Page 1
PRODUKSI JAMUR TIRAM ( Pleorotus ostreatus ) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI
KOMPOSISI TEPUNG JAGUNG DAN BEKATUL
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Biosains Minat Biologi Lingkungan
Oleh : Sutarja
S900906211
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
Page 2
ii
PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURANSERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI
KOMPOSISI TEPUNG JAGUNG DAN BEKATUL
TESIS
Disusun Oleh :
Sutarja NIM : S900906211
Telah disetujui oleh tim pembimbing :
Pada tanggal: ………….
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tandatangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Sugiyarto, M.Si ……………. ………….. NIP : 19670430 1992031002
Pembimbing II Prof. Drs. D. Sutoyo ……………. …………... NIP :
Mengetahui
Ketua Program Studi Biosains
Dr. Sugiyarto, M.Si NIP : 19670430 199203 1 002
Page 3
iii
PRODUKSI JAMUR TIRAM ( Pleorotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI
KOMPOSISI TEPUNG JAGUNG DAN BEKATUL
TESIS
Disusun Oleh :
Sutarja
NIM : S900906211
Telah disetujui oleh Tim Penguji :
Pada Tanggal: ……………..
Jabatan Nama Tandatangan Tanggal
Ketua Dr. Edwi Mahajoeno …………… ………… NIP :19601025 199702 1 001
Sekretaris Dr. Sunarto ,M.S …………… …………. NIP : 19540605 199103 1 002
Anggota 1 Dr. Sugiyarto, M.Si …………... ………….. NIP : 19670430 199203 1 002
2 Prof. Drs. D. Sutoyo ... .……… …………... NIP :
Mengetahui :
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Biosains Prof. Drs. Suranto,M.Sc.Ph.D Dr. Sugiyarto , M.Si NIP :19570820 198503 1 004 NIP 19670430 199203 1 002
Page 4
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS DAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul “ Produksi jamur tiram ( Pleorotus ostreatus ) pada
media campuran serbuk gergaji dengan berbagai komposisi tepung jagung
dan bekatul “ adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik
serta tidak trdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumbr kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis
ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan , maka saya bersedia Tesis
beserta gelar MAGISTER saya dibatalkan, srta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku ( UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2dan
pasal 70 )
2. Tesis ini merupakan hak milik Prodi Biosains PPs – UNS. Publikasi
sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus
seijin Ketua Prodi Biosains PPs.-UNS dan atau satu kali publikasi menyertakan
pembimbing atau author. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester ( 6 bulan sejak pengesahan Tesis ) saya tidak melakukan publikasi,
maka Prodi Biosains PPs-UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Prodi Biosains PPs-UNS, dan atau media ilmiah yang ditunjuk.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini maka saya
bersedia medapatkan sanksi akademik yang belaku.
Surakarta, …………………..2010
Yang membuat pernyataan
Sutarja S 5900906211
Page 5
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk yang tercinta
Orangtuaku
Isteri dan anakku
Saudara dan guruku
Page 6
vi
PRODUKSI JAMUR TIRAM ( Pleorotus ostreatus ) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI
KOMPOSISI TEPUNG JAGUNG DAN BEKATUL
Sutarja, Sugiyarto,Daryono Sutoyo Program Studi Magister Biosains, PPs-UNS, Surakarta
ABSTRAK
Budi daya jamur tiram ( Pleorotus ostreatus ) belum banyak dikembangkan di Indonesia, baik sebagai peluang usaha maupun sebagai pemenuhan konsumsi masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat produksi jamur tiram (P. oetreatus) yang dibudidayakan pada media campuran serbuk gergaji dengan berbagai komposisi tepung jagung dan bekatul. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan campuran serbuk gergaji kayu albasia dengan tepung jagung (10%, 20%, 30%) dan bekatul (10%, 15% ( kontrol), 20%, 30%). Pengamatan hasil jamur tiram dilakukan pada 3 kali masa petik ( umur 60, 75, 90 ). Analisa data dengan analisa varian (ANAVA ) dilanjutkan dengan uji Jarak Ganda Duncant ( DMRT ) pada taraf 5% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung jagung dan bekatul efektif untuk digunakan sebagai media campuran budidaya jamur tiram dengan media baku serbuk gergaji. Produksi optimal terdapat pada campuran media bekatul dengan konsentrasi 30% sedang untuk media jagung dengan konsentrasi 20%. Kata kunci : Pleoratus ostreatus , serbuk gergaji, jagung dan bekatul
Page 7
vii
THE PRODUCTION OF OYSTER MUSHROM ( Pleorotus ostreatus ) IN THE MIXTURE OF SAWDUST WITH THE VARIOUS COMPOSITIONS
OF CORN FLOUR AND BRAND MEDIA
Sutarja, Sugiyarto, Daryono Sutoyo Program Study of Biosains, Postgraduate Program,
Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACT The cultivation of oyster mushroom (Pleorotus ostreatus) is not many expanded yet in Indonesia, either the exertion chance or the consumtion fulfillment of society. The objective research is to know the production degree of oyster mushroom on the basic media of sawdust were mixed with some compositions of corn flour and brand. The research was arranged on completely random design with treatments mixture of sawdust from albasia wood with corn flour (10%,20%,30%) and brand (10%, 15% (control), 20%,30%). Oyster mushroom production were observed in three times of picking ( 60, 75 and 90 day after plants). The data were analyzed by of Varian Analysis ( ANAVA ) and continued with Duncant Multiple Range Test ( DMRT ) on 5% level.
Result showed that corn flour and brand were effective admixture to enhance oyster mushroom production. The optimal production is found in the mixture of brand media with concentration 30% , while for corn media with concentration 20%. Key word : Pleorotus ostreatus , sawdust, corn and brand
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian untuk tesis
yang berjudul “ PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) PADA MEDIA
CAMPURAN SERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI TEPUNG
JAGUNG DAN BEKATUL “
Sistematika dalam penulisan tesis ini, penulis menyajikan pokok – pokok
bahasan yang meliputi latar belakang, landasan teori, tinjauan pustaka yang mendasari,
metode penelitian, hasil dan pembahasan.
Nilai penting dari penelitian ini untuk menentukan komposisi efektif dengan
konsentrasi campuran media baik media jagung maupun bekatul dengan perlakuan yang
sama baik proses maupun pengamatan. Selama penelitian tidak trdapat kendala ,
sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu
diperbaiki walaupun telah diupayakan secara optimal segala kemampuan demi
sempurnanya tesis ini. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan pendapat serta
kritik yang membangun dari semua pihak agar tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
Surakarta, …………………2010
Penulis
Page 9
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah hirobbil’alamin atas segala rahmat Allah SWT yang tercurah bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian untuk tesis dengan judul “
PRODUKSI JAMUR TIRAM ( Peorotus ostreatus ) PADA MEDIA CAMPURAN
SERBUK GERGAJI DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI TEPUNG JAGUNG DAN
BEKATUL “ maka dengan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Moch. Syamsul Hadi, dr.Sp.KJ (K) selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan penulis untuk
menempuh pendidikan di Program Prasarjana UNS-Solo.
2. Prof. Drs. Suranto,M.Sc. Ph.D selaku Direktur program prasarjana
universitas sebelas maret surakarta yang telah memberikan ijin belajar di PPs
UNS serta memberikan motifasi dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelasaikan tesis ini.
3. Dr. Sugiyarto, M.Si selaku ketua program studi Biosains sekaligus sebagai
pembimbing I yang senantiasa memberi moril dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan di program studi Biosains program prasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Drs. D. Sutoyo, selaku pembimbing II yang penuh pengertian,
kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan dan
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Page 10
x
5. Para Dosen Program Studi Biosins Program Prasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberian bekal ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis.
6. Drs. Danang Kusumanto, M.Si, selaku Kepala SMA 1 Wonosobo yang telah
memberi ijin, motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik.
7. Isteriku Dra. Nur Industriani dan anakku Farhan Nur Rizqi yang selalu
memberi semangat dan dorongan serta do’a dalam penyelesaian tesis ini.
8. Bapak Fajar Sodiq, selaku petani jamur di dusun Brokoh Desa Pancurwening
Kabupaten Wonosobo yang telah memberi ijin serta membantu dalam
penelitian tesis ini.
9. Teman – teman mahasiswa Biosains angkatan 2006 dari Wonosobo yang
telah memberi bantuan dan perhatian dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa isi tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, maka dengan kerendahan hati, kritik dan saran kepada pembaca serta
pemerhati pendidikan sehingga karya lebih baik bermakna dan bermanfaat.
Surakarta,………………2010
Penulis
Sutarja
Page 11
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….... ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI……………………………… iii
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS DAN PUBLIKASI.……………. iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………... v
ABSTRAK……………………………………………………………………. vi
ABSTRACT…………………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang masalah……………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………... 6
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………... 6
B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………. 23
Page 12
xii
C. Kerangka Penelitian……………………………………………….. 24
D. Hipotesis…………………………………………………………. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………. 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………. 29
B. Prosedur Penelitian………………………………………………. 31
C. Rancangan Penelitian……………………………………………. 32
D. Analisa Data Peneltian…………………………………………… 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 37
A. Produksi jamur tiram…..…………………………………………. 37
B. Campuran serbuk gergaji………...……………………………….. 37
C. Komposisi media jagung dan bekatul…..………………………… 38
D. Produksi rata-rata tiap perlakuan berdasarkan waktu petik ……….. 38
E. Analisis Hasil Pengujian……………………………………………. 55
F. Hasil Pengujian Hipotesis………………………………………….. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..……… 58
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 58
B. Saran……………………………………………………………… 58
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 60
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 62
Page 13
xiii
DAFTAR TABEL Halaman
2.1 Kandungan Gizi Jagung……………………………………………. 16
2.2 Kandungan Gizi Bekatul…………………………………………… 17
4.1 Distribusi produksi jamur tiram petik 1 …………………………… 39
4.2 Distribusi produksi jamur tiram petik 2 …………………………… 41
4.3 Distribusi produksi jamur tiram petik 3 …………………………… 43
4.4 Distribusi frekuensi rata- rata jamur tiram petik 1,2 dan 3................ 45
4.5 Diskripsi data produksi jamur tiram putih media jagung………….. 47
4.6 Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih media jagung
konsentrasi ( 10 % )………………………………………………... 48
4.7 Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih media jagung
konsentrasi ( 20 % )……………………………………………….. 49
4.8 Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih media jagung
konsentrasi ( 30 % )……………………………………………….. 50
4.9 Diskripsi data produksi jamur tiram putih media bekatul………… 51
4.10Distribusi frekuensi poduksi jamur tiram putih media bekatul
konsentrasi ( 10 % )……………………………………………….. 52
4.11Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih media bekatul
konsentrasi ( 20 % )……………………………………………….. 53
4.12Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih media bekatul
konsentrasi ( 30 % )……………………………………………….. 54
4.13Rangkuman hasil uji normalitas jamur tiram putih media jagung... 55
4.14 Rangkuman hasil uji normalitas jaur tiram putih media bekatul…. 56
Page 14
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka berpikir penelitian………………………………………………... 27
3.1 Desain ekperimen……….…………………………………………………… 33
4.1 Histogram produksi jamur tiram petik 1 ........................................................ 40
4.2 Histogram produksi jamur tiram petik 2 ....................................................... 42
4.3 Histogram produksi jamur tiram petik 3 ....................................................... 44
4.4 Histogram produksi jamur tiram petik 1,2, 3 ................................................ 46
4.5 Histogram produksi jamur tiram putih media jagung konsentrasi ( 10 % )…. 48
4.6 Histogram produksi jamur tiram putih media jagung konsentrasi ( 20 % )…. 49
4.7 Histogram produksi jamur tiram putih media jagung konsentrasi ( 30 % )…. 50
4.8 Histogram produksi jamur tiram putih media bekatul konsentrasi ( 10 % )… 52
4.9 Histogram produksi jamur tiram putih media bekatul konsentrasi ( 20 % )… 53
4.10 Histogram produksi jamur tiram putih media bekatul konsentrasi ( 30 % )… 54
Page 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Induk Penelitian……………………………………………….62
Lampiran 2 Uji Normalitas…................................................................................63
Lampiran 3 Uji Homogenitas.................................................................................69
Lampiran 4 Uji DMRT.......................................................................................... 71
Lampiran 5 Foto .................................................................................................. 74
Lampiran 6 Biodata mahasiswa ............................................................................ 79
Page 16
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Salah satu peluang usaha yang menjanjikan di Indonesia . adalah budi daya
jamur. Budi daya jamur di Indonesia belum dikembangkan dengan maksimal. Budi
daya jamur di Indonesia dapat dipergunakan untuk berbagai kepentingan misalnya untuk
dikonsumsi dan obat. Dalam skala besar budi daya jamur dapat dipergunakan sebagai
usaha yaitu memproduksi kemudian dijual kembali. Sebelum budi daya jamur dalam
skala besar dikembangkan, sebenarnya sudah dikembangkan terlebih dahulu 2 aspek
yaitu budi daya jamur untuk obat dan dikonsumsi sendiri atau untuk kalangan sendiri.
Dalam penelitian menyatakan bahwa jamur tiram dapat digunakan sebagai obat untuk
melawan kolesterol, kanker dan bahkan dapat mengobati HIV / AIDS. Senyawa aktif
pada jamur tiram dikabarkan dapat sebagai anti bakteri, anti virus, dan dapat
meningkatkan sistem kekebalan tubuh ( Kompas, 2002 ). Pada sumber lain
menyebutkan bahwa jamur tiram dapat dipakai sebagai 0bat statin. Jamur tiram juga
dapat membunuh dan mencerna memotoda yang dimungkinkan untuk memperoleh
nitrogen. Konsumen jamur bukan hanya penduduk perkotaan, tetapi penyebaranya
sangat luas sebagai contah untuk bahan makanan, seperti yang dilakukan penduduk
Puncak Jaya Wijaya, yang berdasarkan survey tidak kurang dari 49 spesies jamur
menjadi bahan makanan . Perlu diketahui bahan jamur– jamur tersebut tumbuh secara
alami., sehingga ketersediaanya masih sangat terbatas maka keberadaannya perlu
dibudidayakan.
Page 17
xvii
Di Indonesia jamur untuk konsumsi yang telah di budi dayakan baru ada 5 jenis
yaitu :
a. Jamur Putih Atau Jamur Kancing (Agaritus bisporus)
b. Jamur Kuping (Auricularia auricula )
c. Jamur Shitake (Lentinula edodes)
d. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)
e. Jamur Merang (Volvariella rolvacea)
Dari ke 5 jenis jamur tersebut yang telah di budi dayakan dalam skala besar
adalah jamur merang dan merupakan budi daya pertama di Indonesia .pada kesempatan
ini peneliti menekankan pada satu jenis objek penelitian yaitu jamur tiram dengan
komposisi media jagung dengan bekatul dan sebagai bahan baku media adalah limbah
gergaji. Jamur dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus artinya bentuk samping atau
menyamping antara tangkai dengan tudung (Sunanto, 2005). Sebutan tiram karena
bentuknya menyerupai kulit tiram (Cangkang Kerang). Di Amerika dan Eropa, jamur ini
populer dengan sebutan (Oyster mushroom) artinya tangkai tudung tidak dapat
ditengah. Jamur tiram asal muasalnya dari Belanda, kemudian menyebar ke Australia,
Amerika, Asia tenggara, termasuk Indonesia. Jamur tiram memenuhi standar gizi
sebagai makanan yang banyak untuk di konsumsi, enak, tidak beracun dan memiliki
kandungan gizi tinggi. Pasar jamur tiram masih terbuka luas terutama ekspor seperti :
Taiwan, Hongkong, Jepang, Inggris dan kawasan Asia tenggara sendiri. Persoalan
mendasar adalah masih minimnya suplai dari petani jamur sendiri
Banyak eksportir yang masih menunggu dari petaninya sendiri, hal ini
disebabkan karena budidaya jamur ini belum memasyarakat, pengetahuan tentang jamur
Page 18
xviii
sendiri masih kurang dan belum tersosialisasi penyebaranya di kawasan Indonesia.
Kebutuhan jamur di dalam negeri masih cukup tinggi, apa lagi didukung dengan
banyaknya turis asing yang datang mengkonsumsi jamur sebagai santapan sehari – hari.
Pasar jamur masih sangat potensial selain di konsumsi, didalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan ekspor. Menurut Hardi Soenanto menyebutkan bahwa pemintaan jamur
setiap tahunnya mencapai sektar 7.000.000 kg dengan tujuan ke Taiwan, Jepang dan
Hongkong. Tingkat konsumsi masih berada pada golongan menengah ke atas. Jika
dilihat di pasar swalayan maupun di pasar tradisional jamur tiram masih cukup langka.
Hal ini membuktikan budidaya belum dilakukan secara maksimal. Jumlah produksi
masih terbatas disebabkan para pengusaha dan petani jamur belum mengetahui secara
mendalam mengenai teknik budidaya jamur tiram ( Hardi Soenanto, 2000 )
Dari segi agronomi, tanaman jamur dapat tumbuh secara alami pada batang –
batang pohon yang telah mengalami pelapukan. Hal ini mudah di jumpai di hutan –
hutan di Indonesia budidaya jamur tiram dirintis sejak tahun 1988 dengan jumlah petani
yang masih sedikit. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi mulai
dibudidayakan secara besar – besaran dengan metode rekayasa teknologi modern yaitu
penanaman jamur dalam polibag dengan media serbuk gergaji, jerami padi, dan dapat
juga dengan serabut alang – alang, jamur tiram juga dapat tumbuh pada media lain
seperti ampas tebu, kulit kacang, serabut kelapa. Namun sejauh ini para pengusaha
lebih banyak menggunakan serbuk gergaji dan jerami padi,karena bahan baku ini mudah
didapat dan harganyapun murah.Dengan pemanfaatan media tersebut selain langsung
dapat membantu pemerintah dalam mengatasi masalah limbah dengan pemanfaatan
sebagai media jamur tiram yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Page 19
xix
Sebagai upaya kesinambungan usaha yang perlu diperhatikan adalah bahan baku
sederhana dan murah yaitu serbuk gergaji.( Brock & Micael,1991) Bahan baku serbuk
gergaji di Wonosobo cukup melimpah, karena banyak industri rakyat di berbagai tempat
melakukan usaha pembuatan log dengan baku kayu albasia. Dengan dasar tersebut
pengembangan industri jamur tiram di Wonosobo cukup potensial untuk dikembangkan.
Sehubungan dengan ini perlu di adakan uji coba melalui proses penelitian
budidaya jamur tiram dengan berbagai komposisi untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan biaya yang murah. Jika hal ini dapat berhasil secara maksimal maka
para perajin jamur tiram perlu kiranya untuk memanfaatkan hasil uji coba tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan tingkat produksi rata-rata jamur tiram dengan media
serbuk gergaji terhadap komposisi campuran media antara jagung dan bekatul.
2. Berapa tingkat produksi rata – rata tertingi jamur tiram pada media campuran
antara serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuran tepung jagung.
3. Berapa tingkat produksi rata-rata tertinggi jamur tiram dengan media pada antara
serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuran bekatul.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan tingkat produksi rata-rata jamur tiram dengan media
serbuk gergaji terhadap komposisi campuran jagung dan bekatul.
2. Mengetahui tingkat produksi rata-rata tertinggi jamur tiram pada media
campuran serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuran media tepung
jagung.
Page 20
xx
3. Mengetahui tingkat produksi rata-rata tertinggi jamur tiram pada media
campuran serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuaran media bekatul.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti : agar memiliki wawasan yang luas tentang budi daya jamur tiram
dengan komposisi media yang lebih produktif.
2. Bagi Pemerintah : dapat membantu pemerintah dalam mengatai dampak
lingkungan akibat limbah gergaji dan membantu pemenuhan gizi masyarakat
dengan mengkonsumsi jamur tiram sebagai makanan alternative yang aman
bebas kolesterol dan lezat.
3. Bagi Masyarakat : memberi masukan kepada masyarakat tentang budi daya
jamur tiram dengan komposisi media antara jagung dengan bekatul.
4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan : sebagai keterangan awal dalam
pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Page 21
xxi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Budi daya jamur tiram
a. Budi Daya
Budi daya adalah cara kerja yan mendatangkan manfaat dan dapat
memberikan hasil yang memuaskan ( Daryanto, 1997 : 116 ). Sedangkan suatu
proses untuk mendatangkan hasil atau menambah nilai guna suatu barang
disebut proses produksi. Menurut ilmu ekonomi ilmu ekonomi, produksi adalah
hasil perbuatan yang dapat menambah kegunaan suatu barang atau dapat
menciptakan barang baru ( Suradjiman, 1996 ).
b. Jamur Tiram
Jamur atau fungi termasuk organisme yang tidak berklorofil, hidup
parasitik atau saprofitik. Sebagai organisme saprofit, jamur merupakan pengurai
utama dan menguraikan bahan – bahan yang mengandung bahan organik seperti
sampah, makanan, kertas dan sebagainya ( Djamhur Winatasasmita, 2003 ).
