Page 1
PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM
PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL
DI KOMUNITAS WARGA PEDULI LINGKUNGAN DEPOK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah
Satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SARAH AYUNINGRAT
NIM 11150540000002
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
Page 2
LEMBAR PERSETUJUAN
PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM
PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL DI KOMUNITAS WARGA
PEDULI LINGKUNGAN DEPOK
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Sarah Ayuningrat
NIM : 11150540000002
Dosen Pembimbing
NIP. 197105201999032002
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2020 M
Page 4
LEMBAR PER}IYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
: Sarah Ayuningrat
: 1 1 150540000002
Nama
NIM
Dengan ini menyatakan bahwa:
l. Skripsi berjudul "Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pengembangan Potensi Lokal di Komunitas Warga Peduli
Lingkungan Depok", merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Stata I
(SD di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya cantumkan dalaln penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya
atau jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakart a, 23 Januari 2A20
TGL.
Sarah Ayuningrat
Page 5
i
ABSTRAK
Sarah Ayuningrat (11150540000002)
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pengembangan Potensi Lokal Di Komunitas Warga Peduli
Lingkungan Depok
Proses pemberdayaan masyarakat upaya membantu
masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya sendiri
sehingga bebas dan mampu mengatasi masalah dan
mengambil keputusan secara mandiri.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, Teknik
pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teori proses pemberdayaan menurut Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebianto, bahwa ada empat proses
yang terdiri atas: mengidentifikasi dan mengkaji potensi
wilayah, menyusun rencana kegiatan kelompok, menerapkan
rencana kegiatan kelompok, memantau proses dan hasil
kegiatan secara terus-menerus secara partisipatif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proses
pemberdayaan masyarakat melalui program pengembangan
potensi lokal di komunitas warga peduli lingkungan sudah
melalui proses pemberdayaan. Dari permasalah sampah yang
cukup kompleks kemudian Mengidentifikasi dan mengkaji
potensi wilayah dimulai dari melihat adanya kemampuan dari
masyarakat sekitar. Menyusun rencana kegiatan kelompok
dengan berdiskusi terlebih dahulu dan terdapat sosialisasi
bersama. Menerapkan rencana kegiatan kelompok dengan
melihat respon dari masyarakat sehingga maksud dan rencana
yang ingin diterapkan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
setempat. Memantau proses dan hasil kegiatan ini dilihat
apakah sudah sesuai atau belum yang dilaksanakan berjalan
sesuai tujuan yang diharapkan atau tidak maka adanya proses
pemantauan yang dilakukan. Penelitian ini dapat menjadi
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: Proses, Pemberdayaan Masyarakat, Komunitas.
Page 6
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji syukur peneliti ucapkan atas
segala nikmat dan karunia yang Allah Subhanahu wa ta’ala
berikan. Dengan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat
melaksanakan tugas akhir yaitu skripsi dengan judul “Proses
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan
Potensi Lokal di Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok”,
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Strata satu (S-1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alihi Wassalam, juga kepada keluarga dan para
sahabatnya dan semoga kita termasuk ke dalam umat Nabi
Muhammad yang Allah izinkan untuk berkumpul bersama kelak
di Syurga-Nya.
Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti mengucapkan
terimakasih banyak atas saran, dorongan dan bimbingan, serta
kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian
dan penulisan hasil skripsi ini, sebagaimana nama-nama
tercantum di bawah ini:
1. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA.,
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Page 7
iii
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW.,
Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Dr. Sihabudin Noor, M.Ag., Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Ilmu
dakwah dan Ilmu Komunikasi. Cecep Sastra Wijaya,
MA., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas
Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Muhtadi, M.S.i., Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si.,
Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Wati Nilamsari, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dengan
sangat baik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dr. Abdul Rozak, M.A., Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberi masukan dan saran dari awal sampai
dengan akhir perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mengajarkan banyak hal kepada
peneliti selama menjalankan perkuliahan.
7. Kedua orangtua tercinta peneliti Bapak Asrul Hardiyanto
dan Ibu Tri Andayani Mastuti yang selalu mendoakan,
Page 8
iv
mendukung dan memberikan inspirasi sehingga akhirnya
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Bapak Baron Noorwendo sebagai pendiri Komunitas
WPL, yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian skripsi ini, serta seluruh
pengurus yang memberikan arahan terkait dengan skripsi
ini.
9. Teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam angkatan 2015, kakak kelas maupun adik kelas.
Terimakasih atas doa dan dukungannya.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu persatu.
Peneliti sangat menyadari bahwa laporan dari penelitian
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun guna melengkapi
kekurangan dari penelitian ini, agar peneliti dapat
memperbaiki isi hasil skripsi, sehingga kedepannya dapat lebih
baik lagi.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 23 Januari 2020
Sarah Ayuningrat
Page 9
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................... 9
C. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah ............................................... 9
2. Rumusan Masalah ............................................ 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ............................................. 10
2. Manfaat Penelitian ........................................... 10
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian ....................................... 11
2. Jenis Penelitian .................................................. 12
3. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................ 13
4. Teknik Pemilihan Informan…………………...13
5. Macam dan Sumber Data .................................. 15
a. Data Primer .......................................... 15
b. Data Sekunder ....................................... 15
Page 10
viii
6. Teknik Pengumpulan Data ............................... 16
a. Observasi .............................................. 16
b. Wawacara ............................................. 18
c. Dokumentasi ........................................ 18
7. Teknik Analisis Data ........................................ 18
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............... 19
9. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian ................ 20
10. Hasil Penelitian Terdahulu ............................... 21
11. Sistematika Penulisan ...................................... 24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat............................................ 27
1. Pengertian Pemberdayaan ................................ 27
2. Tujuan Pemberdayaan ...................................... 36
3. Indikator Pemberdayaan.................................... 39
B. Pemberdayaan Sebegai Sebuah Proses ......................... 42
Proses Pemberdayaan ............................................. 42
1. Proses Pemberdayaan Masyarakat ................... 46
2. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat ............. 51
3. Pemandirian Masyarakat .................................. 51
4. Kerangka Berfikir ............................................. 58
Page 11
ix
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Masyarakat RW 13 Kelurahan
Pancoran Mas kota Depok ............................................ 60
1. Letak Geografis ................................................. 60
2. Profil Singkat Komunitas Warga Peduli
Lingkungan........................................................ 61
3. Pengorganisasian Potensi Masyarakat .............. 62
4. Visi dan Misi Komunitas Warga Peduli
Lingkungan ....................................................... 63
5. Struktur Kepengurusan di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan ........................................... 64
6. Program Komunitas WPL ................................ 65
BAB IV TEMUAN DAN PENELITIAN
A. Proses yang dilakukan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam Pemberdayaan Masyarakat di
Depok Jawa Barat ............................................................ 72
1. Mengkaji Potensi Wilayah ...................................... 72
2. Menyusun Perencanaan Kegiatan Kelompok ......... 74
3. Menerapkan Perencanaan Kegiatan Kelompok ...... 80
4. Memantau Kegiatan ................................................ 85
B. Manfaat yang didapati oleh Masyarakat di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan ............................................... 87
BAB V PEMBAHASAN
A. Proses yang dilakukan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam Pemberdayaan Masyarakat ............ 91
Page 12
x
1. Identifikasi Potensi, Permasalahan dan Peluang
di Wilayah Pancoran Mas, Depok sebagai
Tempat Berdirinya Komunitas Warga Peduli
Lingkungan ............................................................. 91
2. Penyusunan Rencana Kegiatan Komunitas
Warga Peduli Lingkungan....................................... 94
3. Penerapan Rencana Kegiatan Komunitas Warga
Peduli Lingkungan ................................................. 97
4. Pemantauan Proses dan Hasil Kegiatan
Komunitas Warga Peduli Lingkungan Secara
Terus Menerus dan Partisipatif .............................. 99
B. Manfaat Kegiatan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam Tinjauan Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan ...................................................................... 100
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................ 103
B. Saran ....................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 13
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................... 59
Gambar 3.1 Pengorganisasian Potensi Masyarakat di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan .............. 62
Gambar 3.2 Struktur Kepengurusan Komunitas Warga
Peduli Lingkungan............................................. 65
Gambar 3.3 Program Komunitas Warga Peduli Lingkungan ... 66
Gambar 3.4 Program Literasi di Komunitas Warga Peduli
Lingkungan .......................................................... 67
Gambar 3.5 Produk Program Lingkungan di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan ................................... 68
Gambar 3.6 Program Pemberdayaan Potensi Lokal di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan .............. 70
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat lepas dari
lingkungan, manusia membutuhkan lingkungan, manusia
tidak akan sanggup hidup tanpa lingkungan. Lingkungan
sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi makhluk hidup.
Karena apabila lingkungan tidak ada maka manusia, hewan,
dan tumbuhan tidak dapat bertahan hidup. Namun, sekarang
lingkungan mengalami kerusakan. Itu semua akibat ulah dari
manusia yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu,
sungguh tercela mereka yang tidak ramah atau malah
merusak lingkungan. Allah menjelaskan dalam surat Ar-Rum
ayat 41:
ل
وا
ذى عمل
اس ليذيقهم بعض ٱل يدى ٱلن
سبت أ
بحر بما ك
وٱل
بر فساد فى ٱل
هر ٱل
هم ظ
عل
يرجعون
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar).” (Q.S Ar-Rum:41)
Berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi baik dalam
lingkup nasional maupun global, jika dicermati, sebenarnya
berakar dari cara pandang dan perilaku manusia terhadap
alam lingkungannya. Perilaku manusia yang kurang atau
Page 15
2
tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya telah
mengakibatkan terjadinya berbagai macam kerusakan
lingkungan. Sebagai contoh dalam lingkup lokal,
pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah atau
sampah industri, rumah tangga, dan kegiatan lain yang tidak
bertanggung jawab, akhirnya mengancam baik keselamatan
dan kehidupan manusia. Penebangan atau penggundulan
hutan, eksploitasi bahan tambang secara membabi buta
adalah juga merupakan perbuatan manusia yang rakus dan
tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Manusia
merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan
di permukaan bumi ini. Padahal sudah sangat jelas Allah
menegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 56 :
ح ريب من ال
ه ق
معا إن رحمت الل
ا وط
وف
حها وادعوه خ
رض بعد إصل
فسدوا في ال
ت
نينسنول
Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-
Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan.” (Q.S Al-A’raf: 56)”
Melihat problematika kerusakan lingkungan yang ada
pada saat ini di Kota Depok, terdapat beberapa isu
lingkungan yang terjadi, salah satunya seperti permasalahan
volume sampah. Berdasarkan data yang diposting (SIPSN,
http://sipsn.menlhk.go.id), pada tanggal 26 April 2018,
pengelolaan sampah Kota Depok dengan jumlah penduduk
2.179.813 jiwa dan luas wilayah administrasi 200.29Km2,
Page 16
3
jumlah sampah yang ditimbun pada TPA 600.00 Ton/hari
serta jumlah sampah yang tidak terkelola 528.00 Ton/hari.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok
Iyay Gumilar (Tempo.co, https://metro.tempo.co), produksi
sampah sampai akhir 2018 telah mencapai 1300 ton per hari.
Setelah itu tak hanya permasalahan volume sampah, jumlah
tenaga kebersihan juga belum mencukupi kebutuhan di Kota
Depok. Tenaga kebersihan yang tersedia sekitar 1.300 orang.
Permasalahan selanjutnya yaitu Pemerintah Kota Depok juga
menghadapi masalah tempat pembuangan akhir (TPA) yang
sudah over kapasitas. Setiap hari ada 700-800 ton sampah
yang di buang ke Cipayung.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Warta
Ekonomi, https://www. wartaekonomi.co.id), yaitu Ibu Siti
Nurbaya menjelaskan, dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pasal 20 ayat (1)
yaitu pengurangan sampah dengan pembatasan timbunan
sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah, ditegaskan soal tempat pembuangan akhir sampah di
Kota Depok yang belum rapi dan masih menyalahi beberapa
hal aturan. Menteri mengungkapkan, Kota Depok
menghasilkan sampah rumah tangga sebanyak 1.320 ton
sehari, namun yang mampu ditangani oleh kota Depok baru
740 ton. Sisa 580 ton sampah rumah tangga tersebut tercecer
di berbagai tempat yang bukan merupakan tempat
pembuangan sampah.
Page 17
4
Menanggapi permasalahan tersebut, banyak hal sederhana
yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi terhadap
lingkungan. Dimulai dengan merubah perilaku dan gaya
hidup kita. Mengurangi penggunaan kemasan plastik dalam
setiap aktivitas kita. Memilah sampah organik, non organik
dan residu dari setiap aktivitas kita. Memanfaatkan sampah-
sampah terpilah sebagai bahan baku. Mengembangkan
program yang bermanfaat bagi lingkungan. Semua dapat
dilakukan secara kolektif di lingkungan tempat tinggal,
sekolah maupun tempat kerja kita.
Semangat memilah sampah dapat dibangun dengan
mengetahui jenis-jenis sampah, dampak sampah yang tidak
tertangani dengan baik terhadap alam dengan cara
memanfaatkan sampah kita secara mandiri. Karena setiap
orang menghasilkan sampah, maka sudah sepatutnya jika
masing-masing kita bertanggung jawab terhadap sampah
yang kita hasilkan. Mengelola sampah skala lingkungan akan
memberi semangat lebih bagi kita. Di samping nilai
pengurangan volume sampah yang signifikan, aspek
pendidikan, sosial dan ekonomi dari pengelolaan sampah
juga dapat dikembangkan.
Saat ini dengan adanya masyarakat modern yang telah
mengalami transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi maupun
kondisi sesuai dengan konstelasi zamannya, karena pada
dasarnya kehidupan setiap masyarakat berbeda, maka
modernisasi (proses menuju masyarakat modern) antara
Page 18
5
masyarakat satu dengan lain berbeda, misalnya modernisasi
bangsa-bangsa bekas jajahan (baru merdeka).
Pemberdayaan masyarakat, menurut Totok Mardikanto
dan Poerwoko Soebianto (2013:61), adalah suatu proses
dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin
sumberdaya, kaum perempuan dan kelompok yang
terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan
kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, LSM
berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses
pemberdayaan masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat yang menjadi faktor
dan penentu pembangunan. Kaitan ini, usulan-usulan
masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan
lokal, regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program
nasional. Disini, masyarakat difasilitasi untuk mengkaji
kebutuhan, masalah dan peluang pembangunan dan
perikehidupan mereka sendiri. Selaiin itu mereka juga
menemu-kenali solusi yang tepat dan mengakses sumberdaya
yang diperlukan, baik sumber daya eksterrnal maupun
sumber daya milik masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses partisipatif yang
memberi kepercayaan dan kesempatan kepada masyarakat
untuk mengkaji tantangan utama pembangunan mereka dan
menagajukan kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk
mengatasi masalah tersebut. Kegiatan ini kemudian menjadi
basis program daerah, regional dan bahkan program nasional.
Page 19
6
Pemahaman ini menunjukan bahwa adanya program
pemberdayaan masyarakat ditentukan oleh masyarakat,
dimana lembaga pendukung hanya memiliki peran sebagai
fasilitator. Hal ini akan mengurangi ketergantungan pada
sumber daya eksternal atau yang tidak berkelanjutan.
Pemberdayaan merupakan aspek mualamalah yang sangat
penting karena terkait dengan pembinaan dam perubahan
masyarakat. Di dalam Al Qur’an dijelaskan betapa
pentingnya sebuah perubahan, perubahan itu dapat dilakukan
dengan salah satu cara di antaranya pemberdayaan yang
dilakukan oleh agen pemberdayaan. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 11
ر ما ب ني يغ
ه ل
ه إن الل
مر الل
ه من أ
ون
فه يحفظ
لبات من بنين يديه ومن خ
ه معق م ح قول
هراد الل
ا أ
فسهم وإذ
نروا ما بأ
ني يغ هم من دونه من وال
ه وما ل
مرد ل
ل
بقوم سوءا ف
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.S Ar-Ra’d: 11)
Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam
berbagai program salah satunya adalah program
pengembangan potensi lokal di komunitas warga peduli
lingkungan (WPL) Depok. Pengembangan potensi lokal
komunitas WPL sebagai program Pemberdayaan masyarakat
dimaksudkan untuk memberikan daya sekaligus sebagai
salah satu upaya dalam penanggulangan sampah di Depok
dengan cara mendaur ulang sampah tersebut menjadi
Page 20
7
kerajinan tangan, seperti tas, dompet dll. Melalui program
Komunitas Warga Peduli Lingkungan, masyarakat dapat
menjual hasil dari kerajinan tangan. Adanya program
pengembangan potensi lokal akan memberikan manfaat-
manfaat yang berguna untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat didalamnya. Program pengembangan potensi
lokal komunitas WPL diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang positif bagi pengembangan masyarakat.
Alasan penulis mengangkat topik proses pemberdayaan
masyarakat melalui program pengembangan potensi lokal di
komunitas warga peduli lingkungan Depok adalah karena
lokasi ini merupakan daerah perkotaan dengan permasalahan
persampahan yang cukup kompleks. Dengan melihat potensi
dari warga sekitar yang memiliki kemampuan di bidang
kerajinan tangan sehingga masyarakat dapat berkontribusi
dalam upaya mengurangi jumlah tumpukan sampah yang ada
di Kota Depok, khususnya kecamatan Pancoran Mas melalui
kegiatan daur ulang sampah. Di samping itu bisa menjadi
peluang bisnis dalam penjualan online, karena adanya
kemampuan dari warga sekitar dalam bidang tersebut.
Kegiatan ini merupakan salah satu inovatif untuk
membiasakan masyarakat lebih memilah sampah. Dengan
menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Kota Depok,
jumlah tinggi tumpukan sampah di Kota Depok mencapai
20-30 meter, sedangkan batas tinggi tumpukan sampah di
setiap landfill seharusnya hanya 7-10 meter.
Page 21
8
Demi mencapai keberhasilan pada sebuah pemberdayaan
masyarakat maka dibutuhkannya peran pendamping sebagai
penggerak, pendidik, teknisi dan konsultan bagi masyarakat.
Komunitas Warga Peduli Lingkungan (WPL) dengan
programnya Pemberdayaan Potensi Lokal hadir di tengah-
tengah masyarakat sebagai pendamping masyarakat dalam
memberikan pengetahuan dengan cara sosialisasi tentang
pengelolaan sampah, memilah sampah yang baik dan benar
untuk membuat kerajinan tangan dari sampah yang dapat
didaur ulang menjadi barang yang bernilai jual membantu
dalam sarana prasarana kelengkapan kegiatannya.
Komunitas WPL (Warga Peduli Lingkungan) (Komunitas
WPL, https://komunitaswpl.com). adalah sebuah lembaga
Sosial Enterprise yang berusaha untuk memberdayakan
potensi lokal yang ada di sekitar kita. Setiap manusia dan
lingkungannya pasti memiliki potensi tersebut diberdayakan,
akan dapat menjadi sumber mata pencaharian yang
berkelanjutan bagi masyarakat, sekaligus memelihara
kelestarian lingkungannya. Sebagai lembaga Sosial
Enterprise Komunitas WPL memberikan pendidikan dan
pendampingan kepada mereka yang ingin berprofesi sebagai
Sosial Entrepreneur. Dengan menjadi sosial entrepreneur
menjadikan masyarakat dapat berfikir dan bersikap mandiri,
ini sesuai dengan konsep umum Komunitas WPL adalah
membantu masyarakat agar dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri.
Page 22
9
Melihat komitmen Komunitas Warga Peduli Lingkungan
(WPL) menerapkan pemberdayaan masyarakat, penelitian ini
ingin mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat di
komunitas warga peduli lingkungan (WPL). Maka
berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat judul “Proses Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Program Pengembangan Potensi Lokal di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok”
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya masalah sampah yang menyebabkan pencemaran
lingkungan, mengganggu kesehatan dan keindahan
lingkungan.
2. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui cara
mengelola sampah plastik dengan baik.
3. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui bahwa dari
sampah plastik dapat dijadikan sebuah barang daur ulang
yang berguna dan memiliki nilai ekonomis tinggi bagi
masyarakat.
4. Kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan
khususnya dalam mengelola sampah masih perlu
ditingkatkan.
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan yang ada di dalam
penelitian ini, maka penulis membatasi masalah pada Proses
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pengembangan
Page 23
10
Potensi Lokal di Komunitas Warga Peduli Lingkungan
Depok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas maka penulis
merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
dalam program pengembangan potensi lokal
komunitas WPL?
2. Bagaimana manfaat yang didapat oleh masyarakat
melalui program pengembangan potensi lokal
komunitas WPL?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pemberdayaan
masyarakat dalam program pengembangan
potensi lokal komunitas WPL
b. Untuk mengetahui manfaat yang didapat oleh
masyarakat melalui program pengembangan
potensi lokal komunitas WPL
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari
penulisan skripsi ini adalah:
a. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
Page 24
11
evaluasi, sehingga dapat meningkatkan
kualitas dalam pemberdayaan masyarakat.
b. Manfaat Akademik, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi dokumen perguruan
tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
berguna untuk menjadi bahan rujukan bagi
mahasiswa dalam dimensi pemberdayaan
masyarakat.
F. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
Menurut Margon (2004:36), penelitian kualitatif yakni
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Menurut Bogdan dan Taylor
yang di kutip oleh Moleong (2007:11), Mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Penelitian Kualitatif merupakan penilaian yang
menggambarkan atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan bagaimana sebenarnya “Proses Pemberdayaan
Masyarakat melalui Program Pengembangan Potensi
Lokal di Komunitas Warga Peduli Lingkungan
Depok.”.
Page 25
12
Menurut Bungin (2003:39), Pendekatan kualitatif ini
peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu
pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak lazim dalam
mendefinisikan suatu konsep, serta memberi
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan
unik bermakna dilapangan.
Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis
berharap dapat menggambarkan dan menganalisis
bagaimana proses pemberdayaan masyarakat
komunitas WPL dalam pengembangan potensi lokal.
Penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk
menemukan hasil penelitian yang menyajikan data
akurat dan menggambarkan kondisi yang sebenarnya
serta pendekatan ini menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan
mengklarifikasi suatu fenomena atau kenyataan sosial
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian deskripsi berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka. Dengan
demikian, laporan penelitian ini berisi kutipan-
kutipan untuk memberi gambaran dari penyajian
Page 26
13
laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, dan dokumen resmi
lainnya.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari
Agustus 2019 sampai dengan pertengahan januari
2020. Penelitian ini dilakukan di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan Jalan Mahakam No. 96. RT 01 RW
13, Mampang, Pancoran Mas. Kota Depok, Jawa Barat
16433. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
dikarenakan Komunitas Warga Peduli Lingkungan
bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui
pendampingan komunitas, bukan usaha pribadi,
merupakan gerakan dan usaha berbasis masyarakat,
merupakan upaya kaum ibu dalam meningkatkan
kualitas lingkungan, dan memiliki produk daur ulang
sendiri berupa souvenir dari sampah plastik bekas
kemasan mie instant, sachet, refill pembersih dan
minyak goring. Para pengrajin tergabung dalam
Kelompok Usaha Bersama (KUB) Iburatu Recycle.
4. Teknik Pemilihan Informan
Menurut Moleong (2007:95), Dalam penelitian ini,
informan ditentukan dengan menggunakan metode
non-probability sampling. Menurut neuman dalam
metode non-probability sampling jumlah informan
ditentukan melalui pengetahuan yang terbatas
mengenai kelompok atau populasi besar yang mana
Page 27
14
mampu diwakili oleh sampel terpilih. Sedangkan
Herdiansyah mengatakan bahwa metode non-
probability sampling merupakan metode sampling
yang setiap individu atau unit dari populasi tidak
memiliki kemungkinan (non-propability) yang sama
untuk terpilih.
Menurut Sugiyono (2011:218-219), Diantara
beberapa tipe non-probability sampling yang ada,
penelitian ini menggunakan tipe purposive sampling.
Purposive sampling adalah digunakan dalam situasi
yang dengan kemampuan untuk menentukan informan
sesuai dengan tujuan. Jadi pada purposive sampling,
pemilihan informan didasarkan pada ciri-ciri yang
dimiliki oleh subjek yang dipilih. Berikut ini tabel
subjek dan informan yang terpilih dalam pengumpulan
data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1.1 Kerangka Informan
No Informasi yang di cari Metode
Penggunaan
Data
Status
Informan
Nama
Informan
1 Untuk mengetahui Profil,
sejarah dan proses
pemberdayaan
Komunitas WPL
Wawancara,
dokumen
Pembina
Komunitas
WPL
Baron
2 Untuk mengetahui proses
pelaksanaan kegiatan
kerajinan tangan yang
dilakukan pada
Komunitas WPL
Wawancara Bendahara
Komunitas
WPL
Wulan
3 Untuk mengetahui apa
saja yang di buat pada
kegiatan kerajinan tangan
yang dilakukan di
Komunitas WPL
Wawancara Pengrajin Susi
Page 28
15
4 Untuk mengetahui proses
pelaksanaan kerajinan
tangan yang dilakukan di
Komunitas WPL
Wawancara Pengrajin Mursidah
5 Untuk mengetahui proses
dan manfaat pelaksanaan
kerajinan tangan yang
dilakukan di Komunitas
WPL
Wawancara Pengrajin Halimah
6 Untuk mengetahui proses
dan manfaat pelaksanaan
kerajinan tangan yang
dilakukan di Komunitas
WPL
Wawancara Pengrajin Ami
7 Untuk mengetahui proses
dan manfaat pelaksanaan
kerajinan tangan yang
dilakukan di Komunitas
WPL
Wawancara Pengrajin Lilis
8 Untuk mengetahui proses
dan manfaat pelaksanaan
kerajinan tangan yang
dilakukan di Komunitas
WPL
Wawancara Pengrajin Hana
Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti.
5. Macam dan Sumber Data
Sumber data yang akan ditelusuri untuk
memperoleh data lapangan terdiri atas dua sumber,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang
diperoleh langsung dari narasumber yang akan
diteliti dengan cara wawancara mendalam.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari dokumen-
dokumen yang mendukung, penelitian ini seperti
data dari pendiri komunitas WPL, kedinasan
Page 29
16
lingkungan Depok, berita online Tempo.co,
berita online warta ekonomi.
6. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Gunawan (2013:141:142), Untuk
memenuhi kebutuhan data yang beraneka ragam,
penelitian kualitatif menggunakan berbagai metode
pengumpulan data, seperti wawancara individual,
wawancara kelompok, penelitian dokumen dan arsip,
serta penelitian lapangan. Antara metode satu dengan
yang lainnya tidak saling terpisah, tetapi saling
berkaitan dan saling mendukung untuk menghasilkan
data yang sesuai dengan kebutuhan. Data yang
diperoleh dari suatu metode yang lain sehingga
menghasilkan data yang cepat dipercaya dan sesuai
dengan kenyataan.
Dalam penulisan skripsi tentang Proses
Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Pengembangan Potensi Lokal di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan Depok. Penulis menggunakan
teknik pengumpulan data, yaitu Observasi,
Wawancara, dan Studi Dokumen.
a. Observasi
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang
dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan
observasi dan termasuk dalam metode penelitian
kualitatif. Observasi atau pengamatan merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
Page 30
17
pancaindera yang dignakan seperti mata untuk
melihat, telinga untuk mendengar, penciuman,
mulut dan kulit. Maka observasi merupakan
kemampuan seseorang menggunakan
pengamatannya melalui hasil kerja pada
pancaindera mata serta dibantu pada pancaindera
lainnya.
Menurut Yulistiani (2001:6), Suatu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan penelitian secara teliti, serta
pencatatan secara sistematis. Menurut Indristi
Yulistiani, observasi adalah pengamatan dengan
menggunakan seluruh panca indera (melihat,
mendengar, dan merasakan) serta pencatatan
secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di
lapangan penelitian.
Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh
data penulis mengunjungi dan meninjau lokasi
penelitian yaitu Komunitas WPL dan tempat
pembuat kerajinan tangan sambil mengamati dan
mencatat kejadian ke dalam buku catatan
mengenai kegiatan yang sedang berlangsung
dalam kegiatan produksi di lokasi penelitian.
Sehingga dapat telihat kegiatan pemberdayaan
yang diberikan Komunitas WPL kepada
masyarakat sekitar.
Page 31
18
b. Wawancara
Menurut Sutopo (2006:72), Wawancara
merupakan alat re-cheking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam, wawancara
mendalam (in-depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara denagn informan atau orang
yang diwawancarai, dengan informan atau orang
yang diwawancarai, dengan tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama.
c. Dokumentasi
Menurut Arkanto (2002:206), Metode
dokumentasi adalah metode pencarian dan
pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya, yang ada hubunganya dengan tema
penelitian.
7. Analisis Data
Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sugiyono
(2009:88), bahwa analisa data adalah proses mencari
Page 32
19
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.
Jadi dalam menganalisis data, peneliti
memperoleh data dari lapangan dan diolah serta
dianalisa sesuai dengan kategori data yang terkumpul
yaitu observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan penelitian, dengan
menggunakan analisa deskriptif dan dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu untuk
mengetahui gambaran yang konkret tentang proses
pemberdayaan masyarakat melalui program
pengembangan potensi lokal di komunitas WPL
Depok.
8. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data
Menurut Pawito (2008:97), Teknik pemeriksaan
keabsahan data atau uji validitas data bertujuan untuk
mendeteksi keabsahan data dan kebenaran data yang
diperoleh dalam penelitian. Validitas data dalam
penelitian komunikasi kualitatif lebih menunjukan pada
tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara
akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti.
Page 33
20
Guna menentukan sah atau tidaknya data yang
diperoleh dalam penelitian ini, maka pemeriksaan data
penelitian dilakukan dengan triangulasi dan ketekunan
pengamatan. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu.
Menurut Moeleong (2006:330), Dalam konteks
penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi sumber data, berasal dari Komunitas WPL.
Teknik yang dilakukan adalah dengan membandingkan
dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang
dilakukan dengan: (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan yang dikatakan secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang – orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang, (5) membandingkan hasil
wawancara dengan isu suatu dokumen yang berkaitan.
Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah
berupa kesamaan atau alasan–alasan terjadinya
perbedaan.
9. Instrumen dan Alat Bantu Penelitian
Menurut Moeleong (2006:9), Instrumen penelitian
dalam tradisi penelitian kualitatif adalah manusia/orang
Page 34
21
yakni peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu
berupa catatan, tape recorder, dan kamera.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Moleong bahwa
“Orang (peneliti) sebagai instrumen memiliki senjata
yang secara luwes dapat digunakannya.
Menurut Danim (2002:60), Catatan, tape recorder,
dan kamera hanya digunakan sebagai alat bantu dalam
melakukan penelitian. Oleh karena itu, sebagai
instrumen penelitian, peneliti melakukan pemahaman
makna data yang peneliti peroleh di lapangan.
Sebagaimana diungkapkan Danim “meskipun peneliti
menggunakan beberapa alat bantu dalam pengumpulan
data, data-data yang dikumpulkan perlu ditunjang oleh
pemahaman yang mendalam tentang makna data-data
yang diperoleh.
Menurut Sugiyono (2010:60), Dalam penelitian
kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum
jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah focus
penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan
data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara. Pada penelitian ini, penulis dibekali
dengan beberapa alat sebagai pembantu catatan dan
ingatan, seperti alat-alat tulis, kamera, dan perekam
suara.
Page 35
22
G. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini,
penulis terlebih dahulu mengadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menjadi
ide awal dalam penulisan kaya ilmiah penulis, yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Rozak (2014) yaitu
Peran bank sampah warga peduli lingkungan (WPL) tidak
terlalu signifikan dalam meningkatkan perekonomian
nasabah pola pemberdayaan yang dilakukan bank sampah
warga peduli lingkungan dengan melibatkan potensi
masyarakat dengan mengelola sampah dan menjalankan
programnya. Teori yang digunakan adalah teori peran.
Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan
kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Perbedaan
penelitian Abdul Rozak dengan penulis adalah proses
komunitas warga peduli lingkungan dalam pemberdayaan
masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizka Carissa (2014) yaitu
Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
sampah melalui Bank Sampah di Kube Iburatu Recycle
terbagi menjadi 2, yaitu partisipasi fisik (physical
participation) berupa keikutsertaan (menjadi pengurus atau
nasabah Bank Sampah) dan tenaga (membantu memilah),
serta partisipasi keahlian (participation with skill) berupa
keahlian/keterampilan, sosialisasi tentang Bank Sampah,
adanya partisipasi dari warga dalam sebuah program
kegiatan maka tidak mustahil untuk mewujudkan warga yang
Page 36
23
berdikari, karena tujuan akhir dari sebuah program kegiatan
adalah keberlanjutan, proses belajar sosial serta perubahan
pada sikap dan prilaku atau nilai. Teori yang digunakan
adalah teori partisipasi. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan metode
analisis deskriptif. Perbedaan penelitian Rizka Carissa
dengan penulis adalah dilihat dari awal mula proses
pemberdayaan masyarakat dalam melakukan program
pengembangan potensi lokal.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syakur (2009)
mengenai program daur ulang sampah kertas oleh CSR PT.
Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk diolah bersama
masyarakat di tempat produksi yang sudah dipersiapkan
pihak perusahaan dan pemasaran hasilnya pun sudah
dipersiapkan. Program ini telah memproduksi banyak kreasi
yang berasal dari kertas yang didaur ulang. Produk-produk
tersebut dijual dan hasilnya untuk keperluan bersama
masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori partisipasi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan
kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Perbedaan
penelitian Muhammad Syakur dengan penulis adalah tingkat
proses masyarakat dalam program pengembangan potensi
lokal yang dilakukan di komunitas warga peduli lingkungan
depok.
Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Adhi Pratama
(2012) ialah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan
Daur ulang Sampah di Perumahan Griya Serpong
Page 37
24
Kademangan Setu Tangerang selatan Banten. Penelitian ini
lebih menekankan kepada pelatihan daur ulang sampah
plastik yang di lakukan oleh ibu-ibu di perumahan Griya
Serpong Kademangan Setu Tangerang Selatan banten.
Perbedaan penelitian Bagus Adhi Pratama dengan penulis
adalah menjawab proses pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan dari daur ulang sampah serta apa saja manfaat yang
diperoleh setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan di
Komunitas WPL.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Habibah (2009) ialah
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Melalui Wirausaha
Daur Ulang Sampah Kering di Kelurahan Pasar Minggu.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Habibah mengenai
manfaat sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelompok
Lingkungan (I2KL), peningkatan penghasilan serta dampak
yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah tersebut bagi
masyarakat setempat, khususnya dibidang wirausaha.
Perbedaan penelitian Siti Habibah dengan penulis ialah apa
yang dilakukan ibu-ibu mengenai manfaat sampah dari daur
ulang plastik.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara
sistematis, penyusunannya dibagi menjadi lima bab, yang
masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematika
penyusunannya sebagai berikut:
Page 38
25
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah.
Batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai teori-teori
yang terkait dengan penelitian ini, yang
terdiri dari teori tentang pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan sebagai sebuah
proses.
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai gambaran
umum Komunitas Warga Peduli
Lingkungan, mulai dari letak geografis,
profil, visi misi, program dan struktur
Komunitas Warga Peduli Lingkungan.
BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Bab ini membahas mengenai temuan
lapangan, yaitu Proses Pemberdayaan
Masyarakat pada Komunitas WPL dan
Manfaat yang didapat dalam
pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan potensi lokal komunitas
WPL
Page 39
26
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini membahas analisis dari temuan
lapangan di Bab IV yang dikaitkan dengan
landasan teori atau tinjauan pustaka dari
Bab II
BAB VI PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan dan saran
dari hasil temuan yang didapatkan dalam
penelitian.
Page 40
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian
Pemberdayaan adalah proses yang dimana
masyarakat berinisiatif untuk memulai proses dalam
kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi
diri sendiri dan juga masyarakat hanya bisa terjadi
apabila masyarakat itu sendiri yang ikut pula untuk
berpartisipasi.
Menurut Edi Suharto (2005:60), Pemberdayaan
adalah sebuah proses dan tujuan, yang menunjuk pada
kemampuan orang atau hasil yang ingin dicapai yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara fisik,
ekonomi maupun sosial seperti berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam pelaksanaan tugas-
tugas kehidupannya.
Menurut Rofik A.dkk (2005:33), Pemberdayaan
adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai
penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai.
Pemberdayaan akan melahirkan kemandirian, baik
kemandirian berfikir, sikap, dan tindakan yang bermuara
pada pencapaian harapan hidup yang akan lebih baik.
Menurut Edi Suharto (2005:59-60), Dengan
demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan
Page 41
28
tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat.
Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari pengertian diatas, maka disimpulkan bahwa
yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan
penguatan sosial agar masyarakat tadinya lemah, baik
dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan
sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut
dan meningkatkan potensi yang mereka miliki dan guna
membangun serta menentukan tindakan berdasarkan
keinginan mereka secara mandiri melalui strategi dan
pendekatan tertentu yang menjamin keberhasilan hakiki
dalam bentuk kemandirian.
Menurut Payne, yang dikutip oleh Isbandi Rukminto
Adi (2002:162), bahwa suatu pemberdayaan
(empowerment) pada intinya, ditujukan guna membantu
klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait
dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek
hambatan pribadi dan sosial dalam melalui tindakan. Hal
ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa
Page 42
29
percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki,
antara lain transfer daya dari lingkungannya.
Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan
dan rasa percaya diri dalam penggunaan daya yang
memiliki antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan. Beberapa pemberdayaan menurut para ahli
diantaranya:
a. Shardlow, melihat bahwa berbagai pengertian
yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok
ataupun komunitas berusaha membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka. Prinsip
ini pada intinya mendorong klien untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan
dalam kaitan dengan upaya mengatasi
permasalahan yang ia hadapi sebagai klien
mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh
dalam membentuk hari depannya.
b. Mc. Ardle, mengatakan bahwa pemberdayaan
sebagai proses pengambilan keputusan oleh
orang-orang yang secara konsekuen
melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang
yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan
melalui kemandiriannya, bahkan merupakan
“keharusan” untuk lebih diberdyakan melalui
usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan,
keterampilan serta sumber daya lainnya dalam
Page 43
30
rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung
pada pertolongan dari hubungan eksternal. Namun
demikian, Mc Ardle mengimplikasikan makna
tersebut bukan untuk mencapai tujuan, melainkan
makna pentingnya proses dalam pengambilan
keputusan.
c. Biestek, mengemukakan prinsip ini intinya
mendorong klien untuk menemukan sendiri apa
yang harus dilakukan dalam kaitan dengan upaya
mengatasi permasalahan yang dihadapi. (Syamsir
Salam dan Amir Fadhilah, Sosiologi Pedesaan
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008)
Menurut Suparjan dan Hempri Suyatno
(2003:43), Pemberdayaan pada hakikatnya
mencakup dua arti yaitu to give or authority dan to
give to or enable. Dalam pengertian pertama,
pemberdayaan memiliki makna memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan
mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan
dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan
dalam sebagai upaya untuk memberi kemampuan
untuk keberdayaan.
Menurut Zubaedi (2013:24), Pemberdayaan
adalah upaya untuk pembangunan masyarakat
dengan mendorong, memotivasi, membangkitkan
kesadaran terhadap potensi yang dimilikinya dan
Page 44
31
berupaya untuk mengembangkan potensi itu
menjadi tindakan nyata.
Menurut Edi Suharto. (2010:58-59),
Pemberdayaan merujuk kepada kemampuan orang,
khususya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kemampuan dan kekuatan dalam
berbagai hal, yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga
mereka memiliki kebebasan, bukan hannya
bebas dalam mengemukakan pedapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, dan bebas dari kesakitan.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningatkan
pendapatannya serta memtperoleh barang
dan jasa yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero
(2014:206-208), Pengertian pemberdayaan dapat
dijelaskan dengan menggunakan empat perspektif
yaitu : perspektif prularis, elitis, strukturalis, dan
post-strukturalis.
a. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari
perspektif pluralis adalah suatu proses untuk
menolong individu dan kelompok-kelompok
Page 45
32
masyarakat yang kurang beruntung agar
mereka dapat bersaing secara lebih efektif
dengan kepentingan-kepentingan lain.
Adapun upaya yang dapat dilakukan ialah
dengan memberikan pembelajaran untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat.
Dengan kata lain, pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk
mengajarkan kelompok atau individu
bagaimana bersaing di dalam peraturan.
b. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari
perspektif elitis adalah suatu upaya untuk
bergabung dan mempengaruhi kalangan elit
seperti para pemuka atau tokoh masyarakat,
pejabat, dan lainnya untuk membentuk
aliansi dengan kalangan elit dan
mengupayakan perubahan pada kalangan
elit.
c. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari
perspektif struktural adalah suatu agenda
perjuangan lebih menantang karena tujuan
pemberdayaan dapat dicapai apabila bentuk-
bentuk ketimpangan struktural dieliminasi.
Umumnya masyarakat menjadi tidak
berdaya karena struktur sosial yang
mendominasi dan menindas mereka baik
karena kelas sosial, gender, rasa tau etnik.
Page 46
33
Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat
adalah suatu proses pembebasan, prubahan
struktural serta menghilangkan penindasan
struktural.
d. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari
perspektif post-struktural adalah suatu
proses yang menantang atau mengubah
diskursus. Perspektif ini menyatakan bahwa
masyarakat dipahami sebagai upaya
mengembangkan pemahaman terhadap
perkembangan pemikiran baru dan analitis.
