BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi salah satu tugas guru untuk menciptakan pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dengan pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan maka siswa akan senang mengikuti proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembelajaran apapun yang
dilakukan dengan senang akan mencapai hasil yang lebih optimal
daripada yang dilakukan dengan terpaksa dan tanpa gairah. Untuk
menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan diperlukan
beberapa syarat diantaranya adalah kemampuan guru dalam membawakan
pelajaran, sarana pembelajaran serta metode pembelajaran.
Metode pembelajaran diperlukan bukan hanya untuk menjadikan
proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan tetapi juga
diperlukan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
(menyeluruh) terhudap materi pembelajaran. Metode pembelajaran juga
menjadi jembatan untuk memahami konsep-konsep yang sulit dijelakan
hanya secara tertulis atau lisan. Dengan metode pembelajaran maka
materi pembelajaran yang sulit dijelaskan dengan kata-kata akan
lebih mudah dimengerti dan dipahami siswa. Dengan pemahaman yang
baik terhadap materi pembelajaran maka diharapkan prestasi belajar
mata pelajaran Kimia siswa meningkat. Selain metode pembelajaran
yang juga penting untuk meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran Kimia adalah minat belajar yang benar. Sebab siswa yang
nilai hasil belajarnya kurang, belum tentu siswa tersebut kurang
pandai atau bodoh. Bisa jadi ada faktor lain yang menjadikan nilai
hasil belajarnya kurang seperti minat belajarnya yang belum benar.
Karena itu diperlukan bimbingan minat belajar yang benar dari guru
kepada siswa. Pentingnya metode pebelajaran dan minat belajar yang
benar akan berpengaruh terhadap mutu proses pembelajaran yang pada
giliranya juga akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan secara
keseluruhan. Minat belajar setiap siswa berbeda-beda, ada siswa
yang berminat sangat tinggi ada juga sebaliknya yang berminat
sangat rendah. Kurangnya minat itu ditunjukkan dengan banyak
Pekerjaan Rumah yang tidak dikerjakan, siswa yang tidak mau maju ke
depan mengerjakan soal, siswa yang kurang memperhatikan penjelasan
guru, tatapan matanya yang tidak konsentrasi terhadap jalannya
proses pembelajaran, nampak gelisah karena tidak bisa dan
sejenisnya. Sehingga proses belajar menjadi kurang efektif.
Keadaan ini juga diperparah dengan sebagian guru mengajar dengan
cara yang kaku dan tegang sehingga sebagian siswa takut pada
pelajaran karena juga takut kepada gurunya. Keadaan ini jika
dibiarkan tentu berakibat menjadi tidak baik. Oleh karena itu guru
harus bersama murid menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
meningkatkan minat sehingga siswa aktif belajar.Membangkitkan minat
kepada anak-anak memerlukan kesabaran dan waktu yang tidak pendek.
Sejak awal siswa sudah harus belajar, sehingga pada jenjang
pendidikan selanjutnya diharapkan minatnya menjadi terus terpupuk
dan terbina. Minat belajar akan menimbulkan keaktifan dan disiplin
dalam belajar. Untuk membangkitkan minat fungsi guru Kimia selain
sebagai pengajar dan pengawas juga sebagai peneliti dalam
melaksanakan pelajaran. Karena itu pengembangan minat di sekolah
memerlukan pengawasan dan latihan dari guru Kimia.
Bahan pelajaran yang diberikan akan kurang memberikan dorongan
kepada anak apabila penyampaiannya menggunakan strategi yang
rendah. Karena itulah kehadiran metode pembelajaran menempati
posisi yang penting dalam penyampaian bahan pelajaran.Bahan
pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode
pembelajaran justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Karena itu dapat dipahami bahwa metode
pembelajaran merupakan suatu cara yang memiliki nilai strategis
dalam kegiatan proese pembelajaran. Nilai strategisnya ialah metode
pembelajaran dapat mempengaruhi jalannya kegiatan proses
pembelajaran. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam
pemilihan dan penentuan metode pembelajaran sebelum kegiatan proses
pembelajaran dilaksanakan di kelas.
Melihat permasalahan diatas maka penulis bersama siswa membuat
model pembelajaran dengan metode diskusi kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari enam orang siswa. Komposisi kemampuan siswa seimbang
pada masing-masing kelompok. Artinya siswa berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah pada setiap kelompoknya. Masing-masing kelompok
berlomba untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Ketua
kelompok membagi soal ke dalam kelompok sehingga semua siswa
mengerjakan sesuai dengan kemampuannya. Dengan cara ini maka
kejenuhan dan rasa rendah bergairah diharapkan hilang sehingga
minat dan keaktifan dapat ditingkatkan. Guna mengembangkan metode
pembelajaran inilah penulis kemudian menjadikan masalah tersebut
sebagai bahan penelitian tindakan kelas. Penelitian ioni penulis
berikan judul PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN
MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X MAN PESANGGARAN-
BANYUWANGI.
B. Rumusan MasalahRumusan masalah yang penulis ajukan pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan minat dan keaktifan belajar
Kimia pada siswa?2. Apakah dengan metode diskusi kelompok dapat
membangkitkan minat dan aktifitas siswa dalam belajar Kimia ?
3. Sejauh manakah keberhasilan peningkatan minat dan keaktifan
yang dapat dicapai oleh siswa dengan metode diskusi kelompok
tersebut ?C. Tujuan PenelitianTujuan Classroom Action Research ini
adalah :
1. Meningkatkan minat dan keaktifan belajar Kimia pada siswa
sehingga kemampuan dan prestasinya meningkat.
2. Meningkatkan dan membangkitkan minat dan aktifitas siswa
dalam belajar Kimia.3. Mengukur keberhasilan metode diskusi
kelompok dalam meningkatkan minat dan keaktifan siswa melalui
kegiatan penelitian tindakan kelas.
D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini akan sangat bermanfaat
bagi guru Kimia karena :
1. Dengan penelitian ini akan dapat meningkatkan minat dan
keaktifan belajar Kimia pada siswa sehingga kemampuan dan
prestasinya meningkat.
2. Dengan penelitian ini akan meningkatkan dan membangkitkan
minat dan aktifitas siswa dalam belajar Kimia.
3. Melalui PTK ini maka guru dan siswa dapat mengukur
keberhasilan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan minat dan
keaktifan siswa melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa (1990 : 838) disebutkan, Minat adalah
perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, pendapat
atau keyakinan. Sementara itu menurut Afifuddin, Minat adalah
kecenderungan untuk menolak atau menerima objek berdasarkan atas
penilaian tinggi atau buruk (Afifuddin: 1998 : 111). Adapun menurut
Slameto, Minat merupakan sesuatu yang dipelajari dan minat
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta
menentukan bagaimana individu dalam kehidupan (Slameto; 1991 :
188).Berdasarkan beberapa kutipan pendapat tentang minat di atas,
kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan minat adalah
sesuatu perbuatan menolak atau menerima yang berdasarkan pada
pendirian atau keyakinan serta penilaian tinggi atau buruk, untuk
menentukan apa yang dicari dan akan diperoleh dalam kehidupan
individu.
Selain pengertian minat di atas, dipandang perlu kita berminat
tentang komponen yang terdapat dalam minat, bahwa minat sebagai
suatu tindakan atau perbuatan tidak terlepas dari sistem organisasi
pembentukan minat. Sehingga Winkel (1983 : 30) menyebutkan bahwa
minat merupakan sistem organisasi. Lebih lanjut ia mengatakan,
Minat merupakan suatu sistem organisasi dari tiga buah komponen
yaitu komponen kognisi, komponen perasaan dan komponen
kecenderungan bertindak, di mana selanjutnya kongisi, perasaan dan
kecenderungan bertindak dari seseorang dalam menghadapi suatu objek
disebut minat seseorang terhadap objek itu.Sebagai suatu sistem
organisasi, ada hubungan yang erat antara komponen minat yang satu
dengan yang lainnya. Artinya, kognisi individu terhadap suatu objek
akan mempengaruhi perasaan dan kecenderungan bertindak dari
individu itu terhadap objek yang dihadapi. Demikian pula jika
terjadi perubahan kognisi terhadap suatu objek akan menghasilkan
perubahan perasaan dan kecenderungan bertindak dalam suatu
individu, sehingga perkembangan seseorang akan berimplikasi pada
perubahan dan perkembangan minat dirinya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Idam Khalid, dkk, yang mengemukakan, Jika individu
berkembang maka kognisi, perasaan dan kecenderungan bertindak (yang
merupakan komponen minat ; dalam menghadapi suatu objek juga akan
berkembang (Idam Khalid, dkk; 1993 : 9)
Dari paparan di atas dapat diartikan bahwa minat berkembang
sesuai dengan perkembangan usia kronologis dan ditambah dengan
besarnya pengamatan yang dilakukan oleh individu. Adapun sistem
minat yang dimiliki oleh setiap individu mempunyai susunan yang
sangat kompleks dan rumit. Sehingga minat individu dalam menghadapi
suatu problem dapat dimungkinkan sama atau berbeda dengan tanggapan
dan minat individu lainnya. Hal ini disebabkan karena minat setiap
individu dalam menghadapi suatu objek tertentu sangat dipengaruhi
oleh komponen-komponen pembentuk minat tergantung pada sejauh mana
ke-komplek-an sistem minat yang dipunyai oleh masing-masing
individu. Semakin kuat komponen-komponen pembentuk minat
mempengaruhi, termasuk nilai kekuatan saling pengaruh mempengaruhi
antar komponen dan semakin kompleknya sistem minat, maka semakin
tinggi pula nilai kekuatan minat yang dimunculkan oleh seseorang
terhadap suatu objek yang diminati. Nilai kekuatan yang terdapat
dalam minat dinyatakan sebagai valensi minat. Hal ini dikemukakan
oleh Winkel dengan menjelaskan, Valensi menunjukkan derajad
kepositifan atau kenegatifan dari komponen kognisi, perasaan dan
kecenderungan bertindak dari suatu sistem minat. (Winkel ; 1993 :
30)Adapun objek dari minat adalah segala sesuatu yang dihadapi oleh
individu. Namun menurut Idham Khalid, dkk, Individu tidak selalu
mengambil minat terhadap setiap objek yang ada pada lingkungan.
Individu akan memberikan tanggapan apabila tertarik terhadap
masalah itu. Selama jenis masalah yang dihadapi oleh individu
terbatas, maka jumlah minat yang ditunjukkan juga terbatas. (Idham
Khalid, dkk ; 1993 : 13)
Sampai pada pernyataan terakhir di atas penulis perlu memberi
penjelasan tanggapan bahwa yang dimaksud dengan kalimat Individu
tidak selalu mengambil minat terhadap setiap objek yang ada pada
lingkungan adalah bukan berarti tidak berminat melainkan minat yang
ada cenderung tidak tampak ke permukaan karena dianggap rendah
penting atau terlalu kecilnya objek (masalah) yang dihadapi atau
individu berminat acuh tak acuh.Sebagaimana yang dikemukakan dalam
pengertian minat bahwa komponen minat pada dasarnya terdiri dari
kognisi, perasaan dan kecenderungan bertindak. Komponen-komponen
dasar tersebut dapat dijabarkan dalam sub komponen yang lebih
rinci. Idham Khalid, dkk dengan merujuk pada pakar utamanya
pendapat Winkel (1983) memaparkan rincian sub komponen kognisi,
perasaan dan kecenderungan bertindak sebagai berikut :
Komponen kognisi mencakup kepercayaan individu terhadap suatu
objek, misalnya kepercayaan terhadap pengertian atau teori
keilmuan, sejarah pendidikan dan keilmuan, konsep-konsep ilmu
pengetahuan, manfaat dan fungsi pendidikan, dan sebagainya sehingga
dalam evaluasinya kognisi mencakup rasa senang atau tidak senang
keinginan atau ketidakinginan serta kebaikan atau keburukan dari
suatu objek tertentu. Komponen perasaan mencakup perasaan positif
dan negatif terhadap suatu objek ketika minat individu dikaitkan
dengan objek. Komponen perasaan berkaitan erat dengan beban
emosional individu terhadap suatu objek, sehingga menimbulkan rasa
suka atau tidak suka. Jika individu memiliki perasaan positif
terhadap suatu objek, maka individu itu dalam dirinya akan timbul
dorongan untuk mendekati (tidak menjauhi), senang
memperbincangkannya bahkan memberikan pembelaan terhadap objek
itu.
Sebaliknya jika dalam diri individu memiliki perasaan negatif
maka akan mendorong individu itu untuk menjauhi, menghindari atau
mengabaikan objek itu tanpa peduli akan kebenarannya. Adapun
komponen kecenderungan bertindak meliputi perangai atau tingkah
laku yang tercermin dalam tindakan positif maupun negatif. Komponen
kecenderungan bertindak sangat dipengaruhi oleh dua komponen
sebelumnya. Sehingga apabila individu memiliki pengakuan yang
tinggi melalui kepercayaan dirinya terhadap suatu objek dan dalam
perasaannya hadir emosional positif, maka kecenderungan
bertindaknya akan positif. Individu itu akan menjadikan objek
sebagai teman hidup, menghadiahi, merawat dan kalau objek itu
adalah pendidikan maka individu yang dimaksud akan
bersungguh-sungguh menekuni, mempelajari dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menguasai ilmu-ilmu yang ada dalam dunia pendidikan.
