Top Banner
http://matakuliahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/ 2012/10/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan_7842.html http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip- belajar-dan-pembelajaran/ PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Mohon masukan dari pembaca. Mari kita sejenak mengkaji bersama-sama prinsip-prinsip belajar dan Diklat Guru IPA SMP di LPMP Kalbar pembelajaran. Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan dikemukakan prinsip- prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut: 1. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini
45

prinsip2 belajar.docx

Dec 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: prinsip2 belajar.docx

http://matakuliahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/2012/10/makalah-prinsip- prinsip-belajar-dan_7842.html

http://jeperis.wordpress.com/2009/01/21/prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran/

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Mohon masukan dari pembaca.

Mari kita sejenak mengkaji bersama-sama prinsip-prinsip belajar dan

Diklat Guru IPA SMP di LPMP Kalbar

pembelajaran. Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut:

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang

diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar

belakangnya.

Page 2: prinsip2 belajar.docx

2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila

seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari

sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.

3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian

tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau

guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.

4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang

siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola

kemampuan mentalnya.

5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor

kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.

Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.

1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.

2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.

3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.

4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.

5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.

Page 3: prinsip2 belajar.docx

6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.

7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.

8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.

9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.

10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.

11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.

3. Prinsip Persepsi

“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami

situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat

dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi

perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila

ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.

Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:

1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar

memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang

sama dengan cara yang sama.

2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,

kesehatan, perasaan dan kemampuannya.

3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam

sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat

dirinya sendiri..

4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri.

Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang

cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar

menilai persepsinya.

Page 4: prinsip2 belajar.docx

5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu

dapat dilihat .

6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana

untuk mengklasifikasi persepsi mereka.

7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi

pandangannya terhadap dirinya.

4. Prinsip Tujuan

“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan

masyarakat

3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi

kebutuhannya.

4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai

5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah

biasanya akan mempengaruhi perilaku.

6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya

dan yang dapat ia capai.

7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku.

Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.

8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para

pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima

para pelajar.

5. Prinsip Perbedaan Individual

Page 5: prinsip2 belajar.docx

“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”

Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas

sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.

Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi

kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang,

emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-

tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.

Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:

1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.

2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.

3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.

4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.

5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.

6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.

6. Prinsip Transfer dan Retensi

“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”.

Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam

situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang

untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan

diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.

Page 6: prinsip2 belajar.docx

1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.

2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu

terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang

dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.

5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.

6. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.

7. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.

8. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.

9. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.

10. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.

11. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

7. Prinsip Belajar Kognitif

“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”.

Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan

masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku

baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang

berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai

tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.

1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum

proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu

mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif benar-benar

terjadi.

Page 7: prinsip2 belajar.docx

2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan

individual yang ada.

3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan

dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.

4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit

yang sesuai.

5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku

mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk

menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.

6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan

membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan

menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar (divergent thinking).

7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan

afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis,

sintesis dan penalaran.

8. Prinsip Belajar Afektif

“ Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru”.

Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam proses belajar afektif.

1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi

akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan

melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.

Page 8: prinsip2 belajar.docx

4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung.

5. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.7. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar

yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.

8. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.9. Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan

memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.

9. Proses Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.

Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.

2. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan

psikomotor.4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan

mengontrol gerakannya lebih baik.5. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan

memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.6. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan

psikomotor individu.7. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah

efisiensi belajar psikomotor.8. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses

belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.

9. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.

10. Prinsip Evaluasi

Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.

Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan,

Page 9: prinsip2 belajar.docx

motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.

Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi

pelajar.3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi

dan belajar.4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid

saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru

dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.

6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

Setelah anda membaca dan memahami prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses belajar dan pengajaran, cobalah anda kerjakan latihandibawah ini. Denga demikian anda akan dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip itu lebih jauh.

