PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT ATIKA NUR FADHILLA P27220016 059 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN 2019
74
Embed
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMBERIAN TERAPI RANGE OF ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)
PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS
UNTUK MENINGKATKAN
KEKUATAN OTOT
ATIKA NUR FADHILLA
P27220016 059
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019
i
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN TERAPI RANGE OF MOTION (ROM)
PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR CRURIS
UNTUK MENINGKATKAN
KEKUATAN OTOT
Proposal Karya Tulis ini Disusun Sebagai Salah Satu
Persyaratan Menyelesaikan Progam Pendidikan DIII Keperawatan
ATIKA NUR FADHILLA
P27220016 059
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian
TerapiRange Of Motion (Rom) Pada Pasien Post Orif Fraktur Cruris
Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Tahun 2018”ini dapat
terselesaikan.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu
persyaratan melanjutkan KTI dan kelulusan program studi DIII
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Surakarta. Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini dapat tersusun karena adanya bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini. Maka pada kesempatan kali ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada yang
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk
menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Surakarta.4. Sunarsih Rahayu,Skep.,Ns.,Mkep selaku Ketua Program Studi
DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk
menimba ilmu di Politeknik Kesehatan Surakarta.5. Sugiyarto.SST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.6. Seluruh dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.7. Orang tua saya, Ibu Wahyuni dan Bapak Setyo Handoko yang
telah memberikan dorongan baik moral maupun materil yang
tak terhingga besarnya selama penyusunan Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini.8. Adik saya, Abdurrahman Thariq Alkindiy yang selalu
memberikan semangat dan menanti keberhasilan penulis.9. Keluarga “3B D3 Keperawatan” yang saling memberi
semangat dan motivasi. 10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Surakarta yang memberikan dukungan moril dan
spiritual.
3
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Semoga studi kasus ini dapat bermanfaat aamiin.
Surakarta,
Oktober2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL DALAM................................................................iPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................iiLEMBARPERSETUJUAN....................................................................................iiiLEMBAR PENGESAHAN..................................................................iiKATAPENGANTAR..............................................................................................v.DAFTAR ISI...............................................................viiDAFTAR TABEL............................................................................viiiBAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................4B. Rumusan Masalah............................................................4C. Tujuan..............................................................................4
1. Tujuan Umum...............................................................42. Tujuan Khusus..............................................................4
D.Manfaat............................................................................51. Masyarakat...................................................................52. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan 53. Penulis..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................7A. Konsep Dasar...................................................................7
1. Fraktur..........................................................................72. Konsep mobilisasi ......................................................20
4
3. Konsep asuhan Keperawatan dengan Pemberian TerapiROM Pasif dalam menigkatkan kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris...................................23
4. Prosedur ROM (Range of Motion)...............................30B. Kerangka Teori...............................................................37C. Kerangka Konsep Penelitian...........................................38
BAB III METODE STUDI KASUS.....................................................39A. Rancangan Studi Kasus..................................................39B. Subjek Studi Kasus.........................................................39C.Definisi
E. Tempat dan Waktu.........................................................40F. Pengumpulan Data.........................................................40
5. Instrumen studi kasus................................................42G.Metode Analisa Data......................................................43H.Etika Studi Kasus............................................................43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABELHalaman
Tabel 2.2Intervensi keperawatan................................................27Tabel 2.3Jenis terapi ROM...........................................................32Tabel 2.4Tabel gerakan ROM pasif...............................................33Tabel 3.1 Definisi operasional...............................................................................40
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Standar Operasional Prosedur ROMLampiran 2: Format Penilaian Kekuatan OtotLampiran 3: Lembar Observasi Kekuatan OtotLampiran 4: LembarAnalisa DataLampiran 5:Lembar Diagnosa KeperawatanLampiran 6: Lembar Catatan PerkembanganLampiran 7: LembarCatatanKeperawatanLampiran 8: Penjelasan untuk Mengikuti PenelitianLampiran 9: Lembar Persetujuan Menjadi Pasien KelolaanLampiran10 :Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Studi Kasus
6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dan
semakin pesatnya kemajuan teknologi memberikan berbagai kemudahan
salah satunya tercapainya sarana dan prasarana dari berbagai bidang
contohnya transportasi. Dampak dari kemajuan transportasi tersebut
adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pengendara dan
banyaknya pelanggaran yang mengakibatkan permasalahan seperti cedera
dan patah tulang. Fraktur adalah salah satu ancaman dari dampak negatif
kemajuan transportasi yang menyebabkan gangguan biologis dan
menimbulkan respon nyeri.
