Top Banner
1 PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID RUKIS DI KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam (SPI) OLEH : MEXSI OKTAFIA NIM : 1611430018 PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2020 M/1441 H
96

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB …repository.iainbengkulu.ac.id/4802/1/MEXSI.pdf · 2020. 11. 5. · ABSTRAK Mexsi Oktafia, NIM 1611430018. Perkembangan

Feb 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID RUKIS DI KOTA MANNA

    KABUPATEN BENGKULU SELATAN

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh

    Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

    Dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam (SPI)

    OLEH :

    MEXSI OKTAFIA

    NIM : 1611430018

    PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

    FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

    TAHUN 2020 M/1441 H

  • MOTTO

    اََّّلُۡعۡسَِّٱَمَعََّّإِن َّ ٦َّيُۡسٗ“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

    (Al-Insyirah : Ayat 6)

    *

    “Doa dan usaha pupuk dari segala keberhasilan”

    (Penulis)

    **

  • PERSEMBAHAN

    Puji syukur penulis panjatakan kehadirat Allah Swt. Yang telah

    memberikan nikmat sehat, memberikan ilmu dan kekuatan dan semangat dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud terima kasih kepada:

    1. Keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orang tuaku Bapak (Kasibin) dan

    Ibu (Sri Hasmawati) yang selalu memberikan semangat, dukungan serta doa

    yang tak terhingga kepadaku.

    2. Saudariku tercinta, kepada ayukku (Wiwik Sopiani) serta saudaraku (Terik

    Wegi Sandika) yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi serta

    materi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

    3. Dosen pembimbingku Ibu Yuhawita MA dan Bapak Drs. Henderi Kusmudi

    M.H.I yang telah membimbing, memberikan masukan dengan baik dalam

    penyelesaian tugas akhir skripsi.

    4. Teman terdekat Safril Aji Mahzar, Wendi Duansyah, Ayu Novita Sari, Neta

    Yunarti, Ana Marinda yang selalu ada dalam mengerjakan skripsi ini,

    memberikan motivasi serta dukungan dan yang selalu bisa memberi candaan

    waktu susah maupun senang dalam penyelesaian skripsi ini.

    5. Keluarga besar Sejarah Peradaban Islam IAIN Bengkulu khususnya angkatan

    2016 yang sudah dianggap seperti saudara sendiri yang telah memberikan

    kenangan yang tidak terlupakan.

  • 6. Teman satu sekre KKN 98 Karina F. Manulang, Lovea Fitriani, Nofa Dwi

    Susanti, Sinta Apriliani, Diah Wahyu Anggraini, Lia Mulyawati, M. Alfath

    Fernanda, Mukti Supriyadi yang sudah memberikan pengalaman dan

    pembelajaran sehingga bisa membaur kepada masyarakat dan sekitarnya.

  • ABSTRAK

    Mexsi Oktafia, NIM 1611430018. Perkembangan Arsitektur Masjid

    Rukis Di kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, Studi Histori-Arsitektur.

    Skripsi Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab Dan

    Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Masalah yang dikaji

    dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana sejarah berdirinya masjid Rukis Kota

    Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. 2. Bagaimana perkembangan arsitektur

    masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Untuk menjawab

    permasalahan penelitian di atas dilakukan penelitian lapangan (fild research),

    dengan memnggunakan metode penelitian sejarah (metode kualitatif) yaitu

    dengan menjelaskan dan menggambarkan keadaan serta fenomena yang lebih

    jelas mengenai situasi yang terjadi pada suatu objek yang diteliti. Dari hasil

    penelitian ini diketahui bahwa masjid Rukis merupakan salah satu masjid tertua

    yang berada di Simpang Tiga Rukis Kota Manna yang berdiri pada tanggal 28

    Agustus 1926. Berdirinya masjid Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan

    dipelopori oleh beberapa tokoh yaitu K.H Abdul Rauf Ishak, A. Rahman, Bustam,

    Raamin, Harun, Hasan Basri. Masjid Rukis telah mengalami renovasi sebanyak

    empat kali yaitu pada tahun 1936, 1950, 1980, 1993. Masjid Rukis adalah salah

    satu masjid yang berjasa dan bersejarah dalam penyebaran agama Islam pada

    masa itu. Dalam hal arsitektur masjid Rukis tidak meniru gaya bangunan luar akan

    tetapi masjid Rukis memiliki kesamaan dengan masjid Agung Demak pada bentuk

    bangunan bagian atap yang berbentuk kerucut semakin keatas semakin kecil dan

    berundak-undak, seiring berjalan perkembangan zaman masjid Rukis terus

    mengalami perubahan dan penambahan baik dalam bentuk bangunan mulai dari

    atap, dinding, lantai, pagar, gerbang dan lain-lain, maupun gaya arsitektur pada

    bangunan atap yang berundak-undak, pada bagian ornament kaligrafi,

    dangerbang.

    Kata kunci : Sejarah, Arsitektur, Perkembangan masjid rukis

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah swt, yang telah memberi nikmat, rahmat dan

    petunjuk sehingga kami bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dengan judul

    Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan. Shalawat dan salam selalu kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW

    yang telah memperjuangkan dan membawa kehidupan manusia dari alam

    kebodohan hingga ke alam yang penuh tekhnologi hingga sekarang.

    Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna

    untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah

    Islam (SPI) Jurusan Adab Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD)

    Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu. Dalam proses penyusunan skripsi

    ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian penulis ingin

    mengucapkan rasa terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag, M.H, Selaku Rektor IAIN Bengkulu

    2. Dr. Suhirman, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah

    IAIN Bengkulu

    3. Maryam, M.Hum Selaku Ketua Jurusan Adab Fakultas Ushuluddin, Adab, dan

    Dakwah IAIN Bengkulu

    4. Yuhaswita, MA Selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

    arahan dengan penuh kesabaran

    5. Drs. Henderi Kusmidi, M.H.I Selaku Pembimbing II yang telah memberikan

    bimbingan, semangat dan arahan dengan penuh kesabaran

  • 6. Yuhaswita, MA Selaku Pembimbing Akademik

    7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Adab IAIN Bengkulu yang telah mengajar dan

    membimbing serta memberikan berbagai ilmunya dengan penuh keikhlasan.

    8. Staf dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Bengkulu

    yang telah memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi

    9. Informan Penelitian yang telah memeberikan waktu dan informasi secara

    terbuka

    10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi in

    Bengkulu, Juli 2020

    Penulis

    Mexsi Oktafia

    NIM. 1611430018

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL. ................................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................................. ii

    PENGESAHAN. ........................................................................................... iii

    MOTTO. ....................................................................................................... iv

    PESEMBAHAN. .......................................................................................... v

    SURAT PERNYATAAN. ............................................................................ vi

    ABSTRAK. ................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR. ................................................................................. viii

    DAFTAR ISI. ................................................................................................ ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10

    C. Batasan Masalah........................................................................................ 10

    D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11

    E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11

    F. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 11

    G. Landasan Teori .......................................................................................... 15

    1. Pengertian Sejarah ................................................................................ 19

    2. Pengertian Arsitektur ............................................................................ 19

    3. Pengertian Masjid ................................................................................. 22

    H. Metode Penelitian...................................................................................... 25

    1. Heuristik ............................................................................................... 25

    2. Kritik Sumber ....................................................................................... 29

    3. Interpretasi ............................................................................................ 30

    4. Historiografi ......................................................................................... 31

    I. Sistematika Penulisan ............................................................................... 32

    BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

    A. Profil Wilayah Kota Manna ...................................................................... 33

    1. Kondisi Geografis ......................................................................... 33

  • 2. Demografi ..................................................................................... 35

    B. Jumlah Penduduk Kota Manna ................................................................. 36

    C. Pendidikan ................................................................................................. 37

    D. Kebudayaan ............................................................................................... 37

    E. Keagamaan ................................................................................................ 38

    F. Sarana dan Prasarana................................................................................. 39

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 41

    B. Sejarah Berdirinya Masjid Rukis .............................................................. 41

    C. Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis ................................................... 48

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan………………………………………………………………75

    B. Saran .......................................................................................................... 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masjid adalah salah satu pemenuhan kebutuhan spiritual bukan

    hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan

    sosial kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah

    SAW. Bahwa masjid adalah tempat untuk menyebut nama-nama Allah

    sebagai tempat umat Islam untuk berdzikir, tempat beri’tikaf, tempat

    beribadah (sholat), pusat pertemuan Islam untuk membicarakan urusan

    hidup dan perjuangan. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin

    maju baik dari segi teknologi maupun ilmu pengetahuan. Jumlah masjid

    terus bertambah sejalan dengan meluas dan majunya peradaban Islam.1

    Pembangunan Masjid berlandaskan iman kepada Allah, setelah di

    bangun Allah swt memerintahkan agar Masjid di bina dan di makmurkan

    sebagaimana firman Allah dalam surat At-taubah ayat 18 yang berbunyi:

    ِ َوٱۡليَۡوِمٱۡۡلِٰٓخِر َوأَقَاَم ٰٓ بِٱَّللَّ ِ َمۡن َءاَمَن فََعَسىَٰ ِجَد ٱَّللَّ إِنََّما يَۡعُمُر َمَسَٰ

    ئَِك أَن يَُكونُوْا ِمَن ٰٓ ََۖ أُْولََٰ ةَ َولَۡم يَۡخَش إَِّلَّ ٱَّللَّ َكوَٰ ةَ َوَءاتَى ٱلزَّ لَوَٰ ٱلصَّ

    ٨١ٱۡلُمۡهتَِديَن

    Artinya :“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-

    orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap

    mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)

    1Juliadi, Masjid Agung Banten: Nafas Sejarah dan Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2007),

    hlm 3.

    1

  • selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan

    termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.2

    Masjid-masjid di Indonesia pada zaman madya (zaman

    perkembangannya Islam) ada beberapa hal yang menarik perhatian dan

    menjadi corak yang khusus, yaitu: pertama adalah atapnya yang berupa

    atap tumpeng yang tersusun, semakin ke atas semakin kecil, sedangkan

    tingkatan yang paling atas berbentuk limas, yang jumlahnya biasanya

    ganjil. Kedua awalnya tidak ada menara, bila mana muadzin menyeruhkan

    adzannya dilakukan dengan pemukulan bedug. Namun setelah Islam

    masuk maka menara itu bukanlah bagian masjid yang harus ada, namun

    dalam seni bangunan Islam selalu merupakan tambahan yang memberi

    keindahan. Salah satu contoh masjid di Indonesia yang mempunyai menara

    ialah masjid Kudus dan masjid Agung Banten. Menara kudus tidaklah lain

    daripada sebuah candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan

    penggunaannya. Sedangkan menara Banten adalah tambahan dari zaman

    yang kemudian diusahakan oleh seorang dari Belanda, yaitu Cardeel.

    Selanjutnya yang menarik perhatian yang ketiga letak masjid-masjid tua

    yang ada di Indonesia. Misalnya masjid yang dibangun dekat istana raja

    Yogyakarta dan Solo mempunyai letak yang tetap. Selalu ada lapangan

    dan ada pohon beringin di depan istana, dan dibelakangnya ada makam-

    2 Dapertemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Gema Risalah Press

    Bandung, 1992), hlm 280.

  • makam. Rangkaian makam dan masjid ini adalah kelanjutan dari fungsi

    candi zaman Hindu-Indonesia.3

    Masjid dalam ajaran Islam sebagai tempat sujud tidak hanya berarti

    sebuah bangunan atau tempat ibadah tertentu, karena di dalam ajaran

    Islam, Tuhan telah menjadikan seluruh jagat ini sebagai Masjid; tempat

    sujud.Masjid Nabawi merupakan masjid utama ketiga setelah masjid al-

    Haram (Mekkah) dan Masjidil Aksa di Baitul Makdis (Yerusalem).4

    Masjid adalah tempat ibadah umat Islam, Di sanalah,

    hablumminallah dan hablumminannas terwujud dengan sangat jelas.

    Selain menjadi tempat beribadah untuk menyembah Allah swt, sebuah

    Masjid juga menjadi parekat sosial di kalangan umat muslim, terutama

    masyarakat yang berada di sekitar masjid tersebut. Namun, tidak tertutup

    kemungkinan juga sebuah masjid merekatkan umat muslim dari seluruh

    dunia, sebagaimana yang terjadi di Masjidil Haram atau masjid Nabawi.

    Sehingga, tidak aneh jika di lingkungan sebuah masjid, kita dapat

    menjumpai kegiatan-kegiatan sosial, seperti lembaga pendidikan atau kerja

    sama beberapa komunitas.5

    Pada masa Nabi saw, masjid berfungsi untuk melakukanaktivitas

    keagamaan dan aktivitas sosial. Selain untuk sholat masjid juga digunakan

    oleh Nabi Muhammad SAW sebagai tempat menjelaskan wahyu yang

    3Tri Rejeki Permatasari, “Sejarah Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo Kabupaten Seluma

    (Kajian Sejarah Berdiri dan Arsitektur), (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016),

    hlm 3-4 4Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 8. 5Rayhan Maulana, Masjid-Masjid Bersejarah di Lima Benua.(Banguntapan Jogjakarta :

    Diva Press, 2013), hlm 5.

  • diterimanya, memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat tentang

    berbagai masalah, memberi fatwa, mengajarkan agama islam,

    membudayakan musyawarah, menyelesaikan perkara-perkara dan

    perselisihan-perselisihan, tempat mengatur dan membuat strategi militer,

    dan tempat menerima pratusan-pratusan dari semenanjung Arabia.6

    Ketika berbicara Masjid, maka yang tergambar dibenak kaum

    Muslimin (terutama) di Indonesia pada umumnya yakni suatu bangunan

    besar tempat sholat berjamaah dengan berbagai atribut kemasjidannya.

    Kemudian dijelaskan bahwa Masjid yaitu bangunan tempat ibadah (sholat)

    yang bentuk bangunannya dirancang khusus dengan berbagai atribut

    masjid seperti ada menara yang cukup megah, kubah dan lain-

    lain.Bangunan masjid dibangun sangat besar, kapasitasnya dapat

    menampung ratusan ribu jamaah dan biasa dipakai melaksanakan ibadah

    sholatjum’at atau perayaan hari-hari besar Islam. Tipe ini sering disebut

    sebagai masjid besar dan berada ditempat strategis atau di pusat-pusat kota

    dari mulai ibukota provinsi sampai ke kota kecamatan bahkan di desa-

    desa.7

    Masjid merupakan wujud kebudayaan yakni sebagai benda-benda

    hasil karya manusia. Masjid yang biasa disebut “rumah tuhan” adalah

    tempat umat islam berhubungan atau beribadah dengan tuhan, yang

    sekaligus berfungsi sebagai tempat menyerahkan atau berserah diri

    kepadanya. Peranan Masjid tidak lagi diartikan secara harfiah yaitu

    6 Moh E Ayub, Manajemen Masjid ( Jakarta : Gema Insane Press, 1996 ), hlm 10. 7 Eman Suherman, Manajemen Masjid (Bandung : Alfabeta, 2012 ), hlm 60.

  • sebagai tempat sujud saja atau tempat dzikir menyembah Allah semata.

    Sidi gazalba di dalam bukunya yang berjudul Masjid sebagai tempat

    ibadah dan kebudayaan, menjelaskan bahwa, “kehidupan Islam berpangkal

    di Masjid dan berujung di Masjid.8

    Masjid merupakan bangunan yang paling banyak menarik

    perhatian para pengamat budaya. Meskipun pada awal mula kelahiran

    Islam bangunan Masjid tampil sangat sederhana, akan tetapi bersamaan

    dengan tumbuhnya masyarakat dan peradaban umat Muslimin, sosok

    penampilan arsitektur masjid berkembang sangat mencolok. Selepas

    sekitar empat puluh tahun masa awal pembentukan masyarakat Muslim

    pada zaman Nabi dan Khulafaur Rasyidin, di setiap masa pemerintahan

    dinasti-dinasti besar selalu didirikan masjid yang luar biasa indah corak

    arsitekturnya. Bangsa Umayyah baik yang di daratan Timur Tengah

    maupun di Spanyol melalui tradisi arsitektur masjid semenjak awal abad

    ke-8, kemudian disusul bangsa-bangsa Abbasyiah di kawasan Persia dan

    Asia Tengah, Aghlabiyah dan Fatimiyyah di wilayah Mesir dan Afrika

    Utara, Usmaniyyah di Turki, dan Mughal di tanah Hindustan.9

    Ketika Khaliah Al-Walid dari Dinasti Umayyah membangun

    Masjid Agung Damaskus pada tahun 707, untuk pertama kali ia

    memancangkan prinsip perkembangan Arsitektur Islam: kesetiaan pada

    garis dasar keagamaan dan adabtabilitas terhadap ekspresi fisik tradisi

    lokal. Prinsip tersebut terus memandu arsitektur dalam wilayah Islam,

    8Hasan Basri, Fungsi Ulama Dan Peranan Masjid, (Jakarta : Media Dakwah, 1990), hlm

    186. 9Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, ( Yogyakarta : Bentang, 2009 ), hlm 55-56

  • untuk kemudian mampu melahirkan kekuatan baru seni bangunan dalam

    Khazanah arsitektur dunia. Prinsip ini pula yang telah mampu

    memandupeneriman atas warisan budaya arsitektur Agung, baik dari

    sumber-sumber arsitektur Yunani, Romawi, Persi, maupun Kristiani.

    Sebagaimana diketahui pada masa awal pembangunan diwilayah Islam,

    para penguasa setempat telah meminjam keahlian para seniman, tukang

    dan ahli bangunan dari berbagai bangsa mereka yang datang dari berbagai

    tradisi itu, baik Mesir, Syiria, Romawi Timur, Persia, Armenia, India,

    dengan beragam latar keagamaan pula (Komtik, Zoroastrian, Hindu dan

    dsb.) memiliki kecenderungan kuat untuk mencampurkan kebiasaanya

    dalam wadah bangunan Islam.10

    Perkembangan arsitektur masjid seakan-akan merupakan upaya

    pencarian harmoni antara struktur bangunan dengan kaidah-kaidah

    keagamaan. Kaidah ibadah telah berhasil membantu pertumbuhan

    arsitektur masjid sampai mencapai pola baku dengan adanya unsur-unsur:

    ruang jamaah, mihrab, mimbar, tempat wudhu, minaret, halaman. 11

    Masjid-masjid di Indonesia pada zaman perkembangan Islamada

    berbagai hal yang menarik perhatian dan menjadi corak yang khusus,

    yaitu: pertama yaitu atapnya yang berupa atap tumpeng yaitu atap yang

    tersusun, semakin ke atas semakin kecil, sedangkan tingkatan yang paling

    atas berbentuk limas, yang jumlahnya biasanya ganjil, kedua awalnya

    tidak ada menara, bila mana muadzin menyeruhkan adzannya dilakukan

    10Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 56-57. 11Ibid hlm 237.

  • dengan pemukulan beduk. Namun setelah Islam masuk maka menara itu

    bukanlah bagian Masjid yang harus ada, namun dalam seni bangunan

    Islam selalu merupakan tambahan yang memberi keindahan. Salah satu

    contoh Masjid di Indonesia yang mempunyai menara ialah Masjid Kudus

    dan Masjid Agung Banten. Menara kudus adalah sebuah candi Jawa Timur

    yang diubah dan disesuaikan penggunaanya. Sedangkan menara Banten

    adalah tambahan zaman yang kemudian diusahakan seorang dari Belanda,

    yaitu Cardeel.Selanjutnya yang menarik perhatian ketiga letak masjid-

    masjid tua yang ada di Indonesia. Misalnya Masjid yang dibangun dekat

    istana raja Yogya dan Solo mempunyai letak yang tetap, selalu ada

    lapangan dan ada pohon beringin di depan istana, dan di belakangnya ada

    makam-makam. Rangkaian makam dan masjid ini adalah kelanjutan dari

    fungsi candi zaman Hindu-Indonesia.12

    Masuknya Islam ke Bengkulu tidak terlepas dari perkembangan

    Islam di Indonesia sejak abad ke-13 yang dirintis dari abad ke-8.Islam

    yang hadir di Bengkulu tidak terlepas dari kesultanan-kesultanan yang ada

    di pulau Sumatera atau pulau Jawa. Karena Islam pertama hadir di pulau

    Sumatera, jelas memberikan pengaruh dalam perjalanan Islam di

    Bengkulu. Di pulau Sumatra sendiri bermunculan berbagai kerajaan Islam

    seperti kesultanan Perlak, kesultanan Samudra Pasai, kesultanan Aceh

    Darussalam, kesultanan Minangkabau, kesultanan Palembang Darussalam,

    kesultanan Siak Indapura, kesultanan Pagaruyung. Selain itu ada juga

    12R Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, ( Yogyakarta : KANISIUS :

    1973 ), hlm 57-76.

  • kesultanan Banten yang memberikan pengaruh di Bengkulu. Di Bengkulu

    sendiri terdapat beberapa kerajaan seperti kerajaan sungai Serut, kerajaan

    sungai Lemau, kerajaan sungai Itam, kerajaan Selebar, kerajaan Muko-

    Muko, kerajaan Pinang Berlapis, kerajaan Rejang Patulai/Depati tiang

    empat dan kerajaan Kaur.13

    Selain kerajaan yang ada di Bengkulu terdapat juga beberapa

    masjid bersejarah yang ada di Bengkulu, contohnya masjid yang berada di

    Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan yaitu masjid Al-Manar. Kota

    Manna (Kota Kenangan). Setelah Islam berkembang, jumlah masjid di

    Kecamatan Kota Manna pun semakin bertambah, salah satu contohnya

    adalah Masjid Rukisyang merupakan salah satu sarana pengajaran Islam.

    Masjid Rukis adalah sebuah Masjid yang terletak di Simpang Tiga Rukis

    dan di sebelah kanan masjid terdapat sebuah danau kecil yang merupakan

    salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi masyarakat setempat dan

    sekitarnya, dan sebelah kiri masjid ini berbatasan dengan rumah warga,

    sedangkan bagian belakang berbatasan dengan perkebunan, dan di bagian

    depan masjid yaitu jalan raya Kota Manna. Berdasarkan hasil wawancara

    peneliti bahwa masjid Rukis ini sangat berpengaruh bagi penyebaran

    agama Islam di Kota Manna, dan merupakan tempat untuk masyarakat

    menjalankan kegiatan sosial seperti diskusi, rapat, dan sebagai tempat

    bersosialisasi antara masyarakat setempat. Masjid Rukis merupakan salah

    satu masjid yang berjasa dalam berkembangan Islam, masjid ini di bangun

    13Ahmad Abas Musofa, “Sejarah Islam di Bengkulu Abad ke XX M (Melacak Tokoh

    Agama, Masjid, dan Lembaga [Organisasi] Islam”, Tsaqofah dan Tarikh, Vol.1 No.2, (Juli-

    Desember, 2016), hlm 1.

  • pada tahun 1936 yang dipelopori oleh tujuh orang warga sekitar penduduk

    Rukis yang pertama; KH. Abdul Rauf, dan ke-5 orang lainnya yang

    merupakan penduduk asli Rukis yaitu, A. Rahman, Bustam, Raamin,

    Harun, Hasan Basri.14

    Masjid Rukis dibangun secara swadaya masyarakat yang dilakukan

    secara gotong royong oleh masyarakat Rukis. Untuk lahan pembangunan

    masjid ini merupakan tanah waqaf dari KH. Abdul Rauf,yang merupakan

    salah satu penggagas pembangunan Masjid dan ke-6 orang lainnya.

    Kemudian diteruskan oleh keturunan dari ketujuh pelopor tersebut dan

    masyarakat Rukis.15

    Setelah peneliti melakukan observasi awal terhadap sejarah

    berdirinya masjid Rukis maka menurut pemaparan pengurus masjid Rukis

    Bapak H.Ramlan Saim, masjid Rukis merupakan salah satu masjid

    bersejarah yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan. Masjid ini dari awal

    dibangun sampai sekarang sudah beberapa kali mengalami perbaikan dan

    renovasi, sehingga wujud dan bentuk bangunan masjid Rukis sekarang ini

    sudah dikatakan modern, karena unsur gaya bangunan lokal sudah tidak

    dipakai lagi. Sedangkan kubahnya memiliki keunikan terbentuk dari satu

    tiang penyangga kecil yang semakin ke atas semakin runcing dan ditengah

    tengahnya terdapat kaligrafi berlafalkan Allah, memiliki kaligrafi di sisi

    kanan dan kiri pada mihrab serta di atas mihrab juga terdapat kaligrafi

    14Hasil wawancara peneliti dengan Bapak H.Ramlan Saim (Ketua Pengurus Masjid) pada

    tanggal 29 Oktober 2019, pukul 12.45 WIB. 15Hasil wawancara peneliti dengan Bapak H.Ramlan Saim (Ketua Pengurus Masjid) pada

    tanggal 29 Oktober 2019, pukul 12.45 WIB.

  • yang berwarna kuning, putih dan biru, memiliki atap yang berwarna hijau

    yang berbentuk kerucut semakin keatas semakin kecildan memiliki menara

    tinggi yang megah yang didominasi warna hijau, kuning dan putih serta

    bentuk bangunannya yang megah dan memiliki gerbang yang

    melengkung didominasi warna hijau, kuning, putih dan hitam. Hal inilah

    yang memberikan kesan menarik untuk diteliti karena memiliki makna

    tersendiri di balik bangunan tersebut.16

    Dari kenyataan masjid Rukis di atas sangat menarik untuk diteliti

    dengan judul “PERKEMBANGAN ARSITEKTUR MASJID RUKIS DI

    KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana sejarah berdiri Masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten

    Bengkulu Selatan pada Tahun ?

    2. Bagaimana perkembangan Arsitektur Masjid Rukis di Kota Manna

    Kabupaten Bengkulu Selatan ?

    C. Batasan Masalah

    Agar penelitian tidak meluas, maka pembahasan akan dibatasi pada sejarah

    dan perkembangan arsitektur pada tahun 2016-2019 (gerbang, atap,

    ornament kaligrafi pada mihrab) Masjid Rukis di Kota Manna Kabupaten

    Bengkulu Selatan. Dengan adanya batasan masalah ini diharapkan peneliti

    lebih fokus mengkaji penelitian ini.

    16Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 Oktober 2019.

  • D. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mendeskripsikan sejarah berdirinya Masjid Rukis di Kota Manna.

    2. Untuk mendeskripsikan perkembangan arsitektur Masjid Rukis di Kota

    Manna.

    E. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang kita dapat setelah membahas, meneliti

    atapun mempelajari tentang sejarah berdiri dan Arsitektur Masjid Rukis ini

    antara lain :

    a. Secara teoritis untuk memberikan pemahaman dan menembah wawasan

    untuk pengatahuan menyangkut sejarah berdiri dan arsitektur masjid

    Rukis.

    b. Secara praktis, untuk memberikan sumbangan pengetahuan kepada

    masyarakat Kota Manna, dan kita semua. Guna memahami betapa

    penting mempelajari dan memahami sejarah berdiri dan arsitektur masjid

    Rukis tersebut.

    F. Tinjauan Pustaka

    Berdasarkan hasil penelusuran, ada beberapa penelitian yang mengkaji

    tentang sejarah Masjid dan Arsitektur adalah :

    Pertama, Skripsi Tri Rejeki Permatasari Mahasiswa Sejarah Kebudayaan

    Islam IAIN Bengkulu pada tahun 2016, Dengan judul “Sejarah Masjid Al-

    Jihad Di Desa Pasar Talo Kabupaten Seluma (Kajian Berdiri Dan

    Arsitektur)”. Adapun Rumusan Masalah dari Skripsi Tri Rejeki Permatasari :

  • 1. Bagaimana sejarah berdiri Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo? 2.

    Bagaimana Sisi-Sisi arsitektur Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo?.Dari

    hasil penelitian, arsitektur dan sejarah berdirinya masjid Al-Jihad di Desa

    Pasar Talo Kabupaten Seluma yang pertama: Masjid Al-Jihad merupakan

    Masjid tertua di Kabupaten Seluma terletak di Desa Pasar talo Kecamatan

    Ilir Talo Kabupaten Seluma dibangun pada tahun 1918, dipelopori oleh

    seorang yang bernama H.Muhammad Ta’ib yang merupakan perantau dari

    daerah Padang Darek, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Pembangunan masjid

    ini secara swadaya oleh masyarakat setempat.Kedua: Masjid ini sudah

    hampir mengadopsi gaya bangunan luar mengadopsi model arsitektur

    Mooris bangunan dari Erofa dan Amerika. Sedangkan kubahnya masih

    sederhana namun sudah ada peniruan dari bentuk-bentuk kubah yang

    terdapat pada bangunan masjid umumnya. Ada beberapa kaligrafi yang

    menjadi ornament masjid ini terdapat pada pintu gerbang, mihrab dan pada

    dinding di belakang mihrab. Walaupun demikian masih ada sedikit unsur

    bangunan tradisionalnya yang terletak pada gerbang masuk masjid dibangun

    gapura layaknya Rumah Gadang yaitu dengan bentuk atap melengkung

    seperti tanduk kerbau.

    Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid

    yang diteliti oleh Tri Rejeki Permatasari lokasinya terletak di Pasar Talo

    Kabupaten Seluma, maka yang membedakan penelitian ini lokasi penelitian

    yang berbeda, di mana penelitian ini akan dilakukan di Masjid Rukis Di Kota

    Manna Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi

  • Bengkulu, dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid Rukis

    (Perkembangan Arsitektur) Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

    Kedua, Skripsi Yosfi Mandela Mahasiswa Sejarah Kebudayaan

    Islam IAIN Bengkulu Tahun 2018, Dengan judul “Sejarah Dan

    Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Sultan Abdullah di Kabupaten

    Lebong”. Adapun Rumusan Masalah pada Skripsi Yosfi Mandela : 1.

    Bagaimana sejarah dan arsitektur Masjid Sultan Abdullah di Desa Tanjung

    Agung Kecamatan Pelabai Kabupaten Lebong provinsi Bengkulu? 2.

    Bagaimana fungsi Masjid Agung Sultan Abdullah di Kabupaten Lebong

    terhadap masyarakat Lebong?.Dari hasil penelitian tentang sejarah dan

    perkembangan arsitektur Masjid Agung Sultan Abdullah Di Kabupaten

    Lebong yang terletak di jalan raya Lebong-Argamakmur merupakn Masjid

    termegah sekaligus masjid terbesar yang terdapat di Kabuaten Lebong,

    memiliki perpaduan arsitektur Persia, Arab, India dan Spanyol, dan

    menggunakan corak-corak ornament dalam Islam masjid ini mulai dibangun

    pada tahun 2009 dan arsitek dari Masjid Agung Sultan Abdullah ini adalah

    Ir. Acil Syarifudin yang berasal dari Bandung. Masjid Agung Sultan

    Abdullah ini selain digunakan sarana ibadah, pernah menjadi tempat

    perlombaan MTQ provinsi Bengkulu, masjid ini juga digunakan sebagai

    tempat melaksanakan pernikahan, foto prawedding, masjid ini tiap tahun

    digunakan sebagai tempat untuk pemberangkatan jama’ah haji, terlihat

    fungsinya ketika ada perayaan hari-hari besar dalam islam seperti Mualid

  • Nabi, Isra’ Mi’raj, dan pada bulan romadhan kegiatan di masjid ini lebih

    aktiv dan jamaahnya lebih banyak.

    Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid

    yang diteliti oleh Yosfi Mandela lokasinya terletak di jalan raya Lebong-

    Argamakmur Kabupaten Lebong, maka yang membedakan penelitian ini

    lokasi penelitian yang mana berbeda, dimana penelitian ini akan dilakukan di

    Masjid Rukis di Kota Manna Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan Provinsi Bengkulu, dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid

    Rukis (Perkembangan Dan Arsitektur) Di Kota Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan.

    Ketiga, Skripsi Marshela Pratiwi Mahasiswa Sejarah Peradaban

    Islam IAIN Bengkulu Tahun 2020 Dengan judul “Sejarah Dan

    Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam Di Kota Lubuk Linggau

    pada tahun 1998-2018”. Adapun Rumusan Masalah Dari Skripsi Marsella: 1.

    Bagaimana sejarah dan perkembangan arsitektur Masjid Agung Assalam di

    Kota Lubuk Linggau pada tahun 1998-2018?.2. Bagaimana fungsi Masjid

    Agung Assalam di Kota Lubuk Linggau pada tahun 1998-2018?. Dari hasil

    penelitian yang pertama: Masjid Agung Assalam di Kota Lubuk Linggau

    yang terletak di jalan Raya Garuda, Pasar pemiri Lubuk Linggau Barat II

    Kota Lubuk Linggau, Sumatra Selatan merupakan masjid termegah sekaligus

    masjid terbesar yang terdapat di Kota Lubuk Linggau, memiliki perpaduan

    arsitektur Persia, Arab, dan menggunakan corak-corak ornament dalam

    Islam. Masjid ini mulai di bangun pada tahun 1998 dan arsitek yang bersal

  • dari Palembang, Sumatra Selatan.Masjid ini mengalami dua kali renovasi

    pada tahun 1998 dan tahun 2015. Yang kedua:masjid ini sangat padat dan

    ramai digunakan sebagi tempat beribadah, sosial kemasyarakatan, maupun

    tempat pendidikan IPK akan tetapi pemerintah terus berupaya untuk

    meningkatkan fungsi masjid agar tambah lebih baik lagi.

    Maka yang membedakan penelitian sebelumnya adalah masjid

    yang diteliti oleh Marshela Pratiwi lokasinya terletak di jalan Raya Garuda

    Pasar Pemiri Lubuk Linggau barat II Kota Lubuk Linggau Sumatra Selatan,

    maka yang membedakan penelitian ini lokasi penelitian yang mana berbeda,

    dimana penelitian ini akan dilakukan di Masjid Rukis di Kota Manna

    Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu,

    dan penelitian ini fokus meneliti Sejarah Masjid Rukis (Perkembangan dan

    Arsitektur) di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

    G. Landasan Teori

    1. Pengertian Sejarah

    a. Pengertian Sejarah

    Sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab sajratun yang

    artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh

    dalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah waktu atau penggalan.

    Kata sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang

    berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris

    menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Dalam bahasa

    Jerman adalah geschichte yang berarti sudah terjadi. Sedangkan secara

  • terminologi sejarah adalah kejadian masa lalu ketika manusia sudah

    mengenal tulisan. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-

    benar terjadi pada masa lampau dan telah diberi tafsir atau alasan dan

    dikaitkan sehingga membentuk suatu pengertian yang lengkap.17

    Dalam perjalanannya, kata sejarah dalam bahasa Indonesia

    lebih merujuk pada kata history (Inggris). Kata sejarah, berarti (1)

    silsilah : asal-usul, (2) kejadian : peristiwa yang benar-benar telah

    terjadi pada masa lampau, (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran

    tentang kejadian dan peritiwa yang benar-benar terjadi pada masa

    lampau. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji

    secara sistematis keseluruhan pekembangan, proses perubahan atau

    dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya

    yang terjadi di masa lampau.18

    b. Beberapa pendekatan dalam pengkajian sejarah

    a) Pendekatan Ilmu Sosial : berkenaan dengan kecenderungan

    metodologis dalam pengkajian sejarah, maka ahli sejarah perlu

    menggunakan pendekatan dan konsep serta teori tertentu dalam

    ilmu sosial sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan dalam

    proses rekontruksi masa lampau. Ilmu sosial adalah istilah umum

    untuk semua ilmu yang menelaah soal-soal manusia, beberapa

    disiplin ilmu dalam bidang ilmu sosial yang diasumsi dapat

    17 Rustam E. Tamburuka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah

    Filsafat dan IPTTEK, (Jakarta: PT. Rhenika Cipta, 1999), hlm 1-3. 18 M. Dien Madjid, Ilmu Sejarah : Sebuah Pengantar, ( Jakarta : Prenada Media Group,

    2014 ) hlm 8.

  • memberikan keterangan historis (historical explanation) antara lain

    adalah sosiologi, antropologi, arkeologi, dan ilmu politik. Ilmu

    inilah yang digunakan untuk mengkaji dan menganalisisnya sejarah

    tersebut.

    b) Pendekatan Antropologis dan Arkeologis

    Antropologi adalah kerangka yang bersifat evolusioner

    untuk penelitian masyarakat. Hal utama yang membedakan kedua

    disiplin ilmu ini adalah pendekatan, sasaran utama pengkajian, dan

    sejarah perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan. Namun

    demikian, sejarah adalah induk dari kedua disiplin ilmu tersebut.

    Sedangakan arkeologis adalah ilmu yang mencoba merekontruksi

    kehidupan masyarakat yang lampau. Tanpa pendekatan arkeologis,

    sulit kiranya bagi ahli sejarah mengetahui produk-produk sejarah

    masa lalu. Data arkeologis adalah data sejarah berupa peninggalan-

    peninggalan purbakala baik yang bergerak maupun yang tak

    bergerak, disebut artefak. Artefak-artefak dihasilkan oleh tangan

    dan pikiran manusia dalam masyarakatnya.

    c) Pendekatan ilmu politik

    Dapat dikatakan bahwa sejarah identik dengan politik,

    diantaranya bila karya-karya tentang sejarah konvensional

    diungkapkan kembali. Referensi tersebut lebih banyak mengulas

    tentang jalannya sejarah yang ditentukan oleh kejadian politik masa

    lampau, peperangan, penaklukan wilayah, diplomasi dan tindakan

  • tokoh politik tertentu. Semuanya telah dianggap peristiwa yang

    telah mengukir sejarah, disebut “sejarah politik”. Sejarah adalah

    keharusan. Sejarah dipelajari untuk ditarik pelajarannya agar dalam

    menyusun masa depan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang

    sama.19

    c. Sejarah Ilmu Dan Seni

    a) Sejarah sebagai ilmu : yang mengkaji fakta-fakta peninggalan masa

    lalu melalui metode ilmiah. Setelah melakukan sejumlah verifikasi

    yang panjang tentang fakta-fakta tersebut kemudian hasilnya harus

    dirangkai dalam historiografi. Dalam penyajian selalu terkandung

    subjektivitas itu tetap bisa diterima tentunya memerlukan seni

    tersendiri. Ada alur cerita yang dibangun ada dramaturgi, dan lain

    sebagainya sehingga bidang kajian sejarah menjadi bidang yang

    menarik tetapi tetap bersumber pada fakta-fakta sejarah.

    b) Sejarah Sebagai Seni : Peristiwa masa lalu hanya meninggalkan

    sebagian kecil informasi sehingga sering kali hanya berupa

    penggalan-penggelan kisah. Untuk merajut peninggalan masa lalu

    yang berupa penggalan-penggalan informasi diperlukan interpretasi

    dan juga intuisi. Demikian juga yang dilakukan oleh seniman.

    Dengan intuisi yang tajam ia akan mampu secara lebih baik

    menjelaskan peristiwa masa lalu.20

    19 Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodelogi Studi Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta : Pt

    RajaGrafindo Persada : 2014 ), hlm. 56-64. 20 M. Dien Madjid, Ilmu Sejarah : Sebuah Pengantar, hlm 74-89.

  • 2. Pengertian Arsitektur

    a. Pengertian Arsitektur

    Secara bahasa, arsitektur berasal dari kata archi yang berarti

    kepala dan techno yang artinya tukang. Secara istilah menurut Y.B

    Mangunwijaya, arsitektur sebagai vastuvidya atau wastuwidya yang

    berarti ilmu bangunan. Arsitektur adalah seni dan ilmu merancang

    dalam membuat kontruksi bangunan, metode dan gaya rancangan

    suatu kontruksi bangunan. Arsitektur mengembangkan dirinya untuk

    memenuhi kebutuhan fisik dan sekaligus metafisik, memenuhi unsur

    raga atau kejiwaan masyarakat. Keindahan bentuk arsitektur

    menjawab keinginan emosional, intelektual seraya menuntun kearah

    perenungan. Bentuk arsitektur bangunan adalah rajutan makna dari

    rujukan dasar mitologi, ritual hingga doktrinal, menatap bentuk

    arsitektur dapat dapat di pahami sebuah kerangka bagaimana konsep

    tradisi berlaku nyata di masyarakat. 21

    Arsitektur merupakan seni dari sebuah bangunan yang

    membuat makna yang nyata, ia menghasilkan kiasan konkrit dari cita-

    cita dan keyakinan suatu kelompok. Bahkan pernah dikemukakan

    bahwa bentuk-bentuk tertentu dalam arsitektur bersifat mimetik,

    bahwa piramida, kuil, kubah, dan menara menjadi manusiawi serta

    menciptakan bentuk-bentuk permanen yang telah memperoleh nilai

    ideologis dan simbolik dalam bahan-bahan yang dapat rusak.

    21 Marshela Pratiwi “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam di Kota

    Lubuk linggau, hlm 21.

  • Arsitektur seperti itu juga melakukan hal yang samauntuk perilaku,

    dengan menentukan suatu rona yang mengingatkan orang akan

    konteks prilaku yang tepat dan yang diharapkan.22

    b. Arsitektur Sebagai Wujud Kebudayaan

    Sinclair Gauldie mengisahkan ketika keterampilan manusia

    di bidang pembangunan mulai meningkat, maka mereka mulai

    mengubah karya arsitektur bukan sekedar memenuhi peran kegunaan

    fisiknya semata, namun sekaligus sebagai unsur budaya. Sebagaimana

    juga puisi dan seni lukis telah mendahuluinya, karya arsitektur

    dijadikan media unuk berkomunikasi lewat bahasa perlambangan

    dalam ungkapan bentuk, ruang, bahan, dan kontruksi. A.T.Maan,

    seorang arsitek yang menekuni secara khusus menekuni arsitektur

    suci, arsitektur merupakan mutiara yang menyimpan wujud tradisi

    suci di dalamnya. Di balik lingkar bebatuan megalitik Stonehenge,

    mandala dan stupa di kuil Hindu dan Buddha, sehingga kejalinan

    arabesque dari tabir musharabiah di ruang-ruang masjid, melintas

    benang merah mitologi dan keyakinan keagamaan yang menjadi dasar

    lahirnya wujud kebudayaan.23

    c. Arsitektur Masjid Tua di Indonesia

    Masuknya agama Islam ke beberapa tempat di Asia

    Tenggara diiringi dengan perkembangan nya bangunan masjid sebagai

    sarana ibadah. Sebelum datangnya agama Islam, wilayah Asia

    22 James C. Snyder, Pengantar Arsitektur, (Jakarta : Erlangga, 2009), hlm 26-27). 23 Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 16-17.

  • Tenggara menganut agama Hindu dan Budha dengan berbagai corak

    budaya yang terpengaruh budaya India, namun setelah masuk Islam,

    komunitas setempat melahirkan bentuk bangunan masjid yang dikenal

    aliran Indonesia, bahkan lebih spesifik ada ilmuan yang mengatakan

    bahwa bangunan masjid di Asia Tenggara yang melahirkan masjid

    Indonesia berasal dari masjid Jawa. Bentuk-bentuk masjid di

    Indonesia tidak terlepas dari pengaruh arsitektur masjid dunia pernah

    mengatakan bahwa tradisi bangunan kayu merupakan tradisi yang

    berasal dari prasejarah, masa sebelum masyarakat Indonesia menerima

    pengaruh Hindu-Budha yang kemudian mengenalkan kontruksi batu

    dalam bidang seni bangunan.24

    Teori tentang arsitektur masjid kuno di Indonesia lebih

    detail diuraikan oleh G.F. Pijper mengatakan bahwa arsitektur masjid

    kuno Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan

    bentuk-bentuk masjid di Negara lain. Dengan merujuk tipe masjid

    Indonesia yang berasal dari Jawa dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Denahnya berbentuk segi empat

    b. Fondasi bangunan berbentuk persegi dan pejal (massive) yang agak

    tinggi

    c. Atap masjid berbentuk tumpang, terdiri dari dua sampai lima

    tingkat yang semakin ke atas semakin mengecil

    24 Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 54-56.

  • d. Di sisi Barat atau Barat Laut terdapat bangunan yang menonjol

    sebagai mihrab.

    e. Di bagian depan dan kadang-kadang di kedua sisinya ada serambi

    yang terbuka atau tertutup.

    f. Halaman sekitar masjid dikelilingi oleh tembok dengan satu atau

    dua pintu gerbang.

    g. Dibangun di sebelah barat alun-alun.

    h. Arah mihrab tidak tepat ke kiblat.

    i. Dibangun dari bahan yang mudah rusak.

    j. Terdapat parit air yang mengelilinginya atau di depan masjid.

    k. Awalnya dibangun tanpa serambi. 25

    d. Unsur arsitektur masjid

    Ada beberapa elemen arsitektur masjid, diantaranya: kubah,

    menara, dinding, ruang utama, mihrab dan ornament, dan masing-

    masing dari arsitektur tersebut memiliki bentuk dan jenis yang

    bermacam-macam seperti kubah, kubah memiliki bentuk yang

    berbeda-beda antara satu dengan daerah lainnya.26

    3. Pengertian Masjid

    a. Pengertian Masjid

    Masjid secara bahasa adalah tempat bersujud, untuk

    menyembah kepada Allah. Ada beberepa jenis masjid di antaranya

    Masjid Negara, Masjid Raya, Masjid Agung dan Masjid Jami.

    25 Juliadi, Masjid Agung Banten: Napas Sejarah dan Budaya, hlm 59-60. 26 Achmad Fanani, Arsitektur Masjid, hlm 12

  • Masjid Negara adalah masjid yang diterapkan oleh pemerintah dan

    berkedudukan di Ibukota Negara. Masjid Raya adalah masjid yang

    ditetapkan oleh pemerintah tingkat provinsi. Masjid Agung adalah

    masjid yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Sedangkan

    Masjid Jami adalah yang ditetapkan pemerintah ditingkat

    Kelurahan/Desa. Secara istilah masjid adalah tempat yang

    disediakan untuk sholat di dalamnya dan sifatnya tetap, bukan

    sementara.27

    Masjid adalah suatu bangunan atau gedung yang

    digunakan sebagai tempat menunaikan shalat, baik shalat lima waktu

    atau shalat jum’at maupun sholat hari raya. Pengertian masjid

    sebagai bangunan atau kompleks bangunan merupakan wujud dari

    aspek fisik dalam kebudayaan Islam. Masjid dibangun atas dasar

    taqwa, dan fungsinya sejak dari pertama dibangun adalah untuk

    tempat membina umat muslim dan mendekatkan diri kepada Allah

    swt.28

    b. Sejarah dan Perkembangan Fungsi Masjid

    Fungsi masjid tidak terlepas dari makna masjid itu sendiri

    sebagai tempat sujud atau shalat, namun fungsi masjid juga

    berhubungan dengan sejarah tradisi dan dinamika budaya Islam di

    suatu tempat. Secara prinsip masjid adalah tempat membina umat,

    27 Yosfi Mandela, Sejarah dan Perkembangan Masjid Agung Sultan Abdullah di

    Kabupaten Lebong, hlm.31 28Tri Rejeki Permatasari, “Sejarah Masjid Al-Jihad di Desa Pasar Talo Kabupaten

    Seluma (Kajian Sejarah Berdiri dan Arsitektur), hlm 1.

  • untuk itu dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan keperluan pada

    jamannya, siapa yang mendirikan dan di lingkungan mana masjid di

    bangun. Pada kancah perjuangan umat Islam di Yathrib yang

    sekarang dikenal Kota Madinah, masjid didirikan oleh Nabi

    Muhammad SAW di jantung Kota Yathrib. Masjid yang disebut

    masjid Nabawi memiliki makna dan fungsi yang sangat penting,

    yakni sebagai pusat segala aktivitas umat Islam.29

    Adapun fungsi masjid pada masa Nabi Muhammad SAW

    selain untuk tempat ibadah atau untuk murni menyembah Allah,

    sholat, dzikir, membaca Al-Quran dan Ihtikaf tetapi Nabi

    memfungsikan masjid sebagai sebuah tempat bertemunya

    kepentingan dunia dan kepentingan akherat. Mulai dari memberikan

    tauziah, nasehat dan menyampaikan dakwah, pendidikan dan juga

    mengatur urusan keumatan, dari ekonomi hingga politik dari

    persoalan rumah tangga hingga persoalan Negara. Nabi juga

    menggunakan masjid sebagai basis pelatihan militer yang saat itu

    memang dibutuhkan dalam mengembangkan islam, masjid juga

    digunakan untuk aktivitas sosial, keagamaan dan kenegaraan. Semua

    aktivitas keumatan dari hablu minallah sampai hablu minannas

    dipusatkan dimasjid.30

    Fungsi masjid pada zaman modern tidak hanya sebagai

    tempay beribadah, kajian keagamaan, tempat pendidikan al-quran,

    29Juliadi, Masjid Agung Banten : Nafas Seajarah dan Budaya, hlm 10. 30 Marshela Pratiwi “Sejarah Perkembangan Arsitektur Masjid Agung Assalam di Kota

    Lubuk linggau, hlm 14

  • dan kegiatan sosial lainnya, fungsi masjid di era sekarang bahkan

    sudah bisa digunakan sebagai wisata religi karna bangunan arsitektur

    yang megah dan menarik sehingga banyak wisatawan berbagai kota

    banyak mengunjungi masjid hanya untuk sekedar berfoto sebelum

    menikah maupun hanya melihat kemegahan sebuah masjid.

    H. Metode Penelitian

    a. Heuristik

    Heuristik secara etimologi berasal dari bahasa Jerman heuristik

    artinya to invent, discover (menemukan atau mengumpulkan). Heuristik

    merupakan tahapan mengumpulkan informasi atau keterampilan dalam

    menemukan sumber yang dikumpulkan sesuai dengan sejarah yang

    akan ditulis.31Dalam hal ini tentang perkembangan arsitektur Masjid

    Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Dalam hal ini

    terdapat sumber primer dan sumber sekunder yang bersangkutan

    dengan topik yang akan dibahas, sebagai berikut :

    Sumber primer merupakan sumber sejarah yang diperoleh dari

    wawancara langsung yakni dengan memilih informan yang dianggap

    relevan dan mengetahui tentang perkembangan arsitektur masjid Rukis

    di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Dari hasil wawancara

    tersebut peneliti mendapatkan sumber primer atau informan pendukung

    sebagai berikut.

    31Kuntowijoyo.Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta, Bentang Pustaka, 2005) , hlm 95.

  • Tabel 1.1 Data Informan

    No Nama Umur Keterangan

    1 H.Ramlan Saim 65 Ketua Pengurus masjid rukis,

    sekaligus murid dari pendiri

    masjid rukis (Fokus Topik

    Penelitian Pada Perkembangan

    Arsitektur Masjid Rukis)

    2 Iwan Satria S.H 43 Cucu dari K.H Abdul Rauf salah

    satu pendiri masjid rukis, sekaligus

    sekretaris dari masjid rukis (Fokus

    Topik Penelitian Pada Sejarah

    Masjid Rukis)

    3 H.Oyon Rusli 52 Imam masjid Rukis (Fokus Topik

    Penilitian Pada Sejarah Masjid

    Rukis)

    4 H.M.Marimbun 58 Penjaga masjid rukis sekaligus

    gharim masjid rukis (Fokus Topik

    Penelitian Pada Sejarah Masjid

    Rukis)

    5 Hj.Ummi Zahro 45 Penjaga masjid rukis (Fokus Topik

    Penelitian Pada perkembangan

  • Arsitektur Masjid Rukis)

    Sumber primer dalam penelitian ini diperoleh melalui

    wawancara langsung terkait topik penelitian.

    Sedangkan sumber sekunder adalah istilah yang digunakan

    dalam historiografi untuk merujuk pada karya sejarah yang tertulis

    berdasarkan sumber-sumber sekunder lainnya.Adapun sumber sekunder

    dalam penelitian ini adalah skripsi, jurnal ilmiah, buku-buku,

    artikel/internet dan sumber lainnya yang membahas tentang Masjid dan

    arsitekturnya.

    Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa

    metode untuk memperoleh data, metode yang di gunakan antara lain:

    1. Tekhnik pengumpulan data

    a. Observasi

    Observasi merupakan langkah awal yang dilakukan

    peneliti untuk mengamati atau menghimpun data mengenai

    objek yang akan dikaji secara langsung maupun tidak langsung.

    Setelah peneliti melakukan observasi secara langsung maka

    peneliti mengamati bangunan arsitektur dari masjid Rukis

    tersebut, yang peneliti peroleh dari hasil observasi tersebut yaitu

    mengenai arsitektur gerbang, atap, serta ornament kaligrafi pada

    mihrab. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian yang akan

    dilakukan oleh peneliti.

  • b. Wawancara

    Wawancara adalah suatu kegiatan untuk menghimpun

    data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada

    informan mengenai topik penelitian yang akan dikaji.

    Wawancara ini dilakukan secara terbuka kepada Ketua pengurus

    masjid dan anggota pengurus masjid lainnya serta masyarakat

    setempat yang mengetahui tentang sejarah berdirinya masjid

    Rukis.Wawancara ini dilakukan di lokasi penelitian yaitu di

    Simpang Tiga Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

    c. Dokumentasi

    Peneliti juga memberikan hasil catatan lapangan yang

    berupa foto atau gambar langsung mengenai masjid Rukis

    tersebutmaupun dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan.

    2. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif

    yang berupa deskripsi mendalam terhadap perkembangan arsitektur

    masjid rukis di kota manna kabupaten Bengkulu selatan. Dalam

    pelaksanaan penelitian ini di terapkan konsep analisis, analisis ini

    di lakukan dengan cara mengatur, mengurutkan dan

    mengelompokan data. Setelah itu baru di cari tema yang

    kmungkinan menjadi focus bagi penelitian. Dalam analisis ini yang

    di bahas adalah data dan peneliti yang di perdalam lagi melalui

    pengamatan dan wawancara. Sehingga dengan cara ini maka akan

  • tergambar jelas Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis Di Kota

    Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.

    Data awal dalam menetapkan setting penelitian diproleh

    dari observasi awal peneliti ke lokasi penelitian yang berada di

    kecamatan kota manna kabupaten Bengkulu selatan. Setelah data

    telah diperoleh dari informan maka peneliti menggambarkan secara

    jelas mengenai perkembangan arsitektur dari masjid tersebut.

    b. Kritik Sumber

    Setelah berhasil mengumpulkan sumber dari berbagai

    kategorinya, tahap berikutnya ialah verifikasi atau kritik sumber yang

    diperoleh keabsahan sumber baik kredibilitas maupun otensitasnya.

