Top Banner
PRESENTASI KASUS DIABETES MELLITUS TIPE II, NEUROPATI DIABETIK, HIPERTENSI GRADE I PADA PEREMPUAN LANSIA DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH SERTA TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DAN KEKHAWATIRAN AKAN KOMPLIKASI PENYAKITNYA DALAM RUMAH TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP SEHAT Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik diBagianIlmuKedokteranKeluargaPuskesmasKotagede I Disusunoleh: YULIANTI S. AREY 20090310141 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
85

Presus Ikk

Feb 07, 2016

Download

Documents

Julie Arey

1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presus Ikk

PRESENTASI KASUS

DIABETES MELLITUS TIPE II, NEUROPATI DIABETIK, HIPERTENSI GRADE I

PADA PEREMPUAN LANSIA DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH

SERTA TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DAN

KEKHAWATIRAN AKAN KOMPLIKASI PENYAKITNYA DALAM RUMAH

TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP SEHAT

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan KlinikdiBagianIlmuKedokteranKeluargaPuskesmasKotagede I

Disusunoleh:

YULIANTI S. AREY

20090310141

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: Presus Ikk

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

DIABETES MELLITUS TIPE II, NEUROPATI DIABETIK, HIPERTENSI GRADE I

PADA PEREMPUAN LANSIA DENGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI RENDAH

SERTA TINGKAT PENGETAHUAN RENDAH TENTANG PENYAKITNYA DAN

KEKHAWATIRAN AKAN KOMPLIKASI PENYAKITNYA DALAM RUMAH

TANGGA YANG TIDAK BERPERILAKU HIDUP SEHAT

Disusun oleh:

Yulianti S. Arey

20090310141

Hari/Tanggal: 19 Maret 2015Tempat: Puskesmas Kotagede II

Dokter Pembimbing Fakultas Dokter Pembimbing Puskesmas

dr. Denny Anggoro Prakoso, M.Kes dr. Liza Dwipantari A.

Mengetahui,KepalaPuskesmas Kotagede I

Drg. Arief Haritono, M.Kes

i

Page 3: Presus Ikk

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

presentasikasus ini dengan judul “Diabetes mellitus tipe ii, neuropati diabetik,

hipertensi grade I pada perempuan lansia dengan tingkat sosial ekonomi

rendah serta tingkat pengetahuan rendah tentang penyakitnya dan

kekhawatiran akan komplikasi penyakitnya dalam rumah tangga yang tidak

berperilaku hidup sehat”.Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian

syarat untukmenyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di

PuskesmasKotagede I.

Penulismenyadariselesainyapenyusunanlaporaninitidaklepasdaribantuanberbagai

pihak, untukitupenulismenyampaikanucapanterimakasihkepada:

1. Drg. Arief Hartono, M. Kes, selakuKepalaPuskesmasKotagede I

2. dr. Denny Anggoro Prakoso, M. Kes, selakudosenpembimbingprofesi

3. dr. Liza, dr. Evadr. Ida Novirawati, dr. Chandra

selakudokterpembimbingpuskesmas

4. SeluruhstafdankaryawanPuskesmasKotagede I

5. Semuapihak yang telahmendukungpenulisanlaporanini

Dalampenulisanlaporaninipenulismasihmemilikibanyakkekurangan.Kritikdan

saran sangatdiharapkanuntukmenyempurnakanlaporanini.

Yogyakarta, Maret 2015

Penyusun,

Yulianti S. Arey

2

Page 4: Presus Ikk

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas

Nama : Ny. Watijah

Usia : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Alamat : Modalan RT1 RW46 Modalan Banguntapan Bantul

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan Terakhir : Tamatan SMA

Kunjungan Puskesmas : 12 Maret 2015

Kunjungan Rumah : 15 Maret dan 16 Maret 2015

Jaminan kessehatan : Umum

2. Anamnesis

1. Keluhan utama: Kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki.

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poliklinik lansia Puskesmas Kotagede Idiantar keluarga,

pasien mengeluh ujung jari kaki tanan terasa kesemutan sejak 1 bulan

yang lalu, keluhan kesemutan disertai dengan rasa dingin pada tangan dan

kaki. Awalnya keluhan terasa kumatan-kumatan dan berlangsung selama 2

minggu, keluhan irasa makin lama semakin memburuk 1 minggu

terakhir.Pasien merasa terganggu dengan keluhan tersebut namun pasien

masih dapat melakukan aktivitas.Pasien juga mengeluh badan sering

3

Page 5: Presus Ikk

pegal, lemas dan gampang lelah, mudah lapar, sering kencing, dan berat

badan turun drastic dalam 1 bulan terkahir. Selain itu pasien juga

mengeluh pusing,disertai dengan mual. Pasien mengatakan akhir- akhir ini

mengalami sulit tidur, dan sering terbangun saat malam untuk kencing,

Pasien mengaku keluhan tersebut belum pernah diobati.

3. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit gula pertama kali saat 1 minggu terkahit periksa ke

puskesmas, riwayat asma (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat

penyakit ginjal (-), riwayat alergi (-), riwayat stroke (-).

4. Riwayat Penyakti Keluarga

Riwayat hipertensi: (+) sejak 1 minggu saat control ke-2, pada ayah dan

kakak.

Riwayat penyakit jantung: (+) ayah, kakak laki dan kakak perempuan

Riwayat Diabetes mellitus: (+) dua orang kakak

Riwayat asma dan alergi: disangkal

5. Riwayat Personal Sosial Lingkungan

Pendidikan

Pasien merupakan tamatan SMA, tidak pernah tinggal kelas dan tidak

pernah bermasalah selama menempuh pendidikan sekolahnya, namun

tidak melanjutkan ke jenjang selanjutnyakarena ingin bekerja.

Pekerjaan

Pasien dulu bekerja sebagai seorang penjahit baju, namun berhenti saat

ibu pasien sakit, kemudian pasien bekerja di pasar membantu ayah dan

ibu berjualan sayuran.Saat ini pasien hanya sebagai seorang ibu rumah

tangga terkadang pasien membantu anak dan menantunya usaha ikan

hias yang baru dirintis.Penghasilan 150.000-500.000 per bulan dan

dirasa sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Perkawinan dan Keluarga

4

Page 6: Presus Ikk

Pasien menikah tahun 1986di usia34 tahun dan dikaruniai 1 orang

anak. Hubungan/komunikasi pasien dengan seluruh anggota baik dan

harmonis.

Sosialisasi

Pasien menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar, bergaul

dantidak menutup diri dari aktivitas masyarakat.

Gaya Hidup

Pasien memiliki kebiasaan makan manis dan minum teh manis 3-5

gelas setiap hari, pasien juga memiliki kebiasaan ngemil gula jawa

hampir setiap hari. Namun, pasien sudah berhenti dengan kebiasaaan

tersebut sejak mengetahui tentang penyakitnya.Pasien bangun jam 5

pagi, sholat shubuh, ke pasar, memasak, sarapan, bermain dengan

cucu, terkadang pasien tidur siang, makan siang kemudian sholat

dhuhur. Pasien tidak pernah mengsmsi alcohol dan merokok.Pasien

tidak pernah berolahraga, hanya berjalan disekitar rumah dan ke

pasar.Sejak pasien mengetahui penyebab dari penyakitnya, pasien

mulai berhenti mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis dan

rutin makan nasi jagung. Pasien tidur malam jam 22.00 atau jam 23.00

malam.

Pengobatan

Pasien rutin minum obat diabetes satu minggu terakhir.

1. Review Anamnesis Sistem:

Sistem indera : tidak ada keluhan

Sistem pernapasan : tidak ada keluhan.

Sistem peredaran darah dan jantung : kesemutan (+).

Sistem pencernaan : tidak ada keluhan.

Sistem saluran kencing dan kelamin : sering BAK (+)

Sistem tulang dan otot :badan lemas dan pegal-pegal

5

Page 7: Presus Ikk

Sistem persarafan : terasa pusing, kesemutan .

3. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Vital Signs

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Nadi : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Suhu badan : 36,7°C

Pernapasan : 22x/menit

4. Antropometri

Tinggi Badan : 150 cm

Berat Badan : 65 kg

Indeks Massa Tubuh: 28,88

5. Status Gizi : Gemuk

6. Kepala

Bentuk kepala : Mesosefal

Rambut : Lurus, warna putih, distribusitidak merata

7. Mata

Palpebra : Edema (-/-)

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Kornea : Arcus senilis (+/+)

Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor

Lensa : Jernih (+/+)

Visus :OD = 5/60, OS =5/60

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

8. Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-)

6

Page 8: Presus Ikk

Pemeriksaan otoskopi : tidak dilakukan

Tes fungsi pendengaran : tidak dilakukan

9. Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

10. Mulut : Faring hiperemis (-), caries gigi (-), gigi berlubang (-)

Stomatitis (-)

11. Leher

Kelenjar tiroid : Tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

Retraksi suprasternal : (-)

JVP : Tidak meningkat

12. Pulmo:

Anterior

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Posterior

Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi (-)

Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus ka=ki

Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

13. Cor:

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula

sinistra,

tidak kuat angkat.

Perkusi : Batas jantung

7

Page 9: Presus Ikk

Kanan atas: SIC II linea parasternalis dextra.

Kiri atas: SIC II linea parasternalis sinistra.

Kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dextra.

Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra.

Auskultasi: S1-S2 reguler, bising jantung (-)

10 Pemeriksaan Abdomen:

Inspeksi : bentuk datar

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar lien tak

teraba, massa (-), ascites (-)

Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut

Tabel 1Pemeriksaan ekstrimitas

Tungkai Lengan

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan

Tonus

Trofi

Edema

Akral

Nyeri

Pembengkakan sendi

Kekuatan

Tremor

Luka

Tofus

Pale

Pulsatil

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Dingin

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Bebas

Normal

Eutrofi

-

dingin

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Dingin

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

Bebas

Normal

Eutrofi

-

Dingin

-

-

+5

-

-

-

-

Normal

8

Page 10: Presus Ikk

Nadi Reguler Reguler Reguler Reguler

4. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

12 Maret 2015

− Kolesterol total : 110 mg/dl

− HDL : 31 mg/dl

− LDL : 127 mg/dl

− TG : 160

− Asam urat : 3,1 mg/dl

13Maret 2015

− Gula darah puasa : 280 mg/dl

− Gula darah post prandial: 300 mg/dl

− Kolesterol total : 75 mg/dl

− TG : 131 mg/dl

− Asam urat : 3,8 mg/dl

2. Usulan pemeriksaan penunjang: laborat lengkap, fungsi ginjal (ureum,

kreatinin), Pemeriksaan profil lipid, EKG (rekam jantung), konsultasi gizi.

5. Diagnosis Banding

− Diabetes mellitus

− Neuropati diabetic

− Hipertensi grade I

6. Diagnosis Kerja

Diabetes tipe 2, neuropati diabetikum denggan hipertensi grade I.

9

Page 11: Presus Ikk

7. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

R/ Amlodipin tablet 5mg No X

S/ 1 dd tab 1

R/ glimiperid tablet 2 mg No X

S/ 1-0-0

R/ metformin500 mg No X

S/ 1-0-0

2. Non farmakologis

Edukasi pasien tentang :

Pengertian, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi serta pengelolaan

DM, hipertensiyang diderita pasien.

Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit pasien

Pentingnya penurunan berat badan

10

Page 12: Presus Ikk

BAB II

ANALISIS KASUS

Diagnosa kerja pada pasien ini adalah diabetes mellitus tipe 2, neuropati

diabetikum dengan hipertensi grade I. Diagnosis ini diperoleh berdasarkan hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang mengarah pada

tanda dan gejala penyakit tersebut.

Illness adalah keadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang diperoleh

dari penyakit tersebut (bersifat subyeksif).Illness terdiri atas beberapa komponen

yaitu ide (pemahaman terhadap penyakit), efek terhadap fungsi (akibat penyakit

yang dirasakan pasien pada fungsi hidupnya seperti pergaulan, pekerjaan, dll),

perasaan, dan harapan.Berikut adalah komponen illness dan hasil yang diperoleh

dari pasien terhadap penyakitnya.

Tabel .Komponen illnes

No. KomponenIlness Pasien

1 Ide

Menurut pasien, sakit yag dideritanya karena efek

dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang

manis setiap hari, pasien tidak mengetahui gejala,

faktor resiko, dan komplikasi dari penyakitnya.

Pasien

2 Efek terhadap fungsi

Semenjak didiagnosis DM, pasien merasa

aktivitasnya menjadi terbatas karena keluhan yang

sering kambuh saat pasien bekerja.

3 Perasaan Pasien merasa sedih dan khawatir sejak mengetahui

penyakitnya. Pasien merasa khwatir akan

merepotkan suami dan anak, karena pengobatan

rutin yang akan mengahbiskan banyak biaya, karena

pasien belum punya jaminan kesehatan. Pasien

merasa takut jika terjadi komplikasi yang buruk dan

11

Page 13: Presus Ikk

bisa menyebabkan kematian. pasienpasrah dan

menerima segala keadaan terkait penyakit pasien,

dan sebisa mungkin mengkuti apa yang disarankan

dokter

4 Harapan

Pasien berharap dengan rutin minum obat dan

kontrol gula darah, keluhan yang diderita dapat

membaik sehingga dapat menjalankan aktivitas

sehari- hari dengan lebih leluasa

1. Analisis Kunjungan Rumah

Berikut adalah hasi analisis kunjungan rumah yang telah dilakukan sebanyak

duakali pada tanggal 18 maret 2015:

1. Kondisi pasien

Kunjungan rumah pertama dilakukan pada tanggal 18 maret 2015, pukul

14.00-16.00 WIB. Kondisi pasien tampak baik, sadar penuh meskipun

keluhan kesemutan dan badan lemas masih terasa. Pasien terbuka

menceritakan keadaan diri dan keluarganya. Pemeriksaan fisik didapatkan

tekanan darah darah 150/90mmHg, nadi 88x/menit, frekuensi pernapasan

22x/menit, dan suhu 36,7°C.

2. Pekerjaan

Pasien berumur 63 tahun dengan pekerjaan sehari-hari sebagaiibu rumah

tangga, Pasien tinggal bersama suami yang jbekeja sebagai buruh bangunan,

dan anak perempuan, menantu dan satu oang cucu.Kebutuhan keluarga

dipenuhi dari suami dan menantu. Penghasilan dari tiap bulan rata-rata Rp

150.00-400.000,- dan dirasa pasien sangat kurang untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari.

12

Page 14: Presus Ikk

3. Keadaan rumah

a. Lokasi rumah

Rumah terletak di lingkungan padat penduduk, beralamat Jl. Modalan. no

Rt 01 Rw 46 RW 5banguntapan, bantul, Yogyakarta.

b. Kepemilikan

Rumah milik pribadi.

c. Kondisi rumah

Rumah tergolong bangunan permanen dengan dinding bata, lantai semen,

atap genteng,ventilasi cukup baikdengan luas bangunan ±50 m2 .

Penghuni berjumlah 5 orang.

d. Ruang rumah

Rumah terdiri dari satu ruang depan yang berfungsi menjadi ruang tamu

sekaligus ruang keluarga, satu ruang tengah sebagai ruang untuk

menempatkan perabotan, 2 ruang tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi.

Gambar 1Peta rumah pasien

Skala 1 : 100Skala 1 : 100

13

Keterangan:

A. Ruang tamuB. Ruang tengahC. DapurD. Kamar mandiE. Kamar tidurF. Halaman belakang

(kandang,kolam)

Gambar 2Denah ruang rumah pasien

U

15 m

7,5m

A

B

C

U

D

F

Page 15: Presus Ikk

e. Pencahayaan

Terdapat jendela dan ventilasi di ruang tamu, kamar tidur. Kamar mandi dan

dapur memiliki ventilasi tanpa jendela. Cahaya matahari yang masuk ke

dalam ruangan terkesan kurang, pencahayaan lampu listrik cukup.

f. Kebersihan:

Ruang tamu, dapur, kamar mandi dan ruang tidur kotor berdebu. Ruang

tengah banyak barang-barang berserakan seperti baju, kertas, bantal, kasur dan

perabotan dan agak berdebu.

g. Kepemilikian barang

Dalam rumah pasien terdapat satu buah tv21 inchi, 1 buah kasur busa, satu

buah kasur kapuk, satu buah meja, tiga buah kursi sofa, satu akuariumdi ruang

tengah. 1 buah lemari pakaian kayudi ruang tengah.Satu buah kompor gas,

perlengkapan masak di dapur.Satu buah baskom penampungan air di kamar

mandi.

h. Sanitasi dasar:

Sumber air bersih

Sumber air yang digunakan untuk minum, mandi dan mencuci berasal

dari air sumur pompa air. Secara fisik air tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau.

Jamban keluarga

Pasien memiliki jamban keluarga dirumahnya berupa satu WC

duduk.Kondisi jamban mudah dibersihkan, lokasinya terletak luar rumah.

Saluran pembuangan air limbah (SPAL)

Air bekas cuci disalurkan melalui saluran menuju selokan yang berada di

samping rumah.Saluran pembuangan lancar.Septic tank berada dibagian

belakang rumah.

Tempat sampah

14

Page 16: Presus Ikk

Sampah hanya diletakkan dalam plastik depan halaman rumah, setiap

pagi hari sampah diantar ke ke tempat pembuangan sampah.

i. Halaman

Terdapat halaman depan dan belakang rumah yang relatif luas. Halaman

depan tidak berpagar dan terdapat 2 pohon besar, sedangkan halaman

belakang digunakan sebagai kolam ikan hias, kandang kambing.

2. Perangkat Penilaian Keluarga

Berikut adalah perangkat penilaian keluarga yang terdiri atas family

genogram; family map; bentuk keluarga; family life cycle; family life line;

family APGAR; family SCREEM; indikator rumah sehat; identifikasi

pengetahuan, sikap, dan perilaku; dan identifikasi lingkungan hidup keluarga.

1. Genogram

Anggota keluarga yang berada dalam satu rumah yaitu:

Tabel 2Anggota Keluarga

Nama Kedudukan L/P Umur (tahun) Pendidikan Pekerjaan

Tn. S Suami L 55 SMP Wiraswasta

Ny. W Istri P 63 SMA IRT

Ny. M Anak ke 1 P 27 PT Wiraswasta

Tn. A Menantu L 29 SMA Wiraswasta

An. N Cucu L 1 - -

15

Page 17: Presus Ikk

2. Family Map

Keterangan:

o A : Functional

o Q : Dysfunctional

o : Clearbut negotiable

boundaries

3. Bentuk Keluarga

Bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti (nuclear family)

4. Family Life Cycle

16

Gambar 3 Genogram Keluarga Tn. S

Gambar 4 Family map Keluarga Tn. S

Page 18: Presus Ikk

o Menurut Duval (1967)

Tahap 8 :aging family members

o Menurut Howell (1975)

Tahap V :Fase Penciutan (phase of contraction)

5. Family APGAR

Tabel 3Family APGAR

Komponen Indikator

Hampir

Tidak

Pernah

Kadang-

kadang

Ham-

pir

Selalu

Adaptation

Saya puas dengan keluarga saya karena

masing-masing anggota keluarga sudah

menjalankan kewajiban sesuai dengan

seharusnya

Partnership

Saya puas dengan keluarga saya karena

dapat membantu memberikan solusi

terhadap permasalahan yang saya

hadapi

Growth

Saya puas dengan kebebasan yang

diberikan keluarga saya untuk

mengembangkan kemampuan yang

saya miliki

AffectionSaya puas dengan kehangatan/kasih

sayang yang diberikan keluarga saya

Resolve

Saya puas dengan waktu yang

disediakan keluarga untuk menjalin

kebersamaan

TOTAL SKOR 0 0 10

17

Page 19: Presus Ikk

Klasifikasi: Fungsi Keluarga Sehat (8 – 10)

Keterangan klasifikasi APGAR:

o 8 – 10 : Fungsi keluarga sehat

o 4 – 7 : Fungsi keluarga kurang sehat

o 0 – 3 : Fungsi keluarga sakit

6. Family SCREEM

Tabel 4Family SCREEM

Komponen Sumber Daya Patologis

Social

Hidup bermasyarakat dengan

lingkungan sekitar baik, keluarga

harmonis

Cultural

Adaptasi baik dengan lingkungan

sekitar, tidak percaya dengan mitor atau

penyakit akibat diguna-guna

Religious

Taat beribadah, menjalankan sholat 5

waktu dan mengikutikegiatan

keagamaan di masyarakat

Economic

Pemasukan hanya dari

suami dan menantu, tidak

ada pemasukan lain

EducationPendidikan terakhir pasien sampai

dengan SMA

Pendidikan sampai SD

Pasien kurang

memahami penyakit-

penyakit yang

dideritanya, dan hanya

mengandalkan obat

serta istirahat

Medical Jarak puskesmas dan rumah Selama ini pasien belum

18

Page 20: Presus Ikk

tergolong dekat.memiliki jaminan

kesehatan

7. Family Life Line

Tabel 5Family Life Line

Year Age Life Event/Crisis Severity of Illness

1959 10 Ayah pasien meninggal karena penyakit saluran

kemih

Stressor psikologis

1961 12 Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat

lebih lanjut krna masalah ekonomi

Stressor psikologis

1962 13 Ibu pasien meninggal karena ca paru Stressor psikologis

1978 29 Kakak pasien meninggal karena sakit jantung

1999 50 Gempa jogja, rumah hancur Stressor psikologis

2015 63 Didiganosis diabetes mellitus Stressor psikologis

8. Indikator Rumah Sehat

Tabel 6Indikator Rumah Sehat

NO KOMPONEN        RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBOT  DINILAI      I KOMPONEN  

31  RUMAH    1 Langit-langit a. Tidak ada 0      b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1      kecelakaan        c. Ada, bersih dan tdk rawan kecelakaan 2 22 Dinding a. Bukan tembok(terbuat dr anyaman 1      bambu/ilalang)        b. Semi permanen/setengah tembok/pasa- 2 2    ngan batu /bata yg tidak diplester/papan      yang tidak kedap air.        c. Permanen (tembok/pasangan batu bata 3      yg diplester) papan kedap air.    

19

Page 21: Presus Ikk

3 Lantai a. Tanah 0      b. Papan/anyaman bambu dekat dngn 1 1    tanah / Plesteran yang retak dan berdebu      c. Diplester/Ubin/Keramik/papan (rumah 2      panggung)    4 Jendela a. Tidak ada 0 1  kamar tidur b. Ada 1  5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 2  keluarga b. Ada 1  6 Ventilasi a. Tidak ada 0      b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari 1 1    luas lantai        c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari 2      luas lantai    7 Lubang asap a. Tidak ada 0    dapur b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10 % dari 1 1    luas lantai dapur        c. Ada, lubang ventilasi > 10 % dari luas 2      lantai dapur (asap keluar dengan sempurna.    8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dpt dpergunakan untuk 0      Membaca        b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1 1    membaca dengan normal.        c. Terang dan tidak silau sehingga dapat diper- 2      gunakan untuk membaca dengan normal.    

II SARANA    25

  SANITASI    1 Sarana Air Jenis sarana      bersih (SGL/ a. Tidak ada 0    SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 1    PAH) syarat kesehatan.      1 = SGL c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2    2= PAM Kesehatan      3= SPT d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 3      syarat kesehatan.        e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4 4    kesehatan.    2 Jamban        (Sarana Jenis sarana      pembuangan a. Tidak ada 0    kotoran) b. Ada, bukan leher angsa, tdk ada tutup 1    1= LEHER disalurkan ke sungai/kolam.      ANGSA c. Ada, bukan leher angsa dan di titutup (leher 2  

 2= CEMPLUNG angsa), disalurkan kesungai/kolam    

  3= CUBLUK d. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic 3  

20

Page 22: Presus Ikk

    Tank        e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 4         3 Sarana a. Tidak ada, sehngga tergenang tidak teratur 0    Pembuangan dihalaman rumah.      Air Limbah b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1    (SPAL) air (jarak dng sumur kurang dari 10 m)        c. Ada, dialirkan keselokan terbuka. 2      d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 3 3    kota) untuk diolah lebih lanjut.    4 Sarana a. Tidak ada. 0    Pembuangan b. Ada, tetai tidak kedap air dan tidak ada tutup 1    Sampah c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 2  (Tempat d. Ada, kedap air dan tertutup. 3    sampah)      

