BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah, 2005) Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita (Widoyono, 2011). Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,
2005)
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan
dan kematian anak di berbagai Negara termasuk Indonesia. Penyebab utama
kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan
infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak
karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini
masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada
balita (Widoyono, 2011).
Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400
kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian
setiap tahunnya, sebagian besar (70%-80%) dari penderita ini adalah anak di
bawah usia 5 tahun (Widoyono, 2011).
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (Widoyono, 2011).
Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan,
menunjukkan bahwa angka kesakitan diare untuk semua golongan umur per
1000 penduduk Indonesia tahun 2001 adalah 20,27, tahun 2002 : 20, 68.
Angka kematian (CFR) sebesar 0,008% pada tahun 2001. Episode diare balita
1,6 – 2,2 kali pertahun. (Profil Kesehatan Indonesia,). Kematian pada semua
1
golongan umur yang disebabkan oleh diare sebanyak 3,8% dan 22,6%
kematian terjadi pada bayi dan balita. Kematian di perkotaan untuk semua
golongan yang disebabkan oleh penyakit diare sebanyak 3,9% dan 26,7%
kematian terjadi pada bayi dan balita. Untuk daerah pedesaan 3,7% dari total
kematian pada semua golongan umur juga disebabkan oleh diare dan 20,9%
kematian terjadi pada bayi dan balita (Survei Kesehatan Nasional, 2001).
Dari daftar urusan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan,
hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas.
Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000
penduduk setiap tahunya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya, sebagian
besar (70% - 80%) dari penderita diare ini adalah anak yang dibawah umur
lima tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami
lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian penderita (1-2%) akan jatuh
kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat
meniggal (Suraatmaja, 2005).
Penemuan kasus diare di Jawa Barat tahun 2010 sebanyak 11,8 juta
orang, namun hasil survey penderita diare yang ditemukan hanya 420.000
orang atau baru 3,6 % dari perkiraan jumlah penderita hampir 12 juta orang.
Penderita diare terbanyak dari golongan umur kurang dari 1 tahun (44,6%),
kenudian pada usia 1-4 tahun sebanyak 144.000 anak (34,2%) dan untuk
golongan umur 5 tahun sebanyak 88.000 orang (21,5%) (Dinkes Jabar, 2011).
Angka penemuan kasus diare di kabupaten Ciamis pada tahun 2010
adalah 6.521 orang yang terdiri anak umur kurang 1 tahun sebanyak 1.782
anak, umur 1-4 tahun sebanyak 2.023 anak, umur 5 tahun keatas sebanyak
2.716 anak. Angka kematian diare sebanyak 4 orang yang terdiri dari bayi
kurang dari 5 tahun sebanyak 2 orang, dan sisanya anak umur lebih lebih dari
5 tahun sebanyak 2 orang, dan sisanya anak umur lebih dari 5 tahun (Dinkes
Ciamis, 2010).
Kejadian diare bayi di usia lima tahun kebawah diwilayah kerja
puskesmas Rancah untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan semenjak
2
tahun 2010. Jumlah bayi yang menderita diare pada tahun 2009 sebanyak 312
(25%) kasus diare pada bayi di usia lima tahun kebawah dari jumlah
seluruhnya sebanyak 1248 bayi. Pada tahun 2010 kasus diare pada bayi usia
lima tahun ke bawah sebanyak 332 (26%) kasus dari jumlah bayi 1260 bayi
(Puskesmas Rancah, 2011)
Data dari puskesmas-puskesmas menunjukan bahwa diare merupakan
salah satu penyakit utama yang paling banyak pengunjungnya, sedangkan
lebih dari 20% penderita-penderita yang dirawat dibagian anak-anak RS besar
di Indonesia adalah penderita-penderita gastroenteritis. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-
sectional. Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan didapatkan angka
kejadian diare pada balita yang terdapat di Puskesmas Rancah ini dari tahun
masalah kesehatan masyarakat di Puskesmas Banjarsari Kabupaten Ciamis.
Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare
walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh
menurunnya nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan
sangat membahayakan kesehatan anak, ibu biasanya tidak menanggapinya
secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal penyakit diare
walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di
puasakan, usus di kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan
anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi
kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa, maka
memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah
terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat
menyebabkan kematian.(Purbasari,2009).
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare
suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen
faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu
menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai
hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetehuan maka
3
terjadinya perubahan perilaku sangat cepat. (Notoatmodjo S 2007) Salah satu
pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal
diare pada anak yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi.
Pemberian cairan pengganti (cairan dehidrasi) baik yang di berikan secara oral
(diminumkan) maupun parentral (melalui infuse) telah berhasil menurunkan
angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita diare
(Purbasari,2009).
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam
Penanganan dini Balita dengan Diare di Puskesmas Rancah.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam
Penanganan dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Rancah ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Dalam
Penanganan dini Balita dengan Diare Di Puskesmas Rancah.
1.3.2. Tujuan Khusus
Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu terhadap penanganan
dini diare.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai hubungan
antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu terhadap angka kejadian
diare pada balita.
4
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penlitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan
pengetahuan, sikap serta perilaku ibu yang mendukung dalam memberikan
perawatan di rumah pada balita yang menderita Diare.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer frekuensi lebih dari biasanya. Neaonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 4 kali.
(FKUI/RSCM 2001 : 283)
Diare adalah keadaaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,
2005)
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO pada tahu
1984 mendefenisikan diare sebagai berak cair 3 kali atau lebih dalam sehari
semalam (24 Jam). Para ibu mungkin mempunyai istilah tersendiri seperti
lembek, cair, berdarah, atau dengan muntah (muntaber).
Penting ditanyakan pada orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi
tinja anak yang dianggap sudah tidak normal lagi. (Widoyono, 2011 : 193 )
2.1.2. Jenis Diare
Diare terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1) Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
2) Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan baerat badan dengan cepat, kemungkinan
terjadi.
6
6
3) komplikasi pada mukosa.
4) Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus-menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan
gangguan metabolisme.
5) Diare dengan masalah lain.
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya. Tatalaksana penderita diare tersebut diatas selain berdasarkan
acuan baku tatalaksana diare juga tergantung pada penyakit yang
menyertainya (Ilmu Kesehatan Anak, 1990).
2.1.3. Faktor Penyebab Diare
Menurut Ngastiyah (2005:225) faktor penyebab diare adalah sebagai
berikut:
1) Faktor Infeksi
a. Infeksi lateral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi lateral ini meliputi :
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon emosional (emotional
feeling) seseorang terhadap stimulus atau objek di luarnya, respon emosional
ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi terhadap stimuli atau obyek
diluarnya, dan penilaian ini dapat di lanjutkan dengan kecenderungan untuk
melakukan atau tidak melakukan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2000).
26
Sikap secara nyata (Notoatmodjo, 2010). menunjukan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial, bahwa sikap itu merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdisposisi
tindakan suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek.
Menurut Allport, 1954 Dalam (Notoatmodjo, 2010). menjelaskan
bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan, keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Menurut (Notoatmodjo, 2010). sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
27
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi
menimbang anaknya keposyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap terhadap gizi anak.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya denga segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek (Nooatmodjo, 2003)
2.6. Tindakan
Tindakan adalah respons atau reaksi konkrit seseorang terhadap
stimulus atau objek. Respons ini sudah dalam bentuk tindakan (action), yang
melibatkan aspek psikomotor, atau seseorang telah mempraktekan (practice)
apa yang diketahui atau yang disikapi (Notoatmodjo, 2000).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
selanjutnya ia akan mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya
(dinilai baik) atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Overt behavior).
Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup yaitu :
1. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, menguras bak
mandi seminggu sekali.
b. Penyembuhan penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk
dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya.
2. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang.
28
3. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup : membuang air besar di jamban atau
wc, membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih
untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran tindakan menurut (Arikunto, 2002) dapat dilakukan
secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan, pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.7 Hipotesis
Ada Hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diri
pada balita dengan diare.
29
Variable dependentPenanganan dini balita diare
Variable independentPengetahuan ibu tentang diare
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatamodjo, 2010).
Secara konseptual penelitian ini didasari teori perilaku yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo, (2010). Berdasarkan tujuan penelitian dan
tinjauan pustaka maka disusun kerangka konsep sebagai berikut.