Bagaimana anda menerapkan prinsip-prinsip:

1. Kesiapan

2. Motivasi

3. Persepsi

4. Tujuan

5. Perbedaan Individual

6. Transfer dan Retensi

7. Belajar Kognitif

8. Belajar Afektif

9. Belajar Psikomotor

10. Evaluasi

Page 10: prinsip2 belajar.docx

Untuk memeriksa lebih jauh hasil anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh karena itu hasil latihan Anda sebaiknya Anda bandingkan dengan hasil latihan anda. Diskusikanlah dengan kelompok untuk hal-hal berbeda dalam hasil latihan itu. Dengan mengkaji hasil latihan itu, anda seyogianya selalu melihat rincian prinsip-prinsip belajar dan pengajaran yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat hal-hal yang tidak dapat diatasi dalam kelompok, bawalah persoalan tersebut ke dalam pertemuan tutorial. Yakinlah dalam pertemuan tersebut anda akan dapat memecahkan persoalan tersebut.

Diposkan 2nd October 2012 oleh Romauli Simorangkir

Makalah Prinsip-prinsip belajar dan implikasinya

PRINSIP - PRINSIP BELAJAR

DAN APLIKASINYA

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur pada Tuhan atas segala berkat dan kesempatan yang masih

Tuhan sediakan bagi kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

kelompok kami, yakni makalah mengenai Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya

dalam Belajar Dan Pembelajaran.

            Pada kesempatan ini, kelompok 5 (Lima) ingin mengucapkan terimakasih

kepada setiap orang yang telah memberikan partisipasi dan waktu serta perhatiannya

selama dalam penulisan makalah ini.

Terimakasih kepada peserta kelompok 5 yang telah memberikan waktu serta

berbagai ide-ide maupun pendapatnya masing-masing sehingga makalah mengenai

Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya dalam Belajar dan pembelajaran dapat

diselesaikan. Terimakasih kepada Bapak Jhonny Ekson Manalu,  S.Pd yang telah

memberikan bimbingan dan nasehat selama proses penulisan makalah ini.

Dan kepada setiap orang yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,

terimakasih kami ucapkan atas bantuannya selama proses penulisan hingga makalah

Page 11: prinsip2 belajar.docx

mengenai Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya dalam Belajar dan

Pembelajaran ini dapat diselesaikan dengan baik.

            Adapun makalah mengenai “Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya” ini

disusun untuk memenuhi tugas dari Matakuliah BELAJAR DAN PEMBELAJARAN,

dan kami sebagai kelompok 5 (Lima) menyadari bahwa makalah ini masih banyak

kekurangan, baik dalam penulisan maupun pada pendapat dan hasil daripada makalah

Prinsip - Prinsip Belajar Dan Aplikasinya ini.

Untuk itu, Kami sebagai kelompok 5 (Lima) mohon maaf jika ada kesalahan

pada penulisan makalah ini.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil

Pendidikan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Sibolga, 28 September 2012

Penyusun

Kelompok 5

(Lima)

Page 12: prinsip2 belajar.docx

DAFTAR ISI

kATA PENGANTAR

dAFTAR ISI

bab i................

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penulisan

BAB II5

PEMBAHASAN5

A. Pengertian Prinsip, Belajar dan Prinsip Belajar5

C. Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan Proses Belajar6

Page 13: prinsip2 belajar.docx

D. Implikasi terhadap Prinsip - Prinsip Belajar13

BAB III17

KESIMPULAN17

DAFTAR PUSTAKA19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.,Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.

Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.

Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

Page 14: prinsip2 belajar.docx

B. RUMUSAN MASALAH

         Pengertian dari Prinsip

         Pengertian dari Belajar

         Pengertian dari Prinsip Belajar

         Prinsip-Prinsip Belajar yang terkait dengan proses belajar

         Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar siswa dan guru dalam Belajar dan Pembelajaran

C. TUJUAN PENULISAN

    Untuk memenuhi tugas kelompok Belajar dan Pembelajaran

    Untuk dijadikan bahan dalam kegiatan Diskusi

    Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Belajar secara umum dan implikasinya dalam

Belajar dan pembelajaran

    Diharapkan dengan mengetahui secara mendalam Prinsip-Prinsip Belajar dan

implikasinya dalam belajar dan pembelajaran, maka setiap siswa dan guru dapat

meningkatkan metode dan minat dalam belajar dan pembelajaran sehingga mencapai

hasil yang diinginkan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PRINSIP

Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089)

Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993)

Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996)

Page 15: prinsip2 belajar.docx

B.     PENGERTIAN BELAJAR

 (Walra, rochmat, 1999:24) : Belajar ialah Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen

            Moh. Surya (1997) : “belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan lingkungannya”.

Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadianyang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentukketerampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman”.

Wingkel, 1987 : “belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri.”Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinyadengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.

