BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai
pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi
pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis
akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu
kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu
dinamakan laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan
kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.
Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan,
otot, dan membran mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea.
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar,
membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan
pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut
akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan
terdengar lebih serak. Berdasarkan hasil studi laringitis terutama
menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada
anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa landasan teoritis dari penyakit Laringitis
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita penyakit
Laringitis
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan teoritis dari penyakit
Laringitis
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penderita Larin
BAB IILANDASAN TEORITIS
2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Laring
Anatomi
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.
Berikut ini akan ditampilkan laring secara anatomi.
Gambar 1. Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian
atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian
bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas
kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari
satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang
berpasangan ataupun tidak. Komponen utama padastruktur laring
adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan
kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan
bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat
mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae
kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago
krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior
lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid
bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai
dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus
muskularis lateralis.
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian
membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas
dan permukaan superior korda vokalis suara membentuk glotis. Untuk
lebih jelas dapat dilihat gambar struktur anatomi laring pada
gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi
mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain
itu juga teradapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang
mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis.
Gambar 2. struktur anatomi laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan
intrisik. Otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan
yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus,
m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik
laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,
m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan
antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan
tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan
berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan
menegangkan korda vokalis.
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus
laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus
rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan
sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni
arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang
kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan
inferior.
Sumber :(Cohen JL 1997,369-76)
Fisiologi
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi,
respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring
untuk proteksi adalah untuk mencegah agar makanan dan benda asing
masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima
glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam
trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan
lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur besar
kecilnya rima glotis.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus
trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh
karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur
sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga
mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus
laringeus, serta mendorongbolus makanan turun ke hipofaring dan
tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan
lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
Sumber : (Cohen JL 1997,369-76)
2.1.2 Definisi Laringitis
Laringitis adalah inflamasi laring. Laringitis adalah peradangan
yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan,
karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu
susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa
yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok (trachea). Di
dalam kotak suara terdapat pita suaradua buah membran mukosa yang
terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar,
membentuk suara melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi
bila terjadi laringitis, pita suara akan meradang atau terjadi
iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara
yang lewat melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan
terdengar serak. Pada beberapa kasus laringitis, suara akan menjadi
sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau
berlansung lama (kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis
akut biasanya hanya karena terjadinya iritasi dan peradagnan akibat
virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda adanya
masalah yang lebih serius.
Sumber : (http://www.sehatgroup.web.id/).
2.1.3 Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak
menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap,
dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas
atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang
hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi
virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak
kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis
yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang
dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa
menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan
difteri.
Sumber : (Brunner & Suddarth. 1997. P 551)
2.1.4 Klasifikasi Laringitis
a. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus.
Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya,
tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi
saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari
suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru
(pneumonia).
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi
saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus
influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus
dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae.
Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
Pemakaian suara yang berlebihan
Trauma
Bahan kimia
Merokok dan minum-minum alcohol
Alergi
b. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga
iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang
berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir
kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang
disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring
yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3
minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3
minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut
berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara
tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan
edema dan eritema laring.
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis
tuberkulosis dan laringitis luetika.
Laringitis tuberculosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya
pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis
tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring
yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak
sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka
tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4
stadium yaitu :
Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan
hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada
submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel
membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa
diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk
ulkus
Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium
infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan
dan dirasakan sangat nyeri.
Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai
kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis
sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada
dinding posterior, pita suara dan subglotik.
Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang
paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium
tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai
keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas
yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua
dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar
cepat.
2.1.5 Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau
nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan
terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan
tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan
tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas
bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi
mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa
menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi
pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan
merangsang peningkatan suhu tubuh.
Sumber : (Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien
sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara
dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana
terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua
pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau
bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau
berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak
kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih
dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai
dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara
dan juga didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal
atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak
semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat
medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Sumber : (http://www.news-medical.net/)
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika
disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa
laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
a. Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara,
antibiotik, menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan
dengan efek samping yang menyebabkan kekeringan harus dihindari.
Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu
dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan
karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung
dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul
korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri
dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi,
dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi
bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi
proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek
samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris
refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton
inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban,
menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan
trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi
mendikamentosa diberikan antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan
dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin atau
basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema.
