, saling menghargai pendapat orang lain, serta yang
terpenting dapat meningkatkan prestasi belajar Biologi pada materi
pokok klasifikasi makhluk hidup.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran Biologi materi pokok
klasifikasi makhluk hidup, mengenai model pembelajaran yang
digunakan.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai alternatif
pembelajaran dalam rangka perbaikan proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan dan keterampilan
peneliti mengenai metode pembelajaran kooperatif (Cooperatif
Learning).
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003). Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
Ini berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan pada dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.
9
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak
belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat
menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga
kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan makin
banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang
bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu sendiri.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku
yang benar-benar disadari.
10
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
Untuk dapat belajar dengan baik maka diperlukan untuk menyusun
prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.
1). Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a). Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional;
b). Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
c). Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif;
d). Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2). Sesuai hakikat belajar
a). Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
b). Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
11
c). Belajar adalah proses kontinuitas (hubungan antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian
yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang
diharapkan.
3). Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a). Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa dapat mudah menangkap
pengertiannya;
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4). Syarat keberhasilan belajar
a). Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
b). Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena
keberhasilannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar dan
sistem instruksional (Slameto, 2003). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis seperti pendengaran dan penglihatan sangat
mempengaruhi segala kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini yang
12
termasuk kondisi fisiologis diantaranya yaitu kesegaran jasmani, keletihan,
kekurangan gizi, kurang tidur dan kesakitan yang diderita.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa
diantaranya adalah aspek intelegensi atau kecerdasan dan bakat, minat,
motivasi, perhatian, berpikir, ingatan atau lupa.
a. Intelegensi
Faktor intelegensi atau kecerdasan merupakan salah satu faktor
endogen yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar
siswa. Siswa yang intelegensinya rendah, sulit untuk mencapai
prestasi yang baik.
b. Bakat
Mengarahkan pendidikan dan pelajaran yang sesuai dengan bakat
siswa, jika sangat perlu. Karena pelajaran yang dipaksakan tanpa
memperhatikan bakat-bakat yang ada akan menjauhkan siswa dari
kemungkinan tercapainya tujuan yang diharapkan. Intelegensi,
perhatian, minat dan bakat satu sama lain saling melengkapi, karena
belum tentu siswa yang intelegensinya tinggi, prestasi belajarnya
baik, kalau tidak mempunyai dorongan dan kemauan yang kuat.
c. Minat
Apabila bahan pelajaran sesuai dengan keinginan siswa, maka siswa
akan belajar dengan sungguh-sungguh, sebaliknya jika pelajaran
tidak menarik maka akan menimbulkan kelesuan pada minat belajar
13
siswa. Dalam hal ini membutuhkan peran penting guru dalam dengan
usaha dan bantuannya untuk meningkatkan minat belajar siswa pada
pelajaran yang diajarkan. Secara psikologis, minat dimasukkan
dalam kategori faktor yang mempengaruhi proses belajar hingga
hasil belajar pada diri siswa. Minat merupakan kekuatan potensial
yang dapat membangkitkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Minat dan konsentrasi belajar merupakan faktor yang berkaitan.
Konsentrasi sering ditimbulkan oleh adanya minat terhadap sesuatu
bahan pelajaran yang dipelajari. Konsentrasi yang baik apabila ada
perhatian terhadap bahan yang dipelajari. Perhatian itu muncul jika
ada minat, oleh karena itu siswa harus mempunyai minat yang besar
terhadap bahan yang dipelajari.
d. Motivasi
Motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Motivasi dibedakan
menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak atau keinginan
bertindak atau keinginan belajar yang disebabkan faktor pendorong
dari dalam diri individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
motivasi belajar yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan
dari luar dalam hal ini adalah motivasi dari orang tua, guru, dan
teman sekolah.
