BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir dan mencapai 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. Fenomena ini menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor biologis, penyakit degeneratif dan menimbulkan disabilitas. 1 Menurut World Health Organization (WHO) 2005, menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi di dunia, yakni 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang. 2 Pada tahun 2009, jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai 19,32 juta orang atau 8,37 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah lansia mengindikasikan adanya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Proporsi
penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun
terakhir dan mencapai 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada
tahun 2009. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan
hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. Fenomena ini menimbulkan
permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lansia terutama karena faktor
biologis, penyakit degeneratif dan menimbulkan disabilitas.1
Menurut World Health Organization (WHO) 2005, menyatakan bahwa obesitas telah
menjadi masalah dunia. Panama tercatat sebagai negara dengan prevalensi obesitas tertinggi
di dunia, yakni 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat (31%). Keadaan ini tidak
hanya terjadi di negara maju tapi sudah mulai meningkat di negara berkembang.2
Pada tahun 2009, jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai 19,32 juta orang atau 8,37
persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah lansia mengindikasikan
adanya keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan terutama disebabkan
meningkatnya angka harapan hidup yang berarti akan meningkatkan jumlah penduduk
lansia.3
Terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi lansia dengan obesitas pada dekade
terakhir. Berdasarkan data survey Kementerian Kesehatan RI, analisis data dari 20.137 lansia,
yang terbagi menjadi 9.390 pria dan 10.747 wanita dari perkotaan dan pedesaan. Penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada pria 7.2 % dan wanita 10.4 %. Prevalensi
obesitas lebih tinggi di daerah perkotaan ( 10.8 % ) daripada di pedesaan ( 7.5 % ).
Obesitas meningkatan risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner, osteoarthritis dan dislipidemia kemudian menyebabkan
disabilitas. Disabilitas juga dipengaruhi oleh karakteristik individual, kebiasaan seperti pola
makan, merokok dan alkoholisme serta aktivitas fisik.1,2
1
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada hubungan antara karakteristik individual dan disabilitas pada lansia ?
2. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan disabilitas pada lansia ?
3. Apakah ada hubungan antara kebiasaan dan disabilitas pada lansia ?
4. Apakah ada hubungan antara penyakit degeneratif dan disabilitas pada lansia ?
5. Apakah ada hubungan antara obesitas dan disabilitas pada lansia ?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum Untuk meningkatkan derajat kualitas hidup pada lansia
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan adanya hubungan antara karakteristik responden (umur, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) dan disabilitas
pada lansia.
2. Untuk menentukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan disabilitas pada
lansia.
3. Untuk menentukan hubungan antara kebiasaan dan disabilitas pada lansia.
4. Untuk menentukan hubungan antara penyakit degeneratif dan disabilitas pada
lansia.
5. Untuk menentukan adanya hubungan antara obesitas dan disabilitas pada lansia.
1.4. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik responden ( umur, jenis kelamin, status
perkahwinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) dan disabilitas pada lansia.
2. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan disabilitas pada lansia.
3. Terdapat hubungan antara kebiasaan dan disabilitas pada lansia.
4. Terdapat hubungan antara penyakit degeneratif dan disabilitas pada lansia
5. Terdapat hubungan antara obesitas dan disabilitas pada lansia.
2
1.5 . RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.5.1 Ruang Lingkup Tempat
Puskesmas Kecamatan Mampang
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012
sampai Maret 2012.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANSIA
2.1.1 Definisi lansia
Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Belum
ada kesepakatan tentang batasan umur lanjut usia disebabkan terlalu banyak pendapat
tentang batasan umur lanjut usia. 4
2.1.2 Batasan-batasan lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan ( Middle age ) antara 45-59
tahun, usia lanjut ( Elderly ) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut tua ( Old ) antara 75-90
tahun, serta usia sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun.3
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan
umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampak keperkasaan
fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun, usia lanjut dini/prasenium yaitu kelompok
yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut/ senium usia
65 tahun keatas dan usia lanjut dengan risiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih
dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal dipanti,
menderita penyakit berat atau cacat. Saat ini berlaku UU No 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia yang menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun keatas.3,5
2.1.3 Teori-teori penuaan
Terdapat banyak teori tentang penuaan yaitu teori biologis. Teori-teori biologis
terdiri dari teori sintesis protein, teori keracunan oksigen, teori sistem imun, teori radikal
bebas, teori rantai silang, teori reaksi dari kekebalan sendiri dan lain-lain.