    Dalam kritik ini adalah hati-hati dan ragu tentang informasi-informasi

    yang dikandung sumber sejarah tersebut, setelah itu mempelajari

    sumber itu, memahaminya dan mengambil kesimpulan realita-realita

    dari sumber tersebut.32

    Dalam kritik ekstren pengujian atas keaslihan dan tidaknya

    sumber dilakukan dengan menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang

    di temukan.Untuk membuktikanotensitas sumber tersebut, penulis akan

    menimbang dari beberapa aspek yaitu kapan sumber dibuat, dimana

    dibuat, siapa yang membuat, dari bahan apa sumber dibuat dan apakah

    sumber dalam bentuk asli. Sedangkan pada kritik intern penulis akan

    menimbang sumber dari segi kebenaran sumber yang meliputi

    32 Usman Hasan. Manhaj At-Tarikh. Alih Bahasa Muin Umar Dkk. Metode Penelitian

    Sejarah, Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm 79-80.

  • kebenaran isinya, keaslian isinya dan menimbang apakah isi buku itu

    dapat dipercaya atau tidak kebenarannya.33

    Untuk menyeleksi kebenaran sumber maka dalam penelitian ini

    memiliki sumber primer yaitu melakukan wawancara dengan Bapak H.

    Ramlan Saim yang merupakan Ketua pengurus masjid sekaligus

    perancang arsitektur masjid Rukis tersebut dan Bapak Iwan Satria S.H

    yang merupakan salah satu keturunan dari K.H Abdul Rauf yang

    merupakan pendiri pertama masjid Rukis. Alasan inilah yang

    menjadikan peneliti untuk menjadikan keduanya sumber utama dalam

    penelitian, guna mendapatkan hasil wawancara yang diharapkan sesuai

    kebutuhan dalam penelitian.

    c. Interpretasi

    Interpretasi berasal dari kata interprelation yang berarti suatu

    penjelasan yang diberikan oleh penafsiran (an explanation given by an

    interpreter). interpretasi atau penafsiran sejarah adalah dalam rangka

    anlisis dan sintesis.34Analisi berarti menguraikan karena kadang-kadang

    sumber mengandung beberapa kemungkinan. Sedangkan sintesis berarti

    menyatukan. Kemampuan untuk sentesis hanyalah mungkin jika

    penelita memiliki konsep, yang diperolehnya dari bacaan dankarena itu

    pula interpretasi atas data yang sama sekalipun memungkinkan hasilnya

    beragam. Disinilah interpretasi sering disebut juga sebagai penyebab

    tibulnya subjektifitas.

    33Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1999,

    hlm 60-61. 34Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm 102-103.

  • d. Historiografi

    Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi

    merupakan rekontruksi yang imajinatif atau cara penelitian penulisan,

    pemaparan, dan pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan

    dan hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai

    proses penelitian, sejak dari awal sampai akhirnya.35 Dalam penulisan

    sejarah ini, perubahan akan diurutkan kronologinya.36

    Dalam historiografi penelitian ini menggunakan berbagai

    pendekatan. Pertama, pendekatan historis yang mana peneliti menulis

    sejarah masjid Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dimulai

    dari berdirinya sampai perkembangan arsitekturnya. Kedua, Pendekatan

    sosial yaitu pendekatan yang digunakan dalam penelitian berkaitan

    dengan cara mendapatkan data, yakni dengan cara memperhatikan etika

    dan tingkah laku saat melakukan penelitian baik melakukan wawancara

    maupun hal lain.Ketiga, pendekatan kawasan yaitu penelitian ini

    berlokasi di Simpang Tiga Rukis Kota Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan, penelitian ini ditulis berdasarkan penyesuaian terhadap

    kawasan tempat tinggal masyarakat tersebut.Keempat,Pendekatan

    budaya yaitu pendekatan yang dilakukan dalam hal kebudayaan

    masyarakat setempat di lokasi penelitian, seperti halnya penelitian ini

    berlokasi di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, maka

    pendekatan budaya yang peneliti gunakan yaitu baik dari bahasa

    35Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm. 67. 36Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm 104-105.

  • menggunakan bahasa sehari-hari masyarakat tersebut dan begitupun

    yang lainnya peneliti melakukan penyesuaian terhadap budaya

    masyarakat tersebut guna mendapatkan atau memperoleh data yang

    diinginkan.

    I. Sistematika Penulisan

    Sistematika penelitian ini yakni :

    Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

    batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka,landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

    Bab II pembahasan: deskripsi wilayah penelitian, letak geografis

    wilayah, jumlah penduduk, pendidikan, mata pencarian, kesukuan,

    kehidupan beragama.

    Bab III pembahasan berisikan tentang: Sejarah Berdiri Masjid

    Rukis di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dan Perkembangan

    Arsitektur Masjid Rukis di Kota Manna Bengkulu selatan.

    Bab IV pembahasan berisi tentang :penutup berisikan kesimpulan

    dan saran-saran.

  • BAB II

    DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

    A. Profil Wilayah Kota Manna

    1. Kondisi Geografis

    Kondisi umum wilayah Kota Manna secara administrasi

    cakupan wilayah menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

    Bengkulu Selatan. Wilayah administrasi Manna memiliki luas 33.17

    km, dengan jumlah penduduk 14074 jiwa, sedangkan Kota Manna

    memiliki luas wilyah 32.16 km dan dengan jumlah penduduk 31599

    jiwa. 37 Kecamatan Kota Manna mencangkup 11 Kelurahan/Desa yaitu:

    Kampung Baru, Pagar Dewa, Pasar Baru, Kota Medan, Gunung Ayu,

    Padang Niur, Tebat Kubu, Gelumbang, Padang Kapuk, Ibul, Padang

    Beriang. Kota Manna (Kota Kenangan) adalah Kota kecil yang

    merupakan ibu Kota Kabupaten Bengkulu Selatan.Dengan kondisi

    topografi didominasi wilayah daratan.Hanya 2 Desa/Kelurahan yang

    terletak/secara geografis wilayah pesisir, yaitu kelurahan Kampung

    Baru dan Desa Pagar Dewa.Bila dilihat dari segi topografinya, sebagian

    besar permukaan lahan di Kecamatan Kota Manna cenderung

    landai.Untuk lebih jelasnya mengenai letak geografis dan topografi

    dapat di lihat pada Tabel 2.1.

    37 Katalog BPS: 1102. 1701, Kabupaten Bengkulu Selatan Dalam Angka 2018, Badan

    Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Selatan.

  • 34

    Tabel 2.1

    Letak Geografis dan Tofografis Menurut Desa/Kelurahan

    Kota Manna

    No Desa/Kelurahan Letak Geografis Letak Topografis

    1 Kampung Baru Pesisir Daratan

    2 Pagar Dewa Pesisir Daratan

    3 Pasar Baru Bukan Pesisir Daratan

    4 Kota Medan Bukan Pesisir Daratan

    5 Gunung Ayu Bukan Pesisir Daratan

    6 Padang Niur Bukan Pesisir Daratan

    7 Tebat Kubu Bukan Pesisir Daratan

    8 Gelumbang Bukan Pesisir Daratan

    9 Padang Kapuk Bukan Pesisir Daratan

    10 Ibul Bukan Pesisir Daratan

    11 Padang Berangin Bukan Pesisir Daratan

    Sumber : BPS Kota Manna tahun 2018 1

    Kota Manna (Kota Kenangan) adalah sebuah Kota kecil yang

    merupakan ibu Kota dari Kabupaten Bengkulu Selatan.Penduduk

    aslinya adalah suku Serawai dan Pesisir. Terdapat banyak tempat wisata

    sangat indah dan menarik seperti Pasar Bawah, Taman Kota Manna,

    Tebat Rukis, serta banyak pusat perjalanan seperti mini market dan

    pasar , pasar yang terkenal salah satunya pasar Ampera.

    1 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12

    Mei 2020.

  • 35

    2. Demografi

    a. Kondisi Sosial Ekonomi

    Dari sektor ekonomi masyarakat Kota Manna cenderung

    memiliki lahan yang memproduksi tanaman pangan palawija, seperti

    tanaman kacang hijau, ubi kayu, atau singkong, ubi jalar atau ubi

    rambat yang cukup luas. Sementara sektor perkebunan, komoditas

    yang yang dihasilakan antara lain kelapa sawit, karet dan jahe. Dan

    sektor perikanan, produk utama perikanan laut adalah ikan tuna dan

    udan jenis lobster.2

    b. Mata pencaharian

    Gambar 2.1

    Mata Pencaharian Kota Manna Bengkulu Selatan

    Tahun 2018

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Manna3

    2 Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Kota Manna

    Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-2018”, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,

    2019), Hal.46 3 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12

    Mei 2020.

    PETANI

    16 %

    PEDAGANG

    14 %

    NELAYAN

    35 %

    PETERNAK

    10 %

    PNS

    25 %

  • 36

    Sumber daya perikanan tangkap yang ada di Kota Manna,

    umumnya adalah nelayan tradisional yang memperoleh kemampuan

    melaut secara turun-temurun sebagai akibatnya pengetahuan tentang

    tekhnologi penangkapan, pengolahan, dan pemasaran umumnya

    masih sangat sederhana.Kegiatan perekonomian nelayan lebih

    ditunjukkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari dan

    sebagian besar di antaranya belum memiliki orientasi untuk mencari

    celah bagi peningkatan produktivitas hasil perikanan tangkap.

    Armada perikanan kota manna didominasi oleh nelayan kecil.4

    B. Jumlah Penduduk Kota Manna

    Jumlah penduduk Kota Manna berdasarkan jenis kelamin

    hitungan data dari Badan Pusat Statistik 2018/1019 telah mendata jumlah

    laki-laki 15709 jiwa sedangkan perempuan 15980 jiwa dengan total

    keseluruhan penduduk Kota Manna 31599 jiwa. Adapun jumlah secara

    rinci berdasarkan tabel berikut.

    Tabel 2.2

    Data penduduk berdasarkan jenis kelamin

    No Laki-laki Perempuan Total

    1 15 709 jiwa 15 890 jiwa 31 599 jiwa

    Sumber :BPS Kota Manna tahun 2018 5

    4 Wizin Juliadi, “Perkembangan Islam di Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan Abad 20”, (Skripsi Institut Agama Islam Negeri Bengkulu, 2016), Hal.39 5 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12

    Mei 2020.

  • 37

    C. Pendidikan

    Masyarakat Kota Manna memiliki berbagai tingkat pendidikan

    yaitu dari jenjang TK, SD/SLB dan MI, SMP/MTS/SLB, SMU/MA/SMK.

    Berikut Jenjang pendidikan masyarakat Kota Manna pada tahun 2018.

