Top Banner
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter kinerja bagi PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang sehingga parameter tersebut dapat digunakan dalam mengendalikan kinerja perusahaan yang bermuara pada peningkatan daya saing perusahaan, maka diperlukan suatu metodologi pemecahan masalah yang tersistematis yang mampu menghasilkan solusi atau rekomendasi yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan PT Indonesia Power baik internal maupun eksternal. Langkah awal dari penelitian ini adalah melakukan diagnosa terhadap PT. Indonesia Power mengenai permasalahan dalam perusahaan ataupun terhadap kondisi kondisi yang dapat menimbulkan potensi permasalahan. Langkah ini dapat dibagi menjadi dua, pertama, formulasi profil serta proses bisnis perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman integral tentang PT Indonesia Power pada umumnya dan UBP Kamojang pada khususnya. Formulasi tersebut disusun dengan menggunakan teknik pengumpulan data data primer maupun skunder yang dimiliki oleh perusahaan. Selanjutnya formulasi permasalahan dapat disusun dalam bentuk pertanyaan mengenai sistem pengukuran kinerja pada unit bisnis serta indikator yang dapat mendukung sistem pengukuran kinerja tersebut. Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, dasar teori yang akan digunakan sebagai referensi adalah Performance Prism dan juga pustaka pustaka lainnya yang terkait dengan manajemen kinerja. Berdasar referensi tersebut, metode penelitian yang digunakan adalah performance prism, dengan pertimbangan metode ini merupakan sistem pengukuran kinerja yang paling komprehensif sampai dengan saat ini dan mencakup berbagai aspek kepentingan stakeholders, satu hal yang dipandang paling
40

BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

Feb 27, 2018

Download

Documents

lamtruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

BAB IV 

PEMECAHAN MASALAH 

 

4.1. Metodologi Pemecahan Masalah 

Untuk  dapat mencapai  hasil  yang  diinginkan  dalam menentukan  parameter  kinerja 

bagi  PT  Indonesia  Power  Unit  Bisnis  Pembangkitan  Kamojang  sehingga  parameter 

tersebut dapat digunakan dalam mengendalikan  kinerja  perusahaan  yang  bermuara 

pada  peningkatan  daya  saing  perusahaan,  maka  diperlukan  suatu  metodologi 

pemecahan  masalah  yang  tersistematis  yang  mampu  menghasilkan  solusi  atau 

rekomendasi yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan PT Indonesia Power baik 

internal maupun eksternal. 

 

Langkah awal dari penelitian  ini adalah melakukan diagnosa  terhadap PT.  Indonesia 

Power mengenai permasalahan dalam perusahaan ataupun  terhadap kondisi kondisi 

yang  dapat menimbulkan  potensi  permasalahan.  Langkah  ini  dapat  dibagi menjadi 

dua, pertama,  formulasi profil  serta proses  bisnis perusahaan  yang  bertujuan untuk 

mendapatkan pemahaman  integral  tentang PT  Indonesia Power pada umumnya dan 

UBP Kamojang  pada  khususnya.  Formulasi  tersebut  disusun  dengan menggunakan 

teknik pengumpulan data data primer maupun skunder yang dimiliki oleh perusahaan. 

Selanjutnya  formulasi  permasalahan  dapat  disusun  dalam  bentuk  pertanyaan 

mengenai  sistem  pengukuran  kinerja  pada  unit  bisnis  serta  indikator  yang  dapat 

mendukung sistem pengukuran kinerja tersebut. 

 

Untuk  dapat  menjawab  permasalahan  tersebut,  dasar  teori  yang  akan  digunakan 

sebagai  referensi  adalah  Performance  Prism  dan  juga  pustaka  pustaka  lainnya  yang 

terkait dengan manajemen kinerja. Berdasar referensi tersebut, metode penelitian yang 

digunakan  adalah  performance  prism,  dengan  pertimbangan  metode  ini  merupakan  

sistem  pengukuran  kinerja  yang  paling  komprehensif  sampai  dengan  saat  ini  dan 

mencakup  berbagai  aspek  kepentingan  stakeholders,  satu  hal  yang  dipandang  paling 

Page 2: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

34

sesuai  dengan  bentuk  perusahaan  PT  Indonesia  Power  yang  tercatat  sebagai  satu 

Badan Usaha Milik Negara anak perusahaan PT. PLN (Persero).  

 

Performance prism mengharuskan adanya pengidentifikasian terhadap stakeholder utama 

mengenai aspek aspek berikut (Neely, Adams, & Kennerley, 2002): 

1. Stakeholders Satisfaction, dilakukan untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang 

mampu menimbulkan nilai tambah bagi stakeholders. 

2. Stakeholders Contribution,  dilakukan  untuk mengetahui  kontribusi  yang  dapat 

diberikan oleh stakeholders kepada perusahaan. 

3. Strategy, dilakukan untuk mengetahui strategi apakah yang sesuai untuk dapat 

mewujudkan kepuasan bagi stakeholders, dan di sisi lain dapat mengoptimalkan 

kontribusi stakeholders tersebut bagi perusahaan. 

4. Process,  dibutuhkan  untuk  mengetahui  proses  yang  mendukung  pencapaian 

strategi yang telah ditetapkan. 

5. Capability, dibutuhkan untuk menentukan kapabilitas yang perlu dimiliki agar 

dapat melaksanakan proses mendukung strategi yang diimplementasikan. 

 

Setelah  lima  aspek  tersebut  telah  diidentifikasi  maka  akan  dilakukan  identifikasi 

terhadap  Key  Performance  Indicator  (KPI)  yang  akan  digunakan  sebagai  parameter 

kinerja  PT.  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Hasil  identifikasi  tersebut  akan 

diverifikasi dan divalidasi  oleh  para  ahli  yang  telah  tergabung dalam  tim  evaluator 

kinerja unit bisnis. 

 

Pembobotan  terhadap  parameter  kinerja  dilakukan  oleh  wakil‐wakil  sesuai  bidang 

tugasnya dalam struktur organisasi melalui media kuesioner. Hasil tabulasi kuesioner 

yang ada diolah lebih lanjut berdasar metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan 

menggunakan  perangkat  lunak  “Expert  Choice  V.11”.  Bobot  yang  didapat  akan 

diterapkan dalam sistem pengukuran kinerja dipadu dengan scoring berdasar metode 

Objective Matrix  (OMAX). Diharapkan dari hasil pengolahan data  ini  akan diperoleh 

pembobotan  dan  scoring  KPI  yang  sesuai  dengan  lingkungan  bisnis  PT.  Indonesia 

Page 3: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

35

Power  UBP  Kamojang.  Berikut  di  bawah  ini  adalah  skema metodologi  pemecahan 

masalah. 

Diagnosis PerusahaanAnalisa deskriptif permasalahan

ataupun kondisi kondisi yang dapat menimbulkan potensi permasalahan

dalam perusahaan

Formulasi Profil & Proses Bisnis Perusahaan

Bertujuan untuk mendapatkan pemahaman integral tentang perusahaan. Formulasi disusun menggunakan teknik pengumpulan data primer

dan skunder yang dimiliki oleh perusahaan

Formulasi PermasalahanPermasalahan perusahaan dapat dirumuskan

dalam bentuk pertanyaan berikut: Bagaimanakah perencanaan dan desain sistem pengukuran

kinerja pada unit bisnis berdasar performance prism, serta parameter apa saja yang akan

digunakan dalam sistem tersebut?

Studi PustakaLiteratur yang digunakan adalah;

The Performance Prism (Neely et al, 2002), Manajemen Kinerja

(Wibisono, 2006), dan referensi lainnya yang relevan

Perumusan Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah performance prism,

dengan pertimbangan metode ini merupakan metode pengukuran kinerja yang komprehensif dan mencakup berbagai aspek

kepentingan stakeholders

Identifikasi Stakeholders Satisfaction

Dilakukan untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang mampu

menimbulkan value bagi stakeholders

Identifikasi ProsesDibutuhkan untuk mengetahui proses

proses yang dapat mendukung pencapaian strategi yang telah

ditetapkan oleh perusahaan

Identifikasi KapabilitasDibutuhkan untuk menentukan

kapabilitas yang perlu dimiliki agar dapat melaksanakan proses guna mendukung implementasi strategi

Identifikasi StrategiDilakukan untuk mengetahui strategi

apakah yang sesuai untuk dapat mewujudkan kepuasan stakeholder dan mengoptimalkan kontribusinya