4
Teori Biologis
a) Teori seluler
Teori ini menyatakan bahwa kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam
jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel tubuh diprogram untuk membelah sekitar 50 kali.
Bila sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium lalu
diobservasi jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit. Pembelahan sel lebih
lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, justru kemampuan sel
akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia. Sedangkan pada sistem saraf, sistem
muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko
mengalami penuaan dan memiliki kemampuan yang rendah untuk tumbuh dan
memperbaiki diri dan sel dalam tubuh seseorang ternyata cenderung mengalami
kerusakan dan akhirnya sel akan mati karena sel tidak dapat membelah lagi.3
b) Teori sintesis protein
Teori sintesis protein menyatakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh
terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Observasi dapat
dilakukan pada jaringan seperti kulit dan kartilago. Hal ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa
protein terutama kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit dibuat oleh tubuh dengan
struktur yang berbeda dengan protein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal,
seiring dengan bertambahnya usia, perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitasnya akan cenderung berkerut.6
c) Teori keracunan oksigen
Teori ini menyatakan bahwa adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar
yang tinggi tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan untuk
mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami
perubahan dan terjadi kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat untuk
memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungan yang juga mengontrol proses
5
pengambilan nutrien dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Konsekuensi dari
kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang
mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh.6
d) Teori sistem imun
Teori ini mengemukakan kemampuan sistem imun mengalami kemunduran,
walaupun demikian kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan
khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berdistribusi dalam proses
penuaan. Hal ini dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi autoimun dan kanker.6
e) Teori radikal bebas
Teori radikal bebas menyatakan bahwa dalam teori terjadi ketidakstabilan radikal
bebas sehingga oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak mampu lagi beregenerasi. 3,6
2.1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Adapun beberapa faktor yang dihadapi lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan
jiwa mereka adalah perubahan kondisi fisik, perubahan fungsi dan potensi seksual,
perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan
peran sosial di masyarakat.
a) Perubahan Kondisi Fisik
Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis. Misalnya, tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi makin
rontok, tulang makin rapuh, berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia misalnya badan menjadi bungkuk, pendengaran berkurang, penglihatan kabur,
sehingga menimbulkan keterasingan.3
b) Perubahan Fungsi dan Potensi Seksual
Perubahan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, vaginitis, baru
selesai operasi ( prostatektomi ), kekurangan gizi ( karena pencernaan kurang sempurna
6
atau nafsu makan sangat kurang ), penggunaan obat-obatan tertentu ( antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer ) dan faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa
malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat
yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan
karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal dunia, dan
disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
misalnya cemas, depresi, pikun, dan sebagainya.3
c) Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan fungsi psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.3
d) Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya karena pensiun sering diartikan
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri.3
e) Perubahan dalam peran sosial di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatanm gerak fisik, dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur,
dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Jika keterasingan terjadi akan
semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan
barang-barang tak berguna serta merengek-rengek bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.3
7
2.1.5. Masalah kesehatan pada lansia
Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane & Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
Immobility (kurang bergerak), Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah
jatuh), Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), Intellectual
impairment (gangguan intelektual/ dementia), Infection (infeksi), Impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), Impaction (sulit buang air besar),
2.Jenis Kelamin Ciri atau karakteristik yang menunjukkan bahwa responden adalah laki-laki atau perempuan
Kuesioner Wawancara 1 = Laki-laki2 = Perempuan Nominal
3. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang pernah dilalui sesuai dengan tingkat pendidikan formal di Indonesia.
