PROFIL DARAH (Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit) BROILER JANTAN YANG DIBERI Echinacea purpurea (radix) SEBAGAI IMUNOMODULATOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA (Skripsi) Oleh FITRI WAHYUNI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019
PROFIL DARAH (Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit) BROILER
JANTAN YANG DIBERI Echinacea purpurea (radix) SEBAGAI
IMUNOMODULATOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
(Skripsi)
Oleh
FITRI WAHYUNI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PROFIL DARAH (Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit) BROILER
JANTAN YANG DIBERI Echinacea purpurea (radix) SEBAGAI
IMUNOMODULATOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
Oleh
Fitri Wahyuni
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui profil darah khususnya eritrosit,
hemoglobin, dan hematokrit ayam broiler yang diberi Echinacea purpurea
(radix); 2) mengetahui dosis pemberian Echinacea purpurea (radix) yang optimal
terhadap profil darah ayam broiler. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Desember
2018—24 Januari 2019 di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung dan Laboratorium Klinik Pramitra Bandar Lampung.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu air minum
tanpa Echinacea purpurea (radix)(P0), air minum dengan 3 mg/kg BB/hari
Echinacea purpurea (radix) (P1), air minum dengan 6 mg/kg BB/hari Echinacea
purpurea (radix) (P2), air minum dengan 9 mg/kg BB/hari Echinacea purpurea
(radix) (P3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Echinacea
purpurea (radix) pada air minum tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit broiler jantan.
Kata kunci : Eritrosit, hemoglobin, hematokrit, broiler jantan, Echinacea
purpurea (radix), dan imunomodulator
ABSTRACT
BLOOD PROFILE (Erythrocytes, Hemoglobin, and Hematocrit) OF MALE
BROILER GIVEN Echinacea purpurea (radix) AS IMUNOMODULATOR
WITH DIFFERENT DOSE
by
Fitri Wahyuni
The purpose of this research was 1) intended blood profile especially erythrocytes,
hemoglobin, and hematocrit of broiler given Echinacea purpurea (radix), 2)
intended optimalitation dose of Echinacea purpurea (radix) on broilers blood
profile. The research was conducted on 28th
of December 2018 until 24th
of
January 2019 in Integrated Field Laboratory, Agriculture Faculty, Lampung
University and Bioclinical Pramitra Laboratory Bandar Lampung. This
experiment arranged a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments
and 3 replications. The treatments is used drinks without Echinacea purpurea
(radix) (P0), drinks with 3 mg/kg BW/day Echinacea purpurea (radix) (P1),
drinks with 6 mg/kg BW/day Echinacea purpurea (radix) (P2), drinks with 9
mg/kg BW/day Echinacea purpurea (radix) (P3). The result showed that
additions Echinacea purpurea (radix) on drinks is not significantly different
between every treatments on erythrocytes, hemoglobin, and hematocrit in male
broiler.
Key words : Erythrocytes, hemoglobin, hematocrit, male broilers, Echinacea
purpurea (radix), and imunomodulator
PROFIL DARAH (Eritrosit, Hemoglobin, dan Hematokrit) BROILER
JANTAN YANG DIBERI Echinacea purpurea (radix) SEBAGAI
IMUNOMODULATOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA
Oleh
FITRI WAHYUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 03 November 1997, sebagai putri
bungsu dari lima bersaudara dari pasangan bapak Tugiono dan ibu Halimah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 01 Rajabasa;
sekolah menengah pertama di SMP Mutiara Natar; sekolah menengah atas di
SMA Negeri 14 Bandar Lampung.
Penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN pada 2015. Pada Januari sampai
Maret 2018 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Karangrejo, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Pada Juli sampai
Agustus 2018 Penulis melaksanakan Praktik Umum di Permata farm PT. Ciomas
Adisatwa Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan dan Joni
Farm PT. Ciomas Adisatwa Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran.
Alhamdulillahirobbil’alamiin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW sang suri tauladan terbaik bagi manusia.
Aku persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang
yang sangat kusayangi dan kucintai Ibunda Halimah dan ayahnda Tugiono yang telah
mendidikku sejak kecil, menyayangiku dengan sepenuh hati, mendukungku dalam menyelesaikan pendidikan dan do’a
yang tak pernah henti untuk kebahagiaanku di masa depan. Terima kasih untuk kakak-kakakku Herman, Amin Mujiono, Rita Andriani, dan Sapri atas doa dan dukungan yang tiada
henti.
Terima kasih yang tak terhingga untuk dosen-dosenku yang tak pernah lelah memberi arahan, motivasi, dan ilmu
kepadaku.
Terimakasih untuk sahabat-sahabatku yang selalu ada disaat aku susah dan senang, memberi motivasi dan menghiasi hari-
hariku dengan canda tawa.
Serta untuk almamater tercinta yang telah memberikanku banyak pelajaran dan menjadikan saya menjadi lebih
dewasa dan lebih baik dalam bersikap.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bersabar” (QS. AL-Baqarah: 153)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri” (Q.S Ar-Ra’d: 11)
“Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab
kamu yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman”
(QS Ali-Imran: 139)
“Anda adalah apa yang anda rasakan. Jika anda merasakan seperti apa kehidupan ini, kehidupan anda akan sama seperti yang anda rasakan. Kehidupan anda sangat
ditentukan oleh perasaan anda. Jika anda memiliki perasaan yang baik -seperti bahagia, senang, dan gembira- kehidupan anda akan menjadi baik. Jika anda
memiliki perasaan-perasaan yang buruk –seperti dendam, marah, dan putus asa- kehidupan anda akan buruk”
(Dr. Usman Jasad)
“Rasa malas tidak seharusnya diikuti. Kita yang harus menguasai rasa malas, bukan malas yang menguasai diri kita”
(Fitri Wahyuni)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Profil Darah
(Eritosit, Hemoglobin dan Hematokrit) Broiler Jantan yang Diberi
Echinacea purpurea (radix) sebagai Imunomodulator dengan Dosis yang
Berbeda. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.—selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung—atas izin yang telah berikan;
2. Ibu Sri Suharyati S.Pt., M.P—selaku Ketua Jurusan Peternakan dan Dosen
Pembahas—atas persetujuan, saran, arahan dan bimbingan yang diberikan
kepada Penulis selama masa studi serta kritikan, saran, dan bimbingannya
dalam pengkoreksian skripsi ini;
3. Bapak drh. Purnama Edy Santosa, M.Si—selaku Pembimbing Utama—atas
ketulusan hati, kesabaran, saran dan motivasi yang telah diberikan sehingga
Penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan skripsi ini;
4. Bapak Siswanto, S.Pt., M.Si.—selaku Pembimbing Anggota--atas kebaikan,
saran, dan motivasinya dalam penyusunan skripsi;
5. Bapak Dr. Ir. Ali husni, M.P.—selaku Pembimbing Akademik—atas
bimbingan, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada Penulis selama
masa studi;
6. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Peternakan yang dengan iklhas memberikan ilmu
pengetahuannya kepada Penulis selama menjadi mahasiswa;
7. Mamak, bapak, serta kakak-kakakku yaitu Herman, Amin Mujiono, Rita
Andriani, dan Sapri, beserta keluarga besarku—atas semua kasih sayang,
nasehat, dukungan, dan do’a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi Penulis;
8. Teman-teman 1 tim penelitian yaitu Dahlia, Lusia Komala Widiastuti, Arinda
Kusuma Wardani, dan Bahari Yuslian Ramadhan—atas kerjasama, dukungan,
perhatian, dan kasih sayangnya;
9. Teman-teman Peternakan seperjuangan angkatan 2015 yang sangat kucintai
dan kusayangi, serta kakak-kakak dan adik-adik di Jurusan Peternakan.
10. Sahabat-sahabatku yaitu Dahlia, Nuryana, Nila, Aulia, Intan, Desta, Tia,
Devi, Ardianti, Reni, Delsi, Meta, Resti dan Nurfitri atas motivasi dan kasih
sayangnya kepada Penulis;
11. Teman-teman KKN Desa Karangrejo yaitu Prila, Della, Danti, Ridho, Rizki,
dan Erland atas doa dan semangat yang diberikan;
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis menjadi amal baik
dan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Akhir kata, Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan demi penulisan skripsi.
Bandar Lampung, 13 Februari 2018
Fitri Wahyuni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang dan Masalah ....................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
C. Kegunaan Penelitian .................................................................... 3
D. Kerangka Pemikiran .................................................................... 4
E. Hipotesis ...................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Echinachea purpurea ................................................................. 8
1. Klasifikasi Echinachea purpurea ............................................ 8
2. Kandungan Echinachea purpurea ........................................... 9
3. Fungsi Echinachea purpurea .................................................. 10
B. Broiler .......................................................................................... 11
C. Darah ........................................................................................... 13
1. Sel darah merah (eritrosit) ....................................................... 14
2. Hemoglobin ............................................................................. 17
3. Hematokrit ............................................................................... 19
III. BAHAN DAN METODE ............................................................... 22
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 22
B. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 22
1. Alat penelitian ......................................................................... 22
2. Bahan penelitian ...................................................................... 23
C. Metode Penelitian ........................................................................ 23
1. Rancangan perlakuan ............................................................ 23
2. Analisis data .......................................................................... 24
D. Peubah yang Diamati .................................................................. 24
E. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 25
1. Persiapan kandang ................................................................ 25
2. Kegiatan penelitian ............................................................... 25
3. Pengambilan Sampel ............................................................. 26
4. Pengujian sampel .................................................................. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 29
A. Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah Eritrosit Brolier Jantan ... 29
B. Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Hemoglobin Brolier
Jantan ........................................................................................... 33
C. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Hematokrit Brolier Jantan ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 41
A. Kesimpulan ................................................................................. 41
B. Saran ............................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 42
LAMPIRAN ............................................................................................ 49
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata jumlah eritrosit broiler jantan .............................................. 29
2. Rata-rata kadar hemoglobin broiler jantan .......................................... 34
3. Rata-rata nilai hematokrit broiler jantan ............................................. 38
4. Analisis ragam jumlah eritrosit broiler jantan ..................................... 50
5. Analisis ragam kadar hemoglobin broiler jantan ................................ 50
6. Analisis ragam nilai hematokrit broiler jantan .................................... 50
7. Kandungan nutrisi ransum BR 1 ......................................................... 51
8. Rata-rata suhu dan kelembaban kandang broiler selama penelitian ... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman Echinachea purpurea .......................................................... 8
2. Tata letak rancangan penelitian ........................................................... 24
3. Rata-rata jumlah eritrosit ..................................................................... 30
4. Rata-rata kadar hemoglobin ................................................................ 34
5. Rata-rata nilai hematokrit .................................................................... 38
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Peternakan ayam broiler adalah usaha pemeliharaan ayam broiler yang dilakukan
secara intensif selama ayam masih berumur satu hari sampai panen yang
bertujuan untuk menghasilkan ayam siap potong dalam waktu yang relatif singkat
serta memiliki daging berkualitas baik. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dan kesadaran untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, kini usaha
peternakan ayam broiler menjadi salah satu sektor penyumbang dalam pemenuhan
kebutuhan protein hewani di Indonesia.
Kesehatan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam sektor
peternakan ayam broiler. Salah satu kendala dalam sektor peternakan ayam
broiler yaitu tingginya serangan penyakit. Untuk menanggulangi permasalahan
tersebut para peternak dan perusahaan peternakan unggas melakukan pemberian
antibiotik yang berguna untuk memberantas penyakit dan juga dapat berfungsi
sebagai growth promotor pada ayam. Akan tetapi, pemberian antibiotik dalam
waktu lama dapat menyebabkan munculnya permasalahan baru berupa timbulnya
residu yang berbahaya bagi manusia yang mengonsumsi hasil ternaknya. Oleh
sebab itu, perlu adanya pemberian bahan-bahan herbal untuk mengurangi
2
penggunaan zat antibiotik sehingga serangan penyakit pada broiler dapat dicegah
dan kesehatan broiler dapat dijaga, yaitu dengan penggunaan imunomodulator.
Imunomodulator dapat didefinisikan sebagai zat biologis atau sintetis yang dapat
menstimulasi sistem kekebalan bawaan, adaptif atau keduanya. Pemberian
imunomodulator merupakan salah satu upaya untuk mencegah serangan penyakit.
Dalam dunia industri peternakan broiler, pemberian bahan obat-obatan yang
berasal dari tanaman sudah biasa dilakukan. Salah satu tanaman herbal yang
berperan sebagai imunomodulator yaitu Echinacea purpurea.
E. purpurea merupakan salah satu herbal imunomodulator karena mengandung
senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengobatan, efek terapeutik, dan aktivasi
sistem imun. Batang, bunga, daun dan akar E. purpurea dapat digunakan sebagai
ekstrak herbal. Akan tetapi, produk-produk yang berbahan dasar E. purpurea
berasal dari bagian akar, hal ini dikarenakan bagian tanaman yang diyakini paling
banyak mengandung senyawa kimia berkhasiat obat adalah akarnya. Pada
penelitian Taylor et al. (2003) pembuatan produk echinacea dari seluruh bagian
tanaman kecuali akar dan mengujikannya kepada anak-anak. Produk echinacea
tersebut tidak memberikan efek nyata terhadap tingkat keparahan dan durasi
waktu gejala demam yang disebakan virus biasa. Penelitian ini telah dikritik
karena produk echinacea yang digunakan dalam percobaan tidak melibatkan
bagian akar dan dosis yang digunakan lebih rendah daripada dosis yang
dianjurkan oleh herbalist.
Profil darah adalah salah satu parameter fisiologis tubuh yang mencerminkan
kondisi ternak unggas. Untuk melihat peranan Echinacea purpurea (radix)
3
sebagai imunomodulator dapat dilihat dari profil darah ayam yang bertujuan untuk
melihat status kesehatan hewan, karena darah mempunyai peranan penting dalam
pengaturan fisiologis tubuh. Darah berfungsi sebagai transportasi komponen di
dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbon dioksida, panas, metabolisme,
hormon dan imun tubuh (Reece, 2006).
Selama ini belum ada penelitian pemberian E. purpurea (radix) terhadap profil
darah ayam broiler jantan. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian
pemberian E. purpurea (radix) sebagai imunomodulator terhadap profil darah
ayam broiler yang ditinjau dari jumlah eritrosit, hemoglobin, dan kadar
hematokrit.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. mengetahui profil darah khususnya eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit ayam
boriler yang diberi E. purpurea (radix);
2. mengetahui dosis pemberian E. purpurea (radix) yang optimal
terhadap profil darah ayam broiler.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang dosis
pemberian Echinacea purpurea (radix) sebagai imunomodulator untuk
meningkatkan kesehatan ayam broiler melalui profil darah, khususnya mengenai
eritrosit, hemoglobin , dan hematokrit.
4
D. Kerangka Pemikiran
Pemberian feed additive berupa antibiotik dilakukan untuk memperbaiki performa
produksi ayam broiler. Namun, saat ini pemberian antibiotik yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi dari ternak unggas sudah dilarang karena adanya
residu dari produk ternak unggas yang dapat membahayakan orang yang
mengonsumsinya. Aspek kesehatan adalah salah satu faktor penentu
produktivitas ternak. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas ternak dapat
ditempuh dengan meningkatkan status kesehatan ternak tersebut.
Penggunaan tanaman herbal untuk meningkatkan status kesehatan ternak telah
banyak dilakukan. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai penunjang
kesehatan ternak yaitu imunomodulator yang dapat menekan penggunaan
antibiotik. Echinacea purpurea adalah tanaman herbal yang mengandung zat
imunomodulator. Penggunaan E. purpurea (radix) dapat memudahkan peternak
dalam menggunakan imunomodulator karena produk yang mengandung ekstrak
E. purpurea (radix) mudah ditemukan dipasaran dalam bentuk kapsul maupun
sirup. E. purpurea dapat meningkatkan jumlah leukosit dan meningkatkan daya
tahan tubuh, merangsang sel-sel killer dan menunjukkan aktivitas antiviral
(Currier dan Miller, 2000). Meningkatnya jumlah leukosit, akan seiring dengan
meningkatnya jumlah eritrosit, karena leukosit jumlah selnya dalam darah paling
sedikit, sekitar satu leukosit untuk setiap 700 eritosit (Sherwood, 2001).
Darah dapat digunakan sebagai salah satu parameter dari status kesehatan hewan
karena darah merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam
pengaturan fisiologis tubuh. Gambaran darah yang baik menunjang proses
5
fisiologis menjadi lebih baik. Fungsi darah secara umum diantaranya untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh, menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, hormon, dan
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah terdiri atas plasma dan sel-
sel darah. Profil darah dapat ditinjau dari eritrosit, hemoglobin dan hematokrit.
Eritrosit merupakan sel darah merah yang membawa hemoglobin dalam sirkulasi.
Sel ini berbentuk bikonkaf yang dibentuk di sumsum tulang belakang (Ganong,
2008). Eritrosit terdiri dari hemoglobin yang dapat mengikat O2 (oksigen),
hemoglobin akan mengambil O2 dari paru-paru, dan O2 akan dilepaskan saat
eritrosit melewati pembuluh kapiler. Selain itu, eritrosit berfungsi untuk
membawa nutrien hasil metabolisme ke jaringan tubuh. Keadaan tubuh juga
mempengaruhi umur bertahannya eritrosit. Jika hewan ataupun manusia keadaan
tubuhnya kurang sehat maka umur eritrosit tidak akan bertahan sampai 120 hari.
Eritrosit juga dipengaruhi oleh umur, bangsa, jenis kelamin, aktivitas, nutrien,
produksi telur, volume darah, faktor iklim, dan suhu lingkungan.
Hemoglobin dalam eritrosit merupakan buffer yang baik untuk mempertahankan
keseimbangan keseluruhan darah. Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut O2
dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa ke jaringan, serta
membawa CO2 (karbondioksida) dari jaringan tubuh ke paru-paru (Guyton dan
Hall, 2010). Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh kadar O2 dan jumlah eritrosit,
sehingga ada kecenderungan jika jumlah eritrosit rendah maka kadar hemoglobin
akan rendah dan jika O2 (faktor ketinggian tempat) dalam darah rendah, maka
6
tubuh terangsang meningkatkan produksi eritrosit dan hemoglobin (Schalm, et al.,
2010).
Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan perbandingan
eritrosit terhadap volume darah. Penurunan nilai hematokrit di bawah normal
dapat disebabkan oleh kerusakan eritrosit, penurunan produksi eritrosit atau
dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran eritrosit, dan pakan yang nutrisinya kurang
menyebabkan pembentukan darah berkurang sehingga nilai hematokrit menurun
(Wardhana et al. 2001). Apabila nilai persentase hematokrit semakin besar di atas
kisaran normal maka akan menyebabkan makin banyak pergeseran di antara
lapisan-lapisan darah dan pergeseran inilah yang menentukan viskositas.
Viskositas dalam darah akan meningkat ketika hematokrit meningkat yang
mengakibatkan aliran darah melalui pembuluh sangat lambat (Guyton, 1996).
E. purpurea merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai
imunomodulator. Berbagai penelitian mengenai E. purpurea dan imunomodulator
lainnya sudah banyak dilakukan. Tanaman herbal lainnya yang dapat dijadikan
sebagai imunomodulator yaitu jahe dan sambiloto. Berdasarkan hasil penelitian
Sumarni (2017), pemberian jahe (Zingiber officinale) dan gula merah jahe
0,05gr/kg BB + gula merah 10% BB sampai jahe 0,15gr/kg BB+ gula merah 10%
BB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit
dan sel darah putih (leukosit), serta hanya bisa mempertahankan jumlahnya dalam
batasan normal dan belum bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam
broiler. Hasil penelitian Eliza et al. (2013) menunjukkan bahwa sambiloto
(Andrographis paniculata Nees.) dapat meningkatkan hematokrit mencit (Mus
muscus L.) Swis Webster jantan.
7
Pemberian antibiotik sudah biasa dilakukan oleh peternak untuk memacu
pertumbuhan dan mengobati penyakit pada ayam. Pemberian atibiotik dapat
ditekan dengan menggunakan E. purpurea karena adanya sifat antibiotik lemah di
dalamnya. Selain itu, pemberian E. purpurea sebagai imunomodulator juga dapat
meningkatkan status kesehatan ayam yang dapat ditinjau dari profil darah ayam
tersebut. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk meneliti profil darah pada ayam
broiler yang diberi E. purpurea (radix) dengan dosis berbeda guna meningkatkan
kesehatan ayam broiler.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini :
1. terdapat pengaruh pemberian E. purpurea (radix) terhadap profil darah ayam
broiler, khususnya eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit;
2. terdapat dosis pemberian E. purpurea (radix) yang optimal terhadap profil
darah ayam broiler.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Echinacea purpurea
1. Klasifikasi Echinacea purpurea
Genus Echinacea merupakan anggota dari familia Asteraceae dan mempunyai
sembilan spesies yang berasal dari Amerika Utara. Tiga spesies dari genus
Echinacea dikenal mempunyai nilai ekonomi dan berkhasiat sebagai tumbuhan
obat yaitu Echinacea purpurea (L.) Moench (purple coneflower), E. pallida
(Nutt.) (pale coneflower), dan E. angustifolia DC (prairie coneflower) (Bishnoi et
al., 2010). Echinacea purpurea (L.) Moench atau ekinase merupakan salah satu
tumbuhan obat yang penting dan mempunyai nilai ekonomi di seluruh dunia
karena mempunyai efek sebagai anti virus, anti bakteri dan aktivitas
imunomodulator (Chen et al., 2009).
Gambar 1. Tanaman Echinacea purpurea
(Sumber : http://www.jendela.alam.com)
9
Klasifkasi tanaman Echinacea purpurea menurut USDA (2018) adalah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceobionta
Divisi : Magnolyopita
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Family : Asteridae
Genus : Echinacea moench
Species : Echniacea purpurea (L.) Moench
2. Kandungan Echinacea purpurea
Tanaman Echinacea purpurea (L.) Moench atau ekinase berasal dari Amerika
Utara dan dikenal sebagai tumbuhan obat yang penting. Ekinase menunjukkan
efek imunoregulasi, anti inflamasi dan sebagai antioksidan serta tidak mempunyai
efek samping ataupun hipersensivitas pada uji klinis. Ekinase mengandung
senyawa metabolit sekunder antara lain yaitu derivat asam kafein, alkamid,
flavanoid dan poliasetilen. Alkamid dan derivat asam kafeat merupakan senyawa
aktif yang menunjukkan efek imunoregulasi (Lee et al., 2010).
Bahan aktif Echinacea sp adalah echinacoside, polisakarida (echinacin),
antibiotik polyacetylenes, betaine, caffec acid glycosides, inulin, isobutyl amides,
minyak esensial (humulene, caryophylene), isobutyl+alkylamine, resin, flavonoid
(pada akar dan batang), ester sesquiterpene (echinadiole, epoxyechinadiole,
echinax-anthole dan dihydor-xynardole) (Purnama, 2008).
10
Kandungan flavanoid terbesar ada pada bagian batang dan daun. Pada bagian
batang terdapat kandungan flavanoid, sedangkan pada bunga kandungan aktif
yang paling besar yaitu chichoric acid yang berfungsi sebagai imunomodulator.
Urutan alokasi kandungan chichoric acid dari yang terbesar sampai yang paling
kecil yaitu bunga, daun, batang, dan akar. Ehinacea purpurea bubuk akar kering
mengandung 1,5% dari total polifenol dihitung sebagai asam klorogenat (Carlo et
al., 2003).
Echinacea mengandung zat yang bermanfaat untuk pengobatan dan memiliki efek
terapeutik, diataranya alkaloid, turunan asam kafeat, glikoprotein, alkilamida,
polisakarida, poliasetilen, campuran fenolik, asam sinamat, minyak asitri, dan
flavanoid (Rezaie et al., 2013). Penelitian untuk mencari komponen aktif
Echinacea telah dilakukan sejak lama, tetapi hasilnya masih belum pasti. Karena
komponen kimia yang begitu banyak terdapat pada Echinacea dan komposisinya
berbeda-beda ditiap bagian tanaman dan tiap spesies, maka bahan aktif yang
sebenarnya memiliki efek imunomodulasi belum diketahui. Banyak herbalist
yang menyimpulkan bahwa efek yang muncul karena adanya interaksi diantara
komponen-komponen tersebut tetapi hal ini belum dievaluasi secara formal
(Bartram, 1995).
3. Fungsi Echinacea purpurea
Echinacea sp telah digunakan dengan aman selama berabad-abad. Echinacea
sp dapat meningkatkan jumlah sel darah putih dan meningkatkan daya tahan
tubuh, merangsang sel-sel killer dan menunjukkan aktifitas antiviral echinacea sp
adalah untuk terapi suportif common cold, infeksi traktus respiratorius kronik,
11
pengobatan infeksi traktus urinarius bawah dan pengobatan luka superfisial bila
diberikan secara eksternal. Pada percobaan manusia dan hewan, sediaan
diberikan secara oral atau parenteral untuk menghasilkan efek imunostimulasi.
Diantara aksi-aksi fisiologik yang lain, jumlah sel-sel darah putih meningkat,
fagositosis granulosit manusia meningkat dan peningkatan temperatur tubuh
(Bartram, 1995). Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Echinacea
sp dapat meningkatkan produksi antibodi, jumlah dan aktifitas sel-sel darah putih
sehingga dapat disimpulkan hal-hal inilah yang meningkatkan sistem kekebalan
untuk mencegah sakit (Wagner et al., 1985).
E. purpurea memiliki banyak manfaat, utamanya aktivasi sistem imun, dengan
memicu jalur komplemen serta meningkatkan jumlah distribusi sel darah putih,
merangsang fagositosis, produksi sel T, aktivitas limfositik, produksi sitokinin,
respirasi sel, dan sekresi enzim (Hudson, 2012). E. purpurea telah diteliti
memiliki efek imunostimulasi pada monosit, makrofag, natural killer cells, sel T,
dan dendritic cells secara in vitro (El-Ashmawy et al., 2015). Efek
imunostimulan ini terjadi pada hewan uji sehat maupun hewan uji yang sistem
imunnya sudah ditekan (mengalami imunosuspresi) akibat obat siklofosfamid
(Kumar dan Ramaiah, 2001).
B. Broiler
Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging yang merupakan salah satu
unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh
masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan beberapa kelebihan
12
yang dimiliki oleh ayam broiler salah satunya adalah waktu pemeliharaan yang
relatif singkat dan menguntungkan (Rose, 1997). Keunggulan ayam broiler
adalah deposisi daging pada otot paha dan otot dada yang tinggi (Pond et al.,
1995).
Ayam pedaging memiliki ciri fisik warna bulu dominan putih, pertumbuhannya
cepat, mempunyai karakteristik daging yang baik, seperti pada bagian dada yang
lebar, memiliki karakteristik daging banyak dan bentuk badan yang lebih besar
dari ayam kampung (Scott et al., 1982).
Broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak
lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan atau produksi daging
dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4--5 minggu produksi
daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003). Keunggulan
ayam ras pedaging antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot
badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap
dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga merupakan upaya
penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam
(Saragih, 2000).
Ayam broiler memiliki daging yang empuk, ukuran badannya besar, bentuk dada
lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar
pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat.
Kelemahan dari ayam ini adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan
13
cermat, relatif lebih peka terhadap serangan penyakit dan sulit beradaptasi
(Hardjosworo, 2000).
C. Darah
Darah merupakan komponen penting yang berperan dalam proses fisiologis dalam
tubuh yang mengalir melalui pembuluh darah dan sistem kardiovaskuler. Darah
adalah jaringan khusus yang berperan dalam sirkulasi dan terdiri atas bagian cair
(plasma darah) dan bagian interseluler (Sonjaya, 2012).
Fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis tubuh (Sonjaya, 2012).
Frandson et. al. (2009) menjelaskan beberapa fungsi darah yakni membawa
nutrien dari saluran pencernaan menuju jaringan tubuh, membawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, membawa karbon dioksida dari jaringan ke
paru-paru untuk dibuang, membawa produk buangan dari berbagai jaringan
menuju ginjal untuk diekskresikan, berperan penting dalam pengendalian suhu
dengan cara mengangkut panas dari bagian dalam tubuh menuju permukaan
tubuh, berperan dalam sistem buffer, serta sebagai pembeku darah yang mencegah
terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka. Darah juga
mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Ayam broiler jantan memiliki lebih banyak total eritrosit dan leukosit dalam darah
serta kandungan hemoglobin yang tinggi. Namun analisis ini dapat juga
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Sharmin dan
Myenuddin, 2004). Menurut Guyton dan Hall (2006), jika tubuh hewan
mengalami gangguan fisiologis maka akan terjadi perubahan profil darah.
14
Perubahan gambaran darah dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan
umur, status gizi, kesehatan, stress, siklus estrus dan suhu tubuh, sedangkan secara
eksternal misalnya akibat infeksi kuman dan perubahan suhu lingkungan. Dienye
dan Olumuji (2014) mengatakan bahwa perubahan profil darah dapat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan, dan faktor fisiologi seperti stress saat penangkapan dan
tranportasi, umur serta jenis kelamin. Ayam ras pedaging yang sehat memiliki
gambaran darah yang normal.
1. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah merupakan bagian dari darah yang mempunyai fungsi utama
sebagai pembawa hemoglobin (Guyton dan Hall, 2006). Menurut Suprijatna et al.
(2005) salah satu fungsi dari sel darah merah adalah mengikat oksigen (O2) oleh
hemoglobin ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel tubuh,
pengikatan O2 oleh hemoglobin erat kaitannya dengan total sel darah merah dan
juga berhubungan dengan organ-organ pernafasan.
Apabila perubahan fisiologis terjadi pada tubuh hewan, maka gambaran total sel
darah merah juga ikut mengalami perubahan. Semakin banyak total sel darah
merah maka frekuensi pernafasan akan semakin baik pula karena oksigen yang
diikat oleh hemoglobin untuk diedarkan ke seluruh tubuh semakin banyak
(Sturkie, 1976). Sel darah merah terdiri atas 61% air, 32% protein, 7%
karbohidrat, dan 0.4% air (Weiss dan Wardrop 2010). Fungsi utama sel darah
merah adalah mengangkut hemoglobin untuk membawa O2 dari paru-paru serta
nutrien untuk diedarkan ke jaringan tubuh. Sel darah merah juga mempunyai
kandungan carbonic anhydrase, yang merupakan enzim yang mengkatalis reaksi
15
dapat balik antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat
(H2CO3) (Guyton dan Hall, 2010).
Eritrosit merupakan produk erythropoiesis dan proses tersebut terjadi dalam
sumsum tulang merah (medulla asseum rubrum) yang antara lain terdapat dalam
berbagai tulang panjang. Erythropoiesis membutuhkan bahan dasar berupa
protein dan bebagai aktivator. Beberapa aktivator erythropoiesis adalah
mikromineral berupa Cu, Fe, dan Zn (Praseno, 2005). Konsumsi protein akan
mempengaruhi proses erythropoiesis dalam membentuk eritrosit (Resvianto,
2016). Linder (1992) menyatakan bahwa unsur Cu mungkin memegang peranan
dalam aliran Fe dari tempat penyimpanannya menuju ke transferin untuk diangkut
ke sumsum tulang dan tempat lainnya. Mineral Fe di dalam sumsum tulang
digunakan untuk membentuk hemoglobin yang merupakan bagian dari sel darah
merah dan sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Rendahnya
konsumsi protein ransum cenderung mengakibatkan sintesis eritrosit menjadi
rendah (Geraert et al., 1996; Shibata et al., 2007).
Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah merah primitif
yang berinti diproduksi dalam kantong kuning telur. Selama pertengahan
trimester masa gestasi, sel darah merah diproduksi dihati, limpa dan limfonodus.
Sedangkan sesudah lahir, sel-sel darah merah diproduksi oleh sumsum tulang
(Frandson, 1992). Produksi eritrosit dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
kandungan oksigen dimana protein penginduksi akan menginduksi pertumbuhan
dan diferensiasi sehingga produksi eritrosit akan meningkat.
16
Masa hidup eritrosit pada unggas rata-rata 28—35 hari (Sturkie, 1988). Menurut
Swenson (1984) jangka hidup sel darah merah pada ayam adalah 28 hari. Sel
darah merah mati pada jumlah yang besar setiap harinya. Oleh karena itu, sel-sel
sumsum tulang merupakan sel yang tumbuh dan bereproduksi paling cepat
diseluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.
Kecepatan produksi dan pematangan dipengaruhi oleh keadaan nutrisi. Nutrisi
yang harus ada untuk erythropoiesis normal adalah asam amino, asam lemak
essensial, mineral, dan vitamin (Meyer dan Harvey, 2004).
Menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988) nilai normal sel darah merah broiler
sekitar 2,0—3,2x106/mm
3, sedangkan menurut Sturkie (1976) rata-rata sel
darah merah dalam kondisi normal pada ayam umur 26 hari adalah 2,77x106
per mm3. Menurut Swenson (1984) nilai eritrosit pada broiler adalah
2,5—3,2x106/mm
3.
Faktor -faktor yang memengaruhi jumlah eritrosit dalam darah bukan hanya
konsentrasi hemoglobin tetapi juga umur, latihan, status nutrisi, laktasi,
kehamilan, produksi telur, peningkatan epinephrine, volume darah, pemeliharaan,
waktu, temperatur lingkungan, ketinggian, dan faktor iklim (Swenson, 1984).
Apabila sel darah merah berada diatas rata-rata atau kelebihan, dapat mengalami
eritrositosis. Eritrositosis disebabkan oleh dehidrasi, jika sel darah merahnya
berada dibawah rata-rata, maka dapat mengalami anemia. Anemia dapat juga
disebabkan karena luka, rusaknya eritrosit, dan polusi udara (Frandson, 1992).
Menurut Swenson (1984), kurangnya sel darah merah dan rusaknya sel darah
merah dapat disebabkan oleh hilangnya darah akibat luka, parasit yang ada dalam
17
darah, dan dapat pula karena darah yang tidak berhasil masuk pembuluh darah
secara normal.
2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah senyawa yang berasal dari ikatan kompleks antara protein dan
Fe yang menyebabkan timbulnya warna merah pada darah. Menurut Swenson
(1993) hemoglobin adalah pigmen eritrosit berisi darah yang tersusun atas protein
konjugasi dan protein sederhana. Hemoglobin diproduksi oleh sel darah merah
yang disintesis dari asam asetat (acetic acid) dan glycine menghasilkan porphyrin.
Porphyrin dikombinasikan dengan Fe menghasilkan satu molekul heme. Empat
molekul heme dikombinasikan dengan molekul globin yang merupakan protein
globular yang terdiri dari empat rantai asam-asam amino membentuk hemoglobin
(Rosmalawati, 2008).
Hemoglobin dalam eritrosit memungkinkan timbulnya kemampuan untuk
mengangkut oksigen, serta penyebab warna merah pada darah (Frandson et al.,
2009; Sonjaya, 2012). Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk
oksihemoglobin (Ganong, 2003). Kandungan O2 yang rendah dalam darah
menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan jumlah eritrosit (Swenson,
1993; Schalm et al., 2010).
Penurunan kadar hemoglobin terjadi karena adanya gangguan pembentukan
eritrosit (erythropoiesis). Methemoglobin adalah produk oksidasi dari
hemoglobin (Sonjaya, 2012). Methemoglobin tidak mampu membawa oksigen
karena besi dan methemoglobin berbentuk ion Fe2+
yang afinitas terhadap oksigen
18
rendah dibandingkan dengan Fe3+
hemoglobin. Kadar hemoglobin dipengaruhi
oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit, sehingga ada kecenderungan jika jumlah
eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan rendah dan jika oksigen dalam
darah rendah, maka tubuh terangsang meningkatkan produksi eritrosit dan
hemoglobin (Schalm et al., 2010).
Wardhana et al. (2001) menyatakan bahwa sintesis hemoglobin berhubungan
dengan proses pembentukan eritrosit. Adanya inti dalam eritrosit unggas
menyebabkan kadar hemoglobinnya menjadi lebih rendah dari mamalia. Menurut
Dharmawan (2002) kadar hemoglobin normal pada ayam berkisar antara 7,0
gr/dl-13,0 gr/dl dengan rata-rata 9,0 gr/dl.
Kelebihan hemoglobin dari keadaan normal disebut polisitemia (Poedjiadi, 1994).
Polisitemia terdiri dari polisitemia relatif dan absolut. Polisitemia relatif terjadi
akibat dehidrasi pada hewan, sedangkan polisitemia absolut terjadi akibat adanya
peningkatan produksi hormon eritropoietin sebagai kompensasi dari berkurangnya
suplai oksigen ke jaringan (Rebar, 2002). Jumlah hemoglobin dalam darah pada
hewan ternak normal kira-kira 100 g tiap ml darah jika jumlah hemoglobin dalam
darah berkurang disebut anemia. Penyebab anemia adalah karena kekurangan zat
besi (Pearce, 1989).
Protein, terutama asam amino, glisin, dan mineral Fe merupakan komponen
pembentukan hemoglobin (Guyton dan Hall, 2015). Komalasari (2014)
menyatakan bahwa kadar hemoglobin bergantung pada jumlah eritrosit. Menurut
Schalm et al. (2010) tinggi rendahnya hemoglobin tergantung jumlah eritrosit,
19
jika eritrosit rendah maka hemoglobin juga rendah dan jika jumlah eritrosit tinggi
maka hemoglobin pun akan tinggi.
3. Hematokrit
Cunningham (2002) juga menyatakan bahwa hematokrit adalah fraksi sel di dalam
darah. Schalm et al. (1975) menyatakan hematokrit merupakan indikasi proporsi
sel dan cairan di dalam darah. Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan
beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragi, kerusakan sumsum tulang
belakang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, rheumatoid, dan
arthritis. Nilai hematokrit yang tinggi sebaliknya akan mengindikasikan
dehidrasi, eritrositosis, dan polisitemia vena. Selain itu hematokrit juga
berhubungan dengan perubahan tekanan darah.
Hematokrit atau biasa disebut packed cell volume (PCV) adalah perbandingan
antara eritrosit dan plasma darah yang dinyatakan dalam persen volume
(Frandson, 1993). Nilai hematokrit merupakan persentase butir eritrosit dalam
darah sehingga nilai hematokrit berhubungan dengan jumlah eritrosit (Ismail,
2014). Nilai hematokrit berbanding lurus dengan jumlah eritrosit dan kadar
hemoglobin pada kondisi hewan normal, sehingga meningkatnya jumlah eritrosit
dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan nilai hematokrit. Nilai hematokrit
antara lain dipengaruhi oleh volume darah, tingkat keaktifan tubuh, anemia, dan
ketinggian tempat tinggal (tergantung spesies). Hematokrit sering digunakan
dalam menentukan jumlah sel darah yang terlalu tinggi, terlalu rendah, atau
normal (Azhar, 2009).
20
Peningkatan nilai hematokrit dapat mengindikasikan terjadinya peningkatan
viskositas darah yang disebabkan oleh adanya gangguan sirkulasi darah.
Penurunan nilai hematokrit dapat dijumpai pada kondisi anemia atau akibat
kekurangan sel darah (Wientarsih et al., 2013). Penurunan nilai hematokrit
disebabkan oleh kerusakan eritrosit, penurunan produksi eritrosi atau dipengaruhi
oleh jumlah dan ukuran eritrosit (Wardhana et al., 2001). Jumlah sel darah merah
berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan butir darah
merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit (Kusnadi 2008).
Wientarsih et al. (2013) melaporkan bahwa persentase hematokrit ayam dalam
kondisi normal berada pada kisaran 22—35%. Sedangkan menurut
Mangkoewidjojo dan Smith (1988) berkisar antara 24—43%.
Hematokrit akan mempengaruhi kondisi viskositas darah. Semakin tinggi kadar
hematokrit maka kondisi viskositas akan semakin tinggi pula, hal ini terjadi
karena gesekan yang terjadi antara sel-sel darah merah akan semakin tinggi
sehingga viskositas juga mengalami kenaikan. Selanjutnya, keadaan viskositas
darah yang meningkat akan memperberat kerja jantung dalam memompakan
darah menuju ke jaringan (Guyton and Hall, 2006).
Nilai hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin,
status nutrisi, keadaan hipoksia, keadaan hidrasi, dan ukuran eritrosit. Kejadian
stres panas pada ayam broiler terjadi pada suhu 31–33oC yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan nilai hematokrit (Muchacka et al., 2012).
Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian
tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan
untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase
21
hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Sadi dan Hussein, 2010).
Pada kondisi cekaman panas menyebabkan terjadi peningkatan konsentrasi
hormon kortikosteron (Yunianto et al., 1999) yang berfungsi antara lain untuk
merombak protein menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis (Post et al.,
2003). Akibatnya ketersediaan protein menjadi berkurang sehingga pertumbuhan
dan pembentukan sel darah merah menjadi turun (Harlova et al., 2002).
22
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2018—Januari 2019 di unit kandang
Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Sampel darah penelitian ini dianalisis di Laboratorium Klinik Pramitra, Bandar
Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. peralatan yang digunakan di kandang penelitian diantaranya kandang broiler,
sprayer untuk desinfeksi kandang, bambu untuk membuat 12 petak kandang,
plastik terpal untuk tirai dan pembatas area brooding, koran, lampu bohlam 60
watt sebanyak 6 buah sebagai sumber pemanas area brooding, baby chick
feeder 12 buah, tempat minum ayam 12 buah; ember, hand spray, spuit untuk
vaksinasi, nampan, timbangan kapasitas 10 kg, timbangan elektrik,
thermohygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban, tali rafia, karung
dan plastik .
23
b. peralatan yang digunakan untuk pengambilan darah diantaranya kapas;
disposable syringe 5 ml; tabung EDTA; cooler box untuk menyimpan sampel
darah;
c. pemeriksaan sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit menggunakan
Mindray BC-3600
2. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. DOC broiler jantan strain MB 202 sebanyak 60 ekor yang dipelihara
selama 28 hari;
b. ransum
c. air minum;
d. ekstrak Echinacea purpurea (radix)
d. vaksin ND dan AI;
e. bahan untuk biosekuriti seperti desinfektan, kapur dan detergen;
f. darah broiler yang digunakan untuk pemeriksaan eritrosit, hemoglobin dan
hematokrit
g. alkohol 70%;
h. reagen lyse, rinse dan diluent.
C. Metode Penelitian
1. Rancangan perlakuan
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perletakan petak percobaan secara acak yang dapat dilihat
24
di Gambar 2, terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5
ekor.
P0 : Air minum tanpa Echinacea purpurea (kontrol);
P1 : Air minum dengan 3 mg/kg BB/hari Echinacea purpurea (radix);
P2 : Air minum dengan 6 mg/kg BB/hari Echinacea purpurea (radix), dan;
P3 : Air minum dengan 9 mg/kg BB/hari Echinacea purpurea (radix).
P3U1 P2U2 P1U3
P1U2 P3U2 P3U3
P0U3 P0U2 P2U3
P0U1 P2U1 P1U1
Gambar 2. Tata letak rancangan penelitian
2. Analisis data
Data profil darah dari masing-masing perlakuan dan kontrol disusun dalam bentuk
tabulasi sederhana sehingga akan tersedia data untuk diolah dengan analisis
statistik dan deskripstif (histogram). Analisis statistik menggunakan Analysis of
Variance (ANOVA) dengan taraf signifikasi 5%. Analisis secara deskriptif
dilakukan dengan membaca histogram rata-rata hasil pemeriksaan eritrosit,
hemoglobin dan hematokrit broiler serta dibandingkan dengan standar fisiologis
darah broiler.
D. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sel darah merah (eritrosit),
hemoglobin, dan hematokrit.
25
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan kandang
Kegiatan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembersihan lokasi
kandang sebelum memulai penelitian. Kandang dibersihkan dengan cara
pencucian kandang menggunakan detergen, menyemprot kandang dengan
desinfektan dan fogging guna mengurangi gangguan kesehatan pada ayam saat
penelitian. Pencucian peralatan kandang seperti tempat pakan dan minum
menggunakan air bersih dan detergen, lalu direndam pada larutan desinfektan dan
dikeringkan. Pemasangan tirai dan area brooding. Kandang diberi sekat yang
membentuk 12 petak dengan luas 0,5x0,5 m, masing-masing petak diisi 5 ekor
DOC. Memasang lampu bohlam 60 watt sebagai sumber pemanas DOC (1 buah
bohlam untuk 2 petak kandang) satu hari sebelum DOC datang, alas kandang
diberi sekam padi sebagai litter kemudian dilapisi dengan koran, pemasangan
baby chick feeder dan tempat air minum.
2. Kegiatan penelitian
DOC broiler dimasukkan ke dalam area brooding selama 7 hari. Perlakuan
dimulai pada satu hari setelah kedatangan DOC hingga umur 28 hari. DOC yang
baru tiba diberi air minum yang dicampur dengan larutan gula sebagai elektrolit.
Broiler diberi ransum secara ad libitum setiap pagi siang dan sore. Setiap pukul
06.00 WIB dilakukan penimbangan sampel broiler satu ekor pada tiap petak
kandang untuk mendapatkan data bobot badan yang dijadikan dasar untuk
menghitung dosis Echinacea purpurea (radix) sesuai dengan perlakuan.
Kemudian broiler dipuasakan selama satu jam. Pada pukul 07.00 WIB broiler
26
diberi air minum dengan perlakuan sesuai dengan perlakuan dan dosis yang telah
dihitung, Echinacea purpurea (radix). Pada pukul 09.00 WIB air minum
ditambah secara ad libitum.
Perhitungan dosis dilakukan berdasarkan berat kering Echinacea purpurea (radix)
dalam mg terhadap berat badan. Kandungan bahan kering Echinacea purpurea
(radix) dalam setiap kapsulnya adalah 100 mg dengan dosis pemberian 3 kali
sehari pada umur manusia dewasa. Sehingga perhitungannya adalah
100 mg x 3 kali pemberian = 300 mg
Jumlah bahan kering Echinacea purpurea (radix)/rata-rata bobot badan orang
dewasa = 300 mg/50 kg = 6 mg/kg BB.
Program vaksinasi broiler dilakukan untuk mencegah penyakit tertentu yang
dapat menurunkan produktivitas. Vaksinasi yang dilakukan yaitu vaksinasi ND
dan AI. Broiler umur 6 hari diberikan vaksin ND melalui injeksi pada bagian
subkutan leher dan AI melalui tetes mata. Pada umur 19 hari dilakukan
revaksinasi ND melalui air minum. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang
dilakukan setiap hari, yaitu pada pukul 07.00, 12.00, dan 17.00 WIB. Pengukuran
suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan termohygrometer yang
diletakkan pada bagian tengah kandang yang digantung pada dinding kandang.
3. Pengambilan sampel
Setiap petak kandang penelitian diambil satu ekor ayam untuk dijadikan sampel
pengambilan darah sehingga terdapat 12 ekor broiler yang dilakukan
pengambilan darah. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-28.
27
Tahapan pengambilan sampel darah ayam broiler antara lain :
a. posisi ayam dalam posisi berbaring dan kondisi ayam tenang.
b. bagian kulit dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol. Darah diambil
dengan menggunakan disposible syringe 5 ml melalui vena brachialis;
c. darah dimasukkan ke dalam tabung darah yang mengandung EDTA untuk
menghindari pembekuan darah, kemudian disimpan dalam cooler box atau
termos es sampai dilakukan analisis;
d. hasil sampel darah langsung dibawa ke Laboratorium Klinik Pramitra Bandar
Lampung untuk dianalisis eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit.
4. Pengujian sampel
Berdasarkan standar pengujian di Laboratorium Klinik Pramitra (2019) pengujian
sampel darah untuk mengetahui jumlah eritrosit, hemoglobin, dan kadar
hematokrit menggunakan alat Mindray BC-3600 dengan langkah-langkah sebagai
berikut
a. Persiapan alat
Persiapan alat dilakukan dengan memeriksa volume dan kondisi reagen, reagen
yang digunakan diantaranya lyse, rinse, dan diluent. Kemudian memeriksa
seluruh selang dan botol pembuangan.
b. Menyalakan alat
Menyalakan alat dengan menekan tombol on pada bagian belakang, kemudian
tunggu proses inisialisasi selama 7—10 menit, hingga pada layar tertampil menu
login.
28
c. Pemeriksaan whole blood count
1. menekan tombol (analyse) pastikan pada menu whole blood yang berwarna
biru;
2. menekan tombol untuk mengisi data sampel;
3. menghomogenkan sampel lalu sampel dimasukkan pada jarum probe hingga
menyentuh ke dasar tabung;
4. menekan tombol probe, lalu sampel akan di proses dan hasil akan tampil pada
layar.
41
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Pemberian Echinacea purpurea (radix) tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit broiler jantan;
2. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada semua perlakuan
berada pada kisaran normal.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lanjutan pemberian Echinacea purpurea (radix) pada
broiler dengan pengambilan sampel darah setiap minggu untuk mengetahui
rentang waktu pemberian Echinacea purpurea (radix) yang efektif dalam
meningkatkan kesehatan broiler ditinjau dari profil darahnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ahumbie, A. A. dan Braide, V. B. 2009. Effect of gavage treatment with
pulverized garcinia kola seeds on erythrocyte membrane integrity and
selected haematological indices in male albino wistar rats. Nigerian Journal
of Physiological Sciences 24(1) : 47—52
Anonim. 2016. Echinacea Purpurea Sebagai Herbal.
http://www.jendela.alam.com. Diakses pada 25 Oktober 2018
Azhar. M. 2009. Fisiologi III dan IV. Diakses pada 10 Februari 2019. http://
manusia. blogspot.com/ 2009 /12 /fisiologi-iii-dan-iv.html.
Bartram, T. 1995. Encyclopedia of Herbal Medicine. Grace Publishers. London
Bishnoi, U. R., J. E. Willis, dan S. R. Mentreddy. 2010. Methods to improve
seed germination of purple coneflower (Echinacea purpurea (L.) Moench).
Agriculture and Biology Journal of North America 1 (3) : 185—188
Borges, S. A., F. A. V. Da Silva, A. Maiorka, D. M. Hooge, dan K. R. Cummings.
2004. Effects of diet and cyclics daily heat stress on electrolyte, nitrogen,
and water intake, excretion and retention by colostomized male broiler
chickens. International Journal Poultry Science 3(5):313—321
Carlo, D. G., L. Nuzzo., R. Capazzo., M. R. Sanges., E. Galdiero, dan C. R.
Carratclli. 2003. Modulations of apoptosis in mice treated with echinacea
and St. John’s Wort. Journal Pharmacol Res 48:273—277
Chen C . L., S .J.Chuang., J . J. Chen, dan J. M. Sung. 2009. Using RAPD
markers to predict polyphenol content in aerial parts of Echinacea purpurea
plants. Journal Science Food Agriculture 89: 2128—2136
Craig, W. J. 1999. Health promoting properties of common herbs. Journal of
Clinical Nutrition 70(3): 491—499
Cunningham, J. G. 2002. Text Book of Veterinary Physiologi. Edisi ke-3. W. B
Saunders Company. Philadelphia
43
Currier, N. L., dan S. C. Miller. 2000. Natural Killer cells from aging mice
treated with extracts from echinachea purpurea are quantitatively and
functionally rejuvenated. Experimental Gerontology Journal 35(5):
627—639
Dharmawan, N. S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner (Hematologi
Klinik). Edisi ke-3. Pelawa Sari. Denpasar
Deenon. 2004. A Dark Chocolate A Daykeeps The Doctor Away : Daily Dark
Chocolate Good For The Heart, Loaded With Flavonoids. Webmd
Medical News. Http://www.webmd.com/content/article/88/99702/htm.
Diakses pada 25 Oktober 2018
Dienye, H. E., dan O. K. Olumuji. 2014. Growth performance and
haematological responses of african mud catfish clarias gariepinus feed
dietary levels of moringa oleifera leaf meal. Net Journal Agricultural
Science 2(2):79—88
El-Ashmawy, N. E., El-Zamarany, E. A., Salam, M. L., H. A. El-Bahrawy, dan G.
M. Al-Ashmawy. 2015. In vitro and in vivo studies of the
immunodobulatory effect of echinachea purpurea on dendritic cells. Journal
of Genetic Engineering and Biotechnology 13(2):185—192
Eliza, D., R. Sumarmin, dan I. Gustina. 2013. Pengaruh Ekstrak Sambiloto
(Andographis paniculata Nees.) terhadap Hematokrit Mencit (Mus
Musculus L.) Swiss Webster. Artikel. Program Studi Biologi. Universitas
Andalas. Padang
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan:
B. Srigandono dan P. Koen. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
____________. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan: B.
Srigandono dan P. Koen. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Frandson, R. D., W. L. Wike, dan A.D. Fails. 2009. Anatomy and Physiology of
Farm Animals. 7th
Edition. Wiley Blackwell. Iowa
Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Kedokteran
Egc. Jakarta
____________. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Kedokteran
Egc. Jakarta
Gebicka, L dan Banasiak, E. 2009. Flavanoids as reductants of ferryl
hemoglobin. J. Acta Bio Polo 56(3): 509—513
Geraert, P. A., J. C. F. Padhilha., dan S. Guillaumin. 1996. Metabolic and
44
endocrine changes by chronic heate xposure in broiler chickens: biological
and endocrinological variables. The British Journal of Nutrition
75(2):205—216
Groffer S. S, Smith J. L. dan Groff J. L. 2009. Advanced Nutrition and Human
Metabolism. 5th
edition. Wadsworth Cengage Learning. USA
Guyton, A. C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7. Kedokteran
Egc. Jakarta
Guyton, A. C., dan J. E. Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology. 11th
edition. Elsevier. Philadhelpia
_______________________. 2010. Text book of Medical Physiology. 12th
edition. Elsevier. Philadelphia
_______________________. 2015. Fisiologi Kedokteran Egc. Jakarta
Hardjosworo, P. S., dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging
Unggas. Penebar Swadaya. Depok
Harlova, H., J. Blaha., M. Koubkova., J. Draslarova, dan A. Fucikova. 2002.
Influence of heat stress on the metabolic response in broiler chickens.
Scientia Agriculturae Bohemica Journal 33:145—149
Hudson, J. B. 2002. Applications of the phytomedicine ecinachea purpurea
(purple coneflower) in infectious diseases. Journal of Biomedicine and
Biotecnology 10:1—16
Ismail, F. 2014. Status Hematologiss dan Biokimia Darah Ayam Ras Petelur
yang Dipelihara pada Sistem Pemeliharaan Intensif dan Free-Range pada
Musim Kemarau. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Karasawa, K., Yuji U., Mitsuru H., dan Hajime O. 2011. A matured fruitectract
of date palm tree (Phoenixdactylifera L.) stimulats the cellular immune
system in mice. Journal Agric Food Chem. 59(20):11287—11293
Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta
Komalasari, L. 2014. Dampak suhu tinggi terhadap respon fisiologis, profil
darah dan performa produksi dua bangsa ayam berbeda. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Kumar, K. M., dan S. Ramiah. 2011. Pharmacological importance of echinachea
purpurea. International Journal FF Pharma Bio Science 2(4):304—314
45
Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan
komponen darah ayam broiler. Jurnal Indonesia Tropical Animal
Agriculture. 33(3):197—202
Laboratorium Klinik Pramitra. 2019. SOP Penggunaan Alat Mindray BC-3600.
