Page 1
MAKALAHPROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM REFORMASI DAN
KONSEPSI PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPANDisusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah:
Filsafat PendidikanDosen Pengampu : Afiful Ikhwan,M.Pd.
Oleh :
Yuni Anjarwati 2013471906
Rochmad Jaeni 2013471953
(Kelompok:11)
Prodi Pendidikan Agama Islam/Madin B Semester
IV
Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)
1
Page 2
Tulungagung
Maret 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul Problematika pendidikan
dalam reformasi dan konsepsi pendidikan Indonesia masa
depan. Makalah ini untuk memenuhi tugas dari bapak
Afiful Ikhwan,M.Pd.I selaku dosen matakuliah Filsafat
Pendidikan semester genap.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku ketua STAI
Muhammadiyah Tulungagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan,M.Pd.I, selaku dosen pengampu
Filsafat Pendidikan STAI Muhammadiyah.
3. Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
yang ada, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
2
Page 3
dapat bermanfaat bagi pembaca dan memperlancar
pelaksanaan pembelajaran tentang Filsafat Pendidikan di
STAI Muhammadiyah Tulungagung.
3
ii
Page 4
DAFTAR ISI
COVER JUDUL ................................... i
KATA PENGANTAR ................................ ii
DAFTAR ISI .................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............... 1
B. Rumusan Masalah ....................... 2
C. Tujuan Masalah ....................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................. 2
A. Problematika Pendidikan dalam era Reformasi
..........................................2
B. Konsepsi pendidikan Indonesia Masa depan
..........................................3
BAB III PENUTUP ................................ 11
Kesimpulan .............................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................ 12
4
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bidang pendidikan nasional telah muncul
berbagai pendapat dan pandangan mengenai perlunya
reformasi pendidikan nasional. Maraknya tuntutan
reformasi total dalam kehidupan berbangsa termasuk di
dalamnya reformasi pendidikan nasional semakin lama
semakin perlu. Proses pendidikan merupakan salah satu
tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa tujuan untuk
membangun negara yang merdeka ini untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Era reformasi dimulai tahun 1998 sejak
tumbangnya rezim Orde Baru di Indonesia yang telah
berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Jatuhnya Soeharto
dari kekuasaan pada 21 Mei 1998 digantikan oleh B.J
Habibie. Sehingga era reformasi dimulai sejak masa
pemerintahan B.J Habibie.Sistem pendidikan nasional
sangat erat kaitannya dengan kehidupan politik bangsa.
Selama Orde Baru telah tercipta suatu kehidupan yang
tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945. Ternyata
pemerintahan yang represif telah menghasilkan manusia-
manusia Indonesia yang tertekan, tidak kritis,
bertindak dan berpikir dalam acuan suatu struktur
kekuasaan yang hanya mengabdi kepada kepentingan
sekelompok kecil rakyat Indonesia.
5
Page 6
Era reformasi menuntut kembali kedaulatan
rakyat yang telah hilang itu. Dengan sendirinya pula
pendidikan nasional haruslah dikembalikan fungsinya
kepada memberdayakan masyarakat yaitu mengembalikan
kedaulatan rakyat untuk membangun dirinya sendiri.
Pendidikan nasional perlu direformasi untuk mewujudkan
visi baru masyarakat Indonesia yaitu suatu masyarakat
madani Indonesia.
Namun ketika era reformasi telah berjalan,
ternyata banyak sekali permasalahan yang muncul dalam
bidang pendidikan. Kalau pada masa Orde Baru kebebasan
individu dipasung , dimana aspek-aspek pembentukan
kepribadian yang lengkap meliputi kognitif, afektif dan
psikomotorik telah diabaikan. Justru pada era
reformasi, dimana kebebasan telah digaungkan justru
membawa dampak negatif yang berupa dekadensi moral yang
menjadi sumber dari segala macam krisis berkepanjangan.
Generasi bangsa dari yang muda sampai yang tua, dari
yang kecil sampai yang besar, dari rakyat jelata sampai
yang berkuasa hampir mengalami krisis moral. Untuk
mengatasi masalah pendidikan tersebut maka sangat perlu
diadakan perubahan dan rancangan yang lebih bagus lagi
dalam bidang pendidikan masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja problematika pendidikan dalam era
reformasi?