Identifikasi Stakeholders Contribution

Dilakukan untuk mengetahui kontribusi yang dibutuhkan

perusahaan dari para stakeholdernya

Identifikasi dan Verifikasi Parameter KinerjaIdentifikasi dilakukan dengan melakukan wawancara dengan

responden dan studi terhadap sistem pengukuran kinerja yang telah dijalankan perusahaan, selanjutnya akan dilakukan verfikasi untuk

memilah parameter kinerja yang sesuai

Pembobotan dan Scoring Parameter KinerjaBobot masing masing parameter kinerja ditentukan melalui tabulasi kuesioner terhadap responden ahli yang diolah lebih lanjut dengan GAP Analysis dan AHP. Bobot tersebut akan digunakan dalam pola

penilaian kinerja unit dengan menggunakan metode OMAX

Rekomendasi dan SaranDiharapkan penelitian ini menghasilkan rekomendasi yang dapat

dipergunakan oleh perusahaan dalam penerapan sistem manajemen kinerja secara lebih terarah guna mendukung pencapaian tujuan dan

meningkatkan daya saing perusahaan Gambar 4.1. Skema Metodologi Pemecahan Masalah 

Page 4: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

36

4.2. Analisa dan Pembahasan

Sesuai dengan tema penulisan yakni redesain sistem pengukuran kinerja, maka terdapat

beberapa tahapan fundamental yang harus ditempuh sebagaimana dikemukakan oleh Wibisono

(2006a). Tahap-tahap tersebut adalah tahap fondasi, tahap informasi dasar, tahap perancangan,

tahap penerapan, dan tahap penyegaran, yang digambarkan dalam bagan berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Gambar 4.2. Tahapan Fundamental Perancangan Sistem Manajemen Kinerja 

 

Fondasi : Pedoman Prinsip INFORM ASI LIN GKUNGAN USAH A

VISI

M ISI

STRATEGI

KERAN GK A KERJA (FRAM E WORK)

SISTEM MANAJEMEN KINERJA

INDUSTRI, PEM ERINTAH

DAN M ASYAR AK AT

PASAR

DAN PESAIN G

PRODUK

DAN JASA

VARIABEL KINERJA

KETERK AITA

N

KAJI BANDIN G (BENCHM ARK)

KE

LU

AR

AN

OR

GA

NIS

ASI

KE

MA

MPU

AN

SU

MB

ER

PRO

SES

INT

ER

NA

L

SE

BA

B A

KIB

AT

BO

BO

T

KE

BE

RPE

NG

AR

UH

AN

IN

TE

RN

AL

E

KST

ER

NA

L

PENGKAJIAN ULANG DAN PEMUTAKHIRAN

TAHAP 0

INFO

RM

ASI

DA

N P

EN

GE

TA

HU

AN

TE

RK

INI

TA

HA

P 2

: PE

RA

NC

AN

GA

N

TA

HA

P 3

: PE

NE

RA

PAN

T

AH

AP

4 :

PEN

YE

GA

RA

N

TA

HA

P 1

: IN

FOR

MA

SI D

ASA

R

TIND AK LANJUT

SOSIALISASI PELATIHAN

LAPORAN SUMBER DAYA

PMS

SA

AT

INI

DIS

PLA

Y

RA

SIO

M/B

MO

DIF

IKA

SI

PRO

SES

EVALUASIPE

NG

UK

UR

AN

DIA

GN

OSIS

TINDAK LANJUT

Page 5: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

37

Tampak dalam gambar  tersebut,  tahap 0 adalah pembentukan  fondasi atau pedoman 

prinsip. Wibisono  (2006a)  lebih  lanjut  menjelaskan  bahwa  fondasi  yang  dimaksud 

adalah Kemitraan, Pemberdayaan, Perbaikan kinerja yang  terintegrasi, dan Tim yang 

mandiri.  Dalam  hal  ini,  sistem  pengukuran  kinerja  berbasis  Performance  Prism  pun 

secara  tersirat mengutamakan  fondasi  kemitraan  terutama  di  antara  para  stakeholder 

perusahaan.  Ini  dapat  dilihat  pada  lima  perspektif  yang  terdapat  pada  Performance 

Prism yang bersinergi secara bersama untuk pencapaian kinerja perusahaan.  

 

Tahap  selanjutnya adalah  Informasi Dasar, penulis memandang pada  tahapan  inilah 

“state  of  the  art”  sebuah  sistem  pengukuran  kinerja  terletak  karena  pembentukan 

informasi dasar akan sangat mempengaruhi apakah sebuah sistem pengukuran kinerja 

berada pada  jalur  yang  semestinya dan dapat membantu pencapaian  tujuan  sebuah 

perusahaan. Sebuah perumusan  informasi yang salah mungkin akan membuat waktu 

yang  digunakan  dalam  pencapaian  tujuan  menjadi  lebih  lama  atau  bahkan  tidak 

tercapai  sama  sekali,  sebaliknya  apabila  informasi  tersebut  diperoleh  dari  hasil 

perumusan  dan  pengolahan  yang  tepat.  Performance  Prism  memberikan  kerangka 

informasi  inti  yang  harus  didapat  oleh  perusahaan  dari  para  stakeholder‐nya  untuk 

kemudian dijabarkan dalam  sistem pengukuran kinerja. Perumusan  informasi dalam 

kerangka  Performance  Prism  (Neely,  Adams,  &  Kennerley,  2002)  diawali  dengan 

melakukan  identifikasi  terhadap  stakeholder  perusahaan  mengenai  Stakeholders 

Satisfaction dan Stakeholders Contribution.  

 

Tahap Ketiga merupakan tahap penerapan dengan menuangkan informasi dasar untuk 

membentuk  visi  dan misi  perusahaan  dan menjalankan  strategi  yang  sesuai,  yang 

selanjutnya  disusun  secara  sistematis  pada  kerangka  kerja  (framework)  sistem 

pengukuran kinerja. Sejalan pula dengan hal tersebut, pada kerangka kerja Performance 

Prism,  Stakeholder  Satisfaction  dan  Stakeholders  Contribution  berusaha  dicapai  dengan 

melakukan identifikasi strategi yang sesuai, melakukan pengendalian terhadap proses 

proses  terkait strategi  tersebut dan memenuhi kapabilitas yang dipersyaratkan untuk 

mencapainya.  Setelah  identifikasi  aspek  aspek  Performance  Prism  dilakukan,  maka 

Page 6: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

38

pembuatan  variabel  atau  parameter  pengukuran  dapat  disusun  dengan  tetap 

mempertahankan  keterkaitan  antara  parameter  dengan  hasil  identifikasi  serta 

melakukan  benchmark  sebagai  bahan  pembanding  kinerja  perusahaan.  Pada  saat 

penerapan  ini  harus  diuji  apakah  Sistem  Manajemen  Kinerja  tersebut  telah  dapat 

mengakomodasikan  4  hal  utama  yaitu  pengukuran,  evaluasi,  diagnosis  dan  tindak 

lanjut  yang diperlukan  jika  kinerja  perusahaan/organisasi menyimpang dari  standar 

yang telah ditetapkan (Wibisono; 2006a).  

 

Tahap  terakhir dari siklus sistem pengukuran kinerja adalah Tahap Penyegaran yang 

merupakan  evaluasi  berkelanjutan  terhadap  sistem  yang  sedang  berjalan  yang 

ditujukan  untuk melihat  apakah  sistem  yang  ada masih  sesuai  dengan  perubahan 

perubahan yang terjadi di lingkungan stakeholder perusahaan.  

 

4.2.1.   Identifikasi  5  Sisi  Performance  Prism  pada  PT.  Indonesia  Power  UBP Kamojang 

Sebelum dilakukan identifikasi performance prism, terlebih dahulu harus diketahui siapa 

saja yang menjadi stakeholder sebuah perusahaan, dan secara umum stakeholder dibagi 

dalam  lima  kelompok  utama  yaitu;  Investor,  Pelanggan,  Pegawai,  Supplier,  serta 

Pemerintah dan Lingkungan sekitar. Berikut adalah gambar  stakeholder PT.  Indonesia 

Power UBP Kamojang. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.3. Stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang 

PT. Indonesia Power UBP Kamojang

Kantor Pusat

PENDANAAN

PT. PLN P3B

PELANGGAN

Karyawan UBP Kamojang & Pers.

Pegawai

PEGAWAI

Mitra dan pabrikan penyedia barang &

jasa

SUPPLIER

Pemerintah & masyarakat sekitar

pembangkitan

PEMERINTAH & LINGKUNGAN

Page 7: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

39

Selanjutnya identifikasi lima sisi Performance Prism akan dilakukan berdasar kelompok 

stakeholder  tersebut,  yang  masing  masing  akan  meliputi  identifikasi  Stakeholder 

Satisfaction, identifikasi Stakeholder Contribution, identifikasi Strategy, identifikasi Process, 

dan identifikasi Capability. Adapun proses identifikasi tersebut dapat dipandu berdasar 

lima pertanyaan berikut;  

1.  Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia 

Power UBP Kamojang? 

2.   Apakah  yang  diinginkan  serta  dibutuhkan  PT.  Indonesia  Power UBP Kamojang 

dari kelompok stakeholder ini? 

3.   Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan 

tersebut? 

4.   Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas? dan 

5.   Kapabilitas  apa  yang  harus  dikembangkan  dan  dipelihara  oleh  PT.  Indonesia 

Power UBP Kamojang? 

