PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA POKOK BAHASAN MENDENGARKAN PENJELASAN NARASUMBER MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI SISWA KELAS V SDN 03 NAMBANGAN KIDUL KECAMATAN MANGUHARJO KOTA MADIUN Di Susun Oleh : RISMA INDRIANING PUTRI NMP 09141187 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR BAHASA
INDONESIA PADA POKOK BAHASAN
MENDENGARKAN PENJELASAN NARASUMBER
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI SISWA
KELAS V SDN 03 NAMBANGAN KIDUL KECAMATAN
MANGUHARJO KOTA MADIUN
Di Susun Oleh :
RISMA INDRIANING PUTRINMP 09141187
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan
yang baik ini, penulis masih diberi kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyusun
dan menyelesaikan proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penulis dalam menyusun laporan PTK ini tidak lepas dari beberapa unsur
pendukung, untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang
baik dan harmonis dengan para unsur tersebut, sehingga tersusunlah laporan ini.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Kepala Sekolah Dasar Negeri 03 Nambangan Kidul Kecamatan Manguharjo
Kota Madiun yang telah membantu dan memberikan fasilitas sarana dan
prasarana secukupnya.
2. Bapak/Ibu guru beserta staf SDN 03 Nambangan Kidul yang telah bersedia
melayani kami dengan senang hati dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusun laporan ini
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Maka
dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan saran yang positif dari
pembaca demi kesempurnaan dan kelengkapan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita teman –
teman mahasiswa serts para guru Sekolah Dasar dan setidak-tidaknya menjadi
referensi untuk lebih meningkatkan pross pembelajaran di kelas.
Madiun, Desember 2012
Penulis
RISMA INDRIANING PNPM. 09141187
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 3
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................. 6
A. Minat Belajar ....................................................................... 6
B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD................................. 7
C. Pembelajaran Mendengarkan / Menyimak di SD ................ 8
D. Penjelasan Narasumber......................................................... 13
E. Metode Pembelajaran SAVI ................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 19
A. Rancangan Penelitian ........................................................... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 20
C. Indikator Keberhasilan ......................................................... 20
D. Prosedur Penelitian .............................................................. 21
E. Instrument Penelitian ........................................................... 23
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 24
G. Teknik Analisi Data.............................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada kegiatan pembelajaran di sekolah guru memegang peranan
penting dalam menciptakan keberhasilan proses belajar mengajar. Guru
juga bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikannya.
Profesionalisme guru sangat penting, dan dibutuhkan dalam memberikan
pendidikan pada siswa, sehingga hasil pendidikan yang diterima dapat
dipahami dan dapat diterapakan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien apabila
didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran. Cara
guru mengatur strategi pembelajaran sangat berpengaruh pada cara siswa
belajar. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan dalam proses
pembelajaran dan prestasi belajar, karena minat siswa untuk belajar tinggi.
Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dan juga
untuk meningkatkan kemampuan penguasaan siswa dalam menerima
materi pelajaran, guru harus memiliki kemampuan dasar yang sangat
diperlukan untuk memajukan prestasi anak didik. Dengan diadakannya
pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran ini, maka keterbelakangan
siswa dalam menerima pelajaran dapat ditingkatkan melalui proses
belajarannya.
Bangsa Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan
dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas
muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Mewujudkan
pendidikan yang bermutu sebagai investasi jangka panjang memerlukan
usaha dan dana yang cukup besar. Meski diakui bahwa pendidikan adalah
investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar,
tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problematika
(permasalahan) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah
bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu dari mana
mesti harus diawali.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini
masih jauh dan apa yang di harapkan. Ada banyak faktor yang bisa
menjadi penyebab munculnya problematika dalam pendidikan khususnya
pendidikan Sekolah Dasar (SD), antara lain rendahnya kemampuan
berbahasa pada masing – masing siswa. Padahal kemampuan berbahasa
merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan mata pelajaran dan
sebagai bekal untuk memasuki dunia informasi.
Pada prinsipnya pembelajaran bahasa harus tetap menekankan pada
pembelajaran berbahasa bukan pembelajaran bahasa. Hal ini telah
ditegaskan sejak dalam kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994) dan tetap
dipertahankan pada kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi
(Depdiknas, 2004), sebagai pengganti kurikulum 1994 tersebut, serta pada
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006).
Berkaitan dengan hal itu, ada beberap hal yang perlu medapatkan
perhatian bagi para guru dalam mengelola pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas. Pertama, pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk
lebih banyak memberikan porsi kepada perlatihan berbahasa yang nyata.