Kuesioner Wawancara 1=Tidak bersekolah
2=Tamat SD
3=Tamat SMP
4=Tamat SMA
5=Tamat Kuliah (D3/S1/lebih)
Ordinal
4. Pekerjaan Sesuatu yang dikeluarkan oleh responden sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan
Kuesioner Wawancara 1=Pegawai Negeri
2= Pegawai Swasta
Nominal
23
penghasilan 3= Mandiri/usaha
4= Tidak bekerja
5. Pendapatan Sesuatu yang didapatkan oleh responden dalam bentuk uang yang diukur menggunakan UMR (Upah Minimum Regional) DKI Jakarta pada tahun 2011
Kuesioner Wawancara 1= < Rp 1290000
2= ≥ Rp 1290000
Rasio
6. Status perkawinan
Status responden sudah menikah (berpasangan) , janda/duda dan belum menikah.
Kuesioner Wawancara 1=Menikah(pasangan masih ada)
2= Duda/janda
3= Belum menikah
Nominal
7. Aktivitas fisik Kebiasaan responden melakukan aktivitas fisik yang diukur mengunakan instrument Physical Activity Scale of Elderly (PASE ) and Paffenbarger Physical Activity Index
Instrumen PASE WawancaraTerdapat 3 domain yang dinilai : Leisure time activity, Household activity, work related activity
1 = Tinggi 2 = Sedang3 = Rendah
Ordinal New England Research Institute 15
24
8.Kebiasaan Merokok
Aktivitas atau kegiatan responden yang berhubungan dengan kebiasaan merokok (>2 batang per hari)
Kuisoner Wawancara 1 = Merokok2 = Tidak Merokok
Nominal
9.Kebiasaan minum alkohol
Kebiasaan responden minum miunuman beralkohol (>2 gelas untuk pria,>1 gelas untuk wanita)
Kuesioner Wawancara 1 = Minum alkohol2 = Tidak minum alkohol
Nominal
10.Asupan makan Penilaian asupan makan secara kualitatif dan kuantitatif. Setiap makanan dikategorikan menjadi karbohidrat, lemak, protein dan kalori yang dihasilkan. Secara kuantitatif dilakukandengan food recall 1 x 24 jam yang juga didapat dari hasilwawancara terpimpin dengan menggunakan food model. Dari metode food recall tersebut didapatkan jumlah dan frekuensi konsumsi makanan yang kemudian diterjemahkan sebagai asupan gizi subyek penelitian. Untuk menilai kalori tiap makanan digunakan
kuesioner wawancara Total energi dari karbohidrat , lemak, protein pada makanan dalam kalori dan gram sesuai AKG menurut usia dan jenis kelamin
1= ≥AKG (untuk laki-laki ≥ 60 tahun total kalori adalah 2050 kcal dan untuk perempuan ≥ 60 tahun total kalori adalah 1600 kcal)
2=<AKG (nilai total kalori yang kurang dari 2050
Ordinal Pubmed US Natioanal Library of Medicine17
25
program Nutrisurvei for Windows dr. J Erhardt, Universitas Indonesia dengan menginput data kuesioner yang telah diisi orangtua responden. Sebagai patokan digunakan angka kecukupan gizi(AKG) berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2004 yang dianjurkan di Indonesia
kcal untuk laki-laki dan kurang dari 1600 kcal untuk perempuan)
11. Obesitas Obesitas adalah kumpulan lemak berlebih yang dapat mengganggu kesehatan dengan Body Mass Index (BMI) ≥ 23 kg/m2
Timbangan pegasAlat pengukur tinggi lutut
BMI (Asia Pasifik): Berat badan Tinggi badan
Subjek diukur berat badan dengan timbangan injak,dngan pakaian tipis dan tanpa aksesoris maupun alas kaki, lalu melihat jarum penunjukTinggi badan yang didapatkan berdasarkan tinggi lutu responden.Pengukuran dilakukan pada kaki kiri diantara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90°.Alat ditempatkan diantara tumit sampai bagian proksimal dari tulang patela dan diukur kemudian disesuaikan dengan rumus chumlea
1 = 23.0 – 24.9 ( Overweight )
2 = 25.0- 29.9 (Obese I)
3 = ≥ 30 (Obese II )
Ordinal Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition 9
12. Hipertensi Seseorang responden yang mempunya riwayat menderita
Pemeriksaan tekanan darah
Subjek duduk menghadap peneliti
1 = Normal (<120/<80 mmHg)
Ordinal JNC 7
26
tekanan darah yang tinggi sebelumnya. Tekanan darah sesuai klasifikasi hipertensi berdasarkan kriteria JNC 7
secara manual dengan alat sfigmomanometer
kemudian dipasang manset pada lengan kanan. Kemudian diukur tekanan darahnya dengan melihat jarum pada sfigmomanometer
Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu responder yang diambil dari darah kapiler.
