LAPORAN KASUS
BAB 1STATUS PASIEN
A. IDENTITAS1. NamaLengkap:Tn. E2. Usia:57 tahun3.
JenisKelamin:laki laki4. Pekerjaan:Pekerjaan lainnya5. Status
Pernikahan:Cerai hidup 6. Alamat:dusun sampih , RT 002, RW 007,
Desa rejasari, kec. Langensari
B. ANAMNESISAnamnesa:Autoanamnesis, Diambil Tanggal: 2/4/2015,
Pukul: 09.00 WIBKeluhan Utama:Batuk.Riwayat Penyakit Sekarang:29
Mei 2012 OS datang ke balai pengobatan Puskesmas Langensari 1
dengan keluhan batuk, batuk disertai dahak dengan warna dahak
kehijauan, batuk disertai darah, dan juga sesak napas yang sudah
berlangsung selama >1 bulan terakhir, sesak napasnya terus
menerus sepanjang hari. Keluhan disertai nyeri dada di bagian atas
paru paru dan juga pasien merasa lemas, letih,lesu, badan terasa
dingin, nafsu makan menurun, dan berat badan terasa berkurang. 11
bulan yang lalu OS datang dengan keluhan sudah 3 minggu batuk,
batuk berdahak, nyeri dada disangkal, batuk berdarah disangkal,
sesak disangkal, demam disangkal, lemah letih lesu disangkal,
penurunan Berat badan disangkal, BAB normal, BAK normal tidak ada
gangguan. Riwayat Penyakit Dahulu: OS mengaku dulu ia pernah batuk
darah sekitar 100 ml, Pernah jatuh dari pohon 11 tahun yang lalu, ,
OS mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit berat (DM, Hipertensi,
Penyakit Jantung, dan Asam urat ).Riwayat Penyakit
Keluarga:Dikeluarga tidak ada yang mengalami gejala seperti
OS.Riwayat Pengobatan: Tahun 2011 OS pernah di Diagnosis TBC,
diberikan pengobatan kategori 1, tetapi tidak sampai tuntas (DO),
OS hanya meminum sampai 4 bulan, karena OS merasa baikan. Tahun
2012 pada bulan Mei sampai Oktober 2012 OS Mengeluh batuk > 1
bulan, dilakukan pemeriksaan BTA hasilnya (+) dan diberikan
pengobatan TBC Kategori 2. Pada bulan Oktober 2012 setelah selesai
pengobatan kategori 2 di test kembali Sputum BTA dan hasil BTA
(-).Riwayat Alergi:OS mengaku tidak mempunyai riwayat
alergi.Riwayat Psikososial:OS mengaku jika dahulu ia seorang
perokok berat, tetapi sekarang pasien sudah berhenti merokok
setelah di vonis sakit, kira kira sudah 3 tahun yang lalu39
C. PEMERIKSAAN FISIK1. Kesadaran:Composmentis2. Keadaan
Umum:Sehat 3. Berat badan : 49 kg4. Tinggi badan :168 cm5. Indeks
massa tubuh :15 (underweight)6. Tanda Vitala. TD:100/70 mmhgb.
HR:96 x/menit, reguler isi cukupc. RR:20x/menitd. Suhu:normalD.
PEMERIKSAAN UMUMa. Kepala : deformitas (-). Rambut hitam dan putih,
tidak mudah dicabut, dan tersebar merata. b. Mata : deformitas(-),
ptosis (-), eksoftalmus (-),enoftalmus (-), xanthelasma(-/-),pupil
isokor,konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik (-/-).c. Hidung :
deformitas (-), sekret (-), deviasi septum nasal (-), pernafasan
cuping hidung (-)d. Telinga : deformitas (-), serumen (-/-)e.
Mulut: bibir kering (-), lidah basah, tidak hiperemis, Stomatitis
(-)f. Leher : Trakea di tengah, KGB leher tidak ada pembesarang.
