| BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari masalah keterbatasan sumber daya seperti Sumber Daya Manusia, sarana, dan dana. Oleh karena itu dalam menyiapkan kegiatan dilakukan pada tahap perencanaan awal kegiatan untuk penanggulangan masalah kesehatan perlu dilakukan prioritas untuk menjawab pertanyaan : masalah kesehatan atau penyakit apa yang perlu diutamakan / diprioritas dalam program kesehatan. Selanjutnya bilamana sudah didapatkan masalah kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk ditanggulangi ditentukan pula teknik pemecahan masalah yang sesuai agar program yang dilakukan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sehingga perlu pemahaman cara-cara penentuan prioritas masalah kesehatan, penentuan prioritas jenis program kesehatan yang akan dilakukan dan pemecahan masalah dari masalah kesehatan yang dihadapi. Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk dilakukan. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting. Secara garis besar pemilihan prioritas masalah dapat dibagi menjadi dua yaitu : Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode Bryant, MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment Methode), metode USG, metode CARL, PAHO, metode Hanlon dan metode teknik 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
|
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari masalah keterbatasan sumber daya seperti
Sumber Daya Manusia, sarana, dan dana. Oleh karena itu dalam menyiapkan kegiatan
dilakukan pada tahap perencanaan awal kegiatan untuk penanggulangan masalah kesehatan
perlu dilakukan prioritas untuk menjawab pertanyaan : masalah kesehatan atau penyakit apa
yang perlu diutamakan / diprioritas dalam program kesehatan. Selanjutnya bilamana sudah
didapatkan masalah kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk ditanggulangi
ditentukan pula teknik pemecahan masalah yang sesuai agar program yang dilakukan dapat
dicapai secara efektif dan efisien. Sehingga perlu pemahaman cara-cara penentuan prioritas
masalah kesehatan, penentuan prioritas jenis program kesehatan yang akan dilakukan dan
pemecahan masalah dari masalah kesehatan yang dihadapi.
Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini
merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk dilakukan. Metode untuk menetapkan
prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang
penting.
Secara garis besar pemilihan prioritas masalah dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode Bryant, MCUA (Multiple Criteria
Utility Assesment Methode), metode USG, metode CARL, PAHO, metode Hanlon dan
metode teknik multi-voting sedangkan Non Scoring Technique misalnya: metode Delbeque,
metode Delphi, metode estimasi beban kerugian, metode NGT, metode strategi Grids, dan
metode analisis ABC.
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah, diperlukan metode pemecahan
masalah yang sesuai. Salah satu metode tersebut adalah siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle). Siklus pemecahan masalah merujuk pada kontinuitas langkah-langkah yang
dilaksanakan secara sistematis meliputi analisis situasi, identifikasi masalah, prioritas
masalah, tujuan, alternatif pemecahan masalah, rencana operasional, pelaksanaan dan
penggerakan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian, serta evaluasi.
Latar belakang pembuatan karya tulis ini adalah karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran mengenai penentuan prioritas masalah dan pemecahan masalah kesehatan dan
urgensinya sebagai metode untuk menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di
masyarakat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prioritas Masalah
Penentuan terhadap masalah yang akan diteliti merupakan tahap yang penting dalam
melakukan penelitian, karena pada hakikatnya seluruh proses penelitian yang dijalankan
adalah untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Menentukan masalah
juga merupakan hal yang tidak mudah karena tidak adanya panduan yang baku. Meskipun
demikian, dengan latihan dan kepekaan ilmiah, penentuan masalah utama yang harus segera
diatasi dapat dilakukan dengan tepat.
Kriteria berikut ini akan mempermudah kita menemukan masalah:
1. Masalah sebaiknya merumuskan setidak-tidaknya hubungan antar dua variable atau
lebih
2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda dan pada umumnya
diformulasikan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Masalah harus dapat diuji dengan menggunakan metode empiris, yaitu dimungkinkan
adanya pengumpulan data yang akan digunakan sebagai bahan untuk menjawab
masalah yang sedang dikaji.
4. Masalah tidak boleh merepresentasikan masalah posisi moral dan etika.
Dalam upaya menetapkan prioritas masalah, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
yaitu:
1. Pengumpulan data
Untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu tersedia data yang cukup.
Untuk itu perlu dilakukan pengumpulan data. Data yang perlu dikumpulkan adalah data
yang berkaitan dengan lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan,
termasuk keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, sosial
budaya, pekerjaan, mata pencaharian, dan keadaan kesehatan.
2. Pengolahan Data
Setelah data telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut harus diolah,
maksudnya adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-
2
sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Teknik dalam melakukan
pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, yaitu secara manual, elektrik, dan
mekanik.
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian data yang
lazim digunakan yaitu tekstual, tabulasi, dan grafik.
4. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua
masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam
arti masalah yang paling penting untuk diselesaikan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan masalah
dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan prioritas memerlukan
perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara
kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus
diperhatikan, yakni :
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
A. Penyusunan Prioritas Masalah
Masing-masing organisasi secara garis besar mempunyai pernyataan yang jelas
mengenai prioritas program yang diacu secara resmi dan diperbarui setiap jangka waktu
tertentu. Prioritas tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan yang juga dipengaruhi
oleh ketersediaan sumber daya. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak organisasi yang
baru menyadari bahwa mereka tidak memiliki prioritas yang jelas hingga organisasi
tersebut mengalami masalah dan krisis.
Penentuan prioritas merupakan proses mengidentifikasi aktivitas yang paling
penting dalam sebuah organisasi. Prioritas (priority setting) dikembangkan sebagai dasar
3
pembuatan keputusan. Penentuan prioritas perlu dikembangkan dengan memahami
sumber-sumber daya yang bermanfaat untuk mencapai hasil (outcomes) dan pengaruh
(impact) yang diharapkan. Ketersediaan dari sumber daya dapat menjadi faktor utama
dalam penentuan prioritas.
Prioritas masalah disusun berdasarkan tingkat kebutuhan dan disesuaikan dengan
visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pada umumnya, penyusunan prioritas akan
memperhatikan masalah-masalah dasar yang dihadapi maupun faktor-faktor yang
menghambat tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap akar
permasalahan yang dihadapi menjadi modal utama bagi pengambil keputusan, khususnya
yang terkait dengan masalah fundamental.
Efektifitas penentuan prioritas masalah berhubungan erat dengan proses
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan tujuan organisasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Setiap langkah yang dilakukan memiliki tujuan sendiri. Analisis situasi sebagai langkah
awal dalam perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin, sehingga dapat diperoleh
gambaran tentang masalah kesehatan yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan tersebut, yang merupakan tujuan dari analisis ini. Pada akhirnya akan
diperoleh hasil dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan kesehatan
terpadu dan dalam langkah selanjutnya diikuti oleh kegiatan untuk merumuskan masalah
secara jelas, sekaligus menentukan prioritas masalah-masalah tersebut. Yang dimaksud
dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan
kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesehatan
penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan dan pelayanan kesehatan).
Beberapa poin berikut ini merupakan alasan mengapa penentuan prioritas
masalah dipandang penting:
a. Agar tetap fokus pada hal-hal yang berada pada prioritas utama atau menuntun
perencanaan dan proses update program.
b. Untuk mengawasi agar penggunaan sumber daya langka dapat lebih efektif.
c. Untuk membangun komunikasi mengenai proyek/aktivitas antar stakeholder.
d. Untuk menghubungkan antara kebijakan dan tujuan ekonomi sosial pemerintah.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan peringkat
4
masalah kesehatan. Penentuan prioritas ini dilakukan karena disebabkan oleh pertimbangan
sumber daya, yaitu:
1. Man atau sumber daya manusia
2. Money atau biaya
3. Material atau bahan
4. Methode atau metode/teknik.
5. Machine atau peralatan
6. Market atau pasar/konsumen atau pelanggan
7. Time atau waktu
Prioritas berfungsi untuk memudahkan pengambilan keputusan merupakan suatu
proses yang kompleks. Seseorang tidak dapat menggunakan satu pendekatan yang sesuai
untuk semua kebutuhan. Oleh karena itu, pihak yang bertanggung jawab dan terlibat dalam
penetapan prioritas perlu mengetahui beberapa pendekatan utama dan kendala-kendala yang
mungkin muncul dalam penetapan prioritas, sekaligus bagaimana cara untuk mengatasi
kendala tersebut.
B. Metode Penentuan Prioritas Masalah
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk
dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi.
Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap
anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa
langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:
I. TEKNIK NON SKORING
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter
dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara
menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan teknik non skoring.
5
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok,
oleh sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique” (NGT). Ada 2 NGT yakni:
A. Metode Delbeq (diperkenalkan oleh Andre Delbeque)
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi
kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya
maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama
terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah
yang disepakati bersama.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang.
b. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya.
c. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat atau urutan
prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya.
d. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup.
e. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan
di belakang setiap masalah.
f. Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut,
dengan harapan masing-masing orang akan memertimbangkan kembali peringkat yang
diberikannya setelah mengetahui nilai rata-rata. Tidak ada diskusi dalam teknik ini,
yaitu untuk menghindari orang yang dominan memengaruhi orang lain.
Cara ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
a. Menentukan siap yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut.
b. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif.
c. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak
untuk menentukan prioritas atas dasar fakta.
6
B. Metode Delphi
Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian
yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang
disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus.
Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah
yang dicari.
Adapun caranya adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi masalah yg hendak/perlu diselesaikan;
b. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yg dianggap mengetahui dan
menguasai permasalahan;
c. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner
yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah;
d. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan;
e. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas/memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan
kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan.
II. TEKNIK SKORING
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk
berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:
- Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah;
- Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase);
- Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet
need);
- Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit);
- Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility);
7
- Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibilily).
Secara terperinci cara-cara tersebut antara lain:
A. Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
- Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi.
- Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam
masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan
angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
- Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber
daya.
- Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut.
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai
lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor
akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah.
Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
B. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada
kolom dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
- Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah.
- Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing-masing penyakit .
- Vulnerability : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif
untuk mengatasi masalah tersebut.
- Community and political concern: Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut
menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi.
8
- Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari
prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke
parameter yang lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.
Contoh Teknik PAHO
Teknik ini dikembangkan oleh PAHO (Pan American Health Organization). Prioritas
masalah kesehatan ditentukan indikator-indikator sebagai berikut:
1) Magnitude (M) masalah
Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa
ditunjukan oleh prevalensi penyakit tersebut di masyarakat. Dalam hal ini misalnya,
magnitude ISPA lebih besar daripada HIV/AIDS, sehingga dari segi magnitude, ISPA
lebih penting daripada HIV/AIDS.
2) Severity (S)
Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh masalah
kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case fatality rate) penyakit
yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi atau
mengobatinya. Dalam hal ini, severity HIV/AIDS jauh lebih besar daripada influenza.
3) Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif
untuk mengatasi masalah tersebut. Misalnya, campak lebih vulnerable dibandingkan
TB, karena campak mudah dicegah dengan imunisasi sedangkan TB, seperti kita
ketahui tidak mudah.
4) Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di
tengah masyarakat. Penyakit HIV/AIDS tentu lebih menghebohkan daripada TB
misalnya.