6
Page 7
2. Bagaimana konsepsi pendidikan Indonesia masa
depan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa saja problematika pendidikan
dalam era reformasi.
2. Untuk mengetahui konsepsi pendidikan Indonesia
masa depan.
7
Page 8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika Pendidikan dalam Era Reformasi
Reformasi merupakan pembaharuan, perubahan
paradigma lama kedalam paradigma baru sebagai langkah
perbaikan terhadap kondisi sebelumnya. Politik
pendidikan pada era reformasi didasarkan pada UU
Sisdiknas No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Tujuannya untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.1
Sistem pendidikan era reformasi diatur dalam UU
no.20 tahun 2003 diuraikan dalam indikator akan
keberhasilan/kegagalannya. Maka lahirlah peraturan
pemerintah no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas
RI. Namun pada akhirnya pelaksanaan pendidikan di era
reformasi mengalami banyak problematika yang beragam.
Dewasa ini dunia pendidikan kita mengalami empat krisis
1,Staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sunarso plit,polpend2012/pdf.diakses 27 maret 2015 pukul 06.00wib.
8
Page 9
pokok yaitu: kualitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme dan
manajemen.
a. Kualitas Pendidikan
Tidak mudah menentukan karakteristik atau
ukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas
pendidikan. Namun beberapa indikator dapat
digunakan sebagai tanda yang memberitahu tentang
kekhawatiran kita mengenai mutu dan kualitas
pendidikan di Indonesia. Beberapa indikator itu
diantaranya ada mutu guru yang masih rendah pada
semua jenjang pendidikan, alat-alat bantu proses
pembelajaran seperti buku teks, peralatan
laboratorium dan bengkel kerja belum memadai.2
Selain itu dari proses pendidikan era
reformasi ini telah menghasilkan juga potret
kondisi bangsa juga generasinya yang mengalami
krisis moral. Muhyidin Albarois dalam bukunya,
Mendidik Generasi Bangsa (2012b), menjelaskan enam
kerusakan moral secara umum yang dialami bangsa
kita,yaitu:
Pertama, “prestasi” bangsa Indonesia dimata
dunia. Saat ini dunia mengenal bangsa Indonesia
dengan “prestasi” yang amat memalukan yaitu
korupsi. Mengutip hasil survei Political and Economic
Risk Consultancy (PERC) tahun 2010, menunjukkan
Indonesia negara terkorup di Asia Pasifik,
2H.A.R.Tilaar,Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung:PT RemajaRosdakarya,2008),hal.150.
9
Page 10
mengungguli 15 negara lain. Data lain dari World
Economic Forum (WEF), melalui survey global competitivenes
index pada 2010, menempatkan Indonesia pada
rangking 44 dari 139 negara didunia. Sebelumnya
survei ini menempatkan korupsi Indonesia pada
rangking 54 (2009), rangking 55 (2008,2007) dan
rangking 50 (2006).3
Kedua, pejabat publik yang tunamoral, baik
dari kalangan eksekutif, legislatif maupun
yudikatif. Dalam ungakapan Buya Syafii Maarif
(2005), mereka menganut paham “mumpungisme”.
Jabatan bukan dipandang sebagai amanah yang harus
dipertanggungjawabkan, melainkan sebagai
kesempatan untuk meraup sebanyak-banyaknya
keuntungan pribadi.
Ketiga, penegakan hukum yang timpang.
Keadilan dinegeri ini harus dibayar dengan harga
mahal. Hukum hanya berlaku tegas pada rakyat kecil
dan miskin, seperti kasus pencurian semangka di
Kediri, kasus pemungutan sisa kapas di Tegal yang
mana mereka melakukan itu karena masalah perut.
Ketika mereka tidak mampu menebus perkaranya
mereka mendapat hukuman yang tak sebanding dengan
yang diambil/dicurinya. Namun ketika keatas hukum
sangat tumpul, lihatlah para pelaku korupsi
dinegeri ini yang telah merugikan negara milyaran
3Sutrisno & Muhyidin Albarobis,Pendidikan Islam Berbasis problem sosial(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012)hal.78.