Menurut Randy R. Wrihatnolo dan Riant
Nugroho Dwijowijoto (2007:115), Dalam pengertian
konvensional konsep pemberdayaan sebagai
terjemahan empowerment mengandung dua
pengertian, yaitu (1) to give power or authority to
atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau
mendelegasikan otoritas kepihak lain, (2) to give
ability to atau to enable atau usaha untuk memberi
kemampuan atau keberdyaan. Eksplisit dalam
pengertian kedua ini adalah bagaimana menciptakan
peluang mengaktualisasikan keberdayaan seseorang.
Menurut Randy R. Wrihatnolo dan Riant Nugroho
Dwijowijoto (2007:116), Adapun dasar-dasar
pemberdayaan antara lain:
Page 47
34
a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara
masyarakat dan pelaksana kerja secara bersama-
sama yang sifatnya mutual benefit.
b. Proses pemberdayaan memandang sistem
masyarakat sebagai komponen dan kemampuan
yang memberikan jalan kesumber penghasilan
dan memberikan kesempatan.
c. Masyarakat harus merasa bahwa dirinya sebagai
agen bebas yang dapat mempengaruhi.
d. Kompetisi diperoleh atau diperbaiki melalui
pengalaman hidup, pengalaman khusus yang kuat
dari pada keadaan yang menyatakan apa yang
dilakukan.
e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber
penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan
sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara
efektif.
f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang
dinamis, sinergis, pernah berubah, dan
evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.
g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui
struktur-struktur prallel dari perseorangn dan
perkembangan masyarakat.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat
dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses
menyeluruh : suatu proses aktif antar motivator,
fasilitator dan kelompok masyarakat perlu
Page 48
35
diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta
peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Edi Suharto (2010:59), Dalam
pengertian yang lain, pemberdayaan memuat dua
pengertian kunci, yakni Kekuasaan dan Kelompok
lemah. Kekuatan ini bukan hannya menyangkut
kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan
kekuasaan atau penguasaan masyarakat atas beberapa
hal, yaitu:
a. Pilihan-pilihan person dan kesempatan-
kesempatan hidup, yaitu kemampuan dalam
membuat keputusan-keputusan mengenai
gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
b. Pendefinisian kebutuhan, yaitu kemampuan
menentukan kebutuhan selaras dengan
aspirasi dan keinginannya.
c. Ide atau gagasan, yaitu kemampuan
mengekspresikan dan mengimbangkan
gagasan dalam satu forum atau diskusi
secara bebas dan tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga, yaitu kemampaun
menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata masyarakat, seperti
lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan,
kesehatan.
Page 49
36
e. Sumber-sumber, yaitu kemampuan
memobilisasi sumber-sumber formal,
informal, dan kemasyarakatan.
f. Aktifitas ekonomi, yaitu kemampuan
memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi, pertukaran barang
serta jasa.
g. Reproduksi, yaitu kemampuan dalam
kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak.
2. Tujuan Pemberdayaan
Menurut Edi Suharto (2005:60), Tujuan utama
pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang
memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh
struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi
pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui
konsep mengenai kelompok lemah dan
ketidakberdayaan yang dialaminya. Adapun beberapa
kelompok yang dapat dikategorikan sebagai
kelompok lemah atau ketidakberdayaan, yaitu:
a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah
secara kelas, gender, maupun etnis.
Page 50
37
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-
anak dan remaja, penyandang cacat, gay dan
lesbi, serta masyarakat yang terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yaitu mereka
yang mengalami masalah pribadi dan/keluarga.
Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami
deskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti
masyarakat kelas sosial ekonomi yang rendah,
kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut
usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang
yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaaan dan
perilaku mereka yang berbeda dari kebanyakan
masyarakat pada umunya seringkali dipandang
sebagai sebuah penyimpangan. Kerapkali mereka
tidak dihargai dan seringkali dianggap sebagai orang
yang malas, lemah, yang disebabkan oleh dirinya
sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali
diakibatkan oleh adanya kekurangadilan dan
diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.
Menurut Gunawan Sumodiningrat (1998:7-8),
Untuk mencapai tujuan pemberdayaan ekonomi
masyarakat, terdapat pilihan kebijakan yang
dilaksanakan dalam beberapa langkah strategi yang di
kemukakan oleh Gunawan Sumodiningrat, ialah:
a. Untuk memberikan peluang atau akses yang lebih
besar pada akses produksi. Sehingga mampu
Page 51
38
meningkatkan produksi, pendapatan, dan
menciptakan tabungan yang dapat pemupukan
modal serta berkesinambungan.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan
usaha ekonomi rakyat yang dibantu dengan
sarana dan prasarana penghubung yang mampu
memperlancar pemasaran produksi. Membangun
kesetiakawanan dan rasa kesamaan sehingga
menciptakan rasa percaya diri dan harga diri
dalam menghadapi kebutuhan ekonomi serta
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan
tanggung jawab, bahwa kemenangan dalam
pergelutan perdagangan bebas tidak akan tercapai
tanpa adanya rasa kebersamaan dan kesatuan.
c. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan
kesehatan dalam upaya menigkatkan kualitas
sumber daya manusia. Selain pengetahuan yang
didapatkan dari pendidikan dan pelatihan,
kesehatan berperan besar dalam menentukan
produktivitas.
d. Kebijakan pengembangan industri harus
mengarah pada penguatan industri rakyat yang
terkait dengan industri besar. Proses
industrialisasi mengarah kedaerah pedesaan
dengan memanfaatkan potensi setempat yang
umumnya daerah industri.
Page 52
39
e. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong
tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal
bakal lapisan wirausaha baru, yang berkembang
menjadi wirausaha kecil dan menengah yang kuat
dan saling menunjang.
f. Pemerataan pembangunan antar daerah, karena
perekonmian yang tersebar diseluruh penjuru
tanah air.
Pemberdayaan bertujuan juga untuk
meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung. Pemberdayaan masyarakat
disebut sebagai tujuan, yakni Pemberdayaan
menunjuk pada keadaan yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik bersifak fisik, ekonomi, maupun social seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan
aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
3. Indikator Keberdayaan
Menurut Kieffer (1981), yang di kutip oleh Edi
Suharto (2010:64), pemberdayaan mencakup tiga
dimensi yang meliputi kompetensi kerakyatan,
kemmapuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif
(Suharto, 1997:215). Parsons et.al. (1994:106) juga
Page 53
40
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang
merujuk pada:
a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari
pertumbuhan individual yang kemudian
berkembang menjadi sebuah perubahan sosial
yang lebih besar.
b. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa
percaya diri, berguna dan mampu mengendalikan
diri dan orang lain.
c. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan
sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi
orang-orang lemah dan kemudian melibatkan
upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah
tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan
mengubah struktur-struktur yang masih menekan.
(Parsons et.al. 1994:106).
Untuk mengetahui fokus dan tujuan
pemberdayaan secara operasional, maka perlu
diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorang itu berdaya atau tidak.
Sehingga ketika sebuah program pemberdayaan sosial
diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada
aspek-aspek apa saja dari sasaran perubahan
misalnya, keluarga miskin yang perlu dioptimalkan.
Schuler, Hashemi dan Riley mengembangkan
delapan indikator pemberdayaan, yang mereka sebut
sebagai empowerment index atau indeks
Page 54
41
pemberdayaan (Suharto, 2004). Keberhasilan
pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari
keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan
ekonomi, kemampuan mengakses manfaat
kesejahteraan dan kemampuan kultural dan politis.
Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat
dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’
(power within), ‘kekuasaan untuk’ (power to),
‘kekuasaan atas’ (power over), dan ‘kekuasaan
dengan’ (power with). Adapun indikator
pemberdayaan, yaitu:
a. Kebebasan mobilitas : kemampuan individu
untuk pergi keluar rumah atau wilayah tempat
tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis,
bioskop, rumah ibadah, dan kerumah tetangga.
Akan lebih di anggap berhasil jika invidu tidak
memerlukan bantuan siapapun untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Kemampuan membeli komoditas kecil :
kemampuan individu untuk membeli barang-
barang kebutuhan keluarga sehari-hari seperti
beras, minyak tanah, gas, minyak goreng, bumbu
dan kebutuhan lain nya.
c. Kemampuan membeli komoditas besar :
kemampuan individu untuk membeli barang-
barang skunder atau tersier, seperti lemari, tv
Page 55
42
(televisi), radio, koran, majalah, pakaian
keluarga.
d. Terlibat dalam pembuatan keputusan rumah
tangga : mampu membuat keputusan secara
sendiri maupun bersama suami/istri mengenai
keputusan-keputusan keluarga, misalnya
mengenai renovasi rumah, pembelian kambing
untuk diternak, memperoleh kredit usaha.
B. Pemberdayaan Sebagai Sebuah Proses
1. Proses Pemberdayaan
Pengertian Proses
Proses pemberdayaan masyarakat upaya
membantu masyarakat untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara
mandiri. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan
dengan memberikan kewenangan.
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa
(2002:703), Proses dalam buku Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti runtutan perubahan (peristiwa)
dalam perkembangan sesuatu atau rangkaian tindakan
perbuatan atau pengolahan yang menghasilkan
produk.
Sebagai proses, pemberdayaan menurut Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:61),
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan
Page 56
43
atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti
kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
proses, pemberdayaan merujuk pada kemampuan,
untuk berpartisipasi memperoleh kesempatan dan
atau mengakses sumber daya dan layanan yang
diperlukan guna memperbaiki mutu hidupnya (baik
secara individual, kelompok, dan masyarakat dalam
arti luas). Dengan pemahaman seperti itu,
pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses
terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas
dari obyek yang diberdayakan.
Pemberdayaan sebagai proses perubahan,
memerlukan inovasi yang berupa: ide-ide, produk,
gagasan, metode, peralatan atau teknologi. Dalam
praktik, inovasi tersebut seringkali harus berasal atau
didatangkan dari luar. Tetapi, inovasi juga dapat
dikembangkan melalui kajian, pengakuan atau
pengembangan terhadap kebiasaan, nilai-nilai tradsi,
kearifan local atau kearifan tradisinonal (indigenous
technology).
Di samping itu, pemberdayaan sebagai proses
perubahan, mensyaratkan fasilitator yang kompeten
dan memeiliki integritas tinggi terhadap perbaikan
mutu-hidup masyarakat yang difasilitasi. Fasilitator
Page 57
44
ini, dapat terdiri dari aparat pemerintah (PNS), aktivis
LSM, atau tokoh masyarakat/ warga setempat.
Untuk itu, pemberdayaan juga memerlukan
fasilitator yang akan berperan atau bertindak sebagai
agen perubahan (agent of change) yang berkewajiban
untuk memotivasi, mamfasilitasi, dan melakukan
advokasi demi mewujudkan perubahan-perubahan
yang diperlukan.
Menurut Edi Suharto (2005:60), Dengan
demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan
tujuan sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial.
Menurut Person yang dikutip oleh Edi Suharto
(2010:58-59), pemberdayaan merupakan sebuah
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
berpengaruh terhadap kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang harus
mendapatkan keterampilan, pengetahuan, dan
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
Page 58
45
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.
Menurut Harry Hikmat (2001:43), Dalam
proses pemberdayaan, terdapat dua kecenderungan,
yaitu:
a. Pertama, pemberdayaan menekankan pada proses
atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan,
atau kemampuan agar individu yang
bersangkutan menjadi lebih berdaya.
b. Kedua, pemberdayaan menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar
individu mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan dalam serangkaiam
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau
keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami
kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan
menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial : yaitu masyarakat yang
berdaya, yang memiliki kekuasaan atau mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,
ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
Page 59
46
memiliki matapencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam kehidupan sehari-
harinya.
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat terdapat dua
unsur kecenderungan yang pertama, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagai kekuatan,
kekuasaan dan kemampuan kepada masyarakat agar
individu lebih berdaya. Kecenderungan yang pertama
tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer
dari makna pemberdayaan. Kedua proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong dan memoivasi individu
agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog (Pranarka, 1996:45).
Menurut Isbandi Rukminto Adi (2002:173),
Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan
sesuatu yang akan berkesinambungan dimana
komunitas atau kelompok masih ingin melakukan
perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku
pada satu program saja. Menurut Nanich Machendra
dan Agus Ahmad Syafe’I (2001:25), Proses
pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat
memberdaya guna dan tidak memberdayakan.
Page 60
47
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi
pemberdayaan dan tidak memberdayakan.
c. Mengidentifikasi masalah.
d. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.
e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
implementasi.
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto
(2013:125-126), Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah
untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam
proses tersebut masyarakat bersama-sama melakukan hal-hal
berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah,
permasalahan, serta peluang-peluangnya.
Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat
mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi
serta menganalisa keadaannya, baik potensi
maupun permasalahannya. Pada tahap ini
diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai
aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan.
Proses ini meliputi:
1) Persiapan masyarakat dan pemerintah
setempat untuk melakukan pertemuan-
pertemuan dan teknis pelaksanaannya;
2) Persiapan penyelenggara pertemuan;
3) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan;
Page 61
48
4) Pembahasan hasil dan penyusunan rencana
tindak lanjut.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok,
berdasarkan hasil kajian, meliputi;
1) Memprioritaskan dan menganalisa
masalah-masalah;
2) Identifikasi alternative pemecahan masalah
yang terbaik;
3) Identifikasi sumberdaya yang tersedia
untuk pemecahan masalah;
4) Pengembangan rencana kegiatan serta
pengorganisasian pelaksanaannya.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok:
Rencana yang telah disusun bersama dengan
dukungan fasilitasi dari pendamping selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit
dengan tetap memperhatikan realisasi dan
rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah, pemantauan pelaksanaan dan kemjuan
kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain
itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan;
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus
menerus secara partisipatif (participatory
monitoring and evaluation/PME). PME ini
dilakukan secara mendalam pada semua tahapan
pemberdayaan masyarakat agar porsesnya
berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah
Page 62
49
suatu proses penilaian, pengkajian dan
pemantauan kegiatan, baik prosesnya
(pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar
dapat disusun proses perbaikan kalua diperlukan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan dengan cara yaitu memberikan motivasi atau
dukungan berupa penyediaan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya
serta berupaya untuk mengembangkan potensinya. Proses
pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan untuk
mempengaruhi masyarakat agar menjadi lebih baik.
Untuk menggunakan proses yang baik seringkali
memerlukan banyak waktu dengan kata lain proses yang baik
tidaklaah mudah untuk dilakukan. Aspek terpenting dalam
sebuah proses ialah bahwa proses harus melibatkan
masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tidak akan tercapai
tanpa partisipasi penuh, proses pengembangan masyarakat
tidak dapat dipaksakan dari luar. Proses pengembangan
masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki,
dikuasai, dan dilangsungkan oleh masyarakat itu sendiri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori proses
pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan menurut Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebianto dimana proses
pemberdayaannya memiliki empat tahapan yang terdeskripsi
Page 63
50
dengan jelas pada proses pelaksanaannya dan sesuai dengan
implementasi di Komunitas Warga Peduli Lingkungan.
. Prosesnya adalah mengidentifikasi dan mengkaji
potensi wilayah, menyusun rencana kegiatan kelompok,
menerapkan rencana kegiatan kelompok, memantau proses
dan hasil kegiatan.
Dengan merujuk pada proses pemberdayaan yang telah
dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikat
pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya. Upaya pemberdayaan tersebut
ditujukan agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Dalam
penelitian ini, penulis mengangkat tentang proses
pemberdayaan masyarakat yang umumnya sulit dalam
mendapatkan akses dalam perekonomian seperti kesempatan
mendapatkan modal usaha, kemudahan dalam meraih sumber
ekonomi dan pelayanan, kesempatan dalam mendapatkan
pekerjaan, pendidikan, dan kesempatan untuk menyalurkan
bakat dan minatnya dalam berkarya.
Ptogram adalah daftar yang terinci mengenai acara dan
juga usaha yang akan dilaksakan. Potensi lokal merupakan
suatu kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi sebuah
daerah dimanapun itu potensi daerah sendiri adalah segala
kekayaan asli yang dimiliki oleh suatu daerah dan memiliki
kemungkinan untuk dikembangkan dan dimaksimalkan oleh
mereka yang ada disana
.
Page 64
51
3. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko
Soebianto (2013:125), Sosialisasi pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya mengkomunikasikan
kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat.
Melalui sosialisasi akan membantu untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak
terkait tentang program dana tau kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan.
Proses sosoailisasi menjadi sangat penting, karena akan
menentukan minat atau ketertarikan masyarakat untuk
berpartisipasi (berperan dan terlibat) dalam program
pemberdayaan masyarakat yang dikomunikasikan.
4. Pemandirian Masyarakat
Menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko
Soebianto (2013:127-129), Berpegang pada prinsip
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf
hidupnya, maka arah pemandirian masyarakat adalah
berupa pendampingan untuk menyiapkan masyarakat
agar benar-benar mampu mengelola sendiri
kegiatannya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat
dengan factor internal dan eksternal. Dalam hubungan
ini, meskipun factor internal sangat penting sebagai
salah satu wujud self organizing dari masyarakat,
namun kita juga perlu memberikan perhatian pada
Page 65
52
faktor eksternalnya. Proses pemberdayaan masyarakat
mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator
yang bersifat multidisiplin. Tim pendamping ini
merupakan salah satu external factor dalam
pemberdayaan masyarakat. Peran tim pada awal proses
sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap
selama proses berjalan sampai masyarakat sudah
mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.
Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan
masyarakat secara perlahan akan dikurangi dan
akhirnya berhenti. Peran tim fasilitator akan dipenuhi
oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap
mampu oleh masyarakat. Kapan waktu pemunduran
tim fasilitator tergantung kesepakatan bersama yang
diterapkan sejak awal program dengan warga
masyarakat.
Berdasar beberapa pengalaman dilaporkan bahwa
tim fasilitator dapat dilakukan minimal 3 tahun setelah
proses dimulai dengan tahap sosialisasi. Walaupun tim
sudah mundur, angotanya tetap berperan, yaitu sebagai
penasihat atau konsultan bila diperlukan oleh
masyarakat.
Selaras dengan tahapan-tahapan kegiatan
pemberdayaan sebagai telah dikemukakakn tersebut,
tahapan kegiatan pemberdayaan dapat dibagi menjadi
beberapa tahapan, yaitu:
Page 66
53
a. Penetapan dan pengenalan wilayah kerja.:
Sebelum melakukan kegiatan, penetapan
wilayah kerja perlu memperoleh kesepakatan
antara tim fasilitator, Aparat pemerintah
setempat, (perwakilan) masyarakat setempat,
dan pemangku kepentingan yang lain (pelaku
bisnis, tokoh masyarakat, aktivis LSM,
akademisi, dll.). hal ini tidak saja untuk
menghindari gesekan atau konflik kepentingan
antar semua pemangku kepentingan, tetapi
untuk membangun sinergi dan memperoleh
dukungan berupa partisipasi dari seluruh
pemangku kepentingan, demi keberhasilan
program dan kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang akan dilakukan;
b. Sosialisasi kegiatan.: Yaitu upaya
mengkomunikasikan rencana kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang akan
dilakukan di wilayah tersebut. Termasuk dalam
sosialisasi kegiatan, perlu juga dikemukakan
tentang pihak-pihak terkait yang akan diminta
partisipasi/ keterlibatannya, pembagian peran
yang diharapkan, pendekatan, strategi serta
langkah-langkah yang akan dilakukan;
c. Penyadaran masyarakat,; dilakukan untuk
menyadarkan masyarakat tentang
“keberadaannya”, baik sebagai individu dan
Page 67
54
anggota masyarakat, mapun kondisi
lingkungannya yang menyangkut lingkungan
fisik/teknis, social-budaya, ekonomi, dan
politik.
