BAB IPENDAHULUAN1.1 LatarBelakangUdara sebagai komponen
lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan
bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.Pencemaran udara
dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan,
karena udara di sekeliling kita atau udara ambien, memiliki
kualitas yang mudah berubah. Intensitas perubahannya dipengaruhi
oleh interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara ambien
dengan faktor-faktor meteorologis.Sumber pencemaran udara dapat
berasal dari sumber alamiah yaitu dari letusan gunung berapi dan
keluarnya gas beracun akibat gempa bumi dan juga dapat disebabkan
olehaktivitas manusia yaitu dari kegiatan lalulintas, industri,
pembakaran sampah, pertambangan dan kegiatan rumah tangga ( Tania
dan Driejena, 2009)Berbagai aktivitas manusia yang besar terhadap
pemenuhan tingkat kebutuhan, membawa dampak sangat besar terhadap
lingkungan.Pencemaran udara telah lama menjadi masalah akan tetapi
belum menyadarkan masyarakat untuk ikut dalam upaya
penanggulangannya.Saat ini, pencemaran udara telah berada pada
taraf yang mengkhawatirkan, khususnya pencemaran yang dihasilkan
oleh industri.Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat
kegiatan industri dan kendaraan bermotor akan meningkat dua kali
pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020
(Purwadi, 2006).Berdasarkan baku mutu udara ambein (Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999), ada 13 parameter berdasarkan
pencemaran udara yang dibagi menjadi dua kategori berdasarkan letak
kawasan. Parameter untuk umum (9 parameter) yaitu : SO2, COx, NO2,
O3, HC, PM10 /PM2,5, Debu, Pb, Dustfall dan 4 parameter khusus
untuk daerah/kawasan industri kimia dasar yaitu : Total Flouride,
Flour Indeks, Khlorine dan Khlorine Dioksida, Sulphat Indeks
(Fardias, 1992).Pencemaran udara yang paling menonjol adalah CO2
dan NO2 di udara. Karbon dioksida berasal dari pabrik, mesin-mesin
yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara,minyak bumi), juga
dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran
sampah.Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat
mengakibatkan efek rumah kaca.Pelepasan emisi CO2 yang berlebihan
keudara bebas menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer
meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan
pemanasan global (Nagara, 2008).Sejak tahun 1800 konsentrasi CO2
diatmosfer naik dari 270 ppm menjadi 370 ppm saat ini. Nilai ini
lebih besar dari yang pernah ada selama 20 juta tahun terakhir
(Pearce,2003).Menurut pusat data Amerika Serikat tidak diragukan
lagi bahwa planet bumi memanas pada akhir abad ke-20 sebesar 0,250
setiap 10 tahun (Pearce, 2003).Sedangkan Nitrogen Dioksida(NO2)
merupakan gas yang berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
Terutama dari proses pembakaran bahan bakar fosil, seperti bensin,
batubara dan gas alam. NO2 bersifat racun terutama terhadap
paru-paru yang terkontaminasi dengan gas NOx akan mengalami
pembengkakan.Pada konsentrasi NO2> 100 ppm kebanyakan hewan akan
mati ( PP Nomor 41 tahun 1999).Hasil studi yang dilakukan oleh
Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3 kota
besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang
menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (TSP) 280 g/m3,
kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana
angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas
udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta
api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan
kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-rata 699 g/m3,
kadar SO2 sebesar 0,030,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan
kadar Hidro Karbon sebesar 0,350,68 ppm
(www.depkes.go.id).Kecamatan Kota Lama merupakan salah satu
kecamatan di Kota Kupang yang memiliki 10 kelurahan dengan jumlah
penduduk yang sangat banyak.Pertumbuhan pembangunan, transportasi
serta jumlah penduduk di Kecamatan Kota Lama yang semakin meningkat
akan menjadi kontributor polusi udara CO2 dan NO2
terbesar.Konsentrasi zat pencemar yang begitu tinggi akan
menurunkan kualitas udara sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan berbagai penyakit pada makhluk hidup.Mengingat
bahayanya pencemaran udara terhadap kesehatan sebagaimana
kasus-kasus diatas,bisa mengatasi permasalahan lingkungan yang
ada.Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin melakukan
penelitian dengan judul : Analisis Konsentrasi NO2 dan CO2 Udara
Ambien di Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.
1.2 Rumusan MasalahUdara di sekeliling kita memiliki kualitas
yang mudah berubah.Intensitas perubahannya dipengaruhi oleh
interaksi antar berbagai polutan yang dilepas ke udara ambien
dengan faktor-faktor meteorologis.Kecamatan Kota Lama merupakan
salah satu kecamatan di Kota Kupang yang memiliki kepadatan
penduduk sangat banyak. Dengan adanya penduduk yang banyak di
Kecamatan Kota Lama maka akan ada berbagai macam aktivitas manusia
yang dapat menyumbangkan banyak polusi keudara.Semakin banyak
kendaraan bermotor yang beroperasi maka semakin besar pula polusi
udara yang disumbangkan oleh kendaraan bermotor tersebut dan juga
dapat menurunkan kualitas udara di daerah itu.Untuk menanggapi
permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pematauan kualitas udara
di Kecamatan Kota Lama.Yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini adalah :1. Berapa banyak konsentrasi NO2 dan CO2 udara ambien
di Kecamatan Kota Lama Kota Kupang?2. Apakah kualitas udara ambien
di Kecamatan Kota Lama Kota Kupang sudah melewati ambang batas baku
mutu udara ambien?3. Apakah ada hubungan antara kepadatan penduduk
dengan meningkatnya konsentrasi NO2 dan CO2 di Kecamatan Kota Lama
Kota Kupang.1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini
yaitu :1. Mengetahui konsentrasi NO2 dan CO2 udara ambien di
Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.2. Mengetahui kualitas udara ambien
berdasarkan baku mutu udara ambien.3. Mengetahui hubungan antara
kepadatan penduduk di Kecamatan Kota Lama Kota Kupang dengan
meningkatnya konsentrasi NO2 dan CO2.
1.4 Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini yaitu
:1. Memberikan informasi kepada masyarakat umum dan masyarakat
akademik tentang kualitas udara Kecamatan Kota Lama Kota Kupang2.
Sebagai sumber informasi ilmiah bagi pemerintah daerah khususnya
untuk Badan Penanganan Dampak Lingkungan Hidup Daerah. 3. Bagi
peneliti sebagai sarana pengembangan ilmu dan ketrampilan
laboratorium
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Kecamatan Kota Lama2.1.1 Keadaan Geografis
KecamatanKota LamaKecamatan Kota Lama merupakan salah satu
kecamatan dari enam kecamatan yang berada dalam wilayah
pemerintahan Kota Kupang.Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Kota
Lama adalah sebagai berikut:1. Sebelah utara berbatasan dengan
Teluk Kupang2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kota
Raja3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima4.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Alak Kecamatan Kota Lama
terdiri dari sepuluh kelurahan dengan jumlah penduduk sebagai
berikut:Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Kota Lama Tahun
2014NoKelurahanJumlah Penduduk (Jiwa)
1Oeba10.000
2Merdeka10.000
3Bonipoi10.000
4Airmata10.000
5Lai-Lai Bis Kopan10.000
6Solor10.000
78910Tode KisarFatu BesiNefonaekPasir
Panjang10.00010.00010.00010.000
Total 30.196
Sumber: BPS, 2014Kecamatan Kota Lama memiliki jumlah penduduk
sebanyak 30.196 jiwa dengan kepadatan penduduk 9,900 jiwa/km2
dengan luas wilayah 3,5 km2 yang sebagian besar luas wilayahnya
digunakan untuk perdagangan,perkantoran,dan pemukiman
penduduk.2.1.2 Penyakit-Penyakit yang Dominan Kecamatan Kota Lama
merupakan daerah yang perumahan padat dan aktivitas lalu lintasnya
sangat padat .Hal ini dapat meningkatkan pencemaran udara didaerah
tersebut.Dari data Puskesmas Kota Lama mencatat beberapa penyakit
yang paling menonjol sebagai berikut:Tabel2. Sepuluh penyakit
terbesar di Kecamatan Kota Lama tahun 2014NoNama PenyakitJumlah
Kasus
1Penyakit lain pada saluran bagian atas7.630
2Infeksi akut lain pada saluran bagian atas6.660
3Gastritis2.700
4Penyakit pada system otot & jaringan pengikat (penyakit
tulang belakang, radang sendi)2.286
5Penyakit tekanan darah tinggi2.054
6Penyakit kulit alergi2.038
7Penyakit pulpa dan jaringan pengikat1.588
8Tonsilitis752
9Kecelakan dan ruda paksa657
10Penyakit kulit infeksi498
Total26.863
Sumber :Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Kota Lama,20142.2
Udara2.2.1 Pengertian UdaraUdara adalah campuran gas yang terdapat
pada lapisan yang mengelilingi bumi dan merupakan komponen yang
membentuk atmosfer, yang membentuk zona kehidupan pada permukaan
bumi. Udara terdiri dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada
permukaan bumi, kecuali gas CH4, H2S, CO dan CO2 karena kadarnya
tergantung daerah tersebut.Komposisi campuran gas tersebut tidak
selalu konsisten.Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42, tahun 1999
Tentang Pencemaran Udara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam udara ambein oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambein turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambein tidak dapat memenuhi fungsinya.2.2.2
Komposisi udaraSebelum ada intervensi kegiatan manusia, udara yang
ada di atmosfer dapat dikatakan udara bersih /normal. Susunan kadar
/zat kimia dalam udara normal adalah sebagai beriku:Tabel 3.
Komposisi udara kering dan bersihKomponenFormulaPersen
volumePpm
NitrogenN278.08780800
OksigenO220.95209500
ArgonAr0.9349340
Karbon dioksidaCO20.0314314
NeonNe0.0018218
HeliumHe0.0005245
MetanaCH40.00022
KriptonKr0.0001141
Sumber: Stoker dan Seager, 1972
2.2.3 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencemaran
udaraAdanya aktivitas manusia akan mempengaruhi komposisi dan
konsentrasi bahan kimia dalam udara, faktor lain yang dapat
memperbesar pengaruh dampak pencemaran udara baik terhadap makhluk
hidup maupun lingkungan adalah cuaca, termasuk didalamnya meliputi
:a. Suhu udaraSuhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar di
udara sesuai dengan keadaan cuaca tertentu. Suhu udara yang tinggi
menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi pencemar
menjadi makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara
tampaknya makin tinggi. Suhu udara berperan penting dalam biofisika
dan biokimia. Di dekat permukaan, suhu memiliki kerakteristik yang
berbeda denga suhu udara. Hal ini disebabkan pertukaran bahan yang
terjadi di dekat permukaan berlangsung melalui proses konveksi
bebas yang ditunjukan dengan pergerakan laminar dan konveksi paksa
dengan gerakan turbulen. Pada siang hari, penerimaan bahang oleh
permukaan menyebabkan suhu permukaan akan lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu pada lapisan di atasnya. Turbulensi mempunyai pengaruh
yang besar terhadap persebaran polutan di udara dimana pengaruhnya
akan bertambah kecil dengan bertambahnya ketinggian, khususnya
untuk debu.
b. Kelembaban udaraKelembaban udara (RH) juga salah satu unsur
cuaca yang memegang peranan dalam proses polusi udara. RH tinggi
akan menyebabkan terhalangnya radiasi matahari ke bumi karena
terbentuknya awan di atmosfer. Selain itu, konsentrasi partikel
yang tersuspensi yang meningkat di udara juga akan berakibat pada
berkurangnya jarak pandang (visibility) karena udara yang
berkabut.c. Tekanan udara Tekanan udara tertentu dapat mempercapat
atau menghambat terjadinya reaksi kimia antara pencemar dengan
zat-zat yang ada di udara, sehingga pencemar udara dapat bertambah
atau berkurang.d. Angin Angin merupakan gerak angin yang sejajar
dengan permukaan bumi dan bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah. Konsentrasi polutan di suatu tempat
banyak dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Semakin tinggi
kecepatan angin maka pengenceran dan pencemaran polutan dari sumber
emisi di atmosfer semakin besar. Adanya bangunan-bangunan yang
tinggi di dalam kota, mengakibatkan kecepatan angin berkurang dan
arah angin berubah. e. Keadaan awan Keadaan awan dapat bepengaruh
terhadap keadaam cuaca, termasuk juga banyaknya sinar matahari yang
menyinari bumi. Kedua hal ini secara bersama-sama dapat
mempengaruhi reaksi kimia pencemar dengan zat-zat yang ada di
udara.f. Radiasi matahariRadiasi matahari merupakan sumber utama
energi di atmosfer, pengendali cuaca dan iklim, penyebab utama
perubahan dan pergerakan di atmosfer serta sebagai sumber energi
dari segala kehidupan di bumi. Radiasi matahari yang diterima di
permukaan bumi mengalami pengurangan, baik jumlah maupun kualitas
spektrumnya. Radiasi matahari mempengaruhi polusi udara secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu mempengaruhi
proses-proses kimia di atmosfer dengan interaksi antar molekul yang
bertindak sebagai fotoreseptor sebagai aldehid, asam nitrit (HNO2),
dan oson (O3). Sedangkan secara tidak langsung mempengaruhi
penyebaran polusi udara yaitu sebagai energi penggerak udara karena
menyebabkan perbedaan pemanasan permukaan bumi sehingga menimbulkan
angin dan turbulensi dan sebagai input energi dari kesetimbangan
energi sehingga mempengaruhi terjadinya inversi dan stabilitas
udara.
g. Curah hujan Adanya curah hujan sabagai air di udara yang
bergerak dari atas dan jatuh ke bumi, dapat menyerap pencemar gas
tertentu kedalam partikel air, serta dapat menangkap partikel debu
inert maupun partikel debu yang lain, menempel pada partikel air
dan dibawa jatuh ke bumi. Proses hujan dalam mengurangi konsentrasi
zat pencemar di udara terdiri dari dua mekanisme, yaitu rain out
dan wash out. Mekanisme rain out terjadi pada saat pembentukan
butiran air dan zat pemcemar tersebut bertindak sebagai inti
kondensasi. Sedangkan mekanisme wash out merupakan proses penyapuan
zat pencemar pada saat air hujan turun. Kedua proses ini sangat
efektif mengurangi pertikel-partikel padat dan gas dari pencemar
udara (Soedjono, 2002).2.2.4 Sumber dan beberapa parameter
pencemaran udara1.Sumber pencemaran udaraPolutan dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu polutan primer dan polutan sekunder. Polutan primer
adalah polutan-polutan yang diemisikan langsung dari sumbernya,
baik itu berasal dari sumber alamiah maupun dari manusia. Contohnya
: CO, SOx, Cl dan debu.Di dalam udara ambein, sebagian polutan
primer akan mempertankan bentuk senyawa aslinya. Sementara itu
sebagian lagi akan berubah bentuk segabai adanya ineteraksi sesama
polutan atau dengan unsur atmosfer. Polutan-polutan yang terjadi
tergolong dalam polutan sekunder. Contohnya: O3 (Ozon), PAN
(peroxyasetyl nitrate) yang terbentuk dari reaksi HC, NOx dan
oksigen (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 1999). Secara umum
pencemaran udara dapat berasal dari 2 sumber yaitu : 1. Sumber
alamiah: Udara dapat tercemar akibat kejadian-kejadian alam yang
kadang-kadang tidak terduga sebelumnya, seperti :letusan gungung
berapi dan keluarnya gas beracun akibat gempa bumi.2. Akibat
kegitan manusia: kegiatan manusia dapat merubah lingkungan hidup.
Beragamnya kegiatan manusia disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain perkembangan budaya, perkembangan teknologi serta didukung
oleh pola konsumsi yang berlebihan. Beberapa aktivitas manusia yang
dapat menimbulkan pencemaran udara antara lain: kegiatan lalu
lintas, industri, pembakaran sampah, pertambangan dan juga kegitan
rumah tangga.
Gambar 1. Sumber-sumber polusi udara2. Beberapa parameter
pencemaran udaraBerdasarkan baku mutu udara ambein (Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999), ada 13 parameter berdasarkan
pencemaran udara yang dibagi menjadi dua kategori berdasarkan letak
kawasan. Parameter untuk umum (9 parameter) yaitu : SO2, COx, NO2,
O3, HC, PM10 /PM2,5, Debu, Pb, Dustfall dan 4 parameter khusus
untuk daerah /kawasan industri kimia dasar yaitu : Total Flouride,
Flour Indeks, Khlorine dan Khlorine Dioksida, Sulphat Indeks
(Fardias, 1992).
1. Sulfur Dioksidaa. Sifat fisika dan kimia Pencemaran oleh
sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk
gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur
trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah
terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur
akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah
relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah
SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total
SOx.Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap
reaksi sebagai berikut :S + O2 SO2 2 SO2 + O22 SO3SO3 di udara
dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah.Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air
akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4 ) dengan
reaksi sebagai berikut :SO3 + H2O H2SO4Komponen yang normal
terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4. Tetapi jumlah H2SO4 di
atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO3 hal
ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme
lainnya.Setelah berada diatmosfir sebagai SO2akan diubah menjadi
SO3 yang kemudian akan menjadi H2SO4. oleh proses-proses fotolitik
dan katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi
oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas,
waktu dan distribusi spektrum sinar matahari, Jumlah bahan katalik,
bahan sorptif dan alkalin yang tersedia.b. Sumber dan
distribusiSepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir
merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2.
Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk
SO2.Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam seperti
vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida.Masalah yang
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah
dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi
pada daerah tertentu.Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber
alam biasanya lebih tersebar merata.Tetapi pembakaran bahan bakar
pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya.Sumber SOx yang kedua
adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum,
industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya.Pabrik
peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox.
Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam
sulfida misalnya tembaga ( CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri
(HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi
oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan
yang tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk
menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari
produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi
sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan
terdapat di udara.c. Dampak terhadap kesehatanPengaruh utama
polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi
pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap
orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut
sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar
yang relative rendah. Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan
kesehatan adalah sebagai berikut :Tabel 4. Kadar sulfur
dioksida(SO2) yang berpengaruh terhadap
kesehatanKonsentrasi(ppm)Pengaruh
3 5Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8 12Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
tenggorokan
20Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu
lama
50 100Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat (30
menit)
400 500Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Sumber: Krik dan Othmer, 1969d. Pengendalian Sumber Bergeraka)
Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baikb)
Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkalac)
Memasang filter pada knalpot. Sumber Tidak Bergeraka) Memasang
scruber pada cerobong asap.b) Merawat mesin industri agar tetap
baik dan lakukan pengujian secara berkala.c) Menggunakan bahan
bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur rendah.
2. KARBON DIOKSIDAA.Sifat Fisika Dan KimiaKarbon dioksida (CO2)
merupakan senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang
terikat secara kovalen dengan sebuah atom karbon.CO2 berbentuk gas
pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan berada di atmosfer
bumi. CO2 adalah hasil dari pembakaran senyawa organik jika cukup
jumlah oksigen yang ada.Karbondioksida juga dihasilkan oleh
berbagai mikroorganisme dalam fermentasi dan dihembuskan oleh
hewan.Tumbuhan menyerap karbondioksida selama fotosintesis.Oleh
karena itu sebagai gas rumah kaca dan dalam konsentrasi yang
rendah, CO2 merupakan komponen penting dalam siklus karbon.Selain
dihasilkan dari hewan dan tumbuhan, CO2 juga merupakan hasil
samping pembakaran bahan bakar fosil.Karbon dioksida merupakan
sebagian besar gas yang bertanggung jawab atas efek rumah kaca di
atmosfer dengan perkiraan 50% mungkin merupakan CO2. Rata-rata
konsentrasi CO2 di atmosfer bumi kira-kira 387 ppm, jumlah ini bisa
bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu.Karbon dioksida adalah
gas rumah kaca yang penting karena menyerap gelombang
inframerahdengan kuat. Karbon dioksida adalah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada konsentrasi yang
lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan
terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan.Pada
tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta
molekul udara (281 ppm).Pada Januari 2007, konsentrasi
karbondioksida telah mencapai383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika
prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan
mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi
malahmemperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali
lipat bila dibandingkan masasebelum revolusi industry.
Gambar 2. Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
b).Gas Rumah Kaca Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer yang
dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.Gas rumah kaca ini
sudah ada sejak terbentuknya bumi. Gas ini masuk ke permukaan bumi
melalui proses alami dan juga akibat adanya kegiatan manusia yang
berupa pembakaran bahan bakar minyak, gas, batubara dan juga
pembakaran hutan. Gas-gas rumah kaca yang utama adalah CO2 (Karbon
dioksida), CH4 (Metana), N2O (Dinitro Oksida), HFCs
(Hidroflorokarbon), PFCs (Perflorokarbon) dan SF6
(Sulfurheksaflorida) di atmosfer. Meningkatnya gas rumah kaca di
atmosfer akan menahan lebih banyak radiasi matahari melebihi
radiasi yang dibutuhkan bumi sehingga akan terjadi peningkatan suhu
permukaan bumi.Gas CO dan COx adalah gas yang tidak berwarna dan
tidak berbau, bersifat racun, merupakan hasil pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COXdalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat
mengganggu pernapasan. Selain itu, gas CO2 yang terlalu berlebihan
di bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.
Pemanasan global di bumi akibat CO2 disebut juga sebagai efek rumah
kaca. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang
dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannnya
ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai
potensi sebagai unsur pencemar (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). Sedangkan emisi karbon
dioksida (CO2) berarti pemancaran atau pelepasan gas karbon
dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas
rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek
rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar
matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga
suhu atmosfer menjadi naik.Hal tersebut dapat mengakibatkan
perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.(Nagara, 2008).
Tabel 1. Indeks Pemanasan Global Gas Rumah KacaJenis Gas Rumah
Kaca Potensi Pemanasan (ton CO2 ekuivalen)
Karbon dioksida (CO2) 1
Metana (CH4) 21
Nitro oksida (N2O) 310
Hydrofluorocarbon (HFCs) 500
Sulfur hexafluorida (SF6) 9,200
Sumber: Samiaji, 2009Gas karbon dioksida (CO2) adalah salah satu
gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan pemanasan global.Emisi
gas tersebut yang berasal dari sisa pembakaran kegiatan
transportasi, permukiman, dan industri saat ini cenderung
meningkat.Emisi Karbon Dioksida (CO2) adalah pemancaran atau
pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Sumber sumber emisi
CO2digolongkan menjadi 4 macam sebagai berikut:1) Mobile
Transportation (sumber bergerak) antara lain: kendaraanbermotor,
pesawat udara, kereta api, kapal bermotor dan penenganan/evaporasi
gasoline. 2) Stationary Combustion (sumber tidak bergerak) antara
lain: perumahan, daerah perdagangan, tenaga dan pemasaran industri,
termasuk tenaga uap yang digunakan sebagai energi oleh industri. 3)
Industrial Processes (proses industri) antara lain: proses kimiawi,
metalurgi, kertas dan penambangan minyak. 4) Solid Waste Disposal
(pembuangan sampah) antara lain: buangan rumah tangga dan
perdagangan, buangan hasil pertambangan dan pertanian.
Emisi CO2 dapat pula dikategorikan menjadi: a) Emisi Langsung
Emisi ini merupakan emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau
sumber dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya emisi CO2 dari
kendaraan bermotor. b) Emisi Tidak Langsung Emisi ini merupakan
hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan.
Contohnya:Konsumsi energi listrik di rumah tangga (Suhedi, 2005)
.c) Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya
konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di
atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
mengabsorbsinya.Gambar 1.
Gambar 3. Teori Efek Rumah KacaEnergi yang masuk ke bumi
mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain diatmosfer,
25% diserap awan, 45% diadsorpsi permukaan bumi dan 5% dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi. Energi yang diadsoprsi dipantulkan
kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan
bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi
tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara
siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda (Razak, 2010).
2.2.5 Standar Baku Mutu Udara AmbeinPemerintah indonesia telah
mengeluarkan baku mutu udara ambein di dalam peraturan pemerintah
tentang pengendalian pencemaran udara (PP Nomor 41 tahun 1999).
Baku mutu ini memiliki 9 parameter yang berlaku untuk menilai
kondisi udara ambein secara umum dan parameter lain yang hanya
berlaku untuk menilai kondisi udara ambein di kawasan industri
kimia dasar.Tabel 5. Baku mutu udara ambienNoParameterWaktu
pengukuran
1 jam (g/Nm3)24 jam (g/Nm3)1 tahun (g/Nm3)
1Sulfur dioksida (SO2)90036560
2karbon monoksida (CO)30001000-
3Nitrogen dioksida (NO2)400150100
4Ozon (O3)23550-
5Timbal (Pb)-21
6
PM 2,5PM 10-6515
15015
7Total SuspendedParticulate (TSP)90230
8Klorin dan klorinDioksida150
9Total flourides30,5 (untuk 90 hari)
10Hidrocarbon (HC)160 g/Nm3 (untuk 3 jam)
11DustfallUntuk 10 hari:- 10 ton/km2/bulan(pemukiman)20
ton/km2/bulan (industri)
12Flour indeks40 g/cm2 dari kertas timed filter (untuk 30
hari)
13Indeks sulfat1 mg SO2/10 cm2 dari lead peroksida (untuk 30
hari)
Sumber: Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementrian Negara
LingkunganHidup, 2007.2.2.6 Teknik sampling dan analisis
udaraTeknik sampling yang dikenal dalam aplikasi pengukuran dan
analisis udara secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 2
jenis, yaitu teknik tangkapan (capture techniques) dan teknik
pemekatan (concentratuion tecniques). Prinsip dan contoh aplikasi
teknik sampling pencemar udara, yaitu:
a) Teknik tangkapan (capture techniques)Teknik sampling dengan
menangkap sejumlah volume contoh udara yang ditarik kedalam
kontainer khusus, contoh udara kemudian dianlisis di laboratorium
dengan instrumen analisis GC, GC-MSD, HPLC dan sebagainya. Teknik
mampu mengumpulkan sampel dalam jumlah yang besar dengan frekuensi
berulang, sehingga cocok untuk sampling udara emisi. Beberapa jenis
kontainer yang sering digunakan adalah yaitu : inert fleksible bags
(tedlar bag), steel conister dan glass bombs.Prosedur sampling
dengan teknik tangkapan dapat dilakukan secara sesaat, pasif dan
aktif, seperti contoh diambil secara simultan dalam rentang waktu
sesaat dengan membuka katup pada kontainer atau dengan menambahkan
tabung resistor berupa kolom kapiler untuk mengendalikan laju alir
sampel. Pada sampling pasif, sampel diambil dalam waktu yang lebih
lama tanpa bantuan pompa udara namun laju alir dikendalikan dengan
alat pengendali aliran mekanis. Pada sampling aktif, sampling
dilakukan dengan pengendali laju alir mekanis. Pada sampling aktif,
sampling dilakukan dengan bantuan pompa udara dan dilengkapi dengan
pengendali laju alir mekanis. Kekurangan pada teknik ini adalah
kemungkinan adanya interaksi antar senyawa dalam sampel atau antar
sampel dengan kontainer pengumpul.b) Teknik pemekatan
(concentration techniques)Sampling dengan memekatkan sejumlah
volume contoh udara yang di tarik kedalam media tertentu (cairan,
reagen kimia, filter), untuk dianalisis di laboratorium. Dengan
adanya pemekatan maka konsentrasi contoh dapat dinaikan tanpa
mengubah konsentrasi relatifnya sehingga cocok untuk sampling udara
ambein yang konsentrasinya relatif rendah. Dalam teknik terdapat
keterbatasan dalam volume sampel dan dalam beberapa kasus sering
terjadi breakthrough pada media absorben. Berikut ini aplikasi
teknik pemekatan dalam sampel udara.Tabel 7. Aplikasi teknik
pemekatan dalam sampel udaraKategoriAdsorbenPencemar Organik
Material packing kolom GCKarbon aktif Frosil PR Sep-Pak
C18Pestisida (pestisida karbonat), melamine, hidrokarbon
Butiran polimer berporiXAD-4Sep-Pak PSNitrosoamine, nitrophenol,
fosfat, polybromobiphenyl, FAHs
Seives karbon molekulCarbosieve S-III Carbosive GAlkohol (berat
molekul ringan), halokarbon
Sumber: Hidayat, 20092.2.7 Metode analisis laboratoriumMetode
analisis laboratorium yang biasa digunakan untuk mengukur jumlah
pencemar udara secara umum adalah metode spektrofotometri.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan, cahaya yang diserap tersebut kemudian dipancarkan
kembali dalam bentuk sinar tampak (visibel). Nilai absorbansi dari
cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di
dalam kuvet.
Gambar 4. Skema spektrofotometer UV-Vis.
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis secara umum adalah
interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis
dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi
yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari
tingkat energi dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi
lebih tinggi.Serapan tidak terjadi seketika pada daerah
ultraviolet-visibel untuk semua struktur elektronik tetapi hanya
pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya
ikatan dan non bonding elektron.Secara sederhana Instrumen
spektrofotometer UV-Vis terdiri dari: a. sumber cahaya b.
monokromator c. sel sampel d. detektor e. pembacaFungsi
masing-masing bagian:1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai
sumber sinar dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
Daerah panjang gelombangnya adalah 300-400 nm (Day dan Underwood,
1999). 2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang
gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Jenis monokromator yang
saat ini banyak digunakan adalah lensa prisma dan filter optik.3.
Sel sampel atau kuvet berfungsi sebagai tempat meletakan sampel.
Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa, gelas dan plastik namun kuvet
dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini disebabkan karena kuvet yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap sinar UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (Vis). Kuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.4. Detektor berfungsi menangkap
cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus
listrik.5. Pembaca merupakan suatu sistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
BAB IIIMETODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan dalam dua tahap
yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap analisis sampel.Adapun
parameter yang di analisis di laboratorium yaitu analisis
konsentrasi NO2 dan CO2 yang sampelnya diambil di KecamatanKota
Lama Kota Kupang.3.1 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini akan
dilakukan selama dua bulan dari bulan Juli sampai September 2014 di
Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa
Cendana. Sementara sampel udara akan diambil di Kecamatan Kota Lama
dengan menggunakan peralatan sampling udara dan akan dianalisis di
Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa
Cendana.3.2 Lokasi dan Teknik Pengambilan Sampel Udara Dalam
penelitian ini, sampel di ambil di 2 titik yang berebeda di
Kecamatan Kota Lama .Pemilihan lokasi pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik Purposive sampling (karena adanya pertimbangan
tertentu).Pengambilan sampel dilakukan selama 2 hari unuk 2 titik
tersebut .Untuk setiap titik dilakukan pengambilan sebanyak tiga
kali yaitu pada jam 07.00 - 08.00 pagi, jam 13.00 - 14.00 siang dan
jam 17.00 - 18.00 sore.Sebelum melakukan pengambilan dan pengukuran
sampel diketahui terlebih dahulu suhu, tekanan, kecepatandan arah
angin di tiap titik.Gambar 5.Lokasi pengambilan sampel udara.
Keterangan:A.Jl.Timor Raya (Komodo Dragon Statue -Oeba)B.
Jl.Urip Sumoharjo (Depan Gereja Cathedral-Hatle)
3.3 Bahan dan Alat penelitian1. BahanBahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah larutan barium hidroksida Ba(OH)2,etanol,asam
klorida(HCl),indikator phenolpalien,padatan asam sulfanilat(merck)
larutan asam asetat glasial,air suling bebas
nitrit,N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA),aseton dan
larutan nitrit (merck).2. AlatAlat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alat sampling udara, labu ukur (50 mL; 100mL; 250mL;
500mL dan 1000 mL ), pipet volumetrik (1 mL; 2 mL; 5 mL dan 50 mL),
gelas ukur 100 mL, gelas piala (100mL; 250mL; 500mL dan 1000 mL),
tabung uji 25 mL, spektrofotometer UV-Vis dilengkapi kuvet,
timbangan analitik, buret 50 mL, labu erlenmeyer bertutup 250 mL,
kaca arloji, pipet tetes,termometer,barometer,pengaduk
magnetik,botol pereaksi,desikator dan oven,3.4 Metode Pengukuran
Gas Nitrogen Dioksida(NO2)1. Prinsip Metode Saltzman
Untuk analisis sampel CO2 udara ambein digunakan cara
titrasi.Prinsip dasar metode ini adalah berdasarkan perbandingan
mol titran dan titrat.3.5 Cara Kerja3.5.1 Pembuatan larutan unuk
analisis sampel SO2a). Larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM)
0,04 MDilarutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800 ml
air suling di dalam gelas piala 1000 mL, dan ditambahkan
berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl) dan 0,066 g EDTA
[(HOCOCH2)2N(CH2COONa)2.2H2O], lalu diaduk sampai homogen, setelah
itu dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL dan diencerkan dengan
air suling hingga tanda batas lalu dihomogenkan.b). Larutan induk
natrium metabilsulfit (Na2S2O5)Dilarutkan 0,3 g Na2S2O5 dengan air
suling di dalam gelas piala 100 mL, lalu dipindahkan ke dalam labu
ukur 500 mL, setelah itu diencerkan dengan air suling hingga tanda
batas lalu dihomogenkan. c). Larutan standar natrium metabisulfit
(Na2S2O5)Dimasukan 2 mL larutan induk natrium metabisulfit ke dalam
labu ukur 100 mL dan diencerkan sampai tanda batas dengan larutan
penjerap tetrakloromerkurat lalu dihomogenkan.d). Larutan induk Iod
(I2) 0,1 NDimasukan dalam gelas piala berturut-turut 12,7 g iod dan
40,0 g kalium iodida lalu dilarutkan campuran tersebut dengan 25 mL
air suling dan dipindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, setelah itu
diencerkan dengan air suling lalu dihomogenkan.
e). Larutan Iod 0,01 NDilarutkan 50 mL larutan induk iod 0,1 N
ke dalam labu ukur 500 mL dengan air suling dan diencerkan sampai
tanda batas lalu dihomogenkan. f). Larutan indikator kanjiDimasukan
dalam gelas piala 250 mL berturut-turut 0,4 g kanji dan 0,002
gmerkuri (II) iodida (HgI), lalu dilarutkan secara hati-hati dengan
air mendidih sampai volume larutan mencapai 200 mL, kemudian
dipanaskan larutan tersebut sampai larutan jernih, lalu dinginkan
dan pindahkan ke dalam botol pereaksi.g). Larutan asam klorida
(HCL) (1+10) Diencerkan 10 mL HCL pekat dengan 100 mL air suling di
dalam gelas piala 250 mL.h). Larutan induk natrium tiosulfat
(Na2S2O3) 0,1 NDilarutkan 24,82 g Na2S2O3.5H2O dengan 200 mL air
suling dingin yang telah dididihkan ke dalam gelas piala 250 mL dan
ditambahkan 0,1 g natrium karbonat (Na2CO3), lalu dipindahkan ke
dalam labu ukur 1000 mL kemudian diencerkan dengan air suling
sampai tanda batas dan dihomogenkan, setelah itu didiamkan larutan
ini selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi.i). Larutan
Na2S2O3 0,01 NDiambil 50 mL larutan induk Na2S2O3 dan dimasukan ke
dalam labu ukur 500 mL dan diencerkan dengan air suling sampai
tanda batas, lalu dihomogenkan.j). Larutan asam klorida (HCL) 1
MDimasukan 83 mL larutan induk HCL 37% ( 1,19 g/mL) ke dalam labu
ukur 1000 mL yang berisi kurang lebih 300 mL air suling dan
diencerkan dengan air suling sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.
k). Larutan asam sulfamat (NH2SO3H) 0.6% b/vDilarutkan 0,6 g asam
sulfamat ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan air suling
sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.l). Larutan asam fosfat
(H3PO4) 3 MDilarutkan 205 mL H3PO4 85% ( 1,69 g/mL) ke dalam labu
ukur 1000 mL yang berisi kurang lebih 300 mL air suling dan
diencerkan sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.m). Larutan induk
pararosanilin hidroklorida (C19H17N3.HCL) 0,2%Larutkan 0,2 g
pararosanilin hidroklorida ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan
dengan larutan HCL 1 M sampai tanda tera, lalu homogenkan.n).
Penentuan kemurnian pararosanilinDiambil 1 mL larutan induk
pararosanilin dan dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL, setelah itu
diencerkan dengan air suling sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.
Setelah itu 5 mL larutan diatas dan 5 mllarutan penyangga asetat
diambil dan dimasukan ke dalam labuukur 50 mL, kemudian diencerkan
dengan air suling sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.Setelah 1
jam diukur serapannya pada panjang gelombang 540 nm
denganspektrofotometer.Kemurnian larutan induk pararosanilin
dihitung dengan rumus sebagai berikut. M = Keterangan :M :
kemurnian pararosanilin (%),A : serapan larutan pararosanilin,W :
berat pararosanilin yang digunakan untuk membuat 50 mL larutan
induk pararosanilin (g)21,3 : tetapan untuk mengubah serapan ke
berat
o). Larutan kerja pararosanilinDimasukan 40 mL larutan induk
pararosanilin ke dalam labu ukur 500 mL (bila kemurnian larutan
induk pararosanilin lebih kecil dari 100% perlu ditambahkan setiap
kekurangan 1% dengan 0,4 mL larutan induk pararosanilin), kemudian
ditambahkan 50 mL larutan asam fosfat 3 M dan diencerkan hingga
tanda batas dengan air suling, lalu dihomogenkan.p). Larutan
formaldehida (HCHO) 0,2% v/vDiambil 5 mL HCHO 36% (v/v) dan
dimasukan ke dalam labu ukur 1000 mL, setelah itu diencerkan dengan
air suling hingga tanda batas, lalu dihomogenkan.q). Larutan
penyangga asetat 1 M (pH = 4,74)Dilarutkan 13,61 g natrium asetat
trihidrat (NaC2H5O2.3H2O) ke dalam labu ukur 100 mL dengan 50 mL
air suling, setelah itu ditambahkan 5,7 mL asam asetat glasial
(CH3COOH) dan diencerkan dengan air suling sampai tanda batas, lalu
dihomogenkan.
3.4.1.1 Pengambilan Contoh UjiDisusun peralatan pengambilan
contoh uji. Setelah itu dimasukan larutan penjerap SO2 sebanyak 10
mL ke masing-masing botol penjerap, lalu diatur botol penjerap agar
terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Dihidupkan pompa
penghisap udara dan diatur kecepatan alir 0,5 L/menit sampai 1
L/menit setelah stabil dicatat laju alir awal F1 (L/menit).
Dilakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan dicatat
temperatur dan tekanan udara. Setelah 1 jam, dicatat laju alir
akhir F2 (L/menit) kemudian dimatikan pompa penghisap, kemudian
diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk
menghilangkan pengganggu.3.4.1.2Persiapan Pengujian3.4.1.2.1
Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat 0,01 NDipanaskan kalium
iodat (KIO3) pada suhu 180C selama 2 jam dan didinginkan dalam
desikator. Kemudian dilarutkan 0,09 g kalium iodat (KIO3) ke dalam
labu ukur 250 mL dan ditambahkan air suling sampai tanda batas,
lalu dihomogenkan.Dipipet 25 mL larutan kalium iodat dan dimasukan
ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.Ditambahkan 1 g KI dan 10 mL HCL
(1+10) ke dalam labu erlenmeyer tersebut.Labu erlenmeyer ditutup
selama 5 menit, lalu larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0,01 N sampai warna larutan kuning
muda.Ditambahkan 5 mL indikator kanji, dan titrasi dilanjutkan
sampai titik akhir (warna biru tepat hilang), lalu dicatat volume
larutan penitran yang diperlukan.Normalitas larutan natrium
tiosulfat tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut :N =
Keterangan N : konsentrasi larutan natrium tiosulfat dalam grek/L
(N),b : bobot KIO3 dalam 250 mL air suling (g),V1 : volume KIO3
yang digunakan dalam titrasi (mL),V2 : volume larutan natrium
tiosulfat hasil titrasi (mL),35,67 : bobot ekivalen KIO3 (BM
KIO3/6),250 : volume larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 250
mL,1000 konversi liter (L) ke mL.
3.4.1.2.2 Penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk
Na2S2O5Diambil 25 mL larutan induk Na2S2O5 dan 50 mL larutan iod
0,01 N, dimasukan ke dalam labu erlenmeyer dan disimpan dalam ruang
tertutup selama 5 menit. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan
larutan tiosulfat 0,01 N sampai warna larutan kuning muda.