10
Page 11
bahkan triliunan. Mereka ada yang lolos dan ada
yang dihukum dengan hukuman yang sangat ringan
dibanding perbuatan mereka yang telah mencuri uang
rakyat dengan jumlah yang fantastis.
Keempat, masyarakat yang kalap. Seperti, aksi
tawuran antar pelajar, antarwarga, antar
mahasiswa. Pemberitaan lain konflik antar etnis di
Sampit, isu Sara di Ambon, pembantaian dukun
santet di Banyuwangi. Ada lagi seorang ibu muda
yang membunuh tiga anaknya dirumah kontrakannya di
Bandung.4
Kelima, guru yang tak patut ditiru. Sebuah
pepatah Jerman mengatakan, “Kalau engkau mau
membangun bangsamu, bangunlah terlebih dahulu
pendidikanmu.” Jika ingin membangun pendidikan
bangsa peran guru tidak boleh diabaikan, sebab
merekalah ujung tobaknya. Dalam ungkapan Jawa,
guru sosok yang digugu lan ditiru artinya diikuti
omongannya dan diteladani perbuatannya.Faktanya,
banyak guru menurut data Kemdiknas sekarang
Kemdikbud tahun 2010 dalam sehari ada 500 ribu
guru membolos atau mangkir mengajar tanpa alasan
yang jelas. Hilangnya keteladanan dalam kerja
keras, kepercayaan diri, malas membaca dan
kejujuran. Contohnya, kasus pemalsuan dan jual
beli sertifikat ( untuk keperluan sertifikasi
4 Ibid.hal 79-82.
11
Page 12
guru), jual beli ijazah (untuk meraih gelar S-1),
plagiarisme karya tulis ilmiah, hingga
bersekongkol dalam mencurangi Ujian Nasional.
Keenam, generasi muda yang sakit. Hal yang
memprihatinkan dari generasi muda yang memiliki
moralitas mencapai titik nadir. Kasus contekan
massal dalam Ujian Nasional, penganiayaan dan
kekerasan di lingkungan sekolah, kehamilan diluar
nikah, aborsi yang cenderung meningkat, narkoba
dan minuman keras juga pencurian dengan pelaku
remaja.Semua itu menunjukkan generasi bangsa
penerus bangsa ini telah mengalami sakit yang
harus segera disembuhkan.5
b. Relevansi Pendidikan
Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal
suatu sistem pendidikan, diukur antara lain dari
keberhasilan sistem itu dalam memasok tenaga-
tenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi
kebutuhan sektor pembangunan. Namun faktanya,
semakin besar pengangguran lulusan sekolah
menengah dan pendidikan tinggi. Masalah tidak
relevannya pendidikan kita disebabkan adanya
kesenjangan “supply” sistem pendidikan dengan
“demand” tenaga yang dibutuhkan oleh berbagai
sektor ekonomi. Dalam hal ini berkaitan juga
5 Ibid.hal.83-84.
12
Page 13
dengan isi kurikulum yang tidak sesuai dengan
perkembangan ekonomi atau kemajuan iptek.6
c. Elitisme
Elitisme dalam pendidikan maksudnya ialah
kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh
pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang
kecil atau mampu. Mahalnya biaya pendidikan
membuat masyarakat miskin tidak mampu melanjutkan
pendidikan. Dalam hal ini pemerintah memberi
subsidi pendidikan yang lebih besar pada
pendidikan tinggi dibanding pendidikan dasar. Pada
kenyataannya sebagian besar mahasiswa itu berasal
dari golongan menengah keatas yang lebih mampu
dibanding dengan keluarga para siswa SD yang
banyak dari golongan menengah bawah.
d. Manajemen Pendidikan
Sebagai suatu industri pengembangan dalam hal
ini sumberdaya manusia, pendidikan harus dikelola
secara profesional. Ketiadaan manajer pendidikan
profesional mengharuskan kita mengadakan terobosan
untuk membawa pendidikan sejalan dengan langkah-
langkah pendidikan yang semakin cepat. Peta
permasalahan pendidikan ini sangat kompleks yang
bukan hanya masalah teknis tapi juga kegiatan
perencanaan, pendanaan dan efifiensi dari sistem
itu sendiri. SISDIKNAS perlu ditata kembali atau
6H.A.R.Tilaar,Manajemen Pendidikan Nasional,(Bandung:PT RemajaRosdakarya,2008),hal.152.
