PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN PUNTUK DORO 2 MAGETAN Oleh : MURNI DIASTUTI 09141148 PGSD / VII D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS TENTANG
PENINGGALAN SEJARAH MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL THINK PAIR SHARE PADA SISWA
KELAS IV SDN PUNTUK DORO 2 MAGETAN
Oleh :
MURNI DIASTUTI
09141148
PGSD / VII D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ada presepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan
dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Presepsi umum ini
menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan
menyodori siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan.
Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai
yang maha tau dan sumber informasi. Lebih celaka lagi, siswa belajar
dalam situasi yang membebani dan menakutkan karena dibayangi oleh
tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi.
Tampaknya ada perubahan paradigm dalam menelaah proses
belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah
seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih
mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol yang bisa
diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu
oleh guru. Selain itu, arus proses belajar tidak harus berasal dari guru
menuju siswa.
Siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang
lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran
oleh teman sebaya ternyata lebih efektif daripada oleh guru. Sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang tersetruktur
disebut sebagai “ pembellajaran gotong toyong “atau cooperative
learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Sesungguhnya metode gotong royong tidak terlampau asing dan
mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai
metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak
guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam
kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang
efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif memang bermunculan dalam
pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak
berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan.
Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang
pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng
pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang
seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan
kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan
dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis
mengenai penggunanan metode kerja kelompok, bahkan kadang-
kadang orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan
dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang
seimbang.
Berbagai dampak negatife dalam menggunakan metode kerja
kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau
meluangkan waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan
menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode
pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok,
melainkan pada penstrukturannya. Jadi, system pengajaran cooperative
learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure
pokok (Johnson & Jonhson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individu, interaksi personal, keahlian bekerja sama,
dan proses kelompok.
Kekhawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan
diri secara individu bisa terancam dalam penggunaan metode kerja
kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang
dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara
maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar
tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu
kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada
system akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja
membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan
dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa
terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan
pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil
judul “ Meningkatkan Prestasi Belajar IPS tentang Peninggalan
Sejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share
Pada Siswa Kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ”.
B. Identifikasi Masalah
Dari paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini,
yaitu :
1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV ?
2. Bagaimana pembelajaran kooperatif model think pair share pada
pelajaran IPS ?
3. Bagaimana prestasi belajar IPS yang diperoleh siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran think pair share ?
4. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan
diterapkannya model pembelajaran kooperatif model think pair
share pada siswa kelas IV ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang dibatasi
sebagai berikut :
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2
Magetan.
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini tentang peninggalan
sejarah di kabupaten/kota dan provinsi.
3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif model think pair share.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi
masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pembelajaran kooperatif model think pair share
berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa
kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ?
2. Seberapa tingg tingkat penguasaan materi pelajaran IPS dengan
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model think pair
share pada siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model
think pair share terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
siswa kelas IV SDN Puntukdoro 2 Magetan.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan
mata pelajaran IPS setelah diterapkannya pembelajaran
kooperatif model think pair share pada siswa kelas IV SDN
Puntukdoro 2 Magetan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
metode pembelajaran yang dapat memeberikan manfaat
bagi siswa dan bisa meningkatkan inovasi dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
2. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dalam melatih
sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa
lain dalam mencapai tujuan belajar. Dan bisa meningkatkan
prestasi dalam hal akademik.
3. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Menambah wawasan dann pengetahuan penulis tentang
peranan guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam meningkatkan
pemahaman siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengajaran Kooperatif
Pengajaran kooperatif (cooperative Learning) memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar (Houlobec,2001).
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah sehingga sumber belajar siswa bukan hanya guru dan
buku ajar tetapi juga sesame siswa. Manusia adalah makhluk
individual, berbeda satu dengan yang lain, karena sifatrnya yang
individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya
sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi
makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya.
Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada
interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi
antar sesama siswa. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro
(200:78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan