BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkatDi negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan adasekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun. Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diarepada orang dewasa per
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 g atau 200ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa
disertai lendir dan darah.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkatDi negara maju diperkirakan insiden sekitar 0,5-2
episode/orang/tahun sedangkan dinegara berkembang lebih dari itu. Di USA
dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada
dewasa terjadi setiap tahunnya.WHO memperkirakan adasekitar 4 miliar kasus
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode
diarepada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989
jumlah kasus diare . didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat
0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama
disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli,
Dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella
dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC). Beberapa faktor epidemiologis penting dipandang
untuk mendekati pasien diare akut yang
disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman terkontaminasi, sanitasi
lingkungan yang buruk, berpergian ke daerah endemik , HIV positif atau AIDS,
merupakan petunjuk penting dalam mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk
diare infeksi.
Salah satu program pada Puskesmas Sukasada II adalah program pencegahan
penyakit menular, salah satunya diare yang bertujuan Untuk mengendalikan
penyakit diare di wilayah kerja puskesmas Sukasada II Diharapkan, program ini
dapat meurunkan jumlah penderita diare Namun, pada kenyataannya kasus Diare
di wilayah kerja puskesmas Sukasada masih tinggi Berdasarkan laporan tahunan
puskesmas Sukasada II kabupaten Buleleng, jumlah usila di daerah tersebut juga
termasuk tinggi. Pada tahun 2011, didapatkan jumlah penderita diare 52 kasus
dan dalam laporan program P2M mengatakan bahwa cakupan penangan diare
masih rendah yaitu 8,8 persen yang dianggap bahwa penanganan awal yang
harusnya ke Puskesmas atau Pustu belum dilaksanakan sehingga mungkin terjadi
kekurang pengetahuan mengenai penanganan awal diare dan pengobatannya.
Pada Laporan Program kesehatan lingkungan dikatakan bahwa penggunaan
jamban keluarga masih dibawah target yaitu dibawah 80 persen dan dianggap
masih rendahnya Perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat wilayah kerja
Puskesmas Sukasada II walaupun belum ada angka yang menyebutkan persentase
setiap desa.
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi kejadian diare . Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
sanitasi lingkungan, keadaan sosial ekonomi dan hygiene makanan . Faktor-
faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki,
sehingga dengan memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan
angka kesakitan dan kematian diare (Irianto, 2000, Warouw, 2002, Asnilet al,
2003).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengetahui gambaran
pola hidup, sanitasi lingkungan serta sosial ekonomi yang menjadi faktor resiko
terjadinya diare pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas sukasada II
September 2012
1.2 Identifikasi masalah
Bagaimanakah gambaran pola hidup, sanitasi lingkungan serta sosial ekonomi
yang menjadi faktor resiko terjadinya diare pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas sukasada II September 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola hidup, sanitasi lingkungan serta sosial ekonomi
yang menjadi faktor resiko terjadinya diare pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas sukasada II bulan September 2012?
1.3.2Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pola hidup pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas sukasada II
b. Untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan pada masyarakat di wilayah
kerja puskesmas sukasada II
c. Untuk mengetahui status sosial ekonomi pada masyarakat di wilayah kerja
puskesmas sukasada II
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Bagi Puskesmas
Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun
langkah-langkah strategi dalam mencegah serta menurunkan jumlah penderita
diare di wilayah kerja puskesmas Sukasada II
1.4.2 Bagi Peneliti
1. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang
didapat selama pendidikan di bagian IKK/IKP Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
membuat penelitian ilmiah.
2. Menambah pengetahuan peneliti tentang pola hidup, sanitasi lingkungan serta
sosial ekonomi yang menjadi factor resiko terjadinya diare pada masyarakat di
wilayah kerja gambaran di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian
yang lebih luas di masa yang akan datang
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai pentingnya partisipasi anggota masyarakat
dalam memperhatikan penerapan pola hidup bersih serta sanitasi lingkungan
untuk mencegah penyebaran penyakit diare.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari (DepKes
RI,2005). Diare juga didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya / lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah (WHO 1999). Secara klinik
dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare
persisten. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu
sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak
lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu
maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak
berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24
jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut.
Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare
kronik. Pada feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala ikutan
dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam dan tanda-
tanda dehidrasi (SE Goldfiner,2009).
2.2 Prevalensi
Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama sampai ke empat pasien
dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. Di negara maju diperkirakan insiden
sekitar 0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu.
Di USA dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut
pada dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar
kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun (P Tjaniadi,
2003).
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi
masyarakat, tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1
dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan
waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter
jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC) (ACC Jones,2004) sedangkan di
negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk
setiap tahun. Di Afrika penduduknya terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya, di banding di negara berkembang lainnya yang hanya mengalami
serangan diare 3 kali setiap tahunnya. (ACC Jones,2004).
Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak dinegara
berkembang, dan penyebab terpenting kejadian malnutrisi.5 Di dunia,sebanyak 4
sampai 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare,dimana sebagian besar
kematian tersebut terjadi di negara berkembang.Pada tahun 2003, kira-kira 1.87
juta anak di bawah usia lima tahun (balita) meninggal karena diare. Delapan dari
10 kematian tersebut terjadi di bawah usia dua tahun.
Di indonesia sendiri Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang karena morbiditas dan mortalitas-nya yang
masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen
Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi
374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih
sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.). Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering
menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu
Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke
6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan,
Difteri dan Campak.
2.3 Patogenesis dan patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai
berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik; 2).
Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi
asam empedu, malabsorbsi lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport
elektrolit aktif di enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6).
Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut diare
imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (World
Gastroenterology Organization, 2005).
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara
klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari
diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau
Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum
(gangguan absorbs garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium