LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal dalam kehidupan. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar (Mansjoer dkk, 2001). Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa angka kematian ibu tahun 2007
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun ideal
dalam melahirkan, terlalu banyak anak dan terlalu dekat jarak
melahirkan.
Pada Pre Eklampsia Berat (PEB) timbul berbagai manifestasi
klinik dan komplikasi yang dapat menyebabkan syok dan kematian
sehingga diperlukan perawatan di Rumah Sakit. Apabila kehamilan
lebih dari 36 minggu dan maturitas paru ditetapkan dilakukan
induksi persalinan atau persalinan dengan Sectio Caesarea (Bobak,
Lawdermilk, Jensen, 2004). Sectio Caesarea (SC) adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
rahim (Mansjoer dkk, 2004). Di Indonesia angka kejadian SC sekitar
30% di tahun 2002. Di RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat
rujukan mempunyai angka kejadian rata-rata 41,2 % dengan 18 %
diantaranya adalah kasus seksio sesarea elektif. Di RSUP
Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus, tahun 2002 ada 556 kasus
dan tahun 2003 terdapat 493 kasus (Karkata, 2007).Angka kejadian SC
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto kabupaten banyumas
cukup tinggi, tahun 2007 sebanyak 771 kasus, 2008 sebanyak 774
kasus, 2009 terdapat sebanyak 517 kasus (Profil RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto, 2009). Ada beberapa indikasi dalam
persalinan dengan SC antara lain Letak sungsang, SC berulang,
kehamil prematuritas, kehamilan dengan resiko tinggi, kehamilan
ganda, kehamilan dengan pre eklampsia dan eklampsia (Manuaba,
2001). Peningkatan angka persalinan caesar beberapa tahun
belakangan tidak dijelaskan dengan manfaat yang jelas untuk bayi
dan ibu. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada ibu dan
pelayanan kesehatan mengenai risiko kanan dan kirinya masih
bengkak, penglihatannya masih kabur, kadangkadang pusing dan dada
terasa sesak dan luka bekas operasi masih nyeri. Selama persalinan
dan sampai sekarang keluarga sangat mendukung karena kelahiran
anaknya sudah sangat lama dinanti. Perempuan itu juga mengatakan
yang dia butuhkan sekarang adalah perawatan agar luka diperut bekas
operasi bisa cepat sembuh dan saya bisa beraktivitas dengan
normal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan
secara komperhensif pada ibu post SC dengan indikasi PEB.2. Tujuan
Khusus
a. Mampu mengetahui pengertian SC dan PEB
b. Mampu mengetahui faktor resiko pre-eklamsi
c. Mampu mengetahui etiologi
d. Mampu mengetahui patosiologi
e. Mampu mengetahui patway
f. Mampu mengetahui manifestasi klinis
g. Mampu mengetahui komplikasi
h. Mampu mengetahui penatalaksaan
i. Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang
j. Mampu mengetahuikonsep dasar nifas
k. Mampu mengetahui proses keperawatanl. Mampu mengetahui Asuhan
keperawatan post SC dengan indikasi PEB.
BAB IIKONSEP DASAR
A. DefinisiSectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut atau vagina, atau sectio sesarea adalah suatu histeretomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2005 )Sectio
Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).
Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh (intac). (Wiknjosastro, 2005)Pre-eklamsia adalah
suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu
ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan
dapat juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan
darah 140/90 mmHgatau lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik
sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa), atau
kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika
diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia
adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada
sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada
selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan
normal, sehingga edema bukanlah tanda pre-eklampsia yang dapat
dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan
wajah, serta Kenaikan berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atay
kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi
pre-eklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per
minggu). (Anonim, 2007).Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah
pre-eklampsia yang berlabihan yang terjadi secara mendadak. Wanita
dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini merupakan
kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera
dimulai.
Pre-eklamsi berat terjadi apabila :
a. Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara
sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.
c. Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.
d. Gangguan cerebral /penglihatan
e. Oedema paru / cyanosis
f. Sakit kepala hebat
g. Mengantuk
h. Konfensi mental
i. Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan
cahaya)
j. Nyeri epigastrium
k. Mual dan muntah (Musalli, 2007).Seksio Caesaria adalah
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng rahim dalam
keada an utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio
caesaria adalah sectio caesarea antara lain : Ibu / janin :
Distosia (ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi
persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu
(Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan
sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin,
Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa,Abrupsion
plasenta ( Mochtar, 2005).Post partum adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu. (Mochtar,
2005)
B. Faktor Risiko Preeklampsia
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab
terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor
risiko tersebut meliputi;
1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat
preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi
penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia
semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan kehamilan dengan
umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan
(Rochimhadi, 2005).C. Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit
teori; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.
Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah
teori iskemia plasenta.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini.Adapun teori-teori tersebut adalah ;a. Peran
Prostasiklin dan TromboksanPada preeklampsia dan eklampsia
didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi
vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta
berkurang, sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat.
Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volume plasma.b. Peran Faktor
ImunologisPreeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada
kehamilan I terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi komplek
imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan
terjadinya pembentukan proteinuria. c. Peran Faktor
GenetikPreeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia
meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsia. d.
Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di
uterusDefisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi
membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.e.
Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel
vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis
terjadinya preeklampsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan
dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan kadar
fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan
kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan
(Anonim, 2007).D. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada
preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya
kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya
spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan perubahan ke organ
antara lain:
1. OtakMengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat
akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa
menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.2.
GinjalTerjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran
darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif
, dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan
sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan
air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.3. URIDimana aliran darah
plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan
terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam
kandungan.4. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.5. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola
nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa
menyebabkan kematian .
6. HeparPenurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema
hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri
epigastrium, serta ikterus ( Wahdi, 2009).E. PathwayRemaja,
primipara muda, pendapatan, riwayat HT,Pre/eklamsia
Kehamilan muda/aterm
Pre eklamsia / Impending eklamsia /eklamsia
Penyebab tdk jelas
Diduga kerusakan sel endotel vaskuler
Vasokostriktor ,vasodilator
TD , + protein hilang + transudasi
Kejang/penurunan kesadaran (Resiko tinggi terjadinya kejang pada
ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah).
perawatan &pengobatan (MRS/Observasi ketat)
Terminasi kehamilan
Pervaginam Seksio caesaria
Sist. Urologi
Sist.pencernaan
Sist.kardiovaskuler
Sist. saraf
Dialisis mual-muntah banyak+peristaltik usus Kehilangan darah
& cairan diskontinuitas
Jaringan/luka
Oliguria muntah berlebihan ileus peristaltik pendarahan ekstra
dan intra operasi
Kehilangan cairan distensi abdomenvol cairan dan elektrolit
nyeri
dan elektrolit
dalam sirkulasi turun
(resiko terjadi syok hipovolemik
(gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit)
dan resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan)
nyeri/kembung/flatus/muntah
muntah
flatus
Insufisiensi akut eritosit keluardari sist sirkulasi
Sel-sel jaringan tidak mendapat makanan O2
Hb anemia
Syok hipovolemik
O2 dalam darah
Sesak+transpor O2 ke organ turun (resiko pola napas tidak
efektif)
LanjutaF. Manifestasi Klinis1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg
atau distolik 110 mmHg. 2. Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes
celup.
3. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
4. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
5. Edema paru dan sianosis
6. Trobositopenia.
7. Pertumbuhan janin terlambat.
G. Komplikasi1. Infeksi Puerperalis Komplikasi ini bersifat
ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan
lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor -
faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika,
tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik
dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda. 2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Luka kandung kemih 4. Embolisme paru - paru Suatu komplikasi
yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik. H. Penatalaksanaan Medis Post SC
1. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca
operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan
transfusi darah sesuai kebutuhan. 2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. 3.
Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasib) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadarc) Hari kedua post operasi,
penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya.d) Kemudian posisi tidur
telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)e)
Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama
lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.5. Pemberian
obat-obatana) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam2) Oral = tramadol tiap
6 jam atau paracetamol3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan
setiap 6 jam bila perlu
4) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti Perawatan rutin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.I. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
Nilai Hb,SDM ,SDP ,Albumin ,
Hematokrit ,Trobosit .
2. Serum elektrolit
Nilai kalium,kalsium .
( Suyono, 2002).
Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi
terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif
), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 mlBerat badan :
peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu. Tingkat kesadaran ;
penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otakUSG ; untuk
mengetahui keadaan janin NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
( Surjadi, 1999)3. Diagnosis banding
a. Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui,
akan sulit untuk membedakan antara preeklampsia dan hipertensi
kronik, dalam hal demikian, tangani sebagai hipertensi karena
kehamilan.
b. Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi urin,
sehingga terdapat proteinuria .Kateterisasi tidak dianjurkan karena
dapat mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih, anemia berat,
payah jantung dan partus lama juga dapat menyebabkan
proteinuria.Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat
menghasilkan proteinuria positif palsu
c. Kejang dan koma
Eklampsia harus didiagnosa banding dengan epilepsi, malaria
serebral, trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, intoksikasi
(alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis),
meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, histeria
dan lain-lain.J. Konsep Dasar Nifas
Proses adaptasi ibu selama masa nifas menurut Suherni (2010),
adalah:
1. Adaptasi Psikologis
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru
lahir. Dalam menjalani proses adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut:
a. Fase taking in
Fase taking in, yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu berfokus terutama pada dirinya sendiri.
b. Fase taking hold
Fase taking hold, yaitu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung
dan gampang marah.
c. Fase letting go
Fase letting go, yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya dan siap memenuhi kebutuhan bayinya.
2. Adaptasi Fisiologis
a. Perubahan system reproduksi
1) Perubahan uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar.
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah dua hari pasca post partum,
setinggi sekitar umbilikus, setelah dua minggu masuk panggul,
setelah empat minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).
2) Lokhea
Lokhea yaitu cairan sekret yang keluar dari vacum uteri, lochea
mempunyai beberapa jenis, yaitu:
a) Lokhea rubra: ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel cairan ini keluar selama 2 hari post partum.
b) Lokhea sanguinolenta: warnanya merah kuning berisi darah dan
lender. Ini terjadi pada hari ke 3-7 post partum.
c) Lokhea serosa: berwarna kunin dan caiaran ini tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 post partum.
d) Lokhea alba: cairan putih yang terjadinya setelah 2 minggu
post partum.
e) Lokhea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk.
f) Lokheotosis: lokhea tidak lancar keluarnya.
1) Laktasi
Umumnya produksi ASI (Air Susu Ibu) baru terjadi pada hari ke
dua atau ketiga pasca persalian. Pada hari pertama keluar
colostrums, cairan kuning yang lebih kental dari pada air susu,
mengandung banyak protein, albumin, globulin, dan benda-benda
colostrum.
b. Perubahan Tanda-Tanda Vital dalam Masa Nifas
1) Suhu badan
Sekitar 4 hari pasca persalinan suhu ibu mungkin naik sedikt
antara 37,2C-37,5C. Kemungkinan disebabkan oleh aktivitas
payudara.
2) Denyut nadi
Denyut nadi akan melambat yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam kondisi istirahat penuh. Ini terjadi pada mingu
post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah