BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pelayanan kesehatan di sebuah negara ditentukan oleh tiga kelompok utama yaitu lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan (Health Provider), masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan (Health Consumer), dan pihak lembaga/perusahaan asuransi (Health Financing atau Insurance Company). Ketiga stake holder utama tersebut, di bidang pelayanan kesehatan mempunyai perbedaan pandangan yang cukup prinsipil tentang mutu pelayanan (Muninjaya, 2004). Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah telah berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut 1
45
Embed
Proposal Thesis Kepuasan Pasien Jamkesmas Terhadap Pelayanan Bangsal Kebidanan Rumah Sakit Pku Gombong
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan pelayanan kesehatan di sebuah negara ditentukan oleh
tiga kelompok utama yaitu lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan
(Health Provider), masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan (Health
Consumer), dan pihak lembaga/perusahaan asuransi (Health Financing atau
Insurance Company). Ketiga stake holder utama tersebut, di bidang pelayanan
kesehatan mempunyai perbedaan pandangan yang cukup prinsipil tentang
mutu pelayanan (Muninjaya, 2004).
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan
kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945,
pemerintah telah berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut
melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan
melalui penugasan kepada PT. Askes (persero) berdasarkan SK Nomor
1241/Menkes/SK/XI/2004, tentang penugasan PT. Askes (Persero) dalam
pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin
(Depkes, 2008a).
Menurut Koentjoro (2007), pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang peduli dan terpusat pada pelanggan, kebutuhan,
1
serta harapan. Sementara itu, nilai-nilai pelanggan menjadi titik tolak
penyediaan pelayanan kesehatan dan menjadi persyaratan yang harus dapat
dipenuhi dan bermuara dari pelayanan yang berpusat pada pelanggan.
Membangun mutu tidak cukup hanya membuat aturan hitam di atas
putih berupa manual mutu, prosedur terdokumentasi dan instruksi kerja juga
sangat diperlukan. Karena mutu tidak terletak di atas kertas, tetapi ada pada
manusia, pada pemikiran, emosi dan sikap hidup serta kepribadian setiap
insan askes. Semua bertanggung jawab mulai dari satpam, petugas front liner
sampai jajaran direksi secara proporsional (Ris, 2007).
Dengan pertimbangan untuk mengendalikan biaya dan mutu
pelayanan, program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin atau askeskin
mulai 1 januari 2008 diganti nama menjadi jaminan kesehatan masyarakat
yang disebut dengan jamkesmas. Sasaran program jamkesmas sama seperti
tahun sebelumnya yaitu masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh
Indonesia sebanyak 76.400.000 jiwa. Kebijakan penyelenggaraan jaminan
kesehatan masyarakat atau jamkesmas yang ditetapkan oleh menteri kesehatan
republik indonesia Nomor : 125/MENKES/SK/II/2008 tentang pedoman
penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat 2008. Kebijakan tersebut
merupakan lanjutan dari program Askeskin, hanya saja perbedaannya pada
pengelolaan keuangan tidak lagi diserahkan kepada PT. Askes tetapi dikelola
sendiri oleh Depkes. PT. Askes hanya mengelola kepesertaannya saja.
Kebijakan ini diharapkan dapat mempercepat proses reimbursment rumah
2
sakit atas tagihan pasien dengan askeskin dan juga masalah tunggakan PT.
Askes terhadap klaim yang diajukan oleh pihak rumah sakit yang sering
mengalami keterlambatan sehingga operasional rumah sakit menjadi
terhambat dan akhirnya dapat merugikan pasien dan juga rumah sakit dalam
hal pembayaran jasa pelayanan (Yusri, 2009).
Jumlah penduduk miskin kabupaten Kebumen pada tahun 2009 adalah
sebanyak 1.238.163 jiwa yang tersebar di 460 desa, dari jumlah tersebut
530.764 jiwa masuk dalam kuota Jamkemas, 106.362 jiwa penerima
Jamkesda dan 514.793 jiwa sisanya tidak memiliki asuransi (Dinkes Kab.
Kebumen, 2010). Berdasarkan keputusan menteri kesehatan republik
indonesia nomor: 483/MENKES/SK/V/2008 jumlah penduduk miskin di
kabupaten kebumen yang menerima kartu jamkesmas pada tahun 2008 adalah
530.764 jiwa dengan jumlah alokasi dana sebesar Rp. 6.369.168.000. jumlah
tersebut lebih besar jika di bandingkan tahun 2007 yang hanya 497.000 jiwa.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan akan
memberikan pelayanan gratis persalinan bagi ibu melahirkan dari keluarga
tidak mampu mulai tahun 2011. Menurut Menteri Kesehatan Endang
Sedyawati, pemberian pelayanan gratis persalinan kepada ibu melahirkan ini
sasarannya untuk menurunkan tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan guna
memenuhi target MDGs (Millenium Development Goals), Endang
menjelaskan, pelayanan persalinan gratis kepada ibu melahirkan dari keluarga
tidak mampu yakni melahirkan di bidan, Puskesmas, maupun di Rumah Sakit
3
Umum Daerah kamar kelas tiga untuk pelayanan persalinan normal, caesar,
ataupun mengalami komplikasi ketika melahirkan (Antaranews, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan di kota Kupang oleh Retnowati dkk.
(2008), menyatakan bahwa tingkat kepuasan pasien pelayanan rawat inap
pasien masyarakat miskin di Puskesmas Kota Kupang masih kurang (66,67
%), terutama terhadap aspek reliabilitas, emphaty dan responsiveness. Aspek
emphaty yang dikeluhkan oleh pasien masyarakat miskin adalah pelayanan
yang masih dibeda-bedakan dengan pasien umum, sebab patugas kesehatan
merasa tidak diberi insentif yang cukup. Aspek responsiveness yang
dikeluhkan pasien masyarakat miskin adalah mengenai informasi yang kurang
tentang kondisi penyakit yang diderita, disebabkan kondisi fasilitas sarana dan
prasarana yang kurang memadai.
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gombong merupakan rumah sakit
tipe swasta madya atau setingkat dengan tipe C plus, dengan kapasitas 155
tempat tidur. Rumah sakit muhammadiyah gombong memiliki layanan
unggulan yaitu obsgyn dan bedah (RS PKU Muhammadiyah Gombong,
2009). Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong merupakan amal usaha
Muhammadiyah di bidang kesehatan yang beroperasi sejak 26 april 1958
bertepatan dengan 6 syawal 1377 H. Saat ini tingkat utilisasi pelayanan RS
PKU Muhammadiyah Gombong selalu mengembangkan strategi untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan (RS PKU
Muhammadiyah Gombong, 2010).
4
Berdasarkan data di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong
(2010), jumlah kunjungan pasien yang menggunakan jamkesmas/Askeskin
adalah 4,075 jiwa, sedangkan tahun 2009 menurun menjadi 3,820 jiwa. RSUD
kebumen memiliki 219 tempat tidur dengan kunjungan pasien selama tahun
2009 mencapai 11,767 jiwa (RSUD Kebumen, 2010)
1.2 Perumusan Masalah
Dari gambaran yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka
hasil perumusan masalah adalah:
a) Apakah terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi pelanggan
jamkesmas terhadap mutu pelayanan kesehatan di bangsal kebidanan RS PKU
Muhammadiyah Gombong?
b) Apakah terdapat kesenjangan antara harapan dan persepsi pelanggan umum
terhadap mutu pelayanan kesehatan di bangsal kebidanan RS PKU
Muhammadiyah Gombong?
c) Apakah terdapat perbedaan antara kepuasan pelanggan jamkesmas dan umum
terhadap mutu pelayanan kesehatan di bangsal kebidanan RS PKU
Muhammadiyah Gombong?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
5
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien jamkesmas dan pasien
umum terhadap mutu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong.
1.3.2 Batasan Penelitian
Batasan dalam suatu penelitian perlu dikemukakan, hal ini bertujuan
agar penelitian yang dilakukan dapat lebih fokus pada pokok permasalahan,
tujuan dan manfaat penelitian.