Tetapi, sebaliknya jika individu memiliki pengakuan yang tidak
tinggi terhadap sesuatu objek dan dalam perasaannya hadir emosional
negatif maka kecenderungan bertindaknya akan negatif. Artinya
individu itu boleh jadi akan bertindak membenci, menghalangi,
menghukum, merusak atau bahkan berbuat yang membahayakan objek
tersebut.Jika kita menelaah paparan di atas, kita dapat simpulkan
bahwa setiap sub komponen yang mewarnai komponen dasar minat
seseorang hirarkis lebih cenderung berawal dari tanggapan kognisi
dalam pikiran kemudian mempengaruhi kejiwaan minat dalam perasaan
dan bermuara pada ekspresi minat dalam action atau tindakan.
Minat yang muncul di tengah-tengah lingkungan oleh individu
tertentu hakekatnya merupakan aksi sosial dalam menanggapi suatu
objek. Sebagai aksi sosial minat timbul dari dorongan individu
sendiri dan juga dari dorongan lingkungannya. Dorongan dari dalam
dirinya pada umumnya berupa minat terhadap suatu objek. Sedangkan
pengaruh lingkungan dapat berupa informasi-informasi yang diserap
oleh individu. Makin besar minat dan makin banyak informasi yang
diterima oleh individu makin kompleks pula minat yang
dimilikinya.
Adapun cara-cara terbentuknya minat melalui beberapa cara. Dalam
hal ini, peneliti menyadur pendapat Slameto (1991) antara lain
:
1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula
melalui pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman
traumatik).
2. Melalui imitasi, peniruan yang terjadi tanpa disengaja atau
pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir ini, individu harus
mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model, di samping itu
diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenalkan dan
mengingat model yang hendak ditiru.3. Melalui sugesti, dalam hal
ini seseorang membentuk suatu minat terhadap objek tanpa alasan dan
pemikiran yang jelas, melainkan semata-mata karena pengaruh yang
datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam
pandangannya.
4. Melalui identifikasi, di sini seseorang meniru orang lain
atau organisasi tertentu yang didasari oleh suatu keterikatan
emosional sifat. Meniru dalam hal ini lebih banyak berusaha
menyamai. Identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dan
orang tua, bawahan dengan pimpinan atau siswa dengan guru.
Selain itu, hal-hal yang juga mendorong terbentuknya minat,
penulis mengemukakan pendapat Soeitoe yang dikutip oleh Assyari
(1999 : 13), yang menyatakan : Yang mendorong terhadap terbentuknya
minat antara lain : (1) Untuk memenuhi kebutuhan, (2) Diterimanya
informasi dari lingkungan dan (3) Terjadinya kelompok afiliasi
individu.
Berdasarkan pendapat Soeitoe di atas, Assyari menjelaskan bahwa
individu dalam menghadapi masalah akan selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya sehingga individu itu secara praktis akan
mengembangkan minat sukanya apabila dirasa objek yang dihadapi
dapat memenuhi kebutuhan dan akan pasif apabila objek yang dihadapi
tidak sanggup memenuhi kebutuhannya. Itulah sebabnya proses
pemenuhan kebutuhan merupakan salah satu faktor pembentuk minat.
Hal-hal yang dapat ditemukan di tengah-tengah masyarakat tentang
minat seperti apabila individu berhadapan dengan masyarakat yang
mampu memberikan fasilitas maka dalam diri individu akan timbul
rasa puas, sehingga terbentuk minat positif terhadap masyarakat di
sekitarnya. Sebaliknya, apabila objek (masyarakat) tidak sanggup
memberikan fasilitas atau bahkan menghalangi individu dalam
mencapai kebutuhannya maka akan timbul frustasi pada diri individu
sehingga terbentuk minat negatif terhadap masyarakat dan
sekitarnya.Sedangkan yang berkenaan dengan penerimaan informasi
tinggi melalui media baca, radio, atau televisi, setiap individu
akan sanggup menerima dan menghadapi secara selektif. Informasi
dalam hal ini, dapat berupa fakta-fakta ilmu pengetahuan, etika,
dan estetika. Dengan menanggapi fakta-fakta akan timbul kepercayaan
terhadap fakta-fakta yang pada akhirnya bermuara pada terbentuknya
minat. Informasi yang diserap oleh individu juga tergantung pada
otoritas individu. Individu dengan tingkat pendidikan dan
penghasilan yang lebih tinggi akan dapat menyerap informasi lebih
banyak dibandingkan dengan individu yang tingkat pendidikan dan
penghasilannya lebih rendah.Sementara itu Yasak (2001 : 23)
berpendapat, beberapa minat individu yang dibentuk akibat kelompok
afiliasi individu mencerminkan kecenderungan kepercayaan, nilai,
dan norma kelompok. Dan kecenderungan itulah yang secara otomatis
menjadi pendukung pembentukan minat masing-masing individu dalam
kelompok afiliasi. Seseorang akan menjadi anggota kelompok, apabila
kelompok afiliasi dianggap dapat memenuhi kebutuhannya untuk
mencapai cita-cita. Tujuan utama dari kelompok sangat mencerminkan
tujuan umum para anggotanya, sehingga kelompok yang lebih spesifik
seperti kelompok ilmiah lebih mudah memebuhi kebutuhan anggotanya
dibandingkan kelompok umum seperti himpunan siswa atau himpunan
kemasyarakatan pemuda.Selain faktor-faktor pembentuk minat di atas
terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat, yaitu
perasaan dan minat. Menururt Afifuddin (1998), Perasaan yaitu
keaktifan psikis yang menghayati nilai-nilai dari suatu objek.
Selanjutnya Abu Ahmadi, Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian
atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak
senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif. (Abu Ahmadi ; 1983 : 58)Perasaan merupakan faktor psikis
non-intelektual yang sangat berpengaruh terhadap kegairahan
bertindak. Dengan perasaan, seseorang akan mengadakan
penilaian-penilaian terhadap pengalaman. Penilaian positif akan
menimbulkan perasaan senang, tentram, bahagia, puas, simpati dan
lain sebagainya. Sedangkan penilaian negatif dapat menimbulkan
perasaan cemas, kecewa, resah, gelisah, enggan, takut, benci, dan
lain sebagainya. Perasaan sebagaimana di atas merupakan salah satu
faktor yang ikut menentukan minat, tinggi minat menerima atau
menolak. Perasaan senang yang menimbulkan minat positif pada
akhirnya akan menimbulkan adanya suatu minat. Hal ini di dukung
oleh W.J.S. Poerwadarminto yang mengemukakan, Minat merupakan
perhatian, kesukaan (kecenderungan hati kepada sesuatu keinginan)
(Poerwadarminto, 1985 : 150).Adapun menurut Kamus Besar Kimia juga
mendefinisikan, Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap suatu keinginan (Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ; 1989 : 583). Jadi, dalam kaitannya dengan masalah belajar
di sekolah atau dalam proses pendidikan, ada hubungan yang sangat
erat antar minat, perasaan, dan minat.