Thorax : Inspeksi :bentuk dada simetris, tidak terlihat otot-otot
bantu pernapasan, tidak ada retraksi sela iga Palpasi : vocal
premitus simetris dextra-sinistra Perkusi : sonor diseluruh lapang
paru Auskultasi : paru terdengar ronchi (+/+) apex, wheezing (-/-),
h. Jantung: bunyi jantung regular, murmur (-), gallop (-)i. Abdomen
: Inspeksi : perut simetris, datar, tidak cembung Auskultasi :
Bising usus 6x/menit Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan abdomen j. Ekstremitas
Superior Inferior
Oedem -/--/-
Sianosis -/--/-
CRT21 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai.iv. Kasus gagalAdalah
pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.v. Kasus kronikAdalah pasien dengan hasil
pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang
dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baikvi. Kasus
Bekas TB:a) Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila
ada)dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak
aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat
pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.b) Pada kasus dengan
gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2
bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran
radiologi.2. Tuberkulosis ekstra-paruTuberkulosis ekstraparu adalah
tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur
positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus
yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan
bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu
aktif.
Skema klasifikasi tuberkulosis
E. PATOMEKANISME1. Tuberkulosis primerKuman tuberkulosis yang
masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian
mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang
primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional).Afek primer
bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai
berikut :1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
(restitution ad integrum)2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit
bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran
di hilus)3. Menyebar dengan cara :a) Perkontinuitatum, menyebar ke
sekitarnyaSalah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu
kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada
saluran napas bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman
tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke
lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.b)
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke
paru sebelahnya atau tertelanc) Penyebaransecara hematogen dan
limfogen.Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah
dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkandapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,typhobacillosis
Landouzy.Penyebaran ini juga dapat menimbulkan tuberkulosis pada
alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya.Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir
denganSembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan
terbelakang pada anak setelah mendapat ensefalomeningitis,
tuberkuloma ) atau Meninggal.2. Tuberkulosis post
primerTuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40
tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah
yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat
menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan
sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu
sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah
satu jalan sebagai berikut :a. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa
meninggalkan cacatb. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi
proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk
jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan
keluar.c. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa).Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik).Kaviti tersebut akan menjadi:
meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.Sarang pneumoni
ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif
kembali, mencair lagi dan menjadi kaviti lagi bersih dan menyembuh
yang disebutopen healed cavity, atau kaviti menyembuh dengan
membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).
F. GEJALA KLINIKGejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi
2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang
terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori
(gejala lokal sesuai organ yang terlibat).1. Gejala respiratorika)
batuk>2 minggub) batuk darahc) sesak napasd) nyeri dadaGejala
respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang
pasien terdiagnosis pada saatmedical check up. Bila bronkus belum
terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus,
dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.2.
Gejala sistemika) Demamb) Gejala sistemik lain adalah malaise,
keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun3. Gejala
tuberkulosis ekstraparuGejala tuberkulosis ekstraparu tergantung
dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis
akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala
sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya
terdapat cairan.
G. DIAGNOSIS Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis, pemeriksaan fisis/jasmani,
pemeriksaanbakteriologi,radiologi dan pemeriksaan penunjang
lainnya.a. Pemeriksaan Fisis/JasmaniPada pemeriksaan jasmani
kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit
umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru
pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah
apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus
inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.Pada
pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari
banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak,
pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar
pada sisi yang terdapat cairan.Pada limfadenitis tuberkulosis,
terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah
leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di
daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold
abscessb. Pemeriksaan BakteriologiBahan pemeriksasan:Pemeriksaan
bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces
danjaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH).Cara
pengumpulan :Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): Sewaktu / spot
(dahak sewaktu saat kunjungan) Pagi ( keesokan harinya ) Sewaktu /
spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atausetiap pagi 3 hari
berturut-turut.Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas
objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke
laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti pasien yang
sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.Bila
lokasi fasiliti laboratoriumberada jauh dari klinik/tempat
pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring
melalui jasa pos, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam
-macam bentuk (multiform).c. Gambaran RadiologiGambaran Yang
Dicurigai Sebagai Lesi TB Aktif : Bayangan berawan / nodular di
segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior
lobus bawah Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh
bayangan opak berawan atau nodular Bayangan bercak milier Efusi
pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)Gambaran
radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif: Fibrotik Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleuraLuluh paru (destroyed Lung ) :
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang
berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru.Gambaran radiologi
luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan
fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau
penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu
dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses
penyakitLuas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan
pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus
BTA negatif) : Lesi minimal,bila proses mengenai sebagian dari satu
atau dua paru dengan luas tidak lebih darisela iga 2 depan (volume
paru yang terletak di ataschondrostemal junctiondari iga keduadepan
dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus
vertebra torakalis 5),serta tidak dijumpai kaviti Lesi luas, bila
proses lebih luas dari lesi minimal.d. Pemeriksaan khususSalah satu
masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara
konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang
lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara
lebih cepat.1. Pemeriksaan BACTECDasar teknik pemeriksaan biakan
dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik.M
tuberculosismemetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan
CO2yang akan dideteksigrowth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara
cepatuntuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah dengan
menggunakanMycobacteria Growth Indicator Tube(MGIT).2. Polymerase
chain reaction(PCR):Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang
dapat mendeteksi DNA, termasuk DNAM.tuberculosis.Salah satu masalah
dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara
pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih
memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.Hasil pemeriksaan PCR
dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan
tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data
lain tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil
tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis
TBPada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan
organ yang terlibat.3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai
metoda:a) Enzym linked immunosorbent assay(ELISA)Teknik ini
merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa
masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi
menetap dalam waktu yang cukup lama.b) ICTUji Immunochromatographic
tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologi untuk
mendeteksi antibodiM.tuberculosisdalam serum. Uji ICTmerupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari
membran sitoplasmaM.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa.
Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang
pada membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung
dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa
sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum
akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadapM.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan
dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan
positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal
satu dari empat garis antigen pada membran.c) MycodotUji ini
mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan
pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini
kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum
tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang
memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan
warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudahd) Uji peroksidase
anti peroksidase (PAP)Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang
mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.Dalam menginterpretasi
hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati
hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang
terdeteksi.e) Uji serologi yang baru / IgG TBUji IgG adalah salah
satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi IgG
dengan antigen spesifik untukMycobacterium tuberculosis.Uji IgG
berdasarkan antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16
kDa dan kombinasi lainnya akan menberikan tingkat sensitiviti dan
spesifisiti yang dapat diterima untuk diagnosis. Di luar negeri,
metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosis
TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada
anak.e. Pemeriksaan penunjang lainnya1. Analisis Cairan
PleuraPemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan
pleura perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu
menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung
diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan
eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit
dominan dan glukosa rendah2. Pemeriksaan histopatologi
jaringanPemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah
pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui
biopsi atau otopsi, yaitu : Biopsi aspirasi dengan jarum halus
(BJH) kelenjar getah bening (KGB) Biopsi pleura (melalui
torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman)
Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan
bronkoskopi, trans thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru
terbuka). OtopsiPada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2
sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim
ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang
kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.3. Pemeriksaan
darahHasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator
yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam
pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan
pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun
kurang spesifik.4. Uji tuberkulinUji tuberkulin yang positif
menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens
tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu
diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan
mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila
kepositivan dariuji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan
infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.
Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa
H. PENATALAKSANAANPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.
Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.
A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)Obat yang dipakai:1. Jenis obat
utama (lini 1) yang digunakan adalah: INH Rifampisin Pirazinamide
Streptomisin Etambutol2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
Kanamisin Amikasin Kuinolon Obat lain masih dalam penelitian yaitu
makrolid dan amoksilin + asam klavulanatBeberapa obat berikut ini
belum tersedia di Indonesia antara lain : Kapreomisin Sikloserino
PAS (dulu tersedia) Derivat rifampisin dan INH Thioamides
(ethionamide dan prothionamide)Kemasan:1. Obat tunggal, Obat
disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol.2. Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose
Combination FDC). Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4
obat dalam satu tablet.Jenis dan dosis OAT
ObatDosis(Mg/KgBB/Hari)Dosis yg dianjurkanDosisMaks (mg)Dosis
(mg) / berat badan (kg)
Harian(mg/ kgBB /hari)Intermitten(mg/Kg/BB/kali)<
4040-60>60
R8-121010600300450600
H4-6510300150300450
Z20-30253575010001500
E15-20153075010001500
S15-1815151000Sesuai BB7501000
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang
penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug
resistant tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk
mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama WHO. International
Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi
dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada tahun 1998. Dosis obat
tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO seperti terlihat
pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:1.
Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan
penurunan kesalahan pengobatan yang tidak disengaja3. Peningkatan
kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan
standar4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih
sedikit5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR
akibat penurunan penggunaan monoterapiPenentuan dosis terapi
kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih
termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik. Pada kasus yang
mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek
samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru
/ fasiliti yang mampu menanganinya.B. Panduan Obat Anti
TuberkulosisPengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:I. TB paru(kasus
baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luasPaduan obat yang
dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE/ 6HEatau 2 RHZE /
4R3H3Paduan ini dianjurkan untuk TB paru BTA (+), kasus baru TB
paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh
paru)II. TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi
minimal Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau
2 RHZE/ 4R3H3III. TB paru kasus kambuhSebelum ada hasil uji
resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai
dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji
resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.IV. TB Paru
kasus gagal pengobatanSebelum ada hasil uji resistensi seharusnya
diberikan obat lini 2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin,
ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan
ofloksasin, etionamid, sikloserin). Dalam keadaan tidak
memungkinkan pada fase awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat
hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan. V. TB
Paru kasus putus berobatPasien TB paru kasus lalai berobat, akan
dimulai pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
Berobat>4 bulana) BTA saat ini negatifKlinis dan radiologi tidak
aktif atau ada perbaikan maka pengobatan OAT dihentikan. Bila
gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan
penyakit paru lain. Bila terbukti TB maka pengobatan dimulai dari
awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama.b) BTA saat ini positifPengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama. Berobat < 4bulana) Bila BTA positif, pengobatan
dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka
waktu pengobatan yang lebih lamab) Bila BTA negatif, gambaran foto
toraks positif TB aktif pengobatan diteruskan. Jika memungkinkan
seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.VI. TB Paru kasus
kronikPengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi,
sesuaikan dengan hasil ujiresistensi (minimal terdapat 4 macam OAT
yang masih sensitif) ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon,
betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal18 bulan. Jika tidak
mampu dapat diberikan INH seumur hidup
Ringkasan paduan obat
KategoriKasusPaduan obat yang diajurkanKeterangan
I- TB paru BTA +,BTA - , lesi luas2 RHZE / 4 RHatau2 RHZE / 6
HE*2RHZE / 4R3H3
II- Kambuh-Gagal pengobatan-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji
resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / 5 RHE-3-6 kanamisin, ofloksasin,
etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin
atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHEBila streptomisin alergi, dapat diganti
kanamisin
II-TB paru putus berobatSesuai lama pengobatan sebelumnya, lama
berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi
saat ini (lihat uraiannya) atau*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3
III-TB paru BTA neg. lesi minimal
2 RHZE / 4 RHatau6 RHE atau*2RHZE /4 R3H3
IV- KronikRHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang
sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)
IV- MDR TB
Sesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup
Catatan :* Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB
C. Efek Samping OATSebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan
pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami
efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya
efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek
samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan obat simptomatis maka pemberian OAT
dapat dilanjutkan.1. Isoniazid (INH)Sebagian besar pasien TB dapat
menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil
dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan
kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat
(terlihat pada tabel 4), bila efek samping ringan dan dapat diatasi
dengan obat simptomatis maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.2.
RifampisinEfek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya
memerlukan pengobatan simptomatis ialah : Sindrom flu berupa demam,
menggigil dan nyeri tulang Sindrom perut berupa sakit perut, mual,
tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare Sindrom kulit seperti
gatal-gatal kemerahanEfek samping yang berat tetapi jarang terjadi
ialah : Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal
tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman
TB pada keadaan khusus Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok
dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi,
rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi
walaupun gejalanya telah menghilang Sindrom respirasi yang ditandai
dengan sesak napasRifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air
seni, keringat, air mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi
karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar mereka mengerti dan tidak perlu
khawatir.3. PirazinamidEfek samping utama ialah hepatitis imbas
obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri
sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat
menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang
terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.4.
EtambutolEtambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau.
Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis
yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan
penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat
dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena
risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.5. StreptomisinEfek
samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut
akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan
umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan
gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang terlihat
ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan
keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat segera
dihentikanatau dosisnya dikurangi 0,25gr.Jika pengobatan diteruskan
maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan menetap
(kehilangan keseimbangan dan tuli).Reaksi hipersensitiviti kadang
terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai sakit kepala,
muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan ringan
(jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25gr.Streptomisin dapat
menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada
perempuan hamil sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.Efek
samping OAT dan PenatalaksanaannyaEfek sampingKemungkinan
PenyebabTatalaksana
MinorOAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perutRifampisinObat diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendiPyrazinamidBeri aspirin /allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kakiINHBeri vitamin B6
(piridoksin) 1 x 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air seniRifampisinBeri penjelasan, tidak
perlu diberi apa-apa
MayorHentikan obat
Gatal dan kemerahan pada kulitSemua jenis OATBeri antihistamin
dan dievaluasi ketat
TuliStreptomisinStreptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan (vertigo dan
nistagmus)StreptomisinStreptomisin dihentikan
Ikterik /Hepatitis Imbas Obat (penyebab lain
disingkirkan)Sebagian besar OATHentikan semua OAT sampai ikterik
menghilang dan boleh diberikan hepatoprotektor
Muntah dan confusion (suspected drug-induced pre-icteric
hepatitis)Sebagian besar OATHentikan semua OAT dan lakukan uji
fungsi hati
Gangguan penglihatanEtambutolHentikan etambutol
Kelainan sistemik, termasuk syok dan purpuraRifampisinHentikan
rifampisin
D. Pengobatan Suportif / SimptomatikPada pengobatan pasien TB
perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan
tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan. Selain
OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simptomatis
untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.1. Pasien rawat jalana) Makan makanan yang bergizi,
bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada
prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien tuberkulosis,
kecuali untuk penyakit komorbidnya)b) Bila demam dapat diberikan
obat penurun panas/demamc) Bila perlu dapat diberikan obat untuk
mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.2. Pasien
rawat inapIndikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi
sbb :a) Batuk darahmasifb) Keadaan umum burukc) Pneumotoraksd)
Empiemae) Efusi pleura masif / bilateralf) Sesak napas berat (bukan
karena efusi pleura) TB di luar paru yang mengancam jiwa :a) TB
paru milierb) Meningitis TBPengobatan suportif / simptomatis yang
diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat.E. Terapi
Pembedahanlndikasi operasi1. Indikasi mutlaka) Semua pasien yang
telah mendapat OAT adekuat tetetapi dahak tetap positifb) Pasien
batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatifc) Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
tidak dapat diatasi secara konservatif2.lndikasi relatifa) Pasien
dengan dahak negatif dengan batuk darah berulangb) Kerusakan satu
paru atau lobus dengan keluhan Sisa kaviti yang menetap.Tindakan
Invasif (Selain Pembedahan) a) Bronkoskopib) Punksi pleurac)
Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)F. Evaluasi
PengobatanEvaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi,
radiologi, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan
berobat.1. Evaluasi klinika) Pasien dievaluasi setiap 2minggu pada
1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1 bulanb) Evaluasi :
respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakitc) Evaluasi klinis meliputi keluhan ,
berat badan, pemeriksaan fisis.2. Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6
/9 bulan pengobatan)a) Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
konversi dahakb) Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan
mikroskopiki. Sebelum pengobatan dimulaiii. Setelah 2 bulan
pengobatan (setelah fase intensif)iii. Pada akhir pengobataniv.
Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi3. Evaluasi radiologik (0 - 2 6/9 bulan
pengobatan)Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:a.
Sebelum pengobatanb. Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus
yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapatdilakukan 1 bulan
pengobatan)c. Pada akhir pengobatan4. Evaluasi efek samping secara
klinika. Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati,
fungsi ginjal dan darah lengkapb. Fungsi hati; SGOT,SGPT,
bilirubin, fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan gula darah ,
sertac. asam urat untukdata dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatand. Asam urat diperiksa bila menggunakan
pirazinamide. Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan
etambutol (bila ada keluhan)f. Pasien yang mendapat streptomisin
harus diperiksa uji keseimbangan dan audiometri (bila ada
keluhan)g. Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan
pemeriksaan awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi
klinis kemungkinan terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi
klinis dicurigai terdapat efek samping, maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efeksamping obat
sesuai pedoman5. Evalusi keteraturan berobata) Yang tidak kalah
pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan diminum /
tidaknya obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan
berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat diberikan kepada pasien,
keluarga dan lingkungannya.b) Ketidakteraturan berobat akan
menyebabkan timbulnya masalah resistensi.Kriteria Sembuha)
BTAmikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase intensifdanakhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuatb) Pada
foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/ perbaikanc) Bila
ada fasiliti biakan, makakriteria ditambah biakan negative
6. Evaluasi pasien yang telah sembuhPasien TB yang telah
dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun
pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan
foto toraks. Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai
indikasi/bila ada gejala)setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto
toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh (bila ada
kecurigaan TB kambuh).G. Pengobatan tuberkulosis pada keadaan
khususa. TB milier Rawatinap Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH Pada keadaan
khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinis, radiologi dan
evaluasi pengobatan, makapengobatan lanjutan dapat diperpanjang
Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada keadaan
Tanda / gejala meningitis Sesak napas Tanda / gejala toksik Demam
tinggib. Pleuritis eksudativa TB (efusi pleura TB) Paduan obat:
2RHZE/4RH. Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai
keadaan pasien dan dapat diberikan kortikosteroid Hati-hati
pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas dan DM. Evakuasi
cairan dapat diulang bila diperlukanc. TB paru dengan diabetes
melitus (DM) Paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM,
dengan syarat kadar gula darah terkontrol Apabila kadar gula darah
tidak terkontrol, maka lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9
bulan Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping
etambutol pada mata; sedangkan pasien DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata Perlu diperhatikan penggunaan
rifampisin karena akan mengurangi efektiviti obat oral antidiabetes
(sulfonil urea), sehingga dosisnya perlu ditingkatkan Perlu kontrol
/ pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk mengontrol /
mendeteksi dini bila terjadi kekambuhand. TB paru dengan HIV /
AIDSPengobatan OAT pada TB-HIV: Pada dasarnya pengobatannya sama
dengan pengobatan TB tanpa HIV/AIDS. Prinsip pengobatan adalah
menggunakan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan
dosis serta jangka waktu yang tepa Pemberian tiasetazon pada pasien
HIV/AIDS sangat berbahaya karena akan menyebabkan efek toksik berat
pada kulit Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia
alat suntik sekali pakai yang steril. Desensitisasi obat (INH,
rifampisin) tidak boleh dilakukan karena mengakibatkan toksik yang
serius pada hati Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi
respons terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapat resistensi
terhadap obat juga harus dipikirkan terdapatnya malabsorpsi obat.
Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara imunosupresi yang
berat dengan derajat penyerapan, karenanya dosis standar OAT yang
diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam serum
Saat pemberian obat pada koinfeksi TB-HIV harus memperhatikan
jumlah limfosit CD4 dan sesuai dengan rekomendasi yang adae. TB
paru pada kehamilan dan menyusui Obat antituberkulosis harus tetap
diberikan kecuali streptomisin, karena efek samping streptomisin
pada gangguan pendengaran janin Pada pasien TB yang menyusui, OAT
dan ASI tetap dapat diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke
dalam ASI, akan tetetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan
toksik pada bayi Pada perempuan usia produktif yang mendapat
pengobatan TB dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang
menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang. Tidak
ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilanf. TB paru
pada gagal ginjal Jangan menggunakan streptomisin, kanamisin dan
kapreomisin Sebaiknya hindari penggunaan etambutol, karena waktu
paruhnya memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. Dalam keadaan
sangat diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan pengawasan
kreatinin Sedapat mungkin dosis disesuaikan dengan faal ginjal
(CCT, ureum, kreatinin)g. TB parudengan kelainan hati Bila ada
kecurigaan penyakit hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum
pengobatan Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh diberikan
Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6 RH
atau 2 SHE/10 HE Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik
, sebaiknya OAT ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami
penyembuhan. Pada keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E
maksimal 3 bulan sampai hepatitis menyembuh dan dilanjutkan dengan
6RHh. Hepatitis imbas obat Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala
mual, muntah [+])OAT Stop Bilagejala (+) dan SGOT, SGPT>3 kali,
OAT stop Bila gejal klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2OAT Stop SGOT, SGPT>5 kali OAT stop SGOT,
SGPT>3 kaliteruskan pengobatan, dengan pengawasanPaduan OAT yang
dianjurkan : Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ) Setelah itu,
monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan laboratorium
kembali normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka tambahkan H (INH)
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (300 mg). Selama itu
perhatikan klinis dan periksa laboratorium saat INH dosis penuh ,
bila klinis dan laboratorium kembali normal, tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
Sehingga paduan obat menjadi RHES Pirazinamid tidak boleh diberikan
lagi
I. KOMPLIKASI Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa
komplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan
maupun setelah selesai pengobatan. Beberapa komplikasi yang
mungikin timbul adalah :1. Batuk darah2. Pneumotoraks3. Gagal
napas4. Gagal jantung5. Efusi pleuraTuberkulosis adalah infeksi
yang dapat merusak kelenjar adrenal. Penyebab Addisons disease
kurang lebih 20% oleh tuberkulosis. Ketika adrenal insufisiensi
pertama kali ditemukan oleh Dr. Thomas Addison pada tahun 1849,
tuberkulosis adalah penyebab yang paling utama. Dengan meningkatnya
terapi TB, insiden adrenal insufisiensi oleh TB menurun
drastis.Tuberkulosis milier adalah disebabkan penyebaran melalui
hematogen dari tuberkel. Pada anak-anak merupakan akibat dari
infeksi primer sedangkan pada dewasa lebih disebabkan reaktivasi
dari infeksi primer. Lesi biasanya berupa granuloma berdiameter 1-2
mm.Gejala klinisnya tidak spesifik tergantung organ yang
terinfeksi. Demam, keringat malam, anoreksia, lemas dan penurunan
berat badan adalah gejala klinis yang utama. Saat yang sama,
biasanya disertai dengan batuk dan gejala respirasi jika terinfeksi
pada paru-paru dan gejala gangguan pencernaan jika terinfeksi organ
abdomen.Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali,
splenomegali, dan limfoadenopati. Pada pemeriksaan mata dapat
ditemukan tuberkel koroid, ini merupakan gejala patognomonis untuk
tuberkulosis milier yang dapat ditemukan pada sekitar 30% kasus.
Meningismus ditemukan kurang dari 10% kasus.Untuk mendiagnosa
tuberkulosis milier paling sering menggunakan foto rontgen thoraks
dan didapatkan retikulonodular. Kadang-kadang tanpa ditemukan
kelainan pada rontgen seperti pada pasien dengan HIV. Pemeriksaan
radiologi lainnya dapat ditemukan infiltrat luas, infiltrat
intertisial, dan efusi pleura. Dengan pemeriksaan BTA sputum
ditemukan negatif pada 80% kasus. Kelainan hematologi dapat
ditemukan anemia, leukopeni, neutrofilik leukositosis dan leukomoid
reactions, dan polisitemia. Disseminated intravascular coagulation
juga dapat terjadi. Peningkatan alkali fosfatase dan enzim hati
lainnya dapat ditemukan jika infeksi berat di hati.
J. PENCEGAHAN Vaksinasi BCG. Dari penelitian diketahui bahwa
vaksinasi BCG yang telah dilakukan pada anak-anak selama ini hanya
memberikan daya proteksi sebagian saja, yakni 0-80%. Tetapi BCG
masih tetap dipakai karena ia dapat mengurangi kemungkinan terhadap
tuberkulosis berat (meningitis, tuberkulosis milier, dll) dan
tuberkulosis ekstra paru lainnya.Kemoprofilkasis terhadap
tuberkulosis merupakan masalh tersendiri dalam penanggulangan
tuberkulosis paru di samping diagnosis yang cepat dan pengobatan
yang adekuat. Isoniazid banyak dipakai selama ini karena harganya
murah dan efek sampingnya sedikit (terbanyak hepatitis dengan
frekuensi 1%, sedangkan yang berusia lebih dari 50 tahun adalah
2%).Obat alternatif lain setelah isoniazid adalah rifampicin.
Beberapa peneliti pada international union against tuberculosis
menyatakan bahwa profilaksis dengan INH diberikan selama 1 tahun,
dapat menurunkan insiden tuberkulosis sampai 55-83% dan yang
kepatuhan minum obatnya cukup baik dapat mencapai penurunan 90%.
Yang minum obatnya tidak teratur (intermitten), efektivitasnya
cukup baik.
K. PROGNOSIS Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang menyerang
paru-paru. Hal ini menyebar dari orang ke orang melalui udara.