Ditambahkan 5 mL indikator kanji dan dilanjutkan titrasi sampai
titik akhir (warna biru tepat hilang), dicatat volume larutan
penitran yang diperlukan (Vc). Dipipet 25 mL air suling sebagai
blanko ke dalam erlenmeyer dan dilakukan langkah-langkah di atas
(Vb).Konsentrasi SO2 dalam larutan induk tersebut dihitung dengan
rumus sebagai berikut : C = Keterangan : C : konsentrasi SO2 dalam
larutan induk Na2S2O5 (g/mL);Vb : volume natrium tiosulfat hasil
titrasi blanko (mL);Vc : volume natrium tiosulfat hasil titrasi
larutan induk Na2S2O5 (mL); N : normalitas larutan natrium
tiosulfat 0,01 N (N); Va : volume larutan induk Na2S2O5 yang
dipipet (mL); 1000 : konversi gram ke g32,03 : berat ekivalen SO2
(BM SO2/2)3.4.1.2.3 Pembuatan kurva kalibrasiAlat spektrofotometer
dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat. Dimasukan
masing-masing 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; dan 4,0 mL larutan
standar Na2S2O5 ke dalam gelas/tabung uji 25 mL dengan menggunakan
pipet volum atau buret mikro. Ditambahkan larutan penjerap sampai
volume 10 mL, ditambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6% dan
ditunggu sampai 10 menit, ditambahkan 2,0 mL larutan formaldehida
0,2%, ditambahkan 5,0 mL larutan pararosanilin diencerkan dengan
air suling sampai volume 25 mL, lalu dihomogenkan dan tunggu 30 60
menit, diukur serapan masing-masing larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm, setelah itu dibuat
kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah SO2 (g).3.4.1.2.4
Pengujian Contoh UjiDipindahkan larutan contoh uji ke dalam tabung
uji 25 mL dan ditambahkan 5 mL air suling untuk membilas.
Ditambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6% dan tunggu sampai 10
menit, ditambahkan 2,0 mL larutan formaldehida 0,2%, ditambahkan
5,0 mL larutan pararosanilin, diencerkan dengan air suling sampai
volume 25 mL, lalu dihomogenkan dan tunggu 30 60 menit, diukur
serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm, dibaca serapan contoh uji kemudian
dihitung konsentrasi dengan menggunakan kurva kalibrasi.
Langkah-langkah diatas dilakukan untuk pengujian blanko dengan
menggunakan 10 mL larutan penjerap.3.4.2 Perhitungan3.4.2.1 Volume
contoh uji udara yang diambilVolume contoh uji udara yang diambil,
diamati dan dikoreksi pada kondisi normal (25C, 760 mmHg) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut : V = t Keterangan :V ; volume
udara yang dihisap (L);F1 : laju alir awal (L/menit);F2 : laju alir
akhir (L/menit);Pa : tekanan barometer rata-rata selama pengambilan
contoh uji (mmHg) Ta : temperatur rata-rata selama pengambilan
contoh uji (K);298 : temperatur pada kondisi normal 25C (K);760 :
tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg).3.4.5.2 Konsentrasi sulfur
dioksida (SO2) di udara ambeina) Konsentrasi SO2 dalam contoh uji
untuk pengambilan contoh uji selama 1 jam dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
C = 1000
Keterangan :C : konsentrasi SO2 di udara (g/Nm3)a : jumlah SO2
dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (g)V : volume udara
pada kondisi Normal (L);1000 : konversi liter (L) ke m3.s3.5.
Penentuan CO2 denganBa(OH)23.5.1 Cara kerjaDilakukan penyerapan CO2
ke dalam larutan berisi 0,01 M Ba(OH)2 (Barium Hidroksida) yang
menghasilkan endapan BaCO3 (Barium Carbonat) selanjutnya kelebihan
Ba(OH)2 ini ditetes 2-3 tetes etanol dan indikator phenolphtalein
kemudian dititrasi kembali dengan larutan 0,01 M HCl.Ba(OH)2 + CO2
BaCO3 + H2OBa(OH)2 + 2HCl BaCl2 + 2H2O
Rumus perhitungan konsentrasi CO2 nya sebagai berikut
DenganCO2 = Kadar CO2 dalam udara ambien, (g/m3)Va = Volume
Ba(OH)2 , (liter)Ma = Konsentrasi Ba(OH)2 , (mol/liter)Vb = Volume
HCl untuk titrasi, (liter)Mb = Konsentrasi HCl, (mol/liter)BM =
Bobot Molekul CO2Vr = Volume udara terkoreksi pada 25 oC dan 760
mmHg, (m3)106 = Faktor Konversi g menjadi g
DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1999. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun
1999 tentang PengendalianPencemaran Udara. Jakarta.[BPDL] Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.1999.Catatan Kursus Pengelolaan
Kualias Udara.Jakara:BPDLFardiaz. 1992. Polusi Air dan
Udara.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.Kompas, 12 Desember 2007.
Konsolidasi Sebelas Negara Pemilik Hutan.Gramedia. Jakarta
Kristanto P. 2002.Ekologi Industri. Edisi Pertama, Cetakan
Pertama.
Nagara, T.A. 2008.Dampak Negatif Penggunaan Energi Fosil dari
Sektor Transportasi dan
Industri.URL:http://www.kamase.org/?p=162Purwadi,Joko.2006.
Analisis Tingkat Kebisingan dan Emisi Gas Buang Dijalan Slamet
Riyady dan Aletrnaif Solusinya.[Tesis]Universias
Muhammadiyah,SurakaraSoedjono. 2002.Pengaruh kualitas udara (Debu,
Cox, NOx, SOx) Terminal Terhadap Gangguan Fungsi Paruh Pada
Pedagang Tetap Terminal Bus IndukJawaTengah. [Tesis] Universitas
Diponegoro; Semarang.Suhedi, F. 2005. Emisi CO2 dari Konsumsi
Energi Domestik. Pusat Litbang Permukiman Departemen Pekerjaan
UmumSurakusumah Wahyu.2007. Konsensus Global Sebagai Solusi
PermasalahanLingkungan Global (Pemanasan Global) .
Jakarta:Universitas Indonesia
Stoker,H.S. dan Seager S.L.1972.Environmenal dan Chemistry:Air
and Water Pollution.Scott.Foresman and CO,London
FST KIMIA UNDANA _PENCEMARAN CO2 DAN NO2 DIUDARA AMBIEN_IBRAHIM
TEFIPage 1