Dipasang pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan
laring.
b. Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di
hitung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab.
Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan ekspektoran.
Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu
dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar
berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok
merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis
kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap
kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien
sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan
menghentikan kebiasaan merokok.
Sumber : (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003)
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Pasien (diisi lengkap): nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS.
Penanggung Jawab (diisi lengkap) : (nama, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, agama, pekerjaan, alamat)
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit).
Kaji apakah klien demam, tidak enak badan, kesulitan menelan,
sakit tenggorokan, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, tenggorokan
kering, batuk kering, kesulitan bernapas (pada anak-anak), dan
suara serak/hilang.
Riwayat kesehatan yang lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang
sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi
pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS.
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota
keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat
genetis.
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
GCS
Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Kesadaran
2.2.3 Pengkajian 11 Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Biasanya klien menganggap sepele penyakitnya. Klien menganggap
penyakitnya hanya batuk-batuk biasa atau bisa juga disebabkan oleh
flu biasa sehingga menyebabkan suaranya serak dan tenggorokannya
sakit. faktor lain yang bisa memperberat penyakit pasien yaitu
pasien merokok atau minum alkohol. Biasanya pasien ini kurang minum
air putih, menggunakan suaranya berlebihan, sakit flu yang tidak
diobati.
b. Pola nutrisi metabolik
Biasanya klien mengalami sulit menelan makanan disebabkan karena
tenggorokan yang sakit dan juga merasa mual dan muntah. jadi asupan
nutrisi klien yang masuk ke tubuh sedikit.
c. Pola eliminasi
Biasanya pola eliminasi klien tidak mengalami gangguan
d. Pola aktivitas latihan
Biasanya tubuh klien terasa lemah, malaise dan pasien juga
mengalami demam. Bukan hanya itu, klien juga merasa sesak nafas
atau stridor.
e. Pola istirahat tidur
Biasanya klien sulit tidur karena nyeri pada tenggorokan dan
juga nyeri pada kepala.
f. Pola kognitif persepsi
Karena suara klien yang serak dan bahkan tidak bisa mengeluarkan
suara sama sekali maka klien mengalami gangguan dalam komunikasi
verbal dengan orang lain. Klien jadi sulit berinteraksi dengan
orang lain.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Biasanya klien tidak mengalmi rendah diri karena suaranya yang
parau. Hanya saja klien merasa cemas dan takut kalau suaranya
hilang
h. Pola peran hubugan
klien akan sulit bersosialisasi dengan orang lain karena
suaranya yang serak. Apalagi kalau klien mempunyai pekerjaan yang
menjual suara seperti guru, penyanyi, MC dll.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Tidak ada gangguan pada pola kesehatan reproduksi danseksualitas
klien. Apakah
j. Pola koping dan toleransi stress
Tidak ada gangguan pada pola ini.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Tidak ada gangguan pada pola ini.
2.2.4 Diagnosa NANDA, NOC dan NIC
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN TEORITIS
NO
DIAGNOSA NANDA
NOC
NIC
1
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF
DO :
Kesulitan untuk bersuara
Klien tampak gelisah(pada anak kecil)
DS :
dispneu
1. Status pernapasan : bersihan jalan napas
a. Tingkat pernapasan normal
b. Ritme pernapasan normal
c. Kedalaman inspirasi normal
d. Mampu membersihkan secret
e. Sesak napas tidak terasa lagi
f. Kapasitas vital dalam jumlah normal
2. Status pernapasan: ventilasi
a. Suara perkusi normal
b. Volume tidal mencukupi
c. Akumulasi sputum normal
Pengaturan jalan nafas
Aktivitas :
Posisikan pasien untuk meningkatkan potensi ventilasi
Keluarkan sekret dengan mendorong melakukan batuk efektif atau
dengan menggunakan alat penghisap
Dukung bernapas dalam, pelan, berbalik dan batuk
Instruksikan bagaimana cara batuk yang efektif
Pantau pernapasan dan status oksigenasi
2
Nyeri akut b/d iritasi laring sekunder
DO :
Mukosa laring kering
DS :
Nyeri tenggorokan
1. Kontrol nyeri
Mampu mengenali gejala nyeri
Mampu menjelaskan faktor penyebab
Mampu melaporkan perubahan dalam gejala nyeri kepada petugas
kesehatan
2. Tingkat rasa nyeri
Nyeri tidak terasa lagi
Tidak lagi menekan daerah nyeri
Tidak terlihat lagi raut wajah kesakitan
Otot rileks
a. manajemen nyeri
kaji ketidaknyamanan secara nonverbal
pastikan pasien mendapatkan perawatan degan analgesic
lakukan penilaian nyeri secara komprehensif di mulai dari
lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,intensitas dan
penyebab
bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan dukunganmengurani
atau menghapuskan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri
mendorong pasien untuk memonitor nyerinya endiri
kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan
dalam catatan medis dan informasikan kepada tenaga medis
lainnya
anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri
monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan
dalam interval yang ditetapkan
Bantuan Kontrol analgesik pada pasien
Aktivitas :
Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk
memilih tipe obat bius yang digunakan.
Ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor
intensitas,kualitas,dan durasi nyeri.
Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang
diberikan.
3
HIPERTERMIA B/D PENYAKIT
Def: suhu tubuh meningkat melebihi batas normal
DO :
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal>= 38 C
Kulit memerah
Frekuensi napas meningkat > 24 X
Kulit hangat bila disentuh
Takikardi
DS :
mual
TERMOREGULASI
Def: Keseimbangan antara produksi panas, panas yang didapatkan,
dan kehilangan panas
Criteria hasil:
Apikal Denyut
Jantung
Denyut Nadi Radial Normal
Peningkatan Suhu menurun
Kulit normal
Nyeri Otot berkurang
Sifat Lekas Marah
Kantuk
Perubahan Warna Kulit
Sesak Napas hilang
Otot Berkedut hilang
Pernapasan normal
PENGOBATAN DEMAM
Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan
Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar
Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan
Pantau warna kulit dan suhu
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan
Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran
Pantau aktivitas berlebihan
Pantau kadar WBC, Hgb dan Hct
Pantau intake dan output
Pantau adanya abnormalitas elektrolit
Pantau ketidakseimbangan asam basa
Pantau adanay irama jantung
Atur pengobatan dengan anti piretik, jika diperlukan
Tutup pasien dengan selimut, jika hanya diperlukan
Atur spon mandi suam-suam, jika diperlukan
Anjurkan peningkatkan asupan cairan oral, jika diperlukan
Atur cairan IV, jika diperlukan
Gunakan kantong es yang ditutup dengan handuk pada lipatan paha
dan ketiak
Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan kipas angin
Anjurkan atau atur kebersihan oral, jika diperlukan
Berikan pengobatan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol
gemetaran
Atur oksigen, jika diperlukan
Tempatkan pasien pada bagian hipotermia, jika diperlukan
Pantau selalu suhu untuk mencegah indikasi hipotermia
REGULASI TEMPERATUR
Monitor temperatur tiap 2 hari
Monitr temperatur BBL hingga stabil
Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor warna kulit dan temperatur
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia
Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
Bedung BBl langsung estela lahir untuk mencegah kehilangna
panas
Jaga kehangatan suhu tubuh BBL
Pakaikan stockinette cap untuk emncegah kehilangan panas BBL
Ajarkan pasien cara ntuk mencegah kelebihan dan strok panas
Tempatkan BBL dalam ruangan isolasi atau dibawah penghangat bila
perlu
Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif
dari dingin yang berlebihan
Ajarkan pasien, terutama pasien lansia, cara mencegah hypotermi
jira terexpose udara ddingin
Ajarkan indikasi dari keletihan dan penatalaksanaan emergency
yang tepat
Ajarkan indikasi dari hypotermia dan penatalaksanaan emergency
yang tepat
Guakan matras panas dan kantong hangat untuk mengatur perubahan
suhu tubuh
Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien
Beri obat yang tepat untuk mencegah atu kontrol menggigil
Atur pemberian obat anti piretik
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatur
perubahan temperatur.
PANTAU TANDA-TANDA VITAL
Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status
pernafasan, jika diperlukan
Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah
Mebgukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan
berdiri, jika diperlukan
Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika
diperlukan
Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas, jika diperlukan
Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan
Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan
hyperthermia
Memantau timbulnya dan mutu nadi
Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan dan catat
perbedaannya, jika diperlukan
Mengukur pulsus paradoxus
Mengukur pulsus alternans
Memantau naik turunnya tekanan nadi
Memnatau tingkatan irama cardiac
Memantau suara jantung
Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman dan
kesimetrisan)
Memantau suara paru
Mengukur oximetry nadi
Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g. Cheyne-Stokes,
Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)
Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban
Memantau sianosis pusat dan perifer
BAB IIIKASUS
Seorang pasien Ny. S yang berusia 60 tahun dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga, datang ke RS dengan keluhan batuk kering
terus menerus. Pasien juga merasakan suara serak, terasa gatal, dan
ada yang mengganjal di tenggorokan. Nyeri telan (+), rasa tersumbat
dan rasa panas di tenggorokan (-). Tidak terdapat keluhan pada
hidung dan pendengaran. Os. demam, tidak mual dan muntah, serta
tidak nyeri kepala. Riwayat Penyakit Asma (+), uriwayat alergi (-),
dan riwayat bronkitis (+).Dilakukan pemeriksaan penunjang foto
rontgen CT scan leher.