14
e. Perhatian
Adanya perhatian siswa terhadap pelajaran yang dihadapi, sangat
penting untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik. Bahan belajar
yang tidak menarik perhatian siswa, akan membosankan. Karena
bosan siswa tidak mau belajar dan sebagai hasilnya, prestasi menjadi
rendah atau menurun. Untuk menimbulkan perhatian diperlukan
motivasi. Dalam hal ini orang tua di rumah sangat diharapkan
peranannya. Kalau kebosanan terjadi di sekolah maka guru dapat
mengarahkan agar perhatian siswa terhadap pelajaran ada.
f. Berpikir
Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru
secara mandiri, sehingga siswa diminta untuk memikirkan jawaban
pertanyaan tersebut untuk beberapa saat.
3. Faktor Lingkungan Belajar
Faktor lingkungan belajar menurut Slameto (2003) dapat
dibedakan menjadi beberapa faktor, diantaranya lingkungan dalam sekolah
dan lingkungan luar sekolah yang masing-masing dapat dibedakan lagi
atas lingkungan alam, lingkungan fisik dan sosial. Faktor lingkungan
belajar di dalam sekolah mencakup keadaan suhu, kelembaban dan
pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang semuanya mencakup
sistem ventilasi dan penerangan ruangan.
Faktor lingkungan belajar di luar sekolah mencakup topografi,
flora, fauna, dan jenis mata pencaharian penduduk sekitar yang dapat
15
dijadikan sumber bahan belajar dan sumber inspirasi bagi warga sekolah
dalam menunjang proses belajar mengajar yang baik.
4. Faktor Sistem Instruksional
Aspek sistem instruksional yang dapat memepengaruhi proses belajar
mengajar adalah kurikulum, bahan belajar yang mempengaruhi strategi
belajar yang akan digunakan dan metode penyajian.
Secara umum faktor–faktor yang mempengaruhi proses dan
prestasi belajar dapat dilihat pada gambar berikut ini,
Gambar 1. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar.
B. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran
kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat
saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995
dalam Nur dkk, 2000).
16
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kepada siswa
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan
baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya,
menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai
membantu yang lebih lemah, dst.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang
berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja
dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat
temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing kelompok
menyajikan hasil pekerjaannya di depan kelas untuk didiskusikan dengan
seluruh siswa.
Ada empat prinsip pembelajaran kooperatif jika kita ingin
menerapkannya, yaitu:
1. Terjadinya saling ketergantungan secara positif (positive interdependence).
Siswa berkelompok, saling bekerja sama dan mereka menyadari bahwa
meraka saling membutuhkan satu sama lain.
2. Terbentuknya tanggung jawab personal (individual accountability). Setiap
anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk belajar dan
mengemukakan pendapatnya sebagai sumbang saran dalam kelompok.
17
3. Terjadinya keseimbangan dan keputusan bersama dalam kelompok (equal
participation). Dalam kelompok tidak hanya seorang atau orang tertentu
saja yang berperan, melainkan ada keseimbangan antarpersonal dalam
kelompok.
4. Interaksi menyeluruh (simultaneous interaction). Setiap anggota kelompok
memiliki tugas masing-masing secara proporsional dan secara simultan
mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial
pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 siswa, dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari
campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman
yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri
diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya
menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di
18
lembar diskusi siswa (LDS). Apabila seorang siswa memiliki pertanyaan,
teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan
jawabannya kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok,
guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan
mengamati bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran kooperatif dapat
membuat siswa menverbalisasi gagasan-gagasan dan dapat mendorong
munculnya refleksi yang mengarah pada konsep-konsep secara aktif.
Pada saatnya, kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang
cukup untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak
bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus
menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.
1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
motivasi siswa untu belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian
informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru
pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari
pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan
mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap
usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran
kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.
19
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
FASE KEGIATAN GURU Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5 Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasi-hasil pekerjaan mereka.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(Sumber : Nur dkk, 2000)
2. Keterampilan-keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi
saja, tetapi siswa juga diajarkan keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif (Nur dkk, 2000). Keterampilan kooperatif ini
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota kelompok
20
selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara
lain sebagai sebagai berikut:
a. Keterampilan tingkat awal
1. Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
2. Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang
dikatakan atau dikerjakan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap anggota kelompok tidak harus selalu setuju dengan anggota
lain, dapat saja dikritik oleh anggota lain dan kritikan ini ditujukan
terhadap ide dan tidak individu.
3. Mengambil giliran dan berbagi tugas.
Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggung
jawab tertentu dalam kelompok.
4. Berada dalam kelompok.
Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja
selama kegiatan berlangsung
5. Berada dalam tugas.
Artinya bahwa meneruskan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang
dibutuhkan.
21
6. Mendorong partisipasi.
Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.
7. Mengundang orang lain
Mengundang orang lain dalam hal ini adalah mengajak orang lain
untuk dapat bekerja sama, berpikir, dan bertukar pendapat serta
menyelesaikan tugas dalam kerja kelompok
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
Tugas yang diberikan untuk didiskusikan dalam kelompok dapat
terselesaikan secara baik sesuai waktu yang ditentukan.
9. Menghormati perbedaan individu
Setiap individu dalam kelompok kemungkinan mempunyai
pendapat yang berbeda-beda, sehingga diharapkan individu lain
dalam keompok dapat menerima dan menghormati pendapat yang
berbeda tersebut.
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan
simpati. Hal ini tergantung dari kreatifitas guru, bisa dengan
memberikan ucapan selamat atau memberikan hadiah, dan lain-lain.
Selain itu yang termasuk keterampilan tingkat menengah yaitu
mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima,
mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman,
menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, serta mengurangi situasi
tegang.
22
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan
cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
3. Lingkungan belajar dan sistem manajemen.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu
struktur tingkat tinggi dalam pembetukan kelompok dan mendefinisikan
semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari
waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Agar pelajaran dengan
pembelajaran kooperatif menjadi sukses, materi pelajaran yang lengkap
harus tersedia di ruang guru atau di perpustakaan atau di pusat media.
Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kecenderungan
dalam kerja kelompok dimana terdapat siswa yang mendominasi dan siswa
yang hanya menggantungkan siswa lain dalam kerja kelompok tersebut.
4. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Ada empat metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yang dapat diterapkan dalam strategi pembelajaran, yaitu:
a. Student Teams Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif ini terdapat tim-tim heterogen dimana siswa
saling membantu satu sama lain, belajar dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.
23
b. JIGSAW
Di dalam JIGSAW, setiap anggota tim bertanggung jawab untuk
menentukan materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya,
kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman sekelompoknya
yang lain.
c. Investigasi Kelompok (IK)
Dalam model IK, siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat
merencanakan baik topik untuk dipelajari maupun prosedur
penyelidikan yang digunakan.
d. Pendekatan Struktural
Dalam pendekatan struktural, tim mungkin bervariasi dari 2 - 6
anggota dan struktur tugas mungkin ditekankan pada tujuan-tujuan
sosial atau akademik.
C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
STAD (Student Team Achievement Division) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan dalam
pembelajaran pada umumnya. Secara garis besar model ini terdiri dari 4
langkah, yaitu:
1. Pembentukan kelompok heterogen
Pembentukan kelompok ditentukan oleh guru. Guru lebih tahu siswa mana
yang pandai dan yang lemah. Secara heterogen (memperhatikan gender,
pandai-lemah, leader-anggota) guru membuat kelompok-kelompok kecil,
3-5 siswa untuk setiap kelompok.
24
2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok
Guru memberikan informasi kepada siswa berkenaan dengan kegiatan
yang akan dilakukan siswa serta relevansi kegiatan dengan materi
pelajaran. Pada saat penjelasan siswa sudah duduk dalam kelompoknya.
