PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 2013 BAB I PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan tujuan MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi global atau tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1), menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan 5), :Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6), melestarikan lingkungan hidup, (tujuan7). Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014 dan DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 1
99
Embed
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 2013 - DKK Web viewProfil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Tujuan
Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan
tujuan MDGs tersebut, sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan kualitas hidup yang lebih baik. Targetnya adalah tercapainya peningkatan ekonomi
global atau tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun
2015. Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) diantaranya merupakan
bidang kesehatan, terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (tujuan 1),
menurunkan angka kematian anak (tujuan 4), meningkatkan Kesehatan ibu (tujuan
5), :Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (tujuan 6), melestarikan
lingkungan hidup, (tujuan7).
Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen
perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010–2014
dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Pembangunan kesehatan Kota Padang secara umum bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya sumber
daya manusia, meningkatnya kualitas hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan
hidup, meningkatnya kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat. Disamping itu pembangunan bidang kesehatan di arahkan untuk
meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 1
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
pemberdayaan sumberdaya manusia secara berkelanjutan, sarana prasarana dalam
bidang medis termasuk ketersediaan obat yang terjangkau oleh masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan ada upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perubahan pemahaman akan konsep
sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi
tentang determinan penyebab penyakit yang multifaktorial, telah menggeser paradigma
pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehalibitatif. Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan
upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang
meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status
gizi masyarakat. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Kota Padang Tahun 2009-
2014 bertujuan menguraikan langkah terpilih untuk mencapai tujuan tujuan
pembangunan Daerah sub sector kesehatan dengan mengacu pada Standar pelayanan
Minimal (SPM). Pembangunan Kesehatan Kota Padang disusun untuk mewujudkan
visi Kota Padang yaitu, “ Terwujudnya Masyarakat Kota Padang Sehat yang Sehat,
Mandiri dan Berkeadilan”.
Profil Kesehatan Kota Padang merupakan salah satu media informasi
Pembangunan Kesehatan di Kota Padang yang relatif lengkap, meliputi data tentang
derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data
lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kota Padang. Di samping
itu profil ini merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk melaporkan
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 2
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk
kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di bidang kesehatan di Kota Padang.
Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang
masih jauh dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan seperti data yang belum satu pintu,
kegiatan pengelolaan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi
dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.
Buku Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2012 ini disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN.
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan profil dan sistimatika
penulisan Profil Dinas Kesehatan.
BAB II. GAMBARAN UMUM.
Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis,
administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhungan dengan kesehatan, serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan,
prilaku penduduk, perekonomian.
BAB III. SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator
derajat kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi
masyarakat.
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 3
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
BAB IV.SITUASI UPAYA KESEHATAN.
Bab ini menggambarkan hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan
pada tahun 2012 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan dan sanitasi, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan dalam situasi
bencana.Dengan mempedomani indikator SPM dan indikator Indonesia Sehat 2010.
BAB V. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan, dan sumberdaya kesehatan lainnya.
BAB VI.KESIMPULAN
Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja
kesehatan Kota Padang tahun 2012. Selain keberhasilan bab ini juga mengemukakan
hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun yang akan
datang.
LAMPIRAN
Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kota Padangdan 79 tabel
data kesehatan.
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 4
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
BAB II
GAMBARAN UMUM
1. Geografi
Letak Kota Padang secara geografis pada bagian pantai Barat Sumatera pada
posisi 000 44 ‘ 00‘’- 01’08” 35” Lintang Selatan dan 1000 05’05” – 100’34’09” Bujur
Timur dengan luas keseluruhan 694,96 Km2.. Secara geogafis Kota Padang
merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran sungai dan pulau–
pulau.
Selain daratan Pulau Sumatra, Kota Padang memiliki 19 pulau dimana yang
terbesar adalah Pulau Bintangur seluas 56,78 ha. Kota Padang mempunyai banyak
sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil dengan sungai terpanjang yaitu
Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat Curah hujan Kota Padang rata rata adalah
414.63 mm perbulan dengan rata rata hari hujan 17 hari perbulan di tahun 2010. Suhu
udara cukup tinggi yaitu antara Temperatur 22.2 ºC – 32,5 ºC dengan kelembaban
udara berkisar 79 – 83 % (BPS Kota Padang, 2011).
Secara administrasi Pemerintah Kota Padang, yang dipimpin oleh Walikota
Drs H Fauzi Bahar, MSi terdiri dari 11 Kecamatan, dengan kecamatan terluas adalah
Koto Tangah yang mencapai 232,25 km² dan 104 Kelurahan. Kota Padang ini sebelah
utara berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan berbatas dengan
Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok, sebelah
barat berbatas dengan Samudera Indonesia (BPS Kota Padang, 2011).
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 5
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
2. Demografi.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2010 + laju
pertambahan penduduk, maka jumlah penduduk kota Padang sebanyak 846.731 jiwa
yang terdiri dari 421.914 jiwa laki-laki dan 424.817 jiwa perempuan dengan ratio
99,26% yang artinya jumlah penduduk perempuan di Kota Padang 0,74 % lebih
banyak dibandingkan jumlah penduduk laki laki. Sex Ratio terbesar terdapat di
Kecamatan Bungus Teluk Kabung, yaitu 105,55 %. Hal ini berarti jumlah penduduk
laki laki di Kecamatan Bungus Teluk Kabung 5,55 % lebih banyak dibandingkan
penduduk perempuan. Sementara Sex Ratio terkecil terdapat di Kecamatan Padang
Utara, yaitu 90,25 % yang artinya penduduk perempuan 7,75 % lebih banyak di
bandingkan dengan jumlah penduduk laki laki. Secara keseluruhan penduduk Kota
Padang lebih banyak perempuan dibandingkan dengan penduduk laki laki. Untuk
jumlah penduduk jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Padang tahun
sebelumnya terjadi penambahan penduduk sebanyak 13.169 jiwa.
Gambar. 1.1
Piramida Penduduk Kota Padang Tahun 2011
Sumber : PDA Tahun 2010 + laju PP
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 6
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio) digunakan untuk mengetahui
Produktifitas penduduk. Rasio beban ketergantungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan banyak oarang yang berada pada usia yang tidak produktif (dibawah 15
tahun dan diatas 65 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang produktif ( 15 –
65 tahun). Angka ini juga menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif
terhadap usia tidak produktif. Semakin banyak kelompok usia non produktif maka
semakin berat beban usia produktif. Pada tahun 2011 ini penduduk Kota Padang
paling banyak berumur 20 – 24 tahun.
Komposisi penduduk Kota Padang menurut kelompok umur, menunjukkan
bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 27 %, yang berusia
produktif (15-64 tahun) sebesar 68 % dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 4%.
Dengan demikian penduduk Kota Padang yang terbanyak berada pada usia produktif
dan yang paling sedikit adalah yang berusia tua.
Secara umum laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir (tahun
2001 – 2011) adalah sebesar 1,00 % (PDA 2011). Kecamatan yang tinggi laju
pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Padang Barat, Pauh dan Koto Tangah
yaitu sebesar 3,00 % sedangkan laju pertambahan penduduk yang paling rendah
adalah kecamatan Padang Barat dan Padang Utarayang di tandai dengan pertumbuhan
penduduk 0 % artinya tidak pertambahan jumlah penduduk di kecamatan ini. Laju
pertambahan penduduk sangat berguna untuk memperkirakan jumlah penduduk
dimasa yang akan datang, sehingga pemerintah dapat membuat kebijakan
pembangunan sesuai keadaan kependudukan.
Menurut PDA 2011 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling
tinggi kepadatan pendudukya yaitu 9.562/km2 dan daerah terendah tingkat kepadatan
penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 230 km2.
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 7
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Sumber : PDA Tahun 2011
3. Pendidikan.
Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena
pendidikan bisa berpengaruh terhadap prilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berprilaku sehat.
Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk
yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.
Di Kota Padang 99 % penduduk laki – laki melek huruf dan 98,33 penduduk
perempuan melek huruf. Penduduk laki laki lebih banyak melek huruf dibanding
penduduk perempuan (BPS Kota Padang 2011).
Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah terbanyak adalah
pada tingkat SMU yaitu 293.039 jiwa, berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 8
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
laki (148.866 jiwa) dibanding perempuan (144.174 jiwa). Sementara penduduk yang
tidak pernah mendapatkan pendidikan berjumlah 7.673 jiwa, dimana laki laki
berjumlah 2.688 jiwa dan perempuan 4.385 jiwa. Jika dilihat perbandingan jender
ternyata perempuan lebih banyak tidak pernah sekolah dibandingkan dengan laki laki,
sementara secara keseluruhan jumlah perempuan juga lebih banyak disbanding laki
laki. (BPS Kota Padang 2011).