 

4.2.1.1. Kelompok Stakeholder 1: Kantor Induk 

Sebagai  sebuah unit bisnis pembangkitan, PT  Indonesia Power UBP Kamojang  tidak 

memiliki hubungan  langsung dengan  investor, dan untuk kepentingan perancangan 

sistem manajemen kinerja, kelompok stakeholder investor digantikan oleh Kantor Induk 

PT. Indonesia Power yang dalam hubungan kerjanya merupakan penyedia dana bagai 

proses  operasional  unit  bisnis.  Pun  demikian  secara  tidak  langsung  Kantor  Induk 

memiliki kepentingan  terhadap performa unit  salah  satunya untuk menarik  Investor 

dalam melakukan investasi di bidang pembangkitan listrik.  

Berikut  adalah  tabel  yang  berisikan  identifikasi  terhadap  Kantor  Induk  sebagai 

kelompok stakeholder pertama. 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

40

Tabel 4.1. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Kantor Induk 

A. •

• Konsistensi pemenuhan harapan oleh manajemen• Distribusi hasil kegiatan dan kinerja• Optimalisasi laba

• Ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan

B. • Modal kerja dan modal pengembangan (Anggaran)• Pembagian resiko secara bersama• Sumbang saran dan umpan balik

C. • Efisiensi dan efektivitas biaya• Penciptaan pembangkit prima• Penyusunan RKA unit jangka panjang• Pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan laba• Evaluasi pemenuhan kewajiban terhadap pusat

D. •

• Tata administrasi dan keuangan perusahaan• Perencanaan dan tata kelola perusahaan•

• Pengelolaan aneka usaha

E. • Kepemimpinan •

• Manajemen resiko• Fokus pasar dan positioning• Manajemen pemeliharaan (ProHAR)• Pengendalian administrasi (Teleska; ProDIN)

Kelengkapan dan ketepatan data sebagai alat evaluasiApakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

KANTOR INDUKNO URAIAN

KELOMPOK STAKEHOLDER

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas?

Pemeliharaan dan perawatan peralatan pembangkitan

Kapabilitas apa yang harus dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Tinjauan dan evaluasi manajemen terhadap kinerja perusahaan

Sistem Pengendalian keuangan (APARCM, ProTAN, ProANG, ProMON)

 

4.2.1.2. Kelompok Stakeholder 2: Pelanggan 

Kelompok berikutnya adalah pelanggan. Dalam  sistem Single Buyer Multi Seller yang 

diberlakukan di  Indonesia, pelanggan  tunggal sistem  jual beli energi  listrik  tidak  lain 

adalah  PT.  PLN  (Persero)  yang  dalam  hal  ini  ditangani  langsung  oleh  P3B  sebagai 

penyalur dari pembangkitan kepada bagian distribusi. Sedangkan pelanggan  lainnya 

merupakan pelanggan dari sektor non‐core business dan jumlahnya sangatlah sedikit. Di 

dalam  UBP  Kamojang,  pelanggan  tersebut  merupakan  pelanggan  tidak  tetap  dari 

bisnis aneka usaha, antara  lain penginapan, penyewa peralatan, dan  lain‐lain. Berikut 

tabel identifikasi pelanggan.  

 

Page 9: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

41

Tabel 4.2. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pelanggan 

A. • Ketepatan - Kualitas produk sesuai harapan•

• Mudah - Kemudahan untuk melakukan transaksi

B. • Laba - margin keuntungan untuk re-investasi• Pertumbuhan - peningkatan penjualan •

C. • Peningkatan jam operasi pembangkit• Perumusan harga secara tepat• Pelayanan terhadap pelanggan utama• Peningkatan kualitas produk• Peningkatan keandalan pembangkit

D. • Tata operasional dan niaga pembangkitan• Pemeliharaan pembangkitan• Bidding energi dan kontrak kapasitas pembangkit• Pembinaan jaringan kerja• Perencanaan dan tata kelola perusahaan

E. • Sistem manajemen mutu• Sistem operasi dan niaga (ProNIA)• Manajemen hubungan pelanggan• Manajemen harga• Pelayanan teknis

Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Opini - umpan balik dan saran untuk kemajuan perusahaanKepercayaan - akses terhadap informasi yang dibutuhkan perusahaan

NO URAIAN

Murah - harga yang wajar sesuai dengan produk dan jasa

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

PELANGGAN

Cepat - Ketepatan atau kecepatan serta keandalan pengiriman produk

KELOMPOK STAKEHOLDER

 

 

4.2.1.3. Kelompok Stakeholder 3: Pegawai 

Pegawai merupakan aset yang  sangat berharga bagi perusahaan, dalam hal  ini yang 

termasuk dalam kelompok stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang adalah 325 

karyawan  dan  karyawati  yang  tercatat  sebagai  pegawai  tetap  perusahaan.  Pegawai 

tersebut  terikat dalam sebuah wadah yakni Persatuan Pegawai UBP Kamojang, yang 

berdiri  sebagai  mitra  bagi  perusahaan.  Suara  pegawai  seringkali  diwakili  oleh 

perwakilan  mereka  dalam  Persatuan  Pegawai,  dan  komunikasi  intens  antara 

Perusahaan  dan  Pegawai  terbina  dalam  wadah  ini.  Adapun  identifikasi  terhadap 

kelompok stakeholder ini dapat dilihat pada tabel di halaman berikut. 

 

Page 10: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

42

Tabel 4.3. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pegawai 

A. •

• Upah - Total paket kompensasi

B. • Tenaga - Keahlian, produktivitas, fleksibilitas• Hati - Loyalitas, komitmen, pengalaman, moral• Pikiran - Kualifikasi, pengetahuan, kerjasama•

C. • Membangun budaya perusahaan yang dibutuhkan• Mempertahankan dan membentuk SDM unggul• Menarik dan merekrut SDM terbaik• Pengembangan saluran komunikasi pegawai• Penciptaan iklim kondusif dalam bekerja

D. • Monitoring penerapan budaya perusahaan• Pendidikan dan pelatihan pegawai• Mentoring calon calon pegawai (Co-OP)• Pembangunan dan pemeliharaan KKC• Pengawasan keamanan dan keselamatan kerja• Pengukuran dan Penilaian kinerja pegawai

E. • Sistem Pengelolaan SDM (P3JJ)• IP-HAPPPI• Training Need Analysis• Punish & Reward System• Standar rekruitmen• Sistem keamanan dan keselamatan kerja• 360o employee valuation• Sistem renumerasi

KELOMPOK STAKEHOLDER

Tujuan - minat kerja, desain pekerjaan, kebanggaan terhadap pencapaian, dukungan perusahaan

Suara - sumbang saran, kontribusi, keragaman, budaya

Keahlian - Keahlian yang bermanfaat, Ketersediaan dan kualitas diklat, akses terhadap pengetahuan dan bimbingan

Perhatian - penghargaan, perlakuan wajar dan pasti, lingkungan fisik, kebijakan, moral dan prospek

PEGAWAINO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

 

4.2.1.4. Kelompok Stakeholder 4: Supplier 

Supplier yang dimaksud di sini  terdiri dari dua golongan yaitu pabrikan atau vendor 

material pemeliharaan dan  atau peralatan  serta mitra mitra penyedia  barang &  jasa 

yang  bertindak  sebagai  broker  dalam  pengadaan  barang  dan  jasa  tersebut.  Sebagai 

BUMN,  ini  sejalan  dengan  amanat  pemerintah  untuk  mengangkat  rekanan  dalam 

rangka menaikkan taraf hidup masyarakat utamanya golongan ekonomi menengah ke 

bawah. 

 

 

Page 11: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

43

Tabel 4.4. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Supplier 

A. • Laba - margin keuntungan untuk re-investasi• Pertumbuhan - peningkatan penjualan •

B. • Ketepatan - Kualitas produk sesuai harapan•

• Mudah - Kemudahan untuk melakukan transaksi

C. •

• Kepastian dan keamanan pengadaan barang/jasa•

D. • Realisasi kebutuhan belanja barang dan jasa• Penerimaan dan pelunasan tagihan• Pengukuran dan penilaian kinerja suplier • Permintaan anggaran tunai• Penerimaan pekerjaan dan atau barang

E. • Keahlian negosiasi pembelian• E-procurement• Sistem pengelolaan pembayaran (APARCM)• Akreditasi dan audit suplier• Database harga pengadaan barang/jasa

KELOMPOK STAKEHOLDER

Opini - umpan balik dan saran untuk kemajuan perusahaan

Pengembangan performa supplier - kualitas, pengiriman, pelayanan

Kepercayaan - akses terhadap informasi yang dibutuhkan perusahaan

Murah - harga yang wajar sesuai dengan produk dan jasaCepat - Ketepatan atau kecepatan serta keandalan pengiriman produk

SUPLIER

Percepatan waktu pemenuhan kewajiban terhadap suplier dan rekanan

NO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

 

4.2.1.5. Kelompok Stakeholder 5: Pemerintah & Komunitas Lainnya 

Stakeholder kelima terdiri dari dua golongan yaitu Pemerintah dan Lingkungan sekitar 

PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Seiring  dengan  semangat  otonomi  daerah, 

pemerintah dan  lingkungan  yang dimaksud  adalah Pemerintah Daerah di mana PT 

Indonesia  Power  UBP  Kamojang  berlokasi  serta masyarakat  dan  organisasi  sekitar 

pembangkitan. Namun demikian, Pemerintah  Indonesia dan badan regulator  lainnya 

pun tidak bisa turut diabaikan mengingat dua kelompok  ini  juga memegang peranan 

penting dalam perkembangan dan kelangsungan usaha perusahaan.  