Jamur tiram dalam bahasa latin disebut Pleurotus ostreatus merupakan jenis
jamur masuk pada Klas Basidiomycetes. Spesies jamur tiram, Pleurotus
ostreatus yang para petani jamur dikenal dengan tiram putih, karena jamur ini
memang berwarna putih. ( Henky I.H dkk, 2008 ). Jamur mendapatkan makanan
dari bahan organik yang sudah mati, tetapi masih menjadi bagian dari inang
yang hidup. Bahan makanan organik dicerna dengan enzim yang keluar dari
jamur menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat di serap oleh jamur
Page 22
xxii
yang hidup. Sebagai pengurai dapat menghancurkan sampah, kotoran hewan,
bangkai dan bahan organik lainnya. Dapat di bayangkan apa akibatnya jika tidak
ada pengurai ini ? Tanpa jamur dan pengurai lain semua makhluk hidup akan
tertimbun dalam sampah dan bangkainya sendiri yang pada akhirnya tidak akan
ada kehidupan. Dengan demikian jamur mempunyai peranan penting bagi
kelangsungan hidup organisme.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jamur dapat
dibudi dayakan, salah satu hasilbudi daya di kenal dengan jamur tiram. Jamur
tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus, artinya bentuk samping atau
posisi menyamping antara tangakai dengan tudung sedangkan sebutan nama
tiram karena bentuknya seperti kulit tiram ( cangkang kerang). Dibelahan
Amerika dan Eropa jamur tiram lebih popular dengan sebutan Oyster mushroom,
karena tumbuh jamur didalam bentuk tangkai tudung tidak tepat di tengah
seperti jamur yang lainya. Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu awalnya
tumbuh di batang kayu yang mengalami pelapukan. Di Indonesia budi daya
jamur tiram mulai di rintis sekitar tahun 1988 pada waktu itu petani dan
pengusaha jamur tiram masih sedikit sekali ( Hardi Soenanto, 2000)
Pada perkembangannya jamur tiram dibudi dayakan dan di jadikan
sebagai peluang usaha. Jika peluang ini dapat diberdayakan secara maksimal
dengan pengelolaan dan manajemen yang baik, dapat di pastikan menghasilkan
hasil yang cukup menjanjikan.
c. Peluang Usaha budidaya jamur tiram.
Page 23
xxiii
Pasar jamur tiram sangat potensial sekali untuk konsumsi dalam negeri juga
dapat menembus pasar luar negeri. Wilayah pemasaranya untuk luar negeri
berada di negeri Singapura, Taiwan, Jepang dan Hongkong. Permintaan jamur
dari Negara tersebut mencapai 6 juta kg/tahun. Padahal petani dan pengelola
belum dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan jamur dalam negeri. Terutama di
kota–kota besar banyak penghuni orang–orang asing maupun orang Indonesia
dari golongan menengah keatas yang biasa mengkonsumsi jamur tiram ( Hardi
Soenanto , 2000 )
Jika di lihat di pasar swalayan maupun pasar tradisional belum banyak diperjual
belikan jamur tiram. Hal ini disebabkan bukan karena tidak laku di pasaran
melainkan masih minimumnya pengusaha atau petani jamur tiram yang berminat
untuk membudidayakan. Kurangnya minat para petani disebabkan belum
tahunya teknik budidaya maupun sampai sejauh mana keuntungan yang
diperoleh jika dibandingkan dengan bercocok tanam padi maupun jenis sayuran
lainya.
Bertitik tolak dari gambaran tersebut penyuluhan dan sosialisasi tentang budi
daya jamur tiram perlu intensifkan sehingga para pengusaha tertarik untuk usaha
ini. Hal yang menarik untuk di kembangkan agar para pengusaha dapat
melakukan budi daya jamur tiram dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Harga jamur tiram hasil budi daya relatif mahal,sedangkan biaya produksi
seperti serbuk kayu, bekatul atau media lain mudah di dapat dan harganya
murah.
Page 24
xxiv
2) Budi daya tidak kenal musim, sehingga setiap saat dapat menghasilkan hasil
produksi
3) Modal untuk investasi tidak begitu besar dan dapat di polesi ebagai usaha
sampingan.
4) Pemeliharaanya mudah sehingga tidak banyak menyita waktu
5) Kondisi iklim dan cuaca di Indonesia yang cocok untuk budidaya .
6) Budidaya jamur tiram tidak menimbulkan pencemaran ligkungan yang dapat
menganggu kesehatan masyarakat ( Hardi Soenanto, 200 )
Selain keunggulan tesebut di atas, keunggulan jamur tiram juga cukup toleran
terhadap lingkungan dan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok maupun
pekerjaan sampingan ( Krisnadi, 2008 ). Diversifikasi produk jamur tiram cukup
banyak dapat berbentuk segar, kering, serta menjadi bahan olahan seperti tumis,
pepes, keripik jamur tiram dan untuk campuran sayur.
Dengan pertimbangan tersebut kiranya budi daya jamur tiram menjadi
peluang usaha yang menjanjikan dan menguntungkan sehingga perlu di
kembangkan.
1. Proses budidaya jamur tiram
Dari sekian banyak jamur konsumsi, jamur tiram diperhitungkan sebagai
komoditas pada sektor agrobisnis. Jamur tiram putih ( Pleoratus ostreatus )
mulai dikembangkan dan dibudidayakan pada tahun 1990 (Abdul , 2003).
Untuk memproduksi jamur tersebut, yang perlu diperhatikan yaitu tersedianya
subtract yang sederhana dan murah ( Brock & Michel, 1991 ). Pada umumnya
subtrat yang digunakan dalam budi daya adalah serbuk gergaji, dan untuk di
Page 25
xxv
Wonosobo subtract yang tersedia cukup banyak adalah serbuk gergaji kayu
sengon ( Albazia falcataria ) Budi daya jamur tiram menjadi aternatif untuk
dikembangkan. Dari segi harja jual termasuk peringkat atas jika di bandingkan
dengan jenis sayuran lainnya. Jamur mempunyai manfaat multi guna disamping
sebagai sayuran, dapat juga diperuntukan sebagai makanan olahan lainnya, masa
panen jamur tiram tidak mengenal musim, mudah budi dayanya dengan investasi
yang relatif terjangkau.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) atau White mushroom juga dikenal
dengan istilah shimeji (Jepang). Sesuai dengan namanya jamur ini memiliki
tudung, diameter tudung jamur antara 3-8 cm (jamur siap petik). Kulit tudung
agak tipis rata, serta memiliki banyak rumpun. Budi daya jamur tiram
memerlukan kondisi lingkungan yang baik, dari suhu kelembapan, keasaman,
cahaya, nutrisi, serta kandungan air, semakin mendekati kondisi lingkungan ysng
alami, pertumbuhan jamur semakin baik. Sebagai gambaran tentang kondisi
lingkungan yang efaktif agar produksi optimal disampaikan hal- hal sebagai
berikut :
1) Lokasi
Budidaya jamur tiram dipilih lokasi atau daerah yang memiliki ketinggian
antar 400–800 m dari permukaan laut (dpl). Namun tidak tertutup
kemungkinan jamur tiram dapat tumbuh pada lokasi dataran rendah yang
memiliki lingkungan dengan iklim dingin (sejuk) jauh dari polusi dan hangat
Page 26
xxvi
menunjang pada lokasi yang memiliki tingkat kelembaban cukup atau dekat
pepohonan besar ( Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007 )
2) Temperatur
Kisaran temperatur (suhu) untuk pertumbuhan jamur antara 15o C sampai
30o C. Sedangkan untuk temperatur maksimal yang diperlukan antara 22o C
sampai 280 C. Di upayakan temperatur lingkungan sekitar tumbuh jamur
selalu dalam keadaan stabil, supaya pertumbuhan dan perkembangan tidak
terganggu. Pemantauan suhu udara hendaknya dilakukan secara intensif agar
kisaran suhu yang di butuhkan dapat terpenuhi.
3) Kelembaban
Kelembapan udara berpengaruh pada pertumbuhan jamur tiram cepat atau
lambat, sehat atau tidak sehatnya pertumbuhannya. Kelembapan memegang
peranan penting sehngga perlu diperhatikan kelembapan yang kurang
memenuhi syarat dapat di perbaiki dengan menggunakan cara lain seperti
untuk daerah panas di tempatkan pada lingkungan pepohonan besar,log, atau
polibag selalu disiram. Pada prinsipnya dibantu dengan metode buatan (
Hardi Soenanto, 2000 )
4) Keasaman ( pH )
Media yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan pertumbuhan
miselium dan tumbuh buah terhambat. Pertumbuhan miselium dan tumbuh
buah jamur yang ideal pada pH maksimum 4 sampai 6. Bila pH di atas 6,0
pertumbuhanya kurang baik.
5) Kandungan Air
Page 27
xxvii
Kandungan air dalam media pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan miselium maupun perkembangan tubuh buah. Jamur tiram
memerlukan kandungan air tidak lebih dari 70% ( Dinas Pertanian Jawa
Timur, 2007 )
6) Nutrisi
Seperti halnya tumbuhan lain jamur tiram juga memerlukan nutrsi dalam
bentuk unsur hara seperti H, F, S, C dan beberapa unsur penting lain. Dalam
media tanam, unsur tersebut harus dipersiapkan sesuai dengan yang
dibutuhkan dalam budidaya jamur tersebut. Jamur tidak dapat menggunakan
energi matahari seperti tanaman berklorofil untuk proses biologi tetapi
menghasilkan sejumlah enzim ekstra yang dapat mendegradasi senyawa
yang dapat larut dan kemudian diserap oleh jamur. Untuk nutrisi, unsur
utama yang digunakan untuk budidaya adalah selulosa, hemi selulosa dan
liguin ( Hardi Soenanto, 2000 )
7) Cahaya
Jamur tiram sangat sensitif terhadap cahaya sinar matahari terutama sinar
matahari langsung. Sangat tidak cocok bila budi daya jamur tiram berada
pada tempat atau kawasan yang panas, baik panas langsung maupun tidak
langsung oleh karena itu tiap rumah jamur (kumbung) di buat sedemikian
rupa dalam keadaan tertutup. Sekalipun ada lubang ventilasi, fungsinya
hanya sekedar sirkulasi udara dan hindari adanya efek matahari baik
langsung maupun tidak langsung ( Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007 )
Page 28
xxviii
2. Teknik budidaya
Teknik budidaya dapat dilakukan dengan bantuan media dari serbuk
kayu dicampur dengan media lain, secara rinci disampaikan karakteristik media
yang digunakan dalam budidaya jamur tiram.
a. Media serbuk kayu
Tempat tumbuh jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang tumbuh baik pada
kayu lapuk atau dalam bentuk serbuk gergaji. Budidaya dengan serbuk kayu (
gergajian ) paling banyak dilakukan oleh para petani jamur tiram, disebabkan
karena praktis, bahan baku murah dan media ini mudah didapat. Walaupun
jamur tiram dapat tumbuh pada media serbuk kayu ( gergajian ), tetapi
tidak sembarang kayu baik digunakan sebagai media. Serbuk kayu yang paling
baik salah satu diantaranya adalah serbuk kayu sengon ( Albazia falcataria ).
Pemanfatan limbah kayu ( Albazia falcataria ) merupakan upaya dalam rangka
mengurangi polusi. Jika tidak ada solusi maka dapat dipastikan bahwa makin
hari limbah tersebut semakin menggunung, maka perlu adanya pemanfaatan
limbah tersebut agar mempunyai nilai ekonomis. ( Indomedia. Com, 2000 )
Menurut Balai Teknik Penelitian diatas Pertanian Jawa Timur,
disampaikan bahwa kayu sengon ( Albazia falcataria ) memiliki keunggulan
sebagai berikut :
1. Serbuk kayu sengon termasuk kayu keras.
2. Serbuk kayu sengon tidak mengandung getah. Kayu yang mengandung getah
akan menghambat pertumbuhan jamur tiram, karena getah pada tanaman
menjadi zat ekstraktif.
