Top Banner
1 EKOWISATA SUNGAI CODE UTARA DI KAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA BERBASIS KOMUNITAS Oleh: Totok Pratopo, Ketua Forum Masyarakat Code Yogyakarta Suparwoko, Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia Alamat: Jetisharjo JT2/519 Yogayakarta Hp. 081328802207
19

proposal 24 Code Kota Lestari

Jun 14, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: proposal 24 Code Kota Lestari

1

EKOWISATA SUNGAI CODE UTARA DIKAWASAN PERKOTAAN YOGYAKARTA

BERBASIS KOMUNITASOleh:Totok Pratopo, Ketua Forum Masyarakat Code YogyakartaSuparwoko, Jurusan Arsitektur Universitas Islam Indonesia

Alamat: Jetisharjo JT2/519 Yogayakarta Hp. 081328802207

Page 2: proposal 24 Code Kota Lestari

2

I. Latar Belakang

Sebagai salah satu entitas ruang, sungai memiliki karakteristik yang cukup unik. Hampir

seluruh peradaban agraris yang ada saat ini berawal dari keberadaan sebuah sungai. Dalam

konteks ini, sungai berfungsi sebagai penyedia air bersih sehingga area di sekitar sungai

cenderung memiliki ekosistemnya sendiri. Ekosistem sungai memiliki ketergantungan penuh

terhadap kondisi sungai secara keseluruhan, mulai dari bagian hulu hingga hilir. Apa yang

terjadi di bagian hulu akan memberi dampak pada ekosistem di bagian hilir sehingga sejatinya

penataan sungai tidak dapat dibatasi oleh batas administratif tetapi lebih pada batasan ekologis

(Maryono, 2005).

Sayangnya, keberadaan sungai terutama di kawasan perkotaan cenderung

mengabaikan fungsi sungai sebagai penyedia air bersih ataupun fungsi ekologisnya dan lebih

menekankan pada fungsi sungai sebagai saluran drainase dan pembuangan limbah yang

tersedia secara gratis. Frekuensi terjadinya bencana seperti banjir dan longsor pada kawasan

bantaran sungai pada akhirnya malah semakin mengubah morfologi sungai dan berfungsi

sebagai pemecahan masalah secara parsial tanpa menyadari bahwa perubahan morfologi

sungai tentunya akan berdampak pada ekosistem di bagian hilir.

Kondisi inilah yang juga terjadi di Sungai Code. Sebagai salah satu dari tiga sungai

utama yang membelah Kota Jogja, Sungai Code lebih sering diperlakukan sebagai saluran

drainase dan pembuangan limbah rumah tangga berikut limbah industri skala kecil daripada

dihargai sebagai sumber air bersih (Setiawan, 2003). Akibatnya, kondisi sungai Code menjadi

tercemar, bahkan sempat menjadi sungai paling tercemar dibnading tiga sungai lainnya di Jogja

(Harian Jogja, 2007). Ditambah lagi, kawasan bantaran sungai Code telah banyak dirambah

sebagai kawasan permukiman padat tanpa mempedulikan sempadan sungai seperti yang diacu

dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63/Prt/1993.

Sejauh ini, kawasan Code telah banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak. Namun,

sebagian besar hanya berakhir sebagai hasil penelitian ataupun wacana penataan oleh

pemerintah tanpa tindak lanjut lebih jauh. Beberapa di antaranya seperti wacana menjadikan

Code seperti sungai di Venezia terkesan terlalu muluk dan membutuhkan dana dalam jumlah

yang cukup besar, selain juga waktu implementasi yang cukup lama. Dari titik ini, Code

membutuhkan sebuah penataan yang tidak hanya komprehensif (menyeluruh dengan

mempertimbangkan hubungan hulu-hilir sungai), tetapi juga bersifat ekologis dan partispatif.

Konsep partisipatif di sini memiliki artian agar komunitas lokal memiliki rasa kepemilikan dan

Page 3: proposal 24 Code Kota Lestari

3

selanjutnya penghargaan yang lebih tinggi terhadap Sungai Code sehingga program penataan

Code dapat bersifat implementable. Selain itu juga bertumpu pada kearifan lokal, sebagai

bagian dari efisiensi pelaksanaan program dan memberikan nilai tambah berupa keunikan dan

daya tarik wilayah.

Ekowisata sebagai sebuah konsep yang menggabungkan antara aspek ekologi dan

pariwisata diadaptasi menjadi konsep penataan untuk sungai Code dengan menambahkan

aspek partisipasi masyarakat di dalamnya. Sebagai langkah awal, program ekowisata Sungai

Code ini akan mengambil lokasi di bagian hulu sungai, yaitu kawasan Code bagian tengah-utara.

Selain masih memiliki beberapa ruang terbuka hijau, diharapkan dengan pemilihan lokasi

tersebut akan dapat memberikan dampak positif tidak hanya untuk ekosistem di bagian penggal

sungai tersebut tetapi juga dirasakan oleh ekosistem di bagian hilir (selatan).

Di masyarakat sendiri, istilah ekowisata belum cukup populer ataupun dipahami dengan

cukup baik. Pemahaman yang ada biasanya hanya terbatas pada aspek wisata tetapi kurang

memperhatikan aspek ekologisnya. Mengenai aspek ekologis tersebut, diperlukan upaya untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat yang tinggal di bantaran sungai tentang pentingnya

menjaga kualitas ekologi sungai beserta bagaimana carannya. Landasan sosial budaya ini

merupakan landasan pengembangan bagi ekowisata Sungai Code. Setelah memantapkan

landasan sosial budaya diharapkan akan lebih mudah untuk mengimpelementasikan

pengembangan yang bersifat fisik.

Lebih lanjut, program ekowisata Sungai Code tidak berhenti pada perbaikan fungsi

ekologi saja melalui peningkatan kesadaran sosial budaya masyarakat, tetapi juga meletakkan

landasan ekonomi. Aspek ekonomi perlu diperhitungkan di sini, karena umumnya komunitas

yang tinggal di kawasan bantaran sungai berasal dari kalangan ekonomi bawah (survei

pendahuluan, 2009). Jika untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja masih sangat sulit,

bagaimana dapat memperhatikan kondisi ekologis lingkungan tempat tinggalnya ? Berawal dari

pemikiran ini, maka tercetus konsep ekowisata Sungai Code yang tidak hanya terfokus pada

aspek ekologis, tetapi juga bagaimana mengelola kekayaan ekologis tersebut agar memberikan

dampak ekonomi langsung terhadap komunitas bantaran sungai. Upaya mengangkat ekonomi

likal tersebut dapat dilakukan dengan sektor wisata. Sejumlah penelitian telah mengungkapkan

bahwa Code menyimpan sejumlah potensi wisata (Jawa Pos, 2008; Pemkot, 2008 ; Puspar

UGM, 2009).

Page 4: proposal 24 Code Kota Lestari

4

II. Tujuan

Pelaksanaan program Ekowisata Sungai Code ini bertujuan untuk :

1. Meletakkan landasan sosial-budaya dan ekonomi bagi pengembangan ekowisata

Sungai Code berbasis masyarakat

2. Meningkatkan penghargaan komunitas bantaran Sungai Code terhadap keberadaan

Sungai Code

3. Meningkatkan kualitas fisik lingkungan dan ekologis Sungai Code

4. Meningkatkan kapasitas komunitas bantaran Sungai Code dalam pengelolaan Sungai

Lestari di kawasan perkotaan Yogyakarta

III. Manfaat

Program ekowisata Sungai Code diharapkan dapat membawa dampak positif berupa manfaat

terutama bagi kondisi sungai Code itu sendiri dan juga komunitas bantaran Kali Code :

1. Perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan di kawasan bantaran Kali Code

2. Peningkatankesejahteraan masyarakat melalui perbaikan kapasitas sosial ekonomi

komunitas bantaran Kali Code sebagai dampak ikutan dari peningkatan kualitas

lingkungan sungai Code

3. Meningkatkan pembangunan pariwisata wilayah kota Yogyakarta

Perumusan pendekatan dan identifikasi manfaat dari pelaksanaan program ekowisata Sungai

Code di Kota Jogja dijelaskan secara lebih rinci pada profil wilayah dan landasan

pengembangan.

Batasan Wilayah

Secara admimistratif, aliran Sungai Code meliputi 3 wilayah administratif, yaitu Kabupaten

Sleman di bagian hulu, Kota Yogyakarta di bagian tengah, dan Kabupaten Bantul di bagian hilir.

Untuk program ekowisata Sungai Code ini, cakupan pelaksanaan program adalah Sungai Code

bagian tengah-utara melintasi Jembatan Sardjito dan Jembatan Gondolayu. Berikut adalah

photo mapping dari wilayah cakupan program :

Page 5: proposal 24 Code Kota Lestari

5

Sungai Code berikut photo mapping bantaran Kali Code

Cakupan area program adalah area yang berada pada lingkaran merah bagian utara

(foto nature). Di area tersebut, masih dapat dijumpai area terbuka hijau yang masih dapat

terselamatkan untuk konservasi ekologi sekaligus untuk pengembangan wisata.

Landasan Pengembangan

Program ekowisata Sungai Code merupakan sebuah program dengan tingkat

kemungkinan implementasi yang tinggi. Sejumlah landasan pengembangan telah diidentifikasi

sebelumnya, meliputi survei pendahuluan, analisa fisik wilayah dan identifikasi potensi.

1. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan yang telah dilakukan di sini meliputi observasi lapangan. Dari

obeservasi lapangan diketahui bahwa 2,14% penduduk Jogja tinggal di bantaran sungai,

termasuk tinggal di bantaran Sungai Code. Sebagian besar (53%) penduduk yang

tinggal di bantaran Kali Code telah tinggal di lokasi yang sama selama 25 tahun.

Page 6: proposal 24 Code Kota Lestari

6

Rentang waktu yang cukup lama tersebut membuat ikatan antar warga menjadi kuat

dan membentuk komunitas Code. Sayangnya, hampir semua penghuni bantaran Code

merupakan penghuni ilegal, hanya 38% yang memiliki SHM (Sertifikat Hak Milik).

Selain observasi lapangan tentang kondisi fisik, dan sosial ekonomi, juga dilakukan

wawancara pendahuluan dengan 100 orang yang merupakan komunitas lokal bantaran

Kali Code. Pertanyaan wawancara adalah jika ada bantuan program, apa yang mereka

ingin lakukan terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Hasil wawancara tersebut

adalah sebagai berikut :

a. 25% responden menginginkan adanya perbaikan sanitasi

b. 25% menginginkan adanya penataan lingkungan dan penambahan fasilitas

kebersihan

c. 50% lainnya menginginkan adanya tamanisasi.

Hasil survei tersebut menggambarkan bahwa sebenanya responden telah memiliki

kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan dan merasa kualitas

lingkungan tempat tinggal mereka telah terdegradasi. Hal ini tampak dari keinginan

responden yang ingin meningkatkan kondisi kualitas lingkungan mereka dengan

perbaikan sanitasi, penambahan fasilitas kebersihan, ataupun tamanisasi.

2. Analisa Fisik Wilayah

Berdasarkan observasi lapangan di bantaran Kali Code, tata guna lahan telah

didominasi oleh permukiman padat. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi tercatat di

RT 69/RW 19 Dusun Karang Anyar Kelurahan Bronto Kusuman yaitu sebesar 481

jiwa/ha. Beberapa di antaranya cenderung ke arah kumuh. Jarak antara rumah hingga

badan sungai terbilang sangat dekat sehingga sebagian besar rumah warga berada di

kawasan rawan longsor. Selain itu, ditinjau dari segi kesehatan dan kualitas lingkungan,

kepadatan yang cukup tinggi tersebut menyebabkan komunitas Code rentan terhadap

beberapa jenis penyakit, terutama tubercolosis (Chrysantina, dkk 2004)

Page 7: proposal 24 Code Kota Lestari

7

Gambar : Pemukiman padat di bantaran sungai Code

Kondisi Sungai Code sendiri dapat dibilang telah tercemar. Air sungai berwana keruh

kecoklatan, dan tidak lagi jernih. Kerap ditemukan area bantaran yang dijadikan

sebagai tempat pembuangan sampah ilegal. Pembuangan limbah cair rumah tangga

pun kerap ditemukan langsung dialirkan ke badan sungai. Di sisi lain, masih terdapat

warga yang menggunakan air dar Sungai Code untuk keperluan MCK (mandi cuci

kakus).

Gambar : Tumpukan sampah di bantaran sungai Code (kiri), penggunaan air sungai

Code untuk MCK

Di penggal tengah-utara yang menjadi lokasi studi, masih dapat ditemukan ruang-ruang

terbuka yang cukup potensial sebagai area terbuka hijau. Penyediaan area terbuka

hijau sebagai taman komunitas dapat mengembalikan fungsi ekologi sungai dan

berfungsi menahan longsor. Perlu diketahui, kejadian longsor cukup sering terjadi di

bantaran Kali Code walaupun kejadian tersebut tidak memakan korban dalam jumlah

banyak.

Page 8: proposal 24 Code Kota Lestari

8

3. Identifikasi Potensi

Keberadaan Sungai Code sebagai salah satu dari tiga sungai besar yang membelah

kota Jogja menyimpan sejumlah potensi ekologis jika dikelola denghan baik. Fungsi

ekologis tersebut antara lain keanekaragaman hayati lokal baik flora maupun fauna,

sebagai penyedia air bersih, sebagai saluran drainase alami, dan sejumlah fungsi

estetik lainnya seperti menghadirkan unsur sejuk di wiliayah perkotaan. Pengembangan

dan pelestarian Sungai Code pada fungsi ekologisnya tentu saja membutuhkan dana

yang cukup besar. Padahal, kondisi ekonomi komunitas bantaran Sungai Code

tergolong rendah sehingga kepedulian mereka terhadap sungai juga rendah. Diperlukan

sebuah sistem pengelolaan ekologis yang tidak hanya memberi manfaat jangka

panjang dalam bentuk pelestarian lingkungan, tetapi juga manfaat jangka pendek dalam

bentuk peningkatan pendapatan ekonomi.