4. Perekonomian.
Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan
pembangunan adalah keadaan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi akanKondisi
perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka
semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Disamping itu angkatan kerja dan
kesempatan kerja sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Survey Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan angkatan kerja
adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan tapi sementara tidak
bekerja dan mengganggur. Sementara yang dimaksud dengan bekerja adalah kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh
pendapatan atau keuntungan. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang sedang
mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena
tak munkin dapat pekerjaan, termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga. Proporsi pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna bagi
pemerintah untuk membuka lapangan kerja baru dimasa yang akan datang sehingga
secara bertahap kondisi perekonomian membaik dan dampaknya adalah
meningkatnya kesejateraan masyarakat.
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 9
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Sumber : PDA Tahun 2011
Pembangunan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua
sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan. Kondisi ekonomi salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan
daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalampemenuhan
kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan
tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit penyakit
tertentu. Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi
ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta bahwa keterbatasan pemenuhan pangan
dapat menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti
Xeropthalmia, Scorbut, dan Beri-beri.
Kemiskinan membuat seseorang tidak mempunyai kemampuan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang di ukur dengan
pengeluaran. Kota Padang pada tahun 2012 menutut BPLS mempunyai 33.505
Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan jumlah jiwa 170.185 jiwa.
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 10
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Dari segi sosial ekonomi dapat dilihat perkembangan yang sangat bervariasi
dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang diupayakan diharapkan mampu
mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok
negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan
menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu geografis, sumber
daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan
konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai
bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal
mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Menurut Badan Pusat Statistik, persentase penduduk berumur 10 tahun keatas
yang termasuk dalam angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 47,30 naik
disbanding tahun 2011 yaitu 43.14 %. Penduduk Kota Padang yang termasuk
angkatan kerja ini terdiri atas Penduduk yang bekerja sebesar 42,91 % dan Mencari
pekerjaan 4,40 %. Untuk penduduk yang bukan angkatan kerja (Sekolah, mengurus
rumah tangga, dan lain lain) pada tahun 2011 ini sebanyak 56,86 %, lebih tinggi
dibanding tahun 2010 sebesar 55,71%. Angka diatas menunjukan bahwa di Kota
Padang penduduk yang bekerja lebih sedikit dari yang tidak bekerja, sehingga beban
tanggungan penduduk yang bekerja sangat besar. Di tahun 2011 penduduk Kota
Padang yang bekerja menurut lapangan usaha, terbanyak adalah Perdagangan, Hotel
dan Restoran sebanyak 31,54 %, diikuti Jasa servis dan kotruksi, berbeda dengan
tahun 2010, dimana terbanyak bergerak di bidang jasa jasa/ servis (32,74%), diikuti
oleh perdagangan, hotel, dan restoran (27,98%). (BPS Kota Padang, 2011).
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 11
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator
yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi
keberhasilan pelaksanaan program. Untuk menilai derajat kesehatan tersebut
digunakan beberapa indicator, yaitu Moertalitas (kematian), Status Gisi dan
Morbiditas (kesakitan).
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor
ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.
Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu
keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut
perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.
3.1. Angka Kematian
3.1.1. Kasus Kematian Bayi Kota Padang Tahun 2012
Kasus kematian Bayi adalah penduduk yang meninggal sebelum mencapai
usia 1 tahun. Kematian bayi ini dapat dikelompokkan menjadi bayi lahir mati,
kematian 0 -7 hari, kematian 8 – 28 hari dan kematian 1- 12 bulan. Kematian Bayi
merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 12
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
menurunkan kejadian kematian bayi. Di Kota Padang pada tahun 2012 bayi lahir
hidup berjumlah 16.805 jiwa, kasus bayi lahir mati adalah 35 bayi, kasus ini naik
jika dibanding tahun 2011 yaitu sebanyak 24 bayi dari 16.590 kelahiran hidup. Jika
dilihat berdasarkan jender, maka lebih banyak lahir mati bayi perempuan ( 19 bayi)
dibanding bayi laki laki (16 bayi). Pada tahun 2012 kematian bayi (0 – 7 hari)
berjumlah 46 orang, bayi umur 7 – 28 hari 9 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 16
orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan kasus
kematian, dengan rincian kematian sebanyak : bayi (0 – 7 hari) berjumlah 44 orang,
bayi 7 – 28 hari 14 orang dan 1 -12 bulan sebanyak 23 orang.
Berbagai faktor dapat menyebabkan penurunan kematian bayi, diantaranya
pemerataan pelayanan kesehatan berikutf asilitasnya. Hal ini disebabkan kematian
bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi
ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat
berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap
infeksi penyakit.
3.1.2. Kasus Kematian Balita
Kematian Balita adalah penduduk yang mati sebelum berumur 5 (lima) tahun
Target MDG`s untuk indicator AKABA di Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. Untuk kota Padang tidak bisa dikeluarkan Angka Kematian
Balita karena jumlah kelahiran kurang dari 1000, untuk itu kota Padang hanya
memaparkan kasus kematian Balita saja. Pada Tahun 2012 lebih banyak terjadi
kasus kematian Balita laki laki yaitu sebanyak 60 orang anak dibandingkan anak
perempuan hanya sebanyak 57 orang, dengan total kasus berjumlah 117 balita.
3.1.3. Kasus Kematian Ibu Kota Padang Tahun 2012
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 13
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Kematian ibu menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan.
Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan
pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitifitas AKI terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan.
Kasus kematian maternal tahun 2012 sebanyak 16 orang sedikit naik di
banding beberapa tahun terakhir, yaitu tahun 2011 di Kota Padang sebanyak 10
/16.590 kelahiran hidup tahun 2010 sebanyak 15/16.492 kelahiran hidup, tahun 2009
sebanyak 14 orang/16.486 kelahiran hidup.
3.1.4. Kasus Kematian Perinatal Tahun 2012
Kasus kematian Perinatal pada tahun 2012 sebanyak 46 bayi sedikit naik
dibanding tahun 2011 sebanyak 44 bayi, turun dibanding tahun 2010 sebanyak
83/16.492 kelahiran. Kasus kematian Perinatal ini masih cukup tinggi, penyebabnya
antara lain terlambat dalam memberikan penanganan baik pada bayi maupun ibu yang
mengalami masalah kesehatan. Untuk menurunkan kasus ini telah dilakukan
intervensi yang tepat, guna meningkatkan pemantauan dan penurunan kasus kematian
tersebut. Diharapkan dengan lebih terpantaunya kasus kematian, maka dapat di
ketahui permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ada di masyarakat.
3.1.5. Kematian umum
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 14
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Untuk tahun 2012 ini terjadi perubahan yang sangat mendasar dari penyebab
kematian, dimana pada tahun 2011 penyebab pertama kematian adalah ketuaan
sementara pada tahun ini adalah penyakit Jantung dan disusul penyakit Hypertensi.
Pada era globalisasi sekarang ini menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh,
negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin
pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast
food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya
hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat
merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke. 10 Penyebab
kematian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. 10 Penyebab Kematian terbanyak di Kota Padang Tahun 2011
NO Penyebab Kematian JUMLAH %
1 Jantung 89 19,0
2 Hypertensi 81 17.0
3 Ketuaan / Lansia 73 15.0
4 Stroke 59 13,2
5 Diabetes Militus 52 12.0
6 PJK 32 6,0
7 KLL 27 5,0
8 Ginjal 18 3,0
9 Demam tinggi 17 3.0
10 Aspexia 15 3.0
Total 460 100
Sumber : Bidang Yankes DKK Padang
3.2. Angka Kesakitan
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 15
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun
prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan laporan puskesmas penyakit yang paling banyak di Kota Padang
tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh Penyakit kulit infeksi dan gastritis. Pola 10
penyakit terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Sepuluh penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2012
NO PENYAKIT JUMLAH %
1 ISPA 108.002 10,2
2 Gastritis 20.519 9,7
3 Penyakit Kulit Infeksi 18.729 8,9
4 Penyakit Radang Sendi 15.962 7,6
5 Pulpa dan Jaringan lainnya 14.612 6,9
6 Hipertensi 9.037 4,3
7 Diare 8.466 4,0
8 Infeksi Saluran Nafas Bawah 6.751 3,2
9 Kelainan Refraksi 6.704 3,1
10 Penyakit Susunan Syaraf 4.451 2,1
Total 209.933 100
Sumber : Bidang Yankes DKK Padang
3.2.1. Cakupan Penyakit Menular
Hasil capaian program penyakit menular Tahun 2012 :
a. Cakupan Penemuan dan penanganan Penderita Acut Flaccid Paralysis.