3.2 Definisi Operasional
PengukuranSkala UkurVariabel
Defenisi Operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Pengetahuan Ibu
Pemahaman dan keterangan ibu balita mengenai pengertian, gejala, pencegahan, perawatan dan pengobatan penyakit DIARE
Setiap pertanyaanmempunyai nilai 1bila jawaban benardan 0 bila jawabansalah
Kuisioner Baik : Jika jawaban
benar > 75 % Cukup:
Jika jawaban benar antara 60-75 %
Kurang:Jika jawaban
benar < 60 %
Ordinal
30
30
Penanganan awal balita diare
Penanganan awal diare harus segera dilakukan tindakan dengan memberikan oralit sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang
Setiap pertanyaanmempunyai nilai 1bila jawaban ya dan0 bila jawaban tidak
Kuesioner
8=Tidak melakukan >8=Melakukan
ordinal
3.3 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif
dengan pendekatan Potong silang (cross sectional) yaitu suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat dengan cara pendekatan, observasi dan atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasai penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah Ibu
yang membawa anak
Balitanya yang terkena diare ke Puskesmas Rancah dan ibu yang
balitanya pernah mengalami diare.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diamlbil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel penelitian ini diambil secara accidental sampling, yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel yang tersedia selama
waktu penelitian sampai mencapai sejumlah 10 sampel.
31
Kriteria Inklusi :
Ibu yang mempunyai balita diare
Ibu yang balitanya pernah mengalami diare
Bersedia menjadi responden berikut
3.5 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Rancah Kecamatan Rancah,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
2. Waktu penelitian.
Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2014
3.6 Teknik Pengumpulan data
3.6.1 Data primer
Data yang dikumpulkan dari hasil kuisioner, wawancara, dan observasi,
dilakukan pada ibu balita yang mengalami diare di Puskesmas Rancah.
3.6.2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian adalah data pendukung yang diperoleh
dari hasil literatur, jurnal, atau laporan yang dilakukan melalui metode studi
kepustakaan atau memalui internet browsing (pencarian data di internet), dan
data yang diperoleh dari instansi terkait, dari puskesmas berupa profil
puskesmas dan data tentang angka kejadian penyakit diare.
3.7. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuisioner dimana untuk variabel pengetahuan terdapat pertanyaan positif dan
pertanyaan negatif yang akan diberi nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika
jawaban salah.
32
3.8. Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian pengolahan data yang digunakan adalah dengan
primer. Langkah-langkah dalam pengolahan data :
1) Editing (pemeriksaan data)
Merupakan pengecekan atau pengkoreksian data yang teah dikumpulkan
karena kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul itu logis
dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-
kesalahan yang terdapat pada pencatat di lapangan dan bersifat koreksi.
2) Coding (pengkodean)
Merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka-angka / huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada
suatu informasi atau data yang akan dibahas
3) Tabulasi (tabulasi data)
Merupakan membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah di beri
kode, sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
4) Entry data (pemasukan data)
Pada tahap entry data, data dimasukkan kedalam sistem komputeruntuk
diolah.
5) Cleaning data (pembersihan data)
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali sesuai dengan kriteris
data. Langkah ini bertujuan untuk membersihkan data dari kesalahan.
3.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel. Misalnya distribusi penyakit yang ada didaerah
tertentu, distribusi pemakaian jenis kontrasepsi, distribusi umur dan
responden, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
33
Adapun data yang dianalisis menggunakan analisis univariat adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu dalam penanganan dini pada balita
dengan diare.
Data-data tersebut ditabulasi, diinterpretasikan kemudian diproses
secara statistik dengan menggunakan rumus:
T = nilai tertinggi – nilai terendah {X- X
S }Dimana:
T = Skor responden
X = Skor responden pada skala yang hendak di ubah menjadi skor T
X = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar kelompok
34
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz. A, 2006, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Penerbit Salemba Medika
Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Nasional, 2001, Laporan studi Mortalitas 2001 : Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia, Jakarta.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Buku Kedokteran.EGC
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC
Depkes RI. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di rumah Sakit. Pedoman Bagi
Depkes R.I, 2001. Pedoman Pemberantasan penyakit diare, Jakarta,
FKUI, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
Kemenkes RI, 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Buku Kedokteran.EGC
Notoatmodjo. S. 2007. Metodelogi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka cipta
__________ 2007. Ilmu perilaku dalam kesehatan. Jakarta : PT Rineka cipta
Purbasari E, 2009, tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tanggerang Selatan, Banten. Laporan Penelitian
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit WHO.
35
Wijayaningsih Kartika Sari, 2013, Asuhan Keperawatan Anak, Jakarta Timur, CV. Trans Info Media.