Pengembangan wisata ekologi di kawasan bantaran Sungai Code sebenanya adalah

suatu peluang yang siap dimanfaatkan kapan pun. Identifikasi potensi pengembangan

wisata Sungai Code antara lain sebagai berikut :

4. Identifikasi Potensi Pasar

Profil wisatawan di Kota Yogyakarta dalam upaya menyusun konsep dan strategi

pemasaran yang efektif dan tepat sasaran. Dari jumlah responden 800 wisatawan pada

bulan Mei-Juni 2008 diperoleh data antara lain; mayoritas wisatawan yang datang ke

jogja adalah anak muda berusia 20-24 tahun (17%) diikuti dengan remaja (abg)

sebanyak 14%. Pengeluaran wisata/hari untuk wisnus rata-rata < Rp. 500.000/hari

dengan nilai pembelanjaan: makan minum (26%), akomodasi (14,29%), cenderamata

(16,74%) dan transportasi (13,81%). Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang paling

banyak diminati adalah Budaya (62,2%), Kuliner (57%) dan Belanja (55%). Sedangkan

rata-rata lama tinggal wisatawan (Length of Stay) di Jogja adalah 3 dalam arti sebagian

besar tinggal di Jogja 1-3 hari (Puspar UGM, 2008).

Hingga tahun 2005, wisatwan yang berkunjung ke Yogyakarta mencapai 958.644. Jika

diasumsikan 2% dari angka tersebut bisa berkunjung ke kawasan dan pinggiran sungai

Code maka kira-kira 19.173 wisatwan akan memberikan kontribusi untuk makan minum

dan souvenir. Berdasarkan potensi pasar wisatawan Yogyakarta dan asumsi bahwa

25% belanja makanan dan souvenir bisa disediakan di kawasan sungai Code maka

bisa potensi ekonomi pasar wisata Code adalah sbb.:

Page 9: proposal 24 Code Kota Lestari

9

1. Potensi makan minum = (2% x 958.644) x (25% x 26%) x Rp. 500.000,-

= Rp. 623.118.600,-

2. Potensi Souvenir= (2% x 958.644) x (25% x 16%) x Rp. 500.000,-

= Rp. 383.457.600,-

Jika kawasan Sungai Code bisa dikembangkan secara baik akan mampu

mendatangkan wisatawan yang akan belanja hampir satu milyar rupiah per tahun dan

uang tersebut akan langsung masuk pada ekonomi masyarakat lokal sungai Code.

Sejauh ini, dari observasi lapangan di Jembatan Sardjiito dan Jembatan Gondolayu

pada sore hari dan cuaca cerah, kerap ditemukan banyak warga yang sekedar berhenti

sejenak di tepi jembatan dan melihat pemandangan sungai Code di bawahnya. Kerap

pula didapati aktivitas panjat tebing dari jembatan turun ke arah Sungai Code. Ini

mengindikasikan bahwa sebenarnya Code menyimpan potensi wisata yang cukup

besar dan pasar pun telah bersedia untuk merespon atraksi wisata tersebut.

Gambar : beberapa komunitas berkumpul di Jembatan Sarjito di sore hari untuk

sekedar ngobrol dan menikmati pemandangan atau melakukan olahraga panjat tebing

(29/10)

5. Identifikasi Potensi Infrastruktur

Lebih jauh lagi, potensi wisata ekologi tersebut dapat dikembangkan melalui pembuatan

lokasi khusus semacam gardu pandang dilengkapi dengan akses jalan ke bantaran

sungai. Akses jalan ini dapat berupa jalan setapak yang nantinya dapat difungsikan

Page 10: proposal 24 Code Kota Lestari

10

sebagai jogging track. Untuk saat ini, beberapa akses jalan sudah tersedia hanya saja

kondisi ruang di sekitarnya kurang terawat.

Gambar : Aksesibilitas jalan di sepanjang bantaran Kali Code yang dapat berfungsi sebagai

jogging track

Selain potensi gardu pandang dan jogging track, bantaran Code juga potensial untuk

dikembangkan sebagai area pemancingan. Hanya saja, keberadaannya masih belum

cukup terekspos sehingga hanya dimanfaatkan oleh beberapa komunitas saja.

Gambar : Gardu pandang yang terbengkalai di bantaran Code

Konsep ekowisata Sungai Code yang dikembangkan di sini tidak hanya terfokus pada

aspek ekologi semata, tetapi juga berusaha mengelola Sungai Code agar memberikan dampak

ekonomi langsung kepada komunitas lokal. Insentif ekonomi yang didapat dari pengembalian

kondisi ekologi Sungai Code akan dapat dipergunakan sebagai dana perawatan dan

pengelolaan sungai Code ke depannya. Sehingga diharapkan hasil implementasi dari konsep

ekowisata Sungai Code tidak hanya memberi manfaat berupa peningkatan kualitas lingkungan

kawasan bantaran Code tapi juga peningkatan kapasitas ekonomi komunitas lokal Code.

Melalui konsep ekowisata Sungai Code, kawasan bantaran sungai ditanami kembali

dengan tanaman lokal dan dapat berfungsi sebagai taman sekaligus pemanis jogging track.

Page 11: proposal 24 Code Kota Lestari

11

Pengembangan kawasan pemancingan juga dapat dilakukan sejalan dengan konsep ekowisata

melalui pembibitan ikan.

Yang perlu diperhatikan dalam upaya pengembalian fungsi ekologi Sungai Code dan

sekaligus upaya pengembangan wisata adalah penyertaan komunitas lokal. Kesadaran untuk

menghargai sungai yang masih rendah disertai dengan stigma bahwa komunitas bantaran

sungai adalah komunitas yang sering terlibat masakah kriminil masih melekat di masyarakat.

Komunitas bantaran Code sendiri cenderung bersifat “tertutup” terhadap orang asing sehingga

seakan-akan menguatkan stigma negatif tersebut.

IV. Rencana Kerja dan Strategi

Pelaksanaan program ekowisata Sungai Code akan dilakukan melalui sejumlah

tahapan yang dirumuskan dalam rencana aksi dan strategi. Proses pembuatan rencana aksi

dan strategi dilakukan melalui koordinasi dengan tokoh masyarakat komunitas Code, sejumlah

praktisi tata kota, dan pihak pemerintah daerah.

Pada tahap pertama dari program ekowisata Sungai Code adalah melakukan

identifikasi dan inventarisasi potensi ekologi dan wisata untuk eco-river . Hasil akhir dari tahap

pertama ini adalah terwujudnya visi yang jelas mengenai ekowisata yang sesuai dengan

karakter fisik dan sosial Sungai Code. Perumusan visi ini dilakukan bersama dengan komunitas

lokal dan juga membahas mengenai keberlanjutan pengelolaan Code setelah program

ekowisata Sungai Code ini selesai.

Ekowisata Sungai CodeMengembalikan Sungai Code

ke fungsi ekologisnya danpengembangan wisata

Penanamantanaman lokal dibantaran sungai

Pembibitan ikan

Peningkatankesadaranmasyarakat

TamanisasiEstetika kawasan

Potensi pemancinganPotensi kuliner

Wisata komunitas

Code RiverfrontTourism

Sungai Code sebagaipotensi wisata berbasis

ekologi

Page 12: proposal 24 Code Kota Lestari

12

Tahap kedua merupakan proses perancangan dan implementasi. Secara garis besar di

tahap kedua ini adalah mempersiapkan daya dukung budaya, lingkungan, dan ekonomi. Daya

dukung budaya berupa membangun kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sungai yang

benar. Daya dukung lingkungan mencakup pengelolaan aspek ekologi seperti flora dan fauna

lokal yang hidup di bantaran sungai Code. Sementara daya dukung ekonomi mencakup upaya

pengembangan wisata ekologi suangi Code sebagai basis pendanaan pengelolaan lingkungan

bantaran sungai. Perumusan sistem dan mekanisme manajerial antara wisata ekologis dan

pengelolaan sungai Code juga dibahas dalam tahap ini. Pembahasan dilakukan bersama

dengan komunitas lokal untuk meningkatkan rasa kepemilikan program yang selanjutnya

meningkatkan tingkat keberhasilan implementasi.

Tahap ketiga atau tahap akhir berupa penyusunan guideline ekowisata Sungai Code.

Guideline ini berfungsi sebagai pengontrol keberlanjutan program ekowisata Sungai Code.

Termasuk dalam guideline tersebut mengenai bagaimana membuat Code go public sebagai

kawasan wisata ekologis. Sistem kontrol dan pemeliharaan juga merupakan bagian dari

guideline eco-river untuk menjaga agar kegiatan wisata yang dikembangkan tidak merusak

ekologi alami Code.

Bagan Rencana Aksi dan Strategi Eco-River Code

Lebih lanjut, rencana aksi tersebut tertuang dalam rincian program dengan alokasi

waktu pelaksanaan mencapai 6 bulan pengerjaan. Detil rencana program disajikan dalam tabel

sebagai berikut :

Target

Aksi

Pencapaian

Identifikasi dan inventarisasi potensiekologi dan wisata

Survei lapangan, meliputiobservasi langsung danwawancara dengan komunitaslokal serta stakeholder terkait

Penyusunan kompilasi datapotensi ekologi dan wisatabersama dengan komunitas lokalmelalui FGD atau forum diskusikampung.