Alat ukur gula darah.
Subjek di tusuk ujung jarinya untuk mendapatkan darah kapiler, lalu darah ditempelkan ke strip pemeriksaan yang dihubungkan ke alat pemeriksa gula darah.
1 = Normal: GDS <200mg/dL
2 = Diabetes: GDS > 200mg/dL dengan gejala klasik diabetes.
Ordinal American Diabetic Association
14.Hiperkoleste- rolemia
Hasil pemeriksaan kolesterol responder yang diambil dari darah kapiler.
Alat ukur kolesterol total
Subjek di tusuk ujung jarinya untuk mendapatkan darah kapiler, lalu darah ditempelkan ke strip pemeriksaan yang dihubungkan ke alat pemeriksa kolesterol total
1 = Normal : Kolesterol total < 200 mg/dL
2 = Hiperkolesterolemia : Kolesterol total >200 mg/dL
Ordinal American Heart Association
Variabel tergantung :
Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas penting yang berguna karena keterbatasan fisik
Kuesioner Katz basic activities of daily living (ADL)
Wawancara
Katz (ADL) : yang
Katz (ADL) : Ordinal Katz and lawton-Brody
27
Disabilitas maupun mental yang ditentukan secara medis.
Lawton-Brody (IADL)
dinilai adalah bathing,dressing,toiletting,transferring,continence,feeding14
Setiap jawaban ”Ya” diberi nilai satu.Total nilai 6
Lawton-Brody (IADL) :8 domain pada wanita,5 domain pada pria(food preparation,housekeping,laundry tidak dimasukkan).yaitu:ability to use telephone,shopping,food, preparation,housekeeping,laundry,mode of transportation,responsibility for own medications,ability to handle finance16
1 = Ya
2= Tidak
Lawton-Brody (IADL)
Pria :
1= dependent
2= independent
Wanita :
1 = dependent
2 = independent
Questionnaire
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah ini rancangan penelitian observasional jenis
analitik dengan mengunakan pendekatan rancangan potong silang (cross sectional).
4.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mampang, Jakarta Selatan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari 2012 – Maret 2012.
4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh lansia ( ≥ 60 tahun ) di Mampang periode
Desember 2011 – Januari 2012 sebanyak 550 orang yang datang ke Poli Umum
dengan subjek penelitian adalah seluruh lansia yang termasuk ke dalam populasi
terjangkau dan memenuhi kriteria penelitian sebanyak orang.
4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a) Orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
b) Lansia yang kooperatif
c) Lansia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian
d) Lansia dengan obesitas
2. Kriteria Eksklusi
a) Lansia yang tidak sehat secara mental.
b) Lansia yang tidak dapat membaca dan menulis
c) Lansia yang mempunyai lebih dari satu penyakit kronik berat
(stroke, penyakit jantung)
29
4.3.2 Sampel Penelitian
Besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
rumus.
