Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan pengakuan
tentang pentingnya tenaga kerja organisai sebagai sumber daya manusia yang
sangat penting dalam memberikan kontribusi bagi tujuan-tujuan organisai, dan
menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan bahwa SDM
tersebut digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi,
dan masyarakat. (Schuler, et al, 1992).
Setiap perusahaan selalu berkeinginan agar tenaga kerja yang di miliki
mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi Produktifitas kerja dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik yang berhubugan dengan tenaga kerja itu sendiri
maupun faktor lain, seperti tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan
etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan social,
lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan
prestasi. ( Ravianto, 1991 ).
Perkembagan suatu perusahaan atau organisasi dapat terlihat dari
peningkatan produktivitas karyawan atau orang-orang yang terlibat didalamnya.
Karena dengan meningkatkan produktivitas individu tersebut otomatis akan
meningkatkan produktivitas perusahaan. Produktivitas disamakan dengan hasil
kerja dari seseorang karyawan, hasil produktivitas yang dicapai oleh seorang
karyawan haruslah dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan
yang dilihat dari segi kualitas dan kuantitas yang dirasakan oleh perusahaan dan
sangat besar manfaatnya bagi kepentingan perusahaan di masa sekarang dan yang
akan datang. Atas dasar inilah penulis mengangkat topic mengenai :
“PRODUKTIVITAS KERJA” .
Page 2
1.2 Rumusan Masalah
Oleh karena luasnya masalah tentang Manajemen Sumber Daya Manusia,
maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, adapun permasalahan
yang akan dikemukakan pada tulisan ini ialah : Produktivitas kerja seseorang
terhadap lingkungan pekerjaannya.
1.3 Tujuan Manfaat Penelitian
- Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Untuk memperdalam pengetahuan penulis dalam hal produktivitas kerja
seseorang sehingga mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan dari
suatu instansi.
2. Untuk mengetahui berbagai permasalahan yang berhubugan dengan
produktivitas kerja seseorang.
- Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari pembahasan ini adalah :
1. Penulis berharap agar hasil pembahasan ini dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam pemecahan masalah bagi sebuah instansi.
2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi yang membutuhkan.
1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah :
1. Jenis data
- Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti.
- Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan
yaitu pengumpulan data dengan cara penelaahan buku, arsip-
arsip, jurnal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Page 3
2. Teknik pengumpulan data
- Observasi, yaitu pengamatan langsung kepada objek yang diteliti
dan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang diperlukan.
- Wawancara, yaitu melakukan pengumpulan data dengan
mewawancarai atau Tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu.
3. Metode analisa
- Deskriptif, yaitu suatu metode yang ditujukan untuk memecahkan
masalah yang terjadi dengan jalan menganalisa, menafsirkan dan
menginterpetasikan data tersebut sehingga dapat memberikan
gambaran yang lengkap mengenai permasalahan.
- Deduktif, yaitu mengambil kesimpulan mengenai fakta-fakta
yang diteliti berdasarkan kebenaran yang bersifat umum.
Page 4
BAB II
2.1 PENGERTIAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya
mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa
inggris disebut HRD atau human resource department. Menurut A.F. Stoner
manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang
bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang
yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain sistem
perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan
karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan
yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan
praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.
Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) menurut para ahli:
1. Menurut Melayu SP. Hasibuan.
MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga
kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan
dan masyarakat.
2. Menurut Henry Simamora
MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian,
pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau
Page 5
kelompok bekerja. MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system
perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan, pengeloaan karir,
evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.
3. Menurut Achmad S. Rucky
MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis,
pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah
organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya
manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya.
4. Menurut Mutiara S. Panggabean
MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis
pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembngan, kompensasi, promosi
dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari definisi di atas, menurut Mutiara S. Panggabaean bahwa, kegiatan di
bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi
pekerjaan dan dari sisi pekerja. Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan
evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan
pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan,
promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.
Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
menunjukan demikian pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam
mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.Unsur manajemen (Tool
of management), biasa dikenalMarket/ marketing, pasar
2.2 Model Manajemen Sumber Daya Manusia
Di dalam memahami berbagai permasalahan pada manajelen sumber
daya manusia dan sekaligus dapat menentukan cara pemecahannya perlu diketahui
Page 6
lebih dahulu model- model yang digunakan oleh perusahaan kecil tidak bias
menerapkan model yang biasa digunakan oleh perusahaan besar. Demikian pula
sebaliknya. Dalam perkembangan model- model ini berkembang sesuai dengan
situasi dan kondisi serta tuntutannya. Untuk menyusun berbagai aktifitas
manajemen sumber daya manusia ada 6 (enam) model manajemen sumber daya
manusia yaitu:
1. Model Klerikal
Dalam model ini fungsi departemen sumber daya manusia yang terutama
adalah memperoleh dan memelihara laporan, data, catatan-catatan dan
melaksanakan tugas-tugas rutin. Fungsi departemen sumber daya manusia
menangani kertas kerja yang dibutuhkan, memenuhi berbagai peraturan dan
melaksanakan tugas-tugas kepegawaian rutin.
2. Model Hukum
Dalam model ini, operasi sumber daya manusia memperoleh kekutannya
dari keahlian di bidang hukum. Aspek hukum memiliki sejarah panjang yang
berawal dari hubungan perburuhan, di masa negosiasi kontrak, pengawasan dan
kepatuhan merupakan fungsi pokok disebabkan adanya hubungan yang sering
bertentangan antara manajer dengan karyawan.
3. Model Finansial
Aspek pinansial manajemen sumber daya manusia belakangna ini
semakin berkembang karena para manajer semakin sadar akan pengaruh yang
besar dari sumber daya manusia ini meliputi biaya kompensasi tidak langsung
seperti biaya asuransi kesehatan, pension, asuransi jiwa, liburan dan sebagainya,
kebutuhan akan keahlian dalam mengelola bidang yang semakin komplek ini
merupakan penyebab utama mengapa para manajer sumber daya manusia semakin
meningkat.
4. Model Manjerial
Page 7
Model manajerial ini memiliki dua versi yaitu versi pertama manajer
sumber daya manusia memahami kerangka acuan kerja manajer lini yang
berorientasi pada produktivitas. Versi kedua manajer ini melaksanakan beberpa
fungsi sumber daya manusia. Departemen sumber daya manusia melatih manajer
lini jdalam keahlian yang diperlukan untuk menangani fungsi-fungsi kunci
sumber daya manusia seperti pengangkatan, evaluasi kinerja dan pengembangan.
Karena karyawan pada umumnya lebih senang berinteraksi dengan manajer
mereka sendiri disbanding dengan pegawai staf, maka beberapa departemen
sumber daya manusia dapat menunjukan manajer lini untuk berperan sebagai
pelatih dan fsilitator.
5. Model Humanistik
Ide sentral dalam model ini adalah bahwa, departemen sumber daya manusia
dibentuk untuk mengembangkan dan membantu perkembangan nilai dan potensi
sumber daya manusia di dalam organisasi. Spesialis sumber daya manusia harus
memahami individu karyawan dan membantunya memaksimalkan pengembangan
diri dan peningkatan karir. Model ini menggabarkan tumbuhnya perhatian
organisasi terhadap pelatihan dan pengembangan karyawan mereka.
6. Model Ilmu Perilaku
Model ini menganggap bahwa, ilmu perilaku seperti psikologi dan
perilaku organisasi merupakan dasar aktivitas sumber daya manusia. Prinsipnya
adlah bahwa sebuah pendekatan sains terhadap perilaku manusia dapa diterpkan
pada hampir semua permasalahan sumber daya manusia bidang sumber daya
manusias yang didasarkan pada prinsip sains meliputi teknik umpan balik,
evaluasi, desain program dan tujuan pelatihan serta manajemen karir.
2.3 Fungsi manajemen
1. Perencanaan
Page 8
Perencanaan adalah usaha sadar dalam pengambilan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
dilakukan sebelumnya.
2. Rekrutmen
Menurut Schermerhorn, 1997 Rekrutmen (Recruitment) adalah proses
penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan
yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang
yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.
3. Seleksi
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang
tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang perlu
dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar riwayat hidup /
cv / curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari cv pelamar dilakukan
penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi
standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat terpilih
untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja / interview dan proses seleksi
lainnya.
4. Orientasi, Pelatihan dan Pengembangan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan
perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja
tenga kera.(Simamora:2006:273). Menurut pasal I ayat 9 undang-undang No.13
Tahun 2003.
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian
tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.
Page 9
Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu
untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam
perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan, Menurut (Hani
Handoko:2001:104) pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda.
Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagal
ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan
rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup
Iebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.
5. Evalauasi Kinerja
Evaluasi sama pentingnya dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya,
yaitu perencanaan, pengorganisasian atau pelaksanaan, pemantauan (monitoring)
dan pengendalian. Terkadang fungsi monitoring dan fungsi evaluasi, sulit untuk
dipisahkan. Penyusunan sistem dalam organisasi dan pembagian tugas, fungsi
serta pembagian peran pihak-pihak dalam organisasi, adakalanya tidak perlu
dipisah-pisah secara nyata. Fungsi manajemen puncak misalnya, meliputi semua
fungsi dari perencanaan sampai pengendalian. Oleh karena itu, evaluasi sering
dilakukan oleh pimpinan organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau
temu muka, baik secara reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian
khusus lainnya.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen, fungsi evaluasi tidaklah berdiri
sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi pemantauan dan pelaporan sangat erat
hubungannya dengan fungsi evaluasi. Di samping untuk melengkapi berbagai
fungsi di dalam fungsi-fungsi manajemen, evaluasi sangat bermanfaat agar
organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama setiap kali.
6. Komensasi
Pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau
barang kepada karyawan sebagai imbal jasa( output) yang diberikannya kepada
Page 10
perusahaan. Prinsip Kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan
tanggung jawab.
7. Pengintegrasian
Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan
karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi da saling menguntungkan.
8. Pemeliharaan
Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan
loyalitas karyawan agar tercipta kerjasama yang panjang.
9. Pemberhentian
Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar
pekerja dan pengusaha. Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa
Pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerjas seseorang karyawan dengan
suatu organisasi perusahaan.
2.4 TUJUAN MANAJEMEN SDM
Tujuan manajemen SDM adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar organisasi
atau perusahaan bertanggungjawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan
tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya.
b. Tujuan Organisasional
Page 11
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk
membantu organisasi mencapai tujuannya.
c. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi
departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
d. Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau
perusahaan yang hendak mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
2.5 PRODUKTIVITAS KERJA
2.5.1 PENGERTIAN PRODUKTIVITAS
Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluara
(barang-barang atau jasa) denga masukan (tenaga kerja, bahan, uang).
Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil
keluaran dan masukan (Edy Sutrisno, 2009).
Di bidang insdudtri, produktivitas mempunyai arti ukuran yang relative
nilai atau ukuran yang ditampilkan oelh daya produksi, yaitu sebagai campuran
dari produksi dan aktifitas : sebagai ukuran yaitu seberapa baik kita menggunakan
sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991).
Selanjutnya, Webster (dalam Yatman dan Abidin, 1991) memberikan batasan
tentang produktivitas, yaitu (a) keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produksi;
(b) tingkat keefektifan dari manajer industry di dalam penggunaan aktivitas untuk
produksi; (c) keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan. Dalam
setiap kegiatan produksi, seluruh sumber daya mempunyai peran yang
menentukan tingkat produktivitas, maka sumber daya tersebut perlu dikelola dan
diatur dengan baik.
Page 12
Tohardi (2002), mengemukakan bahwa produktivitas kerja merupakan
sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah
ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari
ini dari pada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Pendapat tersebut didukung oleh Ravianto (1991), mengatakan
produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yan gsellau mempunyai
pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok harus lebih baik dari hari ini.
Aigner (dalam hidayat, 1993 ), mengatakan bahwa filsafat mengenai
produktivitas sudah ada sejak awal peradaaban manusia, karena makan
produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan
kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Dengan kata lain, filsafat
produktivitas adalah keinginan manusia untuk membuat hari ini lebih baik dari
hari kemarin dan membuat hari esok lebih baik dari hari ini.
Produktivitas harus menjadi bagian yang tak boleh dilupakan dalan
penyusunan strategi bisnis, yang mencakup bidang produksi, pemasaran,
keuangan, dan bidang lainnya.
Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, maka produktivitas tenaga kerja
merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga
kerja per satuan waktu. Singodimedjo (2000), mengemukakan rumusan umum
dari produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Atau
didefinisikan sebagai indeks produktivitas, yaitu :
IP= Hasil yangdicapaiSumber daya yangdigunakan
=OutputInput
Menurut Kussrianto (1990), mengemukakan bahwa produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan
Page 13
waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta
efisien dan efektif.
2.5.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS
KERJA
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa factor baik yang
berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun factor lain, seperti tingkat
pendidikan, keterampilan, dislipin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan
kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan social, lingkungan kerja, iklim kerja,
teknologi, sarana produksi, manajemen, dan prestasi.(Ravianto, 1991)
Menurut Simanjuntak (1993), ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu :
1. Pelatihan
Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan
keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan
kerja. Kerana dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk
mengerjakan seseuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat
memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan.
2. Mental dan kemampuan fisik karyawan
Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat
penting untk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik
dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengam
produktivitas kerja karyawan.
3. Hubungan antara atasan dan bawahan
Hubungan antara atasan dan bawahan akan mempengaruhi kegiatan
yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap
bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan
tujuan.
Page 14
Adapun Tiffi dan Cornik ( dalam Siagian, 2003), mengatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi
dua golongan, yaitu:
1. Faktor yang ada pada diri individu, yaitu : umur, temperamen, keadaan
fisik individu, kelelahan dan motivasi.
2. Faktor yang ada di luar individu, yaitu : kondisi fisik seperti suara,
penerangan, waktu instirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan
sosial dan keluarga.
2.5.3 INDIKATOR PRODUKTIVITAS
(Edy Sutrisno, 2009). Produktivitas merupakan hal yang sangat penting
bagi para karyawan yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja
diharpkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua
akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator, sebagai berikut :
1. Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemamouan
seorang karyawan sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki
serta profesionalisme mereka dalam bekerja.
2. Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan
salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun
yang menikmati hasil pekerjaan tersebut.
3. Semangat kerja
Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini
dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari
kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.
4. Pengembangan diri
Page 15
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan
kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan
dan harapan dengan apa yang akan dihadapi.
5. Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah
lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan
kualitas kerja seorang pegawai.
6. Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber
daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek
produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi
karyawan.
2.5.4 UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
(Edy Sutrisno, 2009). Bahwa peningkatan produktivitas kerja dapat
dilihat sebagai masalah keperilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek
teknis. Untuk mengatasi hal itu perlu pemahaman yang tepat tentang factor-faktor
penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja, sebagian di antaranya
berupa etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua karyawan dalam
organisasi.
Yang dimaksud etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat
dan ditetapkan secara eksplisit serta praktik-praktik yang diterima dan diakui
sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan dalam
kehidupan kekaryaan para anggota suatu organisasi. Adapun faktor-faktor tersbut
menurut Siagian (2002) adalah :
1. Perbaikan terus-menerus
Page 16
Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja, salah satu implikasi
ialah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan
secara terus-menerus. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah
satu etos kerja yang penting sebagai bagian dari filsafat manajemen
mutakhir.
2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Berkaitan erat dengan upaya melakukan perbaikan secara terus-
menerus ialah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan
segala komponen organisasi. Peningkatan mutu tersebut tidak hanya
penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal karena akan
tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungannya yang pada
gilirannya turut membentuk citra organisasi di mata berbagai pihak di
luar organisasi.
3. Pemberdayaan SDM
Memberdayakan SDM merupakan etos kerja yang sangat mendasar
yang harus dipegang teguh oleh semua eselon manajemen dalam
hierarki organisasi.
2.6 PRESTASI KERJA
Menurut Dessler (1997) penilaian prestasi kinerja adalah suatu proses
penilaian prestasi kinerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara
sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Menurut Handoko
(1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses mengevaluasi dan menilai prestasi
kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia
dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka.
Menurut Stoner et al. (1996) penilaian prestasi kinerja adalah proses yang
meliputi:
Page 17
1. penetapan standar prestasi kerja;
2. penilaian prestasi kerja aktual karyawan dalam hubungan dengan
standar-standar ini;
3. memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi
orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan prestasi kerja.
Sedangkan yang dimaksud dengan dimensi kerja menurut Gomes (1995:
142) memperluaskan dimensi prestasi kerja karyawan yang berdasarkan:
1. Quantity work; jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode
waktu yang ditentukan.
2. Quality of work; kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat kesesuaian
dan kesiapannya.
3. Job knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
ketrampilannya.
4. Creativeness; Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
timbul.
5. Cooperation; kesetiaan untuk bekerjasama dengan orang lain
6. Dependability; kesadaran dan kepercayaan dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
7. Initiative; semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggung jawabnya.
8. Personal qualities; menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramah-tamahan, dan integritas pribadi.
Ada beberapa metode penilaian prestasi kinerja, yaitu : Rating Scales
(Skala Rating), Critical Incidents (Insiden-insiden Kritis), Work Standar (Standar
Kerja), Ranking, Forced Distribution (Distribusi yang Dipaksakan), Forced-choice
and Weighted Checklist Performance Report (Pemilihan yang Dipaksakan dan
Laporan Pemeriksaan Kinerja Tertimbang), Behaviorally Anchored Scales,
Page 18
Metode Pendekatan Management By Objective. Penilaian kinerja terdiri dari 3
langkah (Dessler, 1997) :
1. Mendefinisikan jabatan, yaitu memastikan bahwa penilai dan yang dinilai
sepakat tentang tugas-tugasnya dan standard jabatan.
2. Menilai kinerja, yaitu membandingkan antara kinerja aktual dengan
standard-standard yang telah ditetapkan.
3. Sesi umpan balik, yaitu saat membahas kinerja dan kemajuan bawahan
serta membuat rencana pengembangan.
2.7 Penilaian Prestasi Kerja Sumber Daya Manusia
Setiap perusahaan perlu melakukan penilaian prestasi kerja para
karyawannya. Metode-metode penilaian prestasi kerja pada dasarnya dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Penilaian secara kebetulan, tidak sistematis dan sering membahayakan .
2. Metode tradisional yang sistematis yang mengukur karakteristik
karyawan, sumbangan karyawan kepada organisasi atau keduanya.
3. Tujuan yang ditetapkan bersama dengan menggunakan manajemen
berdasarkan sasaran (MBS) atau yang dikenal sebagai “Management By
Objective” .
Tetapi cara-cara diatas kurang sistematis karena dilakukan secara
kebetulan dan sering berbahaya didalam penerapannya. Untuk perusahaan–
perusahaan yang teratur sebaiknya menggunakan pendekatan yang sistematis.
2.7.1 Penilaian Sistematis Oleh Atasan
Penilaian yang sistematis dan dilakukan secara berkala mempunyai
banyak manfaat bagi organisasi, yaitu memberikan informasi yang sangat
membantu didalam keputusan-keputusan yang menyangkut masalah-masalah
seperti promosi, kenaikan gaji, “ lay off ” dan transfer. Penilaian yang sistematis
ini memberikan informasi sebelum sesuatu itu diperlukan jadi menghindari
Page 19
kemungkinan digunakannya “Judgment” sesaat. Penilaian sistematis ini juga
memberikan informasi didalam bentuk yang memungkinkan dilakukannya
perbandingan, dan bisa menopang berbagai keputusan dalam bidang personalia.
Manfaat lainnya adalah bisa digunakan untuk mendorong dan memimpin
pengembangan karyawan. Program penilaian kecakapan kerja memberikan
informasi ini dalam bentuk yang biasanya bisa dikomunikasikan kepada para
karyawan.
Persyaratan untuk melakukan penilaian yang akurat dan periodic akan
memberikan dorongan kepada pihak atasan untuk melakukan penilaian yang lebih
baik
2.7.2 Sistem-sistem Penilaian Prestasi Kerja Tradisional
Penilaian prestasi kerja lebih ditunjukan untuk menentukan baik tidaknya
seorang karyawan untuk bisa dipakai sebagai menentukan harga suatu jabatan,
yang pada akhirnya nanti akan disusun struktur upah yang adil dan layak.
Suatu cara untuk memisahkan penilaian seorang kedalam berbagai faktor
adalah dengan menggunakan perbandingan karyawan dengan karyawan. Factor-
faktor seperti kepemimpinan, inisiatif, keandalan, dipilih untuk maksud-maksud
penilaian tersebut. Suatu skala penilaian di rancang untuk masing-masing factor
yang dinilai.
2.8 Sistem Penilaian Kinerja Karyawan
Pada pembahasan ini metode yang dipergunakan untuk mengukur input
seorang karyawan dalam penilaian prestasi kerja yaitu metode Graphic Rating
Scale. Metode ini menfokuskan pada penilaian orang yang melakukan pekerjaan
pada sejumlah karakteristik atau faktor. Artinya berapakah karakteristik atau
faktor tersebut dimiliki oleh seseorang. Penilaian prestasi kerja pada graphic
rating scale ini penilaiannya berkisar 5 –7 skala poin, dan sejumlah tingkatan
faktor antara 5 hingga 20. Gambar 2.7.1 di bawah ini salah satu contoh graphic
rating scale pada macam-macam dimensi prestasi kerja.
Page 20
Gambar 2.1 Contoh Graphic Rating Scale
Sumber : Muchinsky, M., Paul, 1993. “Psychology Applied to work”,
California : Pacific Grove.
Page 21
BAB III
ANALISA DAN EVALUASI
Setelah melakukan tinjauan terhadap materi yang berhubungan dengan
produktivitas kerja, maka bab ini penulis mencoba mengadakan analisa dan
evaluasi tentang materi pembahasan.
Tercapainya tujuan suatu perusahaan atau organisasi tergantung kepada
ketentuan dan keberhasilan para karyawan atau individu-individu yang
bersangkutan, seperti kita ketahui setiap perusahaan menginginkan agar karyawan
yang bekerja dalam perusahaan tersebut bekerja secara efektif dan efisien,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dari
perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu “produktivitas kerja” karyawan
dan individu-individu yang terlibat didalamnya harus menjadi perhatian khusus.
Ada beberapa orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri untuk meningkatkan
produktivitas kerja, tanpa ada campur tangan dari seseorang dari ruang lingkup
pekerjaannya. Tetapi dalam prakteknya jumlah karyawan yang mampu
memotivasi diri sendiri kecil sekali, dan kemungkinan yang dilakukan oleh
pribadi-pribadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan atau
organisasi.
Berdasarkan pernyataan diatas maka, “Produktivitas Kerja” perlu
ditingkatkan untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan baru atas sikap, tingkah
laku, keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan tuntutan-tuntutan perubahan
teknologi pada masa kini.
Produktivitas kerja dapat diukur dengan penilaian dari berbagai aspek,
contohnya efisiensi kinerja dari seorang karyawan terhadap bahan baku yang
digunakan. Dengan memberikan skala penilaian dari salah satu aspek tersebut
maka dapat terlihat seberapa efektif kinerja sesorang dibandingkan dengan orang
lain. Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan memberikan bobot nilai dari aspek
Page 22
penilaian yang menjadi perhatian khusus dalam proses produksi setiap karyawan.
Dan dengan berdasarkan penilaian-penilaian yang telah terkumpul, bisa dilakukan
evaluasi terhadap hasil kerja seorang karyawan, mana harus ditingkatkan, mana
yang harus dipertahankan, dan mana yang harus dibuang.
Untuk mengatasi setiap kendala dalam peningkatan produktivitas kerja
karyawan, pihak perusahaan diharapkan dapat memberikan pelatihan-pelatihan
kepada seluruh karyawan untuk menambah kreatifitas dalam bekerja.