Termasuk dalam penyadaran, adalah:
1) Bersama-sama masyarakat melakukan
analisis keadaan yang menyangkut potensi
dan masalah, serta analisis factor-faktor
penyebab terjadinya masalah yang
menyangkut kelemahan internal dan
ancaman eksternalnya;
2) Melakukan analisis akar-masalah, analisis
alternatif pemecahan masalah, serta pilhan
alternatif pemecahan terbaik yang dapat
dilakukan;
3) Menunjukan pentingnya perubahan untuk
memperbaiki keadaannya, termasuk
merumuskan prioritas perubahan, tahapan
perubahan, cara melakukan dan mencapai
perubahan, sumberdaya yang diperlukan,
maupun peran bantuan (modal, teknologi,
manajemen, kelembagaan, dll.) yang
diperlukan.
a) Pengorganisasian masyarakat,;
termasuk pemilihan pemimpin dan
kelompok-kelompok tugas (task
group) yang akan dibentuk
Page 68
55
pengorganisasian masyarakat ini
penting dilakukan, karena untuk
melaksanaan perubahan guna
memecahkan masalah dan tau
memperbaiki keadaan seringkali
tidak dapat dilakukan secara
individual (perorangan), tetapi
memerlukan pengorganisasian
masyarakat. Termasuk dalam
pengorganisasian adalah: pembagian
peran, dan pengembangan jejaring
kemitraan;
b) Pelaksanaan kegiatan yang terdiri
dari:
a) Berbagai pelatihan untuk
menambah da atau memperbaiki
pengetahuan teknis, keterampilan
manajerial serta perubahan
sikap/wawasan;
b) Pengembangan kegiatan,
utamanya yang berkaitan dengan
peningkatan pendapatan (income
generating) serta perlindungan,
pelestarian dan
perbaikan/rehabilitasi
sumberdaya nalam, maupun
pengembangan efektivitas
Page 69
56
kelembagaan. Kegiatan
peningkatan pendapata
merupakan upaya terpenting
untuk membiayai kegiatan-
kegiatn yang diperlukan maupun
untuk meningkatkan posisi-tawar
dan membangun kemandirian.
Peningkatan pendapatan, juga
memiliki arti penting agar
masyarakat semakin yakin
bahwa peran bantuan yang
diberikan benar-benar mampu
memperbaiki kehidupan mereka,
minimal secara ekonomi.
c) Advokasi kebijakan,; karena
semua upaya pemberdayaan
masyarakat peningkatan
pendapatan, penguatan posisi-
tawar, dll.) memerlukan
dukungan kebijakan yang
berpihak kepada kepentingan
masyarakat. Kegiatan advokasi
ini diperlukan guna memperoleh
dukungan politik dan legimitasi
dari elit masyarakat (aparat
pemerintah, pelaku bisnis, tokoh
Page 70
57
masyarakat, pegiat LSM,
akademisi, dll.);
d) Politisasi,; dalam arti terus
menerus memelihara dan
meningkatkan posisi-tawar
melalui kegiatan politik praktis.
Hal ini diperlukan untuk
memperoleh dan melestarikan
legimitasi dan keberlanjutan
kebijakan yang ingin dicapai
melalui pemberdayaan
masyarakat. Politisasi ini, perlu
dilakukan melalui beragam cara,
seperti:
1)) Menanam “virus” atau
kader-kader perubahan yang
memiliki komitmen untuk
mendukung pemberdayaan
masyarakat, ke dalam jajaran
birokrasi, politisi, pelaku,
dll.;
2)) Melakukan “pressure”
mealui media-masa, forum
ilmiah, dan pengembangan
“kelompok penekan”
(pressure group);
Page 71
58
3)) Melakukan kegiatan aksi
nyata melalui kelompok
kecil, yang akan
menunjukan manfaat
pemberdayaan masyarakat
yang ditawarkan.
5. Kerangka Berfikir
Kerusakan lingkungan yang terjadi di Kecamatan
Pancoran Mas depok lebih tepatnya di jalan
Mahakam disebabkan karena adanya, permasalahan
volume sampah yang melebihi kapasitas muatan
tempat pembuangan akhir (TPA). Cara
mengantisipasi sampah agar tidak melebihi kapasitas
dapat dimulai dengan merubah perilaku dan gaya
hidup, mengembangkan program yang bermanfaat
untuk lingkungan yang dapat diwujudkan melalui
pemberdayaan masyarakat dengan program potensi
lokal.
Adanya beberapa permasalahan sampah terdapat
program potensi lokal yang dimana untuk membuat
kerajinan tangan dan pengelolaan daur ulang sampah
plastik. Dari semua itu akan dapat di daur ulang dan
menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan
dapat digunakan kembali.
Page 72
59
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sumber: Hasil pengolahan data
Masalah Sampah
1. Penumpukan masalah sampah
2. Ketidaktahuan masyarakat akan
pengelolaan sampah plastik
3. Kurangnya kesadaran masyarakat
untuk peduli lingkungan
Teori Proses Pemberdayaan Menurut
Totok Mardikanto:
1. Mengidentifikasi dan
mengkaji wilayah
2. Menyusun rencana kegiatan
kelompok
3. Menerapkan rencana kegiatan
kelompok
4. Memantau proses dan hasil
kegiatan
Potensi Lokal
dalam pengelolaan
daur ulang plastik
(kerajinan tangan)
Dapat di daur ulang dan
menghasilkan produk
yang ramah lingkungan
dan dapat digunakan
kembali.
Page 73
60
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Masyarakat RW 13 Kelurahan
Pancoran Mas Kota Depok
1. Letak Geografis
Kelurahan Pancoran Mas ialah salah satu dari enam
kelurahan yang ada di Kecamatan Pancoran Mas, Kota
Depok, Jawa Barat. Kelurahan ini memiliki luas wilayah
473,55 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Perbatasan Utara: Kecamatan Depok Jaya dan
Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas
b. Perbatasan Timur: Kelurahan Depok, Kecamatan
Pancoran Mas
c. Perbatasan Selatan: Kelurahan Cipayung dan
Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung
d. Perbatasan Barat: Kelurahan Rangkap Jaya,
Kecamatan Pancoran Mas
Dari luas wilayah 473,55 Ha sebanyak 353 Ha
digunakan untuk perumahan dan pemukiman.
Selebihnya, lahan digunakan untuk perusahaan 9,45
Ha, pertanian 36,5 Ha, 4,5 Ha, sarana umum atau
jalan sebanyak 29,78. Dari pemakaian lahan tersebut,
diketahui bahwa porsi untuk pemukiman dan
perumahan paling mendominasi wilayah Kelurahan
Pancoran Mas.
Page 74
61
Lokasi penelitian ini dipilih tepatnya terletak di
RW 13 Kelurahan Pancoran Mas. Wilayah RW 13
ialah wilayah sudah didominasi oleh pemukiman dan
perumahan. Namun, sebagian rumah masih
menggunakan lahannya untuk menanam tanaman hias
dan pepohonan. Rumah-rumah dibangun tidak
beraturan dan saling berdempetan. Ada juga yang
beberapa perumahan berada di RW 13 yaitu bernama
Hasanah Village dan Griya Rolas. Dan kondisi cuaca
di daerah ini juga cukup panas dikarenakan jumlah
lahan untuk pertanian dan lahan pepohonan pun lebih
sedikit daripada pemukiman. Kondisi jalan yang ada
pada wilayah RW 13 sudah coran sehingga
memudahkan warga sekitarnya untuk melakukan
mobilisasi.
1. Profil singkat Komunitas Warga Peduli Lingkungan
a. Komunitas WPL adalah lembaga social enterprise
(wirausaha sosial) yang diinisiasi oleh Baron
Noorwendo dan Sri Wulan Wibiyanti sejak tahun
2003.
b. Komunitas WPL yang memiliki motto ‘Build the
Locals’ memfokuskan diri pada upaya
pemberdayaan dan pengembangan potensi lokal.
c. Semua program Komunitas WPL dibangun
dengan memperhatikan kebutuhan inti masyarakat
penerima manfaat dan dikembangkan dengan
Page 75
62
menggunakan metode-metode ilmiah, sederhana
dan yang aplikatif.
d. Program-program dimaksudkan membangun pola
pikir dan perilaku agar masyarakat mengelola
(mengorganisasi) potensi lokal yang dimilikinya
secara produktif sehingga menjadi kerangka mata
pencaharian yang berkesinambungan.
2. Pengorganisasian Potensi Masyarakat
Komunitas Warga Peduli Lingkungan memiliki
pengorganisasian pada potensi masyarakat meliputi,
potensi dan kebutuhan, metode pengelolaan dan
kemampuan pengorganisasian. Dapat dilihat pada
gambar 3.1 sebagai berikut.
Gambar 3.1 Pengorganisasian Potensi Masyarakat
di Komunitas Warga Peduli Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
a. Potensi & Kebutuhan
Peta masalah
Peta kebutuhan
Peta potensi
Page 76
63
Inisiatif perubahan
b. Metode Pengelolaan
Pemetaan sosial
Perencanaan perubahan sosial
Pengembangan
Pemberdayaan
Model bisnis
Efektivitas
Keberlanjutan
c. Kemampuan Pengorganisasian
Program Pemberdayaan Masyarakat
3. Visi dan Misi Komunitas Warga Peduli Lingkungan
a. Visi Komunitas WPL
Menjadi Creative Development Hub yang dapat
memfasilitasi berbagai upaya memuliakan potensi
lokal menjadi kerangka pengembangan kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan.
b. Misi Komunitas WPL
1. Mencerdaskan masyarakat melalui gerakan
literasi, sesuai prinsip Literacy is the mother of
empowerment.
2. Membangun pola pikir dan perilaku
masyarakat sehingga dapat membangun
produktivitas sekaligus memelihara kelestarian
lingkungan.
Page 77
64
3. Membangun program-program nyata
pengorganisasian masyarakat berdasarkan
potensi dan kebutuhan dalam berbagai tingkat
dan kapasitas.
4. Mencetak dan mendampingi inisiator
penggerak perubahan sosial yang akan
menyebar ke seluruh penjuru nusantara.
4. Struktur kepengurusan di Komunitas Warga peduli
Lingkungan
Komunitas Warga Peduli Lingkungan telah
diresmikan pada tanggal 18 Juni 2011. Dengan
susunan struktur kepengurusan sebagai berikut dan
dapat dilihat pada gambar 3.2.
a. Pembina: Baron Noorwendo
b. Pengurus
c. Ketua: Amirrudin
d. Sekretaris: Pandji Widya
e. Bendahara: Sri Wulan Wibiyanti
f. Pengawas: Subhan Akbar
Page 78
65
Gambar 3.2 Struktur Kepengurusan Komunitas
Warga Peduli Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
5. Program Komunitas WPL
Adapun program yang ada di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan terbagi menjadi beberapa macam
seperti, literasi, lingkungan, pemberdayaan potensi lokal,
sekolah sociopreneur. Dapat dilihat pada gambar 3.3.
Ketua
Amirrudin
Pembina
Baron Noorwendo
Bendahara
Sri Wulan Wibiyanti
Sekretaris
Pandji Widya
Pengawas
Subhan Akbar
Page 79
66
Gambar 3.3 Program Komunitas Warga Peduli
Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
a. Program Literasi
1) Literacy is the Mother of Empowerment
2) Literasi tidak hanya membaca buku,
melainkan menulis gagasan dan juga
menghasilkan karya.
3) Literasi adalah upaya untuk membentuk
pola pikir dan optimisme masyarakat untuk
berubah dan mewujudkan kondisi yang
lebih baik.
Adapun program literasi yang ada di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan ini adanya taman bacaan
masyarakat, bimbel cemerlang, orang depok menulis
Page 80
67
yang di tulis oleh anak-anak dan warga senior, adanya
bengkel buku ilustrasi dan donasi buku ke penjuru
negeri,dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Program Literasi di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
2. Program Lingkungan
a. Lingkungan adalah modal utama keberlangsungan
kehidupan dan mata pencaharian berkelanjutan
(sustainable livelihoods).
b. Program lingkungan bertujuan membangun pola
hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan
lingkungan sekitarnya.
c. Output program lingkungan:
Page 81
68
1) Kesejahteraan masyarakat meningkat sementara
kelestarian alam terwujud
c. Produk Program Lingkungan
Adapun program lingkungan yang ada di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan, yang telah di jelaskan diatas.
Berikut terdapat produk dari program lingkungan yaitu,
teras edukasi untuk life style, keterampilan upcycle dan
composting. Pemanfaatan barang bekas untuk hit brankas.
Pemanfaatan lahan terbatas untuk bibit tanaman produktif
dan bududaya lebah klanceng. Dapat dilihat pada gambar
3.5.
Gambar 3.5 Produk Program Lingkungan di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
Page 82
69
d. Program Pemberdayaan Potensi Lokal
Tujuan: memuliakan potensi lokal sehingga
menjadi modal kerangka mata pencaharian yang
berkelanjutan.
Misi:
1) Mendampingi masyarakat menggali kebutuhan
dan potensi yang dimilikinya.
2) Mendampingi masyarakat dengan memberikan
metode-metode yang dibutuhkan untuk merangkai
usaha sosial yang bermanfaat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan berkelanjutan.
3) Menjadi penghubung pengembangan kreatif
(creative development hub) potensi masyarakat.
e. Produk Program Pemberdayaan Potensi Lokal
Komunitas Warga Pedili Lingkungan juga
memiliki program pemberdayaan potensi lokal
yang salah satunya ialah program kerajian tangan
dari daur ulang sampah yang telah dibersihkan
sebelumnya. Adapun dari produk program
pemberdayaan potensi lokal disini yaitu, mikro
kredit dari sampah, kerajinan upcycle,
kitchenpreneur, belimbing van depok untuk
penjualan, wisata edukasi dan wisata panen. Dapat
dilihat pada gambar 3.6.
Page 83
70
Gambar 3.6 Program Pemberdayaan Potensi Lokal
di Komunitas Warga peduli Lingkungan
Sumber: Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok
f. Sekolah Social Entrepreneur
1) Tujuan:
a) Mengembangkan dan menerapkan konsep-
konsep ilmiah berkaitan dengan upaya
membangun program pemberdayaan
masyarakat yang berkelanjutan.
b) Mendidik, mencetak dan mendampingi
individu atau lembaga yang berkeinginan
terjun ke bidang Social Entrepreneur.
c) Membangun jejaring para Social
Entrepreneur hingga ke seluruh penjuru
negeri.
Page 84
71
g. Produk Sekolah Social Entrepreneur
Kampung Lebah Klanceng Pancoran Mas ~ dalam proses
pelaksanaan bekerja sama dengan Kelompok Tani
Kalilicin.
Page 85
72
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Dalam hasil yang di dapat ini peneliti membahas tentang
Proses Pemberdayaan Masyarakat.dan Manfaat yang didapati
oleh masyarakat.
Berikut ini peneliti jabarkan secara lengkap dan jelas
mengenai hasil temuan data di lapangan, wawancara peneliti
dengan pendiri dan para pengrajin daur ulang plastik oleh
Komunitas Warga Peduli Lingkungan Depok. Berdasarkan hasil
wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi yang
telah dilakukan, hasil temuan lapangan tentang proses yang
terjadi di Komunitas Warga Peduli Lingkungan melalui program
pengembangan potensi lokal akan di ulas menjadi beberapa sub-
judul sebagai berikut :
A. Proses yang dilakukan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam pemberdayaan masyarakat di Depok
Jawa Barat.
1. Mengkaji Potensi Wilayah
Salah satu temuan penelitian tentang Komunitas
Warga Peduli Lingkungan adalah lembaga
pemberdayaan masyarakat yang berperan dalam usaha
memberdayakan agar mereka menjadi lebih hidup
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Persiapan
yang dilakukan Komunitas Warga Peduli Lingkungan
yang pertama ialah mengkaji potensi wilayah, yang
dimana wilayah ini juga tempat tinggal pendiri.
Page 86
73
a. Studi Dokumentasi/Arsip
Pendiri melakukan studi arsip yang dimana arsip
itu di peroleh dari kelurahan yang meliputi letak
geografis, jumlah penduduk, pekerjaan penduduk
hingga data pendapatan.
b. Studi Lapangan
Pendiri melakukan observasi ke seluruh rumah
penduduk, kemudian dari hasil observasi ini
didapat bahwa RT 01 RW 13 merupakan tempat
yang potensial untuk berdirinya Komunitas Warga
Peduli Lingkungan, karena:
1) Banyak ibu-ibu yang menghabiskan waktunya
dirumah atau di teras rumah tanpa kegiatan.
2) Dari data arsip kelurahan RT 01 RW 13
merupakan wilayah yang tingkat
penghasilannya menengah kebawah.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan pendiri
komunitas warga peduli lingkungan yang menyatakan
bahwa:
”Pada awalnya saya melihat wilayah ini
mempunyai banyak potensi baik dari masyarakat
nya. Saya juga melihat masyarakat setempat
memiliki bakat dan kemampuan sehingga saya
mempunyai keinginan untuk mendirikan WPL
ditempat ini. Di tempat ini banyak hal yang
harus diberdayakan tetapi saya melihat tidak ada
orang yang ingin memulainya sehingga saya
berniat mendirikan komunitas ini bersama istri
dan di sambut baik oleh masyarakat sekitar”
(Wawancara dengan Pak Baron, 2019)
Page 87
74
Dikarenakan wilayah ini ialah tempat tinggal
pendiri, maka menurut Bapak Baron “manusia itu hidup
harus bermanfaat minimal buat lingkunganya”. Dalam
hal ini manusia harus bermanfaat untuk sekitarnya.
2. Menyusun Perencanaan Kegiatan Kelompok
Adapun temuan penelitian yang di peroleh dari
perencanaan kegiatan kelompok di Komunitas Warga
Peduli Lingkungan, sebagai berikut:
a. Berdiskusi antar pendiri
Bapak Baron bersama istri berdiskusi perihal
program akan dilaksanakan ketika sore hari
menjelang maghrib, hal ini dilakukan Bapak
Baron dan istri selama satu minggu sebelum
berdiskusi dengan masyarakat, yaitu bulan
April 2011.
b. Forum Grup Discussion
FGD dilakukan bersama ibu-ibu PKK Rt 01
RW 13 dikediaman Bapak Baron sore hari
selama tiga kali dalam seminggu.
Dalam hal ini Bapak Baron dan istri
mensosialisasikan dan temu pendapat dengan
ibu-ibu perihal menyusun perencanaan
kegiatan.
Hal ini juga diungkapkan oleh pendiri Komunitas
Warga Peduli Lingkungan Bapak Baron, sebagai berikut:
Page 88
75
“Sebelumnya Saya dan istri saya mendiskusikan
tentang program yang akan kami buat sebelum kami
bahas bersama para warga ketika program sudah
selesai kami bahas barulah kami diskusikan
bersama para warga setempat. Biasanya kami
mendiskusikan program ini seminggu tiga kali
tinggal bagaimana waktu luang dari para warga.
