-
UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN
DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:
NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
-
UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN
DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:
NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SarjanaKesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara
konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati
sampai saat ini.
Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air
merupakan dasar
peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Penting untuk kita ketahui, penyakit yang berhubungan dengan
kurangnya
ketersediaan air bersih, sanitasi dan hygiene (perilaku hidup
sehat) merupakan
penyakit yang paling sering berulang dan juga merupakan penyebab
kematian
terbesar di dunia yang menyebabkan lebih dari 3 juta orang
meninggal pada tiap
tahunnya, yang umumnya adalah anak-anak. Kalau kita lihat
statistik dunia, saat
ini hampir sekitar 1,1 miliar peduduk dunia tidak memiliki akses
terhadap air
bersih dan 2,5 miliar tidak memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi dasar yang
layak. (WHO, 2010).
Indonesia sendiri merupakan negeri kaya air juga tidak luput
dari
persoalan air bersih. berdasarkan data Survey (SUSENAS) 2011
pada tri wulan III
bulan September, baru 42,52% masyarakat indonesia yang memiliki
akses air
bersih, angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu
44,19%
masyarakat Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih dan
55,54% yang
memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar.
-
2
Situasi ini tidak jauh berbeda dengan di Aceh. Menurut data
Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, 62,9 % masyarakat mempunyai
akses air
minum yang layak, sementara yang memiliki akses kepada air minum
yang layak
dan berkelanjutan sesuai dengan definisi Millennium Development
Goals (MDGs)
hanya 34,2% yang memiliki akses air bersih dan 63,6 % masyarakat
sudah
memiliki fasilitas sanitasi dasar yang sesuai dan layak dan
hanya 13,22 %
masyarakat yang mengunakan sumber air sumur tak terlindung.
(Litbang Depkes
RI, 2010).
Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Pengembangan Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum, untuk cakupan layanan air minum di
Provinsi
Aceh menduduki urutan ke-8 dari 10 provinsi se-Wilayah I
Sumatra. 60%
penduduk hingga saat ini belum terlayani dan tidak menikmati
kebutuhan air
bersih, kondisi ini disebabkan perusahaan PDAM sebagian besar
kabupaten/kota
di aceh belum mampu menyediakan air minum kepada masyarakat
sesuai dengan
standar kesehatan. (Kementerian PU, 2013).
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti
untuk air
minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang
sudah
ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Dalam hal ini
persyaratan
kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam
Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dimana setiap komponen
yang
dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan.
Air minum
selain merupakan kebutuhan esensial, namun juga berpotensi
sebagai media
penularan penyakit, keracunan dan sebagainya (Widyanti,
2004).
-
3
Besi (Fe) adalah satu elemen yang dapat ditemui dalam air, besi
dalam
jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk
sel-sel darah
merah, namun dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Seng
atau juga
disebut Zinkum (Zn) merupakan mineral mikro yang diperlukan
untuk
pertumbuhan, penambah nafsu makan dan penyembuhan luka, asupan
seng yang
berlebih dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, dan nyeri
abdomen.
(Yuliana, 2009; Gunawan, 2009).
Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan.
Sungai-
sungai maupun air tanah yang menjadi sumbernya sudah tercemar
berbagai
macam limbah, baik dari rumah tangga hingga limbah beracun dari
industri. Itulah
salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK)
yang
menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun harga air
minum dalam
kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat membuat
konsumen
mencari alternatif baru yang murah. Air minum isi ulang menjadi
jawabannya.
Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya
bisa sepertiga
dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu
banyak rumah
tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan
depot-depot air
minum isi ulang bermunculan (Widyanti, 2004).
Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan
dengan
dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu
dan aman
untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum
isi ulang
terjamin keamanan produknya. Contohnya Hasil pengujian
laboratorium yang
dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) atas
kualitas depot air
minum isi ulang di Jabotabek menunjukkan adanya cemaran mikroba
dan logam
-
4
berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada sejumlah
sampel air
minum isi ulang (Widyanti, 2004).
Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis
ingin
memeriksa kadar mineral besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum
isi ulang yang
beredar di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya, mengingat bahwa
air isi ulang
mulai menjamur namun tidak pernah ada upaya pengawasan dari
Pemerintahan
Kabupaten Nagan Raya khusus nya dinas kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum
isi ulang
yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya sudah
memenuhi
persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyarat kualitas air minum.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengukur kandungan besi dan seng pada air minum isi ulang
sesuai
dengan persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas
air minum.
-
5
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui kadar Besi (Fe), pada air minum isi ulang yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.
b) Mengetahui kadar Seng (Zn) pada air minum isi ulang yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneliti sangat berharap agar bisa
memberikan
sumbangan pemikiran yang dapat membawa manfaat serta berguna
bagi orang
lain, istansi, maupun institusi baik secara praktis maupun
secara teoritis, yaitu :
1.4.1 Manfaat Praktis
a) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Nagan Raya agar
dapat
meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan
Depot
Air Mimun Isi Ulang secara kontiniu dan berkala.
b). Memberikan masukan bagi pengelola depot Air isi ulang, akan
pentingnya
menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala
kualitas air
minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan
menggunakan
sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI
No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
c). Memberikan informasi kepada masyarakat yang menggunakan air
minum
isi ulang (AMIU) agar lebih selektif memilih depot yang
higienis, bebas
dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.
-
6
1.4.2 Manfaat Teoritis
a) Sebagai Media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
penulis
dalam mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di bangku kuliah.
b) Menjadi referensi dan bahan pembanding bagi penelitian
berikutnya.
c) sebagai sumbangan Ilmiah dan informasi dalam memperkaya
khasanah
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan
lingkungan.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air dan Air Minum
2.1.1 Pengertian Air
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O terdiri dari
hidrogen
(11,1888 %) dan oksigen (88,812 %), satu molekul air tersusun
atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.
Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut universal karena mampu melarutkan banyak
zat kimia
lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
senyawa organik
(Wikipedia, 2012).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Qamar ayat 12 yang
arti
nya: ”Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, Maka
bertemu-
lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah
ditetapkan”
Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat
kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai
macam
penularan terutama penyakit saluran pencernaan. Oleh sebab itu,
upaya penyedian
air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitas perlu
dilakukan sehingga
berbagai yang dapat ditularkan melalui media air dapat
diminimalisasi. (Sutrisno,
2004).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah
udara,
sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air
dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa minum air.
Selain itu air juga
-
8
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan
kotoran yang
ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan
industri, pertanian
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transfortasi dan lain-lain.
Penyakit-penyakit
yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan
melalui air,
kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit
dimana-mana.
(Budiman, 2007).
2.1.2 Pengertian Air Minum
Menurut Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air
minum
meliputi :
1. Air Minum dari Air Bersih (dimasak dulu sebelum dikonsumsi)
Diperoleh
dari sumber : Air PDAM, air sumur dll
2. Air Minum dalam kemasan (AMDK)
3. Air Minum isi ulang (AMIU)
Syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak
berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen
yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang
dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan
dapat merugikan
secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air
masyarakat harus
dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat. (Slamet, 2004)
-
9
2.2. Persyaratan dan Penilaian Air Minum
2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum
Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan
baik
kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan.
Air yang
memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi
semua kebutuhan
keluarga baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah
tangga lainnya.
Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum
menurut
Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dapat digolongkan
dengan
empat syarat :
1. Syarat Fisik
Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau,
tidak
berwarna, tidak keruh, dan suhu udara maksimal ± 30C. (Slamet,
2007)
2. Syarat Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air
raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe),
flourida (F),
tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya.
Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya
tidak melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan. Penggunaan air yang
mengandung bahan
kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas
berakibat tidak baik
bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
3. Syarat Mikrobilogis
Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi
E-
coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air
minum. Keberadaan E-
-
10
coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya
kontaminasi tinja
manusia. (Pitojo dan Purwantoyo, 2002)
4. Syarat Radioaktif
Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari
kemungkinan
terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang
diperkenankan.
2.2.2 Penilaian Kualitas Air
Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca
indra.
Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat
dicium
menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat
kualitatif. Misalnya,
bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda
(Kusnaedi, 2006).
Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan
standar kualitas air,
yaitu :
1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan
standar
guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan.
2. Estetika : faktor estetika diperhatikan guna memperoleh
kondisi yang
nyaman.
3. Teknis : faktor tekhnis ditinjau dengan mengingat bahwa
kemampuan
teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk
tujuan
menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau
peralatan
yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud.
4. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan
terjadinya efek
racun bagi manusia.
-
11
5. Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitannya
dengan
kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan.
6. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan
atau
melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi.
7. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka
menghindarkan
kerugian-kerugian ekonomi.
2.3. Manfaat Air Bagi Kesehatan
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga
keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh setiap waktu, air perlu
dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu, air juga
berguna untuk
melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh
manusia terdiri
dari berjuta- juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah
air. Jika
kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi
dengan baik.
Begitu pula air merupakan bagian ekskreta cair (keringat,air
mata, air seni), tinja,
uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes
RI, 2006).
Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai
jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh. misalnya untuk melarutkan oksigen
sebelum
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli.
begitu juga
dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut
dalam cairan yang
meliputi selaput lender usus. di samping itu, transportasi
zat-zat makanan dalam
tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. air juga
berguna untuk
mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat
menurun.
-
12
2.4 Sumber – Sumber Air Bersih
Sumber daya alam yaitu air dapat diperoleh dari air permukaan
meliputi
air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya. Pada air
tanah dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan
(bebas) adalah air
terletak pada suatu dasar yang kedap air dan mempunyai permukaan
bebas. Pada
air tanah tertekan adalah air yang sepenuhnya jenuh dengan
bagian atas dan
bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air, salah satunya sumur
(Effendi, 2003).
Dalam memenuhi air minum sehari-hari diperlukan air minum yang
sesuai dengan
keadaan, kebutuhan dan peruntukannya. Pengadaan sarana air minum
di dasarkan
pada tujuan penyediaan air minum. tujuan penyediaan air minum
adalah :
a) Menyediakan air yang aman dan menyehatkan kepada para
pemakai
b) Menyediakan air dalam jumlah yang cukup
c) Menyediakan air yang siap digunakan secara sehat
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum.
Sumber-
sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2004) :
1. Air hujan
Air hujan merupakan penyulingan awan/air murni yang ketika turun
dan
melalui udara akan melarutkan benda yang terdapat diudara.
Setelah mencapai
permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.
2. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber air yang dapat dipakai
untuk
bahan baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama
untuk minum dalam
sumbernya perlu diperhatikan tiga segi penting yaitu mutu air
baku, banyaknya air
baku dan kontinyuitas air baku. (Chandra, 2007)
-
13
3. Air Tanah
Air tanah adalah sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi
akan
menyerap ke dalam tanah. Sebelum mencapai lapisan tanah air
hujan akan
merembes beberapa lapisan tanah sambil berubah sifatnya air yang
diperuntukkan
bagi konsumsi minum harus berasal dari sumber yang bersih dan
aman. Dapat
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
(Budiman, 2007)
Sarana air bersih yang sering digunakan oleh masyarakat
bersumber dari
Sumur gali, Sumur Pompa Tangan, penampungan air hujan
perlindungan mata air
/perpipaan (Ditjen PPM & PLP, 1999) Sumur merupakan sumber
utama
persediaan air bersih bagi penduduk di daerah pedesaan maupun
perkotaan
Indonesia.
2.5 Depot Air Minum
2.5.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses
pengolahan
air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen.
Proses
pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah
filtrasi dan
desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan
kontaminan
tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid
termasuk
mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan
untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses
sebelumnya
(Athena, 2004).
-
14
2.5.2 Peralatan Depot Air Minum
Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air
minum
pada depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank: berguna untuk penampungan air baku yang
dapat
menampung air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump: berguna untuk memompa air baku dari
tempat
storage tank ke dalam tabung filter.
3. Tabung Filter: Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu
:
a) Tabung yang pertama untuk menyaring patikel-partikel kasar
dengan
bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang
sama.
b) Tabung yang kedua berfungsi untuk untuk menghilangkan
kekeruhan
dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c) Tabung yang ketiga adalah merupakan karbon filter yang
berfungsi
sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor dan bahan
organik.
4. Micro Filter: Saringan air yang terbuat dari polyprophylene
fiber yang
gunanya untuk menyaring partikel air dengan maksud untuk
memenuhi
persyaratan air minum.
5. Flow Meter: digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke
dalam.
6. Lampu ultraviolet dan ozon : digunakan untuk
desinfeksi/sterilisasi pada
air yang telah diolah.
7. Galon isi ulang: digunakan sebagai tempat atau wadah untuk
menampung
atau menyimpan air minum di dalamnya.
-
15
2.5.3. Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya,
urutan proses
produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut
:
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan
menggunakan
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung
(reservoir).
Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),
harus bebas
dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan
mempunyai
persyaratan yang terdiri atas:
a) Khusus digunakan untuk air minum
b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi
pengaman
c) Harus mempunyai manhole
d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku
harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan
tara
pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air.
Tangki pengangkutan harus dibersihkan disanitasi dan desinfeksi
bagian luar dan
dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali
-
16
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif
dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring
partikel-partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2)
minimal 80%.
b) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok
kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan
bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi
dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat
pencampur
ozon lainnya.Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat
dilakukan
dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV).
a) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan
tara
pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa
wadah yang
dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak
untuk
digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus
disanitasi
dengan menggunakan ozon (O3). Bilamana dilakukan pencucian maka
harus
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan
(food grade)
dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas
dengan air
-
17
minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa
deterjen yang
dipergunakan untuk mencuci.
b) Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin
serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
2.5.4. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
pencemaran
terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses
pengolahan,
penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene sanitasi depot air
minum
meliputi (Depkes RI, 2006) :
1. Lokasi
a) Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas
dari
pencemaran lingkungan.
b) Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat
pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau
bahan
berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air.
2. Bangunan
a) Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit
terdiri dari
ruangan pengolahan, penyimpanan, penyediaan dan ruang
tunggu.
-
18
b) Lantai
Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat seperti bahan kedap
air,
permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu
dan mudah
dibersihkan, kemiringannya cukup untuk memudahkan
pembersihan,
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
c) Dinding
Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :
bahan
kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan
mudah
dibersihkan, warna dinding terang dan cerah, selalu dalam
keadaan bersih,
tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.
d) Atas dan langit-langit
Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap
air dan
tidak bocor, konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof)
dengan
ketinggian langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.
e) Pintu
Bahan pintu harus kuat, tahan lama, berwarna terang dan
mudah
dibersihkan, pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan
baik.
f) Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran
cahaya
dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.
g) Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang
dapat
menjaga suhu yang nyaman
-
19
3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap
fasilitas
sanitasi sebagai berikut :
a) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan
saluran
limbah
b) Fasilitas sanitasi (jaman dan peturasan).
c) Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.
d) Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel
setiap
pengisian air.
4. Sarana Pengolahan Air Minum
a) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air
minum
harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan
kesehatan.
b) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung
unsur yang
dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam, Tembaga, Seng,
Cadmium.
c) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter
alat
sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).
5. Air Baku
Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai
dengan
Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. Jika menggunakan air
baku lain
harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses
pengolahan yang
dapat menghasilkan air minum, untuk menjamin kualitas air baku
harus dilakukan
pengambilan sampel secara periodik.
-
20
6. Air Minum
Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi PERMENKES RI
No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air
Minum. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan
setiap kali
pengisian air baku. untuk menjamin kualitas air minum dilakukan
pengambilan
sampel secara periodik.
7. Pelayanan Konsumen
a) Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan
bersih.
b) Proses pencucian botol disediakan oleh pengelola air Depot
Air Minum.
c) Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah
yang saniter.
8. Karyawan
Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular, Bebas dari
luka,
bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber
pencemaran,
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali
setahun) serta
memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot
Air Minum.
9. Pekarangan
Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi
genangan,
selalu dijaga kebersihannya. Dan bebas dari kegiatan lain atau
sumber
pencemaran lainnya.
10. Pemeliharaan
Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana
yang
menjadi tanggung jawabnya dan melakukan sistem pencatatan dan
pemantauan
secara ketat.
-
21
2.6 Air Minum Isi Ulang (AMIU)
AMIU adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung
diminum
tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah melewati beberapa
proses pengolahan
tertentu. Pengolahan air minum dilakukan tergantung dari
kualitas air baku yang
digunakan baik pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan
yang kompleks.
Pengolahan air baku ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas
air sehingga
aman dan tidak membahayakan bagi.
Pada prinsipnya pengolahan depot AMIU terdiri dari :
1. Pengolahan Fisik
Pengolahan fisik yaitu pengolahan ulang bertujuan untuk
mengurangi atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dalam air yang diolah.
Proses ini di
sebut filteralisasi dan purifikasi.
2. Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan
menggunakan zat
kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan
pembubuhan klor.
3. Pengolahan Bakteriologis
Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan
bakteri-bakteri
yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan
bahan
disinfektan.
2.7 Bahaya Zat Kimia dalam Air Minum
Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat
adanya
kandungan zat atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi
ambang batas
konsentarsi yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air
minum ini dapat
-
22
terjadi secara alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya
oleh limbah rumah
tangga, industri dll.
Beberapa zat/senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh
manusia
misalnya logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan
hidrokarbon, zat-zat radio
aktif alami atau buatan dan sebagainya, beberapa contoh senyawa
kimia racun
yang sering ada dalam air minum diantara nya:
1) Besi (Fe)
Unsur Fe merupakan unsur yang penting dan berguna untuk
metabolisme
tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg/hari yang
sebagian
diperoleh dari air. Depkes RI menetapkan kadar maksimum unsur
besi terdapat
dalam air minum adalah 0,3 mg/L.
Fe dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya
besi
dalam tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak
dapat
mengekskresikan Fe, karenanya mereka yang sering mendapat
transfusi darah,
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang
mengandung
besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi.
Sekalipun Fe
diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat
merusak dinding usus.
Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini
(Slamet, 2004)
Hemokromatis merupakan penyakit akibat kelebihan zat besi.
Biasanya
penyakit ini memiliki tanda-tanda diantaranya kulit berwarna
merah, kanker hati,
diabetes, impotensi, kelelahan dan gangguan jantung. Seseorang
yang telah
mendapat penyakit tersebut akan lebih rentan terhadap serangan
jantung, stroke,
dan gangguan pembuluh darah (Widowati, 2008).
-
23
2) Seng (Zn)
Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri
alloy,
keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toxisitas Zn pada
hakekatnya rendah.
Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar
tinggi dapat
bersifat racun. didalam air akan menimbulkan rasa kesat, dan
dapat menimbulkan
gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent,
dan bila
dimasak akan menimbulkan endapan seperti pasir.
2.8 Pengawasan Kualitas Air Minum
Dari seluruh uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa
kualitas air
khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan
kesehatan masyarakat, dan oleh karena suplai air minum dengan
kualitas yang
buruk dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk terhadap tingat
kesehatan
masyarakat, maka air yang disuplai untuk masyarakat misalnya air
PAM haruslah
memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam hal ini oleh
Pemerintah atau
Instansi yang berwenang.
Dengan melihat kenyataan bahwa air baku untuk air minum yang ada
di
Indonesia khususnya di daerah hilir atau di daerah perkotaan
yang semakin buruk,
maka dengan teknologi pengolahan secara konvensional saja, masih
sangat
diragukan apakah air hasil olahannya sudah memenuhi syarat atau
belum. Hal ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya keluhan-keluhan oleh
masyarakat tentang
buruknya kualitas air PAM, apalagi jika ditinjau dari beberapa
parameter yang
termasuk senyawa polutan nmikro misalnya trihalomethan,
khlorophenol,
-
24
pestisida dan lainnya, karena selama ini pihak PAM tidak pernah
memeriksa
parameter-parameter yang termasuk senyawa polutan mikro
tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka
meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya
kesehatan
termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh
masyarakat, dan
agar air minum dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan
kesehatan
perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum. Untuk
itu Pemerintah
Repuplik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah
menetapkan
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum yang dituangkan
dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010,
tentang Syarat-
Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Di dalam surat
keputusan tersebut
yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung
diminum, sedangkan jenis air minum meliputi air yang
didistribusikan melalui
pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan
melalui tangki air, air
kemasan, serta air yang digunakan untuk produksi bahan makanan
dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat. Persyaratan kesehatan air
minum sebagaimana
dimaksud didalam Surat Keputusan tersebut meliputi persyaratan
bakteriologis,
kimiawi, radioaktif dan fisik.
Pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan
dengan
penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum dilakukan oleh
Menteri
Kesehatan, sedangkan pengawasan kualitas air minum dilaksanakan
oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan :
-
25
a) Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air
pada sumber air
baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang
dan air
minum dalam kemasan.
b) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/dilapangan dan
atau di
laboratorium.
c) Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan
lapangan.
d) Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari
hasil
kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola
e) Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh
pengelola
penyedia air minum.
f) Penyuluhan kepada msyarakat Pengawasan kualitas air dilakukan
secara
berkala sekurang- kurangnya setiap 3 (tiga) bulan dan hasil
pengawasan
sebagaimana dimaksud wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala
Dinas
kepada Bupati/Wali Kota.
2.9 Dasar Variabel Penelitian
Salah satu penyediaan air bersih dimasyarakat adalah air minum
isi ulang
yang merupakan penyediaan air bersih modern yang banyak
dijumpai
dimasyarakat pada umumnya. Cara pengelolaanya cepat dengan
mengunakan
peralatan dan teknologi.
Dari segi kesehatan Air minum isi ulang dapat menjadi sumber
penyakit
apabila pembuatanya tidak memperhatikan beberapa aspek seperti
bangunan alat
dan tempat. Disamping perilaku pengelola depot terhadap prosedur
dan ketentuan.
-
26
Salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit melalui air
dengan
menjaga kualitas air baik secara fisik, kimia, dan bakteorologis
dari air yang oleh
masyarakat, sehingga kejadian penyakit melalui air dapat
dicegah. Pada penelitian
ini, aspek kajian yang perlu mendapat perhatian adalah air minum
isi ulang
terhadap kadar kandung zat kimia besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam
air dimana
kelebihan kadar zat kimia dalam air minum bisa menimbulkan
penyakit.
-
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni yang
bertujuan
mengetahui kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air
minum isi ulang
yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Pada penelitian ini sampel air diambil di seluruh depot Air
minum isi
ulang yang beroperasi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya,
alasan pemilihan lokasi karena merupakan kecamatan yang cukup
jauh dari
central Kabupaten dan terindikasi tidak pernah dilakukan
pengawasan terhadap
produksi yang dilakukan pengelola depot air minum isi ulang.
Sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan pengujian kadar kandungan besi (Fe) dan
seng (Zn) pada
air minum isi ulang yang kemudian akan di uji melalui UPTD Balai
Laboratorium
Kesehatan Provinsi Aceh.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2013
dengan
tahap pendataan tempat dan pengambilan sampel pada depot air
minum isi ulang
yang ada di Kecamatan Darul Makmur dan akan dilakukan uji
Laboratorium pada
bulan Juni tahun 2013
-
28
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang manjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua depot
air minum
isi ulang yang berada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya yaitu
sebanyak 8 Depot AMIU.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari Depot AMIU
yang
ada di Kecamatan Darul Makmur yaitu 8 depot. dalam pengambilan
sample
apabila subjek penelitian yang kurang dari 100 maka akan diambil
keseluruhan
sehingga penelitian merupakan penelitian populasi (Notoatmodjo,
2004)
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : SAA
(Spektrofotometer
Serapan Atom), lampu katode berongga Fe, lampu katode berongga
Zn, pipet ukur
5 ml, labu ukur 100 ml, corong gelas, Pemanas Listrik, Gelas
piala 250 ml atau
Erlenmeyer 250 ml, gas Acetilen, Compressor, Box es, botol aqua
steril.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : sampel air
minum
isi ulang yang diambil dari Depot yang ada di kecamatan
Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya.
-
29
3.5 Defenisi Oprasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
N NoVariabel Keterangan
1. Besi (Fe) Definisi
Cara ukurAlat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Unsur sel penting dalam prosespembentukan sel darah merah
didalam tubuh manusia.Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas
ukur, PipetTetes- Positif Jika di atas 0,3 mg/l- Negatif Jika di
bawah 0,3 mg/lRatio
Variabel Keterangan2. Seng (Zn) Definisi
Cara ukurAlat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Zat pembentuk ratusan jenis enzimtubuh dan pemberi vitalitas
danberpatisipasi dalam prosespenyatuan protein dan nucleid
acd,Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas ukur, PipetTetes-
Positif Jika di atas 3 mg/l- Negatif Jika di bawah 3 mg/lRatio
3.6 Aspek Pengukuran
1) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi
kadar besi
(Fe), pada air minum isi ulang diantaranya :
- Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Fe di atas 0,3
mg/l
- Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 0,3
mg/l
sesuai dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
-
30
2) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi
kadar seng
(Zn) pada air minum isi ulang diantaranya :
- Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Zn di atas 3
mg/l
- Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 3
mg/l sesuai
dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
3.7 Skema Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur atau langkah –
langkah
sebagai berikut:
Gambar 3.1. Skema Penelitian Air Minum Isi Ulang
Keterangan :
1. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel : Lokasi
pengambilan
sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan pengambilan
sampel,
titik pengambilan sampel yaitu di seluruh depot AMIU di
Kecamatan
Darul Makmur.
2. Persiapan alat dan Pengambilan sampel : pengambilan
sampel
mengunakan botol yang di yakini steril yaitu botol air kemasan
yang di
Penentuan Lokasi dantitik pengambilan sampel
Persiapan alat danPengambilan bahan Sampel
Pengamatan Hasil Pemeriksaan Laboratoriumkadar Fe, Zn dengan
SSA
Positif Negatif
-
31
bilas sebanyak 2 kali dengan bahan baku air tersebut dan
pengisian air
yang ketiga digunakan sebagai sampel. kemudian ditutup serta
diberikan
label sampel dengan mengunakan kode, Lalu dikemas kedalam box
es
untuk dilakukan pengawetan dengan tujuan memperlambat proses
perubahan kimia air dan mengurangi absorbsi dinding wadah,
karena jarak
tempuh antara lokasi pengambilan sampel ke kelaboratorium
memakan
waktu lebih dari 10 Jam sehingga harus dilakukan proses
pengawetan.
3. Pemeriksaan Laboratorium : Terlebih dahulu keseluruhan sampel
air
dimasukan kedalam masing-masing gelas piala sebanyak 50 ml
dan
ditambah asam nitrat (HNO3) sebanyak 5 ml kedalam gelas
tersebut
dengan mengunakan pipet ukur dan ditutup. Kemudian letakan
gelas-gelas
tersebut diatas pemanas listrik sampai air mendidih hingga sisa
volumenya
mencapai 15 ml - 20 ml. Setelah proses pemanasan air tersebut
dimasukan
kedalam labu ukur dengan mengunakan corong gelas sebanyak 50 ml,
jika
tak mencapai 50 ml maka ditambah dengan aquades hingga mencapai
50
ml. Kemudian hidupkan SSA beserta lampu katode Fe pada kisaran
0,3
mg/l dengan panjang gelombang 248,3 nm (nano meter) dan lampu
katode
Zn pada kisaran 3 mg/l dengan panjang gelombang 213,9 nm, lalu
letakan
labu ukur pada sped penghubung SSA dan sesuaikan dengan
prosedur
pengunaan SSA. Lakukan hal tersebut pada masing-masing sampel
secara
berurutan.
4. Hasil : setelah proses reaksi kerja pada alat SSA, maka akan
muncul hasil
yang dapat dilihat dari destop yang terhubung dengan SSA dan
dilakukan
pencatatan hasil pengukuran kadar Fe dan Zn dalam air minum isi
ulang .
-
32
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan
pengamatan
langsung pada sampel AMIU yang akan diteliti dilaboratorium
dengan mengikuti
cara kerja alat yaitu dilakukan pengamatan konsentrasi serapan
larutan logam dan
penghitungan setelah proses selesai.
3.9 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini mengunakan analisis data unvariat dimana
analisis
mengunakan satu Variabel dengan cara membaca tabel hasil
kelayakan AMIU
sebagai bahan air minum, maka hasil analisis dengan mendeteksi
Kadar Fe dan Zn
dalam Air Minum di laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan
permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan Kualitas air minum.
Ketetapan
tersebut mengacu pada kadar maksimum parameter kualitas air yang
diperbolehkan
dan dilakukan penguraian dan penafsiran, sehingga akan dijadikan
bahan
rekomendasi bagi pihak berwenang dalam hal ini dinas kesehatan
dan kepada
masyarakat yang mengkomsumsi air tersebut jika tidak memenuhi
ketentuan.