III PERILAKU    44

  PENGHUNI    1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0    Jendela kamar b. Kadang-kadang 1 1    c. Setiap hari dibuka. 2  2 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0    Jendela ruang b. Kadang-kadang 1 1  keluarga c. Setiap hari dibuka. 2  3 Membersihkan a. Tidak pernah dibuka 0    rumah dan ha- b. Kadang-kadang 1    laman c. Setiap hari dibuka. 2 24 Membuang a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0    tinja bayi dan b. Kadang-kadang ke jamban 1  

 balita ke jamban c. Setiap hari dibuang ke jamban. 2 2

5Membuang sam- a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun dll) 0  

 pah pada tempat b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1  

  sampah c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2 2       

1018TOTAL HASIL PENILAIAN         

STATUS RUMAH SEHAT Rumah tidak sehat

Keterangan:

Rumah Sehat = 1.068 - 1200

21

Page 23: Presus Ikk

Rumah Tidak Sehat = < 1.068

9. Identifikasi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

a. Pencegahan penyakit

Pasien mempunyai kesadaran yang kurang terhadap pencegahan penyakit

Pasien sering membersihkan rumah.Namun ventilasi dan pencahayaan kurang

sehingga rumah terkesan pengap dan lembap.

b. Gizi keluarga

Pemenuhan gizi keluarga dapat dikatakan baik sesuai standar yang ditetapkan

oleh Kementrian Kesehatan melalui 10 Pedoman Umum Gizi Sehari-hari

(PUGS).

Tabel 7PUGS

No. PUGS Jawaban Skor

1 Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan Tidak 0

2 Banyak makan sayuran dan buah-buahan Ya 1

3Biasakan konsumsi lauk-pauk yang berprotein

tinggitidak 0

4Biasakan mengkonsumsi anekaragam makanan

pokoktidak 0

5 Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak Ya 1

6 Biasakan sarapan Ya 1

7 Berikan minum air putih yang cukup dan aman tidak 0

8Biasakan membaca label pada makanan yang

dikemastidak 0

9 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir Ya 1

10Lakukan aktivitas cukup dan pertahankan berat

badan normalTidak 0

22

Page 24: Presus Ikk

TOTAL 4 (<60%)

Total skor: 4 yang artinya keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang

c. Hygiene dan sanitasi lingkungan

Keadaan rumah pasien terasa kurang nyaman karena ventilasi dan

pencahayaan yang dimiliki tergolong kurang serta kerapian bagian dalam

rumah yang kurang rapi.Di sekitar tempat tinggal pasien terdapat got atau

saluran air yang mengalir lambat. Pasien memiliki halaman depan yang luas,

namun di halaman belakang rumah pasien terdapat tempat sampah umum.

10. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga

Berikut adalah tabel Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):

Tabel 8PHBS

No Kriteria yang Dinilai Jawaban

1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Tidak

2 Memberi ASI eksklusif Ya

3 Menimbang balita setiap bulan Tidak

4 Menggunakan air bersih Ya

5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya

6 Menggunakan jamban sehat Ya

7 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu Tidak

8 Makan buah dan sayur setiap hari Tidak

9 Melakukan aktivitas fisik sehari-hari Tidak

10 Tidak merokok di dalam rumah Ya

Kesimpulan : keluarga &pasien tidak ber-PHBS

23

Page 25: Presus Ikk

3. Diagnostik Holistik

Diabetes mellitus tipe ii, neuropati diabetik, hipertensi grade I pada perempuan

lansia dengan tingkat sosial ekonomi rendah serta tingkat pengetahuan rendah

tentang penyakitnya dan kekhawatiran akan komplikasi penyakitnya dalam

rumah tangga yang tidak berperilaku hidup sehat.

4. Manajemen Komprehensif

1. Promotif

Edukasi pasien dan keluarga (minimal libatkan satu orang) tentang :

Pengertian, faktor resiko, tanda dan gejala, komplikasi serta pengelolaan

DM, hipertensi.

Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan penyakit pasien

Pentingnya kontrol rutin :

− Tekanan darah minimal 1 bulan sekali/setiap obat menjelang habis

− Pemeriksaan laboratorium asam urat setiap 2-5 minggu sekali. Bila

kadar sudah mencapai normal, cek setiap 6 bulan

Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien

Pentingnya penurunan berat badan untuk pengelolaan penyakit DM dan

HT, hal yang dilakukan:

− Atur dan perhatikan pola dan jenis makanan

− Atur aktivitas fisik yang dilakukan

− Mengerti dan tahu pentingnya merubah kebiasaan buruk yang

dilakukan selama ini

− Menentukan target penurunan berat badan

Pentingnya menjaga kebersihan rumah dan kamar tidur dari debu dan

menjaga diri agak tidak kelelahan

Pentingnya mengenali tanda-tanda bahaya pada saat nafas sesak

24

Page 26: Presus Ikk

Pentingnya segera periksa ke dokter mata bila mengalami pandangan

ganda (diplopia), penurunan visus, dan kelainan persepsi warna, serta

paham kapan lagi kunjungan ke dokter mata harus dilakukan

Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya memberantas jentik

nyamuk, menutup baskom penampung air dan mengurasnya minimal 1

minggu sekali

Beriktiar dalam berobat dan tawakal kepada Allah.