Page 29
xxix
3. Serbuk kayu sengon tidak mengandung minyak dan bahan kimia lainnya.
Dari keunggulan tersebut kayu sengon ( Albazia falcataria ) memenuhi
syarat sebagai media tumbuh jamur tiram. Disamping itu kayu sengon
mengandung kadar selulosa mencapai 49,7% .( Hieronymus, 1992) Kadar
selulosa merupakan bahan yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur tiram
dengan kandungan nutrisi yang tidak cepat habis. Sehingga dalam satu polybag
dapat tumbuh sampai 8 kali panen ( petik ) bahkan bisa samapai 10 kali
panen. Keunggulan kayu sengon selain serbuk gergaji untuk media tumbuh
jamur tiram juga baik untuk penghijauan, pelindung dan penyubur tanah, bahan
baku bangunan ( perabot rumah tangga ) dan sebagai bahan baku industri kertas.
Sehubungan dengan ini maka kayu sengon dapat dibudidayakan secara
maksimal dan harus medapat perhatian dari berbagai pihak. Program pemerintah
telah mencanangkan gerakan sengonisasi terutama pada lahan kritis , termasuk
wilayah Kabupaten Wonosobo. Sedang pihak swasta ( eksportir ) berlomba
memasok kayu sengon untuk keperluan di berbagai negara.
b. Media Tepung Jagung
Jagung merupakan tanaman yang berkembang pesat di Indonesia .
Tanaman ini pada mulanya berkembang di jawa Tengah , Jawa Timur dan
Madura. Berdasarkan survey dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) tahun 1991
disebutkan bahwa sentra produksi jagung berasal dari wilayah Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, lampung, dan Jawa Barat.
Areal Tanam saat ini sudah berkembang di seluruh Indonesia dengan luas lahan
bervariasi.
Page 30
xxx
Produksi jagung dunia menempati urutan ke 3 setelah padi dan gandum.
Penaman jagung terus meluas ke seluruh dunia, hal ini disebabkan tanaman ini
mempunyai daya adaptasi untuk wilayah subtropis maupun tropis. Indonesia
mrupakan penghasil jagung terbesar di kawasan Asia Tenggara. ( Rahmat R,
1997 ). Produksi utama tanaman jagung adalah biji jagung. Biji jagung
merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan dan non
pangan.
Sebagai upaya untuk menambah nilai manfaat dalam biji jagung , peneliti
menggunakan biji jagung sebagai media untuk budidaya jamur tiram, karena biji
jagung mengandung karbohidrat, lemak dan protein.
Dari sumber penelitian oleh Johan Wahyudi disebutkan tabel kandungan zat
(gizi) jagung (tiap 100 gram bahan) sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kandungan gizi jagung
No. Zat Gizi Kandungan Zat Gizi 1 Energi gizi 129 2 Protein 4.1 3 Lemak 1.3 4 Karbohidrat 30.3 5 Kalsium 5.0 6 Fosfor 108.0 7 Besi 1.1 8 Vitamin A 117.0 9 Vitamin B 0.18 10 Vitamin C 9.0 11 Air 63.5
Sumber : www.republika.co.id
Dari uraian diatas maka kandungan zat dan gizi dalam media jagung dapat
dimanfaatkan untuk budidaya jamur tiram. Hal ini dari semua kandungan gizi
dan zat media jagung diperlukan dan membantu dalam peningkatan produksi.
Page 31
xxxi
Dengan demikian melalui penelitian ini dapat dikaji sampai sejauh mana tingkat
campuran efektif untuk menghasilkan jamur tiram yang maksimal.
c. Media Bekatul.
Bekatul merupakan limbah gilingan padi yang merupakan bagian luar
atau kulit ari beras yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan
padi. Walaupun bekatul merupakan limbah dari penggilingan padi, tetapi
mempunyai kandungan gizi, vitamin dan protein yang cukup tinggi.Menurut
hasil penelitian dari Laboratorium
Bioindustri TIP- FTP Universitas Brawijaya Malang, menyatakan bahwa
kandungan zat pada bekatul sebagai berikut:
Tabel 2.2. Kandungan gizi bekatul
No. Zat/Gizi Kandungan Zat/Gizi 1 Protein 11.3 – 14.4% 2 Lemak 15.0 – 19.7% 3 Karbohidrat 34.1 – 52.3%
Sumber : Laboratorium Bioindustri TIP – FTP UNIBRAW,2002
Pada bekatul terdapat nutrisi yang dapat membuat Acetobacter xylinum
yang dapat mengubah karbohidrat limbah padi menjadi selulosa. Dalam
budidaya jamur tiram selulosa dibutuhkan, karena menyediakan energi guna
peningkatan pertumbuhan jamur tiram.( Nila F.W, 2008 ). Disamping
kandungan zat / gizi , selulosa, bekatul juga menandung kaebon yang dipakai
sebagai sumber utama yang berfungsi membangun miselin dan enzim yang
dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram. Kandungan enzim tersebut
menyebabkan produksi jamur tiram dapat bertahan dalam waktu yang cukup
lama.
Page 32
xxxii
Isozim merupakan produk langsung gen berupa protein dan enzim, dapat
dilacak dan dipelajari dengan menggunakan teknik elektroforesis. Isozim adalah
enzim yang terdiri dari berbagai makluk aktif yang merupakan struktur kimia.
Isozim dapat dipakai sebagai pemandu genetic untuk mempelajari keragaman
individu dalam satu populasi. ( Winarno dkk, 1993 ). Menurut Sumiati dan
Herbagiandono ( 1987 ) menyatakan bahwa secara alamiah jamur tiram putih
mempunyai kemampuan untuk memproduksi enzim yang dapat mengurai
material yang mengandung selulosa dan lignin tinggi seperti yang oleh bahan
buangan ( limbah ) tanaman pangan dan holtikulturas. Kandungan ini terdapat
pada limbah padi seperti, bekatul, jerami dan sekam.
Seiring dengan kemajuan di bidang tehnologi yang proses menumbuk
padi ditinggalkanmasyarakat, di mana masyarakat beralih ke penggilingan padi,
hampir dipastikan bahwa limbah padi yang bekatul yang menempel pada beras
tidak ada lagi. Semenjak itulah masyarakat pedesaan seperti masyarakat
perkotaan yaitu mengkonsumsi beras putih bersih dan bebas dari bekatul. Pada
hal mengkonsumsi beras yang di dalamnya ada bekatul sangat baik untuk
kesehatan, karena bekatul mengandung vitamin B yang sangat dibutuhkan oleh
manusia.
Disamping media di atas, dalam budidaya jamur juga dibutuhkan media
lain seperti :
1. Kapur Kawur ( Calsium Carbonat )
Page 33
xxxiii
Kapur yang dimaksud adalah kapur yang sudah mati (gamping) yang
apabila kena air, tidak lagi memuai atau panas. Kapur ini berguna untuk
menjaga keasaman media dan berfungsi sebagai sumber mineral.
2. Gips.
Gips digunakan untuk memperkokoh media tanam dalam polibag,
sehingga tidak mudah rusak dan juga berfungsi sebagai sumber mineral.
3. Sarana penunjang
Disamping media tersebut di atas, diperlukan lagi sarana penunjang
berupa kantong plastik, pralon, kapas dan gelang karet. Kantung plastik
sebagai tempat media serbuk gergaji beserta formulasi lainnya. Disamping
itu juga dapat mengatur kelembaban sehingga kadar oksigen dapat dikontrol
dengan seksama. Kantong media ini disebut bag log atau polibag. Disamping
kantong plastik ada penunjang diperlukan sebagai cincin atau leher polibag
untuk memudahkan penutupan kantong plastik. Dengan cincin ini polibag
menjadi lebih kuat dan kencang dan padat. Sedangkan kapas untuk
menyumbat tutup bag ( polibag ). ( Hardi Soenanto, 2000 )
3. Mekanisme Pembuatan Media Sampai Pasca Panen
a. Pembuatan Media
1. Serbuk kayu yang sudah dipersiapkan diayak, kemudian dicampur dengan
media lain, dicampur (diformulasikan) secara merata.
2. Beri air secukupnya.
Page 34
xxxiv
3. Masukkan ke kantong plastik di tekan dengan alat atau dengan tangan
supaya padat, upayakan jangan ada lubang dalam kantong plastik. Kemudian
beri cincin dan tutup dengan kapas dan ikat dengan karet.
4. Sterilkan bag lag dengan pemanasan dalam autoklap (autoklaf) dengan suhu
diatas 1200C selama 20 menit. Jika tidak ada autoklat, sterilisasi dapat
dilakukan dengan tungku. Bag lag dimasukkan dalam drum yang sudah
diberi penyekat sehingga ada batas antar lag. Panaskan selama 6 – 12 jam
pada kisaran suhu 90 - 1100C.
5. Angkat baglag dan dinginkan pada suhu antara 24 - 300C selama 24 jam.
b. Inokulasi
Inokulasi yaitu penanaman bibit ke media tanam. Cara menginokulasi:
1) Dipersiapkan alat yang diperlakukan.
2) Meyiapkan bibit induk dan log yang akan diisi bibit.
3) Dalam melakukan inokulasi tangan harus bersih (dibasuh dengan
alkohol) gunakan pakaian bersih, atau mengenakan pakaian khusus
seperti yang dipakai di laboratorium.
4) Memasukkan bibit ke dalam media tanam, kemudian log ditutup kembali
dengan kapas, penutupan harus rapat.
c. Inkubasi
Setelah semua log diisi bibit, media tanam tersebut dipindahkan ke dalam rumah
jamur atau kumbung dengan suhu yang di butuhkan antara 22 – 260C. Miselium
dimana log sudah berwarna putih merata membutuhkan waktu selama 40 – 50
hari, suhu dalam ruangan harus stabil baik siang maupun malam hari.
Page 35
xxxv
d. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan adalah masa setelah inkubasi sampai panen. Proses
perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram cenderung gampang.
Dalam ruang produksi perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan
ruangan setiap pagi serta menyemprot polybag dengan air uantuk menjaga
kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram, sehingga jamur
dapat tumbuh dengan maksimal. ( Mahrup K, 2005).
Untuk menjaga kelembaban dilakukan penyiraman 2 sampai 3 kali sehari
dengan menggunakan sprayer, sehingga air siraman dapat berupa kabut dan
merata ke seluruh bag lag. Jika musim hujan atau daerah hujan penyiraman
dapat dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Setelah fase inkubasi 40 sampai 60 hari,
media tanam sudah dipenuhi miselium dimana bag lag sudah berwarna putih,
maka dilakukan penyabikkan atau dibuka tutupnya. Tujuannya untuk memberi
O2 bagi pertumbuhan jamur. Setelah 7 sampai 10 hari, jamur tumbuh maksimal
dan sudah siap panen.
e. Kendala-kendala
Kendala yang muncul berasal dari bibit, penyakit dan hama
1) Bibit
Pembelian bibit dari pemasok, hendaknya diperhatikan kualitasnya bibit.