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam
PD3I yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 16
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher
dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal ketika
seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian
berakibat pada kelumpuhan.
Kasus AFP di kota Padang menunjukan grafik yang turun naik beberapa tahun
terakhir. Pada tahun 2010 ditemukan 1 kasus Polio di Puskesmas Pagambiran dan 5
kasus Acut Flaccid Paralysis (AFP). Kasus AFP ini terdapat pada 5 Puskesmas, yaitu
Padang Pasir, Pemancungan, Nanggalo, Belimbing, dan Pauh. Di tahun 2011
ditemukan 11 kasus AFP (Non Polio) yang tersebar dibeberapa Puskesmas. Ditahun
2012 terjadi 6 kasus AFP yang tersebardi 4 Puskesmas, yaitu Puskesmas Padang
Pasir, Seberang Padang, Puskesmas Anak Air dan Puskesmas Ikur Koto. Salah satu
penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini adalah semakin baiknya deteksi dini
yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.
Untuk 6 kasus AFP ini dilakukan penanganan sesuai protap, yaitu setelah
ditemukan kasus di lakukan pelacakan kasus ke rumah penderita. Pasien di
identifikasi dan dilakukan pengambilan spesimen. Spesimen tersebut di kirim ke
Litbangkes Jakarta melalui Dinas Kesehatan Propinsi Sumatra Barat. Hasil
pemeriksaan Litbangkes adalah Negatif (tidak ada virus polio pada spesimen) pada 6
spesimen yang diperiksa.
b. Prevalensi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet
orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, TB
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 17
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
menjadi salahsatu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam
MDGs.
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case
DetectionRate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan
dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam
wilayah tersebut.
Untuk mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan Angka Keberhasilan
pengobatan (SR=Success Rate) yang mengindikasikan persentase pasien baru TB paru
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan, baik yang sembuh maupun yang
menjalanipengobatan lengkap diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
Success Ratedapat membantu dalam mengetahui kecenderungan meningkat atau
menurunnya penemuanpasien pada wilayah tersebut
Penemuan kasus TB Paru dilakukan melalui penjaringan penderita yang
dicurigai / suspek TB Paru yang berobat ke sarana kesehatan. Perkiraan penderita TB
Paru BTA (+) 1,6/1000 penduduk. Untuk Kota Padang target BTA(+) pada tahun
2012 adalah 1349 suspek. Untuk penemuan penderita baru TB Paru BTA (+) tahun
2012 sebanyak 628 orang dan kasus lama (kambuh) 8 orang. Jika di lihat berdasarkan
jender, maka lebih banyak penderita TB Paru BTA (+) laki laki (359 orang)
dibandingkan perempuan penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 269 orang. Jika
dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir terjadi penurunan penemuan penderita,
yaitu pada tahun 2012 sebanyak 628 kasus, 2011 (942 orang), 2010 sebanyak 853
kasus dan tahun 2009 sebanyak 748 kasus. Untuk kasus penemuan penderita TB Paru
BTA (+), semakin baiknya penjaringan kasus maka akan semakin banyak ditemukan
penderita TB Paru BTA (+).
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG 18
PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 EDISI 201
Pada tahun 2012 Puskesmas melakukan pengobatan pada penderita TB Paru
BTA (+) sebanyak 678 penderita dan sembuh sebanyak 581 penderita atau sekitar 85
%. Sementara pada tahun 2011 BTA (+) yang diobati di Puskesmas sebanyak 582
penderita dan sembuh sebanyak 81,8 % (507 penderita). Pada tahun 2010 di obati
sebanyak 748 penderita dan sembuh sebanyak 534.
Untuk kasus TB Paru kambuh pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 8 orang
penderita, sementara ditahun 2011 sebanyak 21 penderita dan tahun 2010 sebanyak
12 penderita. Adapun CDR TB Paru pada tahun 2011 adalah 70,1 % naik jika
dibandingkan dengan tahun 2010 ini adalah 62 % dengan SR 48,6 %.
Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan
penderita. Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah
terjadinya penularan. Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus
diminum dan penderita diawasi secara ketat oleh keluarga maupun teman
sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas kesehatan agar terjamin