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 60 th
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat: Kapalo Koto, Limau Manis
b. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengeluh tenggorokannya kering, nyeri ketika menelan dan
berbicara Keluhan di rasakan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga
merasakan suara serak, terasa gatal, dan ada yang mengganjal di
tenggorokan. Nyeri telan (+), rasa tersumbat dan rasa panas di
tenggorokan (-). Os demam, tidak mual dan muntah serta nyeri
kepala.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya
d. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laringoskopi menunjukkan pita suara yang
meradang merah dan bengkak. Dari pemeriksaan ini plika vokalis
berwarna merah dan tampak edema terutama dibagian atas dan bawah
glotis
Keadaan umum: tampak sakit berat
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi: 84x/menit
Frekuensi nafas: 35 x/menit
Suhu: 380C
Berat badan : 45 kg
3.2 Pengkajian 11 fungsional gordon
1. Pola persepsi dan Manajemen kesehatan
Klien menganggap batuk yang dialaminya batuk biasa dank lien
menagani penyakitnya ini dengan membeli obat diwarung yaitu
konidin.
1. Pola nutrisi dan metabolik
Klien tidak mengeluh mual dan muntah. nafsu makannya berkurang
karena sakit saat menelan,sebelum sakit klien makan normal 3x
sehari, saat sakit klien makan 3x namun dengan porsi kecil,dan
tidak habis. Klien tetap berusaha banyak minum walau sulit menelan.
Minum klien kira-kira 6-7 gelas perhari. Klien mengalami penurunan
berat badan dari 47 kg- 45 kg.
1. Pola eliminasi
Pasien tidak mengalami gangguan dalam pola miksi dan defekasi.
Klien tidak menggunakan alat bantu. Volume urin klien perhari
sekitar 1000 ml .Volume urin normal per hari adalah 900 1200
ml,
1. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas klien tidak mengalami gangguan. Klien mengeluh batuk
kering
1. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami kesulitan dalam tidur, karena batuk dan nyeri
yang dirasakan pada tenggorokan yang menyebabkan ketidak nyamanan
klien saat tidur. Klien tidur 5 jam saat malam hari, dan tidak
dapat tidur pada siang hari.
1. Pola konsep diri dan persepsi diri
Klien mengalami kesulitan dalam berbicara karena gangguan suara
yang dialami, mulai dari suara serak hingga hilangnya suara.
1. Pola kognitif- perseptual
Pasien mengalami kegelisahan karena sakit tengggorokan yang
dirasakan, yang terkadang membuat hilangnya suara klien, keadaan
umum klien lemah.
1. Pola peran dan hubungan
Klien mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, karena gangguan
pita suara yang dialaminya, yang dalam kebanyakan kasus menyebabkan
kehilangan suara sepenuhnya.
Komunikasi klien dengan keluarga terhambat.
1. Pola reproduksi- seksual
Klien seorang janda.
1. Pola pertahanan diri dan toleransi stres
klien mengalami stres karena tidak dapat melakukan aktivitas dan
tidak dapat berkomunikasi seperti biasanya.
1. Pola keyakinan dan nilai
Aktivitas ibadah klien tidak terganggu dan tidak ada pantangan
agama dalam pengobatan klien.