13
Page 14
direstrukturisasi agar pendidikan mampu mengikuti
cepatnya laju pembangunan. Memasuki era
pembangunan nasional jangka panjang kedua yaitu
masyarakat industri modern yang membuka dimensi
persoalan baru yang perlu ditanggulangi.7
B. Konsepsi Pendidikan Indonesia masa depan
Pendidikan kita sampai saat ini, belum menunjang
jiwa reformasi yang menginginkan masyarakat demokrasi,
masyarakat terbuka, pemerintahan yang bersih (clean
government), masyarakat transparan yang jauh dari kolusi
ataupun untuk kepentingan kelompok sendiri. Pendidikan
nasional kita telah terpisah dari kebudayaan, baik
daerah maupun nasional. Untuk itu perlu dimasukkan
kembali sehingga pendidikan benar-benar hidup, dihidupi
dan menghidupi kebudayaan nasional. Dari pergeseran
paradigma masyarakat Indonesia dalam memasuki kehidupan
baru milenium ketiga, memerlukan strategi reformasi
pendidikan nasional sebagai berikut:
a. Pranata sosial pendidikan keluarga, sekolah,
haruslah dijadikan pusat pengembangan kebudayaan
daerah dan nasional.
b. Visi pendidikan nasional berakar dari kebudayaan
nasional, perlu dijabarkan secara rinci dalam
semua program pendidikan.
7 Ibid.hal. 153-154.
14
Page 15
c. Prinsip-prinsip kehidupan nasional berdasarkan
Pancasila perlu dilaksanakan dalam kehidupan
kehidupan nyata dalam seluruh lembaga pendidikan.
Toleransi, disiplin, keterbukaan dan menghilangkan
sikap hidup eksklusif, serta rasa bangga menjadi
orang Indonesia perlu ditanamkan dengan kokoh.8
d. Menghidupkan dan mengembangkan tata cara hidup
demokrasi yang perlu dibudayakan dalam seluruh
aspek proses pendidikan, yaitu:
- Semua warga negara mempunyai kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi dalam mendapatkan
pendidikan yang diselenggarakan oleh negara.
Pendidikan swasta dengan ciri khasnya
mendapatkan tempat di dalam masyarakat
demokrasi tanpa merugikan kepentingan bersama
untuk seluruh bangsa.
- Pengakuan atas adanya perbedaan individu dan
memberikan kesempatan yang sama untuk
perkembangan seluruh peserta didik yang berbeda
kemampuannya.
- Mengembangkan persaingan dalam kerjasama
(competing within the sphere of cooperation) untuk
mencapai sesuatu yang semakin baik kualitasnya.
- Proses belajar dikembangkan dalam suasana
demokrasi, artinya pendidikan bukan menggunakan
“sistem bank” tetapi yang menghidupkan berpikir
8H.A.R.Tilaar.Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2002),hal.177.
15
Page 16
mandiri dan kritis, dapat berdialog dan
menerima pendapat orang lain yang berbeda.
Belajar mencapai konsensus berdasarkan
penawaran alternatif serta ikut serta
bertanggungjawab di dalam suatu yang telah
diambil secara demokratis.
e. Desentralisasi dan sentralisasi pengelolaan
pendidikan yang seimbang. Sentralisasi diperlukan
untuk mengarahkan dan membimbing tanpa mematikan
inisiatif dari bawah. Desentralisasi pengelolaan
pendidikan diarahkan kepada otonomi yang luas
kedalam masing-masing lembaga pendidikan.
f. Kelembagaan departemen pendidikan dan kebudayaan.
Reorganisasi Departeman P dan K menjadi Departemen
Pendidikan akan lebih menuntut pendidikan nasional
itu haruslah didasarkan kepada kebudayaan
nasional.9
Pendidikan nasional yang berakar dari dan untuk
pengembangan kebudayaan nasional harus
menumbuhkembangkan berbagai sikap manusia Indonesia
masa depan. Salah satunya dengan konsepsi pendidikan
Indonesia masa depan yang memungkunkan lahirnya
masyarakat madani Indonesia yang dicita-citakan. Konsep
itu terwujud kedalam berbagai sikap, yaitu:
a. Sikap demokratis
9 Ibid.hal.178-179.
16
Page 17
Konsep sikap demokratis ini selain mengenai
pembentukan individu yang mempunyai harga diri,
berbudaya, memiliki identitas sebagai bangsa
Indonesia yang bhinneka. Juga menumbuhkan sikap
kreatif , sanggup mengemukakan pendapat,
menghargai perbedaan pendapat, semua itu perlu
dimasukkan ke dalam proses belajar serta
kurikulum. Pendidik jangan menjadi otoriter
agar bisa menumbuhkan sikap demokratis dari
para peserta didiknya.
b. Sikap toleran
Wajah budaya Indonesia yang bhinneka menuntut
sikap toleran yang tinggi dari setiap anggota
masyarakat. Dengan sikap toleran yang
diwujudkan oleh semua lapisan masyarakat maka
terbentuk masyarakat yang kompak tapi beragam
sehingga kaya akan ide-ide baru.Menurut Juwono
Sudarsono disamping sikap toleran juga penting
sikap kompromi perlu dikembangkan dalam
pendidikan.
c. Saling pengertian
Pendidikan nasional harus menampung akan
kebutuhan masyarakat yang beragam.
Keanekaragaman budaya daerah haruslah
dikembangkan seoptimal mungkin sehingga
nantinya dapat mewujudkan suatu budaya
nasional. Saling pengertian hanya dapat
17
Page 18
ditumbuhkan apabila komunikasi antar penduduk
dan antar etnis dapat etrwujud dengan bebas dan
intens. Pengembangan budaya daerah, pertukaran
kunjungan antar masyarakat dan budaya daerah
haruslah diintensifkan.
d. Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa
Pendidikan agama di dalam sistem pendidikan
nasional haruslah dilaksanakan dengan
maksimal.Sehingga terwujud suatu kehidupan
bersama yang mengandung unsur toleransi dan
saling pengertian yang mendalam.Kita perlu
menghindari ramalan Huntington yang memprediksi
adanya konflik-konflik budaya dan agama sebagai
pengganti konflik kekerasan senjata dalam
kehidupan manusia pada milenium ketiga yang
akan datang. Kita harus membentengi generasi
penerus dengan akhlak tinggi, beriman dan
bertaqwa.
e. Manusia dan mayarakat yang berwawasan global
Pendidikan nasional perlu mempersiapkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
juga terampil dalam memecahkan masalah yang
muncul akibat gelombang globalisasi. 10
10 Ibid,hal.181-182.
18
Page 19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Problematika pendidikan dalam era reformasi
mengalami empat krisis pokok, yaitu:
1) Kualitas pendidikan
2) Relevansi Pendidikan
3) Elitisme
4) Manajemen pendidikan
2. Konsepsi pendidikan Indonesia masa depan
dituangkan kedalam enam sikap yang nantinya
diharapkan lahir masyarakat madani Indonesia,
sikap tersebut adalah:
1) Sikap demokratis
2) Sikap toleran
3) Saling pengertian
4) Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa
5) Manusia dan masyarakat yang berwawasan global
19
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Albarobis Muhyidin dan Sutrisno, Pendidikan Islam Berbasisproblem sosial, Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012
H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2008
H.A.R.Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat MadaniIndonesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002
Kholilah dan Muzakki akhmad, Ilmu Pendidikan Islam,Surabaya: Kopertais IV Press, 2013
Knight George R, Filsafat Pendidikan, Yogjakarta: GamaMedia, 2007
Sunarso,Laplit Polpen 2012 dalamhttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files.pdfdiunggah pada 2012
Zuharini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2012
21