PROPOSAL MAKP MANAJEMEN KEPERAWATAN DI PAVILIUN SRIWIJAYA RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO 27 JULI – 29 AGUSTUS 2015 Disusun oleh : 1. Siti Mu’afifa, S. Kep 2. Nurul Hidayatus Solihah, S. Kep 3. Siti Nur Chafidhoh, S. Kep 4. Atmey Vriska L, S. Kep 5. Bayu Ashabie P, S. Kep 6. Mirawan Adi Sulistiyan, S. Kep 7. Dimas Rendy Fambudi, S. Kep 8. Dessy Duriastuti, S. Kep 9. Ningsih Khaqul M, S. Kep 10. Rilla Andini F, S. Kep
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL MAKP
MANAJEMEN KEPERAWATAN DI PAVILIUN SRIWIJAYA
RSUD PROF. DR. SOEKANDAR KABUPATEN MOJOKERTO
27 JULI – 29 AGUSTUS 2015
Disusun oleh :
1. Siti Mu’afifa, S. Kep
2. Nurul Hidayatus Solihah, S. Kep
3. Siti Nur Chafidhoh, S. Kep
4. Atmey Vriska L, S. Kep
5. Bayu Ashabie P, S. Kep
6. Mirawan Adi Sulistiyan, S. Kep
7. Dimas Rendy Fambudi, S. Kep
8. Dessy Duriastuti, S. Kep
9. Ningsih Khaqul M, S. Kep
10. Rilla Andini F, S. Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Adanya
tuntutan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh Perawat. Pelayanan keperawatan secara
professional perlu mendapatkan perhatian dalam pengembangan dunia
keperawatan.
Manajemen merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumberdaya secara efisien, aktif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, saran dan prasarana dalam mencapai tujuan. Ruangan atau
bangsal sebagai salah satu uni terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat
yang memungkinkan bagi Perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara
optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan,
dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan
keperawatan hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu Perawat perlu
mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang merupakan penataan sistem pemberian pelayanan
keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah.
Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang
berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penataan dan
fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengembalian keputusan, sistem
penugasan dan sistem penghargaan yang memadai.
Begitu juga dengan posisi Perawat sebagai seorang Kepala Ruangan,
Ketua Tim atau Perawat Pelaksana dalam suatu bagian, memerlukan suatu
pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai Perawat
profesional, tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan
yang memungkinkan orang dapat menyelasaikan tugasnya dalam memberikan
Asuhan Keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju
kearah kesembuhan.
Praktek Profesi Manajemen Keperawatan dilaksanakan oleh Mahasiswa
program profesi dengan cara praktek manajemen secara langsung dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan melakukan kajian situasi
ruangan pelayanan keperawatan sebagai dasar untuk menyusun rencana
keperawatan dan operasional ruangan, mengimplementasikan Model Asuhan
Keperawatan Profesionl (MAKP) tim dan melaksanakan evaluasi MAKP tim.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat mengerti, dan memahami, tentang prinsip manajemen
keperawatan serta model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP).
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek Manajemen Keperawatan, Mahasiswa di
harapkan:
1.2.2.1 Dapat melaksanakan Timbang Terima.
1.2.2.2 Dapat melaksanakan Ronde Keperawatan.
1.2.2.3 Dapat melaksanakan Supervisi Keperawatan.
1.2.2.4 Melaksanakan Sentralisasi Obat.
1.2.2.5 Dapat melaksanakan Discharge Planning.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1.3.1.1 Dapat melaksanakan Timbang Terima.
1.3.1.2 Dapat melaksanakan Ronde Keperawatan.
1.3.1.3 Dapat melaksanakan Supervisi Keperawatan.
1.3.1.4 Dapat melaksanakan Sentralisasi Obat.
1.3.1.5 Dapat melaksanakan Discharge Planning.
1.3.2 Bagi Paviliun Sriwijaya RSUD Prof dr. Soekandar Mojokerto
Setelah Mahasiswa STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto selesai
melaksanakan praktek manajemen di Paviliun Sriwijaya RSUD Prof dr.
Soekandar Mojokerto, Perawat memperolah masukan dalam hal:
1.3.2.1 Pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesioanal (MAKP).
1.3.2.2 Pelaksanaan Timbang Terima.
1.3.2.3 Pelaksanaan Ronde Keperawatan.
1.3.2.4 Pelaksanaan Supervisi Keperawatan.
1.3.2.5 Pelaksanaan Sentralisasi Obat
1.3.2.6 Pelaksanaan Discharge Planning.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Institusi Pendidikan memperoleh bahan masukan dan gambar tentang
pengelolahan suatu Ruangan Keperawatan dengan menggunakan MAKP.
BAB 2
KONSEP DASAR
2.1. MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni standar, proses kePerawatan, pendidikan kePerawatan, dan system
MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi /jasa pelayanan kePerawatan. Jika Perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suetu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/kePerawatan dalam memenuhi
kapuasan Klien tidak akan terwujud.
Terdapat beberapa jenis model metode asuhan kePerawatan (MAKP),
diantaranya :
2.1.1 Metode Fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan kePerawatan yang didasarkan
kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan, membuat
permintaan lab untuk obat-obatan/persediaan yang diperlukan atas
instruksi Kepala Ruangan.
2.1.1.6 Kerugian metode fungsional:
1. Klien mendapat banyak Perawat.
2. Kebutuhan Klien secara individu sering terabaikan
3. Pelayanan Klien secara individu sering terabaikan.
4. Pelayanan terputus-putus
5. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
2.1.1.7 Kelebihan dari metode fungsional :
1. Sederhana
2. Efisien.
3. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi Perawat setelah
selesai tugas.
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
6. Memudahkan Kepala Ruangan untuk mengawasi staff atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
2.1.1.8 Contoh metode fungsional
Perawat A tugas menyutik, Perawat B tugasnya mengukur suhu
badan Klien. Seorang Perawat dapat melakukan dua jenis tugas
atau lebih untuk semua Klien yang ada di unit tersebut. Kepala
Ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut dan
menerima laporan tentang semua Klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang Klien
2.1.2 Metode penugasaan Klien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau Asuhan KePerawatan untuk satu
atau beberapa Klien oleh satu orang Perawat pada saat bertugas atau jaga
selama periode waktu tertentu sampai Klien pulang. Kepala Ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan
tentang pelayanan kePerawatan Klien. Dalam metode ini Staf Perawat
ditugaskan oleh Kepala Ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada
Klien yang ditugaskan contohnya di Ruang Isolasi dan ICU.
2.1.2.1 Kekurangan metode kasus :
1. Kemampuan tenga Perawat pelaksana dan siswa Perawat yang
terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara
menyeluruh
2. Membutuhkan banyak tenaga.
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah Klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
4. Pendelegasian Perawatan Klien hanya sebagian selama Perawat
penanggung jawab Klien bertugas.
2.1.2.2 Kelebihan metode kasus:
1. Kebutuhan Klien terpenuhi.
2. Klien merasa puas.
3. Masalah Klien dapat dipahami oleh Perawat.
4. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
2.1.3 Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan Keperawatan oleh sekelompok Perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh Perawat yang berijazah dan berpengalaman
serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas di dalam
kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain itu pemimpin
kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim. Sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan Keperawatan Klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada Kepala
Ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan Keperawatan Klien.
2.1.3.1 Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
1. Kepala Ruangan, tugasnya :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengawasan
2. Ketua tim, tugasnya :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal/ mengetahui kondisi Klien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan Klien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
3. Perawat pelaksana, tugasnya :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada Klien di bawah
tanggungjawabnya
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan
2.1.3.2 Kelebihan metode tim:
1. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2. Klien dilayani secara komfrehesif
3. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
4. Tercipta kerja sama yang baik .
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
2.1.3.3 Kekurangan metode tim:
1. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai Klien yang bukan
menjadi tanggung jawabnya.
2. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat
tim ditiadakan atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan
kimunikasi dan koordinasi antar anggota tim terganggu
sehingga kelanncaran tugas terhambat.
3. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
4. Akuntabilitas dalam tim kabur.
2.1.4 Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara Klien dan Perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan mengkoordinasikan askep selama Klien dirawat.
2.1.4.1 Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan Klien dan keluarganya
2.1.4.2 Ketenagaan :
1. Setiap Perawat primer adalah Perawat bed. side.
2. Beban kasus Klien maksimal 6 Klien untuk 1 Perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer d.an Perawat non
profesional sebagai asisten.
2.1.4.3 Kepala bangsal/Kepala Ruangan :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mutu Perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada Perawat asisten.
5. Perencanaan, pengawasan, dan pengarahan
6. Menyediakan material
2.1.4.4 Tugas Perawat Primer adalah :
1. Menerima Klien
2. Mengkaji kebutuhan
3. Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi (askep)
4. Mengkoordinasi pelayanan
5. Menerima dan menyesuaikan rencana
6. Menyiapkan penyuluhan pulang
2.1.4.5 Tugas Perawat Associate adalah :
1. Memberikan askep
2. Mengikuti timbang terima
3. Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4. Mendokumentasikan tindakan Keperawatan
2.1.4.6 Kelebihan dari metode Perawat Primer:
1. Mendorong kemandirian Perawat.
2. Ada keterikatan Klien dan Perawat selama dirawat
3. Berkomunikasi langsung dengan Dokter
4. Perawatan adalah perawatan secara komprehensif
5. Model praktek Keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
6. Memberikan kepuasan kerja bagi Perawat
7. Memberikan kepuasan bagi Klien dan keluarga menerima
Asuhan Keperawatan.