Laboratorium Klinik Pramitra Biolab Indonesia. Bandar Lampung
Lee, T. T., C. C. Huang., X . H. Shieh., C. L. Chen., L. J. Chen, dan B. Yu. 2010.
Flavanoid, phenol and polysaccharide contents of echinachea purpurea and
its immunostimulant capacity in vitro. International Journal of
Environmental Science and Development 1(1):5—9
Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia.
Jakarta
Mangkoewidjojo, S. dan J. B. Smith. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia.
Jakarta
Menten, J. F. M., J. A. D. B. Filho., M. A. N. Silva., I. J. O. Silva., A. M. C.
Racanicci., A. A. D. Coelho, dan V. J. M. Savino. 2006. Physilogical
Responses of broiler to pre slaugter heat stress. World Poultry Science
Journal 62: 254—257
Meyer, D. J., dan J. W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine
Interpretation and Diagnosis. 3rd
Edition. WB Saunders. Louis
Muchacka, R., I. Skomorucha., E. S. Czajka., G. Formicki., A. Gren, dan Z. Goc.
2012. Effect of elevated air temperature on physiological indicators of
broiler chickens of different origin. Journal of Microbiology,
Biotechnology and Food Sciences 2(1):378—388
Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Pond, W. G., D. C. Church, dan K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 4th
edition. John Wiley and Sons. New York
Post, J., J. M. J. Rebel, and A. A. H. M. Huurne. 2003. Physiological effects of
elevated plasma corticosterone concentrations in broiler chickens an
alternative means by which to assess the physiological affects of stress.
Poultry Science Journal 82: 131—1318
46
Praseno, K. 2005. Respon Eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe, dan
Zn pada ayam (Gallus gallus domesticus). Jurnal Indo Tropical Animal
Agriculture 30(3) : 179—185
Purnama, A. A. 2008. Pengaruh Pemberian Echinacea purpurea terhadap
Produksi Ifn-Γ dan Indeks Apoptosis Sel Tumor Mencit dengan Kanker
Payudara yang Mengalami Stres. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang
Puvadolpirod, S. dan J. P. Thaxton. 2000. Model of physiological stress in
chickens and dosimetry of adenocorticotropin. Journal of Poultry Science
79 (2):370—376
Rahmani, A., M. Alzohairy, H. Khadri A. K. Mandal, dan M. A. Rizvi. 2012.
Expressional evaluation of muscular endothelial growth factor (vegf)
protein in urinary bladder carcinoma patients exposed to cigarette smoke.
International Journal of Clinical and Experimental Pathology 5(3):195—202
Reece, W. O. 2006. Functional Anatomy and Physiology of Domestic Animals.
3rd
Edition. Willey Blackwell Publishing. United State of America
Resvianto, F. 2016. Pengaruh Luas Kandang dan Pemberian Beberapa Level
Protein terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin dan Nilai
Hematokrit Itik Kamang Betina Fase Starter. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas. Padang
Rezaie, A., Fazlara, A., Karamolah, M. H., Shahriani, A., Zadeh, H. N.,
Pashmforosh, M. 2013. Effects of echinacea purpurea on hepatic and renal
toxicity induced by diethylnitrosamine in rats. Jundishapur Journal of
Natural Pharmaceutical Products 8(2):60—64
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Institut Teknologi
Bandung. Bandung
Rose, S. P. 1997. Principles of Poultry Science. CAB International. London
Rosmalawati, N. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea
Balsamifera) dalam Ransum terhadap Profil Darah Ayam Broiler Periode
Finisher. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sadi, A. H. I., dan E.Y. Hussein. 2010. Cytological evaluation of bone marrow
In normal laying hens and those with lymphoid leukosis. Veterinary World
Research 3(11):497—499
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha Muda.
PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor
Scanes, C. G., G. Brant, dan M. E. Esminger. 2004. Poultry science. 4
47
edition. Person education Inc. New Jersey
Schalm, O.W., N.C. Jain, and E.J. Carol. 1975. Veterinary Hematology. Lea and
Febinger. Philadelphia
________________________________. 2010. Schalm’s Veterinery
Hematology. 6th
Edition. Wiley Blackwell. Iowa
Scott, M. L, M. C. Neisheim, dan R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken.
3rd
Edition. M. L. Scott and Itacha. New York
Sharmin, M. L. dan Myenuddin, M. 2004. Hematological values of of the
indigenous chickens. Bangladesh Journal of Veterinary Medicines
2(2):163—164
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Kedokteran Egc.
Jakarta
Shibata, T., M. Kawatana., K. Mitoma, and T. Nikki. 2007. Identification of
heat stable proteinin the fatty livers of thyroidectomized chickens. Journal
of Poultry Science 44(1):182—188
Sofro, A. S. M. 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset. Yogyakarta
Sonjaya, H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter).
Jakarta
Sturkie, P. D. 1976. Avian Physiology. 3rd
Edition. Springer Verlag. New
York
__________. 1988. Avian Physiology. 5th
Edition. Springer Verlag. New
York
Sumarni. 2017. Pemberian Jahe (Zingiber Officinale) dan Gula Merah sebagai
Imunomodulator terhadap Gambaran Darah Ayam Broiler. Tesis.
Universitas Andalas. Padang
Sundaryono, A. 2011. Uji aktivitas senyawa flavanoid total dari gynura segetum
(lour) terhadap peningkatan eritrosit dan penurunan leukosit pada mencit
(Mus Musculus). Jurnal Exacta 19(2) : 8—16
Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta
Swenson, M. J. 1984. Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th
Edition.
Publishing Associattes a Divisin of Cornell University. Ithaca and London
48
___________. 1993. Physiological Properties and Celluler and Chemical
Constituent of Blood in Dukes Physiology of Domestic Animals, 11th
Edition. Comstock Publishing Associates a Division of Cornell University
Press Ithaca and London. New York
Rebar, A. H. 2000. Hemogram Interpretation For Dog and Cats. Clinical
Handbook Series. Ralston Purina Company.
Taylor, J. A., W. Weber, dan L. Standish. 2003. Efficacy and safety of echinacea
in Treating upper respiratory tract infectious in children. Journal of the
American Medical Association 290(21):2824—2830
Tyler, V. E. 1995. The Honest Herbal. A Sensible Guide to the Use of Herbs and
Related Remedies. 3rd
edition. Pharmaceutical Products Press. Australia
United States Department of Agriculture. 2018. Echinachea Purpurea
Clasification. https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source
=profile&symbol=ECPU&display=31. Diakses pada 25 Oktober 2018
Wagner, H., A. Proksch, dan I. M. Riess. 1985. Immunostimulating
polysaccharides (heteroglycans) of higher plants. Journal Article
Arzneimittel forschung 35(6):1069—1075
Wahyuni, N.Y., N. Mayasari, dan Abun. 2012. Pengaruh penggunaan ekstrak kulit
Jengkol (Pithecellobium jiringa) dalam ransum terhadap nilai hematologi
ayam broiler. Student E-Journal. 1(1) : 1—5
Wardhana A . H., E. Kencanawati, Nurmawati, Rahmaweni, dan C. B. Jatmiko.
2001. Pengaruh pemberian sediaan patikan kebo (euphobia hirtal) terhadap
jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada ayam yang
diinfeksi dengan eimeria tenella. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6
(2):126—133
Weiss D.J., dan K.J. Wardrop. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th
Edition. Wiley Blackwell. Iowa
Wientarsih I, S. D.Widhyari, dan T. Aryanti. 2013. Kombinasi imbuhan herbal
kunyit dan zink dalam pakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis
pada ayam pedaging. Jurnal Veteriner 14 (3):327—334
Yunianto, V.D., K. Hayashi., S. Kaneda., A. Ohtsuka, danY. Tomita. 1999.
Effect of environmental temperature on muscle protein turnover and heat
Production in tube-fed broiler chickens. British Journal of Nutrition. 77(6):
897—909
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Jakarta