Membangun visi yang jelas dandisepakati bersama komunitas lokal

mengenai eco-river Code dankeberlanjutannya

Proses Perancangan & Implementasi

Mempersiapkan daya dukungbudaya membangunkesadaran komunitas mengenaipengelolaan sungai yang benar

Mempersiapkan daya dukungekonomi penyiapan alokasidana mandiri melaluiperancangan pengembanganwisata ekologi

Gerakan menyusuri sungai Codeuntuk menjaring umpan balikperancangan eco-river Code

Desain perancangan eco-river Code &kondisi lingkungan ekologi bantaran

Code yang mambaik

Menyusun prosedur tata gunalahan

Menyusun rencanapengembangan Code sebagaikawasan wisata ekologis untukgo public meliputi (1) penciptaanimage dan (2) strategi pemasaran

Menyusun sistem kontrol danpemeliharaan aset ekologi danwisata

Guideline EkowisataSungai Code Utara

Menyusun pedoman perancangan(guideline) eco-River

Page 13: proposal 24 Code Kota Lestari

13

Program Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 61 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Identfikasi dan inventarisasi potensi ekologi dan wisataRembug wargaSurvei lapanganPenyusunan kompilasi data dan potensiRembug warga : Perumusan visiProses perancangan dan implementasiRembug warga : penumbuhan kesadaradaran pengelolaan sungaiPerancangan desain ekowisata Sungai CodeGerakan menyusuri CodeRembug warga : umpan balikPenyempurnaan desainPenyusunan guidelineRembug warga : penyusunan gudelineProsedur Tata Guna LahanPenyiapan manajerial : pengelolaan, sistem kontrol, dan pengawasanBrand Imaging sebagai kawasan wisata ekologisPenyusunan strategi pemasaranRembug warga : finalisasi

Page 14: proposal 24 Code Kota Lestari

14

V. Rencana Anggaran

Rencana anggaran dalam program ekowisata Sungai Code meliputi 4 variabel, yaitu gaji dan

upah, belanja bahan, belanja operasional, dan belanja bahan non operasional yang dijabarkan

dalam tabel rincian anggaran biaya kegiatan sebagai berikut :

RINCIAN ANGGARAN BIAYA KEGIATAN

No Jenis Pembiayaan Jumlah Vol Biaya Sub Jumlah TotalA. GAJI DAN UPAH1 Pengarah 1 6 bulan Rp 500,000 Rp 3,000,0002 Penanggung Jawab 1 6 bulan Rp 400,000 Rp 2,400,0003 Koordinator 1 6 bulan Rp 300,000 Rp 1,800,0004 Ketua 1 6 bulan Rp 300,000 Rp 1,800,0005 Anggota 3 6 bulan Rp 200,000 Rp 3,600,0006 Tenaga Teknis Lapangan 5 6 bulan Rp 150,000 Rp 4,500,000

SUB TOTAL Gaji dan Upah Rp 17,100,000

B. BELANJA BAHAN1 ATK 1 2 Rp 3,000,000 Rp 6,000,0002 Cetak Dokumentasi 1 3 Rp 1,500,000 Rp 4,500,0003 FlashDisk 10 1 Rp 200,000 Rp 2,000,0004 CD Blank 100 1 Rp 6,000 Rp 600,0005 Kertas HVS 20 1 Rp 50,000 Rp 1,000,0006 Alat Gambar 1 2 Rp 3,000,000 Rp 6,000,0007 Tinta Printer (Black & Color) 5 1 Rp 200,000 Rp 1,000,0008 Sewa Foto Digital 1 6 Rp 50,000 Rp 300,0009 Sewa Recorder, Handycam 1 7 Rp 300,000 Rp 2,100,000

10 Sewa Computer/Laptop untukOperasional Kegiatan 1 7 Rp 1,500,000 Rp 10,500,000

11 Percetakan Laporan KemajuanKegiatan 200 10 Rp 200 Rp 400,000

12 Percetakan Laporan 300 25 Rp 200 Rp 1,500,000SUB TOTAL Belanja Bahan Rp. 35.900.000

BELANJA PERJALANAN1 Tahap observasi Lapangan

a. Uang Perjalanan 10 5 Rp 50,000 Rp 2,500,000b. Konsumsi 10 5 Rp 85,000 Rp 4,250,000Total Rp 6,750,000