Perubahan minat, tinggi yang bersifat incongruent maupun
congruent dapat terjadi sepanjang hidup individu. Perubahan pada
individu yang sudah dewasa lebih sulit terjadi dibanding dengan
individu yang belum dewasa, karena menurut Sumadi Subrata (1986),
Sistem minat yang dimiliki individu lebih tinggi multiplisitas,
konsistensi dan interrelated nessnya dibandingkan dengan individu
yang belum dewasa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem minat individu yang
sudah mencapai kedewasaan lebih dapat dipercaya dalam pengukurannya
dibandingkan dengan yang belum mencapai kedewasaan.
B. Metode Pembelajaran.a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum
metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara
melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep
secara sistematis. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (1999 : 3)
menyatakan bahwa : Metode mengajar ialah alat yang dapat merupakan
bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu
strategi proses pembelajaran. Dan karena strategi pembelajaran
merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka metode
mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan
pembelajaran.Menurut Sumantri dan Johan Permata (1998 : 134)
mengatakan bahwa : Metode mengajar merupakan cara-cara yang
ditempuh guru mata pelajaran untuk menciptakan situasi pembelajaran
yang menyenangkan dan mendukung proses pembelajaran dan tercapainya
tujuan pembelajaran yang diinginkan.Pada dasarnya metode mengajar
merupakan alat dan strategi guru dalam menyampaikan dan
mengkomunikasikan pembelajaran kepada siswa melalui serangkaian
cara dan strategi untuk mencapai hasil proses pembelajaran yang
telah diprogramkan. Metode mengajar merupakan salah satu komponen
esensial dari mengajar dan ketrampilan belajar yang tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan proses pembelajaran dan sangat menentukan
keberhasilan suatu kegiatan proses pembelajaran.Bagian penting yang
sering dilupakan ialah strategi proses pembelajaran yang
sesungguhnya ialah melekat dalam metode pembelajaran mengajar,
namun, berbeda dari strategi mengajar, metode mengajar tidak
langsung berhubungan dengan hasil pembelajaran yang dikehendaki.
Artinya dibandingkan dengan strategi, metode pembelajaran umumnya
rendah menekankan pada hasil tetapi cara, karena metode
pembelajaran dianggap konsep yang lebih luas dari pada
strategi.
b. Fungsi Metode Dalam Proses PembelajaranKegiatan proses
pembelajaran yang melahitkan interaksi unsur-unsur manusiawi ialah
suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran guru dengan
sadar berusaha mengatur lingkungan pembelajaran agar menimbulkan
gairah bagi anak didik untuk pembelajaran.
Selain itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ialah dengan
penggunaan metode pengajaran. Berdasar analisis, lahirlah pemahaman
tentang kedudukan metode pembelajaran dalam pembelajaran, yakni
:
1. Metode pembelajaran sebagai alat motivasi ekstrinsik
Dalam penggunaan metode pembelajaran guru harus menyesuaikan
dengan kondisi dan suasana kelas disamping harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penggunaan metode
pembelajaran harus juga diarahkan bagaimana untuk meningkatkan
motivasi ekstrinsik siswa untuk pembelajaran. Metode pembelajaran
yang tidak sesuai dengan keinginan siswa akan menimbulkan kebosanan
siswa dalam pembelajaran. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan
metode pembelajaran yang tepat dan akan dapat dijadikan sebagai
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan proses pembelajaran.
2. Metode sebagai strategi pembelajaranDalam kegiatan proses
pembelajaran, tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam kurun
waktu relatif lama, ataupun mampu berminat pelajaran secara
keseluruhan. Kemampuan dan potensi peserta didik berbeda. Untuk itu
diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Metodelah salah satu
jawabannya. Karena itu dalam kegiatan pembelajaran proses
pembelajaran, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran
agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, dan
mengenai pada tujuan yang diharapkan. Dengan demikian metode
mengajar ialah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.3. Metode pembelajaran sebagai alat untuk
mencapai tujuanDalam kegiatan pembelajaran dirumuskan berbagai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan ialah cita-cita
yang akan dicapai dalam kegiatan proses pembelajaran. Tujuan ialah
pedoman yang memberi arah kemana kegiatan proses pembelajaran akan
dibawa dan diarahkan. Metode pembelajaran digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Karena itulah penggunaan metode pembelajaran
disesuaikan dan diarahkan dengan tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.c. Pemilihan dan Penentuan Metode PembelajaranKegiatan
proses pembelajaran ialah sebuah interaksi yang bernilai
pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan
peserta didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada anak
didik di kelas. Bahan pelajaran yang diberikan guru akan rendah
memberikan dorongan kepada anak apabila penyampaiannya menggunakan
strategi yang rendah tepat. Karena itulah kehadiran metode
pembelajaran menempati posisi yang penting dalam penyampaian bahan
pelajaran. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan
pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai
tujuan pembalajaran.Penggunaan metode pembelajaran yang tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menjadi kendala dalam
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Karena itu efektifitas
penggunaan metode pembelajaran dapat terjadi apabila kesesuaian
antara metode pembelajaran dengan semua komponen pembelajaran yang
telah diprogramkan. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap
kegiatan proses pembelajaran ialah tercapainya tujuan
pembelajaran.
Setiap metode pembelajaran mempunyai karakteristik
masing-masing, tinggi itu mengenai kebaikannya ataupun
kelemahannya. Guru lebih mudah menetapkan metode pembelajarannya
yang paling sesuai untuk situasi dan kondisi yang khusus
dihadapinya, jika berminat sifat-sifat masing-masing metode
pembelajaran tersebut.Pemilihan dan penentuan metode pembelajaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah :
1. Faktor dari siswa
Siswa dengan segala potensi yang dimiliki merupakan suatu
dimensi yang mempengaruhi perkembangannya. Sekolah sebagai lembaga
yang mengarahkan potensi siswa untuk berkembang secara optimal,
perlu menggunakan berbagai macam strategi dalam membantu
perkembangannya secara optimal. Untuk itu pemilihan metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dalam
kenyataannya siswa memiliki potensi yang berbeda, ada yang lambat
dan cepat berfikir, ada siswa yang pasif dan aktif, serta segala
perbedaan biologis dan psikologis, menuntut guru untuk
menyeleraskan dengan berbagai kebutuhan siswa.2. Tujuan yang ingin
dicapaiMetode pembelajaran digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah diprogramkan. Untuk itu dalam pemilihan
metode pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai. Metode pembelajaran tertentu belum tentu
sesuai dengan hasil pembelajaran yang ingin dicapai untuk kondisi
tertentu pula. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan untuk
memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
3. Situasi dan kondisiSituasi dan kondisi proses pembelajaran
yang tercipta oleh guru dan siswa tidak selalu sama secara terus
menerus. Dalam beberapa hal guru menginginkan situasi di mana siswa
dituntut untuk lebih aktif dan kreatif, maka dari itu tentu
dibutuhkan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang diharapkan bersama oleh guru dan siswa.