Kami selalu menerima saran dari para warga,
saran yang diberikan kami tampung kemudian kami
diskusikan bersama kembali agar tercipta suatu
program yang baik dan bisa diterima oleah para
warga setempat” (Wawancara dengan Pak Baron,
2019)
Hal ini juga di ungkapkan oleh salah satu pengrajin
perihal persiapan program yang di buat
“Persiapannya selalu ada, namun itu semua
sudah di persiapkan terlebih dahulu sudah jauh
dari sebelum acara dimulai, kadang kita ngasih
masukan saran juga” (Wawancara dengan ibu Ami,
2019)
Sebagaimana hasil wawancara diatas, menyebutkan
bahwa persiapan pendiri dengan masyarakat setempat
membuat masyarakat percaya diri bahwa semua bisa
berdaya dalam melakukan program kemasyarakatan. Hal
ini juga masyarakat mengikuti rapat atau pertemuan rutin
untuk membahas teknis kerja
“Untuk rapat rutin tergantung dari kepentingan
saja, kalau memang program yang kami rancang ini
mendapatkan sebuah event kami akan mengadakan
rapat. Terkait rapat kami biasanya melakukan
seminggu tiga kali untuk waktu hari serta jam nya
tergantung bagaimana kesedian dari para warga,
agar para warga bisa fokus ketiga rapat”
(Wawancara dengan Pak Baron, 2019)
Page 89
76
Dengan adanya rapat atau pertemuan rutin maka
pendiri dan masyarakat pun bertemu dan bertatap muka
langsung di satu tempat. Kemudian pendiri juga
mempersiapkan untuk sosialisasi program yang dibuat,
tergantung program apa yang dilaksanakan karena
persiapannya tidak bisa mendadak maka dibuatlah jauh-
jauh hari, tentu metode persiapannya dengan
musyawarah di kumpulan masyarakat, diungkapkan
sebagai berikut:
“Kami selalu melihat keadaan sekitar, jika
dirasa program ini cocok untuk masyarakat
setempat maka akan kami diskusikan, pada intinya
kami selalu berdiskusi agar ketika kami ingin
bersosialisai tentang program kami akan di terima
baik oleh warga setempat dengan baik”
(Wawancara dengan Pak Baron, 2019)
Salah satu temuan dari masyarakat yang ikut gabung
di Komunitas Warga Peduli Lingkungan ialah sebagai
pengrajin. Sebagaimana diungkapkan oleh ibu Mursidah:
“saya ikut gabung disini sudah lama sih, ya
dari awal berdiri Komunitas ini” (Wawancara
dengan Ibu Mursidah, 2019)
Dengan adanya kegiatan kerajinan tangan ini
masyarakat sekitar yang mengikuti pelatihan
keterampilan ini menjadikan menambah wawasan dan
tentunya menambah kegiatan. Hal ini juga diungkapkan
oleh ibu Tina:
Page 90
77
”saya tadinya cuma ibu rumah tangga aja
adanya kegiaan ini ya jadi nambahin kegiatan lah
daripada bengong…hehe” (Wawancara dengan Ibu
Halimah, 2019)
Demikian masyarakat sekitar pun mengikuti adanya
kegiatan kerajinan tangan ini, yang dengan awalnya
mempunyai kemampuan sendiri lalu dikembangkan oleh
Komunitas Warga Peduli Lingkungan, yang
diungkapkan oleh salah satu pengrajin:
“iya jadi memang awalnya itu diadakan
sosialisasi untuk kegiatan kerajinan tangan ini, saya
ikut gabung dalam acara sosialisasinya”
(Wawancara dengan ibu Susi, 2019)
Setelah diadakannya sosialisasi program maka ada
tanggapan dari masyarakat yang di paparkan langsung
oleh istri pendiri:
“Respon ya kalo sekarang Alhamdulillah udah
bagus udah pada ngerti medsos, dan antusiasnya
udah rame banget, beda lah sama awal-awal saya
merintis WPL ini” (Wawancara dengan Ibu Wulan,
2019)
Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu pengrajin,
sebagai berikut
“Tanggapan masyarakat disini bagus dan bisa
dimengerti, bagi yang belum mengerti di bantu untuk
dibagian mana yang belum paham. Dan sekarang kan
ada internet jadi warga bisa mencari sendiri”
(Wawancara dengan ibu Ami, 2019)
Setelah melakukan sosialisasi dan mendapatkan
tanggapan dari masyarakat dengan selalu menyambut
baik dan tidak adanya penolakan setiap diadakannya
Page 91
78
sosialisasi mengenai program yang telah diberikan oleh
pendiri. Kemudian pendiri membuat susunan rencana
kegiatan kelompok. Sebagaimana yang disusun oleh
pendiri, sebagai berikut:
“Menyusun rencana kegiatan kelompok itu, kami
rancang dulu kegiatannya baru nanti dibagi
program-programnya ke kelompok, kalo bagaimana
rencana menyusun kegiatannya sih spontanitas ajaa,
karena saya inginnya masyarakat dulu yang
menggagas, nanti saya mendorong” (Wawancara
dengan Pak Baron, 2019)
Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu pengrajin
sebagai berikut
“Menyusun kegiatan sudah masing-masing di
atur perkelompok. Dan bagian rencana kegiatannya
dilakukan sebisanya saja agar masyarakat pun
mudah memahaminya, kadang juga spontan aja sih
untuk penyusunannya” (Wawancara dengan Ibu Ami,
2019)
Dan adanya rencana kegiatan kelompok di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan yang sudah di
susun sebelum di beritahukan kepada masyarakat,
sebagai berikut:
“Kalo rencana kegiatannya secara umum itu ada
empat yaitu literasi, lingkungan, pemberdayaan
potensi dan sekolah entrepreneur, nah sekarang
program kerajinan itu salah satu keluaran dari
program potensi lokal” (Wawancara dengan Pak
Baron, 2019)
Selanjutnya setiap kegiatan yang dilakukan pasti
terdapat masalah yang sering saja datang, maka setiap
Page 92
79
progam yang telah disusun pun terdapat masalah
didalamnya dan harus dipecahkan dengan solusi terbaik,
seperti yang diungkapkan oleh ibu Wulan sebagai
berikut:
“Masalah kan selalu ada mbak, dimana-dimana
pasti ada masalah mah apalagi ini kan kita buat
kelompok dan terdiri dari masyarakat, pasti ada lah
di perjalannya entah itu persiapannya yang kurang
matang, terus antusiasnya kurang, ya pokoknya ada
ajalah… hehe” (Wawancara dengan Ibu Wulan,
2019)
“Pemecahan masalah dalam menyusun rencana
kegiatan kelompok yang tepat bagi saya, yang saya
terapkan yaitu dengan mengajak kumpul dan dengan
komunikasi persuasif yang baik karena perselisihan
atau beda pendapat itu pasti ada” (Wawancara
dengan Ibu Wulan, 2019)
Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa pengrajin
yang mengungkapkan terjadinya masalah dalam
menyusun rencana kegiatan kelompok dan juga
bagaimana cara pemecahan masalahnya, sebagai berikut
“Masalah itu pasti ada, apalagi ini isi kelompok
nya dari berbagai sifat orang yang belum bisa di
prediksi. Namun dengan kedewasaan nya masyarakat
sekitar jika ada masalah dilakukan dengan
kekeluargaan” (Wawancara dengan Ibu Ami, 2019)
“Seperti yang saya bilang tadi, dengan cara
bermusyawarah dan dilakukan secara kekeluargaan
pastinya untuk nyeselesain masalah” (Wawancara
dengan ibu Ami, 2019)
Diungkapkan juga oleh pengrajin lainnya
“Masalah mah ya udah pasti ada, kan kita ini
dalam kelompok terdiri dari beberapa orang dan kita
Page 93
80
kan ga tau mana yang dia suka dan mana yang ngga”
(wawancara dengan Ibu Lilis, 2019)
“Pemecahan masalah ya yang penting itu kita di
ajak kumpul dan dicari letak kesalahannya dan
dilakukan dengan cara kekeluargaan” (Wawancara
dengan Ibu Lilis, 2019)
Setelah wawancara di atas, pendiri juga membuat
perencanaan kegiatan kelompok dan pertimbangan yang
menjadi dasar dari perencanaan yang telah disusun,
maka pendiri mengungkapkan sebagai berikut:
“Sudah saya katakan diatas bahwa ketika saya
ingin membuat rancangan untuk penyusunan
kelompok saya melihat bakat dan kemampuan dari
para warga ini, tujuan nya agar para warga memilki
rasa tanggung jawab dan juga tidak bermalas-
malasan ketika bekerja dan juga paham dengan
pekerjaan yang akan dikerjakan nantinya”
(Wawancara dengan Pak Baron, 2019)
Dengan demikian Komunitas Warga Peduli
Lingkungan mengacu pada visi dan misi, potensi lokal
yang ada, kemudian sumber daya manusia yang tersedia
dan mimpi-mimpi masyarakat terutama untuk di wilayah
ini.
3. Menerapkan perencanaan kegiatan kelompok
Komunitas Warga Peduli Lingkungan memiliki
program pengembangan potensi lokal untuk masyarakat,
berupa pengelolaan daur ulang sampah plastik. Dalam
penelitian ini peneliti memfokuskan pada program
menerapkan kegiatan yaitu proses pembuatan daur ulang
plastik hingga menjadi barang jadi. Dengan sosialisasi
yang digencarkan terlebih dulu dan melihat respon dari
Page 94
81
masyarakat, sehingga maksud rencana yang ingin
diterapkan dapat dipahami dan bisa dilaksakan oleh
masyarakat. hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Bapak Baron:
“Saya memulai komunitas WPL ini bersama istri
dan kami dari dulu selalu bersikap tegas kepada para
warga. Tetapi tegas bukan dalam artian galak bukan
ya, tegas ketika memberikan arahan dan kami juga
mencontohkannya agar para warga juga ikut secara
perlahan. Mereka pun akhirnya punya kesadaran
masing-masing. nah dari situlah kami menerapkan
kegiatannya, sejauh itu kami tidak punya masalah
ketika ingin menerapkan kegiatan karena mereka
selalu menrima dengan baik” (Wawancara dengan
Pak Baron, 2019)
Adapun prosesnya:
Tahap pelaksanaan kegiatan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan.
a. Sosialisasi
Sosialisasi ini dilakukan ketika awal mula
peluncuran WPLL. Pada bulan Juni 2011
dimana pada sosialisasi ini digencarkan melalui
media sosial, brosur, dari mulut ke mulut dan
programnya adalah daur ulang sampah plastic
menjadi barang jadi.
Seperti:
1) Tas
2) Dompet
3) Dll
Page 95
82
b. Pelatihan Mendaur Ulang
Proses ini dilakukan dirumah Bapak Baron, para
ibu-ibu diberikan edukasi tentang sampah,
seperti membedakan sampah organik dan non
organik, sampah basah/kering antara sampah
yang bisa di daur ulang dan yang dijadikan
pupuk tanaman:
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah
satu pengrajin:
“iya awal-awal kami diberikan pelatihan
memilih sampah antara yang kering dan basah
serta mana yang bisa di daur ulangdan
dijadikan pupuk”. (Wawancara dengan Ibu Susi
2019)
Dengan adanya pelatihan dan keterampilan, selain
untuk mendorong semangat para pengrajin di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan juga sebagai wadah untuk
berkreasi dan mengasah keahlian keterampilan
masyarakat sebagai pengrajin yang diarahkan untuk
mengikuti kegiatan menganyam. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Susi:
“jenis kerajinan yang saya tekuni disini
mengelola daur ulang plastik, nah dari plastik-plastik
ini saya membuat tas” (Wawancara dengan Ibu Susi,
2019)
Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa pengrajin
sebagai berikut
“Mengumpulkan sampah yang bisa di daur ulang
ya contoh nya aja bungkus kopi, bungkus nya di
bersihkan dahulu, di potong bagian yang di perlukan,
Page 96
83
siapkan alat jahit dan lalu kita buat dahulu ilustrasi
mau dibikin apa bungkus kopi ini” (Wawancara
dengan Ibu Ami, 2019)
“Ya mengumpulkan sampah-sampah yang mau di
daur ulang dan sebelum itu kita sudah ada planning
yang akan dibuat untuk mendaur sampah tersebut”
(Wawancara dengan Ibu Lilis, 2019)
Selanjutnya para pengrajin diberikan
pelatihan/tahap/proses cara-cara mencuci sampah
yang sudah dipilih, mengeringkan sampah,
menggunting pola-pola sesuai dengan yang
dibutuhkan. Adapun klasifikasi sampah yang
diperlukan oleh Komunitas Warga Peduli
Lingkungan:
1. Bungkus ciki, kopi, detergen, permen,
minuman sachetan.
Kemudian untuk proses pembuatan kerajinan tangan
ini pun membutuhkan waktu hingga menjadi barang jadi.
Hal ini diungkapkan oleh pengrajin ibu Susi:
“kalo lagi banyak yang pesan kita
memaksimalkan waktu pembuatannya, jadi bisa di
bilang kejar target gitu, kalo paling lama
pembuatannya seminggu, gimana ukuran dan model
yang dipesan juga sih” (Wawancara dengan Ibu Susi,
2019)
c. Pelatihan Keterampilan Menganyam
Proses ini adalah proses inti dari kegiatan di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan agar ibu-
ibu ini memiliki modal keterampilan dalam
menganyam kerajinan. Meskipun dahulu para
Page 97
84
pengrajin sudah memiliki skill atau basic
menjahit kain. Pada proses ini dilakukan oleh
istrinya yang memberikan sharing tentang pola-
pola kerajinan mulai dari:
1. Pola membuat tas
2. Pola membuat dompet
Yang kemudian masing-masing dari ibu-ibu
ini mengembangkannya skill sendiri, dan
pada akhirnya mereka mampu membuat
berbagai macam bentuk atau model tas dan
dompet.
Setelah masyarakat mengikuti berbagai program
kegiatan dapat terlihat bahwa pada dasarnya mereka
mempunyai potensi. Potensi yang dimiliki masyarakat
ini dapat berkembang dengan adanya dorongan dan
dukungan yang tepat. Sebagaimana yang diterapkan oleh
Komunitas Warga Peduli Lingkungan, memberikan
pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan juga adanya dukungan dari pendamping
yang selalu siap membantu masyarakat. dan proses daur
ulang plastik ini sebagai berikut:
“Mengumpulkan bungkusan kopi, sabun deterjen
yang sudah disesuaikan lalu dibersihkan dan
dikeringkan kemudian apa yang ingin dibuat misal
tas dan dompet. Bungkusan yang sudah di keringkan
tadi digunting dan dibentuk sesuai pola yang ingin
dibuat, siapin juga lem dan alat jahit, kalo udah
ketahuan rencananya kan gampang kumpulin aja
barang-barangnya trus di anyam dan di buat
Page 98
85
sedemikian rupa sesuai permintaan” (Wawancara
dengan ibu Wulan, 2019)
Dengan adanya kegiatan ini yang awalnya ibu-ibu
disini hanya sebagai ibu rumah tangga saja, saat ini ada
kegiatan di luar rumah dan bergabung pada ibu-ibu
lainnya, seperti yang diungkapkan oleh ibu Hana:
“Iya jadi ada kegiatan yang bermanfaaat juga
selain ngurusin rumah, kalo kerjaan rumah udah
kelar mah biasanya bengong apa entar ngobrol sama
ibu-ibu ujung-ujungnya gosipin orang dah”
(Wawancara dengan Ibu Hana, 2019
)
Dengan demikian, masyarakat sekitar pun memang
awalnya sudah mempunyai kemampuan untuk
menganyam seperti membuat keset, namun tidak ada
wadah penjualannya, maka dari itu Komunitas Warga
Peduli Lingkungan hadir untuk mengembangkan
kegiatan seperti ini.
4. Memantau Kegiatan
Setelah menyusun rencana dan menerapkannya
dilakukan tahap pemantauan secara berkala guna melihat
jalannya proses yang telah dilaksanakan apakah sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Adapun kegiatan
pemantauan di Komunitas Warga Peduli Lingkungan
dilakukan dengan cara yang telah diungkapkan oleh
bapak Baron sebagai berikut:
“Tahap monitoring, setiap kegiatan pasti saya
pantau kalo saya berhalangan ya istri saya atau ada
lah orang kepercayaan saya di WPL” (Wawancara
dengan Pak Baron, 2019)
Page 99
86
Setelah memastikan rencana yang sudah dibuat
dapat terlaksana dengan baik kemudian setiap kegiatan
yang dikerjakan dipantau guna mengetahui sudah sampai
mana pengerjaan yang dilakukan oleh masyarakat,
“Kami sudah membuat kesepakatan bahwa
setiap hari saya mengkontrol mereka jadi mereka pun
tau, mereka pun tanpa saya kontrol juga terkadang
bekerja sesuai karena di dalam diri mereka sudah
mempunyai rasa tanggung jawab sehingga mereka
tidak bermalas-malasan” (Wawancara dengan Ibu
Wulan, 2019)
Setiap memantau pelaksanaan dalam kegiatan ini
dilihat, di raba apakah sudah sesuai atau belum, apakah
banyak yang cacat atau tidak, jadi dari sinilah masalah
yang terjadi akan ketahuan.
Kemudian setelah melakukan pemantauan, adanya
tahap monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang
dilaksanakan dan apakah kegiatan yang dilakukan ini
berjalan sesuai tujuan yang diharapkan atau tidak, maka
dijelaskan sebagai berikut:
“Kita lakukan evaluasi berdasarkan temuan-
temuan kesalahan kalau-kalau ada kesalahan yang di
temukan dilapangan, nah kita bahas pas kumpul
mingguan itu atau setelah program selesai”
(Wawancara dengan ibu Wulan, 2019)
Selain itu, Komunitas Warga Peduli Lingkungan
juga melakukan evaluasi setiap bulan guna untuk melihat
hasil kinerja sejauh ini, justru masyarakat yang
Page 100
87
melaksakan kegiatan ini semakin hari semakin semangat
dalam mengerjakan yang dikerjakannya.
Setelah berjalannya Komunitas Warga Peduli
Lingkungan adanya kemajuan dan juga pola pikir dari
masyarakat yang sudah modern dengan mengikuti
zaman di era ini
“Alhamdulillah masyarakat berubah pola
pikirnya meskipun belum semuanya sadar akan
kemanfaatan sampah ini. Tapi lambat laun tapi pasti
selama kita istiqomah insyaAllah bisa berubah secara
mainset” (Wawancara dengan Ibu Wulan, 2019)
Hal ini juga diungkapkan oleh beberapa pengrajin,
sebagai berikut
“Dengan adanya komunitas WPL masyarakat
sudah berubah dari yang dulu ga tau bahwa sampah
rumahan itu masih bisa menghasilkan adanya
kemanfaatan jika di daur ulang dengan baik”
(Wawancara dengan Ibu Lilis, 2019)
“Ya dari sebagian masyarakat sudah bisa
mengubah sampah yang bisa di daur ulang menjadi
uang, tapi ada sebagian masyarakat yang masih tidak
mengetahui jika ada sampah yang bisa di kelola
menjadi uang” (Wawancara dengan Ibu Ami, 2019)
B. Manfaat yang di dapati oleh masyarakat di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini berdasarkan pendiri
Komunitas Warga Peduli Lingkungan. Manfaat yang
Page 101
88
dilakukan ini melalui berbagai kegiatan pelatihan ternyata
cukup mempengaruhi kehidupan masyarakat, terbukti dari
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat
selama menjalani kegiatan ini. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ibu Wulan dan Bapak Baron selaku
pendiri Komunitas Warga Peduli Lingkungan:
“Manfaatnya buat diri saya pribadi tentu merasa
bahwa hidup lebih bermanfaat, kemudian masyarakat
wilayah sini sedikit demi sedikit nggak ada yang buang
sampah sembarangan apalagi sampah-sampah yang
bisa di daur ulang” (Wawancara dengan Ibu Wulan,
2019)
“Manfaat nya mereka jadi mempunyai banyak
wawasan dan keahlian lagi lalu juga mereka bisa
menerapkan apa yang mereka dapat di lingkungan
mereka setempat” (Wawancara dengan Bapak Baron,
2019)
Pelatihan keterampilan yang dilakukan oleh masyarakat
Komunitas Warga Peduli Lingkungan, selain
membangkitkan kesadaran atas potensi yang dimilikinya.
Tentunya menambah pengetahuan baru dan dapat mengasah
keahlian keterampilan serta menjadi bekal untuk di masa
depan. Dan para pengrajin ini juga mendapatkan manfaat
dari kegiatan ini, sebagaimana diungkapkan oleh ibu Susi,
Ibu Mursidah, Ibu Halimah, Ibu Hana, Ibu Ami, Ibu Lilis :
“manfaatnya kemampuan saya bisa dikembangkan
lagi ditambahnya pengetahuan baru” (Wawancara
dengan Ibu Susi, 2019)
Page 102
89
“bisa ngehasilin duit yang bisa dibeliin barang
yang bisa digunakan kembali” (Wawancara dengan ibu
Mursidah, 2019)
“ya gini jadi liat lingkungan sekitar juga bersih ga
ada sampah” (Wawancara dengan Ibu Halimah, 2019)
“iya manfaat yang saya dapetin sih ilmu baru jadi
yang tadinya gatau jadi saya tau, jadi belajar lagi”
(Wawancara dengan Ibu Hana, 2019)
“Manfaat buat saya itu banyak sekali, ya bisa
membantu masyarakat terutama bagi ibu-ibu yang
Cuma di rumah tidak beraktifitas dengan adanya WPL
ibu-ibu tersebut secara tidak langsung mempunyai
kegiatan baru, pengetahuan baru juga mba”
(Wawancara dengan Ibu Ami, 2019)
“Manfaat buat pribadi ya alhamdulilah menjadi
orang yang berguna bagi keluarga dan lingkungan
sekitar kan alhamdulillahnya saya bisa mendapatkan
pahala dengan membantu orang-orang disekitar
lingkungan saya” (Wawancara dengan Ibu Lilis, 2019)
Dari hasil wawancara diatas menunjukan bahwa adanya
kegiatan ini membawa masyarakat menjadi lebih mengerti
dengan sampah plastik yang bisa di daur ulang kembali
dengan menjadikan barang yang mempunya nilai harga jual.
Dengan harapan-harapan yang telah di ungkapkan oleh
pendiri dan pengrajin:
“Saya selalu bilang ke mereka agar tidak mudah
puas dengan hasil yang di capai tetapi selalu tetap
belajar dan belajar agar kemampuan mereka juga
semakin bagus. Lalu saya juga berharap sekali kelak
mereka juga bisa mendirikan komunitas seperti saya
bahkan kalau bisa lebih bagus dari saya dan bisa
membantu banyak orang lagi karena dengan membantu
Page 103
90
banyak orang kita akan semakin mendapatkan pahala”
(Wawancara dengan Bapak Baron, 2019)
“Harapan saya bahwa pengelola para anggota
tetap Istiqomah dalam menjalankan program terus bisa
bertambah program-programnya lah, itu aja lah kalo
dari saya, yang penting WPL ini tetap ada di wilayah
ini” (Wawancara dengan Ibu Wulan, 2019)
“Harapannya agar masyarakat tidak membuang
sampah sembarangan lagi, Cuma susah juga sih ya kalo
bukan kesadaran dari diri sendiri” (Wawancara dengan
Ibu Susi, 2019)
“Harapan saya semoga komunitas WPL bisa
bertahan dan sukses untuk memajukan masyarakat
sekitar dari hal sederhana yang bisa mengurangi
sampah rumahan” (Wawancara dengan Ibu Lilis, 2019)
Dengan keterampilan yang telah ditekuninya selama di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan, masyarakat
diharapkan mampu hidup mandiri di tengah masyarakat.