Bibit harus mendapat kepastian masa kadaluarsa. Hal ini akan berakibat fatal
jika bibit yang sudah kadaluwarsa tidak akan tumbuh sama sekali.
2) Penyakit
Page 36
xxxvi
Penyakit yang muncul bagi petani jamur pada saat miselium adalah
munculnya jamur – jamur liar. Hal ini disebabkan pada saat sterilisasi yang
kurang sempurna, sehingga terjadi kontaminasi. Untuk menghindari ini,
segala peralatan yang digunakan harus benar-benar steril.
3) Hama
Hama yang sering muncul dan menganggu media tanam adalah hama sejenis
lalat. Hal ini akan mengganggu pertumbuhan jamur untuk mencegah
masuknya lalat dalam rumah jamur, lubang ventilasi diberi kawat kasa, dan
rumah jamur selalu bersih.
f. Panen dan Pasca Panen
Jamur tiram dapat dipanen setelah tumbuh buah mencapai ukuran optimal dan
cukup besar. Sejak tutup dalam polibag dibuka akan tumbuh badan buah jamur
yang diawali dengan bentuk benjolan-benjolan kecil kemudian semakin besar
dan tumbuh sampai optimal. Masa produktif mencapai sekitar 4 bulan dengan
jangka waktu tumbuh antara 10 – 15 hari berikutnya. Dalam satu periode
penanaman dapat dilakukan ( 8 – 10 kali panen, jika kondisi normal.
Petunjuk cara memanen jamur yang benar :
1) Mencabut seluruh rumpun jamur yang ada.
2) Jangan hanya mencabut tubuh buahnya saja, sedang batangnya ditinggalkan
tetapi lakukan pencabutan sampai akarnya.
3) Lakukan pencabutan secara hati-hati dengan tangan, agar media tidak
rusak.
Page 37
xxxvii
4) Sebaiknya waktu panen pada pagi hari, karena jamur masih dalam kondisi
segar.
5) Setelah dipetik di lakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran yang
menempel.
Dari pengalaman petani jamur tiram, setiap polibag dalam satu periode
penanaman dapat dipanen rata-rata 125 gram setiap panen. Hasil panen jamur
tiram dapat dijual dalam bentuk jamur segar kering atau proses pengolahan lebih
banyak. Perlu diketahui daya tahan jamur tiram segar hanya 1 hari. Jika tidak
segera dipasarkan dapat disimpan dalam lemari pendingin bertahan sampai 6
hari. Untuk proses pengolahan lebih lanjut, jamur tiram dapat dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari atau alat pengering modern supaya tahan lama.
Penjemuran harus benar-benar kering, supaya tidak lekas busuk dan tidak
ditumbuhi jasad renik atau cendawan yang dapat mengakibatkan kerusakan atau
penurunan kualitas.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian dan budidaya jamur tiram telah berkembang cukup dinamis.
Gambaran tingkat efektivitas produksi jamur tiram , peneliti melakukan penelitian
tentang produksi jamur tiram dengan pemberian komposisi media jagung dan
bekatul . Sepengetahuan peneliti belum ada yang melakukan penelitian untuk
membandingkan tingkat produksi dengan pemberian media jagung dan bekatul.
Alasan mendasar bahwa Wonosobo bukan daerah penghasil padi, pada hal disekitar
Sindoro – Sumbing pasca tanaman tembakau banyak areal yang ditanami jagung.
Page 38
xxxviii
Sehubungan dengan ini maka peneliti melakukan uji coba budidaya jamur tiram
dengan perlakuan dua campuran yaitu antara jagung dengan bekatul.
Dengan penelitian ini memberikan alternatif dalam komposisi media tidak
terpaku dengan bekatul saja melainkan dengan jagung . Hal ini dapat dikaji tingkat
efektivitas antara dua media tersebut melalui hasil uji coba peneliti.
C. Kerangka Penelitian
1. Komposisi media campuran dalam budidaya jamur tiram
Teknik budidaya dilakukan dengan komposisi campuran dari berbagai
media . Dalam penelitian ini campuran yang digunakan adalah serbuk gergaji,
tepung jagung dan bekatul, didukung juga dengan sarana penunjang lainnya.
Komposisi media yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian meliputi :
· Media jagung 10%,20%,dan 30%
· Media bekatul 10%,15%,20% dan 30%.
· Jumlah polybag atau baglog untuk setiap komposisi campuran sebanyak 15
polybag . Sehingga jumlah polybag yang digunakan sebanyak 105, dengan
perincian 15 polybag dikalikan 7 perlakuan.
· Satuan berat yang digunakan untuk setiap polybag adalah 1 kg atau 100
gram. Sehingga masing polybag mempunyai komposisi media yang berbeda
– beda baik untuk komposisi media tepung jagung maupun media bekatul.
Misalnya komposisi jagung atau bekatul 10 %, berarti campuran media
serbuk gergaji 90% atau 90 gram, begitu juga untuk media yang lain,
tergantung besarnya komposisi media untuk media jagung atau bekatul.
Page 39
xxxix
2. Formulasi media.
Proses pencampuran dilakukan sesuai dengan komposisi masing masing
media, baik media serbuk gergaji, jagung maupun bekatul. Berhubung ada 7
perlakuan, maka proses pencampuran ada 7 bagian, masing – masing disediakan
15 polybag. Proses sterilisasi dilakukan sebelum log diisi bibit. Penanaman binit
atau inokulasi harus dilakukan dengan cermat , peralatan harus steril, pakaian
dan tangan harus bersih. Jika semua log sudah diisi bibit jamur tiram , maka log
dimasukkan dalam rumah jamur ( kumbung ). Langkah selanjutnya tinggal
menunggu tumbuhnya jamur dengan pengamatan yang intensip.
3. Pertumbuhan jamur tiram
Setelah melalui fase inkubasi antara 50 -60 hari, kemudian media tanam
sudah tumbuh miselium, ini menunjukkan bahwa sudah mulai masa produksi
jamur tiram. Langkah selanjutnya diadakan penyobekkan dengan cutter atau
dibuka tutupnya. Dengan ini peneliti sudah mulai mengamati tingkat
pertumbuhannya, dan hasil dari produksi ini diadakan penimbangan dengan
menggunakan satuan berat gram. Untuk setiap perlakuan dan setiap baglog,
dilakukan pencatatan dari produksi yang dihasilkan.
4. Produksi rata-rata setiap perlakuan.
Sesuai dengan kajian dalam penelitian , peneliti ingin mengetahui tingkat
produksi tertinggi pada setiap perlakuan, baik dengan ampuran media jagung
atau ekatul. Sebagai uji coba peneliti melakukan pengamatan dan penimbangan
untuk 3 kali petik.
Page 40
xl
Untuk memberikan gambaran mengenai proses penelitian dapat disajikan
ranah kerangka berfikir dalam bagan berikut ini :
KERANGKA PENELITIAN
PRODUKSI JAMUR TIRAM
CAMPURAN MEDIA
Page 41
xli
Gambar 2.1 : Kerangka penelitian
Keterangan :
1. Konsentrasi campuran media (formula) media jagung dan bekatul masing- masing :
10 %
20 %
30 %
PRODUKSI RATA-RATA MEDIA JAGUNG KOMPOSISI 10 %, KOMPOSISI 20 % KOMPOSISI 30%
PRODUKSI RATA-RATA MEDIA BEKATUL KOMPOSISI 10 %, KOMPOSISI 15 % ( KONTROL ) KOMPOSISI 20 % KOMPOSISI 30%
PRODUKSI RATA-RATA PADA KOMPOSISI MEDIA ANTARA
JAGUNG DAN BEKATUL
BEKATUL 10 %,15 %,20 %, 30 %
JAGUNG 10 %,20 %, 30 %
SERBUK GERGAJI 90 %,85 %, 80 %, 70 %
FORMULASI MEDIA
Page 42
xlii
2. Setiap log (bag log) dengan perhitungan 100 %
D. Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan tingkat produksi jamur tiram pada media campuran serbuk gergaji
dengan tepung jagung dan bekatul.
2. Adanya tingkat produksi rata-rata tertinggi jamur tiram pada media campuran
serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuran media tepung jagung.
3. Adanya tingkat produksi rata – rata tertinggi jamur tiram pada media campuran
serbuk gergaji dengan beberapa komposisi campuran bekatul.
Page 43
xliii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Brokoh, Desa Pancurwening, Kecamatan
Wonosobo, Kabupaten Wonosobo, tepatnya pada petani jamur tiram milik Bapak
Fajar Sodiqi.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian mulai dari persiapan sampai dengan waktu panen ( petik
) , mulai dari petik 1 sampai dengan petik 3 sebagai sample analisa data
membutuhkan waktu sekitar 3 bulan yaitu dari bulan September 2009 sampai
dengan bulan November 2009.
a. Jenis Penelitian / Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen.
1.1 Variabel Penelitian.
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk diamati. (
Soegiyono, 1999 : 22 ). Dalam penelitian variabel yang digunakan sebagai
acuan penelitian meliputi :
a. Variabel bebas
- Serbuk gergaji ( media dasar )
Page 44
xliv
- Media Jagung ( media campuran )
- Media bekatul ( media campuran )
- Media kapur ( media penunjang )
- Bibit jamur
b. Variabel terikat
Hasil produksi jamur tiram dengan media jagung dan bekatul
pada komposisi campuran 10%,20% dan 30%.
1.2 Alat dan Bahan
1.2.1 Alat meliputi :
- Kantong plastik
- Pralon
- Kapas
- Alumuniom Foil/ karet
- cangkul
- Sekop
- Ember plastic
- Pisau /pinset
1.2.2 Bahan meliputi :
- Serbuk kayu ( serbuk gergaji )
- Bekatul / jagung
- Kapur / kawur
- Gips
- Bibit jamur
Page 45
xlv
B. Prosedur Penelitian
Penelitian dengan metode percobaan atau eksperimen. Experimen adalah
observasi di bawah kondisi buatan yang dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian
peneliti eksperimental adalah peneliti yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol sebagai bahan kajian
terhadap hasil penelitian. ( Nazir, 1999 : 74 ). Adapun penelitian yang dilakukan
peneliti dengan menggunakan berbagai perlakuan :
a. Media yang digunakan :
1) Serbuk gergaji sebagai media baku
2) Jagung sebagai madia campuran
3) Bekatul sebagai media campuran
4) Kapur atau kawur sebagai madia penunjang
5) Bibit jamur tiram
Peneliti ingin mencari tingkat produksi optimal dari berbagai perlakuan
antara jagung dan bekatul.
b. Konsentrasi komposisi media.
Dalam percobaan ini menggunakan persentase ( % ) pada setiap polybag sebagi
media tanam dengan berat satuan kilogram ( kg ).
Rincian perlakuan sebagai berikut :
Page 46
xlvi
1. Campuran media serbuk gergaji ( 85 % ) dan campuran media bekatul ( 15 %
) sebagai media kontrol.