Cara menggunakan keempat indikator tersebut adalah meminta pendapat
sejumlah ahli (antara 5 – 8 orang) untuk memberikan skor bagi masing-masing masalah
yang akan ditentukan peringkat prioritasnya. Besarnya skor tersebut adalah antara 1
sampai 10. Hasil tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut:
Penyakit M S V C Total
9
HIV/AIDS 2 10 2 8 320
TBC 6 5 4 6 720
Malaria 7 4 6 4 672
Ca Paru 3 7 4 4 336
ISPA 10 2 8 3 480
Dalam contoh diatas, para ahli memberikan skor secara vertikal untuk kelima
masalah tersebut. Skore masing-masing berkisar 1 sampai 10. Kemudian dihitung skor
rata-rata dari sejumlah pakar tersebut. Skor rata-rata tersebut ditulis dalam kolom yang
relevan (misalnya mulai dari kolom M). Kemudian berikutnya dilakukan untuk kolom
S dari atas ke bawah (vertikal), demikian selanjutnya untuk kolom V dan C. Setelah itu,
skor dikalikan dengan arah horizontal. Hasilnya ditulis pada kolom paling kanan.
Dalam contoh di atas, maka urutan prioritas adalah: (1) TB, (2) Malaria, (3) ISPA, (4)
Ca Paru, dan (5) HIV/AIDS. Ada beberapa kelemahan cara ini, yaitu: a) Menentukan
siapa yang disebut sebagai ahli atau pakar; b) Orang akan bias terhadap masalah yang
dikuasainya, artinya pakar HIV/AIDS cenderung memberi skor tinggi untuk masalah
tersebut; c) Tanpa mengetahui data, akhirnya pakar tersebut juga akan memberikan
skor atas pertimbangan subyektif.
C. MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment Metode)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan
mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria
untuk penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari
masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi
Kriteria yang dipakai terdiri dari:
Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian.
Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi.
Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan
Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan.
Policy : Kebijakan pemerintah daerah/nasional.
10
D. Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing adalah :
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
Besarnya persentase penduduk yang menderita langsung karena
penyakit tersebut
Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut
Besarnya kerugian lain yang diderita
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah yaitu tingginya angka
morbiditas dan mortalitas, kecenderungannya dari waktu ke waktu
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah dilihat dari
perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah
yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (sulit – mudah).
4. Kelompok kriteria D = Pearl faktor, dimana :
P = Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai
chart, flow charts, histogram, dan SPC. Mereka membentuk sebuah tim untuk meneliti dan
mengembangkan alat-alat kendali kualitas baru, tidak semua alat-alat tersebut baru, namun
merekalah yang pertama mengumpulkan dan memperkenalkannya.
Alat-alat kendali kualitas baru tersebut adalah:
1. Affinity diagram
2. interrelationship diagram,
3. tree diagram,
4. matrix diagram,
5. matrix data analysis,
6. arrow diagram atau activity network diagram, dan
7. PDPC (process decision program chart).
Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada saat perencanaan,
maka permasalahan yang dipecahkan lazimnya bersifat kualitatif menggunakan data verbal
(karena belum ada data numerik) sehingga 7 New Quality Tools sering diklasifikasikan
sebagai teknik-teknik kualitatif sebaliknya 7 Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai
21
Gambar 1. Seven Basic Quality Tools
teknik-teknik kuantitatif. Tentu saja pengklasifikasian ini tidak tepat karena fishbone
diagram dan flowchart adalah teknik kualitatif sementara matrix data analysisadalah teknik
kuantitatif. Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan bagaimana pengklasifikasian 7 Basic
Quality Tools dan 7 New Quality Tools dalam teknik-teknik quality management.
Gambar 2. Klasifikasi Teknik-Teknik Quality Management
Nayatani, et al. (1994) menjelaskan hubungan antara 7 Basic Quality Tools dan 7
New Quality Tools seperti dalam Gambar 2 di bawah ini.
22
Gambar 3. Hubungan antara 7 Basic Quality Tools dan 7 New Quality Tools
Gambar 2 memperlihatkan bagaimana keduanya saling melengkapi satu sama lain
dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas. Mengumpulkan fakta-fakta
menjadi data. Dengan keduanya, orang-orang dapat memilih apakah mau menyediakan data
dalam bentuk numerik atau lisan. Tujuan akhirnya adalah mendapatkan informasi.
Bagaimana pun menurut Nayatani, et al. (1994), informasi itu penting karena tanpa
informasi, kita tidak akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
(memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas).
Seperti halnya 7 Basic Quality Tools, 7 New Quality Tools tetap mengacu kepada
prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara dengan fakta. Keduanya merupakan alat-alat yang
mudah dipahami oleh orang-orang yang bekerja di bidang engineering maupun di luar
bidang engineering dan tanpa memerlukan pendidikan tinggi untuk menguasainya.
1. Affinity Diagram
Affinity diagram adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar
gagasan, opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data verbal melalui sesi curah
pendapat (brainstorming), kemudian mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok
yang sesuai dengan hubungan naturalnya. Metode ini diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro
Kawakita, seorang antropolog Jepang, sehingga sering disebut juga metode KJ (sesuai inisial
penemunya, Kawakita Jiro). Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat
23
(pinpointing) masalah dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan harapan dapat
menghasilkan strategi solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu, metode
ini membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam organisasi.Affinity diagram selanjutnya
dapat dijadikan masukan untuk membuat sebuah fishbone diagram.
2. Interrelationship Diagram
Interrelationship diagram (diagram keterkaitan masalah) adalah alat untuk
menganalisis hubungan sebab dan akibat dari berbagai masalah yang kompleks sehingga kita
dapat dengan mudah membedakan persoalan apa yang merupakan driver (pemicu terjadinya
masalah) dan persoalan apa yang merupakan outcome (akibat dari masalah).
3. Tree Diagram
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa saja,
seperti kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas, atau aktivitas-
aktivitas secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang lebih rendah dan
rinci. Tree Diagram dimulai dengan satu itemyang bercabang menjadi dua atau lebih,
masing-masing cabang kemudian bercabang lagi menjadi dua atau lebih, dan seterusnya
sehingga nampak seperti sebuah pohon dengan banyak batang dan cabang.
Tree Diagram telah digunakan secara luas dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan ketika suatu
perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke dalam item–item yang dapat
dikelola (manageable) dan ditugaskan (assignable). Penyelidikan suatu masalah juga
menggunakan tree diagramuntuk menemukan komponen rinci dari setiap topik masalah yang
kompleks. Penggunaan alat ini disarankan jika risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi tidak
mudah diidentifikasi. Tree diagram lebih baik ketimbang interrelationship diagram untuk
memecah masalah, yang mana masalah tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan
alat ini hanya untuk masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara hirarkis.
4. Matrix Diagram
Matrix diagram adalah alat yang sering digunakan untuk menggambarkan tindakan
yang diperlukan untuk suatu perbaikan proses atau produk. Matrix diagram selalu terdiri dari
baris dan kolom yang menggambarkan hubungan dua atau lebih faktor untuk mendapatkan
24
informasi tentang sifat dan kekuatan dari masalah sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide
untuk memecahkan masalah.
5. Matrix Data Analysis
Matrix data analysis adalah alat yang digunakan untuk mengambil data yang
ditampilkan dalam matrix diagram dan mengaturnya sehingga dapat lebih mudah
diperlihatkan dan menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel. Hubungan antara variabel
data yang ditampilkan pada kedua sumbu diidentifikasi dengan menggunakan simbol-simbol
untuk derajat kepentingan atau data numerik untuk evaluasi. Menurut Michalski (1997), alat
ini paling sering digunakan sebagai tampilan karakteristik data untuk kepentingan
pelaksanaan riset pasar dan menjelaskan produk dan jasa.
6. Activity Network Diagram
Activity network diagram adalah alat yang digunakan untuk merencanakan atau
menjadwalkan proyek. Untuk menggunakannya, kita harus mengetahui urutan tugas-tugas
beserta durasinya. Beberapa versi activity network diagram yang luas pemakaiannya adalah:
CPM (critical path method), PERT (program evaluation and review technique), dan PDM
(precedence diagram method).