   

Page 12: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

44

Tabel 4.5. Identifikasi Performance Prism terhadap Kelompok Pemerintah & Komunitas Lainnya. 

A. • Hukum - Perusahaan taat terhadap peraturan •

• Kerja - Porsi pekerjaan terhadap komunitas sekitar•

B. •

• Berdasar - peraturan memiliki dasar penerapan• Jelas - peraturan tidak membingungkan• Saran - saran penerapan dari badan pengatur • Reputasi - Reputasi positif dan kuat di lingkungan• Keahlian - keahlian khusus yang dimiliki komunitas• Supplier - Ketersediaan suplier handal dari komunitas•

C. • Pengembangan community development• Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku• Kepedulian dan tanggung jawab• Pembinaan dan pengawasan lingkungan sekitar

D. •

• Seleksi pendanaan dan donasi• Pemutakhiran peraturan yang berlaku• Review dan persiapan peraturan yang akan berlaku• Pemeliharaan saluran komunikasi eksternal• Perencanaan kebutuhan sumber daya lokal

E. • Sistem manajemen lingkungan• Standar seleksi pendanaan dan donasi•

• Database peraturan peraturan terkini

Proses manakah yang berhubungan dengan pelaksanaan strategi di atas?

Kapabilitas apa yang harus dikembangkan dan dipelihara oleh PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan PT. Indonesia Power UBP Kamojang dari kelompok stakeholder ini?

Strategi apakah yang dapat digunakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut?

Penegakan hukum - peraturan diterapkan dan dapat menjamin usaha

Dukungan - dari komunitas terhadap usaha dan proses bisnis perusahaan

NO URAIAN

Apakah yang diinginkan serta dibutuhkan kelompok stakeholder dari PT. Indonesia Power UBP Kamojang?

Hubungan dengan regulator, pemda, tokoh komunitas serta lembaga penekan lainnya (LSM)

PEMERINTAH DAN KOMUNITAS LAINNYA

Keamanan - Perusahaan menjamin elemennya tidak membahayakanJujur - Perusahaan mengkomunikasikan apa yang dikerjakan dan melaksanakan komitmennya

Konsisten - Perusahaan mempertahankan dan menumbuhkan sumbangsih terhadap komunitas

Penyediaan dan pengembangan keahlian dan lapangan pekerjaan

Perencanaan kebutuhan program community development

KELOMPOK STAKEHOLDER

Sejahtera - Perusahaan berperan dalam peningkatan kesejahteraan komunitas sekitar

Integritas - Perusahaan berprilaku secara jujur, bertanggungjawab, dan dermawan

 

 

4.2.2. Identifikasi dan Verifikasi KPI 

Setelah  identifikasi  stakeholder berdasar kerangka  performance prism  selesai dilakukan, 

langkah  berikutnya  adalah  menuangkan  identifikasi  tersebut  dalam  indikator  atau 

parameter  pengukuran  kinerja.  Langkah  pertama,  penulis mengumpulkan  berbagai 

pendapat  mengenai  KPI  yang  seharusnya  diukur  dalam  usaha  mencapai  kinerja 

perusahaan  yang  baik.  Data  ini  diperoleh  dengan  jalan  melakukan  brainstorming 

Page 13: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

45

terhadap responden yang dianggap kompeten dan memiliki pengetahuan pada masing 

masing  fungsi  manajemen  di  dalam  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang  sesuai 

bidangnya.  

 

Berdasar  hasil  brainstorming  tersebut  dan  dengan  mempertimbangkan  parameter 

pengukuran kinerja yang selama ini dijalankan di PT Indonesia Power UBP Kamojang, 

penulis mengumpulkan  beberapa  item KPI  dan melakukan  pengklasifikasian  sesuai 

dengan kerangka dasar performance prism yang telah dibentuk sebelumnya. 

 

Sedangkan  sebagai validasi dalam  rangka mendapatkan hasil penelitian yang akurat 

dan handal, kerangka KPI yang  telah dirumuskan oleh penulis didiskusikan kembali 

dengan  tim  ahli  yang  selama  ini  ditunjuk  untuk melakukan  pemantauan  terhadap 

kinerja UBP Kamojang,  sehingga  didapat  suatu  daftar KPI  dengan  batasan  batasan 

yang saling terkait sebagai suatu proses untuk menciptakan nilai bagi para stakeholder. 

Adapun daftar KPI setelah divalidasi oleh tim ahli PT Indonesia Power UBP Kamojang 

adalah sebagaimana tertera dalam halaman berikutnya. 

 

Page 14: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

46

Tabel. 4.6. Daftar Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang berdasar Performance Prism 

A. • • Tingkat kepuasan pelanggan (Survey) • Tingkat kepuasan pegawai (Survey)• Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai) • Perputaran pegawai keluar dan masuk

• Tingkat kegagalan berulang • Tingkat komplain pelanggan • Profil alasan pegawai keluar (interview)• Jumlah dan bobot temuan audit dari Pusat • Tingkat penghematan pembelian • Tingkat keluhan pegawai• Tingkat pencapaian laba • Retur atau kegagalan pembelian • Relevansi dan kualitas pendidikan dan pelatihan• Performa laporan keuangan

B. • Deviasi persetujuan anggaran oleh kantor pusat • Analisa profitabilitas pelanggan • Penjualan per biaya kepegawaian• • Loyalitas pelanggan • Output / Produktivitas pegawai

• Nilai bisnis yang hilang (akibat kompetitor) • Absensi pegawai• • Umpan balik dan saran dari customer • Umpan balik dari pegawai / PP

• Penerimaan data forecast permintaan energi • Pengembangan performa pegawai• Tingkat sosialisasi peraturan dan kebijakan pusat • Akurasi forecast permintaan • Kemauan untuk menambah keahlian

C. • • Tren penyediaan energi listrik • Tingkat penerapan budaya perusahaan• Tren kenaikan penjualan / Rencana Operasi Harian • Tingkat keahlian pegawai

• Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun • Tingkat kualitas tegangan dan frekuensi • Tingkat penerimaan pegawai baru• Pembuatan dan evaluasi RJP unit dalam laporan • • Tingkat inovasi pegawai• Jumlah pemakaian sendiri energi listrik • Tren temuan audit bidang kepegawaian & SDM• Rasio laba bersih dengan biaya • Tingkat gangguan/derating operasi pembangkitan • Tingkat performa saluran komunikasi pegawai• Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan • Deviasi negatif capacity factor thd load factor

D. • Tingkat kerusakan berulang • Ketersediaan Energi Listrik (EAF) • Laporan dan kuesioner budaya perusahaan• Tingkat kecepatan masa pemeliharaan • • Tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai• • Hasil uji calon calon pegawai (CoOP)

• Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR) • Tingkat penggunaan KKC• Respon per bagian dlm penyelesaian masalah • Frekuensi ketidaksiapan mendadak (SOF) • Tingkat kecelakaan kerja• Jumlah penghasilan aneka usaha • Temuan audit internal bidang operasi dan niaga • Pencapaian target kinerja per pegawai• Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per KwH • Penambahan nilai penjualan energi / ROH

E. • Konsistensi penggunaan sistem dan aplikasi • Tingkat penerapan SMM • Tingkat pemanfaatan sistem P3JJ• Laporan manajemen resiko • Tingkat penerapan ProNIA • Konsistensi penerapan IP HAPPPI• Penilaian terhadap brand • Penerimaan kas dari penjualan • Konsistensi penyusunan TNA• Tren temuan audit pusat • Harga jual komparatif (benchmark) • Tingkat penerapan punish & reward system

• Tingkat respon teknis terhadap keluhan pelanggan • Pemenuhan standar rekrutment• Tingkat penerapan SMK3

Ketepatan penyampaian laporan per bagian sesuai permintaan kantor pusat

Stakeholder Contribution Measures

Stakeholder-related Strategy Measures

Stakeholder-related Process Measures

Stakeholder-related Capability Measures

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / bulan

Deviasi realisasi dengan anggaran biaya & pengeluaran lainnya

Temuan audit internal bidang pemeliharaan dan administrasi keuangan

NO URAIAN KELOMPOK STAKEHOLDER PT INDONESIA POWER UBP KAMOJANGINDUK PERUSAHAAN DAN INVESTOR PELANGGAN PEGAWAI

Faktor terencana terhadap ketidaksiapan energi (POF)

Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksi

Stakeholder Satisfaction Measures

Sumbang saran atau bimbingan permasalahan pada unit oleh pusat

Page 15: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

47

A. • Tingkat kepuasan supplier (Survey) • Tingkat pengulangan ketidakpatuhan peraturan• Tren pembelanjaan rata rata per rekanan • Tingkat dukungan terhadap komunitas lokal• Rata rata retensi suplier (masa kerja) • Tingkat aktivitas kelompok penekan• Tingkat perubahan kontrak/spesifikasi • Persepsi masyarakat terhadap perusahaan

• Tingkat investasi infrastruktur lokal•

B. • Kontribusi supplier terhadap efisiensi dan penerimaan • Tingkat respon terhadap permintaan perusahaan• Tingkat komplain terhadap performa supplier • Tingkat sumbangsih pemerintah thd pengembangan• Tingkat ketidaktepatan kualitas • Tingkat sumbangsih komunitas thd pengembangan• Tingkat keterlambatan pengiriman • Jumlah dan kualitas rekruitmen lokal• Tingkat permasalahan purna jual • Nilai dan kualitas pengadaan lokal• Tingkat sumbang saran supplier terhadap perbaikan • Tingkat gangguan dari komunitas lokal

C. • Tren performa supplier • Jumlah dan nilai program community development• Tingkat pembatalan kontrak • Tren temuan audit kepatuhan• Tren waktu pembayaran • Tingkat respon perusahaan terhadap lingkungan• Tren waktu penyelesaian kontrak ••

D. • Tingkat penyelesaian rencana kebutuhan •• Jangka waktu pembayaran• Jangka waktu proses pembuatan kontrak • Proporsi pengalokasian dana dan donasi• Jangka waktu penyelesaian berita acara • Temuan atas audit kepatuhan• Tingkat kelengkapan anggaran tunai • Tingkat respon terhadap peraturan yang baru• Tingkat respon terhadap supplier • Tingkat kemudahan penyampaian inf. eksternal• Temuan internal audit terkait proses logistik • Tingkat penggunaan sumber daya lokal

E. • Nilai tambah dari negosiasi pembelian • Tingkat penerapan SML• Jumlah kontrak diproses melalui e-proc • Pemenuhan standar seleksi pendanaan & donasi• Tingkat kepatuhan prosedur APARCM •• Raport suplier• Tingkat kelengkapan database harga • Tingkat kelengkapan database peraturan

• Jumlah keahlian dan lapangan kerja bagi lingkungan

Stakeholder-related Capability Measures

Stakeholder Satisfaction Measures

Stakeholder Contribution Measures

Stakeholder-related Strategy Measures

Stakeholder-related Process Measures

Kualitas hubungan dengan lingkungan sekitar dan regulator

Jumlah deviasi rencana & realisasi program community development

Tren temuan internal audit terkait proses pengadaan barang & jasa

Tingkat pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap lingkungan dan pemerintah

SUPLIER DAN REKANAN PEMERINTAH DAN KOMUNITAS LAINNYA

Tingkat penciptaan pekerjaan (langsung/tak langsung)

KELOMPOK STAKEHOLDER PT INDONESIA POWER UBP KAMOJANGNO URAIAN

Tabel. 4.6. (Lanjutan)  Daftar Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang berdasar Performance Prism 

Page 16: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

48

Adapun batasan‐batasan  sebagai kriteria yang akan digunakan  sebagai validasi hasil 

kuesioner  adalah  peta  hubungan  antar  parameter  kinerja  dengan  kerangka  dasar 

performance  prism  (terlampir).  Bagan  ini  dirancang  untuk  menentukan  apakah  KPI 

berdasar tabulasi penilaian yang diberikan oleh para responden ahli melalui kuesioner 

dapat  digunakan  lebih  lanjut  atau  tidak.  Apabila  salah  satu  KPI  ternyata  tidak 

konsisten terhadap kriteria tersebut maka KPI terkait tidak akan digunakan, sebaliknya 

KPI  akan diberikan  bobot  berdasar metode Analytic Hierarchy Process  (AHP)  apabila 

memenuhi  kriteria.  Namun  untuk  lebih  mengerucutkan  KPI  pada  kerangka  yang 

sesuai,  sebelumnya penulis menggunakan model Gauging Absence Pre‐requisite  (GAP) 

analysis untuk menentukan tingkat kebutuhan perusahaan terhadap KPI tersebut pada 

masa ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Wibisono (2006b) bahwa analisa tersebut dapat 

digunakan untuk menentukan  perbedaan  antar  prasyarat  yang diinginkan  terhadap 

kondisi lingkungan perusahaan. 

 

4.2.3. Pembobotan KPI dan Pengukuran Kinerja 

Parameter  parameter  kinerja  yang  telah  dirumuskan  dituangkan  dalam  bentuk 

kuesioner dan disebarkan kepada tujuh responden ahli yang masing masing mewakili 

fungsi  manajemen  yaitu  fungsi  Operasi  dan  Niaga,  fungsi  Pemeliharaan,  fungsi 

Perencanaan dan Enjiniring, fungsi Logistik, fungsi Keuangan, fungsi Sistem dan SDM, 

serta  fungsi  Humas.  Guna  mencegah  bias  terhadap  pertanyaan  pertanyaan  dalam 

kuesioner,  maka  dalam  pola  pengisian  kuesioner  penulis  mengadakan  wawancara 

langsung terhadap masing masing responden, dan responden melakukan pembobotan 

terhadap  isi kuesioner pada  saat yang bersamaan. Tabulasi dalam hal  ini dilakukan 

setelah seluruh kuesioner telah terkumpul sebagaimana dalam lampiran. Pada tabulasi 

tersebut,  bobot  rata  rata  masing  masing  KPI  dapat  dtentukan  dan  dilakukan 

pengolahan  lebih  lanjut  dengan  menggunakan  GAP  Analysis  untuk  menentukan 

prioritas kebutuhan perusahaan terhadap masing‐masing parameter kinerja. 

 

Page 17: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

49

Penulis membagi masing masing dimensi  performance prism pada  lima  interval  yang 

mewakili lima kategori permasalahan menurut Kochtar sebagaimana dikutip Wibisono 

(2006b): 

Kategori 1  :  Ini mengindikasikan permasalahan serius yang harus  segera dipecahkan 

dalam  jangka pendek, dan pemecahan masalahnya akan segera berdampak  terhadap 

keuntungan perusahaan. 

Kategori  2  : Mengindikasikan permasalahan  serius  sebagai prasyarat dan karenanya 

akan  lebih  tepat  diselesaikan  dengan  pengembangan  yang  sesuai  dan  logis  serta 

rencana implementasi. 

Kategori  3  :  Bukan merupakan  permasalahan  serius,  dan  dapat  segera  diselesaikan. 

Jika berhasil, akan mendatangkan keuntungan jangka pendek. 

Kategori 4 : Bukan merupakan permasalah serius, meskipun dapat segera dipecahkan 

memiliki kecenderungan tidak akan mendatangkan keuntungan dalam jangka pendek. 

Oleh karenanya, ini akan diselesaikan apabila merupakan prasyarat dari hal lainnya. 

Kategori  5  :  Ini  bukanlah  titik  permasalahan  sesungguhnya, merupakan  pertanyaan 

yang berhubungan dengan identifikasi terhadap situasi tertentu yang dapat digantikan 

oleh pertanyaan lainnya. 

 

Dengan demikian, parameter kinerja dengan bobot yang tertinggi akan masuk dalam 

ketegori  1,  sebaliknya  parameter  kinerja  dengan  bobot  yang  terkecil masuk  dalam 

kategori 5, dan parameter  lainnya  sesuai  intervalnya akan dialokasikan pada masing 

masing kategori lainnya. Berikut adalah hasil pengkategorian parameter kinerja di UBP 

Kamojang. 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

50

Tabel 4.7. Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

 

 

 

Page 19: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

51

Tabel 4.7. (Lanjutan) Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

 

 

Page 20: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

52

Tabel 4.7. (Lanjutan) Kategori GAP Analysis terhadap Parameter Kinerja 

 

Sesuai dengan GAP Analysis, KPI  yang  akan diolah  lebih  lanjut  adalah  yang masuk 

dalam  kategori  1  dan  2.  Akan  tetapi  parameter  yang  lolos  pun masih  harus  diuji 

konsistensinya  terhadap  peta  performance  prism  PT  Indonesia  Power UBP Kamojang 

yang telah dibuat sebelumnya, dan diperoleh 67 KPI sebagaimana dalam bagan bagan 

berikut: 