2. Campuran media serbuk gergaji ( 90% ), untuk media jagung ( 10%)
3. Campuran media serbuk gergaji ( 80% ) , untuk media jagung ( 20%)
4. Campuran media serbuk gergaji ( 70% ), untuk media jagung ( 30%
5. Campuran media serbuk gergaji ( 90% ) ,untuk media bekatul ( 10% )
6. Campuran media serbuk gergaji ( 80% ), untuk media bekatul ( 20%)
7. Campuran media serbuk gergaji ( 70 % ) , untuk media bekatul ( 30% )
c. Hasil budidaya
Jika kondisi normal dengan budidaya idial dalam satu periode tanam dapat
panen ( petik ) 8 samapai 10 kali petik. Indikator dalam percobaan ini , peneliti
melakukan pengamatan 3 kali dengan 7 perlakuan dari berbagai komposisi
campuran.
d. Tehnik Penelitian.
Tehnik penelitian yang digunakan dengan metode eksperimen. Data pendukung
diperoleh melalui pengamatan mulai dari persiapan sampai dengan petik ( panen
).
C. Rancangan Penelitian
a. Tahap persiapan
Menyiapkan 105 polybag yang terdiri dari 15 poly bag sebagai media control,15
polybag dengan konsentrasi campuran media jagung 10%, 15 polybag dengan
konsentrasi campuran media jagung 20 %, dan 15 polybag dengan konsentrasi
Page 47
xlvii
campuran media jagung 30 %. Sedangkan konsentrasi campuran media bekatul
masing – masing 15 poybag dengan konsentrasi 10 %, 15 polybag 20 % dan 15
polybag 30 %.
b. Tahap pelaksanaan
Untuk memberi kemudahan dalam penyusunan rancangan percobaan dari
berbagai konsentrasi (10 %,15 %, 20 %, 30 % ) dibuat skematis atau gambar
desain pada gambar 3, desain eksperimen sebagai berikut.
BUDIDAYA JAMUR
MEDIA JAGUNG KONTROL PETANI MEDIA BEKATUL
BEKATUL
10 % 20% 30 % 15 % 10 % 20% 30 % J1P1
J1P2 J1P3 B1P4 B1P1 B1P2 B1P3
1 1 1 1 1 1 1
J1P1 J1P2 J1P3 B1P4 B1P1 B1P2 B1P3
2 2 2 2 2 2 2
J1P1 J1P2 J1P3 B1P4 B1P1 B1P2 B1P3
3 3 3 3 3 3 3
J1P1 J1P2 J1P3 B1P4 B1P1 B1P2 B1P3
4 4 4 4 4 4 4
… …… …… …… …… ……. ……
J1P1 J1P2 J1P3 B1P4 B1P1 B1P2 B1P3
15 15 15 15 15 15 15
Page 48
xlviii
Gambar 3.1 desain eksperimen
Keterangan :
J1 = Media jagung
B1 = Media bekatul
B1 P4 = Kontrol (Petani Jamur )
P1 = Konsentrasi Media jagung /bekatul 10 %
P2 = Konsentrasi Media jagung /bekatul 20 %
P3 = Konsentrasi Media jagung /bekatul 30 %
P4 = Konsentrasi Media bekatul 15 %
1. Memilih dan menyiapkan media penanaman baik media percobaan
sebagai kontrol,dipilih jenis media jagung dan bekatul sesuai kualitas
baik.
2. Mengunakan bibit jamur sesuai dengan standar yang di pakai para petani
jamur.
3. Menentukan tempat yang di pakai petani jamur dengan melakukan
eksperimen yang aman dan sasuai kondisi lingkungan optimal.
4. Mempersiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan
dalam uji coba mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai masa
penanaman.
c. Tahap akhir / panen
1. Setelah miselium penuh dan membutuhkan waktu 50–60 hari, maka
tumbuh buah jamur dan siap panen setelah sekitar 7 sampai 10 hari.
Page 49
xlix
2. Setiap baglog J1P2, J1P3,B1P4, B1P1, B1P2, B1P3. yang tumbuh jamur
diadakan penimbangan satu persatu dan di cacat dalam tabel pengamatan
dan selanjutnya di analisis.
D. Analisa Data Penelitian
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya diadakan analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik ANAVA. Adapun langkah-langkah
analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Pada penelitian ini untuk uji normalitas digunakan Lilliefors, prosedur uji
normalitas populasi dengan mengunakan Lilliefors adalah sebagai berikut :
1. Hitung rata – rata ( X )
( )åå ×
=fi
xifix
2. Hitung standar deviasi ( simpangan baku)
( )
( )
22
1-
×-×= å
nN
xifixifins
3. Tentukan batas – batas kelas interval
4. Tentukan nilai standar Z
s
xxiZi
-=
5. Menentukan luas di bawah kurva normal untuk interval ke satu ke dua dan
seterusnya dengan mengunakan daftar F.
Page 50
l
6. Susun daftar frekuensi yang di harapkan dan frekuensi pengamatan.
Selanjutnya gunakan rumus.
X² = Σ ( Oi – Ei ) ²
I = 1 Ei
7. Banyak kelas interval
8. Derajad kebebasan untuk distribusi chi kuadrat adalah dk = k-1
9. Selanjutnya lihat daftar H, untuk di distribusi
10. Simpulan
a. X² hitung <X² tabel, populasi berdistribusi normal
b. X² hitung >X² tabel, populasi berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variasi yang homogen atau heterogen. Uji homogen dalam
penelitian ini menggunakan ui F dengan prosedur sebagai berikut :
1. Hipotesis
Ho = s²1 = s ²2 = ……… s²k ( populasi homogen )
H1 = paling sedikit satu variasi yang berbeda
(bukan populasi homogen)
2. Tingkat Signifikansi : α = 0,05
3. Uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (
DMRT ) pada taraf 5 %.
4. Keputusan uji menyatakan bahwa rata-rata perlakuan menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 95 %
Page 51
li
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Produksi Jamur Tiram ( Pleorotus ostreatus )
Orientasi pada peningkatan kesejahteran masyarakat ditempuh berbagai upaya
salah satu diantaranya melalui proses produksi , supaya hasil produksi tersebut
mempunyai nilai tambah atau nilai kegunaan. Peluang usaha di bidang industri perlu
untuk dikembangkan melaui proses budidaya adalah produksi jamur tiram.Jamur
tiram dibudidayakan karena memenuhi standar gizi sebagai makanan yang dapat
dikonsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan akan jamur tiram yang terus mengalami
peningkatan , maka perlu diupayakan secara maksimal. Berbagai upaya telah
ditempuh dalam rangka untuk peningkatan produksi melalui diklat, penyuluhan dan
tehnik budidaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya
masyarakat.
B. Campuran Serbuk Gergaji
Dari segi agronomi, jamur tiram dapat tumbuh secara alami pada batang pohon
yang mengalami pelapukan. Dalam perkembangan tehnologi modern, penanaman
jamur tiram dilakukan dalam polybag dengan media serbuk gergaji. Penggunaan
serbuk kayu ( gegajian ) sebagai bahan utama, serbuk kayu jenis sengon ( Albazia
falcataria ) merupakan salah satu media yang cukup baik untuk campuran utama
budidaya jamur tiram.
Maka dalam percobaan ini peneliti menggunakan serbuk kayu sengon (Albazia
falcataria ) sebagai media utama dalam budidaya jamur tiram.
Page 52
lii
C. Komposisi Media Jagung dan Bekatul
1. Komposisi Media Jagung
Jagung merupakan media tambahan dalam budidaya jamur tiram, karena
pertumbuhan jamur juga memerlukan makanan berupa nutrisi seperti protein,
karbohidrat, glukosa atau sukrosa yang dapat menyediakan energi yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan jamur tiram, ini semua dimiliki oleh media jagung. Adapun
komposisi campuran dalam media jagung yaitu : konsentrasi 10%, 20%, dan 30%,
untuk mengetahui tingkat produksi oftimal.
2. Komposisi Media Bekatul
Bekatul merupakan salah satu limbah penggilingan padi. Walaupun
merupakan limbah dari penyosohan padi, namun mempunyai kandungan nutrisi
yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan budidaya jamur tiram. Sangat
dianjurkan penggunaan media bekatul untuk media campuran benar-benar bekatul
yang masih baru. Adapun komposisi campuran dalam media bekatul pada
konsentrasi 10%,20% dan 30%, untuk mengetahui tingkat produksi maksimal.
Untuk mengetahui hasil penelitian dalam budidaya jamur tiram, peneliti
menyajikan data hasil penelitian sebagai berikut :
D. Produksi rata-rata tiap perlakuan berdasarkan waktu petik ( panen )
1. Petik ( Panen ) 1
Setelah melalui masa inkubasi yaitu masa pertumbuhan miselium antara 50–60
hari, maka akan tumbuh jamur hingga mencapai pertumbuhan optimal. Distribusi
Page 53
liii
frekuensi produksi rata-rata berdasarkan waktu panen disajikan dalam tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi produksi jamur tiram petik 1
Media Jagung Media Bekatul
No log Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
J1 P1 ( gr)
J1 P2 ( gr)
J1 P3 ( gr)
B1 P4 ( gr)
B1 P1 ( gr)
B1 P2 ( gr)
B1 P3 ( gr)
1 175 180 170 100 153 150 225 2 145 130 155 102 175 110 200 3 140 170 170 265 155 150 110 4 130 141 125 215 165 130 200 5 172 171 117 116 124 175 255 6 181 174 162 220 120 134 213 7 103 155 172 125 95 181 112 8 125 152 182 76 150 125 155 9 115 127 103 117 192 160 216 10 112 104 107 75 96 115 112 11 85 107 126 116 106 125 235 12 126 87 124 102 145 132 114 13 108 117 103 106 136 186 123 14 156 148 126 137 124 131 147 15 172 174 148 146 97 110 126
Jmh 136 142 139 135 136 141 170
Keterangan :
J1 P1 : Media jagung, konsentrasi media 10 %
J1 P2 : Media jagung, konsentrasi media 20 %
J1 P3 : Media jagung, konsentrasi media 30 %
B1 P4 : Media bekatul, konsentrasi media 15 % ( media kontrol )
B1 P1 : Media bekatul, konsentrasi media 10 %
Page 54
liv
B1 P2 : Media bekatul, konsentrasi media 20 %
B1 P3 : Media bekatul, konsentrasi media 30 %
GRAFIK PETIK 1
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Jagung 10% Jagung 20% Jagung 30% Bekatul 15% Bekatul 10% Bekatul 20% Bekatul 30%
J1 P1 J1 P2 J1 P3 B1 P4 B1 P1 B1 P2 B1 P3
KONSENTRASI
HA
SIL
PR
OD
UK
SI
Gambar 4.1 Histogram produksi jamur tiram petik 1
Distribusi frekuensi produksi rata-rata jamur tiram pada petik 1 tampak bahwa
tingkat produksi rata-rata paling tinggi untuk media campuran, tepung jagung berada
pada komposisi campuran 20 % dengan tingkat rata-rata produksi 142 gram sedang
untuk campuran bekatul berada pada komposisi campuran 30 % dengan tingkat
produksi 170 gram.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi campuran dalam budi
daya jamur tiram mempunyai pengaruh cukup baik sepanjang tingkat komposisi
campuran berada pada kalkulasi yang tepat. Hal ini tampak pada komposisi campuran
tepung jagung yang paling baik pada komposisi campuran 20 % sedang untuk bekatul
pada komposisi 30 %, ada kecenderungan semakin tinggi tingkat komposisi campuran
produksi jamur semakin meningkat.