Adapun batasan penelitian sebagai berikut:
a) Penelitian ini dibatasi pada model lima dimensi mutu yang meliputi bukti fisik
umum, dan kuesioner persepsi pelanggan umum. Pertanyaan pada kuesioner
harapan pelanggan jamkesmas dan umum mencakup lima dimensi mutu yang
dinyatakan dalam skala likert. Nilai satu pertanyaan: sangat penting (5),
penting (4), cukup penting (3), kurang penting (2), tidak penting (1).
Sedangkan pertanyaan pada kuesioner persepsi pelanggan jamkesmas dan
umum mempunyai lima nilai yaitu: sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3),
kurang baik (2), tidak baik (1).
Kisi-kisi kuesioner dan pengukuran variabel adalah:
a) Karakterisitik pelanggan jamkesmas dan umum yang meliputi: jenis
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber pembiayaan kesehatan.
22
b) Kualitas pelayanan yang meliputi bukti fisik (tangible), perhatian
(emphaty), jaminan (assurance), ketanggapan (responsiveness), dan
keandalan (realbility).
Sebelum digunakan, pada kuesioner dilakukan uji validitas dan
realibilitas. Uji validitas dilakukan dengan maksud mengukur kehandalan data
dan memperoleh keyakinan bahwa alat ukur yang dipergunakan mempunyai
kecermatan yang tinggi. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat
kesahihan alat ukur. Dikatakan valid bila terdapat kesamaan antara data yang
dikumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Uji
validitas internal item pertanyaan dari variable ditetapkan dengan cara
menghitung koefisien korelasi dengan nilai kemaknaan p=0,05, dan nilai
minimal koefisien korelasi product moment lebih besar atau sama dengan 0,03
(Dahlan, 2004).
Dikatakan reliabel bila mengukur suatu gejala pada waktu berlainan,
senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Uji reliabilitas menggunakan teknik
alpha cronbrach. Batas nilai minimal alpha cronbrach lebih besar dari 0,06
(Dahlan, 2004). Menurut Arikunto (1993), r sebesar 60% dianggap sebagai
nilai kesepakatan batas reliabilitas instrument, sedangkan nilai r 80% sampai
100% di interpretasikan sebagai mempunyai korelasi tinggi, sekaligus
menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula.
23
3.7 Analisis data
Pengolahan data dianalisis berdasarkan pendekatan statistik
berdasarkan nilai rata-rata per kelompok (kelompok item, kelompok
responden dan kelompok harapan dan persepsi) secara parsial (univariat).
Hasil penghitungan nilai rata-rata kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kategori harapan, sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting,
tidak penting, dan kategori persepsi, sangat baik, baik, cukup baik, kurang
baik, dan tidak baik.
Untuk mengetahui kesenjangan (gap) antara harapan dan persepsi
pelanggan maka pertanyaan dalam kuesioner yang terkait dengan expected
service dan perceived service dicari selisihnya. Nilai perceived service
kemudian dikurangi dengan nilai expected service. Jika hasilnya positif berarti
tidak terdapat kesenjangan kualitas pelayanan, yang dalam hal ini bermakna
persepsi terhadap mutu pelayanan yang ada lebih tinggi dari harapan terhadap
pelayanan. Dengan perkataan lain, mutu pelayanan yang ada sudah sesuai
dengan yang diharapkan oleh pelanggan sehingga pasien merasa puas
terhadap pelayanan yang diberikan.
Pengujian statistik melalui uji beda rata-rata berpasangan (t-test)
digunakan untuk mengetahui apakah kesenjangan (gap) yang ada signifikan
atau tidak. Kriteria ada tidaknya kesenjangan (gap) adalah dari nilai signifikan
t-test yaitu: jika nilai signifikan t-test < 0,05 maka dapat disimpulkan adanya
24
kesenjangan yang signifikan antara harapan dan persepsi, sebaliknya jika nilai
signifikan t-test > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan yang
signifkan antara harapan dan persepsi (Ghozali, 2001).
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan antara kepuasan pelanggan
jamkesmas dan umum terhadap mutu pelayanan kesehatan digunakan uji
statistik chi square.