Kedua, aspek kebahasaan (tata bahasa) diajarkan hanya untuk
yang menjadi tujuan utama. Keempat, membaca sebagai alat untuk belajar
(reading for learning). Kelima, menulis dan berbicara sebagai alat
berekspresi dan menyampaikan gagasan. Keenam, kelas menjadi tempat
berlatih menulis, membaca dan berbicara dalam bahasa. Ketujuh,
penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak- banyaknya karya
sastra. Kedelapan, pengajaran kosakata harus diarahkan untuk menambah
kosakata siswa.
Berdasarkan prinsip-prinsip umum di atas, terlihat bahwa fokus
pembelajaran bahasa adalah memperbanyak berlatih di dalam kelas dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
‘senyatanya’ melalui diskusi, misalnya, maupun yang nyata ’tidak
senyatanya’, misalnya melalui kegitan bermain peran.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat belajar bahasa
Indonesia sangat menurun (rendah), yang implikasinya terhadap prestasi
belajar dan keterampilan berbahasa Indonesia juga rendah (Hasil belajar
siswa rendah).
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan penelitian kelas yang
berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Bahasa Indonesia Pada Pokok
Bahasan Mendengarkan Penjelasan Narasumber Melalui Model
Pembelajaran SAVI Siswa Kelas V Sdn 03 Nambangan Kidul Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun“.
Dengan maksud setelah selesai melakukan penelitian tindakan
kelas ini, melalui refleksi diri guru dan siswa, diharapkan siswa terampil
dalam berbahasa Indonesia sehingga prestasinya meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasa maka Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini rumusan masalahnya sebagai berikut :
a. Bagaimana meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia pada
pokok bahasan mendengarkan penjelasan narasumber melalui
model pembelajaran SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan
Kidul Kecamatan Manguharjo Kota Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasakan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan peningkatan minat belajar bahasa Indonesia pada
pokok bahasan mendengarkan penjelasan narasumber melalui
model pembelajaran SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan
Kidul Kecamatan Manguharjo Kota Madiun.
1.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah dan tujuan peneitian yang telah dirumuskan
di atas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. 75 % minat belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan
mendengarkan penjelasan narasumber melalui model pembelajaran
SAVI siswa kelas V SDN 03 Nambangan Kidul Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun meningkat.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan pengalaman dalam
mengatasi masalah pembelajaran mengenai meningkatkan minat
belajar bahasa Indonesia siswa di kelas. Penelitian ini juga
memberikan pengalamana kepada peneliti dalam menyusun dan
mengembangkan karya tulis ilmiah, khususnya dalam membuat
laporan penelitian.
b. Bagi Guru
Hasil PTK akan memberikan masukan dan wawasan tentang cara
atau strategi yang tepat ntuk mengatasi masalah pembelajaran,
khusunya yang terkait dengan masalah meningkatkan minat belajar
bahasa Indonesia pada siswa.
c. Bagi Siswa
Hasil PTK akan mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang
lebih baik dan meningkatkan minat siswa untuk melakukan
aktivitas belajar yang lebih bergairah, karena suasana belajar yang
diciptakan lebih menyenangkan.
d. Bagi Orang Tua Siswa
Hasil PTK akan memberikan masukan yang berharga tentang
prestasi belajar anaknya sehingga orang tua siswa akan dapat
memberikan pembinaan kepada anaknya untuk tetap menjaga dan
meningkatkan proses dan prestasinya.
e. Bagi Pejabat di Lingkungan Dinas DIKBUDMUDORA
Hasil PTK dapat memberikan masukan yang berharga, terutama
dalam pembinaan akademik bagi guru dan siswa dalam hal
peningkatan mutu proses dan hasil belajar.
Dengan demikian PTK ini berarti memberikan sumbangan yang
positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan
kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar
belajar siswa serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
2. 1 Minat Belajar
2. 1. 1 Pengertian Minat
Minat adalah kesediaan jiwa yang aktif, untuk menerima pengaruh
dari dunia luar diri siswa.
Slameto (1991: 57) menerangkan minat adalah“Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu”
Slameto (1991: 57) Pengertian minat secara istilah telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard
menyatakan” Interest is persisting tendency topay attention to end enjoy
some activity and content”, yang memiliki arti, minat adalah
kecenderungan yang gigih untuk memperhatikan, mengakhiri, menikmati,
beberapa inti kegiatan tersebut.
Sardiman A. M. (1988: 76) berpendapat bahwa minat adalah
sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk
melakukan perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu guru mempunyai kewajiban menumbuhkan minat
belajar pada siswa melalui “ motivasi ekstrensik” (pengaruh dari luar
siswa). Meningkatkan motivasi ektresnsik belajar bahasa Indonesia siswa
kelas V yang mengacu pada langkah-langkah awal rencana refleksi dan
siklus yang telah direncanakan.
2. 2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2. 2. 1 Hakikat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan
siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi ini dapat
dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan tersebut,
maka standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan,
pengetahuan, ketrampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan
sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa
untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan
global.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan
karena, diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta
dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan
hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian
kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan
berbagai kegiatan berbahasa, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam
menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat dapat
secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah, (5)
sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan
keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat
menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi
kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional
(BSNP:2006).
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus
diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
dihasilkan dari alat ucap (artikulasi) yang bersifat sewenang-wenang dan
konvensional (melalui kesepakatan) yang dipakai sebagai alat komunikasi
untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Selain itu, bahasa juga merupakan
percakapan atau alat komunikasi dengan sesama manusia. Sedangkan
bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang menjadi salah satu ciri
khas bangsa Indonesia dan digunakan sebagai bahasa nasional. Hal ini
yang merupakan salah satu sebab mengapa bahasa Indonesia harus
diajarkan pada semua jenjang pendidikan, terutama di SD karena
merupakan dasar dari semua pembelajaran.
2. 2. 2 Kedudukan Bahasa Indonesia
Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia wajib diberikan di semua lembaga pendidikan formal.
Dalam pelajaran ini siswa tidak boleh mendapat nilai kurang dari 6, artinya
semua peserta didik sekurang kurangnya harus mempunyai kemampuan
sedang dalam penggunaan bahasa Indonesia. Ini tentu saja menuntut upaya
guru dan siswa serta perhatian orang tua di rumah dalam hal belajar siswa.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat
penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk
tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pembelajaran harus dapat
membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa di
lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, namun juga untuk
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
bahasa, siswa mampu mempelajari nilai-nilai moral atau agama, serta
nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, melalui bahasa, siswa juga
mampu mempelajari berbagai cabang ilmu.
2. 3 Pembelajaran Mendengarkan / Menyimak di SD
2. 3. 1 Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-
lambang lisan dengan penuh perhatian,pemahaman,apresiasi,serta
intrprestasi untuk memperoleh informasi, menamgkap isi atau pesan, serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan sarana untuk menerima informasi dalam kegitan komunikasi,
perbedaanya teretak dalam jenis komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis.
2. 3. 2 Tahap-Tahap Menyimak
Ruth G. Strickland menyimpulkan ada sembilan tahap menyimak,
kesembilan tahap tersebut dapat dilukiskan sebagai berikut:
a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak mersakan
keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat
gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-
hal di luar pembicaraan;
c. Setengah meyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu
kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa
yang terpendap dalam hati sang anak;
d. Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau
mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan
penjaringan pasif yang sesungguhnya;
e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang
disimak; perhatian secara seksama bergantian dengan keasyikan
lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik
hatinya saja;
f. Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman
pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang menyimak benar-
benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan
sang pembicara;
g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan
membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan;
h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti
jalan pikiran sang pembicara;
i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan
pikiran,pendapat, dan gagasan sang pembicara (Strickland,1957:
(Dawson [et all], 1963;154).
2. 3. 3 Ragam Menyimak
Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (ekstensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan
kebebasan bagi para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata
dan struktur-struktur yang masih asing atau baru baginya yang terdapat
dalam arus ujaran yang berada dalam jangkauan dan kapasitas untuk
menanganinya.
Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu
tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan
cara baru, kerap kali sangat baik bila hal ini dilakukan dengan pertolongan
pita-pita otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh
lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang
nyata dah hidup. Pada umumnya, sumberyang paling baik bagi berbagai
aspek menyimak ektensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru
sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang
hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai
sumber, seperti suara siaran radio dan televisi (Brouhton [et all],1978)
a. Menyimak Sosial
Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial (social
listening) paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
a) Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian
terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi
sosial dengan suatu maksud.
b) Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dan
penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Andreson;
1972;69). Orang-orang yang dapat menanti kedua hal
tersebut anggota masyarakat yang baik.
Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif
(extensive listening). Berikut ini kita berikan dua buah contoh.
a. Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian
rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-
sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman dirumah.
b. Sambil menikmati musik, kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan
tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat
seketsa, dan latihan menulis indah (Dawson [et all], 1963:153;
Tarigan, 1972:69).
Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut
menyimak apresiasif (appreciational listening) adalh fase terakhir dan
kegiatan termasuk kedalam menyimak secara kebetulan dan menyimak
secara ekstensif, mencakup:
a. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan
rekaman-rekaman.
b. Menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan
lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa atau
aktor Dawson [et all], 1963:153).
Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran yanpa upaya sadar
yang biasanya menandai uapaya-upaya kita pada saat belajar dengan
kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai serta
menguasai suatu bahasa.
Menyimak Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih
diawasi,dikontrol terhadap satu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah
diadakan suatu pembagian penting, sebagai berikut.
a. menyimak intensif ini terutama sekali dapat diarahkan sebagai
bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b. terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian
secra umum. Jelas bahwa dalm butir kedua ini makna bahasaudah
secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Jenis-jenis yang termasuk kedalam menyimak intensif ini, yaitu