    Tabel 2.3

    Data Pendidikan Kota Manna

    No Tingkat Pendidikan Jumlah Siswa

    1 TK 852 orang

    2 SD/SLB/MI 3.131 orang

    3 SMP/MTS/SLB 2.361 orang

    4 SMU/MA/SMK 3.427 orang

    Sumber :BPS Kota Manna tahun 20186

    D. Kebudayaan

    Masyarakat Kota Manna terdiri dari beberapa macam suku,

    yaitu suku Serawai dan Pesisir. Suku Semendo/Pasemah ada yang tinggal

    di daerah tersebut. Suku Jawa, Batak, Minang, dan Lampung merupakan

    transmigran yang tinggal diberapa unit permukiman transmigarsi, baik

    yang masih dalam pembinaan maupun telah menjadi Desa. Suku Batak

    dan Minang, merupakan transmigran spontan. Dimana suku Batak dan

    Minang datang karena berdagang. Demikian juga suku Lampung yang

    datang untuk mencari pekerjaan dan akhirnya menetap di Kota Manna.7

    Namun dengan berbagai banyak suku yang ada di Kota Manna bahasa

    6 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12

    Mei 2020. 7 Wizin Juliadi, “Perkembangan Islam di Kecamatan Pasar Manna Kabupaten Bengkulu

    Selatan Abad 20”, Hal. 40

  • 38

    yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa

    serawai, sebagai pemersatu bahasa komunikasi.8

    Meskipun banyak suku yang berdatangan adapun kebudayaan

    yang ada di Kota Manna salah satunya kebudayaan Tari Andun yang mana

    dilaksanakan pada setiap acara pernikahan di Kota Manna. Tari Andun

    merupakan tarian bermakna tarian sambutan bagi pengantin. Tari andun

    dilakukan oleh pengantin perempuan terlebih dahulu dan diikuti oleh

    keluarga pengantin perempuan beserta masyarakat. Lalu bergantian

    dengan pihak pengantin laki-laki yang menari beserta keluarganya. Tari

    Adun di iringi oleh alat musik seperti: Redap dan Kolintang. Namun

    sekarang lebih banyak diiringi dengan suara rekaman musik. Tari Andun

    masih dilakukan hingga sekarang.

    E. Keagamaan

    Penduduk Kota Manna rata-rata beragama Islam sedangkan

    sarana masjid juga yang berguna untuk Ibadah Agama Islam, seperti

    sholat, mengaji dan pengajian. Sebagian penduduk ada yang rajin dan ada

    yang tidak rajin. Remaja di Kota Manna juga ada yang aktif dalam

    berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti Remaja Masjid Islam

    Masjid (RISMA).

    8 Erna Nengsih (Masyarakat Kota Manna, Wawancara, pada tanggal 6 Juli 2020 pukul 15:

    12 WIB)

  • 39

    Tabel 2.4

    Data Pemeluk Agama di Kota Manna 2018

    No Agama Jumlah

    1 Islam 28.266 jiwa

    2 Protestan 742 jiwa

    3 Katolik 173 jiwa

    Sumber :BPS Kota Manna tahun 2018 9

    F. Sarana dan Prasarana

    Seperti desa pada umumnya, Kota Manna memiliki beberapa

    fasilitas. Tetapi yang mengunggulkan kota ini dari tempat lainnya adalah

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan teretak di Kota

    Manna. Adapun fasilitas yang terdapat di Kota Manna seperti adanya

    tempat-tempat pendidikan seperti Sekolah Umum maupun Madrasah yaitu

    STIT, SMA, SMK, MA, SMP, MTS, SD, SD IT, TK dan Paud.

    Tabel 2.5

    Data Sarana dan Prasarana Kota Manna

    No Sarana dan Prasarana Jumlah

    1 Masjid 29

    2 Musholla 2

    3 Gereja 1

    4 Perguruan Tinggi 1

    5 SMA/SMK/MA 8

    9 Badan Pusat Statistik Kota Manna (Kota Manna: BPS, 2018), Observasi pada tanggal 12

    Mei 2020.

  • 40

    6 SMP/MTS 7

    7 SD/SDIT 13

    8 TK/PAUD 8

    Sumber :Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial

    Keagamaan di Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-

    2018”.10

    10 Lopita Jayanti, “Kontribusi ‘Aisyiyah Dalam Bidang Sosial Keagamaan di Kota Manna

    Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1937-2018”, Hal 48-49.

  • 41

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Sejarah Berdirinya Masjid Rukis

    Masjid Rukis merupakan salah satu masjid tertua di Kota Manna

    Kabupaten Bengkulu Selatan, masjid ini terletak di simpang tiga Rukis

    jalan raya Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Pembangunan

    masjid ini dilaksanakan pada 28 Agustus 1936 yang diketuai oleh seorang

    Tokoh yang berasal dari Kota Manna bernama K.H. Abdul Rauf Ishak dan

    kelima tokoh lainnya yaitu A. Rahman, Bustam, Raamin, Harun, Hasan

    Basri. Rukis ini sendiri awalnya merupakan Kelurahan Tanjung Mulia

    pada masa itu namun setelah K.H Abdul Rauf Ishak memberi nama pada

    masjid Roekis maka seluruh Selurahan Tanjung Mulia di rubah menjadi

    sebutan Roekis karena Roekis ini memiliki arti yaitu “RantjanganOentoek

    Kemadjoean Islam Sedjati” (rancangan untuk kemajuan Islam sejati).

    Berdasarkan informasi dari informan mengatakan bahwa K.H.

    Abdul Rauf Ishak menempuh pendidikan di Mekkah, sepulangnya dari

    Mekkah beliau berdakwah di Kota Manna untuk menyebarkan agama

    Islam. Dengan melihat nya kondisi pada saat itu adanya penyebaran agama

    lain di Kota Manna salah satunya yaitu agama Kristen maka K.H Abdul

    Rauf Ishak bersama dengan 5 orang lainnya beserta masyarakat Rukis

    mendirikan sebuah masjid yang disebut dengan nama masjid Roekis pada

    tahun 1936. Masjid Rukis pada masa itu dijadikan pula sebagai yayasan

    41

  • 42

    Rukis untuk tempat belajar mengajar ilmu agama seperti

    mengaji dan lain-lain.

    Adapun tujuan didirikannya masjid Rukis ini adalah agar bisa

    menerbitkan buku-buku agama Islam, menjadikan tempat untuk

    mempelajari agama Islam, menyediakan buku-buku agama Islam yang

    diperlukan. Adapun tujuan lain didirikannya masjid Rukis pada masa itu

    untuk menyangkal adanya penyebaran agama Kristen dan agama lainnya.

    Karena pada masa itu sedang gencar nya penyebaran agama lain, salah

    satunya agama Kristen yang mencoba masuk ke daerah Kota Manna

    diawali dari Desa Tanjung Sakti pada masa itu. Adanya latar belakang

    inilah yang menjadikan K.H Abdul Rauf Ishak dan kawan-kawan serta

    masyarakat Kota Manna untuk membangun masjid Rukis tersebut. Berikut

    hasil dari wawancara dari bapak Iwan Satria, S.H selaku cucu dari K.H

    Abdul Rauf Ishak :

    “ Waktu itu datuk saya K.H Abdul Rauf perna menempuh

    pendidikan di Mekkah, sepulang dari Mekkah beliau langsung

    menyebarkan agama Islam di Kota Manna dengan cara berdakwah dan

    kebetulan pula pada masa itu orang-orang Belanda masuk ke Kota

    Manna dan menyebarkan agama kristen. Kemudian melihat kondisi itu

    datuk saya bersama para sahabatnya di bantu pula dengan masyarakat

    rukis mendirikan sebuah masjid yang di beri nama masjid Rukis,

    kemudian masjid rukis dijadikan pula sebuah yayasan Rukis dimana

    masjid ini dijadikan tempat belajar dan mengajarkan mengenai agama

    Islam guna menghindari penyebaran luas agama lainnya.”48

    48 Iwan Satria, S.H. (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-

    2023),Wawancara, Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB)

  • 43

    Pembangunan masjid ini merupakan tanah wakaf dari K.H.

    Abdul Rauf Ishak yang diperoleh beliau dari hak waris mertuanya yaitu

    Pangeran Duayu yang merupakan Pangeran sekaligus Pemimpin di Kota

    Manna Kabupaten Bengkulu Selatan pada saat itu. Lahan masjid Rukis ini

    awalnya merupakan sebuah tanah kosong yang memiliki luas 70 meter

    persegi. Masjid pertama kali dibangun berposisi lebih dekat dengan

    gerbang saat ini, keadaan masjid pertama dibangun pada tahun 1936 masih

    berdinding papan dan masih memiliki atap satu tingkat, beserta teras

    keliling yang memiliki tiang penyangga berasal dari kayu. Masjid

    mengalami beberapa perombakan : yang pertama pada tahun 1936 masjid

    ini kembali mengalami perubahan pada teras adanya penambahan pada

    bagian teras yang dibuat ukiran kayu pada bagian depan atas teras. Kedua

    pada tahun 1950 keadaan masjid pada saat itu sudah berdindingkan semen,

    memiliki atap tiga tingkat dan teras keliling yang terbuat dari semen, dan

    sudah memiliki lantai dua tingakat. Lalu perombakan ketiga pada tahun

    1980 keadaan masjid berubah lagi memiliki lantai satu tingkat, atap satu

    tingkat, memiliki kubah berwarna putih, dan teras keliling.49

    Pada 2 september 1993 masjid Rukis mendapatkan bantuan dari

    yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang di ketuai sekaligus di

    resmikan oleh Bapak Soeharto sekaligus Bapak Presiden saat itu. Maka

    dari hal inilah masjid Rukis mengalami perubahan mulai dari letak posisi,

    serta bentuk gaya bangunanpun mengalami perubahan total. Saat ini

    49 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara,

    12 Maret 2020, Pukul 13.33 WIB.

  • 44

    masjid berposisi sedikit mundur dari posisi awal, memiliki atap tiga

    tingkat seperti kerucut semakin ke atas semakin kecil dan berundak-undak

    berwana hijau, memiliki teras keliling yang sudah terbuat dari semen, dan

    selama bertahap masjid Rukis ini terus mengalami penambahan

    pembangunan.50 serta fasilitas-fasilitas pada masjid : misalnya saat ini

    masjid Rukis sudah memiliki kantor tersendiri khusus tempat

    penyimpanan data-data tentang pengurus masjid dan lain-lain, memiliki

    fasilitas seperti wifi, jam digital menara yang megah, kaligrafi di

    dalamnya, dan gerbang yang megah, dan saat ini masjid Rukis terus

    mengalami penambahan pembangunan seperti saat ini penambahan

    gedung baru untuk dijadikan tempat berwudhu yang baru serta ruang

    bertamu dari luar misalnya saja para Musafir yang melakukan dakwah di

    Kota Manna dan sekitarnya dari luar Provinsi Bengkulu.51

    Masjid Rukis ini juga memiliki peninggalan buku yang di buat

    oleh para pendiri masjid Rukis ini yang berupa Statuten di dalam Statuten

    ini terdapat nama-nama pendiri masjid, tujuan di dirikan masjid, dan

    aturan-aturan dalam kepengurus masjid serta hal yang lainnya. Bacaan

    yang berisi di dalam statuten ini masih menggunakan ejaan lama.52

    50Oyon Rusli (Imam Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara, 12 Maret 2020,

    Pukul 15.50 WIB. 51Muhamad Marimbun (Gharim Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara 12 Maret

    2020, Pukul 14.23 WIB. 52 Observasi Lapangan yang dilakukan Peneliti di Masjid Rukis Pada 12 Maret 2020

    Pukul 14.00 WIB

  • 45

    Gambar 3.1

    Arsip Masjid Rukis

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.53

    53 Dokumentasi Buku Statuten diambil pada tanggal 12 Mei 2020. Gambar Terlampir.

  • 46

    STRUKTUR PENGURUS MASJID RUKIS

    PERIODE 2018/2023

    DEWAN PENASEHAT

    Ketua : Sudarno Karim

    Anggota : 1. Basir Djapri

    2. Azwar Hadi

    3. Dachroni Najam

    4. Toba, M.Pd.I

    KETUA

    Ir. H. Ramlan Saim, M.M.