C.    PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR

Prinsip Belajar Menurut Gestalt  : Adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.

Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies : Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.

Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :

Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber

motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara

pendidik dengan peserta didik

Page 16: prinsip2 belajar.docx

D.    PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES BELAJAR

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.

Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961) adalah :

1.    Prinsip Kesiapan (Readinees)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.

2.    Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.

3.    Prinsip Persepsi

Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat

Page 17: prinsip2 belajar.docx

dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.

4.    Prinsip Tujuan

Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajarpada saat proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai olehseseorang.

5.    Prinsip Perbedaan Individual

Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh siswa

6.    Prinsip Transfer dan Retensi

Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesoranguntuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.

7.    Prinsip Belajar Kognitif

Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajarkognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,penemuan masalah dan keterampilan memecahkan masalah yangselanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai danberimajinasi.

8.    Prinsip Belajar Afektif

Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkandirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap

Page 18: prinsip2 belajar.docx

9.    Prinsip Belajar Evaluasi

Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.

10.     Prinsip Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampumengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik.

Prinsip – Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk

* Prinsip efek kepuasan ( law of effect )

Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-Respon.

* Prinsip pengulangan ( law of exercise )

Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah dilatih.

* Prinsip kesiapan ( law of readiness )

Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.

Page 19: prinsip2 belajar.docx

* Prinsip kesan pertama ( law of primacy )

Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta didik.

* Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )

Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari.

* Prinsip bahan baru ( law of recentcy )

Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.

* Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan )

Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak pernah dilatih.

Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :

• Perhatian dan Motivasi

• Keaktifan

• Keterlibatan langsung atau pengalaman

• Pengulangan

• Tantangan

• Balikan dan penguatan (law of effect)

Page 20: prinsip2 belajar.docx

• Perbedaan individual

PERHATIAN DAN MOTIVASI

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.

Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).

“Motivation is the concept we use when we ddescribe the force action on or whitin an organism yo initiate and direct behavior”

Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan

Page 21: prinsip2 belajar.docx

hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Sikap siswa, seperti haInya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya’ (Hal ini dibkarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan).

Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.

Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.

Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya akan makin haik pula. Oleh karena itu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal.

Pertama, orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya umpamanya dengan kebutuhan, cita cita, pengalaman, bakat, minat.

Kedua, Objek itu sendiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain, atau yang lain dari yang biasa, lain dari yang pada umumnya muncul.

Perhatikan contoh kasus dibawah ini :

1. Rukiah, salah seorang siswa disuatu sekolah dasar sangat tertarik dengan penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan penduduk. sehingga ia sungguh-

Page 22: prinsip2 belajar.docx

sungguh memperhatikan pelajaran tersebut, karena ia pernah dibawa orang tuanya bertransmigrasi.

2. Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu waku mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan menggunakan alat peraga yang sebelumnya guru tersebut belum pernah melakukannya.

3. Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam pelajaran IPA. Kelihatannya mereka sangat sungguh-sungguh menerjakan tugas tersebut. Biasanya mereka belajar cukup mendengarkan ceramah dari guru.

Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan penuh perhatian akan tetapi penyebabnya berbeda.

Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian. Karena pelajaran tersebut memiliki kaitan dengan pengalamannya. Pelajaran tersebut ada kaitan dengan diri siswa.

Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena guru mengajar dengan menggunakan alat peraga, (cara guru mengajar lain dan kebiasaannya),

Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian Karena guru menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah).

Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :

1. Belajar dengan pernah perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan hasilnya akan lebih baik.

2. Upaya guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau minat siswa.

2. Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku hanya didalam kelas saja.

KEAKTIFAN BELAJAR

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.

Page 23: prinsip2 belajar.docx

Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa ) yang duduk di kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionainya tidak terlibat akif didalam situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya siswa tersebut tidak ikut belajar.

Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktifitas belaiar tersebut.

Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan adanya aktivitas belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan dengan metode mengajar lain.

Sekali untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa, coba anda tetapkan salah satu pokok bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda rancang kegiatan-kegiatan belajar  yang bagaimana yang harus siswa anda lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi.

Bila sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan deingan guru lain disekolah anda atau guru sesama peserta program

KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM BELAJAR

Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.

Page 24: prinsip2 belajar.docx

Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).

Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.

Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

PENGULANGAN BELAJAR

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokoh yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise“, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thomdike, 1931b:20. dari Gredlei, Marget E Bell, terjemahan Munandir, 1991: 51).Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah

Page 25: prinsip2 belajar.docx

pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan.

Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaman berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan- kabiasaan. Walaupun kita tidak japat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984: 259).

SIFAT MERANGSANG DAN MENANTANG DARI MATERI YANG DIPELAIARI

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menermakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha meneari dan menemukan konsp-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah mendan saja kurang menarik bagi siswa.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebili giat dan sungguh-sunggub. Penguatan

Page 26: prinsip2 belajar.docx

positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh gaujaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

PEMBERIAN BALIKAN ATAU UMPAN BALIK DAN PENGUATAN BELAJAR

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).

Siswa belajar sunggub-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

E.     IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip- prinsip belajar. Justru pada siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.

Perhatian dan Motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua ungsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu

Page 27: prinsip2 belajar.docx

memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna. bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam prosses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).

Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan sejenis lainnya. Senma kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

Keaktifan

Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,  menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dan kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan prilaku sejenis lainnya.

Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan langsung/ berpengalaman

Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,

Page 28: prinsip2 belajar.docx

1987:32). Pemyataan ini. secara mutlak menuntut adanyan keterlibatan langsung dari “tiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran.

Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

Pengulangan

Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32 ). Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan.

Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setidp valensi, mengerjakan soal-soal lingkungan, Jachan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

Tantangan

Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pemyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987: 32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh. memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran.

Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

Page 29: prinsip2 belajar.docx

Balikan dan Penguatan

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.

Perbedaan Individual

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987: 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belaiar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

Siswa merupakan imdividual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaim satu dengan lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.

Perbedaan individual ini pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu perlu diperhaikan pleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan disekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran dikelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.

Implikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahaya implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya terwujud dalam setiap proses pembelajaran.

Page 30: prinsip2 belajar.docx

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1)      Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.

2)      Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961) adalah :

-  Prinsip Kesiapan (Readinees)

-  Prinsip Motivasi (Motivation)

-  Prinsip Persepsi

-  Prinsip Tujuan

-  Prinsip Perbedaan Individual

-  Prinsip Transfer dan Retensi

-  Prinsip Belajar Kognitif

-  Prinsip Belajar Afektif

-  Prinsip Belajar Evaluasi

-  Prinsip Belajar Psikomotor

3)      Prinsip – Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk

* Prinsip efek kepuasan ( law of effect )

* Prinsip pengulangan ( law of exercise )

* Prinsip kesiapan ( law of readiness )

Page 31: prinsip2 belajar.docx

* Prinsip kesan pertama ( law of primacy )

* Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )

* Prinsip bahan baru ( law of recentcy )

* Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan )

4)      Implikasi Prinsip – Prinsip Belajar :

Implikasi Prinsip Belajar Bagi Siswa Bagi Guru

Perhatian dan Motivasi            Dituntut memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah pada tercapainya tujuan belajar.

Mengunakan metode yang bervariasi...

Memilih bahan ajar yang diminati siswa..

Keaktifan        Dituntut dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif serta aktif baik secara fisik, intelektual dan emosional.

Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri

Keterlibatan langsung/

Pengalaman    

Dituntut agar siswa me-ngerjakan sendiri tugas yang diberikan guru kepada mereka.

Melibatkan siswa dalam mencari informasi, merang-kum informasi dan menyim-pulkan informasi.

Pengulangan    Kesadaran siswa dalam me-ngerjakan latihan-latihan yang berulang-ulang           

Merancang hal-hal yang perlu di ulang.

Tantangan       Diberikan suatu tanggungja-wab untuk mempelajari sendiri dengan melakukan ekspe-rimen, belajar mandiri dan mencari pemecahan sendiri dalam menghadapi perma-salahan.   

Memberikan tugas pada siswa dalam memecahan permasa-lahan.

Balikan dan penguatan            Mencocokan jawaban antara siswa dengan guru     

Memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau di

Page 32: prinsip2 belajar.docx

bahas.

Perbedaan Individual Belajar menurut tempo kecepa-tan masing-masing siswa        

Menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa

DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari: http://aggilnet.blogspot.com/2011/03/makalah-hakikat-belajar-dan.html (minggu 1 Juli 2012)

Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta

Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT

Diposkan 2nd October 2012 oleh Romauli Simorangkir

Memuat

Kirim masukan