Page 21: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

53

Deviasi realisasi dengan anggaran biaya & pengeluaran lainnya

Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun

Pembuatan dan evaluasi RJP unit dalam laporan

Jumlah pemakaian sendiri energi listrik

Rasio laba bersih dengan biaya / Harga Pokok Produksi

Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan

Tingkat kerusakan berulang

Tingkat kecepatan masa pemeliharaan

Temuan audit internal bidang pemeliharaan

dan keuangan

Respon per bagian dlm penyelesaian masalah

Jumlah penghasilan aneka usaha

Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per

KwH

PROCESSSTRATEGYSTAKEHOLDER SATISFACTION

Ketepatan penyampaian laporan per bagian sesuai peraturan

Tingkat kegagalan berulang

Jumlah dan bobot temuan audit dari Pusat

Tingkat pencapaian laba

Performa laporan keuangan

STAKEHOLDER CONTRIBUTION

Deviasi persetujuan anggaran oleh kantor pusat

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / blnSumbang saran atau bimbingan

permasalahan pada unit oleh pusatTingkat sosialisasi peraturan dan

kebijakan pusat

CAPABILITY

Konsistensi penggunaan sistem

dan aplikasi

Laporan manajemen resiko

Penilaian terhadap brand

Tren temuan audit pusat

Gambar 4.4. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Kantor Induk 

Page 22: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

54

Tren penyediaan energi listrik

Tren kenaikan penjualan / Rencana Operasi Harian

Tingkat kualitas tegangan dan frekuensi

Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksi

Tingkat gangguan dan derating operasi pembangkitan

Deviasi negatif capacity factor terhadap load factor

Ketersediaan Energi Listrik (EAF)

Faktor terencana terhadap ketidaksiapan

energi (POF)

Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR)

Frekuensi ketidaksiapan

mendadak (SOF)

Temuan audit internal bidang operasi dan

niaga

Penambahan nilai penjualan energi / ROH

PROCESSSTRATEGYSTAKEHOLDER SATISFACTION

Tingkat kepuasan pelanggan (Survey)

Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai)

Tingkat komplain pelanggan

Tingkat penghematan pembelian

Retur atau kegagalan pembelian

CAPABILITY

Tingkat penerapan SMM

Tingkat penerapan ProNIA

Penerimaan per penjualan

Harga jual komparatif (benchmark)

STAKEHOLDER CONTRIBUTION

Analisa profitabilitas pelanggan

Loyalitas pelanggan

Nilai bisnis yang hilang (akibat kompetitor)

Umpan balik dan saran dari customer

Penerimaan data forecast permintaan energi

Akurasi forecast permintaan

Tingkat respon teknis terhadap keluhan

pelanggan

Gambar 4.5. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Pelanggan 

Page 23: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

55

 

Gambar 4.6. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Pegawai 

Page 24: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

56

 

Gambar 4.7. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Supplier 

Page 25: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

57

 

Gambar 4.8. Peta Konsistensi antar KPI pada Lingkup Stakeholder Pemerintah & Komunitas Lainnya 

Page 26: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

58

Nampak  dalam  peta  konsistensi  antar  KPI  pada  Lingkup  Stakeholder  Pelanggan 

dilakukan pencoretan satu KPI yaitu penerimaan data  forecast permintaan energi. Ini 

dikarenakan  KPI  tersebut  tidak  terkait  dengan  salah  satu  strategi  ataupun  proses 

dalam mewujudkan kebutuhan pelanggan. Daftar KPI yang akan dipergunakan dalam 

sistem  pengukuran  kinerja UBP Kamojang  dengan  demikian  dapat  disusun  sebagai 

berikut: 

Tabel 4.8. Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang 

STAKEHOLDER : KANTOR INDUK1234567891011121314

STAKEHOLDER : PELANGGAN151617181920212223242526272829

Jam kerja operasi pembangkit dalam setahun

Tingkat biaya operasi dan pemeliharaan per KwH

Tingkat kerusakan berulangTingkat kecepatan masa pemeliharaan

Rasio laba bersih dengan biaya / Harga Pokok Produksi

NO

Performa laporan keuanganTingkat pencapaian laba

Tingkat kepuasan pelanggan (Survey)Benchmark daya kompetisi (kualitas/layanan/nilai)

KEY PERFORMANCE INDICATOR

Ketepatan permintaan pengiriman alokasi tunai minggu I & III / bln

Tren temuan audit pusat

Jumlah kewajiban yang berhasil diselesaikan

Tingkat sosialisasi peraturan dan kebijakan pusat

Konsistensi penggunaan sistem dan aplikasiLaporan manajemen resiko

Respon per bagian dlm penyelesaian masalah

Tingkat komplain pelangganTingkat penghematan pembelian

Tingkat kualitas tegangan dan frekuensiNilai bisnis yang hilang (akibat kompetitor)

Faktor terencana terhadap ketidaksiapan energi (POF)Tingkat ketidaksiapan tak terencana (EFOR)Frekuensi ketidaksiapan mendadak (SOF)

Tingkat kecepatan masuk dalam jaringan interkoneksiTingkat gangguan dan derating operasi pembangkitanKetersediaan Energi Listrik (EAF)

Harga jual komparatif (benchmark)

Tingkat penerapan SMMPenerimaan kas dari penjualan

Page 27: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

59

Tabel 4.8. (Lanjutan) Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang 

STAKEHOLDER : PEGAWAI303132333435363738394041424344

STAKEHOLDER : SUPPLIER454647484950515253545556

STAKEHOLDER : PEMERINTAH & LINGKUNGAN5758596061626364656667

Tingkat inovasi pegawai

NO KEY PERFORMANCE INDICATOR

Tingkat penerapan budaya perusahaanTingkat keahlian pegawai

Penjualan per biaya kepegawaianOutput / Produktivitas pegawai

Tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai

Tingkat kepuasan pegawai (Survey)Relevansi dan kualitas pendidikan dan pelatihan

Pengembangan performa pegawaiKemauan untuk menambah keahlian

Pemenuhan standar rekrutmentTingkat penerapan SMK3

Tingkat penerapan punish & reward system

Tingkat kecelakaan kerjaPencapaian target kinerja per pegawai

Tingkat ketidaktepatan kualitasTingkat keterlambatan pengiriman

Tingkat perubahan kontrak/spesifikasiTingkat kepuasan supplier (Survey)

Tren temuan internal audit terkait proses pengadaan barang & jasaTingkat penyelesaian rencana kebutuhanJangka waktu pembayaran

Tren performa supplierTren waktu pembayaran

Persepsi masyarakat terhadap perusahaanTingkat pengulangan ketidakpatuhan peraturan

Temuan internal audit terkait proses logistik Nilai tambah dari negosiasi pembelianJumlah kontrak diproses melalui e-proc

Tingkat respon perusahaan terhadap lingkunganTingkat pemenuhan kewajiban prshn thd lingkungan & pemerintah

Tingkat gangguan dari komunitas lokal

Tingkat penciptaan pekerjaan (langsung/tak langsung)Tingkat sumbangsih pemerintah thd pengembangan

Tingkat penerapan SMLKualitas hubungan dengan lingkungan sekitar dan regulator

Temuan atas audit kepatuhanTingkat respon terhadap peraturan yang baru

Pembobotan akhir  terhadap KPI dilakukan  terhadap 67  item  tersebut di atas dengan 

menggunakan model AHP yang diselenggarakan dengan software bantuan yaitu expert 

choice  versi  11.  Pada  model  ini  terlebih  dahulu  disusun  hirarki  performance  prism 

sebagaimana gambar di bawah ini. 

Page 28: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

60

Gambar 4.9. Hirarki Performance Prism pada PT. Indonesia Power UBP Kamojang

Page 29: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

61

Selanjutnya  responden  ahli  kembali  diminta  untuk melakukan  pengisian  kuesioner 

expert choice pada tingkat satu guna membedakan pembobotan kepentingan di antara 

kelima stakeholder PT Indonesia Power UBP Kamojang dengan hasil sebagai berikut. 

 

Gambar 4.10. Hasil Pembobotan Hirarki Performance Prism Level Satu 

 

Tampak  dalam  grafik  tersebut,  pembobotan  kelima  stakeholder  PT  Indonesia  Power 

UBP Kamojang memiliki  inkonsistensi  0,01 dan dengan demikian  tingkatan  tersebut 

masih dapat diterima karena berada dibawah batas  inkonsistensi matriks sebesar 0,1. 

Dari  grafik  juga  dapat  dilihat  bahwa  stakeholder  yang  dianggap  memiliki  posisi 

terpenting  adalah pelanggan, kantor  induk, pegawai, dan  selanjutnya berturut  turut 

adalah pemerintah &  komunitas  lainnya  serta  supplier dan  rekanan  atau mitra  kerja 

lainnya. 

 

Bobot masing masing KPI  akan didapat  dengan mengkombinasikan masing masing 

hirarki, sebagaimana gambar di bawah ini. 