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-
2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Kemenkes RI
2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur pada
ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevelensi yang paling
tinggi diantara lainnya yaitu sekitar 46,2 %. Dari 45.987 orang dengan
kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur (Kemenkes RI, 2011). Peristiwa
kematian akibat kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia sebesar 1,25 juta
2
pada tahun 2013 dimana angka tersebut menetap sejak tahun 2007 (WHO,
2015).
Demikian pula di Indonesia sendiri cedera kecelakaan lalu lintas
dan kematian yang terjadi sudah menjadi masalah sangat serius. Prevelensi
cedera nasional sekitar 8,2 %, dengan prevelensi tertinggi ditemukan di
Sulawesi Selatan yaitu sebanyak (12,8 %) dan terendah di Jambi (4,5%)
Prevelensi cedera hasil Riskesdas 2013 meningkat dibandingkan
Riskesdas 2007, penyebab akibat kecelakaan adalah sepeda motor 40,6 %,
terbanyak laki-laki dan rata-rata berusia produktif 15-24 tahun (Riskesdas,
2013). Proporsi cedera karena kecelakaan transportasi darat (sepeda motor
dan kendaraan lain) meningkat dari 25,9 % (Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Tahun 2008) menjadi 47,7 % (Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan 2013). Data stastistik transportasi darat
indonesia yang bersumber dari Korlantas POLRI melaporkan bahwa
jumlah kejadian kecelakaan yang tinggi terdapat diprovinsi Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan Jawa Timur pada tahun 2013-2014 terjadi penurunan
jumlah kecelakaaan namun proporsi kejadian meninggal dan luka berat
tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Fraktur merupakan istilah
dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
atau sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik,
keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan
3
menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan trauma muskuloskeletal, fraktur
dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini terjadi apabila disamping
kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang disertai
pula fraktur persendian tersebut (Noor, 2016).
World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Haynes et al
(2009) menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan bedah
telah menjadi komponen yang sangat penting dari perawatan kesehatan di
seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 234 juta tindakan
pembedahan yang dilakukan diseluruh dunia. Tindakan pembedahan yang
dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh pasien
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman yaitu nyeri. Nyeri dapat
memperpanjang proses penyembuhan karena akan mengganggu
kembalinya aktivitas pasien dan menjadi salah satu alasan pasien untuk
tidak ingin bergerak atau melakukan mobilisasi dini dikarenakan pasien
merasa takut dan ragu . Pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan
mobilisasi sesegera mungkin untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
dan menurunkan insiden komplikasi pasca operasi.
Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post Open Reduction and
Internal Fixation (ORIF) fraktur cruris adalah keterbatasan untuk
menggerakkan ekstremitas bawah yang dapat menyebabkan kecacatan
4
fisik maka diharuskan melakukan rentang gerak berupa Range of motion
(ROM) untuk meningkatkan kemampuan otot dan sendi . Rentang gerak
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan otot. Lingkup rentang gerak itu
sendiri mencakup exercise atau range of motion (ROM). Range of motion
(ROM) yang artinya ruang lingkup gerak sendi. Arti dari ROM adalah
segenap gerakan sendi yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan. ROM adalah latihan yang dapat dilakukan oleh
perawat, pasien, atau anggota keluarga dengan menggerakkan tiap-tiap
sendi secara penuh jika memungkinkan tanpa menyebabkan nyeri.
Dengan ini peneliti tertarik untuk meneliti betapa pentingnya
dilakukan Range Of Motion (ROM) untuk meningkatkan kekuatan otot
pada pasien post ORIF fraktur cruris karena dapat mempercepat
penyembuhan dan juga mencegah komplikasi pada pasien agar pasien juga
untuk meningkatkan mobilitas pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pemberian terapi Range Of Motion (ROM) untuk
meningkatkan kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris?