4. Fasilitas sekolah
Fasilitas merupakan suatu hal yang mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode mengajar. Fasilitas ialah sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan proses pembelajaran itu sendiri. Lengkap
atau tidaknya fasilitas pembelajaran itu akan mempengaruhi
pemilihan metode pembelajaran.5. Faktor dari guru
Faktor dari guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam
pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Guru yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang tinggi akan memilih metode
pembelajaran ceramah, tanya jawab dan diskusi, mungkin berbeda
dengan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru yang rendah
memiliki kemampuan berkomunikasi yang tinggi. Latar belakang
pendidikan juga mempengaruhi kompetesi, penguasaan ketrampilan guru
terhadap materi tertentu. Untuk guru yang berkompetensi akan mudah
memilih metode pembelajaran sesuai dengan kompetensinya begitupun
juga dengan pengalaman mengajar turut menentukan pemilihan dan
penentuan metode, guru yang sudah berpengalaman akan lebih mudah
dalam menentukan metode pembelajaran siswa yang paling cepat untuk
mencapai tujuan.
d. Macam-macam Metode PembelajaranMetode pembelajaran, sangat
beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Beberapa metode
mengajar diantaranya :
1. Metode ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode proyek
4. Metode eksperimen
5. Metode pemberian tugas
6. Metode diskusi kelompok7. Metode kerja kelompok8. Metode
demonstrasi
9. Metode simulasi
10. Metode inkuiri
Metode pambelajaran diskusi ialah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah baik itu dalam bentuk
pertanyaan ataupun pemyataan yang bersifat problematis untuk
dibahas dan pecahkan bersama. Metode pembelajaran diskusi kelompok
ini diarahkan pada penekanan interaksi aktif antara siswa dengan
siswa. Menganalisis suatu permasalahan, menyusun berbagai altematif
pemecahan masalah sampai pada membuat kesimpulan.
Metode pembelajaran diskusi kelompok bertujuan untuk melatih
peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomuniKasi,
menafsirkan dan menyimpulkan bahasan, melatih dan membentuk
kestabilan sosioemosional, mengembangkan kemampuan berpikir sendiri
dalam memecahkan masalah, sehingga tumbuh konsep diri yang lebih
positif, mengembangkan kemampuan menemukan dan mengemukakan
pendapat.
Sedangkan kelebihan variasi metode pembelajaran diskusi kelompok
ialah dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif, menumbuhkan
kreativitas dalam ide, gagasan dan terobosan-terobosan baru dalam
pemecahan masalah, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan
partisipasi demokratis, melatih kestabilan emosi dengan menghargai
danmenerima pendapat siswa lain dan tidak memaksakan pendapat
sendiri, dan keputusan yang dihasilkan dalam diskusi lebih baik
dari pada berpikir sendiri.
Sedangkan keterbatasan variasi metode pembelajaran diskusi
kelompok ialah sulitnya menentukan topik masalah yang sesuai dengan
tingkat berpikir siswa dan yang memiliki relevansi dengan
lingkungan siswa, memerlukan waktu yang tidak terbatas, pembicaraan
sering mengambang dan meluas, didominasi oleh siswa-siswa tertentu
yang biasanya aktif dan penyelesaian yang kadang-kadang tidak
tuntas.
C. Hipotesis TindakanHipotesis tindakan dalam CAR ini adalah
:
1. Minat dan keaktifan belajar siswa akan meningkat dengan
metode diskusi kelompok.2. Tugas guru akan lebih efektif dan
kegiatan belajar optimal dengan metode diskusi kelompok3. Metode
ini akan meningkatkan minat yang lebih tinggi dan keaktifan belajar
yang lebih tinggi pada siswa dalam pelajaran Kimia.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dengan alur atau tahapan (perencanaan,
tindakan, observasi, refleksi) disajikan dalam tiga siklus sebagai
berikut :
Tabel ISiklus I (Pertama)
NoPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
1 Menyusun Satuan Pelajaran
Menyiapkan soal /masalah
Menyiapkan blanko observasi
Menyiapkan blanko evaluasi Menjelaskan KMB secara umum
Membentuk kelompok 5 kelompok @ 8 anak
Memberikan beberapa masalah
Tiap kelompok memilih masalah sendiri
Diskusi kelompok membahas masalah masing-masing
Membantu secukupnya pada masing-masing kelompok
Melaksanakan diskusi kelas
Menarik kesimpulan Mengamati prilaku siswa terhadap penggunaan
model belajar siswa Memantau diskusi / kerjasama antar siswa
Mengamati proses transfer kelompok
Mengamati pemahaman masing-masing anak Mencatat hasil observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Menganalisis hasil pembelajaran
Memperbaiki kelemahan untuk daur berikutnya
Tabel IISiklus 2 (Kedua)
NoPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
2 Menyusun rencana perbaikan
Memadukan hasil refleksi daur I agar daur II lebih efektif
Menyiapkan blanko observasi, angket dan evaluasi Menjelaskan KMB
dan informasi hasil pada siklus pertama Membentuk kelompok 5
kelompok @ 8 anak
Memberikan soal / masalah
Diskusi kelompok
Memberikan bantuan secukupnya pada masing-masing kelompok
Diskusi kelas
Menarik kesimpulan Mengamati prilaku siswa terhadap penggunaan
model belajar siswa
Memantau diskusi / kerjasama antar siswa
Mengamati proses transfer kelompok
Mengamati catatan dan pemahaman masing-masing anak Mencatat
hasil observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Menganalisis hasil pembelajaran
Memperbaiki kelemahan untuk daur berikutnya
Tabel III
Siklus 3 (Ketiga)
NoPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
3 Menyusun Rencana Pelajaran perbaikan
Mengoptimalkan waktu
Menyiapkan blanko observasi dan evaluasi Penjelasan umum KMB dan
informasi hasil pada siklus kedua Membentuk kelompok 5 kelompok @ 8
anak
Memberikan soal masalah
Diskusi kelompok
Membetikan bantuan secukupnya pada masing-masing kelompok
Diskusi kelas
Menarik kesimpulan Mengamati prilaku siswa terhadap penggunaan
model belajar siswa
Memantau diskusi / kerjasama antar siswa
Mengamati proses transfer informasi Mengamati catatan dan
pemahaman masing-masing anak Mencatat hasil observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Menganalisis hasil pembelajaran
Menyusun laporan penelitian
B. Subjek PenelitianSetting atau lokasi dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah MAN Pesanggaran- Kabupaten Banyuwangi,
Kelas I dengan jumlah siswa yang menjadi subjek adalah 40 siswa,
mata pelajaran Kimia, semester Ganjil Tahun pelajaran 2007/2008.
Materi pembelajaran yang di PTK kan adalah materi tata nama
senyawa.
C. Instrumen PenelitianLembar Observasi Siklus I, II, III
NoKelompokJumlah AnggotaMinat Belajar
TinggiSedangRendah
1
2
3
Jumlah
Lembar Keaktifan Diskusi kelompokPada Siklus I, II, III
NoKelompokAnggotaBaikCukupKurang
1
2
3
Jumlah
D. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan
sejak awal hingga sampai siklus ketiga, bersama-sama dengan mitra
kolaborasi guru Kimia Kelas X MAN Pesanggaran- Kabupaten
Banyuwangi.
Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan
kerjasama, keaktifan dan kemampuan siswa dalam proses menyelesaikan
soal. Sedangkan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal yang sudah dibagikan. Pada bagian refleksi,
dilakukan analisa data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang
dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi hasil yang dapat
dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran. Bagian terpenting dari
refleksi ini adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan
pembelajaran dan target tujuan yang ingin dicapai.E. Teknik
Analisis Data
Data hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama dengan
mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka
dan pengalaman guru. Sedangkan hasil belajar siswa (evaluasi)
dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa. Dari hasil
analisis ini dapat diketahui apakah hipotesa penelitian yang sudah
ditentukan dapat dibuktikan atau belum dapat dibuktikan.
Sebagai instrumen observasi untuk mengukur minat belajar
digunakan komponen minat menurut Winkell (1983), maka komponen yang
diobservasi adalah :
1. Komponen kognisi, meliputi kemampuan menyelesaikan soal.2.
Komponen perasaan, meliputi perasaan senang, gembira, dan cepat
mengerjakan tugas.
3. Komponen kecenderungan bertindak, diukur dengan skala
sikap.
Sedangkan untuk mengukur keaktifan siswa, digunakan instrumen
observasi yang dikembangkan sendiri oleh penulis meliputi :
1. Keaktifan dalam kelompok.
2. Kemampuan berargumen.
3. Kemampuan mengkritik.
4. Kemampuan memuji.
BAB IVHASIL PENELITIAN
A. Gambaran Setting Penelitian
Gambaran secara rinci pelaksanaan Tindakan Kelas pada siswa
Kelas X MAN Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi ini pelaksanaannya
mengikuti alur sebagai berikut :
1. Perencanaan
Meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Menentukan masalah penelitian
Menentukan lokasi dan subjek penelitian
Menetapkan cara kerja, dan alokasi waktu pelaksanaannya.
2. Tindakan
Meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran mulai dari
penjelasan awal (apersepsi), pembagian siswa dalam kelompok,
membagi tugas pada masing-masing kelompok, menentukan jadwal kerja,
memulai pekerjaan, mengobservasi kegiatan, melakukan evaluasi kerja
dan evaluasi materi pembelajaran dan perbaikan untuk siklus
berikutnya. Gambaran tindakan ini dijelaskan sebagai berikut :
a. Setiap kelompok terdiri dari delapan siswa yang diberikan
tugas berbeda-beda sesuai soal masing-masing.
b. Setiap kelompok diberikan 12 soal dan dibagi jumlah anggota
kelompok. Jadi setiap siswa anggota kelompok mengerjakan dua
soal.
c. Ketua kelompok membagi soal sesuai dengan tingkat kesulitan
soal. Siswa yang rendah mampu diberi soal yang lebih mudah.
Sedangkan siswa yang mampu diberikan soal yang lebih sulit.
d. Semua bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan
kelompoknya.
e. Guru melakukan observasi dan mengawasi jalannya kegiatan.
f. Setelah selesai soal dikoreksi bersama dan ditentukan
nilainya.
g. Kelompok dengan rata-rata nilai tertinggi memperoleh
hadiah.
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat siswa bekerja sama mengerjakan
soal kelompoknya masing-masing. Observasi meliputi kegiatan
mengamati keseriusan menyelesaikan soal, kerjasama siswa dalam
menyelesaikan soal, ketepatan waktu mengerjakan. Evaluasi hasil
kegiatan siswa dilakukan di dalam kelas setelah siswa menyelesaikan
soal dan mengoreksi hasil pekerjaan.
4. Refleksi
Meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus
rencana perbaikan pada siklus berikutnya. Pelaksanaan penelitian
dilakukan secara kolaborasi dengan guru Kimia yang membantu dalam
pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian dilaksanakan.
Dengan cara ini, maka kegiatan penelitian dapat dikontrol dan
dijaga validitasnya.
B. Penjelasan PersiklusPenelitian Tindakan Kelas dengan alur
atau tahapan di atas, dapat disajikan dalam dua siklus penelitian
berikut :
Tabel I
Siklus I (Pertama)
NoPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
1 Menyusun Satuan Pelajaran
Menyiapkan soal masalah
Menyiapkan blanko observasi
Menyiapkan blanko evaluasi Menjelaskan KMB secara umum
Membentuk kelompok 5 kelompok @ 8 anak
Memberikan beberapa masalah
Tiap kelompok memilih masalah sendiri
Diskusi kelompok membahas masalah masing-masing
Membantu secukupnya pada masing-masing kelompok
Melaksanakan diskusi kelas
Menarik kesimpulan Mengamati prilaku siswa terhadap penggunaan
model belajar siswa
Memantau diskusi / kerjasama antar siswa
Mengamati proses transfer kelompok
Mengamati pemahaman masing-masing anak Mencatat hasil
observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Menganalisis hasil pembelajaran
Memperbaiki kelemahan untuk daur berikutnya
Tabel II
Siklus 2 (Kedua)
NoPerencanaanTindakanObservasiRefleksi
2 Menyusun rencana perbaikan
Memadukan hasil refleksi daur I agar daur II lebih efektif
Menyiapkan blanko observasi, angket dan evaluasi Menjelaskan KMB
dan informasi hasil pada siklus pertama
Membentuk kelompok 8 kelompok @ 5 anak
Memberikan soal / masalah
Diskusi kelompok
Memberikan bantuan secukupnya pada masing-masing kelompok
Diskusi kelas
Menarik kesimpulan Mengamati prilaku siswa terhadap penggunaan
model belajar siswa
Memantau diskusi / kerjasama antar siswa
Mengamati proses transfer kelompok
Mengamati catatan dan pemahaman masing-masing anak Mencatat
hasil observasi
Mengevaluasi hasil observasi
Menganalisis hasil pembelajaran
Memperbaiki kelemahan untuk daur berikutnya
C. Proses Analisis Data
1. Siklus Pertama
Proses analisa data sebagai hasil penelitian ini meliputi tiga
siklus. Masing-masing siklus di evaluasi menggunakan angket yang
diisi oleh guru setelah pelaksanaan pengerjaan soal diselesaikan
oleh siswa. Hasil angket itu sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Observasi Siklus ke-1
NoKelompokJumlah AnggotaMinat Belajar
TinggiSedangRendah
118224
228215
338233
448125
558125
Jumlah4081022
Data tersebut diatas diperoleh melalui daftar cek yang sudah
diisi oleh guru evaluator
Sedangkan kegiatan diskusi kelompok dalam mengerjakan soal-soal
Kimia yang diberikan kepada siswa pada siklus pertama dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4. Hasil Observasi Kegiatan Kelompok Pada Siklus
1NoKelompokJumlah AnggotaKeaktifan BaikKeaktifan CukupKeaktifan
Kurang
118224
228215
338233
448125
558116
Jumlah408923
Interpretasi siklus pertama :Pada siklus pertama berdasarkan
tabel 3 diketahui siswa berminat tinggi masih sedikit, yaitu 8
orang atau 20 %. Siswa berminat sedang 10 orang atau 25 %.