2 Rembug WargaKonsumsi 10 100 Rp 10,000 Rp 10,000,000Uang Perjalanan 10 5 Rp 50,000 Rp 2,500,000Total Rp 12,500,000

3 Training Pengelolaan SungaiKonsumsi peserta 3 100 Rp 10,000 Rp 3,000,000Honor Pembicara 3 2 Rp 1,000,000 Rp 6,000,000

Page 15: proposal 24 Code Kota Lestari

15

Uang Perjalanan (panitia, tamuundangan) 3 20 Rp 25,000 Rp 1,500,000Total Rp 10,500,000

4 Gerakan Menyusuri Sungai Codea. Uang Perjalanan 10 10 Rp 50,000 Rp 5,000,000

b. Konsumsi 10 100 Rp 10,000Rp10,000,000

c. Souvenir 10 10 Rp 30,000 Rp 3,000,000d. Umbul-umbul 100 1 Rp 30,000 Rp 3,000,000e. Promosi kegiatan via radio dancetak 1 3 Rp 2,750,000 Rp 8,250,000f. Poster dan flyer 1 250 Rp 10,000 Rp 2,500,000Total Rp 31,750,000

5 Penjajagan kerjasama denganpihak swastaKonsumsi 10 100 Rp 10,000 Rp 10,000,000Uang Perjalanan 10 5 Rp 50,000 Rp 2,500,000Total Rp 12,500,000

SUB TOTAL Belanja Perjalanan Rp. 74.000.000

BELANJA PERJALANAN NON OPERASIONAL

1 Brand Imaging :Pembuatan website Code 1 3 Rp 5,000,000 Rp 15,000,000

2 Pelatihan penggunaan internet2 Desain 20 lbr 2 Rp 200,000 Rp 8,000,000

SUB TOTAL Belanja Perjalanan nonoperasional Rp. 23.000.000

TOTAL KEBUTUHAN ANGGARAN Rp. 150.000.000

VI. Aktor Pelaksana Program

Program ekowisata Sungai Code dilakukan oleh aktor utama komunitas lokal bantaran

Sungai Code dibawah koordinasi Totok Pratopo (ketua Forum Masyarakat Code (Merti Code) –

Kota Yogyakarta dan secara aktif Merti Code melkukan kerjasama dari banyak pihak, seperti

perguruan Tinggi (UGM dan UII), Badan Lingkungan Hidup DIY, Dinas Pariwisata dan

Bappeda DIY, dan peerintah Kelurahan Jetisharjo kabupaten Sleman. Komunitas lokal

berperan berperan aktif bersama perguruan tinggi dan pemerintah daerah merumuskan visi

dari ekowosata sungai Code utara, mempersiapkan daya dukung lingkungan dan budaya,

serta ikut dalam penyusunan guideline. Komunitas lokal juga memegang fungsi pengawasan

dan kontrol atas pelaksanaan program.

Page 16: proposal 24 Code Kota Lestari

16

Rintisan kerjasama dengan perguruan tinggi yaitu UII Yogyakarta telah mulai dijajagi

sehingga dapat membantu dalam hal transfer pengetahuan mengenai bagaimana cara

pengelolaan sungai yang baik dan benar. Begitu pula rintisan kerjasama dengan Pemkot Jogja

dan Pemda kabupaten Sleman sehingga dapat membantu memberikan arahan mengenai

kebijakan tentang sungai yang berlaku.

Di tahap akhir, akan ada rintisan kerjasama dengan pihak swasta untuk membantu

pengembangan ekowisata Code sebagai tempat wisata ekologi. Kerjasama dengan pihak

swasta ini akan lebih ditekankan pada promosi. Perumusan kerjasama dilakukan bersam-sama

dengan komunitas lokal sehingga keuntungan dari wisata ekologis dapat dirasakan langsung

oleh komunitas lokal. Pada tahap akhir ini, perlu pula dikembangkan sistem manajemen

pengelolaan keuangan di tingkat lokal komunitas agar sebagian keuntungan ekonomi yang

mengalir dapat dikelola sebagai modal pengelolaan sungai berbasis konsep ekowisata.

Bagan sistem kerja antar aktor yang terlibat dalam ekowisata Sungai Code. Komunitas

masyarakat sebagai aktor utama berada pada bagian atas.

VII. Produk Akhir

Tujuan utama dari program ini adalah meletakkan landasan bagi pengembangan

sungai Code dengan konsep ekowisata berbasis masyarakat. Landasan ini dapat berupa fisik

dan non-fisik. Sebagai langkah awal, landasan pengembangan berupa adanya kesadaran

komunitas lokal mengenai pentingnya mengelola sungai secara ekologi. Penumbuhan

KomunitasMasyarakat

Kali Code

Swasta

Akademisi PemerintahYogyakarta

Page 17: proposal 24 Code Kota Lestari

17

kesadaran ini diharapkan akan diikuti dengan kegiatan pendataan kekayaaan ekologi sungai

Code yang dilakukan oleh komunitas lokal itu sendiri.

Bagan Tahapan Pengerjaan ekowisata Sungai Code

Produk akhir yang diharapkan akan berwujud guideline pengembangan ekowisata

Sungai Code yang disusun berdasarkan umpan balik dari diskusi dan interaksi intensif dengan

komunitas lokal. Isi dari guideline tersebut akan mencakup inventarisasi kekayaan ekologi

sungai Code, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pengelolaan Sungai Code,

strategi implementasi dalam jangka menengah dan jangka panjang, serta strategi

pengembangan wisata.

VIII. Keberlanjutan (Post-Program)

Program-program berbasis lingkungan umumnya hanya berkutat pada peningkatan

kesadaran masyarakat tanpa menyentuh persoalan kehidupan masyarakat yang mendasar.

Tak dapat dipungkiri, program-program lingkungan, termasuk program peningkatan kualitas

lingkungan Sungai Code akan membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar. Padahal

komunitas lokal yang kerap menjadi obyek program lingkungan tidak berasal dari kalangan

Konsep ekowisata S.Code

Permusan VisiEkowisata Sungai Code

FGD komunitas

KONSEP

Implementasi danPerancangan

Landasan Fisik Lingkungan :Rancangan Desain

Landasan Sosial :Peningkatan kesadaran komunitastentang pengelolaan sungai yang

benar secara ekologis

Landasan Ekonomi :Penyiapan mekanisme sistem

pendanaan mandiriPengembangan Wisata Ekologi

GUIDELINEEkowisata

S. Code

Page 18: proposal 24 Code Kota Lestari

18

ekonomi kelas atas. Ketidakpedulian mereka terhadap permasalahan lingkungan menjadi

sebuah kewajaran ketika mereka masih harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan

sehari-hari. Untuk itu, diperlukan sebuah program lingkungan yang tidak hanya meningkatkan

kualitas lingkungan tetapi juga bagaimana menciptakan sebuah sistem agar masyarakat bisa

subsisten menjaga lingkungannya sendiri.

Bagan Keberlanjutan Program

Berdasarkan hal tersebut, program ekowisata Sungai Code tidak hanya terfokus pada

peningkatan kualitas lingkungan Sungai Code. Aspek ekonomi juga turut diperhatikan dengan

membuat rencana strategi pengembangan wisata ekologi Code. Harapannya, keuntungan

ekonomi dari wisata ekologi tersebut dapat digunakan sebagai modal pengelolaan sungai

secara ekologis. Sehingga dalam jangka waktu 6 bulan setelah guideline tersusun dan

kesadaran masyarakat tentang sungai mulai terbangun, keberlanjutan program dapat terjamin

karena telah memiliki sumber dana mandiri.

Aspek keberlanjutan program ekowisata Sungai Code juga tertuang dalam guideline

ekowisata Code itu sendiri. Guideline untuk pengelolaan sungai Code disusun dengan

melibatkan seluruh aktor pelaksana program (stakeholder). Selain memuat sistem kontrol dan

pengawasan, guideline juga memuat rencana pengelolaan Code untuk jangka menengah dan

jangka panjang. Penyusunan guideline yang dilakukan bersama komunitas akan mempertinggi

tingkat keberlanjutan program. Adanya rasa kepemilikan program dan kontrak sosial yang

secara tidak langsung terjadi pada proses penyusunan akan membantu dalam proses kontrol

keberlanjutan.

GUIDELINEEkowisata Sungai Code

Post Program

Implemented Program

Fungsi Evaluasidan Kontrol

Pengelolaan sungaiekologis

Pengembanganwisata ekologis

Atraksi wisata

Pendanaan

Page 19: proposal 24 Code Kota Lestari

19

Pustaka

Chrysantina, Aprisa et.al, (2004). Analisis Spasial dan Temporal Kasus Tuberkulosis di Kota

Yogya, Juli - Desember 2004

Harian Jogja, 26 Desember 2007, “Code Paling Teremar”

Jawa Pos, 5 Januari 2008, “Merti Code”

Maryono, Agus (2005). Eko Hidraulik Pembangunan Sungai. MST UGM., Yogyakarta

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63/Prt/1993 Tentang Garis Sempadan Dan

Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai

Puspar UGM, 2009, Seminar Analisis Pasar Wisatawan Kota Yogyakarta, Januari 9, 2009

diakses 10 Mei 2009, dari sumber

http://dimasdiajengjogja.wordpress.com/2009/01/09/seminar-analisis-pasar-wisatawan-

kota-yogyakarta/#comment-7