Page 55
lv
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi produksi jamur tiram petik 2
Media Jagung Media Bekatul No Log Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
J1 P1 ( gr)
J1 P2 ( gr)
J1 P3 ( gr)
B1 P4 ( gr)
B1 P1 ( gr)
B1 P2 ( gr)
B1 P3 ( gr)
1 125 165 70 115 180 115 190 2 132 152 80 114 110 176 85 3 117 144 98 153 70 78 225 4 108 125 108 85 165 95 140 5 89 131 82 145 80 182 115 6 123 182 154 84 115 73 86 7 120 103 128 145 100 175 240 8 90 78 170 245 95 156 231 9 114 110 86 155 85 92 70 10 85 98 78 170 104 185 87 11 106 121 69 132 126 108 112 12 156 210 146 260 97 124 127 13 113 127 124 153 116 146 152 14 106 121 157 96 142 117 88 15 126 106 108 103 87 108 116 114 132 111 144 111 129 138
Keterangan :
J1 P1 : Media jagung, konsentrasi media 10 %
J1 P2 : Media jagung, konsentrasi media 20 %
J1 P3 : Media jagung, konsentrasi media 30 %
B1 P4 : Media bekatul, konsentrasi media 15 % ( media kontrol )
B1 P1 : Media bekatul, konsentrasi media 10 %
B1 P2 : Media bekatul, konsentrasi media 20 %
B1 P3 : Media bekatul, konsentrasi media 30 %
Page 56
lvi
GRAFIK PETIK 2
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jagung10%
Jagung20%
Jagung30%
Bekatul15%
Bekatul10%
Bekatul20%
Bekatul30%
J1 P1 J1 P2 J1 P3 B1 P4 B1 P1 B1 P2 B1 P3
KONSENTRASI
HA
SIL
PR
OD
UK
SI
Gambar 4.2 Histogram produksi jamur tiram petik 2
Distribusi frekuensi produksi rata-rata jamur tiram pada petik 2 tampak bahwa
tingkat produksi rata-rata paling tinggi untuk media campuran, tepung jagung berada
pada komposisi campuran 20 % dengan tingkat rata-rata produksi 132 gram sedang
untuk campuran bekatul berada pada komposisi campuran 30 % dengan tingkat
produksi 138 gram.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi campuran dalam budi
daya jamur tiram tampak pada komposisi campuran tepung jagung yang paling baik
pada komposisi campuran 20 % sedang untuk bekatul pada komposisi 30 %. Namun
dalam hal ini jika dibandingkan dengan petik 1 maka tingkat produksi mengalami
penurunan, hal ini disebabkan tingkat nutrisi pada komposisi campuran semakin
berkurang.
Page 57
lvii
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi produksi jamur tiram petik 3
Media Jagung Media Bekatul No Log Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
J1 P1 ( gr)
J1 P2 ( gr)
J1 P3 ( gr)
B1 P4 ( gr)
B1 P1 ( gr)
B1 P2 ( gr)
B1 P3 ( gr)
1 115 135 156 141 115 110 128 2 168 109 145 75 90 125 146 3 116 175 108 125 115 135 251 4 138 156 127 120 104 152 97 5 93 147 98 98 98 108 118 6 84 116 77 116 207 116 115 7 76 78 98 181 98 172 111 8 106 56 86 116 108 78 98 9 87 98 106 95 189 187 216 10 108 216 126 108 117 119 172 11 134 136 98 124 123 127 132 12 108 97 162 107 118 109 98 13 134 137 138 98 116 108 97 14 147 146 134 124 107 116 162 15 117 106 117 116 96 98 107 115 127 118 116 120 124 137
Keterangan :
J1 P1 : Media jagung, konsentrasi media 10 %
J1 P2 : Media jagung, konsentrasi media 20 %
J1 P3 : Media jagung, konsentrasi media 30 %
B1 P4 : Media bekatul, konsentrasi media 15 % ( media kontrol )
B1 P1 : Media bekatul, konsentrasi media 10 %
B1 P2 : Media bekatul, konsentrasi media 20 %
B1 P3 : Media bekatul, konsentrasi media 30 %
Page 58
lviii
GRAFIK PETIK 3
100
105
110
115
120
125
130
135
140
Jagung 10% Jagung 20% Jagung 30% Bekatul 15% Bekatul 10% Bekatul 20% Bekatul 30%
J1 P1 J1 P2 J1 P3 B1 P4 B1 P1 B1 P2 B1 P3
KONSENTRASI
HA
SIL
PR
OD
UK
SI
Gambar 4.3. Histogram produksi jamur tiram petik 3
Distribusi frekuensi produksi rata-rata jamur tiram pada petik 2 tampak bahwa
tingkat produksi rata-rata paling tinggi untuk media campuran, tepung jagung berada
pada komposisi campuran 20 % dengan tingkat rata-rata produksi 127gram sedang
untuk campuran bekatul berada pada komposisi campuran 30 % dengan tingkat
produksi 137 gram.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi campuran dalam budi
daya jamur tiram tampak pada komposisi campuran tepung jagung yang paling baik
pada komposisi campuran 20 % sedang untuk bekatul pada komposisi 30 %. Namun
dalam hal ini jika dibandingkan dengan petik 1 maka tingkat produksi mengalami
penurunan, hal ini disebabkan tingkat nutrisi pada komposisi campuran semakin
berkurang.
Page 59
lix
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi produksi jamur tiram petik 1,2,3
Nilai Rata-rata (Petik 1, 2, 3) dalam gram
Media Jagung Media Bekatul No Log Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi Produksi
J1 P1 ( gr)
J1 P2 ( gr)
J1 P3 ( gr)
B1 P4 ( gr)
B1 P1 ( gr)
B1 P2 ( gr)
B1 P3 ( gr)
1 135 160 132 119 149 125 181 2 148 130 127 97 125 137 144 3 124 163 125 181 113 121 195 4 125 141 120 140 145 126 146 5 118 150 99 120 101 155 163 6 129 157 131 140 147 108 138 7 100 112 133 150 125 176 154 8 107 95 146 146 118 120 161 9 105 112 98 122 155 146 167 10 102 139 104 118 106 140 124 11 108 121 98 124 118 120 160 12 130 131 144 156 120 122 113 13 118 127 122 119 123 147 124 14 136 138 139 119 124 121 132 15 138 129 124 122 93 105 116 122 134 123 131 124 131 148
Keterangan :
J1 P1 : Media jagung, konsentrasi media 10 %
J1 P2 : Media jagung, konsentrasi media 20 %
J1 P3 : Media jagung, konsentrasi media 30 %
B1 P4 : Media bekatul, konsentrasi media 15 % ( media kontrol )
B1 P1 : Media bekatul, konsentrasi media 10 %
B1 P2 : Media bekatul, konsentrasi media 20 %
B1 P3 : Media bekatul, konsentrasi media 30 %
Page 60
lx
GRAFIK RATA-RATA PRODUKSI
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Jagung 10% Jagung 20% Jagung 30% Bekatul15%
Bekatul10%
Bekatul20%
Bekatul30%
J1 P1 J1 P2 J1 P3 B1 P4 B1 P1 B1 P2 B1 P3
KONSENTRASI
HA
SIL
PR
OD
UK
SI
Gambar 4.4 Histogram produksi jamur tiram petik 1,2, 3
Distribusi frekuensi produksi rata-rata jamur tiram pada petik 1,2 dan 3 dari 7
perlakuan tampak bahwa tingkat produksi rata-rata paling tinggi untuk media campuran,
tepung jagung berada pada komposisi campuran 20 % dengan tingkat rata-rata produksi
133,67 gram sedang untuk campuran bekatul berada pada komposisi campuran 30 %
dengan tingkat produksi 148,33 gram.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk komposisi campuran dalam
budi daya jamur tiram tampak pada komposisi campuran tepung jagung harus selektif
karena produksi rata-rata berada pada komposisi campuran 20 % sedang untuk bekatul
pada komposisi 30 %. Walaupun demikian hasil analisa menunjukkan semakin tinggi
tingkat komposisi campuran produksi jamur tiram semakin meningkat.
1. Data Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Page 61
lxi
Data produksi jamur tiram putih dengan media jagung terdiri 15 polybag pada
masing-masing tingkat konsentrasi media berbeda. Pada tingkat konsentrasi 10%
mempunyai rentang nilai 100 sampai 148 dengan rata-rata 121.5333 dan standar
deviasinya 14.74966.
Sedangkan untuk produksi jamur tiram putih untuk pada tingkat konsentrasi 20%
mempunyai rentang nilai 95 sampai 163 dengan rata-rata 133.6667 dan standar
deviasinya 19.17464.
Data hasil produksi jamur tiram putih pada tingkat konsentrasi 30 %
mempunyai rentang nilai 98 sampai 146 dengan rata-rata 122.8000 dan standar
deviasinya 16.23136
Deskripsi data bobot produksi jamur tiram media jagung ditunjukkan pada tabel
4.5.
Tabel 4.5. Deskripsi Data Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi Jumlah
Data
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi Rata-rata
Jagung 10% 15 100 148 121,33
Jagung 20% 15 95.0 163.0 133.67
Jagung 30% 15 98.0 146.0 122.67
Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih dengan tingkat konsentrasi 10%
disajikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi (10%)
Page 62
lxii
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi (10%) No Kelas Interval
Absolut Relatif 1 100-109 5 33.3 2 110-119 2 13.3 3 120-129 3 20.0 4 130-139 4 26.7 5 140-149 1 6.7 15 100
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi (10%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 100-109 ,
yaitu sebesar 33,3%. Skor terendah terdapat pada interval 140-149 sebanyak 6,7%.
Gambar 4.5 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung konsentrai 10%
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi (20%)
No Kelas Interval Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi (20%)
Page 63
lxiii
Absolut Relatif 1 95-108 1 6.7 2 109-122 3 20.0 3 123-136 4 26.7 4 137-150 4 26.7 5 151-164 3 20.0 15 100
Gambar 4.6 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi 20%
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi (20%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 123-136 dan
137-150 , yaitu sebesar 26.7%. Skor terendah terdapat pada interval 95-108 sebanyak
6,7%.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi (30%)
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi (30%) No Kelas Interval
Absolut Relatif 1 90-101 3 20.0
Page 64
lxiv
2 102-113 1 6.7 3 114-125 4 26.7 4 126-137 4 26.7 5 138-149 3 20.0 15 100
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi (10%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 114-125 dan
126-137, yaitu sebesar 26,7%. Skor terendah terdapat pada interval 102-113 sebanyak
6,7%.