Sedangkan siswa berminat rendah 22 orang atau 55 %. Hal ini berarti
memerlukan perbaikan yang intensif pada pembelajaran siklus
berikutnya, agar ada peningkatan kemampuan rendah menjadi
tinggi.
Sedangkan efektifitas dari keaktifan diskusi kelompok dapat
dilihat pada tabel 4. Dari tabel 4 tersebut diketahui bahwa jumlah
siswa yang keaktifannya tinggi 8 orang atau 20 %, siswa yang
keaktifannya sedang sebanyak 9 orang atau 22,5 % dan 23 orang atau
57,5% siswa beraktifitas rendah. Dari hasil penelitian ini dapat
diketahui bahwa keaktifan kegiatan diskusi kelompok belum
efektif.2. Siklus KeduaPada siklus kedua berdasarkan hasil
observasi terhadap efektifitas kegiatan siswa dapat dijelaskan
dalam tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Observasi Siklus Ke-2
NoKelompokJumlah AnggotaMinat Belajar
TinggiSedangRendah
118422
228422
338422
448332
558521
Jumlah4020119
Data tersebut diatas diperoleh melalui daftar cek yang diisi
oleh guru observer
Sedangkan efektifitas dari keaktifan diskusi kelompok dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Observasi Aktifitas Diskusi kelompok Pada Siklus
Ke-2NoKelompokJumlah AnggotaKeaktifan BaikKeaktifan CukupKeaktifan
Kurang
118512
228413
338413
448332
558512
Jumlah3621712
Interpretasi siklus kedua :
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus kedua, maka
terjadi peningkatan minat belajar siswa. Hasil siklus kedua
menunjukkan siswa yang berminat tinggi 20 orang atau 50 %. Siswa
yang berminat sedang 11 orang atau 27,5%. Sedangkan siswa yang
berminat rendah 9 orang atau 22,5%.Sedangkan efektifitas dari
aktifitas diskusi kelompok dapat diketahui dari hasil observasi
dalam tabel ke-6. Dari tabel tersebut diketahui siswa yang
berkeaktifan tinggi sejumlah 211 siswa atau 52,5%, siswa yang
rendah aktif sejumlah 7 siswa atau 17,5 %, sedangkan siswa yang
tidak aktif jumlahnya masih sebanyak 12 orang atau 30%. Berdasarkan
hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa
yang rendah aktif 30% dan cukup aktif dan sudah aktif mencapai 70%.
Hal ini berarti efektifitas kegiatan pembelajaran tidak perlu
diperbaiki lagi.
D. Pembahasan dan Pengambilan KeputusanHasil penelitian selama
tiga periode siklus selama rendah lebih satu setengah bulan
menunjukkan peningkatan yang sedang tinggi pada kemampuan praktek
siswa maupun kemampuan dalam menyelesaikan soal Kimia. Peningkatan
kemampuan menyeleseikan soal ini dapat diketahui dari efektifitas
kegiatan dari diskusi kelompok.Secara keseluruhan hasil penelitian
mulai dari siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga pada
seluruh kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel profil
hasil penelitian dari ketiga siklus berikut :
Tabel 7. Profil Hasil Penelitian Terhadap Minat Belajar KIMIA
Pada Siklus Pertama, Kedua, dan Ketiga Siswa Kelas X
MAN PESANGGARANSiklus Pertama1. Minat tinggi
2. Minat sedang
3. Minat rendah
Jumlah810224020%
25%
55%
100%
Siklus Kedua1. Minat tinggi
2. Minat sedang
3. Minat rendah
Jumlah201194050%
27,5%
22,5%
100%
Dari tabel dapat dijelaskan :a. Siswa yang berminat dengan
tinggi terhadap mata pelajaran Kimia pada siklus pertama 20%,
sedangkan pada silklus kedua naik menjadi 50% pada siklus kedua.b.
Siswa yang berminat sedang pada pelajaran Kimia pada siklus pertama
25% dan naik menjadi 27,5% pada siklus kedua c. Siswa yang rendah
berminat terhadap mata pelajaran Kimia terus menurun yaitu pada
siklus pertama yang 55% turun menjadi 22,5% pada siklus kedua.Ini
berarti bahwa siswa yang berminat terhadap pelajaran Kimia dengan
tinggi terus mengalami kenaikan yang berarti ada perbaikan dari
satu siklus ke siklus berikutnya. Siswa dengan berminat sedang juga
mengalami kenaikan menjadi berminat tinggi, sedangkan siswa dengan
yang rendah minatnya terhadap pelajaran terus berkurang dari satu
siklus ke siklus berikutnya.Berdasarkan hasil tersebut di atas,
dapat diketahui bahwa dengan metode diskusi kelompok telah
meningkatkan minat belajar Kimia dan keaktifan diskusi kelompok.
Siswa yang berminat rendah menjadi berminat sedang, sedangkan siswa
yang berminat sedang menjadi berminat tinggi.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini kesimpulan yang dapat
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat
belajar siswa. Hal ini dapat diketahui adanya peningkatan minat
yang terus menerus dari siklus pertama, hingga siklus kedua .
2. Dengan metode diskusi kelompok juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar dari siklus pertama, sampai siklus
kedua.
3. Melalui penelitian tindakan kelas dapat dibuktikan bahwa
metode diskusi kelompok juga telah mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa mata pelajaran Kimia berdasarkan hasil evaluasi yang
telah dilaksanakan.
B. Saran
1. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Kimia, hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan rekomendasi untuk
perbaikan pembelajaran dan bahan penelitian di sekolah lain pada
masa yang akan datang.
2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini hendaknya dapat
dijadikan bahan evaluasi dan perencanaan proses pembelajaran di
sekolah, sehingga akan dapat dikembangkan pada mata pelajaran yang
lain.
3. Bagi Departemen Pendidikan Nasional, hendaknya terus memacu
guru dalam pelaksanaan pendidikan untuk terus meneliti sehingga
terus dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKAAqib Zainal. 2001. Profesionalisme Guru Dalam
Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2002.
Mata Pelajaran KIMIA,. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Penyusunan
Silabus, Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Depdiknas
Kasbolah, Kasihani, ES. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang.