2. Preventif

Konseling CEA pasien dan keluarga

Diet dan pengaturan pola makan :

− Kurangi makanan asin/bersantan/gorengan : masak dengan cara

direbus, mengurangi penggunaan minyak, jangan mengkonsumsi

makanan cepat saji

− Kurangi konsumsi teh dan kopi (mengurangi jumlah penggunaan

gula)

− Hindari jeroan, kurangi konsumsi daging merah, makanan laut seperti

ikan dan kerang, kacang-kacangan

− Hindari minuman bersoda, sirup dalam kemasan, dan minuman

dengan pemanis

− Perbanyak minum air putih 8-10 gelas setiap hari, perbanyak sayur

dan buah (bangun tidur mium air putih, sebelum aktivitas, setelah

jalan pagi, sebelum bekerja, saat bekerja, sebelum mkana, sebelum

tidur dan waku-waktu lainnya)

Aktivitas fisik

− Teruskan dan rutinkan jalan pagi 15-30 menit setiap hari, tambah

hingga 25-40 menit bila lutut tidak sedang sakit

− Anjurkan senam lansia dan bersepeda

25

Page 27: Presus Ikk

− Anjurkan aktivitas sehari-hari yang dapat ditingkatkan :

membereskan rumah, membersihkan kamar tidur/kamar mandi, ,

tidak menggunakan remote TV, dll

− Anjurkan dan ajarkan senam/latihan untuk lutut dan penguatan otot

tungkai, dilakukan 2-3 kali per hari, 10-15 menit setiap kali latihan

26

Page 28: Presus Ikk

3. Kuratif

R/ Amlodipin tablet 5mg No X

S/ 1 dd tab 1

R/ Glimiperid tablet 2 mg No X

S/ 1 -0-0

R/ Mtformin tablet500 mg No X

S/ 0-0-1

27

Page 29: Presus Ikk

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. DIABETES MELLITUS

A. Definisi

Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin

yang progresif dan adanya resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes

Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM), penyakitnya mempunyai pola familial

yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin

maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-

sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular

yang meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-

pasien dengan NIDDM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan

reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang

responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi penggabungan

abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.

Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama

dengan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin

menurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk

mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien NIDDM mengalami obesitas.

Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar

gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada

pasien-pasien NIDDM merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat

badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan

pemilihan toleransi glukosa (Rakhmadany,2010).

28

Page 30: Presus Ikk

B. Gambaran Klinis Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah (Agustina,

2009):

Keluhan Klasik

a. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat

harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah

tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar

untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga

terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya

penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

b. Banyak kencing

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan

banyakkencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat

mengganggupenderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang

keluarmelalui kencing.Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan.Dikira

sebab rasa hausialah udara yang panas atau beban kerja yang berat.Untuk

menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

c. Banyak makan

Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi

glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu

merasa lapar.

Keluhan lain:

a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan

Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di

waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada

fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang

29

Page 31: Presus Ikk

mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia

tetap dapat melihat dengan baik.

b. Gatal / Bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau

daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara.Sering pula

dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.Luka ini dapat

timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk

peniti.

c. Gangguan Ereksi

Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak

secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan

budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,

apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.

d. Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang

dirasakan.

C. Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang

diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006).

a. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok  dengan salah

satu faktor risiko untuk DM, yaitu:

1) Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )

2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT> 27 (kg/m2)}

3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmhg)

4) Riwayat keluarga DM

5) Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram

30

Page 32: Presus Ikk

6) Riwayat dm pada kehamilan

7) Dislipidemia (HDL< 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl

8) Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau  GDPT (glukosa darah

puasa terganggu)

Tabel 1.Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan

diagnosis DM (mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktuBukan DM Belum pasti  DM DM

Plasma Vena       < 110 110 – 199 ≥200Darah Kapiler    <   90 90  - 199 ≥200

Kadar glukosa darah puasaBukan DM Belum pasti  DM DM

Plasma Vena      < 110 110 – 125 ≥126Darah Kapiler                           

<   90 90  - 109 ≥110

Sumber :Perkeni, 2006

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas

DM berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin

dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia

pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan

khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu   200 mg/dl sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 

126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.  Untuk kelompok

tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu

kali saja abnormal , belum cukup kuat untuk  menegakkan diagnosis klinis

DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi

angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa

31

Page 33: Presus Ikk

darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi

glukosa oral (TTGO) yang abnormal.

Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985

1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa

2) Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan

3) Puasa semalam, selama 10-12 jam

4) Kadar glukosa darah puasa diperiksa

5) Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam air

250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit

6) Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa;

selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok.

 Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*

1) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl  , atau

2) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti

tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir )  atau

3) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75

gram pada TTGO**

* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain,

kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik

akut, seperti ketoasidosis atau berat badan yang menurun cepat.