    SEKRETARIS WAKIL KETUA BENDAHARA

    1. Suraperi, S.Pd.

    2. Erianto, M.Pd.

    1. H. Nurman Samin

    2. Syamsul Hayadi

    1. Despryadi, S.P.

    2. Ujang Suhardi

    SEKSI IBADAH SEKSI IMAROH SEKSI RI’AYAH

  • 47

    Imam : 1. H. Oyon

    Rusli, 2. Dedi Aprizal

    Khotib : Sudarmo

    Karim

    Muazin:

    1.Kosman,S.Sos

    2. Ervi Erwandi,SE

    Gharim : M.Marimbun

    Koordinator : Iwan

    Satria, S.H

    Anggota :

    1. Mulyadi Mahar,

    2.Suroto, 3.Sukarman,

    4.Edwar Azwar

    5. Lianes Franico

    6. Nasrul L

    Koordinator : Hamdan

    Mufti

    Anggota : 1.Markisjon,

    2. Ir. Trisman,

    3.Armen Yurizal,

    4.Juni, 5. Rejo,

    6. Riky Arisugianto,

    7.Aprizon, 8.Jutusman,

    9. Jauhari

  • 48

    B. Perkembangan Arsitektur Masjid Rukis

    Sebelum memasuki pembahasan dalam perkembangan arsitektur

    masjid Rukis, maka peneliti memfokuskan pembahasan mengenai

    perkembangan arsitektur masjid pada tahun 2016-2019 saja. Berdasarkan

    hasil dari wawancara dengan bapak Iwan Satria S.H pada 12 Maret 2020

    pukul 13:33 wib di kantor masjid Rukis Bapak Iwan selaku koordinator

    seksi Imaroh masjid Rukis sekaligus cucu dari K.H Abdul Rauf Ishak,

    mengatakan bahwah masjid Rukis ini sudah mengalami 4 kali perubahan,

    awal dibangun tahun 1936 posisi letak dari bangunan masjid Rukis berada

    di dekat gerbang sekarang. Dan masih berdindingkan papan, teras keliling

    dengan tiang kayu, sedangkan lantai masih menggunakan semen biasa, dan

    memiliki atap satu tingkat.

    Gambar 3.2

    Foto Kondisi Awal Masjid Rukis dan Para Pengurus pertama

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020 54

    54 Dokumentasi Foto Kondisi Awal Masjid Rukis diambil tanggal 12 Mei 2020. Gambar

    Terlampir.

  • 49

    Pada tahun 1936 merupakan perubahan pertama. Masjid Rukis

    mengalami penambahan pada bagian teras yaitu penambahan bagian atas

    teras dengan adanya ukiran kayu pada bagian teras, serta bentuk pada atap

    masjid.

    Gambar 3.3

    Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Kedua

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020 55

    Renovasi kedua pada tahun 1950 masjid Rukis mengalami

    perubahan dari bentuk awal masjid Rukis pada tahun 1950 sudah memiliki

    dinding dari semen, memiliki lantai dua tingkat, memiliki teras keliling

    berdinding semen, dan memiliki atap tiga tingkat, pada saat tahun 1950

    masjid ini di jadikan yayasan Rukis sehingga masyarakat banyak belajar

    tentang agama Islam dengan para pendiri masjid yaitu K.H Abdul Rauf

    Ishak dan ke-5 lainnya maka dari itu pada tahun 1950 masjid rukis di buat

    55 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Kedua diambil tanggal 12

    Mei 2020. Gambar Terlampir.

  • 50

    menjadi dua lantai karena banyaknya masyarakat yang berkunjung untuk

    melakukan ibadah serta mendalami tentang agama Islam.56

    Gambar 3.4

    Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Ketiga

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.57

    Renovasi ketiga pada tahun 1980 pada tahun ini melihat dari

    kondisi masjid yang mengalami kerusakan maka dari itu diadakanlah

    renovasi pada masjid Rukis. Sehingga bentuk dari bangunan masjid Rukis

    mengalami renovasi dari lantai dua tingkat pada tahun 1950 akhirnya pada

    tahun 1980 di rubah kembali menjadi satu lantai, memiliki kubah besar

    putih, atap satu tingkat, teras keliling, dan berwarna biru.58

    56 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,

    Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.35 WIB) 57 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Ketiga diambil tanggal 12

    Mei 2020. Gambar Terlampir. 58 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,

    Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB)

  • 51

    Gambar 3.5

    Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Keempat

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.59

    Pada tanggal 2 Agustus 1993 Masjid Rukis mendapatkan

    bantuan dari yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila sekaligus diresmikan

    oleh Bapak Soeharto selaku Presiden pada masa itu. Dan masjid Rukis

    pada tahun 1993 mengalami perubahan total mulai dari letak posisi awal

    masjid yang pada tahun 1936-1981 itu posisi masjid masih di depan

    masjid yang sekarang, setelah mengalami perubahan pada tahun 1993

    masjid Rukis sedikit lebih mundur dari awal posisinya, perubahan inilah

    yang membuat masjid Rukis berubah total dari letak maupun gaya

    bangunan, dengan luas bangunan 50 meter persegi dan lebar bangunan 50

    meter persegi dan lain-lain. Masjid Rukis memiliki atap tiga tingkat seperti

    pundan berundak berwarna hijau, memiliki kubah runcing dengan lafal

    59 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Keempat diambil tanggal 12

    Mei 2020. Gambar Terlampir.

  • 52

    Allah, memiliki kaligrafi pada sisi kanan dan kiri serta atas mihrab,

    menara yang megah, gerbang yang megah dan lain-lain. Berikut bentuk

    bangunan masjid Rukis setelah di resmikan pada tanggal 2 Agustus

    1993.60

    Gambar 3.6

    Foto Masjid Rukis dalam keadaan Renovasi Kelima

    Sumber: Dokumentasi tanggal 12 Mei 2020.61

    Melihat dari perubahan bangunan masjid ini membuat kita

    bertanya-tanya siapakah arsitektur dibalik bangunan masjid Rukis

    sehingga di bentuk menjadi seperti atap yang tiga tingkat dan berwarna

    hijau, adanya kaligrafi di bagian dalam masjid, serta gerbang yang megah

    dan melekung itu dan apa makna dari bentuk bangunan masjid Rukis ini.

    60 Iwan Satria, (Koordinator Seksi Imaroh Masjid Rukis Periode 2018-2023),Wawancara,

    Pada Tanggal 12 Maret 2020, Pukul 13.45 WIB) 61 Dokumentasi Foto Masjid Rukis dalam Keadaan Renovasi Kelima diambil tanggal 12

    Mei 2020. Gambar Terlampir.

  • 53

    Berdasarkan hasil dari wawancara penulis kepada Bapak Ir. H.

    Ramlan Saim, M.M. Selaku Ketua Pengurus Masjid Rukis sekaligus

    arsitektur pada beberapa bangunan yang ada di masjid Rukis seperti atap,

    gerbang dan kaligarafi, Bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. Mengemukakan

    bahwa pembangunan masjid ini memang dibangun sesuai dengan

    perkembangan zaman, dengan melihat masjid-masjid seperti masjid

    Agung Demak memiliki atap tiga tingkat dan masjid lainnya. Berikut

    kutipan wawancara penulis dengan bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. :

    “masjid ini di bangun sesuai perkembangan zaman pada masa

    Bapak Soeharto dan kemudian setelah masjid ini di bangun kita sebagai

    masyarakat melihat juga bentuk-bentuk bangunan masjid lainnya

    seperti halnya masjid Agung Demak. Bisa dikatakanlah bahwa masjid

    ini terinspirasi pada masjid Agung Demak bisa kita lihat dari gaya

    bentuk bangunannya teruma pada atapnya, kemudian kita juga

    memaknai dari bentuk bangunan masjid Rukis ini sendiri seperti halnya

    pada atap, gerbang dan kaligrafi serta hal-hal yang ada pada bangunan

    masjid Rukis ini. ”62

    1. Atap

    Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi

    sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap

    pengaruh dari panas, debu, hujan, angin dan sebagainya. Menurut

    Bapak Ir. H. Ramlan Saim, M.M. Pembangunan pada atap masjid

    Rukis ini pada tahun 1936-1993 mengalami perubahan, pertama

    pada tahun 1936 memiliki atap satu tingkat, pada tahun 1950

    62Ramlan Saim, M.M. (Ketua Pengurus Masjid Rukis Periode 2018-2023), Wawancara,

    Pada TAnggal 12 Maret 2020 , Pukul 13.00 WIB)

  • 54

    memiliki atap dua tingkat, pada tahun 1980-1981 memiliki atap

    satu tingkat, dan pada tahun 1993-2019 memiliki atap tiga tingkat

    semakin ke atas semakin mengecil seperti limas dan berundak-

    undak memiliki makna dari Iman, Islam dan Ihsan, berwarna hijau

    memiliki makna bahwasanya lambang warna Islam yang berarti

    cinta damai maka dari itu di letakkan lah cat warna hijau pada

    bagian atap masjid dengan harapan siapapun yang memandanginya

    maka semoga bisa merasakan kedamian di dalam hatinya, dan

    memiliki kubah kecil runcing keaatas yang berlafalkan Allah.63

    Dari hasil analisa peneliti maka peneliti berpendapat

    bahwa dari ciri-ciri atap masjid Rukis tersebut memiliki kesamaan

    dengan gaya bangunan atap pada masjid Agung Demak yang mana

    berbentuk limas dan berundak-undak semakin ke atas semakin

    kecil. Berikut gambar masjid Agung Demak :

    Gambar 3.7

    Foto Masjid Agung Demak

    63 Ir. H. Ramlan Saim, M.M. (Ketua Pengurus Masjid Rukis Periode 2018-2023),

    Wawancara, Pada TAnggal 12 Maret 2020 , Pukul 13.00 WIB)

  • 55

    Sumber: Diakses internet pada tanggal 30 Juni 2020.64

    Gambar 3.8

    Foto Masjid Rukis Bagian Depan

    Sumber: Dokumentasi Tanggal 12 Mei 2020.

    Gambar 3.9

    Foto Masjid Rukis Bagian Depan

    64 Sumber Dokumentasi di akses internet pada tanggal 30 Juni 2020.