3.3 Diagnosa keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA
NOC
NIC
1
Nyeri akut b/d iritasi laring sekunder
DS :
klien mengatakan nyeri pada tenggorokan
DO :
Klien terlihat meringis saat menelan makanan
3. Kontrol nyeri
Mampu mengenali gejala nyeri
Mampu menjelaskan faktor penyebab
Mampu melaporkan perubahan dalam gejala nyeri kepada petugas
kesehatan
4. Tingkat rasa nyeri
Nyeri tidak terasa lagi
Tidak lagi menekan daerah nyeri
Tidak terlihat lagi raut wajah kesakitan
Otot rileks
e. manajemen nyeri
kaji ketidaknyamanan secara nonverbal
pastikan pasien mendapatkan perawatan degan analgesic
lakukan penilaian nyeri secara komprehensif di mulai dari
lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas,intensitas dan
penyebab
bantu pasien dan keluarga untuk mendapatkan dukunganmengurani
atau menghapuskan faktor-faktor yang meningkatkan nyeri
mendorong pasien untuk memonitor nyerinya endiri
kaji tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan
dalam catatan medis dan informasikan kepada tenaga medis
lainnya
anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk mengurangi nyeri
monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri yang diberikan
dalam interval yang ditetapkan
Bantuan Kontrol analgesik pada pasien
Aktivitas :
Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga untuk
memilih tipe obat bius yang digunakan.
Ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor
intensitas,kualitas,dan durasi nyeri.
Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang
diberikan.
2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuuhan tubuh b/d nyeri telan
dan penurunan nafsu makan
DO :
BB klien turun dari 47 kg ke 45 kg
DS :
Klien mengatakan bahwa ia merasa mual
Status nutrisi
a. Masukan nutrisi mencukupi
b. Masukan makanan dan cairan seimbang
c. Energy terpenuhi
d. Berat badan terkontrol
e. Stamina tercukupi
f. Ketahanan tubuh mencukupi
g. Tubuh tahan terhadap infeksi
h. Masukan kalori optimal harian tercukupi
i. Berat badan badan optmal tercapai
Manajemen Nutrisi
a. Cari tahu apakah klien alergi terhadap suatu makanan
b. Cari tahu makanan yang disukai oleh klien
c. Tentukan bersama dengan ahli nutrisi jumlah kalori dan tipe
nutrisi yang dibutuhkan unutk memenuhi kebutuhan nutrisi
d. Dukung masukan kalori yang sesuai dengan tipe tubuh dan gaya
hidup
e. Dukung peningkatan makan yang mengandung zat besi sesuai
kebutuhan
f. Dukung peningkatan masukan protein, zat besi, dan Vitamin C
sesuai kebutuhan
g. Tawarkan makan ringan (misalnya : sering minum dan
buah-buahan segar/jus buah) sesuai kebutuhan
h. Pastikan bahwa diet meliputi makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
i. Berikan pasien protein tinggi, kalori tinggi, makanan nutrisi
untuk jari, dan minuman yang siap dikonsumsi, sesuai kebutuhan
j. Berikan pilihan makanan
k. Sesuaikan diet dengan gaya hidup klien
l. Berat badan pada interval yang sesuai
3
HIPERTERMIA B/D PENYAKIT
Def: suhu tubuh meningkat melebihi batas normal
DO :
Suhu tubuh > 38 C
Kulit memerah
Frekuensi 28 x
Kulit hangat bila disentuh
Takikardi = denyut nadi 120 x
DS :
Klien merasa mual
TERMOREGULASI
Def: Keseimbangan antara produksi panas, panas yang didapatkan,
dan kehilangan panas
Criteria hasil:
Apikal Denyut
Jantung
Denyut Nadi Radial Normal
Peningkatan Suhu menurun
Kulit normal
Nyeri Otot berkurang
Sifat Lekas Marah
Kantuk
Perubahan Warna Kulit
Sesak Napas hilang
Otot Berkedut hilang
Pernapasan normal
PENGOBATAN DEMAM
Pantau suhu berkali-kali jika diperlukan
Pantau kehilangan cairan yang tidak sadar
Adakan pemantauan suhu secara berkelanjutan, jika diperlukan
Pantau warna kulit dan suhu
Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan, jika diperlukan
Pantau untuk penurunan tingkat kesadaran
Pantau aktivitas berlebihan
Pantau kadar WBC, Hgb dan Hct
Pantau intake dan output
Pantau adanya abnormalitas elektrolit
Pantau ketidakseimbangan asam basa
Pantau adanay irama jantung
Atur pengobatan dengan anti piretik, jika diperlukan
Tutup pasien dengan selimut, jika hanya diperlukan
Atur spon mandi suam-suam, jika diperlukan
Anjurkan peningkatkan asupan cairan oral, jika diperlukan
Atur cairan IV, jika diperlukan
Gunakan kantong es yang ditutup dengan handuk pada lipatan paha
dan ketiak
Tingkatkan sirkulasi udara dengan menggunakan kipas angin
Anjurkan atau atur kebersihan oral, jika diperlukan
Berikan pengobatan yang tepat untuk mencegah atau mengontrol
gemetaran
Atur oksigen, jika diperlukan
Tempatkan pasien pada bagian hipotermia, jika diperlukan
Pantau selalu suhu untuk mencegah indikasi hipotermia
REGULASI TEMPERATUR
Monitor temperatur tiap 2 hari
Monitr temperatur BBL hingga stabil
Selalu sediakan alat untuk memonitr suhu inti
Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
Monitor warna kulit dan temperatur
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia
Pantau asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
Bedung BBl langsung estela lahir untuk mencegah kehilangna
panas
Jaga kehangatan suhu tubuh BBL
Pakaikan stockinette cap untuk emncegah kehilangan panas BBL
Ajarkan pasien cara ntuk mencegah kelebihan dan strok panas
Tempatkan BBL dalam ruangan isolasi atau dibawah penghangat bila
perlu
Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif
dari dingin yang berlebihan
Ajarkan pasien, terutama pasien lansia, cara mencegah hypotermi
jira terexpose udara ddingin
Ajarkan indikasi dari keletihan dan penatalaksanaan emergency
yang tepat
Ajarkan indikasi dari hypotermia dan penatalaksanaan emergency
yang tepat
Guakan matras panas dan kantong hangat untuk mengatur perubahan
suhu tubuh
Atur temperatur lingkungan sesuai kebutuhan pasien
Beri obat yang tepat untuk mencegah atu kontrol menggigil
Atur pemberian obat anti piretik
Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatur
perubahan temperatur.
PANTAU TANDA-TANDA VITAL
Mengukur tekanan darah, denyut nadi, temperature, dan status
pernafasan, jika diperlukan
Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan darah
Mebgukur tekanan darah ketika pasien berbaring, duduk, dan
berdiri, jika diperlukan
Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan, jika
diperlukan
Mengukur tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas, jika diperlukan
Mempertahankan suhu alat pengukur, jika diperlukan
Memantau dan mencatat tnda-tanda dan syimptom hypothermia dan
hyperthermia
Memantau timbulnya dan mutu nadi
Dapatkan nadi apical dan radial scara stimultan dan catat
perbedaannya, jika diperlukan
Mengukur pulsus paradoxus
Mengukur pulsus alternans
Memantau naik turunnya tekanan nadi
Memnatau tingkatan irama cardiac
Memantau suara jantung
Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g. kedalaman dan
kesimetrisan)
Memantau suara paru
Mengukur oximetry nadi
Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g. Cheyne-Stokes,
Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan bernafas panjang)
Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban
Memantau sianosis pusat dan perifer
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Laringitis akut merupakan kelainan pada laring yakni peradangan
akut pada laring yang biasanya kelanjutan dari penyakit
rhinofaringitis atau common cold. Penyakit ini pada orang dewasa
merupakan penyakit yang ringan saja namun tidak bagi penderita anak
kurang dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan pada anak dapat
menimbulkan udem laring dan subglotis sehingga obstruksi jalan
nafas yang sangat berbahaya dalam waktu beberapa jam saja penderita
akan mengalami obstruksi total jalan nafas sementara itu pada orang
dewasa tidak terjadi secepat pada anak.
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi
saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus
influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus
dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae. Penyakit ini dapat terjadi
karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara yang berlebihan,
trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum alkohol dan
alergi.
Adapun gejala klinis yang sering kita temukan pada laringitis
akut ini adalah suara parau bahkan sampai hilangnya suara atau
afoni, sesak nafas bahkan stridor, nyeri tenggorokan, nyeri menelan
dan berbicara, gejala common cold dan inflenza, dan pada
pemeriksaan fisik kita akan menemukan mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau
paru. Obstruksi jalan nafas akan ditemukan apabila ada udem laring
diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya
sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger,
sesak semakin bertambah berat, dan pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat
menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
Untuk penatalaksaan dari laringitis akut ini adalah pemberian
antibiotik yang adekuat dan kortikosteroid. Umumnya penderita
laringitis akut tidak perlu dirawat dirumah sakit namun ada
indikasi dirawat di rumah sakit apabila penderitanya berumur kurang
dari setahun, tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted,
diagnosis penderita masih belum jelas dan perawatan dirumah kurang
memadai. Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik
dan pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada
usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem
subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila
hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau
trakeostomi.