UM
Muhamad Ali. 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Surabaya,
Citra Media
Nana Sudjana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung. Sinar Baru
Supriyanto. 2001. Pembelajaran Alternatif ; Metode Meningkatkan
Gairah Belajar Siswa. Jakarta, Depdiknas
Zuharini. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Kimia. Dilengkapi
Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya, Usaha
Nasional
LAPORANPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN
KEAKTIFAN BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X MAN PESANGGARAN -
BANYUWANGI
Disusun Oleh :
Susanto, S.Pd
NIP.150333633MAN PESANGGARAN
KABUPATEN BANYUWANGI
JAWA TIMUR
2007PENGESAHAN
1. Judul Penerapan Metode Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan
Minat Dan Keaktifan Belajar Kimia Siswa Kelas X MAN Pesanggaran -
Banyuwangi2. Identitas Peneliti
Nama
: Susanto, S.Pd
NIP
: 150333633Pangkat/Golongan: Penata Muda /III aUnit Kerja
: MAN Pesanggaran Banyuwangi
3.Lokasi Penelitian: MAN Pesanggaran Banyuwangi
4. Lama Penelitian: 2 Bulan
5. Biaya Penelitian: Mandiri
Pesanggaran, 9 Agustus 2007iKepala Perpustakaan
PenelitiAhmad Jamjuri S., S.Pd
Susanto, S.PdNIP 150333661
NIP 150333633
Mengetahui,
Kepala MAN Pesanggaran
Drs. Moh. Anwar, M.Pd.I
NIP 150262017
ABSTRAK
Susanto, S.Pd, 2007. PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X MAN
PESANGGARAN-BANYUWANGI
Kata Kunci : Metode diskusi kelompok, Minat dan keaktifan
belajar.
Metode pembelajaran diperlukan bukan hanya untuk menjadikan
proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan tetapi juga
diperlukan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif
(menyeluruh) terhudap materi pembelajaran. Metode pembelajaran juga
menjadi jembatan untuk memahami konsep-konsep yang sulit dijelakan
hanya secara tertulis atau lisan. Dengan metode pembelajaran maka
materi pembelajaran yang sulit dijelaskan dengan kata-kata akan
lebih mudah dimengerti dan dipahami siswa. Dengan pemahaman yang
baik terhadap materi pembelajaran maka diharapkan prestasi belajar
mata pelajaran Kimia siswa meningkat. Selain metode pembelajaran
yang juga penting untuk meningkatkan prestasi belajar mata
pelajaran Kimia adalah minat belajar yang benar. Sebab siswa yang
nilai hasil belajarnya kurang, belum tentu siswa tersebut kurang
pandai atau bodoh. Bisa jadi ada faktor lain yang menjadikan nilai
hasil belajarnya kurang seperti minat belajarnya yang belum benar.
Karena itu diperlukan bimbingan minat belajar yang benar dari guru
kepada siswa. Pentingnya metode pebelajaran dan minat belajar yang
benar akan berpengaruh terhadap mutu proses pembelajaran yang pada
giliranya juga akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan secara
keseluruhan. Minat belajar setiap siswa berbeda-beda, ada siswa
yang berminat sangat tinggi ada juga sebaliknya yang berminat
sangat rendah. Keadaan ini juga diperparah dengan sebagian guru
mengajar dengan cara yang kaku dan tegang sehingga sebagian siswa
takut pada pelajaran karena juga takut kepada gurunya. Keadaan ini
jika dibiarkan tentu berakibat menjadi tidak baik. Oleh karena itu
guru bersama murid harus menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, meningkatkan minat sehingga siswa aktif belajar
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi guru Kimia
dalam upaya :
(1) Meningkatkan minat dan keaktifan belajar Kimia pada siswa
sehingga kemampuan dan prestasinya meningkat.(2) Meningkatkan dan
membangkitkan minat dan aktifitas siswa dalam belajar Kimia.(3)
Mengukur keberhasilan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan
minat dan keaktifan siswa melalui kegiatan penelitian tindakan
kelas.
Lokasi atau setting penelitian ini adalah MAN Pesanggaran
Siliragung Kabupaten Banyuwangi kelas X dengan jumlah siswa 40
siswa. Mata pelajaran Kimia dengan materi tata nama senyawa dengan.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester pertama Tahun
pembelajaran 2007/2008. Penelitian dilakukan bersama dewan guru
Kimia yang lain selama tiga pertemuan pembelajaran, metode
pengumpulan data menggunakan, test, wawancara & observasi,
analisis deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi
kelompok mampu meningkatkan minat, keaktifan belajar, kerjasama
antar siswa dan prestasi belajar siswa dalam belajar topik tata
nama senyawa. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan, baik minat, aktivitas, kerjasama, maupun
prestasi dalam menyelasaikan soal. Prestasi belajar Topik tata nama
senyawa pada materi yang di-class room research-kan meningkat
dengan metode diskusi kelompok. Aktivitas siswa mengalami
peningkatan seperti presentasi, diskusi kelompok, diskusi kelas,
mengerjakan tugas, mengajukan pertanyan dari kelompok lain,
menjawab pertanyaan dan menyelesaikan soal. Ketrampilan dalam
bekerjasama antar siswa semakin berkembang dengan merode diskusi
kelompok.
Dari hasil penelitian ini maka dapat disarankan : (1)
Pembelajaran Topik tata nama senyawa yang selama ini hanya
menggunakan cara-cara konvensional seperti ceramah sudah waktunya
diganti dengan teknik pembelajaran yang inovatif, kreatif dan
menyenangkan seperti metode diskusi kelompok. (2) Dengan melihat
hasil pembelajaran dengan metode diskusi kelompok ini, tentunya
dapat dikembangkan dengan pendekatan model atau variasi (inovasi)
pembelajaran pada mata pelajaran maupun kelas lainnya.KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur alhamdulillah, akhirnya penelitian tindakan kelas
ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan, sehingga laporan
penelitiannya dapat disampaikan kepada pembaca.
Penulisan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini disusun
untuk melengkapi persyaratan sertifikasi guru.
Atas terselesaikannya karya tulis ini maka penulis ucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :
1. Bapak Kepala MAN Pesanggaran atas kesediaannya untuk
memberikan pengesahan..
2. Bapak / Ibu guru MAN Pesanggaran atas bantuan dan
kerjasamanya sebagai mitra kolaborasi dalam penelitian.
3. Dan kepada semua pihak yang telah membantu proses ini dengan
tinggi akan tetapi namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan
dalam rangka pengembangan pembelajaran pada khususnya dan kemajuan
pendidikan pada umumnya.
Dengan memohon petunjuk Allah SWT, semoga pendidikan di
Indonesia terus maju dan berkembang.
Alhamdulillahirrabilalamin
Banyuwangi, Desember 2007Susanto, S.PdNIP 150333633DAFTAR
ISI
Halaman Juduli
Halaman pengesahanii
Abstrakiii
Kata Pengantarv
Daftar Isivi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1
B. Rumusan Masalah3
C. Tujuan3
D. Manfaat4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar5
B. Metode Pembelajaran11
C. Hipotesis Tindakan17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian18
B. Subjek Penelitian20
C. Instrumen Penelitian20
D. Teknik Pengumpulan Data21
E. Teknik Analisis Data21
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Setting Penelitian22
B. Penjelasan Per Siklus23
C. Proses Analisis Data25
D. Pembahasan Dan Pengambilan Keputusan27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan29
B. Saran29
DAFTAR PUSTAKA30
ii
PAGE 34