Keterampilan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan
sebagai peluang usaha sendiri, bahkan dapat membuka
peluang pekerjaan untuk orang lain dan memotivasi
masyarakat lain yang belum bergabung dalam kegiatan ini.
Page 104
91
BAB V
PEMBAHASAN
Dari beberapa data temuan lapangan, maka peneliti akan
menganalisis mengenai proses dan manfaat dalam pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan di Komunitas Warga Peduli
Lingkungan, sebagai berikut:
A. Proses yang dilakukan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Diuraikan dalam tinjauan teoritis Bab II mengenai proses
yang terkait pengembangan masyarakat, maka peneliti akan
menggunakannya sebagai alat analisis untuk melihat proses
Komunitas Warga Peduli Lingkungan dalam pemberdayaan
kelompok masyarakat.
1. Identifikasi Potensi, Permasalahan dan Peluang di
Wilayah Pancoran Mas, Depok sebagai Tempat
Berdirinya Komunitas Warga Peduli Lingkungan
Salah satu temuan penelitian tentang Komunitas
Warga Peduli Lingkungan adalah lembaga pemberdayaan
masyarakat yang berperan dalam usaha memberdayakan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya agar
mereka hidup lebih mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain.
Persiapan yang dilakukan Komunitas Warga Peduli
Lingkungan yang pertama ialah mengkaji potensi
wilayah, dimana wilayah ini memiliki banyak sumber
Page 105
92
daya untuk dapat mengembangkan usaha dari komunitas.
Salah satu sumber daya yang akan dimanfaatkan adalah
barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai yang
selama ini menjadi tumpukan sampah di daerah ini.
Pendiri melihat belum adanya gerakan dari masyarakat
atau Pemerintah setempat untuk memanfaatkan sampah
tersebut sehingga hal ini menjadi salah satu perhatian
pendiri Komunitas WPL dimana daerah ini juga
merupakan tempat tinggal pendiri untuk menjadikan
sampah-sampah ini menjadi barang yang ekonomis dan
bermanfaat.
Selain melihat potensi wilayah, letak wilayahnya juga
strategis sehingga pendiri merasa tempat ini memiliki
peluang yang baik untuk mengembangkan usaha tersebut.
Pendiri menilai bahwa masyarakat akan dapat
diberdayakan kemampuannya dalam hal ini. Ia menilai
banyak masyarakat yang memiliki kemampuan di bidang
kerajinan tangan. Sehingga apabila ditekuni, hasil yang
akan didapat akan sangat bermanfaat bagi masyarakat dan
lingkungan. Hal ini seperti teori pemberdayaan yang
dikemukakan oleh Person yang dikutip Edi Suharto
(2010:58-59), yang mendefinisikan bahwa pemberdayaan
merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai
pengontrolan atas dan berpengaruh terhadap kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya.
Page 106
93
Hal ini demikian juga diungkapan oleh ibu Wulan
bahwa, potensi wilayah yang ada di daerah Pancoran Mas
khususnya di lingkungan mereka tinggal ini sangat
berpotensi, dan para warga juga memiliki kemampuan dan
bakat seperti menganyam, tetapi masih belum ada yang
membantu mengembangkan potensi mereka.
Hal tersebut membuat Pendiri dan istrinya melakukan
diskusi dengan masyarakat terkait diadakannya
Komunitas ini. Mereka ingin melihat antusiasme dari
masyarakat. Ternyata, ide Pendiri disambut baik oleh
masyarakat dan masyarakat sekitar pun sangat antusias
dengan adanya komunitas ini. Masyarakat menilai bahwa
komunitas ini berdampak baik bagi kesejahteraan hidup
mereka.
Masyarakat pun sangat kompak dalam belajar, mereka
saling mengajari satu sama lain sehingga mereka memiliki
kemampuan kerajinan tangan yang banyak dari masing-
masing orang. Akhirnya semakin banyak masyarakat yang
ikut bergabung dalam komunitas ini.
Menurut peneliti dalam melakukan penelitian terhadap
Komunitas Warga Peduli Lingkungan terkait tentang
potensi wilayah sudah maksimal dilakukan, karena
Komunitas Warga Peduli Lingkungan ini melihat bakat
dan potensi dari masyarakat setempat dan juga antusias
masyarakat terhadap komunitas warga peduli lingkungan
dan mendukung kegiatan ini.
Page 107
94
Hal ini sesuai dengan proses pemberdayaan menurut
Totok Mardikanto yang mengatakan bahwa dalam proses
pemberdayaan, masyarakat bersama-sama melakukan
identifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan,
serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu dan percaya diri dalam
mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya, baik
potensi maupun permasalahannya. Hal ini juga sesuai
dengan tujuan pemberdayaan dalam buku Totok
Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:61) yang
merujuk pada upaya perbaikan mutu hidup manusia.
Disebutkan bahwa dalam perbaikan kehidupan
masyarakat dan perbaikan usaha, usaha harus didasari
dengan pengetahuan dan keahlian karena akan
berpengaruh pada keberlanjutan usaha kehidupan
masyarakat di Komunitas Warga Peduli Lingkungan,
sebagaimana daur ulang plastik yang dijadikan anyaman
tersebut dapat digunakan kembali.
2. Penyusunan Rencana Kegiatan Komunitas Warga
Peduli Lingkungan
Dalam menyusun rencana kegiatan kelompok, pendiri
melakukan persiapan dengan masyarakat setempat
terlebih dahulu. Dengan adanya perencanaan kegiatan
kelompok di Komunitas Warga Peduli Lingkungan dapat
membuat masyarakat ini percaya diri bahwa semua bisa
berdaya dalam melakukan program kemasyarakatan.
Pendiri dan masyarakat juga melaksanakan kegiatan rapat
Page 108
95
atau pertemuan rutin untuk menyusun segala rencana
yang dibuat.
Sebelum Pendiri menyusun rencana kegiatan
Komunitas Warga Peduli Lingkungan dengan masyarakat,
biasanya Ia sudah terlebih dahulu membuat program kerja
bersama dengan istrinya yang nantinya akan dibahas
setiap minggu dengan komunitas WPL. Mereka selalu
menerima saran yang diberikan warga. Saran yang
diberikan mereka tampung kemudian mereka diskusikan
bersama kembali agar tercipta suatu program yang baik
dan bisa diterima oleh para warga setempat. (lihat
wawancara di Bab IV hal. 69)
Dalam menyusun kegiatan ini sudah masing-masing
diatur perkelompok dan bagian rencana kegiatannya
dilakukan sebisanya saja agar masyarakat pun mudah
untuk memahaminya.
Secara umum, rencana kegiatannya ada empat macam
yaitu literasi, lingkungan, pemberdayaan potensi dan
sekolah entrepreneur. Program kerajinan tangan itu salah
satu keluaran dari program potensi lokal (lihat wawancara
di Bab IV hal. 72).
Peneliti melihat bahwa pendiri Komunitas Warga
Peduli Lingkungan ini selalu mendengarkan dan masukan
dari para masyarakat yang bekerja di tempat nya. Hal ini
dilakukan agar pemilik komunitas juga tau masalah yang
dihadapi serta paham bagaimana bisa menyelesaikan
masalah tersebut. Setelah itu pemilik komunitas warga
Page 109
96
peduli lingkungan membuat rencana kegiatan agar bisa di
diskusikan bersama para masyarakat hingga menemukan
solusinya.
Pendiri menilai bahwa yang terpenting adalah
kenyamanan masyarakat ada di komunitas ini sehingga
komunitas ini bisa terus menjadi salah satu sumber
pencaharian masyarakat. Komunitas Warga Peduli
Lingkungan ini selalu cepat dalam menyelesaikan
masalah yang ada.
Jika terjadi masalah dalam menyusun rencana
kegiatan kelompok, solusi yang diterapkan oleh Pendiri
yaitu dengan mengajak berkumpul dan dengan
komunikasi persuasif yang baik karena perselisihan atau
beda pendapat itu pasti akan terjadi. Namun dengan
kedewasaan masyarakat sekitar jika ada masalah harus
dimusyawarahkan dengan kekeluargaan.
Menurut peneliti dalam melakukan penelitian
terhadap komunitas warga peduli lingkungan terkait
tentang menyusun rencana kegiatan kelompok sudah
maksimal dilakukan, karena para masyarakat yang bekerja
disini sudah merasa komunitas warga peduli lingkungan
sudah menyelesaikan masalah dengan baik dan juga bisa
mengembangankan rencana yang telah didiskusikan.
Hal ini sesuai dengan Proses Pemberdayaan menurut
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-
126) bahwa setelah mengidentifikasi dan mengkaji
potensi wilayah dan lain-lain, proses selanjutnya yang
Page 110
97
dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan kelompok
yang telah dilakukan oleh komunitas WPL ini mulai dari
berdiskusi masalah-masalah yang dihadapi dan solusi
untuk memecahkan masalahnya.
3. Penerapan Rencana Kegiatan Komunitas Warga
Peduli Lingkungan
Rencana yang telah disusun bersama dengan
dukungan fasilitas dari pendamping selanjutnya
diimplentasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap
memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk
dalam kegiatan ini adalah, pemantauan pelaksanaan dan
kemajuan kegiatan menjadi perhatian semua pihak, selain
itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan.
Pendiri dan masyarakat Komunitas Warga Peduli
Lingkungan melakukan rapat rutin yang diadakan setiap
satu minggu sekali. Sebelum melakukan rapat, pendiri
sudah membuat rencana kegiatan terlebih dahulu sebelum
didiskusikan bersama-sama. Setelah selesai membuat
rencana kegiatan, pendiripun mendiskusikan semua
rencana dengan masyarakat komunitas sehingga menjadi
rencana yang matang dan bisa diaplikasikan.
Jenis kerajinan yang ditekuni adalah mengelola daur
ulang plastik, salah satunya membuat tas (lihat wawancara
di Bab IV hal. 75). Jika pemesanan sedang banyak,
mereka akan memaksimalkan waktu pembuatannya
Page 111
98
tergantung ukuran dan model yang dipesan. Selain itu, ada
juga yang mengumpulkan bungkusan kopi, sabun deterjen
yang sudah disesuaikan lalu dibersihkan dan dikeringkan
kemudian bisa menjadi apapun yang ingin dibuat
misalnya tas dan dompet. Bungkusan yang sudah di
keringkan tadi digunting dan dibentuk sesuai pola yang
ingin dibuat. Mereka juga menyiapkan lem dan alat jahit.
Jika mereka sudah mengetahui rencana kegiatannya akan
lebih mudah untuk mengumpulkan barang-barangnya lalu
dianyam dan dibuat sedemikian rupa sesuai permintaan
(lihat wawancara di Bab IV hal. 76).
Peneliti menilai bahwa pendiri dan semua Komunitas
Warga Peduli Lingkungan berperan untuk menerapkan
rencana kegiatan yang telah didiskusikan bersama di
dukung dengan fasilitas dari pendamping. Rencana yang
telah disusun bersama dengan dukungan fasilitas dari
pendamping selanjutnya dimplementasikan dalam
kegiatan yang konkrit dengan tetap memperhatikan
realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah pemantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan
menjadi perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukan
perbaikan jika diperlukan.
Page 112
99
4. Pemantauan Proses dan Hasil Kegiatan Komunitas
Warga Peduli Lingkungan Secara Terus Menerus dan
Partisipatif
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, baiknya selalu
dilakukan pemantauan pada setiap prosesnya dan evaluasi
secara berkelanjutan.
Pada saat rapat mingguan, Pendiri selalu memantau
proses kegiatan yang dilakukan komunitas, dengan
kegiatan memantau ini Ia juga bisa mengetahui
bagaimana masyarakat ini bekerja dan Ia bisa menilai
kinerja mereka. Hal ini menjadi bahan evaluasi Pendiri
agar kedepannya masyarakat dapat maksimal dalam
bekerja.
Pendiri akan melakukan evaluasi berdasarkan
temuan-temuan kesalahan. Jika ada kesalahan yang di
temukan di lapangan, akan dibahas pada saat rapat
mingguan atau setelah program selesai (lihat wawancara
di Bab IV hal. 78).
Berdasarkan hasil dari temuan penelitian, kegiatan
memantau proses dan hasil kegiatan ini dilakukan agar
semua kegiatan dan rencana kegiatan yang telah
dirancang dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Dari analisa yang berdasarkan temuan lapangan
tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa penerapan
kegiatan yang dilakukan, dipantau secara terus menerus
agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya, serta
hasil dan dampaknya dapat disusun proses perbaikan jika
Page 113
100
diperlukan. Pemberdayaan kelompok masyarakat yang
dilakukan komunitas WPL juga berpengaruh positif bagi
kemajuan kehidupan masyarakat, karena komunitas WPL
dapat menyadarkan masyarakat akan potensi yang
dimilkinya, dan komunitas WPL juga terus mendukung
dan mendorong masyarakat agar terus menekuni
kemampuan yang mereka miliki, sehingga masyarakat
mampu dan melangkah maju dengan pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki.
B. Manfaat Kegiatan Komunitas Warga Peduli Lingkungan
dalam Tinjauan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
Manfaat daur ulang sampah yang dilakukan di
Komunitas Warga Peduli Lingkungan sangat memberikan
nilai positif, yang dimana manfaat positifnya adalah:
1. Membuat kesadaran kepada masyarakat akan sampah
yang bisa di daur ulang.
2. Menambah pengetahuan dengan cara memilah
sampah yang baik dan benar.
3. Lebih mengasah keahlian yang dimiliki sebelumnya
Terhadap masyarakat sekitar yang ikut berpartisipasi dalam
menjalankan program-program yang telah disepakati.
Kegiatan tersebut merupakan kunci utama bagi tumbuh dan
berkembangnya proses pemberdayaan masyarakat. Sebab,
kesempatan dan kemauan yang cukup belum merupakan
jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya pemberdayaan
masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan
untuk turut membangun. Sebaliknya, adanya kemauan akan
Page 114
101
mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan serta
memanfaatkan setiap kesempatan dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Pihak dari Komunitas Warga Peduli Lingkungan mampu
membuat penyandaran dan kemauan warga untuk
berkontribusi terhadap program sanitasi lingkungan berbasis
masyarakat dengan menjaga kebersihan lingkungan,
mengurangi produksi sampah, memanfaatkan kembali
sampah dan memberikan pelajaran mengenai jenis-jenis
sampah melalui tahapan pemilahan sampah.
Dari aspek sosial dapat dilihat bahwa Komunitas Warga
Peduli Lingkungan ini berhasil membuat masyarakat saling
belajar kerajinan tangan satu sama lainnya, saling bertemu
untuk bekerja sama sehingga terjalin kekompakan antar
mereka. Kegiatan ini juga menambah aktivitas ibu rumah
tangga di rumahnya sehingga menjadi kegiatan yang
produktif. Selain itu, pola pikir masyarakat berubah dan
masyarakat sadar akan kemanfaatan sampah, juga mulai
sedikit demi sedikit tidak ada lagi yang buang sampah
sembarangan apalagi sampah-sampah yang bisa di daur
ulang.
Jika dilihat dari aspek lingkungan, diketahui bahwa
pemahaman masyarakat mengenai Komunitas Warga Peduli
Lingkungan dalam program pemberdayaan potensi lokal
yaitu membuat kerajinan tangan dari daur ulang plastik
adalah sebagai wadah untuk menunjang kegiatan pemilahan,
sebagai salah satu bentuk upaya mengurangi jumlah sampah
Page 115
102
yang ada di wilayah lingkungan mereka sehingga lingkungan
menjadi lebih bersih dan sebagai sarana untuk mengubah
pandangan masyarakat bahwa sampah sebetulnya memiliki
nilai ekonomis.
Aspek terpenting dalam sebuah proses pemberdayaan
masyarakat ialah bahwa proses ini harus melibatkan
masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tidak akan tercapai
tanpa partisipasi penuh. Proses pengembangan masyarakat
tidak dapat dipaksakan dari luar. Proses pengembangan
masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki,
dikuasai, dan dilangsungkan oleh masyarakat itu sendiri.
Page 116
103
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberadaan Komunitas Warga Peduli Lingkungan yang
berdiri sejak tahun 2011, menimbulkan adanya proses
pemberdayaan masyarakat. Hal ini didasari oleh persoalan
sampah yang mencemari lingkungan. Selain itu, dengan
adanya pemberdayaan masyarakat yang ada di Komunitas
Warga Peduli Lingkungan menyebabkan kondisi di wilayah
ini menjadi bergerak karena masyarakat yang memiliki
potensi dalam kerajinan tangan.
Dari hasil temuan penelitian maupun analisis data yang
telah peneliti laksanakan dan peneliti telah uraikan di bab-
bab sebelumnya berkaitan dengan apa yang diteliti yaitu
terkait dengan proses pemberdayaan masyarakat melalui
program potensi lokal yang dilakukan oleh pendiri
Komunitas Warga Peduli Lingkungan dan manfaat yang di
dapat oleh pengurus, pengrajin dan masyarakat sekitar. Maka
peneliti akan menyimpulkan dari apa yang telah dipaparkan
adalah sebagai berikut:
1. Proses Pemberdayaan Masyarakat melalui program
potensi lokal di Komunitas Warga Peduli Lingkungan
a. Mengkaji dan mengidentifikasi potensi wilayah
merupakan salah satu cara bagaimana menemukan
program yang pantas sesuai dengan permasalahan
yang ada, bahwa berawal dari masyarakat yang
Page 117
104
memiliki kemampuan dalam membuat kerajinan
tangan, maka didirikannya komunitas warga peduli
lingkungan untuk mengembangkan akan potensi
yang dimiliki.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok berkenaan
dengan adanya diskusi terlebih dahulu dengan
pengurus barulah mengadakan sosialisasi dengan
menginformasikan program potensi lokal yang
dibuat ini baik secara formal maupun informal
kepada masyarakat.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok merupakan
kelanjutan dari proses tahapan tersebut dimana para
pengurus dan masyarakat menerima usulan yang
telah dibuat maka diterapkannya program
pengembangan potensi lokal.
d. Memantau kegiatan kelompok secara terus menerus
agar apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Meninjau dari beberapa proses tersebut, program
pengembangan potensi lokal ini sudah melaksanakannya
dengan baik, oleh karenanya program ini menjadikan
masyarakat untuk lebih sadar akan sampah-sampah yang di
konsumsi itu dapat di daur ulang dan menghasilkan produk
yang ramah lingkungan dan dapat di gunakan kembali.
2. Manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan
berdirinya Komunitas Warga Peduli Lingkungan ini,
yaitu:
Page 118
105
a. Mampu membuat penyadaran dan kemauan warga
lebih untuk berkontribusi terhadap program sanitasi
lingkungan berbasis masyarakat, dengan menjaga
kebersihan lingkungan, mengurangi produksi
sampah, memanfaatkan kembali sampah dan
memberikan pelajaran mengenai sampah melalui
tahap pemilahan sampah.
b. Program pengembangan potensi lokal ini bisa
menjadi kegiatan dan pengetahuan baru yang ikut
bergabung di Komunitas Warga Peduli Lingkungan.
Dengan membuat kerajinan tangan yang berbahan
dasar dari sampah plastik dapat di daur ulang
sehinga sampah tersebut menghasilkan produk yang
ramah lingkungan.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh oleh peneliti
ada beberapa saran untuk kedepannya kepada masyarakat
sekitar di Komunitas Warga Peduli Lingkungan, sebagai
berikut:
1. Dengan berdirinya Komunnitas Warga Peduli
Lingkungan semoga kedepannya pemerintah Kota
Depok dapat memfasilitasi tempat untuk melakukan
kegiatan pemilahan sampah, kerajinan daur ulang
sampah, pelatihan pengelolaan sampah agar lebih efektif
dan maksimal dalam pengerjaaanya. Serta dapat
memberikan sarana dan prasarana lainnya yang
memadai.
Page 119
106
2. Komunitas Warga Peduli Lingkungan wajib
mengadakan monitoring dan evaluasi rutin setiap
sebulan sehingga dapat memotivasi pengurus, pengrajin
agar menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.
3. Dengan adanya Komunitas Warga Peduli Lingkungan
dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat khususnya
di Koa Depok dalam meminimalisir sampah-sampah
yang ada disekitarnya.
Page 120
107
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A, Rofik & dkk. (2005). “Pemberdayaan Pesantren : Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode
Daurah Kebudayaan”. Yogyakarta: Pustaka pesantren
Hikmat, Harry. (2001). “Strategi Pemberdayaan Masyarakat”.
Bandung : Humaniora
Ife, Jim & Tesoriero, Frank. (2014). “Community Development :
Alternatif Pengembangan Yang Sedang Terjadi di Era
Globalisasi”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Kamus Pusat Bahasa. (2002). “Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga”. Jakarta: Balai Pustaka
Machendra, Nanich & Ahmad Syafe’I, Agus. (2001).