2.1.4.7 Kelemahan dari metode Perawat primer:
1. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga Perawat,
2. Hanya dapat dilakukan oleh Perawat profesional.
3. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
2.1.5 Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan
Metode Perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok
Perawat merawat Klien dari datang sampai pulang.
2.1.5.1 Keuntungan dan Kerugian
1. Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode Perawat
Primer.
2. Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi
dan kondisi ruangan. Jumlah Staf yang ada harus berimbang
sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang
sebelumnya.
2.2 Timbang Terima
2.2.1 Pengertian
Timbang Terima Klien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan Klien. Timbang Terima harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan
mandiri Perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/ belum dan
perkembangan Klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan Asuhan Keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang Terima dilakukan oleh Perawat Primer Keperawatan
kepada Perawat Primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan.
2.2.2 Tujuan
2.2.2.1 Tujuan umum:
Mengkomunikasikan keadaan Klien dan menyampaikan informasi
yang penting.
2.2.2.2 Tujuan khusus:
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan Klien (data fokus)
2. Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam
Asuhan Keperawatan kepada Klien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh Perawat dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
2.2.3 Manfaat
2.2.3.1 Bagi Perawat
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar Perawat.
2. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
Perawat.
3. Pelaksanaan terhadap Asuhan Keperawatan terhadap Klien
yang berkesinambungan.
4. Perawat dapat mengikuti perkembangan Klien secara paripurna.
2.2.3.2 Bagi Klien
1. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap.
2.2.4 Prosedur Timbang Terima
Tabel 2.1 Prosedur Timbang TerimaTAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAPersiapan 1. Timbang terima
dilaksanakan setiap pergantian shift operan.
2. Prinsip timbang gterima, semua Klien baru masuk dan Klien yang dilakukan timbang terima khususnya Klien yang memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang terima pada PP berikutnya, hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima: Jumlah Klien. Identitas Klien
dan diagnosis
5 menit Ners Station PP dan PA
medis. Data (keluhan/
subjektif dan objektif).
Masalah keperawatan yang masih muncul.
Intervensi keperawatan yang sudah/belum dilaksanakan (secara umum).
Intervensi kolaboratif dan dependen.
Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dan lain-lain).
Pelaksanaan
1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shift jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
3. Kepala Ruangan membuka acara timbang terima.
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, Tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbangterimakan dan berhak
20 menit Ners Station KARU, PP dan PA
menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
5. Kepala Ruangan/PP menanyakan kebutuhan dasar Klien.
6. Penyampaian yang jelas,singkat dan padat.
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa Perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
9. Lama timbang terima untuk tiap Klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
Ruang Perawatan
1. Diskusi.2. Pelaporan untuk
timbang terima dituliskan secara langsung pada format
5 menit Ners Station KARU, PP dan PA
timbang terima yang ditandatangani oleh PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui oleh Kepala Ruangan.
3. Ditutup oleh Kepala Ruangan.
2.2.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
2.2.5.1 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2.2.5.2 Dipimpin oleh Kepala Ruangan atau penanggung jawab Klien
(PP).
2.2.5.3 Diikuti oleh semua Perawat yang telah atau yang akan dinas.
2.2.5.4 Informasi yang dilakukan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi Klien saat ini serta menjaga kerahasiaan
Klien.
2.2.5.5 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan Klien.
2.2.5.6 Pada saat timbang terima dikamar Klien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga Klien disebelahnya tidak mendengar
sesuatu yang dirahasiakan bagi Klien. Sesuatu yang dianggap
rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat Klien.
2.2.5.7 Sesuatu yang mungkin membuat Klien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di Nurse Station.
2.2.6 Alur Timbang Terima
Gambar 2.1 Alur Timbang Terima
KLIEN
DIAGNOSA MEDIS MASALAH
KOLABORATIF
TELAH DILAKUKAN
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(didukung data)
PERKEMBANGAN/KEADAAN KLIEN
MASALAH
1. TERATASI2. BELUM TERATASI3. TERATASI SEBAGIAN4. MUNCUL MASALAH BARU
BELUM DILAKUKAN
2.2.7 Renstra Timbang Terima
2.2.7.1 Pelaksanaan timbang terima
Hari/tanggal
Pukul
Topik
Tempat
2.2.7.2 Metode
Diskusi
Tanya jawab
2.2.7.3 Media
1. Status Klien.
2. Buku timbang terima.
3. Alat tulis.
4. Leaflet.
5. Sarana dan prasarana Perawatan.
2.2.7.4 Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer (pagi)
3. Perawat Associate (pagi)
4. Perawat Primer (sore)
5. Perawat Associate (sore)
6. Perawat Associate (malam)
7. Perawat Associate (libur)
8. Pembimbing/ Supervisor
2.2.8 Uraian kegiatan
2.2.8.1 Prolog
Pada hari …… Jam …… Seluruh Perawat (PP dan PA) shift pagi
dan sore serta Kepala Ruangan berkumpul di Nurse Station untuk
melakukan timbang terima.