5
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Menggambarkan terapi Range of Motion (ROM) untuk meningkatkan
kekuatan otot pada pasien post ORIF fraktur cruris.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian terapi Range Of Motion (ROM) pada
pasien fraktur cruris.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan pasien dengan Range Of
Motion (ROM) pada pasien fraktur cruris.
c. Menggambarkan intervensi keperawatan Range Of Motion (ROM)
pada pasien fraktur cruris.
d. Menggambarkan implementasi keperawatan Range Of Motion
(ROM) pada pasien fraktur.
e. Menggambarkan evaluasi Range Of Motion (ROM) pada pasien
fraktur cruris.
f. Menggambarkan manfaat Range Of Motion (ROM) pada pasien
fraktur cruris untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Pasien
Meningkatkan pengetahuan pasien fraktur dalam meningkatkan
kekuatan otot dengan terapi Range Of Motion (ROM).
6
2. Institusi Pelayanan Keperawatan
Dapat digunakan untuk perbandingan dengan karya tulis ilmiah yang
lain dan juga dapat menjadi bahan bacaan dalam menunjang proses
belajar mengajar.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur terapi
range of motion (ROM) dalam meningkatkan kekuatan otot pada
pasien post ORIF fraktur cruris.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Fraktur
a. Definisi Fraktur Cruris
Fraktur cruris atau tibia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang
tibia-fibula. Secara klinis dapat berupa fraktur terbuka bila disertai
kerusakan pada jaringan lunak yaitu meliputi otot, kulit, jaringan saraf,
dan pembuluh darah (Noor, 2012).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang pada
umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu, fraktur
merupakan rusaknya kontinuitas tulang dapat disebabkan oleh tekanan
eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat
diserap oleh tulang (Asikin, 2016).
Fraktur adalah istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik (Thomas, 2011).
b. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab,
klasifikasi jenis, klasifikasi klinis, dan klasifikasi radiologis.
8
1) Klasifikasi penyebab
a) Fraktur Traumatik
Penyebabnya adalah trauma yang mendadak mengenai
tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu
menahan trauma tersebut sehingga menjadi fraktur.
b) Fraktur Patologis
Penyebabnya adalah kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi
pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah karena
tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali
menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling
sering dari fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor, baik
primer maupun metastasis.
c) Fraktur Stres
Disebabkan oleh trauma yang terus-menerus pada suatu
tempat tertentu.
d) Klasifikasi Jenis
(1) Fraktur tertutup (close fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak
ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
9
(2) Fraktur terbuka (open fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam (from within)
atau dari luar (from without).
(3) Fraktur dengan kompliksi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai
dengan komplikasi misalnya mal-union, delayed union,
non-union, serta infeksi tulang.
e) Klasifikasi Radiologis
Klasifikasi fraktur berdasarkan radiologis yaitu penilaian
lokalisasi/ letak fraktur, meliputi : diafisial, metafisial,
intraartikular, dan fraktur dengan dislokasi.
Fraktur radiologis berdasarkan sudut patah.
(1) Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,
segmen-segmentulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-
segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan
bidai atau gips.
10
(2) Fraktur kuminutif
Adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan
jaringan dimana terdapat lebih dari dua dragmen tulang.
(3) Fraktur oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
(4) Fraktur segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai
darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya,
satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan
sulit sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan
secara bedah.
(5) Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua
tulang menumbuk tulang yang berada diantaranya,
seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya (sering
disebut dengan brust fracture). Fraktur pada korpus
vertebra ini dapat di diagnosis dengan radiogram.
Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukkan
pengurangan tinggi vertical dan sedikit membentuk
sudut pada satu beberapa vertebra.
11
c. Etiologi
Tekanan berlebihan/ trauma langsung pada tulang, dapat
menyebabkan suatu retakan. Ini mengakibatkan kerusakan pada otot
sekeliling dan jaringan, mendorong ke arah perdarahan, edema, dan
kerusakan jaringan lokal. Pada awalnya setelah rusak, perdarahan di
area menyebabkan pembentukan hematoma. Sel penyebab radang
masuk area. Jaringan pembutiran menggantikan hematoma. Perubahan
seluler melanjut dan suatu union yang disebut sebagai callus pun
berkembang. Osteoblast terus masuk ke area. Jaringan berserat dalam
area yang patah berubah menjadi tulang. Lokasi retak mungkin hanya
retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang
tidak terjadi di sepanjang tulang dianggap sebagai fraktur tidak
sempurna. Fraktur dapat juga terjadi pada semua tulang patah menjadi
dua/ lebih potong , yang dikenal sebagai fraktur lengkap. Jaringan otot
sekitar yang melekat diatas dan di bawah area fraktur di dalam suatu
otot akan terus menciptakan tegangan pada titik pertemuan tulang dan
semakin menarik potongan sehingga bengkok (Asikin, 2016).
Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu trauma (kekerasan
langsung dan kekerasan tidak langsung). Stres berulang, serta tulang
yang lemah secara abnormal.
12
Berdasarkan penyebab :
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering kali bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat kekerasan. Bagian yang patah biasanya merupakan
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan
(Noor, 2016).
d. Patofisiologi
Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak dibawah subkutan
memberikan dampak terjadinya risiko fraktur terbuka lebih sering
dibandingkan tulang panjang lainnya apabila mendapatkan suatu
trauma. Mekanisme cedera dari fraktur cruris dapat terjadi akibat adanya
daya putar atau puntir dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua
tulang kaki dalam tingkat yang berbeda. Daya angulasi menimbulkan
fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama.
Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat
menembus kulit. Cedera langsung akan menembus atau merobek kulit
diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling
sering menyebabkan terjadinya fraktur.
13
Tulang bersifat rapuh, namun cukup memiliki kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah, serta saraf dalam korteks, sumsum tulang, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang menjadi rusak. Akibatnya, terjadilah
perdarahan dan membentuk hematoma dirongga medula tulang.
Jaringan tulang akan langsung berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan
leukosit, serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Noor, 2016).
e. Manifestasi Klinik
1) Deformitas atau kelainan bentuk merupakan suatu keluhan yang
menyebabkan pasien meminta pertolongan layanan kesehatan.
2) Rentang gerak abnormal membutuhkan tulang yang utuh agar otot
menarik dan menciptakan gerakan jika fraktur terjadi dekat sendi,
bengkak dapat membatasi rentang gerak.
3) Bengkak/ edema pada lokasi karena reaksi radang akibat kerusakan
jaringan.
4) Pemendekan kaki dan perputaran eksternal adalah hal biasa setelah
retak (fraktur).
14
f. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi terdiri dari Rontgen, CT scan, atau MRI.
Pemeriksaan yang penting untuk dijadikan sebagai penunjang yaitu
pencitraan menggunakan foto rontgen. Untuk mendapatkan
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) jika terdapat indikasi untuk
memperlihatkan patologi yang dicari karena adanya superposisi.
PENGERTIAN Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkanpersendian klien sesuai dengan rentang geraknya.
TUJUAN Menjaga fleksibilitas dari masing-masing persendian.INDIKASI Kelemahan otot
Fase rehabilitasi medikKlien dengan tirah baring lama
PETUGAS PerawatKONTRAINDIKASI
Tromboli/ emboli pada pembuluh darahKelainan sendi/ tulangKlien dengan tirah baring lama
PROSEDURPELAKSANAA
N
1) Fase Pra Interaksia) Membaca catatan pasien
2) Fase Orientasia) Memberikan salam dan tersenyum kepada pasien/keluargab) Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukanc) Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukand) Menjelaskan waktu yang akan digunakan untuk
pelaksanaan tindakane) Menjaga privasi pasien dengan memasang tirai (bila perlu)f) Mengatur posisi klien sesuai indikasi
3) Fase Kerjaa) Cuci tanganb) Jaga privasi klien dengan menutup skalselc) Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang diajarkan
dan minta klien untuk dapat bekerja samad) Atur ketinggian tempat tidur yang sesuaie) Posisikan klien sesuai anjuranf) Buka bagian tubuh yang akan digerakkan
4) Fase Terminasia) Merapikan alat yang digunakan dan mengembalikan pada
tempatnyab) Mengkaji respon pasien setelah pemberian terapi Range
Of Motion (ROM)c) Mencuci tangand) Mendokumentasikan tindakan dengan mencatat secara
jelas sesuai ketentuan institusiDOKUMENTERKAIT
Reni, P, G., Armayanti,. (2014). Pemberian latihan rentang gerak terhadap fleksibilitas anggota gerak sendi. Fakultas Ilmu Keperawatan Unand. Ners Jurnal Keperawatan Volume 10 Nomer 1, Oktober 2014 tersedia di http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/download/41/36