Top Banner

of 29

PSIKOLOGI 8 Perubahan Psikologi Akibat Sakit Dan Hospitalisasi

Jul 22, 2015

Download

Documents

Aldhy Al Ahsani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

perubahan psikologi akibat sakit dan hospitalisasi

Hospitalisasi proses karena suatu alasan yg terencana atau darurat, mengharuskan anak utk tinggal di RS. menjalani terapi & perw sampai dipulangkan kembali ke rumah Perasaan yg sering muncul pd anak : cemas, marah,sedih, takut & rasa bersalah (Wong, 2000) Bila anak stress org tua jg mjd stress & akan membuat stress anak semakin meningkat (Supartini, 2000) Askep tdk hy berfokus pd anak., ttp juga pd ortu

PENGERTIAN

Pengalaman hospitalisasi berkesan 1/3 anak pernah di rawat sebelum dewasa Kebanyakan di RSU --> tidak punya bangsal anak khusus Anak dirawat --> stress bagi anak dan keluarga, Gunakan koping, tidak berhasil -> krisis Anak sakit di bawa IGD --> bukan khusus anak, staf tdk dilatih hadapi anak --> stress>>> Tenaga kesehatan: perlu mendengarkan dan mengidentifikasi persepsi perasaan anak dan keluarga

Stressor yang umum pada hospitalisasiPerpisahan Kehilangan kendali Perubahan gambaran diri Nyeri Rasa takut

Reaksi Anak terhadap HospitalisasiAnak menunjukan bbg perilaku sbg reaksi thd pengalaman hospitalisasi Rx bersifat individu tgt pd usia perkemb anak, pengalaman sblmnya thd sakit, sistem pendukung yg tersedia & kemampuan koping yg dimiliki Rx umum kecemasan, kehilangan, perlukaan tbh & rasa nyeri

Stress, dukungan sosial dan coping

Stress adalah tuntutan terhadap sistem yang menghasilkan ketegangan,kecemasan, dan kebutuhan energi, usaha fisiologis dan usaha psikologis ekstra Stress berat dapat mempengaruhi sistem imun Tekanan waktu, keterbatasan sumber daya finansial, hubungan yang bermasalah dapat merupakan sumber stress Faktor perantara sumber stress adalah ada/tidak adanya dukungan sosial

Coping merupakan cara sistem mengatasi masalah dan usaha untuk mengatasi stress

Masa Bayi (0-1 thn)INFANT: Trust vs Mistrust

Msl utama dampak perpisahan dg ortu ggn pembentukan rasa percaya & kasih sayang Usia > 6 bln stranger anxiety : cemas dgn org yg tdk dikenal & karena perpisahan dg ibunya Rx yg sering muncul : menangis, marah dan byk melakukan gerakan Cemas bila ditinggalkan ibunya nangis keras Respon thd nyeri nangis keras, pergerakan tbh banyak & ekspresi wjh yg tdk menyenangkan

Masa Toddler (2-3 thn)Otonomi vs malu-malu dan ragu-ragu inisiatif vs rasa bersalah

Rx sesuai sbr stess utama perpisahan Respon perilaku ada 3 tahapan : Protes nangis kuat, menjerit panggil ortu, menolak perhatian yg diberikan org lain Putus asa menangis berkurang, anak tdk aktif, kurang minat utk bermain & makan, sedih & apatis Pengingkaran (denial) scr samar mulai menerima perpisahan, membina hub scr dangkal & anak mulai terlihat menyukai lingk

Masa Prasekolah ( 3 6 thn)Reaksi thd perpisahan :Menolak makan Menangis pelan Sering bertanya Tidak kooperatif

Kehilangan kontrol :Pembatasan aktifitas sehari-hari dan kehilangan kekuatan diri Dirawat merupakan hukuman malu, bersalah, takut Takut thd perlukaan menganggap tindakan dan prosedur akan mengancam integritas agresif, ekspresi verbal, dependent

Usia Sekolah (6 12 thn)Industri vs inferioritas

Cemas perpisahan dgn kelompok sosial Kehilangan kontrol :Perubahan peran dlm keluarga Kelemahan fisik Takut mati Kehilangan kegiatan dlm kelompok

Reaksi thd nyeri :Mampu mengkomunikasikan rasa nyeri Mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri dengan cara : menggigit bibir, mengenggam sesuatu dgn erat

Usia Remaja (12-18 thn)Cemas akibat perpisahan dgn teman sebaya Kehilangan kontrol karena pembatasan fisik / ketergantungan menolak, tdk kooperatif, menarik diri Penyakit / pembedahan perasaan tdk aman respon :Banyak bertanya Menarik diri dan Menolak org lain

Reaksi Org Tua terhadap

Hospitalisasi Anak

Berbagai macam perasaan muncul pd org tua yaitu : takut, rasa bersalah, stress dan cemas (Halsom and Elander, 1997) Rasa takut pd org tua selama anak di RS terutama pd kondisi sakit anak yg terminal, karena takut kehilangan anak yg dicintainya dan adanya perasaan berduka (Brewis, 1995). Perasaan org tua tdk boleh diabaikan karena apabila org tua merasa stress, hal ini akan membuat ia tdk dpt merawat anaknya dgn baik dan akan menyebabkan anak menjadi semakin stress (Supartini, 2000).

Reaksi org tua thd perw anak di RS dan menyebabkan sbb :Perasaan cemas dan takut

LB yg

Rasa cemas paling tinggi dirasakan org tua pd saat menunggu informasi ttg diagnosis peny anaknya (Supartini, 2000) Rasa takut muncul pd org tua terutama akibat takut kehilangan anak pd kondisi sakit yg terminal (Brewis, 1995). Perilaku yg sering ditunjukan org tua berkaitan dgn adanya perasaan cemas dan takut ini adl : sering bertanya atau bertanya ttg hal sama berulang-ulang pd org yg bbd, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah (Supartini, 2000)

Perasaan sedihPerasaan ini muncul terutama pd saat anak dlm kondisi terminal dan org tua mengetahui bahwa tdk ada lagi harapan anaknya utk sbh Pd saat menghadapi anaknya yg menjelang ajal, rasa sedih dan berduka akan dialami org tua Pd kondisi ini org tua menunjukkan perilaku isolasi atau tdk mau didekati org lain, bahkan bisa tdk kooperatif thd petugas kesehatan (Supartini, 2000).

Perasaan frustrasiPd kondisi anak yg telah dirawat cukup lama dan dirasakan tdk mengalami perubahan serta tdk adekuatnya dukungan psikologis yg diterima org tua, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka org tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Sering kali org tua menunjukkan perilaku tdk kooperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa

Reaksi Saudara Kandung terhadap Perw Anak di RSOrg tua pd dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pd anak yg sedang sakit dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanan dan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah, cemburu, benci dan rasa bersalah. Marah jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan Cemburu dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit Rasa bersalah anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya

Intervensi Keprw dalam Mengatasi Dampak HospitalisasiUpaya meminimalkan stresor :Upaya meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan mengurangi/ meminimalkan rasa takut thd perlukaan tbh dan rasa nyeri

Utk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :1. Melibatkan org tua berperan aktif dlm merawat anak dgn cara membolehkan mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in) 2. Jika tdk mungkin utk rooming in, beri kesempatan org utk melihat anak setiap saat dgn maksud mempertahankan kontak antar mereka 3. Modifikasi rgn perawatan dgn cara membuat situasi rgn rawat perawatan seperti di rumah, a.l dengan cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa anak 4. Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah, a.l dgn memfasilitasi pertemuan dgn guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dgn siapa saja yg anak inginkan

Utk meminimalkan rasa takut thd cedera tbh dan rasa nyeri dpt dilakukan dgn cara :1. Mempersiapkan psikologis anak dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkan rasa nyeri 2. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak,,mis : bercerita yg berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan 3. Pertimbangkan utk menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg menimbullan rasa nyeri 4. Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut akibat prosedur yg menyakitkan. 5. Pada tind pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan

Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak :1. Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi kesempatan org tua mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw di RS 2. Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi kesempatan pd org tua utk belajar ttg peny anak, terapi, perw dsb. sesuai dgn kapasitas belajar 3. Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatan pd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri. 4. Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, teman sebaya atau teman sekolah.

Memberi dukungan pd anggota keluarga lain :1. Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS 2. Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama, karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual yg memerlukan bantuan ahli 3. Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini 4. Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga dan berdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya

Mempersiapkan anak utk mendapat perawatan di RSPada tahap sebelum MRS dpt dilakukan : Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1 2 hari sebelum dirawat, dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan : Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikuti Lakukan pengkajian riwayat keperawatan Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program

PENYAKIT TERMINALPengertianPenyakit

yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).Penyakit

pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif, pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup. ( Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)

Kriteria penyakit terminalPenyakit tidak dapat disembuhkan Mengarah pada kematian Diagnosa medis sudah jelas Tidak ada obat untuk menyembuhkan Prognosis jelek Bersifat progresif

PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN

1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak sama tentang arti kematian 2. anak tidak memiliki kematangan emosional dalam mempersepsikan tentang arti kematian 3. mekanisme koping pada anak belum terbentuk 4. Anak di ajak berdiskusi mengenai / tentang tuhan,surga, dan benda-benda yang tidak terlihat

KEBUTUHAN ANAK YANG TERMINAL

1. Komunikasi, Dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk berkomunikasi atau berbicara dengan yang lain terutama oleh kedua orang tua 2. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut 3. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara kandung mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk merawat 4. Social support meningkatkan koping

MENJELASKAN KEMATIAN PADA ANAK

1. Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur merupakan strategi yang terbaik dalam mendiskusikan kematian dengan anak 2. Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan dasar tingkat kematangan anak dalam mengartikan kematian

3. pada anak pra sekolah ,anak mengartikan kematian sebagai : kematian adalah sudah tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak bergerak lagi,dan tidak bisa berjalan seperti layaknya orang yang dapat berjalan seperti orang sebelum mati / meninggal 4. kebanyakan anak- anak( anak yang menderita penyakit terminal ) membutuhkan keberanaian, bahwa ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan 5. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitife dan simpati, mendukunng apa yang anak rasakan

Masalah masalah pada pasien penyakit terminal

A. Masalah fisik - Nyeri - perubahan kulit - Distensi - Konstipasi - Alopesia - kelemahan otot

B. Masalah psikologi

C. Masalah sosial

Ketergantungan tinggi Kehilangan kontrol Kehilangan produktifitas Hambatan dalam berkomunikasi Menarik Diri Isolasi sosial

D. Masalah spiritual

Kehilangan harapan Perencanaan saat ajal tiba