Setiap tahun TB bertanggung jawab atas kematian sekitar dua juta
orang di seluruh dunia. Lihat Dokter Segera Seseorang menunjukkan
tanda-tanda dan gejala TB harus melihat seorang dokter sesegera
mungkin. Pengobatan awal secara signifikan meningkatkan kemungkinan
prognosis jangka panjang positif.Manfaat Untuk memastikan prognosis
jangka panjang positif, pasien TB ketat harus mematuhi rejimen obat
yang diresepkan oleh dokter mereka. Mengubah jadwal pengobatan,
dosis dilewatkan atau tidak memakai obat yang akan meningkatkan
risiko kematian. Kesalah pahaman Banyak orang mulai merasa lebih
baik beberapa minggu setelah memulai pengobatan, namun bakteri TB
masih sangat aktif dalam tubuh mereka. Penghentian pengobatan saat
ini dapat mengakibatkan resistan terhadap obat TB. Resistan
terhadap obat TB adalah jauh lebih sulit untuk mengobati dan
membawa risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan non-resistan
terhadap obat TB.Time FramePrognosis jangka panjang untuk pasien
yang diobati untuk TB umumnya baik. Dengan pengobatan yang tepat,
90 persen pasien TB akan bertahan penyakit.PeringatanTB tidak akan
hilang dengan sendirinya. Orang dengan TB yang tidak diobati
memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada mereka yang
mencari pengobatan. Hampir 50 persen orang dengan TB yang tidak
diobati meninggal dalam waktu 5 tahun.
LAMPIRAN
Pertanyaan :1. Mengapa suara ronchi terdengan di apex paru?2.
Obat OAT apa yang aman untuk ibu hamil ? dan apakah masih diberikan
OAT jika ibu hamil atau menyusui terkena TBC ? 3. Kenapa
pemeriksaan penunjang biakan sputum ?4. Mengapa diambil DD
bronchitis kronik ?
Jawab :1. Ronchi terdengar di apex paru dikarenakan kuman pada
penyakit TBC ini adalah kuman aerob, bila kuman aerob membutuhkan
O2, sedangkan di apex paru itu ventilasi perfusi nya tinggi dan
banyak O2. Sehingga menyebabkan kuman TBC ini lebih banyak berdian
di bagian apex paru.2. Obat yang aman untuk ibu hamil adalah
isoniazid, ripamfisin, dan etambutol. Tetapi apabila ibu hamil atau
menyusui terkena penyakit TBC maka tetap berikan obat OAT. Kecuali
pada ibu hamil jangan diberikan obat Streptomisin dikarenakan bisa
merusak organ pendengaran janin. 3. Biakan M. tuberculosis
merupakan pemeriksaan bakteriologi yang lebih sensitive daripada
pemeriksaan mikroskopis ZN. Jenis media biakan secara umum terdiri
dari dua macam, yaitu medium padat dan medium cair.Medium padat
terdiri dari dua jenis, yaitu medium padat berbasis telur dan
medium padat berbasis agar. Medium padat berbasis telur merupakan
pilihan pertama untuk biakan yang berasal dari spesimen sputum.
Terdapat dua jenis medium padat berbasis telur, yaitu medium
Lowenstein Jensen (LJ) dan medium Ogawa.Medium LJ digunakan secara
luas di dunia, sedangkan medium Ogawa hanya digunakan di Jepang dan
di Indonesia, khususnya di Laboratorium Mikrobiologi RSHS. Medium
padat berbasis telur pembuatannya mudah, murah, dapat disimpan
dalam waktu lama, dan juga dapat digunakan untuk identifikasi awal
mikobakterium, tetapi medium ini memerlukan waktu yang lama untuk
mendeteksi pertumbuhan M.tuberculosis dalam bentuk koloni (visible
growth), yaitu selama 3-8 minggu. Medium cair terdiri dari beberapa
jenis, antara lain Middlebrook 7H9 (medium cair konvensional),
broth base culture system (Bactec 460TB, Septi-Check AFB, dan
MGIT), dan yang terbaru adalah MB/BacT 240 yang menggunakan sistem
kolorimetrik. Medium cair memiliki kemampuan mendeteksi pertumbuhan
mikobakterium lebih cepat, terutama pada kasus TB ekstraparu,
sehingga penggunaan medium ini akan sangat membantu para klinisi
dalam menentukan diagnosis penyakit lebih dini4. Perbedaan
Bronkitis kronik dan PPOKBronkitis kronikPPOK
OnsetSemua usiaUsia pertengahan
RiwayatLama merokokLama merokok
GejalaBatuk 3 bln dalam setahun, napas pendek
terputus-putussesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan
riwayat pajanan gas/prtikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan
faal paru
PemfisRonkhiHipersonor
RadiologiHiperinflasiDiafragma
mendatarHiperinflasiHiperlusenDiafragma mendatar