Rumus populasi infinit:
No = Zα2 x P x Q
d2
Zα = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96
P = Prevalensi kelompok lansia obesitas dengan disabilitas tahun 2007*= 19 %
Q = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 – 0.19
= 0.81
d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05
No = (1.96)2 x 0.19 x 0.81 = 236.4 ~ pembulatan 236
(0.05)2
*Penelitian sebelumnya pada tahun 2007 menurut Riskesdas
Rumus populasi finit:
n = n0
(1 + n0/N)
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit.
n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit
N = Besar sampel populasi finit ( lansia yang berkunjung ke puskesmas
mampang selama Desember 2011 – Januari 2012 )
Karena jumlah lansia yang berkunjung ke Puskesmas Mampang selama periode
Desember 2011 – Januari 2012 berjumlah 550 orang maka:
n = 236
(1 + 236/550)
= 165 lansia
30
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN
No. INSTRUMEN FUNGSI INSTRUMEN
1. Wawancara Untuk mengetahui :
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Status perkawinan
Kebiasaan (merokok dan alkohol)
Pola makan
2. Alat ukur GDS dan kolesterol
total
untuk menentukan DM dan dislipidemia
sebagai faktor risiko
3. Sphygmomanometer Untuk mengetahui tekanan darah
4. Kuesioner Rosow-Breslau Untuk mengukur aktivitas fisik
5. Katz basic activities of daily living (ADL)Lawton-Brody (IADL)
Untuk mengukur disabilitas
6. Timbangan injak Untuk mengukur berat badan
7. Meteran Untuk mengukur tinggi lutut
31
4.5 ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN
32
Proposal disetujui
Peneliti turun ke lapangan
Mengumpulkan sampel
Peneliti melakukan wawancara, penyebaran kuesioner, dan
pemeriksaan BMI
Peneliti mengumpulkan data
Peneliti mengolah dan menganalisis data dalam bentuk
tabular, tekstular dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel, Word 2007 dan SPSS 17,0
Penyajian data dalam bentuk presentasi
Peneliti mendapatkan data yaitu populasi daftar pasien lansia dari
Puskesmas Mampang
Gambar 3: Alur pelaksanaan penelitian
4.6 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahapan KegiatanWaktu Dalam Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A Perencanaan
1 Orientasi dan Identifikasi Masalah
2 Pemilihan Topik
3 Penelurusan kepustakaan
4 Pembuatan Proposal
5 Konsultasi dengan pembimbing
6 Pembuatan questionnaire
7 Presentasi Proposal
B Pelaksanaan
1 Ujicoba questionnaire
2 Pengumpulan data dan Survey
3 Pengolahan data
4 Analisis data
5 Konsultasi dengan Pembimbing
C Pelaporan Hasil
1 Penulisan laporan sementara
2 Diskusi
3 Presentasi hasil laporan sementara
4 Revisi
5
Presentasi Hasil akhir
(puskesmas dan trisakti)
6 Penulisan laporan akhir
Jadwal kegiatan
33
4.7 PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Penggandaan Kuesioner Rp. 250.000,-
Transportasi Rp. 100.000,-
CD Rp. 15.000,-
Kertas A4 Rp 35.000,-
Tinta Printer Rp. 220.000,-
Cenderamata Rp 100.000,-
Strip GDS dan Kolesterol Rp. 1.000.000
Biaya tak terduga: Rp. 350.000,-
Rp. 2.070.000,-
4.8 ORGANISASI PENELITIAN
1. Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
Prof.DR.dr.Adi Hidayat
2. Pembimbing Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu
dr. Chitra Rasjmi Cara
3. Penyusun dan Pelaksana Penelitian
Aditya Prabawa
Andikha Putra
Maria Henny
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Banegas JR, Garcia EL, Graciani A, Castillan PG, et al. Relationship between obesity,
hypertension and diabetes, and health related quality of life among the elderly.
European Journal of Preventive Cardiology 2007;14:456-62. Available at
http://cpr.sagepub.com/content/14/3/456. Accessed February 14, 2012.
2. Lakdawalla DN, Goldman DP, Shang B. The health and cost onsequences of obesity
among the future elderly. Health Affair 2005.Available at