Selanjutnya, siswa melakukan diskusi sesuai arahan guru berdasarkan LKS
atau bentuk tugas yang lain. Jika terdapat kesulitan dalam hal interpretasi
petunjuk, siswa biasa minta bantuan guru.
3. Pelaksanaan kuis atau evaluasi
Setelah diskusi, guru memberikan tes/kuis yang harus dikerjakan oleh
siswa secara individu.
4. Pemberian penghargaan
Kelompok yang rata-rata nilai setiap anggotanya paling bagus pantas
diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai dasar
pembentukan kelompok baru untuk topik selanjutnya.
25
Secara skematis, model STAD dapat dilihat pada gambar berikut.
Setiap kelompok tediri dari 4 orang siswa yang mempunyai nama kelompok tersendiri, tiap siswa mempunyai fungsi:
- siswa 1 menulis dan mambaca soal - Siswa 2 menerjemahkan dan
menggali maksud soal - Siswa 3 menjawab dan menulis
jawaban - Siswa 4 mengoreksi ulang soal dan
jawaban
PEMBENTUKAN KELOMPOK HETEROGEN
PEMBERIAN MATERI PELAJARAN DAN
KEGIATAN KELOMPOK
Guru memberikan penyajian suatu materi pelajaran melalui metode ceramah, pengamatan atau membahas buku teks, siswa sudah berada dalam kelompoknya
PELAKSANAAN KUIS DAN EVALUASI
Skor tes Sumbangan skor kelompok
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (betul semua) 40
PEMBERIAN PENGHARGAAN
KELOMPOK
Jumlah skor masing-masing individu dijumlahkan dibagi dengan jumlah individu, sehingga didapat rata-rata nilai, dengan criteria penilaian: - Kelompok dengan skor rata-rata 15,
sebagai GOOD TEAMS - Kelompok dengan skor rata-rata 20,
sebagai GREAT TEAMS - Kelompok dengan skor rata-rata 25,
sebagai SUPER TEAMS Great Teams dan Super Teams diberikan penghargaan berupa semacam kartu ucapanatau yang lainnya bergantung kreativitas guru.
Gambar 2. Skema model Pembelajaran STAD (Saptono, 2003)
26
Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif belum banyak
diterapkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dikarenakan kebanyakan
pelajar atau guru enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan
yakni, menurut Slavin dalam Soewarso (1998) mengatakan adanya beberapa
masalah dalam menerapkan strategi belajar bersama di kelas yaitu ramai,
gagal untuk saling mengenal, perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang
kurang efektif. Selain itu kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi pada
pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling mujarab
untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri
c. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak
dapat dipenuhi
d. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Meskipun ada banyak kelemahan yang timbul, menurut Soewarso
(1998) pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki keuntungan yakni:
a. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu
oleh anggota kelompoknya.
27
c. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan
pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama.
d. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga
diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi
siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
D. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
Model pembelajaran JIGSAW dapat diterapkan pada pembelajaran
Biologi. Pada dasarnya, jika guru akan menerapkan model pembelajaran ini
yang perlu diperhatikan adalah topik yang memuat sub-sub topik. Pada model
JIGSAW ini terdapat 2 macam kelompok, yaitu kelompok asal/dasar dan
kelompok ahli.
28
Secara skematis langkah-langkah pembelajarannya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Kelompok as
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ & β
δ γ
χ χ χ
χ χ
Kelompok ahli
Gambar 3. Skema kerja kelompok pada model JIGSAW (Nur dkk, 2000)
Keterangan:
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, tiap siswa diberi nomor.
2. Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan atau dalam bentuk LKS.
3. Masing-masing siswa dalam kelompok asal yang sama mempelajari materi yang berbeda satu sama lain.
4. Siswa dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama, selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain guna membentuk kelompok gabungan (kelompok ahli). Dalam kelompok ahli, mereka membahas materi yang sama.
5. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota dari kelompok ahli harus kembali ke kelompok asalnya. Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai memberikan penjelasan kepada teman sekelompoknya.
6. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara acak kepada siswa dengan menyebutkan nomornya.
7. Selanjutnya diadakan tes individual. Seperti pada STAD, model JIGSAW juga memberi penghargaan kepada kelompok yang anggotanya memperoleh nilai tinggi.
29
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe
JIGSAW adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara
siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda
b. Menerapkan bimbingan sesama teman
c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
d. Memperbaiki kehadiran
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
f. Sikap apatis berkurang
g. Pemahaman materi lebih mendalam
h. Meningkatkan motivasi belajar
2. Kelemahan
a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam
pelaksanaan diskusi.
b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,
misal jika ada anggota yang hanya membonceng dan
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang
belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah
posisi yang dapat menimbulkan gaduh.
30
E. MATA PELAJARAN BIOLOGI
1. Pengertian mata pelajaran biologi
Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga
negara yang bertanggungjawab kepada lingkungan, masyarakat, bangsa,
negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Biologi
berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang pendidikan
Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Oleh
karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh
indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar
dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
mengolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan
secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk
menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Pada dasarnya, pelajaran Biologi berupaya untuk membekali siswa
dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan
yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
2. Fungsi dan tujuan mata pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kesadaran
terhadap keindahan dan keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai warga negara yang
menguasai sains dan teknologi untuk meningkatkan mutu kehidupan dan
melanjutkan pendidikan (Depdiknas, 2003).
31
Depdiknas (2003) menyatakan bahwa mata pelajaran biologi bertujuan
untuk:
a. Memahami konsep-konsep Biologi dan saling keterkaitannya.
b. Mengembangkan keterampilan dasar Biologi untuk menumbuhkan nilai
serta sikap ilmiah.
c. Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan karya
teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
d. Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan proses kehidupan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
f. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.
3. Standar kompetensi mata pelajaran biologi di SMP
Standar kompetensi menggambarkan kemampuan siswa yang sifatnya
terukur, yang harus dikembangkan selama proses pembelajaran. Standar
kompetensi yang digunakan pada materi pokok keanekaragaman makhluk
hidup adalah standar kompetensi 6 yaitu siswa mampu memahami
keanekaragaman makhluk hidup khususnya pada kompetensi dasar 6.2 yaitu
siswa mampu mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki dengan indikator yang akan dicapai adalah:
a. Siswa mampu membuat perbandingan ciri-ciri khusus tiap kingdom
b. Siswa mampu membedakan makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya
berdasarkan ciri khusus kehidupan yang dimilikinya.
32
c. Siswa mampu mendeskripsikan pentingnya dilakukan klasifikasi makhluk
hidup.
d. Siswa mampu mengklasifikasi beberapa makhluk hidup di sekitar berdasar
ciri yang diamati.
4. Materi pokok klasifikasi makhluk hidup
Klasifikasi makhluk hidup dibagi menjadi 5 kingdom, sudah terjadi
perkembangan klasifikasi mulai dari 2 kingdom (hewan dan tumbuhan)
menjadi 2 kerajaan / kingdom yaitu hewan, tumbuhan dan protista, lalu
menjadi 4 kerajaan yakni tumbuhan, hewan, protista dan monera.
Klasifikasi 5 kingdom dikemukakan oleh Robert H. Whittaher
(1969). Yang mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 kingdom sebagai
berikut yaitu kingdom monera, kingdom protista, kingdom fungi, kingdom
Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Tidak diterbitkan.
Setiyawati, A. 2005. Peningkatan kualitas proses pembelajaran konsep klasifikasi dan keanekaragaman tumbuhan biji dengan strategi STAD pada siswa SMP Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N & Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, N. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soewarso. 1998. ”Menggunakan strategi komparatif learning di dalam pendidikan ilmu pengetahuan sosial : Edukasi”. No. 01 hal. 16-25.
Wulandari, R. 2005. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Pada Siswa Kelas II Semester I SMPN 13 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. Semarang: UNNES.
Yamin, M. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.