Page 30: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

62

 

Gambar 4.11. Hasil Pembobotan Parameter Kinerja PT. Indonesia Power UBP Kamojang 

 

Page 31: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

63

 

Gambar 4.11. (Lanjutan) Hasil Pembobotan Parameter Kinerja PT. Indonesia Power UBP Kamojang 

 

Dapat dilihat  inkonsistensi KPI di  atas masih di  bawah  0,1  atau  tepatnya  0,01  yang 

berarti  bahwa  KPI  tersebut  dapat  diterima  konsistensinya.  EAF  dalam  hal  ini 

merupakan parameter kinerja dengan bobot yang paling  tinggi sedangkan parameter 

kinerja dengan bobot terendah tersebar pada stakeholder rekanan dan mitra kerja, yaitu 

terdiri  dari  tingkat  kepuasan  supplier,  tingkat  perubahan  kontrak,  tren  performa 

supplier,  tren  temuan  audit  bidang  pengadaan,  jangka waktu pembayaran, dan  nilai 

tambah yang didapat dari negosiasi pembelian.  

 

Parameter kinerja di atas dapat digunakan  sebagai patokan awal untuk menentukan 

pencapaian  kinerja  PT  Indonesia  Power  UBP  Kamojang.  Prestasi  perusahaan  akan 

dihitung  berdasar  bobot  KPI  tersebut,  KPI  yang  lebih  berpengaruh  terhadap 

pencapaian  tujuan  perusahaan  tentunya  akan  memiliki  bobot  yang  lebih  tinggi 

dibandingkan dengan yang lainnya, namun bukan berarti KPI lainnya diabaikan. Dan 

dalam perjalanan perusahaan, parameter parameter ini harus dievaluasi secara berkala 

Page 32: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

64

dan dilakukan perubahan apabila dipandang tidak lagi mewakili lingkungan usaha PT 

Indonesia Power UBP Kamojang. 

 

Selanjutnya model pengukuran kinerja berdasar performance prism tersebut diatas dapat 

dipadukan  dengan  model  scoring  system  seperti  halnya  OMAX  (Objective  Matrix) 

sebagaimana fungsinya untuk menyamakan skala nilai dari masing masing indikator, 

sehingga  pengelola  perusahaan  akan  mampu  mengukur  dan  menentukan  tingkat 

pencapaian  terhadap masing masing parameter yang ada. OMAX merupakan model 

pengukuran  terkelompok,  berdasar  tujuan,  dan  sekaligus  alat  untuk  mendorong 

motivasi. Adapun skema penilaian berdasar model OMAX  dapat dilihat pada gambar 

di bawah ini. 

Gambar 4.12. Skema Penilaian berdasar Objective Matrix (OMAX) 

 

Sebagaimana  dijabarkan  oleh  Parsons  (2001),  OMAX  memiliki  keunggulan 

dikarenakan empat hal berikut: 

• Kemampuan  untuk menormalisasi  satuan  satuan  dari  spesifikasi  pengukuran 

yang berbeda. 

• Fleksibilitas  dalam  mengakomodasi  kualitas  pengukuran,  waktu,  keamanan, 

prilaku pegawai, produktivitas, dan hasil. 

Page 33: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

65

• Orientasi  keluaran  dibandingkan  secara  sederhana  dengan  aktivitas 

pengukuran, dan 

• Kemampuan  untuk  melakukan  pengukuran  kontra  prestasi  dan 

menggabungkannya dalam satu produk yang menyeluruh. 

 

Skema  OMAX  di  atas  terbagi  menjadi  tiga  bagian  yaitu  bagian  A,  B  dan  C 

(Anggadinata, 1997) yang masing masing dapat dijelaskan sebagai berikut. 

Bagian  A,  merupakan  bagian  Defining  atau  menentukan  faktor  faktor  yang 

mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam hal ini telah didapat KPI 1 sampai dengan 

67  yang  masing  masing  mewakili  kelompok  stakeholder  PT  Indonesia  Power  UBP 

Kamojang.  Baris  Performance  merupakan  hasil  pencapaian  kinerja  aktual  UBP 

Kamojang pada masing masing KPI tersebut. 

Bagian  B,  adalah  bagian  Quantifying,  di  bagian  ini  ditentukan  pembagian  level 

pencapaian  kinerja  dari  level  10  sampai  dengan  level  terendah  atau  nol.  Level  10 

merupakan  pencapaian  tertinggi  atau  target  yang  telah  ditentukan  oleh  perusahaan 

melalui  mekanisme  kontrak  antara  General  Manager  UBP  dengan  Direktur  PT. 

Indonesia Power. Tingkat pencapaian awal saat matriks dioperasikan diletakkan pada 

level 3, dan dibawah level 3 adalah pencapaian yang lebih buruk dari kinerja awal atau 

saat matriks dioperasikan. Besaran matriks dapat diperoleh dengan membagi interval 

antara level 10 sampai dengan level 3 dan interval level 3 sampai dengan level 0. 

Bagian C, adalah bagian Monitoring sebagai analisa terhadap score, weight dan value dari 

masing  masing  KPI.  Baris  level  atau  score  diisikan  sesuai  dengan  posisi  level 

pencapaian KPI  yang  telah  ditentukan  di  bagian  B.  Baris weight  diisi  bobot masing 

masing KPI yang dalam hal ini telah ditentukan di atas berdasar perhitungan dengan 

metode AHP. Sedangkan baris value merupakan hasil penilaian atau pengalian antara 

baris level dengan bobot KPI. 

 

Index merupakan  jumlah  seluruh  nilai  (value)  dari  setiap  kriteria  yang menyatakan 

indikator  pencapaian  kinerja  (performance  indicator).  Peningkatan  kinerja  dapat 

Page 34: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

66

ditentukan  dari  besarnya  kenaikan  indikator  pencapaian  yang  terjadi  antara  yang 

sekarang dengan yang sebelumnya. 

Secara lebih jelas, Riggs dan Felix sebagaimana dikutip oleh Ghebrit (2004) menyusun 

sepuluh urutan  untuk mengoperasikan OMAX yaitu: 

1. Identifikasi kriteria kriteria mayor dan model atau rumusan pengukuran yang 

sesuai untuk setiap kriteria tersebut. Dalam hal  ini perusahaan atau unit bisnis 

telah  menggunakan  kerangka  dasar  performance  prism  sebagaimana  telah 

dibahas sebelumnya dengan menggunakan rumusan pengukuran terlampir. 

2. Tingkatan kinerja  saat  ini dihitung dan dikorespondesikan dalam nilai 3 pada 

level  1  sampai  dengan  10.  Dengan  demikian  nilai  atau  tingkat  3 merupakan 

kinerja unit bisnis yang menjadi patokan atau hasil kinerja sebelum dilakukan 

penilaian baru, dan tingkat 10 merupakan kinerja tujuan atau yang ditargetkan. 

3. Kinerja  tujuan untuk setiap kriteria ditentukan berdasar  tujuan perusahaan  itu 

sendiri,  dan  diusulkan  di  PT  Indonesia  Power,  kinerja  tujuan  merupakan 

kesepakatan atau kontrak kinerja antara direksi dengan unit bisnis yang akan 

fleksibel menyesuaikan  dengan  perubahan  perubahan  lingkungan  stakeholder. 

Target kuantitatif yang disepakati dalam kontrak diisikan pada tingkat 10. 

4. Menggunakan  skala  linear,  jenjang  pencapaian  tujuan  akan  ditentukan  dan 

diisikan dalam tingkatan antara tiga sampai dengan sepuluh. 

5. Pada saat yang bersamaan,  fleksibilitas kontra prestasi  turut diidentifikasi dan 

diisikan  di  bawah  tingkat  tiga.  Tingkatan  minimum  dikorespondensikan 

dengan tingkat nol. 

6. Dikarenakan  beberapa  kriteria  lebih  penting  dari  yang  lainnya,  pembobotan 

pun  dilakukan  pada  masing  masing  parameter  kinerja,  yang  jumlah 

kesemuanya akan mencapai 100. Dalam model yang diusulkan, pembobotan ini 

telah dilakukan dengan menggunakan metode AHP. 

7. Pada  setiap penutupan periode pengukuran, hasil aktual untuk  setiap kriteria 

atau parameter kinerja dihitung dan ditempatkan dalam baris “performance”. 

Page 35: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

67

8. Isi  dari  baris  “performance”  diasosiasikan  dengan  tingkat/nilai  dari  0  sampai 

dengan  10  secara  vertikal  sebagaimana  telah  dirumuskan  sebelumnya  pada 

langkah tiga sampai lima. Hasil penilaian ini diisikan dalam baris “level”. 

9. Setiap “level” dikalikan dengan bobot untuk setiap kriteria untuk mendapatkan 

“value” pada baris terbawah tabel OMAX. 

10. Penjumlahan dari seluruh “value” adalah indeks kinerja. Pergerakan dari indeks 

tersebut merupakan total pergerakan pencapaian kinerja unit bisnis. 

 

Sebagai ilustrasi model penilaian di atas, berikut adalah simulasi penilaian dengan satu 

contoh parameter kinerja yang mewakili masing masing lima kelompok stakeholder PT. 

Indonesia Power UBP Kamojang.  

Langkah  1.  Parameter  kinerja  berbasis  Performance  Prism  ditentukan  dan  disusun 

definisi  definisi  terkait  parameter  tersebut  sebagaimana  tabel  di  bawah  ini      

(Lampiran B).   