3.8 Etika Penelitian
3.8.1 Responden berhak untuk menolak dijadikan sampel penelitian.
3.8.2 Peneliti harus menjaga kerahasiaan identitas pasien dan menjaga
kerahasiaan isian kuesioner kecuali untuk kepentingan penelitian.
25
Daftar Pustaka
Alam, S., 2007, Ekonomi jilid 2, Esis. Jakarta.
Arikunto, S., 2003, Prosedur Penelitian ed. 5, Rineka Cipta. Jakarta.
Depkes, R.I., 2003, Pedoman Fasilitas Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Kelas C. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta.
Depkes, R.I., 2008a, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008, Departemen Kesehatan R.I. Jakarta.
Depkes, R.I., 2008b, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Rumah Sakit, Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R.I. Jakarta.
Depkes, R.I., 2008c, Pedoman pelaksanaan jamkesmas tingkatkan akses dan mutu kesehatan, departemen kesehatan republik indonesia. Jakarta.
Ghozali, I. 2001. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Herawati. N, 2010, perbandingan tingkat kepuasan pasien askeskin dan non askes terhadap mutu pelayanan di instalasi rawat jalan bagian obstetri dan ginekologi rs sarjito. Karya Ilmiah Akhir . Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Studi Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Kepmenkes, R.I., 2008, Penerima Dana Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas dan Jaringannya Untuk Setiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2008, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Koenjtoro., T, 2007. Regulasi Kesehatan Di Indonesia. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Kotler, P & Keller, KL, 2009, Manajemen Pemasaran ed.12, Jilid 1, P.T. Indeks, Jakarta.
Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta.
26
Mukti A. G., 2008, Sistem Jaminan Kesehatan : Konsep Desentralisasi Terintegrasi. Yogyakarta. Magister Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Muninjaya, A.A.Gde., 2004, Manajemen Kesehatan. Ed. 2., EGC, Jakarta.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., Berry, L. L., 1985, A Conceptual Model of Service Quality and It’s Implications for Future Research, Journal of Marketing, Vol. 49, pp. 41-50.
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., Berry, L. L., 1990, Delivering Quality Service Balancing Customer Perseption and Epectation, The Free Press, A division of Macmillan inc, New York.
Pun, G., 2000, A Process For Managing Customer Satisfaction. A Civil Service for Asia`s World City Seminars. Hongkong.
Rangkuti, F., 2006. Measuring Customer Satisfaction. Teknik mengukur dan strategi meningkatkan kepuasan pelanggan plus analisa kasus. Gramedia, Jakarta.
Retnowati. Dkk, 2008, pelayanan kesehatan masyarakat miskin persepsi stakeholder di kota kupang. Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gajah Mada. Working Paper Series No.6, 1st draft, hal.12.
Rosmawati., 2005, Analisis Tingkat Kepuasan Responden Pengguna ASKES dan non ASKES Terhadap Pelayanan Keperawatan di Poliklinik Bagian Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
RS PKU Muhammadiyah Gombong, 2010, Program Kerja Dan Anggaran Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Tahun 2010, Gombong.
RS PKU Muhammadiyah Gombong, 2009, Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong Rev. 2, Gombong.
Sabarguna, B.S., 2004, Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit, Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY, Yogyakarta.
27
Sekaran, U., 2006, Research Methods for Business Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Buku: 2, Salemba Empat. Jakarta.
Yusri, 2009, Perbedaan Tingkat Kepuasan Peserta Jamkesmas dan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap RSUD Cut Meutia Aceh Utara. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Antaranews, 2010, `Program Pelayanan Persalinan Gratis Mulai 2011`, Kantor berita Antara, 20 Agustus, Viewed 31 agustus 2010, http://www.antaranews.com/berita/1282305885/program-pelayanan-persalinan-gratis-mulai-2011
RSUD Kebumen, 2010, Profil Rumah Sakit Uumum Daerah Kebumen. Kabupaten Kebumen, viewed 31 agustus 2010, http://www.kebumenkab.go.id/index.php?module=htmlpages&func=display&pid=64
Dinkes Kab. Kebumen, 2010, Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen. Kabupaten Kebumen, viewed 31 agustus 2010, http://www.kebumenkab.go.id/index.php?module=htmlpages&func=display&pid=43