2.2.8.2 Sesi I di Nurse Station
Kepala Ruangan memimpin dan membuka acara yang didahului
dengan doa dan kemudian mempersilahkan PP yang dinas pagi
untuk melaporkan keadaan dan perkembangan Klien selama
bertugas kepada PP yang akan berdinas selanjutnya (sore). PP dan
PA shift sore memberikan klarifikasi keluhan, intervensi
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan (secara umum),
intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
dan lain-lain), hal yang belum jelas atau laporan yang telah
disampaikan. Setelah melakukan timbang terima di Nurse Station
berupa laporan tertulis dan lisan, kemudian diteruskan di Ruang
Perawatan Klien.
2.2.8.3 Sesi II di Ruang Perawatan Klien
Seluruh Perawat dan Kepala Ruangan bersama-sama melihat
ketempat Klien. PP dinas selanjutnya mengklarifikasi dan
memvalidasi data langsung kepada Klien atau keluarga yang
mengalami masalah khusus. Untuk Klien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjungan
tidak lebih 5 menit per Klien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat
rahasia bagi Klien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat
dilakukan di Nurse Station setelah kunjungan ke Klien berakhir.
2.2.8.4 Epilog
Kembali ke Nurse Station. Diskusi tentang keadaan Klien yang
bersifat rahasia. Setelah proses timbang terima selesai dilakukan,
maka kedua PP menandatangani laporan timbang terima dengan
diketahui Kepala Ruangan.
2.2.9 Evaluasi
2.2.9.1 Struktur (input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain: catatan timbang terima, status Klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruang selalu memimpin
kegiatan timbang yang dilaksanakan pada pergantian shift, yaitu
malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh Perawat Primer yang bertugas
saat itu.
2.2.9.2 Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh Kepala Ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh Perawat yang bertugas maupun yang
akan mengganti shift. Perawat Primer mengoperkan ke Perawat
Primer selanjutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima
pertama dilakukan di Nurse Station kemudian ke Ruang Perawat
Klien dan kembali ke Nurse Station. Isi timbang terima mencakup
jumlah Klien, diagnosis keperawatan, dan intervensi yang belum/
sudah dilakukan.Waktu untuk setiap Klien tidak lebih dari 5 menit
saat klarifikasi ke Klien.
2.2.9.3 Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.Setiap
Perawat dapat mengetahui perkembangan Klien.Komunikasi antar
Perawat berjalan dengan baik.
2.3 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatn Klien yang dilaksanakan oleh Perawat di samping melibatkan
Klien untuk membahas dan melaksanakan Asuhan Keperawatan. Pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer dan atau Konselor, Kepala Ruangan,
PA, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2002).
Peningkatan mutu Asuhan Keperawatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perkembangan IPTEK, maka perlu pengembangan dan
pelaksanaan suatu model keperawatan profesional yang efektif dan efisien.
Metode Keperawatan Primer merupakan salah satu metode pemberian
pelayanan keperawatan dimana salah satu kegiatannya adalah Ronde
Keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan membahas secara
mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada Klien dan kebutuhan Klien
akan keperawatan yang dilakukan oleh Perawat Primer/ Associate, Konselor,
Kepala Ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan Klien secara
langsung sebagai fokus kegiatan.
Menurut Gillies (1989) Keperawatan Primer merupakan suatu metode
pemberian Asuhan Keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara Klien dan Perawat tertentu yang bertanggung jawab
dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasuhan keperawatan Klien selama
Klien dirawat.
Pada Metode Keperawatan Primer, Perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian Asuhan Keperawatan disebut Perawat Primer yang disingkat
dengan PP. Metode Keperawatan Primer dikenal dengan ciri yaitu, akuntabilitas,
otoritas, otonomi, advokasi, ketegasan dan 5 K yaitu kontinuitas, komunikasi,
kolaborasi, koordinasi, dan komitmen.
Ronde Keperawatan akan memberikan media bagi Perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan Klien serta merupakan suatu
proses belajar bagi Perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis Perawat akan
tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep
teori kedalam praktek keperawatan.
2.3.1 Alur Ronde Keperawatan
Tahap pra........................................................
Tahap pelaksanaan di Nurse Station......
Tahap pelaksaan di kamar Klien........................................................................