“Pengembangan Masyarakat Islam”. Bandung:
Rosdakarya
Mardikanto, Totok. (2013).“Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik”. Bandung: Alfabeta
Pranarka, A.M.W. dan Vidyandika Moeljarto. (1996).
Pemberdayaan (Empowerment), Penyunting : Onny
S.Prijono dan A.M.W. Pranarka, Pemberdayaan Konsep,
Kebijakan dan implementasi, Jakarta: CSIS.
R. Wrihatnolo, Randy & Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2007).
“Manajemen Pemberdayaan”. Jakarta: Balai Pustaka
Rukminto Adi, Isbandi. (2002). “Pemikiran Dalam
Kesejahteraan Sosial”. Jakarta: Penerbit Fakultas UI
Rukminto Adi, Isbandi. (2002). “Pemikiran-pemikiran dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial”. Jakarta: LP FEUI
Page 121
108
Suharto, Edi. (2005). “Membangun Masyarakat memberdayakan
rakyat kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial
dan pekerja sosial”. Bandung: Refika Aditama
Sumodiningrat, Gunawan. (1998). “Membangun Perkonomian
Rakyat”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suparjan dan Suyatno, Hempri. (2003). ”Pengembangan
Masyarakat dari Pembangunan sampai Pemberdayaan”.
Yogyakarta: Aditya Media
Teguh, Ambar. (2004). “Kemitraan dan Model-model
Pemberdayaan”. Yogyakarta : Gava Media
Zubaedi. (2013). “Pengembangan Masyarakat Wacana &
Praktik”. Jakarta: Prenada Media
INTERNET
Clara Maria Tjandra Dewi H. (2019). “Sampah Depok 1.300 Ton
Per Hari, Pemkot Kekurangan 135 Truk”. Depok: Tempo.
Diakses pada tanggal 23 Juni 2019. Pukul 14:40. dari
https://metro.tempo.co/read/1160891/sampah-depok-1-300-
ton-per-hari-pemkot-kekurangan-135-truk/full&view=ok
SIPSN. (2018). “Data Pengelolaan Sampah”. Depok: SIPSN
Diakses pada tanggal 17 Juli 2019. Pukul 19:00.dari
http://sipsn.menlhk.go.id (SIPSN= Sistem Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional).
Ferry Hidayat. (2019). “Sampah di Kota Depok Sudah
Overload”. Depok: Warta Ekonomi. Diakses pada tanggal
23 Juni 2019. Pukul 11:00 Dari https://www.
wartaekonomi.co.id/read215203/sampah-di-kota-depok-
sudah-overload.html
Page 122
109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 123
110
Lampiran 1 Surat-surat
Page 126
113
Lampiran 2 Dokumentasi
Page 128
115
Lampiran 3 Catatan Observasi
Catatan Observasi
KEGIATAN OBSERVASI
Tanggal Kegiatan Observasi Output
24 Agustus 2019 Peneliti mengunjungi
rumah Bapak Baron
selaku pendiri
Komunitas Warga
Peduli Lingkungan,
untuk meminta izin
dan menyampaikan
maksud dan tujuan
melakukan penelitian
atau tugas akhir
skripsi.
Dari kedatangan
peneliti pertama kali
tersebut, mendapatkan
izin untuk melakukan
penelitian skripsi di
tempat tersebut.
02 November
2019
Setelah mendapatkan
izin, peneliti meminta
data terkait profil,
program, struktur
keorganisasian dan
data nama para
pembuat kerajinan
tangan di Komunitas
Warga Peduli
Lingkungan.
Peneliti mendapatkan
data mengenai profil
tentang berdirinya
Komunitas WPL yang
mana komunitas WPL
ini sudah lama
didirikan. Dan
Komunitas WPL
mengharapkan agar
nantinya banyak
masyarakat turut
berkontribusi atas
adanya komunitas
WPL ini.
04 November
2019
Kemudian peneliti
melakukan
wawancara kepada
pendiri dan pengurus
Komunitas Warga
Peduli Lingkungan
Hasil dari pertemuan
dengan pendiri dan
istrnya yang sebagai
pengurus, peneliti
mendapatkan cukup
banyak informasi
untuk menjadi bahan
Page 129
116
penulisan lebih dalam.
Beliau juga
memberikan referensi
masyarakat atau
pengrajin mana saja
yang akan bersedia
untuk diwawancarai
guna mendapatkan
data yang lebih
mendalam.
05 November
2019
Setelah itu peneliti
mengunjungi rumah para pengrajin untuk
meminta izin dan
menyampaikan
maksud dan tujuan
melakukan penelitian
atau tugas akhir
skripsi.
Dari kedatangan peneliti
pertama kali ke rumah
para pengrajin tersebut,
mendapatkan izin untuk
melakukan penelitian
skripsi guna
mendapakan nformasi
bagi pengrajin tanga
daur ulang plastik.
06 November
2019
Kemudian peneliti
kembali mengunjungi
rumah para pengrajin
untuk melakukan
wawancara terhadap
para pengrajin
Dari hasil wawancara
tersebut peneliti
mendapatkan
informasi yang lebih
mendalam mengenai
proses serta hasil
pemberdayaan atau
manfaat bagi
masyarakat melalui
program
pengembangan
potensi lokal.
Page 130
117
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
A. Pendiri Komunitas Warga Peduli Lingkungan
1. Mengapa anda memilih wilayah ini untuk di bentuknya
Komunitas WPL? Dan potensi apa yang terdapat di
wilayah ini?
2. Bagaimana persiapan anda dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
3. Apakah ada rapat rutin anda dengan masyrakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
4. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat?
5. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
6. Bagaimana anda menyusun rencana kegiatan kelompok?
7. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
8. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
9. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam menyusun rencana kegiatan kelompok?
10. Bagaimana cara anda membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan anda?
11. Bagaimana cara anda untuk menerapkan rencana kegiatan
kelompok di komunitas WPL?
Page 131
118
12. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
13. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
14. Bagaimana anda memantau pelaksanaan dalam kegiatan
yang dilakukan di komunitas WPL?
15. Bagaimana cara anda memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
16. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
17. Apa manfaat yang didapat dari kegiatan ini?
18. Apa harapan anda untuk anggota yang mengikuti kegiatan
ini?
B. Pengrajin Komunitas Warga Peduli Lingkungan
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat?
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
Page 132
119
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam menyusun rencana kegiatan kelompok?
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaannya?
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
12. Bagaimana cara pendiri memastikan rencana yang sudah
di buat dapat terlaksana?
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
Page 133
120
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
Page 134
121
Lampiran 5 Transkrip Wawancara
Lampiran Panduan Pertanyaan
Hari/tanggal wawancara : Senin, 04 November 2019
Lokasi wawancara : Di Rumah Bapak Baron
Nama : Bapak Baron Noorwendo
Status informan : Pendiri (Pembina)
Pertanyaan penelitian untuk pendiri komunitas wpl
1. Mengapa anda memilih wilayah ini untuk di bentuknya
Komunitas WPL? Dan potensi apa yang terdapat di wilayah
ini?
“Pada awalnya saya melihat wilayah ini mempunyai banyak
potensi baik dari masyarakat nya. Saya juga melihat
masyarakat setempat memiliki bakat dan kemampuan
sehingga saya mempunyai keinginan untuk mendirikan WPL
ditempat ini. Di tempat ini banyak hal yang harus
diberdayakan tetapi saya melihat tidak ada orang yang ingin
memulai nya sehingga saya berniat mendirikan komunitas ini
bersama istri dan di sambut baiik oleh masyarakat sekitar”.
2. Bagaimana persiapan anda dan masyarakat setempat untuk
membahas teknis pelaksanaanya?
“Sebelumnya Saya dan istri saya mendiskusikan tentang
program yang akan kami buat sebelum kami bahas bersama
para warga ketika program sudah selesai kami bahas barulah
kami diskusikan bersama para warga setempat. Biasanya
kami mendiskusikan program ini seminggu tiga kali tinggal
bagaimana waktu luang dari para warga. Kami selalu
menerima saran dari para warga, sran yang diberikan kami
Page 135
122
tampung kemudian kami diskusikan bersama kembali agar
tercipta suatu program yang baik dan bisa diterima oleah
para warga setempat”.
3. Apakah ada rapat rutin anda dengan masyrakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“kami rancang ini mendapatkan sebuah event kami akan
mengadakan rapat. Terkait rapat kami biasanya melakukan
seminggu 3 kali untuk waktu hari serta jam nya tergantung
bagaimana kesedian dari para warga, agar para warga bisa
fokus ketiga rapat”.
4. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat?
“Kami selalu melihat keadaan sekitar, jika dirasa program ini
cocok untuk masyarakat setempat maka akan kami
diskusikan, pada intinya kami selalu berdiskusi agar ketika
kami ingin bersosialisai tentang program kami akan di terima
baik oleh warga setempat dengan baik”.
5. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Tidak ada penolakan dari para warga bahkan mereka sellau
menyambut baik setiap program yang kami berikan”.
6. Bagaimana anda menyusun rencana kegiatan kelompok?
“Saya dan istri yang menyusun kerja kelompoknya saya
melihat kinerja dari para warga ini terlebh dahulu. Jika
dimungkin kan maka kami akan memberikan mereka jobs
Page 136
123
sesuai dnegan kemampuan dan bakat mereka agar ketika
sudah punya kerja kelompok mereka meilki rasa tanggung
jawab”.
7. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“programnya itu ada 4 yaitu literasi, lingkungan,
pemberdayaan potensi dan sekolah entrepreneur, nah
sekarang program kerajinan itu salah satu keluaran dari
program potensi lokal”.
8. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Masalah pasti ada ketika menyusun kegiatan kelompok
namun itu bukan menjadi masalah yang serius kami selalu
bersama-sama menemukan solusinya dan bertukar pikiran
bersama-sama”.
9. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang terbaik
dalam menyusun rencana kegiatan kelompok?
“Berdiskusi dengan para warga agar semua masalah dapat
terselesaikan dengan baik karena tidak mungkin saya
selesaikan sendiri. Beleum tentu hal yang pikirkan akan
diterima juga, maka dari itu saya selalu berdiskusi bertukar
pikiran bersama-sama”.
10. Bagaimana cara anda membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan anda?
“Sudah saya katakan diatas bahwa ketika sayang ingin
membuat rancangan untuk penyusunan kelompok saya
Page 137
124
melihat bakat dan kemampuan dari para warga ini, tujuan
nya agar para warga memilki rasa tanggung jawab dan juga
tidak bermalas-malasan ketika bekerja dan juga paham
dengan pekerjaan yang akan dikerjakan nantinya”.
11. Bagaimana cara anda untuk menerapkan rencana kegiatan
kelompok di komunitas WPL?
“Saya memulai komunitas WPL ini bersama istri dan kami
dari dulu selalu bersikap tegas kepada para warga. Tetapi
tegas bukan dalam artian galak bukan ya , tegas ketika
memberikan arahan dan kami juga mencontohkannya agar
para warga juga ikut secara perlahan. Mereka pun akhirnya
punya kesadaran masing-masing.nah dari situlah kami
menerapkan kegiatannya, sejauh itu kami tidak punya
masalah ketika ingin menerapkan kegiatan karena mereka
selalu menerima dengan baik”.
12. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Ngumpulin sampah-sampah yang bisa didaur ulang seperti
plastik-plastik bekas kopi, lalu dibersihkan sampah-sampah
itu lalu kemudian apa yang kita ingin buat, semisal tas
tenteng. Nah kira-kira apa aja bahan-bahannya dari tali
tasnya hingga kantong-kantong tasnya”.
13. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Kontroling ketika melakukan proses pembuatan setiap hari
saya selalu mengkontrol mereka dan melihat sejauh mana
Page 138
125
kerja yang mereka lakukan. Dari situ saya tau sampai dimana
rencana terlaksana”.
14. Bagaimana anda memantau pelaksanaan dalam kegiatan
yang dilakukan di komunitas WPL?
“Kami sudah membuat kesepakatan bahwa setiao hari saya
mengkontrol mereka jadi mereka pun tau, mereka pun tanpa
saya kontrol juga terkadang bekerja sesuai karena di dalam
diri mereka sudah mem[unyai rasa tanggung jawab sehingga
mereka tidak bermalas-malasan”.
15. Bagaimana cara anda memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Setiap bulan ada jadwal nya saya melihat dari hasil kinerja
nya sejauh ini sudah sesuai dengan tujuan yang saya
harapkan jadi saya tidak begitu khawatir dengan hal ini,
justru semakin hari mereka semakin menunjukan semnagat
mereka dalam bekerja dan saya pun merasa sangat senang”.
16. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Dari segi kemampuan dan juga pola berpikir masyarakat
yang dulu nya primitif sekarang sudah sedikit modern lalu
juga mereka memiliki penghasilan sendiri meskipun tidak
sebsesar gaji UMR”.
17. Apa manfaat yang didapat dari kegiatan ini?
Page 139
126
“Manfaat nya mereka jadi mempunyai banyak wawasan dan
keahlian lagi lalu juga mereka bisa menerapkan apa yang
mereka dapat di lingkungan mereka setempat”.
18. Apa harapan anda untuk anggota yang mengikuti kegiatan
ini?
“Saya selalu bilang ke mereka agar tidak mudah puas dengan
hasil yang di capai tetapi selalu tetap belajar dan belajar agar
kemampuan mereka juga semakin bagus. Lalu saya juga
berharap sekali kelak mereka juga bisa mendirikan
komunitas seperti saya bahkan kalau bisa lebih bagus dari
saya dan bisa membantu banyak orang lagi karena dengan
membantu banyak orang kita akan semakin mendapatkan
pahala”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Senin 04 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Wulan
Nama : Sri Wulan Wibiyanti
Status Informan : Pendiri (Bendahara)
1. Mengapa anda memilih wilayah ini untuk di bentuknya
Komunitas WPL? Dan potensi apa yang terdapat di
wilayah ini?
“Karena wilayah ini merupakan wilayah tempat tinggal
saya juga, dan kalo menurut agama kan, manusia itu
hidup harus bermanfaat minimal buat lingkungannya. Nah
Page 140
127
dalam hal ini saya mengamalkan yang di maksud manusia
harus bermanfaat buat sekitar. Kalo untuk potensi kan
masing-masing desa atau wilayah punya potensi, jika saya
melihat wilayah ini maka bagi saya orang-orang disini
memiliki potensi yang luar biasa untuk diberdayakan
terutama dengan program-program yang saya bawa,
alhamdulillah masyarakat sini menerimanya dengan
antusias.”
2. Bagaimana persiapan anda dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Tentu jauh sebelum itu terlaksana, saya melakukan
pendekatan dengan warga begitu lamanya hingga mereka
semua percaya bahwa kita semua bisa berdaya, kemudian
sebelum pelaksanaanya kami dalam hal ini saya bersama
warga membahasnya bersama sama melalui metode FGD
yang dimana metode ini yang menurut teman-teman saya
di UI itu merupakan metode dalam melakukan program
kemasyarakatan, makanya saya make metode ini”.
3. Apakah ada rapat rutin anda dengan masyrakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“Untuk rapat atau pertemuan, iyaa sudah tentu saya
planingkan dengan warga terutama WPL ini, nah untuk
jadwal pertemuannya seminggu dua kali. Untuk hari sih
gak tentu kadang senin jum’at atau sabtu rabu. Nah untuk
pembahasannya apa saja, ya apa saja kami bahas mulai
dari laporan-laporan program kemudian kendala-kendala
Page 141
128
yang ada pada jalannya program, ya semuanya kami
bahas disini setiap pertemuannya sambil ketawa-ketawa
disini hehe”.
4. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat?
“Persiapannya tergantung dengan program apa dulu yang
dilaksanakan, kalo misalkan literasi ya gak begitu sibuk
lah persiapannya, tapi kalo pemberdayaan potensi atau
sekolah entrepreneur kami persiapkannya dengan matang
dari jauh-jauh hari, tentu metode persiapannya dengan
musyawarah di kumpulan. Kalo untuk sosialisasi itu pake
flayer masukin aja ke grup-grup WA nanti kan di buat
status oleh masing-masing anggota, nah mudahlah kalo
sosialisasi program mah”.
5. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Respon ya kalo sekarang Alhamdulillah udah bagus uda
pada ngerti medsos, dan antusiasnya udah rame banget,
beda lah sama awal-awal saya merintis WPL ini”.
6. Bagaimana anda menyusun rencana kegiatan kelompok?
“Menyusun rencana kegiatan kelompok itu, kami rancang
dulu kegiatannya baru nanti dibagi program-programnya
ke kelompok, kalo bagaimana rencana menyusun
kegiatannya sih spontanitas ajaa, karena saya inginnya
masyarakat dulu yang menggagas, nanti saya
mendorong”.
Page 142
129
7. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Kalo rencana kegiatannya secara umum itu ada 4 yaitu
literasi, lingkungan, pemberdayaan potensi dan sekolah
entrepreneur, nah sekarang program kerajinan itu salah
satu keluaran dari program potensi lokal”.
8. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Masalah kan selalu ada mbak, dimana-dimana pasti ada
masalah mah apalagi ini kan kita buat kelompok dan
terdiri dari masyarakat, pasti ada lah di perjalannnya entah
itu persiapannya yang kurang matang, terus antusiasnya
kurang, ya pokoknya ada ajalah… hehe”.
9. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam menyusun rencana kegiatan kelompok?
“Pemecahan masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok yang tepat bagi saya, yang saya terapkan yaitu
dengan mengajak kumpul dan dengan komunikasi
persuasif yang baik karena perselisihan atau beda
pendapat itu pasti ada”.
10. Bagaimana cara anda membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan anda?
“Mengacu sama visi misi WPL ini, 2. Potensi lokal yang
ada, 3. Kemampuan sdm yang tersedia, 4. Mimpi-mimpi
kita, terutama masyarakat wilayah sini”.
Page 143
130
11. Bagaimana cara anda untuk menerapkan rencana kegiatan
kelompok di komunitas WPL?
” Pertama sosialisasi digencarkan, kemudian lihat respon
dari masyarakatnya bagaimana, ikuti dulu kemauan
mereka dan terakhir jika hati mereka sudah kita dapatkan
tinggal kita utarakan maksud kita rencana kita hingga
mereka memahami dan bisa melaksanakan, tentunya
dengan pendampingan yang intens”.
12. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Kumpulkan sampah-sampah yang bisa didaur ulang
seperti plastik ciki, kemudian sedotan, trus aqua, nah lalu
kita bersihkan sampah-sampah itu lalu kemudian apa yang
kita ingin buat, semisal tas tenteng. Nah kira-kira apa aja
bahan-bahannya dari tali tasnya hingga kantong-kantong
tasnya, kalo udah ketahuan rencananya kan gampang
kumpulin aja barang-barangnya trus di anyam dan di buat
sedemikian rupa”.
13. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Tahap monitoring, setiap kegiatan pasti saya pantau kalo
saya berhalangan ya istri saya atau ada lah orang
kepercayaan saya di WPL”.
14. Bagaimana anda memantau pelaksanaan dalam kegiatan
yang dilakukan di komunitas WPL?
Page 144
131
“Dilihat, di raba hasilnya apakah banyak yang cacat atau
tidak kemudian di terawang kira-kira apa yaa yang salah,
nahh pastikan ketahuan kalo ada masalahnya”.
15. Bagaimana cara anda memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Kita lakukan evaluasi berdasarkan temuan-temuan
kesalahan kalau-kalau ada kesalahan yang di temukan
dilapangan, nah kita bahas pas kumpul mingguan itu atau
setelah program selesai”.
16. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Alhamdulillah masyarakat berubah pola pikirnya
meskipun belum semuanya sadar akan kemanfaatan
sampah ini. Tapi lambat laun tapi pasti selama kita
istiqomah insyaAllah bisa berubah secara mainset”.
17. Apa manfaat yang didapat dari kegiatan ini?
“Manfaatnya buat diri saya pribadi tentu merasa bahwa
hidup lebih bermanfaat, kemudian masyarakat wilayah
sini sedikit demi sedikit nggak ada yang buang sampah
sembarangan apalagi sampah-sampah yang bisa di daur
ulang”.
18. Apa harapan anda untuk anggota yang mengikuti kegiatan
ini?
“Harapan saya bahwa pengelola para anggota tetap
Istiqomah dalam menajalnkan program trus bisa
Page 145
132
bertambah program-programnya lah, itu aja lah kalo dari
saya, yang penting WPL ini tetap ada di wilayah ini”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Susi
Nama : Susi
Status Informan : Pengrajin I
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Melakukan pendekatan dengan warga sekitar tidak
mudah dan cukup sulit apabila ingin membangun sebuah
program baru yang apalagi belum pernah ada di
lingkungan sekitar, namun dengan bersabarnya saya
dengan atas niat yang baik untuk warga sekitar, saya
akhirnya menemukan momen yang pas untuk berdiskusi
dengan warga sekitar dan pendiri. Dan warga disini pun
mulai ingin tahu apa saja program-program yang ada di
WPL”.