7. PDPC (Process Decision Program Chart)
PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi yang
mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan pemecahan akhir dari suatu
masalah, tetapi juga untuk menanggulangi kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata
lain PDPC digunakan untuk merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi
masalah, kita telah merencanakan bagaimana kemungkinan penyelesaian masalahnya
sehingga kita siap untuk menanganinya.
25
BAB III
KESIMPULAN
Penetapan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini
merupakan tugas yang penting dan semakin sulit untuk dilakukan. Cara pemilihan prioritas
masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Scoring Technique (Metode Penskoran) misal: metode USG, metode Hanlon, metode
MCUA, metode CARL, PAHO, cara Bryant, cara ekonometrik, dan Non Scoring Technique
26
(NGT, Delphin Technique dan Delbech Technique). Pemilihan kedua cara tersebut
berdasarkan ada tidaknya data yang tersedia.
Adapun kendala-kendala dalam menentukan prioritas masalah seperti human, process,
structural, dan institutional problem harus dapat dikaji dan diatasi selama proses
perencanaan agar tercapai prioritas masalah yang benar-benar harus diatasi sesegera
mungkin.
Problem solving cycle atau siklus solusi masalah merupakan siklus pemecahan
masalah yang terdiri dari beberapa langkah yaitu analisis situasi, identifikasi masalah,
penentuan prioritas masalah, alternative pemecahan masalah, pelaksanaan solusi dan
evaluasi. Problem solving cycle berguna untuk penyelesaian masalah dalam bidang
kesehatan, dimana masalah itu timbul akibat adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Untuk menyelesaikan suatu masalah dalam bidang kesehatan maka kita harus
mampu menganalisa masalah tersebut.
Langkah-langkah dalam problem solving cycle dimulai dari menganalisis situasi yang
terdiri dari analisis demografi, penduduk, sarana prasarana, SDM, target dan sasaran.
Identifikasi masalah didapat melalui wawancara atau Brainstroming dan observasi. Dari
sekian banyak masalah maka dipillih satu masalah yang paling berpengaruh dan perlu segera
untuk diselesaikan. Masalah tersebut haruslah terukur atau ada standarnya. Dari masalah
tersebut, kita dapat mengetahui penyebabnya dengan mengkonversikannya dengan
menggunakan diagram Ishikawa (diagram sebab akibat). Masalah tersebut haruslah dicari
alternative pemecahannya (Plain Of Action), salah satunya dengan menggunakan metode
PDCA (Plan, Do, Check, Action).
DAFTAR PUSTAKA
Pasinringi, Syahrir A. Perencanaan Pelayanan Kesehatan. 2002. Makassar. FKM Unhas. Available from : http://www.scribd.com/doc/2908460/ Perencanaan-Pelayanan-Kesehatan.
Reinke, William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen. 1994. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
27
Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutisna Sulaeman, Endang. 2009. Manajemen Kesehatan. Teori dan Praktik di Puskesmas. Surakarta: UNS
Leavel dan Clark. 1965. Prevention Medicine for The Doctor in His Community. London: Mc Graw Hill.
Sihombing G. 2000. Ilmu Administrasi dan manajemen program kesehatan untuk mahasiswa kedokteran. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 420/Menkes/SK/III/2010 tentang Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasis Rumah Sakit.
Kusnadi, E. (2011, October 8). Check sheet dan fungsinya dalam pengendalian kualitas. Diunduh dari https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/10/08/check-sheet-dan-fungsinya-dalam-pengendalian-kualitas/
Straker, D. (n.d.). Scatter diagram: How to understand it. Diunduh dari http://syque.com/quality_tools/toolbook/Scatter/how.htm
Tague, N. R. (2005). The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press. Diunduh dari http://asq.org/quality-press/display-item/index.html?item=H1224