Tabel 4.9. Contoh Definisi Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP Kamojang 

NAMA KPI Temuan Audit Pusat DEFINISI KPI Tingkat kemajuan hasil audit yang dilakukan oleh kontrol

internal Kantor Pusat KODE / NOMOR 14 KATEGORI Higher is better SATUAN Prosentase PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA PENGUKURAN

(Nila Audit Saat Ini - Nilai Audit Sebelumnya)Nilai Audit Periode Sebelumnya x 100%

 

NAMA KPI Ketersediaan Energi Listrik DEFINISI KPI Ekuivalen availability factor dengan memperhitungkan

dampak dari derating pembangkit KODE / NOMOR 23 KATEGORI Higher is better SATUAN Prosentase (%) PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA PENGUKURAN

∑ [Daya Terpasang x EAF Mesin]Daya Terpasang x 100%

EAFmesin =

EAFUBP =

x 100%∑ [Dependable Capacity x Jam Tersedia][Daya Terpasang x Jam Periode]

 

Page 36: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

68

Tabel 4.9.  (Lanjutan) Contoh Definisi Parameter Kinerja PT Indonesia Power UBP    Kamojang 

NAMA KPI Inovasi Pegawai DEFINISI KPI Tingkat inovasi pegawai terhadap pekerjaan dan unit bisnis KODE / NOMOR 38 KATEGORI Higher is better SATUAN Skala 1 sampai dengan 100 PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA PENGUKURAN

Nilai karya tulis inovasi yang berhasil diterapkan

 NAMA KPI Pemenuhan Kualitas DEFINISI KPI Tingkat ketidaksesuaian kualitas antara pesanan dengan

pengadaan barang/jasa KODE / NOMOR 47 KATEGORI Lower is better SATUAN Prosentase PERIODE PENGUKURAN Setiap penilaian barang dan jasa FORMULA / CARA PENGUKURAN

Nilai Barang/Jasa CacatTotal Pengadaan Barang/Jasa x 100%

 

NAMA KPI Persepsi Masyarakat DEFINISI KPI Persepsi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar terhadap

perusahaan / unit bisnis KODE / NOMOR 58 KATEGORI Higher is better SATUAN Skala 1 sampai dengan 5 PERIODE PENGUKURAN Triwulan FORMULA / CARA PENGUKURAN

Kualitatif

 Langkah 2. Hasil pencapaian kinerja UBP Kamojang untuk masa penilaian sebelumnya 

pada  lima parameter di atas,  secara berturut  turut adalah 90%, 89%, 70, 75%, dan 0. 

Dua nilai terakhir merupakan penilaian baru dan karenanya dimulai dari nilai terkecil 

yang disepakati. Kelima nilai tersebut selanjutnya akan diisikan pada baris level 3 (tiga). 

Langkah 3. Awal masa penilaian kinerja saat ini, Direktur PT. Indonesia Power dengan 

General Manager  UBP  Kamojang  membuat  kesepakatan  atau  kontrak  kinerja  yang 

merupakan  target  unit  bisnis  atas  lima  parameter  kinerja  tersebut.  Angka  kontrak 

tersebut  akan diisikan dalam  level  10. Adapun  nilai  target UBP Kamojang  atas  lima 

parameter di atas, secara berturut turut adalah 95%,  93%, 80, 0%, dan 5.  

 

Langkah 4.  Interval  level 3 sampai dengan 10 ditentukan dengan menggunakan skala 

linear sesuai dengan rumus berikut: 

Page 37: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

69

      ΔXL‐H = LH

LH

xxyy

−−               

Keterangan :  ΔXL‐H   =  Interval angka antara level High dan Low   xH   =  Level High   xL    =  Level Low   yH  =  Angka pada level High   yL  =  Angka pada level Low 

Langkah  5. Angka pencapaian kinerja  terburuk yang pernah dicatat  oleh unit bisnis 

seluruh PT. Indonesia Power dicatat pada  level 0 (nol). Adapun untuk kelima bidang 

parameter tersebut, angka yang diisikan adalah ‐10%, 80%, 0, 75%, dan 0. Interval level 

0 sampai dengan 3 sebagai pencapaian kontraprestasi ditentukan sebagaimana langkah 

4. 

Langkah 6. Pembobotan untuk kelima parameter yang telah ditentukan masing masing 

adalah 0,5%; 4,9%; 1%; 0,4%; dan 1,5% dan diisikan pada baris weight. 

Langkah 7. Pada akhir masa penilaian  saat  ini, PT.  Indonesia Power UBP Kamojang 

berhasil memperoleh  pencapaian  aktual  yang  dihitung  berdasar  formula  parameter  

kinerja, sebagai berikut: temuan audit pusat (93,5%), EAF (95%), inovasi pegawai (75), 

kualitas  supply  barang  (6%),  dan  persepsi masyarakat  (4).  Pencapaian  ini  diisikan 

dalam baris performance. 

Langkah 8. Pencapaian aktual pada baris performance diasosiasikan dengan interval tiap 

tiap level. Hasil untuk kelima parameter contoh tersebut adalah secara berturut turut 7, 

10, 6, 9, dan 8 yang diisikan dalam baris level. 

Langkah 9. Baris value merupakan hasil perkalian antara  level dan weight, dan dalam 

ilustrasi ini nilai pencapaian kinerja untuk kelima parameter contoh adalah 0,04 untuk 

temuan audit pusat (Stakeholder Kantor Induk), 0,49 untuk EAF (Stakeholder Pelanggan), 

0,06 untuk  inovasi  pegawai  (Stakeholder Pegawai),  0,04 untuk  kualitas  supply  barang 

(Stakeholder Supplier), dan  0,12 untuk  persepsi masyarakat  (Stakeholder  Pemerintah & 

Komunitas Lainnya). 

Langkah 10. Sehingga akan didapat indeks kinerja PT. Indonesia Power UBP Kamojang 

yang merupakan  total  penjumlahan  value masing masing  parameter  atau  0,74  pada 

skala 1 sampai dengan 10. Nilai atau  indeks tersebut tentunya akan bertambah tinggi 

Page 38: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

70

dan  mencerminkan  kinerja  unit  secara  utuh  apabila  ke‐67  parameter  digunakan 

seluruhnya dalam ilustrasi ini. 

 

Kesepuluh  langkah di  atas dapat digambarkan dalam model penilaian  sebagaimana 

dalam tabel berikut. 

 Tabel 4.10.  Ilustrasi  Penghitungan  Indeks  Pencapaian  Kinerja  PT.  Indonesia  Power 

UBP Kamojang  

KPI 14 23 38 47 58 Performance 93,5% 95,0% 75,0 6% 4,0

10 95,0% 93,0% 80,0 0,0% 5,0 9 94,3% 92,4% 78,6 10,7% 4,3 8 93,6% 91,9% 77,1 21,4% 3,6 7 92,9% 91,3% 75,7 32,1% 2,9 6 92,1% 90,7% 74,3 42,9% 2,1 5 91,4% 90,1% 72,9 53,6% 1,4 4 90,7% 89,6% 71,4 64,3% 0,7 3 90,0% 89,0% 70,0 75,0% 0,0 2 56,7% 86,0% 46,7 75,0% 0,0 1 23,3% 83,0% 23,3 75,0% 0,0

Level

0 -10,0% 80,0% 0,0 75,0% 0,0

Level 7 10 6 9 8 Weight 0,5% 4,9% 1,0% 0,4% 1,5% Value 0,04 0,49 0,06 0,04 0,12

INDEX 0,74

 

Dengan  sistem  pengukuran  kinerja  berdasar  kerangka  performance  prism  yang 

didukung  dengan model  penilaian  OMAX  sebagaimana  di  atas,  perusahaan  dapat 

melakukan  pemantauan  terhadap  seluruh  aspek  kinerjanya  dan  segera  melakukan 

pembenahan  apabila  pencapaian  kinerja  tersebut  berada  pada  level  yang  rendah. 

Dalam  hal  ini  perusahaan  harus membuat  kesepakatan misalnya  dengan  indikator 

warna  terhadap  posisi  atau  level  pencapaian  kinerja,  misalnya  Level  10,  9  dan  8 

diwakili warna hijau yang berarti kinerja  telah mencapai performa yang diharapkan, 

Level 4 sampai dengan 7 dengan warna kuning yang mengartikan perusahaan harus 

Page 39: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter

71

lebih memperhatikan aspek kinerja tersebut karena berada dalam posisi yang rendah, 

dan  level  3  ke  bawah  diwakili  dengan warna merah  yang mengartikan  pencapaian 

kinerja yang  sangat buruk karena  lebih  jelek dari pencapaian  sebelumnya dan harus 

sesegera mungkin untuk dapat dibenahi. 

 

 

Page 40: BAB IV PEMECAHAN MASALAH - Perpustakaan Digital ...BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Metodologi Pemecahan Masalah Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam menentukan parameter