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Yang Akan diteliti
NO KodeSampel
Hasil Fe Hasil Zn Keterangan
(+) ( - ) (+) ( - )
1 DAMIU 1 Sesuai StandarPermenkes RI
Nomor492/Menkes/Per/IV/2013
tentangPersyaratanKualitas Air
Minum
2 DAMIU 2
3 DAMIU 3
4 DAMIU 4
5 DAMIU 5
6 DAMIU 6
7 DAMIU 7
8 DAMIU 8
-
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Darul Makmur merupakan satu diantara 8 kecamatan yang
ada
di Kabupaten Nagan Raya dengan ibukota kecamatan Alue Bilie.
Jumlah
penduduk di kecamatan Darul Makmur mencapai 46,954 Jiwa pada
bulan
Desember 2011 yang terdiri dari 23,963 Laki-laki dan 22,991
Perempuan,
Kecamatan Darul Makmur terdiri dari 7 kemukiman dari 51 Gampong
dengan
luas area 1.050,26 Km2. Kecamatan Darul Makmur memiliki teritori
wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya dan
Kuala
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beutong
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan samudera Hindia
Dalam sektor ekonomi, masyarakat Kecamatan Darul Makmur
memiliki
sumber daya yang sangat potensial, akses transportasi di
Kecamatan Darul
Makmur sudah sangat memadai dari sebelumnya. Tidak hanya itu
akses pasar
juga sudah mulai meningkat dimana dengan berdirinya fasilitas
publik untuk
pengelolaan hasil tanaman. Adapun sumber mata pencaharian
masyarakat
kecamatan Darul Makmur rata-rata adalah Perkebunan, disamping
itu ada juga
pedagang, petani dan Pegawai Negeri Sipil, Kecamatan Darul
Makmur
-
34
merupakan daerah yang terkenal dengan produksi kelapa sawit
karena banyak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di kecamatan
tersebut.
4.1.2 Hasil Penelitian Air Minum Isi Ulang
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada air minum isi ulang
yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yang
dilakukan
pada bulan Juni 2013, diperoleh sampel sejumlah 8 sampel air air
minum isi
dimana masing-masing sampel diuji untuk mengukur kadar Fe dan Zn
pada air
minum isi ulang.
Tabel.4.1 Kesimpulan hasil pemeriksaan Besi (Fe) AMIU di
Kecamatan
Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganBesi (Fe)
1 Memenuhipersyaratan
7- Sesuai dengan kadar Maksimum
dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi
Persyaratan1
Jumlah Sampel 8
Berdasarkan tabel 4.1 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum
isi ulang
di lihat dari kadar besi di Kecamatan Darul Makmur, pada 8
sampel yang di teliti
bahwa terdapat 7 sampel (87,5%) memenuhi syarat dan 1 sampel
(12.5%) tidak
memenuhi syarat. Artinya masih ada depot air minum yang positif
ditemukan
kadar Fe melibihi baku mutu yang di tetapkan dalam Permenkes
tahun 2010
tentang syarat kualitas air minum yaitu 0,3 mg/l dan dapat
menyebabkan rusaknya
dinding usus dan dampak kesehatan lainnya.
-
35
Tabel.4.2 Kesimpulan hasil pemeriksaan Seng (Zn) AMIU di
Kecamatan
Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganSeng (Zn)
1 Memenuhipersyaratan
8- Sesuai dengan kadar Maksimum
dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi
Persyaratan0
Jumlah Sampel 8
Berdasarkan tabel 4.2 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum
isi ulang
di lihat dari kadar seng AMIU di Kecamatan Darul Makmur, pada 8
sampel yang
di teliti bahwa keseluruhan sampel (100%) memenuhi syarat.
Artinya jika ditinjau
dari baku mutu Zn, keseluruhan sampel yang di ambil dari depot
air minum yang
beroperasi di Kecamatan Darul Makmur sudah memenuhi Permenkes
tahun 2010
tentang syarat kualitas air minum yaitu 3 mg/l.
Tabel.4.3 Kesimpulan hasil pemeriksaan Fe dan Zn pada sampel
AMIU di
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganBesi (Fe) Seng (Zn)
1 Memenuhipersyaratan
7 8- Sesuai dengan kadar
Maksimum dalamPermenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.
2 Tidak memenuhiPersyaratan
1 0
Jumlah Sampel 8 8
Berdasarkan Hasil Tabel 4.3 maka dapat diuraikan bahwa jika
ditinjuan
dari dua pemeriksaan parameter kimia yaitu besi dan seng dalam
AMIU terdapat 1
(12,5%) depot yang belum memenuh persyaratan baku mutu air minum
dan hanya
7 (87,5%) depot yang sudah memenuhi baku mutu yang terdiri dari
8 sampel
-
36
pemeriksaan di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, hal
ini
membuktikan bahwa tidak semua depot air minum memenuhi standar
Permenkes
tahun 2010 tentang persyarat kualitas air minum.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah belum
sesuainya
standar oprasional prosedur (SOP) pengelolaan alat-alat depot
air minum yang
besumber dari sumur bor dan lemahnya pemeriksaan parameter
terhadap kualitas
air sehingga dapat merugikan kesehatan masyarakat yang
mengkomsumsi air
minum isi ulang meskipun belum ditemukan kasus tersebut.
Dari uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kualitas
air
khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan
kesehatan masyarakat, dan oleh suplay air minum yang buruk maka
akan
berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, maka air yang
dijual kepada
masyarakat misalkan air dalam kemasan maupun air minum isi ulang
haruslah
memenuhi standar yang di tetapkan dalam hal ini pemerintah
maupun istansi yang
berwenang. Dengan melihat kenyataan bahwa air minum yang
disediakan oleh
pihak swasta maupun pemerintah masih buruk, dengan mengunakan
teknologi
pengolahan secara konvensional saja masih diragukan apakah air
olahanya sudah
memenuhi persyaratan atau belum. Sehubungan dengan hal tersebut
dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka hendaknya
dilakukan berbagai
upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang
dikomsumsi oleh
masyarakat dan agar air minum yang dikomsumsi oleh masyarakat
tidak
menimbulkan ganguan kesehatan.
-
37
4.2 Pembahasan
Sumber air baku yang digunakan oleh pengusaha DAMIU
Kecamatan
Darul Makmur di peroleh dari beberapa sumber yaitu dari air
tanah atau sumur
bor. Namun demikian, sumber air baku harus memenuhi
syarat-syarat baik
struktur fisis, kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku
harus tetap terjaga
dan terpelihara keberlanjutannya. Hasil pengamatan di lapangan
dan hasil
penelitian Laboratorium, menunjukkan bahwa tidak semua air baku
yang
digunakan pengusaha DAMIU dalam kondisi yang baik, karena ada
beberapa
yang terkontaminasi dengan sumber pencemaran lainnya, hal ini
tidak sesuai
dengan syarat- syarat / standar air bersih yang layak dikonsumsi
yaitu berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
Ketidak tahuan pengusaha DAMIU akan mutu sumber air baku
yang
mengakibatkan rendahnya mutu air isi ulang yang diproduksinya
dan dapat
membahayakan konsumen walaupun sejauh ini belum ada keluhan dari
konsumen
tentang pencemaran air isi ulang.
Mengingat masih ditemukannya kontaminasi pencemaran dan
kualitas
baku yang tidak memenuhi standar di sumber air baku, perlu
kiranya Dinas
Kesehatan melakukan intervensi dengan 1). memberikan rekomendasi
kepada
pengusaha-pengusaha yang mampu menyediakan sumber air baku
dengan kualitas
baik dan memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menghimbau kepada
pengusaha
DAMIU untuk hanya mengambil air baku dari pengusaha penyedia
sumber air
baku yang direkomendasi; 2). setiap pengusaha penyedia sumber
air baku untuk
rutin memeriksakan mutu / kualitas sumber air baku yang
diambilnya minimal 3
(tiga) bulan sekali ke laboratorium yang telah terakreditasi dan
memberikan
-
38
salinan hasil uji laboratorium ke seluruh pengusaha DAMIU yang
dipasoknya
serta 3). Sebelum diberi ijin usaha DAMIU, terlebih dahulu di
lihat kelayakan
lokasi DAMIU, peralatan yang digunakan dan pengusaha penyedia
sumber air
baku karena selama ini masalah perijinan juga menjadi kendala
tersendiri, karena
tidak ada kejelasan tentang instansi yang berhak mengeluarkan
ijin untuk usaha
air minum isi ulang, sehingga sampai saat ini untuk dapat
membuka usaha
tersebut asal mempunyai modal untuk membeli peralatan dan
mempunyai lokasi
untuk usaha sudah dapat menjalankan usahanya. Kenyataannya dari
8 depot yang
ada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya hanya ada
beberapa
depot yang terdaftar.
Suksesnya usaha DAMIU ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan
yaitu :
1. sumber air bakunya, harus tersedia baik kuantitasnya maupun
kualitasnya,
dan tidak mengganggu keberlanjutan sumberdaya air dan tidak
merusak
ekosistenmya,
2. proses pengolahan, peralatan harus memenuhi spesifikasi
minimal untuk
dapat mengolah air baku yang menghasilkan air yang siap diminum
yaitu
memenuhi syarat-syarat air minum yaitu syarat fisik, kimiawi
dan
bakteriologis.
3. dilandasi dan ditaatinya peraturan perundang-undangan yang
jelas.
Sumber air baku tidak sembarangan, dapat diperoleh dari berbagai
sumber
yaitu dari air tanah seperti mata air (pegunungan),sungai bawah
tanah, busong dan
sumur bor, yang terlindungi, air permukaan seperti air danau,
air sungai, air laut
dan gunung es. Air baku harus memenuhi syarat-syarat baik
struktur fisis,
-
39
kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap
terjaga dan
terpelihara keberlanjutannya. Ekosistem tidak terganggu, tidak
hanya dilihat dari
sistem hidrologinya saja tetapi sistem kehidupan secara
itentitas, termasuk
dampak dan konflik sosialnya. (Slamet, 2004)
Persepsi masyarakat atau pasar, depot air minum isi ulang
(DAMIU) ini
air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang
memenuhi
syarat-syarat kesehatan yaitu rasanya segar, dingin, tidak
berbau, tidak berwarna,
pH normal dan TDS rendah. Dalam kenyataannya tidak demikian, air
baku dapat
diambil dari berbagai sumber seperti tersebut diatas. Air tanah,
memiliki karakter-
karakter tertentu dan berbeda satu dengan lainnya. Bisa
mengandung mineral-
mineral atau garam-garam yang cukup tinggi akibat dari pengaruh
lapisan dan
batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air tanah tersebut.
Sedangkan air
permukaan kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya dan
perilaku manusia dan sanitasi sekitarnya. Dan kualitas air yang
siap diminum
masih tergantung pula pada beberapa faktor yang lain,
diantaranya adalah bahan
peralatan, proses pengolahan, sanitasi DAMIU, sanitasi karyawan
dan sanitasi
botol air minum siap pakai. (Kusnaedi, 2006).
Kelebihan kadar zat kimia dalam air dapat membawa dampak buruk
jika
melebihi ambang batas dan standar yang sudah di tentukan, adanya
zat kimia
dalam air bisa jadi dikarenakan oleh proses alamiah dan ulah
manusia sendiri
misalkan limbah rumah tangga atau industri dll.
Beberapa senyawa kimia beracun dalam air adalah Fe, Zn dan
sebagainya.
Meskipun kandunga kimia dalam air tersebut dibutuhkan dalam
tubuh seperti Fe
dan Zn dibutuhkan sebagai metabolisme tubuh dan Fe sendiri juga
dibutuhkan
-
40
untuk pembentukan hemoglobin, namun demikian dalam kadar atau
dosis tingi
dapat bersifat racun, kelebihan Fe bisa menyebabkan rusaknya
dinding usus dan
dapat menimbulkan penyakit hemokromatis yaitu penyakit kelebihan
zat besi,
dimana tanda-tanda yang timbul kulit menjadi bewarna merah,
kangker hati,
diabetes, impotensi, kelelahan dan ganguan jantung.sementara
kelebihan Zn dapat
menimbulkan gejala muntaber. (Widowati, 2008).
-
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai simpulan dari hasil dan pembahasan penelitian
berdasarkan
Kajian kualitas parameter kimia seng dan besi pada air sumur isi
ulang di
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 dapat
diuraikan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil Uji laboratorium yang mengikuti ketentuan
pengunaan
alat SSA, dari 8 sampel yang diuji Fe ditemukan 1 (12,5%) sampel
masih
positif mengandung kadar Fe melebihi batas maksimal air minum
dan 7
(87,5%) sampel mengandung Fe yang sesuai dengan persyaratan
baku
mutu air minum. sehingga 1 sampel air minum isi ulang dinyatakan
tidak
layak untuk di komsumsi oleh masyarakat di Kecamatan Darul
Makmur
Kabupaten Nagan Raya.
2. Berdasarkan hasil Uji laboratorium terhadap parameter kimia
Zn air isi
ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, bahwa
100%
dari 8 Sampel air negatif mengandung Zn berlebih, sehingga
dinyatakan
layak untuk di komsumsi oleh masyarakat.
3. Hasil dari proteksi laboratorium terhadap pemeriksaan
kandungan Fe dan
Zn pada 8 sampel air minum isi ulang yang diperoleh pada depot
air isi
ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditemukan
1
(12,5%) Sampel air belum memenuhi standar persyaratan kualitas
air
minum sesuai dengan Permenkes RI nomor
492/Menkes/Per/IV/2010.
-
42
4. Dapat juga disimpulkan bahwa masih ada depot air minum isi
ulang yang
mengunakan teknologi secara convensional belum tenjamin kualitas
air
minum yang di produksinya sehingga memungkinkan akan
menimbulkan
dampak kesehatan yang merugikan komsumen.
5.2. Saran
1. Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan DAMIU oleh
Dinas
Kesehatan Kabupaten Nagan Raya dengan melibatkan organisai
profesi
dan bidang yang membawahinya yang dilaksanakan secara teratur
dan
terkoordinasi.
2. Bagi Pengusaha atau pengelola depot Air minum isi ulang,
harusnya
menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala
kualitas air
minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan
menggunakan
sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI
No.
492/MENKES/PER/IV/2010, serta mengikuti Standard Operating
Procedure (SOP) pengelolaan dan pengunaan Alat depot sehingga
tidak
menimbulkan dampak kesehatan yang merugikan kesehatan
konsumen.
3. Bagi masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang (AMIU)
agar
lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas dari bahan
tercemar dan
memenuhi syarat kesehatan pengelolaan air minum serta menjaga
botol /
galon isi ulang agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat
berbahaya.
-
DAFTAR PUSTAKA
[BPPT] Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan
dan
Teknologi. 2004. [terhubung berkala]. http:
www.warintek.ristek.go.id
[11 Februari 2013]
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional2003. Kebijakan
Nasional
Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat. Jakarta.
Badan Pusat Statistik 2011: Data dan Informasi Sensus Sosial
Ekonomi Nasional ,
BPS Jakarta
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Jakarta Edisi ke V Hal. 124, dan 144-147
Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Pelaksanaan
Penyelenggaraan
Hygene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen Penyehatan
Lingkungan,
Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2010, Data Hasil Riset Kesehatan Dasar,
Litbang
Depkes. Jakarta
Depaertemen Kesehatan RI2011. Laboratorium Klinik Mandiri, Riset
Fasilitas
Kesehatan, Jakarta.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004.
Kepmenperindag No. 651
Tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya. Jakarta
Effendi, Husni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum RI, Hasil Evaluasi Pelayanan Air
Minum,
Direktorat Pengembangan Air Minum, Jakarta.
Kusnaedi, 2006. Pengolahan Air Gambut dan Air Kotor untuk Air
Minum:
Penebar Swadaya,Jakarta
Notoatmodjo, S, 2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Peraturan Menteri PU No. 12/2010 tentang Pedoman Kerjasama
Pengusahaan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM).Jakarta 2010
-
Permenkes RI 2010, Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal
19 April 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta
Pitojo, Setijo. Eling Purwantoyo. 2002. Deteksi Pencemar Air
Minum. CV Aneka
Ilmu. Semarang
Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada
University
Press, Yogyakarta
Slamet, Purwanto dkk. 2004. Penyediaan Air minum, Proyek
Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai,
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Sunaryo dkk, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
Rineka Cipta.
Jakarta.
WHO 2010: Progres On Drinking Water and Saniitation, World
Health
Organization Avenue Appia 20 1211 Geneva 27, Switzerland.
WHO, 2011, Guidelines for Drinking-Water Quality. Malta : WHO
press.
Widowati, W., dkk. (2008). Efek Toksik Logam.: Penerbit Andi.
Hal. 109- 110,
119-120, 125-126, Yogyakarta.
Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi
Kesehatan,
Volume 3,1,64-73.
Yuliana, R. (2009). Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air.
Diakses 13
Februari 2013 dari http://www.advancebpp.com.
Cover depot isi ulangBAB IBAB IBAB IBAB IBAB IDaftar
Pustaka(1)