Gambar 4.7 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung Konsentrasi 30%
Page 65
lxv
2. Data Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Data produksi jamur tiram putih dengan media bekatul terdiri 15 polybag pada
masing-masing tingkat konsentrasi media berbeda. Pada tingkat konsentrasi 10%
mempunyai rentang nilai 93 sampai 155 dengan rata-rata 124.1333 dan standar
deviasinya 18.09051.
Sedangkan untuk produksi jamur tiram putih untuk pada tingkat konsentrasi 20%
mempunyai rentang nilai 105 sampai 176 dengan rata-rata 131.2667 dan standar
deviasinya 18.87351.
Data hasil produksi jamur tiram putih pada tingkat konsentrasi 30 %
mempunyai rentang nilai 113 sampai 195 dengan rata-rata 147.8667 dan standar
deviasinya 23.91911.
Deskripsi data bobot petsai basah tanpa akar dengan limbah padat dapat
ditunjukkan pada tabel 4.9
Tabel 4.9. Deskripsi Data Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Konsentrasi Jumlah
Data
Nilai
Terendah
Nilai
Tertinggi Rata-rata
Bekatul 10% 15 93.0 155.0 124.13 Bekatul 20% 15 105.0 176.0 131.27 Bekatul 30% 15 113.0 195.0 148.33
Distribusi frekuensi produksi jamur tiram putih dengan tingkat konsentrasi 10%
disajikan dalam tabel 4.10
Page 66
lxvi
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi (10%)
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Konsentrasi (10%) No Kelas Interval
Absolut Relatif 1 93-105 3 20.0 2 106-118 3 20.0 3 119-131 5 33.3 4 132-144 1 6.7 5 145-158 3 20.0 15 100
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media bekatul Konsentrasi (10%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 119-131,
yaitu sebesar 33,3%. Skor terendah terdapat pada interval 132-144 sebanyak 6,7%.
Gambar 4.8 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi 10%
Page 67
lxvii
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi (20%)
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Konsentrasi (20%) No Kelas Interval
Absolut Relatif 1 105-119 4 26.7 2 120-134 5 33.3 3 135-149 4 26.7 4 150-164 1 6.7 5 165-179 1 6.7 15 100
Gambar 4.9 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi 20%
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media bekatul Konsentrasi (20%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 120-134,
yaitu sebesar 33,3%. Skor terendah terdapat pada interval 150-164 dan 165-179 masing-
masing sebanyak 6,7%.
Page 68
lxviii
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi (30%)
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Konsentrasi (30%) No Kelas Interval
Absolut Relatif 1 112-130 4 26.7 2 131-149 4 26.7 3 150-168 5 33.3 4 169-187 1 6.7 5 188-206 1 6.7 15 100
Frekuensi Produksi Jamur Tiram Putih Media bekatul Konsentrasi (10%)
nampak bahwa prosentase skor yang paling banyak terdapat pada interval 150-168 ,
yaitu sebesar 33,3%. Skor terendah terdapat pada interval 169-187 dan 188-206 masing-
masing sebanyak 6,7%.
Gambar 4.10 Histogram Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi 30%
Page 69
lxix
E. Analisis Hasil Pengujian
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
a. Produksi Jamur Tiram Putih Media Jagung
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Jamur Tiram Putih Media Jagung
Konsentrasi Lilliefors hitung Lilliefors tabel Keterangan
Jagung 10% 0.0920 0.2200 Normal
Jagung 20% 0.1467 0.2200 Normal
Jagung 30% 0.2153 0.2200 Normal
Pada konsentrasi 10 % produksi jamur tiram putih media jagung diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.0920 sedang lilliefors tabel 0,200, dengan demikian H0 diterima, ini
berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
Pada konsentrasi 20 % produksi jamur tiram putih media jagung diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.1467 sedang lilliefors tabel 0,200, dengan demikian H0 diterima, ini
berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
Pada konsentrasi 30 % produksi jamur tiram putih media jagung diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.2153 sedang lilliefors tabel 0,200, dengan demikian H0 diterima, ini
berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
Page 70
lxx
b. Produksi Jamur Tiram Putih Media Bekatul
Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Jamur Tiram Putih Media Bekatul Konsentrasi Lilliefors terhitung Lilliefors tabel Keterangan
Bekatul 10% 0.2153 0.2200 Normal
Bekatul 20% 0.1073 0.2200 Normal
Bekatul 30% 0.1073 0.2200 Normal
Pada konsentrasi 10 % produksi jamur tiram putih media bekatul diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.2153 sedang lilliefors tabel 0.2200, dengan demikian H0 diterima,
ini berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
Pada konsentrasi 20 % produksi jamur tiram putih media bekatul diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.1073 sedang lilliefors tabel 0.2200, dengan demikian H0 diterima,
ini berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
Pada konsentrasi 30 % produksi jamur tiram putih media bekatul diperoleh harga
lilliefors hitung = 0.1073 sedang lilliefors tabel 0.2200, dengan demikian H0 diterima,
ini berarti sampel berasal dan populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homgenitas
Untuk uji homogenitas digunakan uji varians. Dari hasil perhitungan diperoleh
harga statistik varians = 0,888 dengan sinifikansi 0,493. Dengan demikian H0 diterima.
Ini berarti sampel berasal dan populasi yang homogen.
Page 71
lxxi
F. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Anava Univariate
Dalam penelitian ini melibatkan dua vaniabel. Varibel pertama adalah produksi
jamur tiram putih yang terdiri dari tiga perlakuan yaitu pertama diberi media tanaman
dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Varibel kedua adalah jenis media. Media
yang digunakan yaitu media jagung dan media bekatul.de ngan tingkat signifikan 5 %
atau DMRT 95 %.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariate dengan analisis uji Duncan
Multiple Range Test ( DMRT ) dapat dilihat pada lampiran
Hasil pengujian hipotesis
Dalam penelitian ini melibatkan 2 variabel yaitu variabel komposisi media dan hasil
produksi. Dari susunan rata-rata perlakuan diperoleh data sebagai berikut ;
Perlakuan Rata-rata e 122.33 c 122.67 d 127.00 a 128.33 f 131.33 b 133.67 g 148.33
Dari susunan purata perlakuan diperoleh susunan data sebagai berikut : E C D A F B G 122.33 122.67 127.00 128.33 131.33 133.67 148.33
a b Kesimpulan: rata-rata perlakuan yang dihubungkan dengan garis lurus di bawahnya
menunjukkan tidak berbeda nyata
Page 72
lxxii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan tentang
produksi jamur tiram dengan pemberian komposisi media antara jagung dengan bekatul
di Kabupaten Wonosobo, dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Ada perbedaan tingkat produksi jamur tiram dalam pemberian komposisi media
tanam berupa campuran serbuk gergaji dengan komposisi media jagung dan bekatul
2. Produksi rata-rata tertinggi jamur tiram pada media campuran media serbuk gergaji
dengan komposisi media tepung jagung pada konsentrasi 20 % sebesar 133,67
3. Produksi rata-rata tertinggi jamur tiram pada media campuran media serbuk gergaji
dengan komposisi media bekatul pada konsentrasi 30 % sebesar 148,33
B. Saran
Berdasarkan pada teori-teori yang ada dan hasil di lapangan maka penulis
memberikan sedikit saran sebagai berikut :
1. Tepung jagung dan bekatul cukup baik sebagai campuran dalam budidaya jamur
tiram dengan media dasar serbuk gergaji.
2. Tingkat konsentrasi yang paling baik dari 3 komposisi campuran 10 %, 20 %
dan 30 % untuk media tepung jagung dan bekatul yaitu konsentrasi 20 % media
tepung jagung dengan berat rata-rata 133,67 gr, sedang media bekatul
konsentrasi 30 % dengan berat rata-rata 148,33 gr.
Page 73
lxxiii
3. Perlu ada uji lanjut untuk mengetahui biaya produksi paling rendah dari 3
komposisi campuran antara media tepung jagung dan bekatul.
DAFTAR PUSTAKA
Page 74
lxxiv
Abdul K.P, 2002. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram. Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru.
Jurnal Natur Indonesia 5 ( 2 ) : 152 – 156 ( 2003 ) Budiarso, T. Y, 1999. Jamur Tiram Pelatihan Pembibitan dan Budidaya.
Program Pengabdian Masyarakat, Lembaga Kajian Studi Lingkungan Hidup . Yogyakarta
Brock, T.D. dan T.M. Michael, 1991. Biology of Microorganisme . New York : Prentice Hall
Daryanto, 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo. Dinas Pertanaian Jawa Timur, 2007. Budidaya Jamur Tiram, Surabaya. D. Winatasasmita, 2000. Biologi 1 Edisi Revisi 1. Dpartemen Pendidikan Nasional ,
Balai Pustaka, Jakarta. H. Sunanto, 2000. Budidaya Jamur Tiram , Edisi 1. CV . Aneka Ilmu , Anggota IKAPI,
Semaran Henky T.H, Netty Widiyastuti, Donowati, 2008. Teknologi Bioproses dan Produksi
Jamur Tiram Guna Peningkatan Nilai Tambah Petani. Pustaka Iptek J. Saint dan Teknologi BPPT. (3) : 1 – 3. Henkisnal@ Hotmail.com.
Indomedia, 2000. Manfaat Serbuk Gergaji. “ Indomedia, com/Intisari/2000/April. Johan.W, 2005. Kandungan Zat Gizi Jagung . www. Republika.co.id. Mon. 22 Agust,
2005. Krisnadi, 2008. Keunggulan dan Cara Budidaya Jamur Tiram, Pontianak. Mahrup. K, 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Murah Dengan Media Murah, Edisi
325. www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Maret,3,2005. Nazir. M, 1999. Metode Penelitian. Jakarta, Galia Indonesia. Nila. F.W,2008.” Kemampuan Bakteri Acetobacter – Xylinum Mengubah Selulosa
Sebagai Bahan Kertas “ Tesis . TIP – FTP . Universitas Brawijaya Malang. Rahmat R, 1997. Usaha Tani Jagung ,Edisi 3. Kanisius (Anggota IKAPI) Yogyakarta Sumiati dan Herbagiandono.” Pengaruh Penambahan Molase Dan Penggunaan Dedak
Sebagai Pengganti Bekatul Pada Media Tanam Terhadap Pertmbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih”. Tesis. ITB Central Libray, Bandung.
Page 75
lxxv
Siswono, 2002. Jamur Tiram Untuk Antikolesterol.Harian Umum Kompas, 30 Agustus 2002.
S. Sumarsih, 2008. Budidaya Jamur Tiram Dengan Berbagai Media. Sumarsih
07.wordpress. com, 2008. Sugiyono, 1999. Statistik Penelitian . Bandung, Alfabeta. UNBRAW, 2008. Kemampuan Bakteri Acetobac. Laboratorium Bioindustri TIP-FTP ,
Malang. Kemampuan Bakteri Acetobac- xylinum. Html. Wikipedia, 2010. Jamur Tiram. “ http; / id. Wikipedia. Org/wiki/Jamur Tiram” Winarno. E.K, Aryati, dan Yulidar, 1993. Identifikasi Genetic Melalui Elektroforesis
Fosfatase Asama Dari Tanaman Padi. Zurial 4 ( 2 ) 120 – 125.