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“Pertemuan untuk rapat tentu ada namun tidak pasti hari
nya. Namun di saat rapat pertemuan alhamdulilah warga
yang bergabung di WPL bisa hadir, namun ada beberapa
Page 146
133
yang tidak biasa hadir karena ada kepentingan pribadi,
dan itu pun masih bisa di pahami”.
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat oleh pendiri?
“Persiapannya selalu ada, namun itu semua sudah di
persiapkan terlebih dahulu sudah jauh dari sebelum acara
dimulai. kadang kita ngasih masukan saran juga”..
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Tanggapan masyarakat disini bagus dan bisa dimengerti,
bagi yang belum mengerti di bantu untuk dibagian mana
yang belum paham. Dan sekarang kan ada internet jadi
warga bisa mencari sendiri”.
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Menyusun kegiatan sudah masing-masing di atur
perkelompok. Dan bagian rencana kegiatannya dilakukan
sebisanya saja agar masyarakat pun mudah
memahaminnya kadang juga spontan aja sih untuk
penyusunannya”.
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Kalo rencana kegiatan itu iya kita ga perlu jauh-jauh, kita
kembangin aja potensi lokalnya yang disini”.
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Masalah itu pasti ada, apalagi ini isi kelompok nya dari
berbagai sifat orang yang belum bisa di prediksi. Namun
Page 147
134
dengan kedewasaannya masyarakat sekitar jika ada
masalah dilakukan dengan kekeluargaan”.
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok yang
sudat dibuat?
“Dengan cara bermusyawarah dan dilakukan secara
kekeluargaan pastinya untuk nyeselesain masalah”.
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan tersebut?
“Disini kan punya visi misi dan itu akan membantu
masyarakat yang mempunyai potensi dan SDM yang
bagus agar para warga sekitar tumbuh sejahtera”
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Ya itu dengan cara sosialisasi dengan para warga apa
yang ingin kita programkan dana apa tujuan dari program
ini di buat, jika respon warga baik maka akan di
kembangkan”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Mengumpulkan sampah yang bisa di daur ulang ya
contohnya aja bungkus kopi, bungkus nya di bersihkan
dahulu, di potong bagian yang di perlukan, siapkan alat
jahit dan lalu kita buat dahulu ilustrasi mau dibikin apa
bungkus kopi ini”.
Page 148
135
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Tahap monitoring itu tidak terlalu bermasalah jika tidak
adakumpulan langsung paling dari grup wA”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
“Itu sih susah susah gampang, di cek dulu barang yang
sudah jadi dan ini perlu kefokusan yang baik, apabila ada
yang tidak sesuai maka di buat ulang kembali”.
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Jika ada kesalahan maka di lakukan evaluasi, dimana
letak kesalahannya lalu di cari solusi dari akar
permsalahannya”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Ya dari sebagian masyarakat sudah bisa mengubah
sampah yang bisa di daur ulang menjadi barang yang
berguna, tapi ada sebagian masyarakat yang masih tidak
mengetahui jika ada sampah yang bisa di kelola menjadi
barang berguna”.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
“Saya disini udah dari awal berdiri mba”.
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
Page 149
136
“Adanya sosialisasi dari bapak baron di lingkungan ini
tentang akan dibangunnya komunitas wpl”.
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Ya kegiatan saya hanya sebagai ibu rumah tangga”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
“Saya hanya mengelola kerajinan tangan dan dibuat
menjadi tas”.
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
“Lama itu tergantung motif dan keusahan apa yang mau
dibuat”.
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Manfaat yang saya rasakan, dapat berkumpul dengan
para ibu-ibu dilingkungan ini”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Hambatan pasti ada seperti saya mau bergabung pertama
kali sempat pernah tidak di izinkan oleh suami”.
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Harapan saya untuk kegiatan ini semoga komunitas wpl
dapat bertahan dan berkembang”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Mursidah
Page 150
137
Nama : Mursidah
Status Informan : Pengrajin II
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat
setempat untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Melakukan pendekatan dengan warga itu tidak
mudah, kan ini kita buat program yang belum ada di
sekitar daerah ini, dan ini perlu dilakukan sosialisasi
agar masyarakat mengetahui dari tujuan program ini”.
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat
terkait pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika
iya, berapa waktunya?
“Untuk rapat pertemuan itu sudah pasti ada, tapi tidak
menentu harinya, namun di saat akan ada rapat
pertemuan akan memberitahukannya dengan
melakukan via whattsapp”.
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan
mensosialisasikan program yang dibuat oleh pendiri?
“Persiapan sudah pasti ada dan itupun sudah di
persiapkan dari jauh-jauh hari, takutnya persiapan
yang akan disampaikan masih kurang lengkap dan
masih susah di pahami oleh masyarakat sekitar”.
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Tanggapan masyarakat sekitar alhamdulilah bagus
dan banyak warga yang sudah mempunyai ide-ide
Page 151
138
yang bagus untuk mengelola yang ingin di daur
ulang”.
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Rencana kegiatan kelompok sudah di rancang dan
tinggal membagikan program-program kepada
masyarakat dan itu dilakukan tanpa adanya teks atau
arahan ya spontan aja biar masyarakat mudah
memahami”.
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas
WPL?
“Rencana kegiatan kelompok ya mengelola sampah
yang di daur ulang menjadi seperti brand-brand lokal”.
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana
kegiatan kelompok?
“Masalah mah ya udah pasti ada, kan kita ini dalam
kelompok terdiri dari beberapa orang dan kita kan ga
tau mana yang dia suka dan mana yang ngga”.
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok
yang sudat dibuat?
“Pemecahan masalah ya yang penting itu kita di ajak
kumpul dan dicari letak kesalahannya dan dilakukan
dengan cara kekeluargaan”.
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan
kegiatan kelompok serta pertimbangan apa saja yang
menjadi dasar dari perencanaan tersebut?
Page 152
139
“adanya visi misi yang akan membantu masyarakat
memiliki potensi sumber daya manusianya”.
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Ya yang pertama dikasih tau apa tujuan dari
komunitas WPL ini, dan manfaatnya apa aja itu udah
wajib dikasih tau, dan jika masyarakat mau dengan
apa yang telah di sampaikan maka akan di
kembangkan bersama dengan para anggota WPL”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik
hingga menjadi barang jadi?
“Ya mengumpulkan sampah-sampah yang mau di
daur ulang dan sebelum itu kita sudah ada planning
yang akan dibuat untuk mendaur sampah tersebut”.
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah
di buat dapat terlaksana?
“Tahap monitoring itu selalu dipantau, untuk melihat
sudah sampai mana yang dilakukan”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
“Ya yang pertama di lihat dulu hasilnya dan kita cek,
apabila ada yang tidak sesuai maka kita akan buat
yang baru lagi”.
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan
mengevaluasi kegiatan ini, apakah sudah berjalan
sesuai tujuan yang diharapkan?
Page 153
140
“Kalau ada kesalahan yang ditemukan maka kita akan
lakukan evaluasi secara bertahap di mana letak
kesalahannya dan setelah itu akan dibahas pada saat
pertemuan”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL,
apa kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Dengan adanya komunitas WPL masyarakat sudah
berubah dari yang dulu ga tau bahwa sampah rumahan
itu masih bisa menghasilkan uang jika di daur ulang
dengan baik”.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di
komunitas WPL?
“Saya belum lama bergabung di komunitas wpl iya
masih orang baru lah disini”.
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan
di komunitas WPL?
“Saya tau dari pengajian ibu-ibu di lingkungan ini”.
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Kegiatan saya sebelum ini iya hanya menerima cuci
pakaian atau buruh cuci”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas
WPL?
“Saya yang mengumpulkan sampah-sampah dan
membersihkan sampah yang akan di olah”.
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
Page 154
141
“Kurang lebih 3 jam, karena saya hanya yang
membuat bagian dasar-dasarnya saja”.
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung
dalam membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Iya menambah pengetahuan saya dari sampah dan
bisa di olah kembali”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Hambatan nya saya takut tidak bisa membuat pola
yang baik untuk bahan-bahannya”.
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Harapan nya semoga wpl ini bisa membantu para
warga di lingkungan sekitar”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Halimah
Nama : Halimah
Status Informan : Pengrajin III
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Persiapannya disini menyiapkan apa yang ingin
disampaikan dan masyarakat akan dipandu oleh para
pengurus”.
Page 155
142
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“Iya ada rapat waktunya dalam 1 minggu sekali di saat
hari libur atau weekend dari jam 8 sampai selesai”.
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat oleh pendiri?
“Persiapannya pasti ada, jadi disapin dulu sebelumnya
kalau pas mau sosialisasi dari si pengurusnya”.
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Masyarakat sekitar mengangapi dan menyambut dengan
baik dan anggotanya pun banyak dari lingkungan sekitar”.
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Penyusunannya udah diatur juga sebelumnya, jadi
ngerjainnya sebisanya aja paling suka di dampingin juga”
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Banyak sih tapi lebih ke yang potensi lokal aja sih yang
buat kerajinan tangan”
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Iya, ada pasti masalah mah”.
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok yang
sudat dibuat?
Page 156
143
“Di setiap rencana kegiatan pasti selalu ada masalah kecil
atau besar, tapi di dalam kelompok kita harus saling
bermusyawarah bagaimana agar masalah tersebut bisa
terselesaikan dengan baik tanpa mengubah rencana
kegiatan yang sudah di susun”.
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan tersebut?
“Ya dari melihat bakat dan kemampuan dari para warga
ini, tujuan nya agar para warga memilki rasa tanggung
jawab”.
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Dengan adanya sosialisasi ini dan program yang udah
dibuat ya kita nerima”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Mengumpulkan plastik kopi terus dibersihin dulu abis itu
dikeringin”.
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Karena sudah ada jadwal dari pengurus setiap kali
kegiatan yang mau dikerjain, jadi kta tau gitu yang ingin
dilakukan saat proses kegiatan berlangsung”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
Page 157
144
“iya dipantau pas lagi ngerjain kegiatan ini, di cek juga
gitu takutnya salah jadi bisa dibenerin”.
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Ya kalau ada salah dilakukan evaluasi, paling ga
langsung dikasih tau sih kalau pas lagi bikin kerajinan
tangannya”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Alhamdulillah setelah berjalannya komunitas wpl ini
masyarakat mendapatkan masukan lebih dan menambah
wawasan untuk mengelola sampah yang bisa di daur
ulang.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
“Saya disini sudah cukup lama, lupa dari tahun berapa”.
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
“Saya tau dari adanya sosialisasi pas warga sedang
berkumpul”.
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Kegiatan saya hanya ibu rumah tangga”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
“Saya menjahit bahan dan menjadikan barang jadi”.
Page 158
145
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
“Waktu yang dibutuhin itu tidak nentu tegantung dari
polanya juga”.
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Bisa kumpul sama warga sekitar yang bergabung di
wpl”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Alhamdulilah selama ini saya merasa baik-baik saja
tidak ada yang di hambat”.
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Saya berharap pak baron bisa menjadikan wpl ini lebih
baik dan besar lagi”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Halimah
Nama : Ami
Status Informan : Pengrajin IV
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
Page 159
146
“Biasanya pengurusnya itu berdiskusi duluan, baru nanti
ke kita pengrajin ini di kasih tau”.
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“Tergantung kepentingannya aja sih mba, kalau lagi ada
event pasti kita nanti kumpul”
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat oleh pendiri?
“Dari lingkungan sekitar mba, misalnya kayak gini aja
sampah plastik kan banyak dimana-mana, nah itu di
sosialisasiin untuk dibuat kerajinan tangan”.
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Alhamdulillah di sambut baik setiap ada kumpul”.
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Yang nyusun si bapak sama si ibu eh istrinya
maksudnya, dilihat dari kinerja kita gitu mba”.
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“banyak sih, literasi lingkungan ada taman baca juga”.
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Ada aja masalah mah mba apalagi kumpulannya ibu-ibu
hehehh”.
Page 160
147
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok yang
sudat dibuat?
“Ya kita kembali lagi dengan secara kekeluargaan, kan
iini juga kita tim”.
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan tersebut?
“Lebih melihat kemampuan terhadap masyarakat yang
bergabung sih”.
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Memulai awalnya itu si bapak sama istrinya, terus
disosilisasiin sama kita”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Ngumpulin sampah plastik dulu terus dibersihin terus di
keringin, baru nanti di buat pola”.
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Ya mba namanya ibu-ibu ya punya anak, jadi kadang
kegangggu kalau anak pas rewel kita kadang nganyam
dulu aja ya seselesainya”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
“Di cek sih udah sampe mana pembuatannya”.
Page 161
148
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Iya misalnya ada yang salah nih terus dikaasih tau, kalau
bingung tiba-tiba di kasih tau lagi”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
“Ya jadi sadar lingkungan, liat aja tuh mba jalanan juga
bersihkan”.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
“Saya disini belum lama masih baru, baru daripada yang
lain hehhe”.
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
“Yang saya tau dari anak saya katanya di sini ada
komunitas yang bikin nganyam”
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Ya saya hanya ibu rumah tangga”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
“Saya sama dengan yang lainnya menjahit nganyam”
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
“itu sih ga nentu ada yang cepet ada juga yang lama
tergantung ukuran sama bikinnya apa”
Page 162
149
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Ya saya bisa mendapatkan pengetahuan yang baru dan
bisa menambahkan keterampilan saya”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Yang saya takuti itu agak kurang teliti”.
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Semoga wpl kedepannya bisa berkembang dengan
pesat”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Halimah
Nama : Lilis
Status Informan : Pengrajin V
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Pendekatan dulu ke masyarakat terus juga ngeliat potensi
masyarakat sini juga bisa nganyam”.
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
Page 163
150
“Ada pertemuan rutin tapi ga nentu juga, jadi nentuinnya
bisa sebulan sebelumnya gitu di jadwalin”
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat oleh pendiri?
“Udah disiapin dari sebelumnya itu, kadang kita juga
ngasih saran masukan”.
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Tanggapannya baik aja Alhamdulillah ya paling nanti
ada masukan atau kritik juga”
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Kegiatannya sudah di atur juga sama pengurus, nanti di
kasih tau ke kita gitu”.
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Lebih ngembangin ke potensi lokal ini sih ka”
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Masalah nyusun ada, masalah pas lagi pembuatan juga
ada”.
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok yang
sudat dibuat?
“Ya nyelesainnya secara kekluargaan aja, kembali lagi
kita ini kan kelompok sama-sama aja”.
Page 164
151
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan tersebut?
“Terkait visi misi yang ada di komunitas wpl aja”
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Ya itu dengan cara sosialisasi dulu awalnya”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
“Sampah plastiknya dikumpulin dulu, dipisahi gitu mana
yang bungkusan kopi mana yang bungkusan detergen
gitu-gitu”.
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Ya kita optimis aja sampai menjadi barang jadi”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
“Di cek dulu barang yang sudah jadi jangan sampai
barang rijek”.
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Kalau pas ada kesalahan di cek, sampai barang yang
dibuat jadi secara maksimal”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?
Page 165
152
“Dari sebagian masyarakat udah bisa ngubah sampah
yang tadinya hanya bisa diubang kini jadi barang yang
bisa digunakan kembali”.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
“Saya disini sejak berdirinya komunitas wpl”.
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
“Saya diajak sama istrinya pak baron kebetulan juga saya
ada kemampuan buat nganyam”.
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Saya cuma ibu rumah tangga saja”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
“Saya seringnya buat dompet ka”.
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
“Untuk yang pola sederhana itu kurang lebih 2 jam dan
untuk yang pola susah itu bisa lebih dari 1 hari”.
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Manfaatnya banyak sekali mulai dari dekat sama ibu-ibu
sekitar, pengalaman dan banyak dah”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Ya hambatan nya itu pas pertama di bangun wpl takut
nya tidak berkembang”.
Page 166
153
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Semoga wpl tambah jaya dan sukses”.
Transkrip Wawancara
Hari/tanggal wawancara : Rabu 06 November 2019
Lokasi wawancara : Rumah Ibu Halimah
Nama : Hana
Status Informan : Pengrajin VI
1. Bagaimana persiapan pendiri dan masyarakat setempat
untuk membahas teknis pelaksanaanya?
“Ya awalnya mah ga mudah juga buat deketin
masyarakat, ada aja masyarakat yang berpikirannya yang
ngga-ngga”
2. Apakah ada rapat rutin pendiri dengan masyarakat terkait
pembahasan teknis kerja atau hal lainnya? Jika iya, berapa
waktunya?
“Pertemuan sudah pasti ada tapi ga nentu harinya”.
3. Bagaimana cara mempersiapkan dan mensosialisasikan
program yang dibuat oleh pendiri?
“Persiapannya udah ada sebelum jadwal sosialisasi di
adakan”.
4. Dari sosialisasi tersebut, bagaimana tanggapan dari
masyarakat sekitar?
“Alhamdulillah tanggapannya baik-baik aja mba, ya
paling kalau yang ga mah di abain aja”.
Page 167
154
5. Bagaimana pendiri menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Rencana kegiatan yang udah dirancang sebelumnya,
programnya juga udah tinggal di kasih tau ke masyarakat
aja”.
6. Apa saja rencana kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Ya ini membuat kerajinan tangan, program dari keluarag
potensi lokal”
7. Apakah ada masalah dalam menyusun rencana kegiatan
kelompok?
“Ada aja mba masalah”.
8. Bagaimana cara anda untuk pemecahan masalah yang
terbaik dalam susunan rencana kegiatan kelompok yang
sudat dibuat?
“Ya ada penasehat sih biar damai lagi”
9. Bagaimana cara pendiri membuat perencanaan kegiatan
kelompok serta pertimbangan apa saja yang menjadi dasar
dari perencanaan tersebut?
“1. Mengacu sama visi misi WPL ini, 2. Potensi lokal
yang ada, 3. Kemampuan sdm yang tersedia, 4. Mimpi-
mimpi kita, terutama masyarakat wilayah sini”.
10. Bagaimana cara pendiri untuk menerapkan rencana
kegiatan kelompok di komunitas WPL?
“Sosialisasi awal dulu yang di gencarin sih, terus di lihat
dari respon masyarakatnya”.
11. Bagaimana proses pembuatan daur ulang plastik hingga
menjadi barang jadi?
Page 168
155
“Kumpulin sampah plastiknya dulu yang penting soalnya
itu jadi bahan dasar”.
12. Bagaimana cara anda memastikan rencana yang sudah di
buat dapat terlaksana?
“Dipantau atau di cek sudah sampai mana
pembuatannya”.
13. Bagaimana pendiri memantau pelaksanaan dalam
kegiatan yang dilakukan di komunitas WPL?
“Dilihat, di raba hasilnya apakah banyak yang cacat atau
tidak kemudian di terawang kira-kira apa yaa yang salah,
nahh pastikan ketahuan kalau ada masalahnya”.
14. Bagaimana cara pendiri memonitoring dan mengevaluasi
kegiatan ini, apakah sudah berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan?
“Kita lakukan evaluasi berdasarkan temuan-temuan
kesalahan kalau-kalau ada kesalahan yang di temukan
dilapangan, nah kita bahas pas kumpul mingguan itu atau
setelah program selesai”.
15. Menurut anda setelah berjalannya Komunitas WPL, apa
kemajuan yang didapat bagi masyarakat?\
“Dengan adanya komunitas WPL masyarakat sudah
berubah dari yang dulu ga tau bahwa sampah rumahan itu
masih bisa menghasilkan uang jika di daur ulang dengan
baik”.
16. Berapa lama ibu gabung sebagai pengrajin di komunitas
WPL?
“Saya sudah cukup lama ya dari mulai berdirinya wpl”.
Page 169
156
17. Bagaimana ibu tahu adanya kegiatan kerajinan tangan di
komunitas WPL?
“Yak karena saya tetangga dekat sama pak baron ya
akhirnya saya di ajak sama pak baronnya”.
18. Apa kegiatan ibu sebelum ikut bergabung dalam membuat
kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Kegiatan saya ibu rumah tangga”.
19. Jenis kerajinan apa yang ibu tekuni di komunitas WPL?
“Saya mulai dari menyiapkan pola, mengecek dan
menjahit”
20. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses
pembuatannya?
“Waktu itu tidak tentu tergantung dari kesulitan yang
ingin di buat”.
21. Apa manfaat yang ibu rasakan setelah bergabung dalam
membuat kerajinan tangan di komunitas WPL?
“Alhamdulilah saya jadi bisa saling silaturahmi dengan
para ibu-ibu disini dan mudah bergaul”.
22. Adakah hambatan yang dirasakan selama kegiatan
berlangsung?
“Hambatan selalu ada dan alhamdulilah semenjak
dijalankan dengan sabra pasti ada saja jalannya untuk
keluar dari hambatannya”.
23. Apa harapan ibu kedepannya untuk kegiatan ini?
“Semoga wpl tambah sukses, makmur, sejahtera dan bisa
membantu para warga sekitar dengan hasil yang positif”.