**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik

D. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010):

Unchangeable Risk Factor

1. Kelainan Genetik

32

Page 34: Presus Ikk

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak

dapat menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis

menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah

seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun

pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka

lagi terhadap insulin.

Changeable risk factor

1. Stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.

Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stress,

tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko

terkena diabetes mellitus.

2. Pola Makan yang Salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko

terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas,

sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja

insulin ( resistensi insulin).

3. Minimnya Aktivitas Fisik

Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan

tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai

profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah

mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan

energi hanya sedikit.

4. Obesitas

80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.

33

Page 35: Presus Ikk

5. Merokok

Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang

menyelidiki hubungan antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara

1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta peserta yang ditelusuri selama 30

tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi perokok

berat.Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari

memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan

orang yang tidak merokok.Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang

tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu berarti merokok dapat

mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh terhadap

insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.

6. Hipertensi

Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan

resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan

konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas

metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan

fungsi tubuh/ disfungsiendotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa

substansi bioaktif kuat yang mengaturstruktur fungsi pembuluh darah.

E. Penatalaksanaan

Strategi Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2

Adapun stategi penanggulangannnya sebagai berikut (Moh Joeharno,2009):

1. Primordial prevention

Primordial prevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya

risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat

terhadap penyakit secara umum. Pada upaya penanggulangan DM, upaya

pencegahan yang sifatnya primordial adalah :

34

Page 36: Presus Ikk

a. Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola

makan masyarakat yang masih tradisional dengan tidak

membudayakan pola makan cepat saji yang tinggi lemak,

b. Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis

c. Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-

kegiatan masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa

olahraga teratur (lebih mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana

kegiatan-kegiatan masyarakat yang biasanya aktif secara fisik seperti

kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup kecil namun dapat

bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.

d. Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat

2. Health promotion

Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi

kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya

pencegahan DM, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklsif kepada

masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencegah terjadinya

pemberian susu formula yang terlalu dini

b. Pemberian informasi akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal

15 menit sehari

3. Spesific protection

Spesific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan

secara dini kepada masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada

beberapa penyakit biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian imunisasi

namun untuk perkembangan sekarang, diabetes mellitus dapat dilakukan

melalui :

a. Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid

b. Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini

35

Page 37: Presus Ikk

c. Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi

sejak dini

d. Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi

4. Early diagnosis and promp treatment

Early diagnosis and prompt treatmen dilakukan sehubungan dengan

upaya pendeteksian secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami

DM dimasa mendatang sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan

sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya risiko terhadap

timbulnya penyakit tersebut. Upaya sehubungan dengan early diagnosis pada

DM adalah dengan melakukan :

a. Melakukan skrining DM di masyarakat

b. Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga

pada kelompok masyarakat

5. Disability limitation

Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk

mencegah dampak lebih besar yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan

kepada seorang yang telah diangap sebagai penderita DM karena risiko

keterpaparan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemberian insulin yang tepat waktu

b. Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit

c. Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik

6. Rehabilitation

Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan

kembali pada individu yang telah mengalami sakit. Pada penderita DM,

upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :

a. Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan

pengkonsumsian makanan karbohidrat tinggi yang alami

b. Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan

pemeriksaan laboratorium komplit minimal sekali sebulan

36

Page 38: Presus Ikk

c. Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat

yang diabetagonik

Adapun Tahap pencegahannya yaitu (Konsensus,2006):

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang

termasuk kelompok risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi

berpotensi untuk menderita DM. Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya

pencegahan primer.Masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan

lembaga sosial lainnya harus diikutsertakan.Demikian pula pemerintah melalui semua

jajaran terkait seperti Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan perlu

memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan

pendidikan kesehatan.Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian

mengenai pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat,

menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit

pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan

yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.

Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang

merupakan penyebab utama kematian pada penyandang diabetes.

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :

a. Skrinning

Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa, dan GIT.

Skrinning direkomendasikan untuk :Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes

Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat hamil

Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler

Orang-orang yang gemuk

37

Page 39: Presus Ikk

b. Pengobatan

Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan

pengobatan bila diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan menurunkan

berat badan sampai mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu dibantu dengan diet

dan bergerak badan.

Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik

masih merupakan pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan

jasmani/kegiatan fisik ternyata gagal maka diperlukan penambahan obat oral. Obat

hipoglikemik oral hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan DM

tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari sel beta pancreas atau

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.

Tabel.Aktivitas Obat Hipoglisemik Oral

Obat Lamanya jam Dosis lazim/hari

Klorpropamid (diabinise) 60 1

Glizipid (glucotrol) 12-24 1-2

Gliburid (diabeta, micronase) 16-24 1-2

Tolazamid (tolinase) 14-16 1-2

Tolbutamid (orinase) 6-12 1-3

d. DIET

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan yang

masuk harus dibagi merata sepanjang hari.Ini harus konsisten dari hari kehari. Adalah

sangat penting bagi pasien yang menerima insulin dikordinasikan antara makanan

yang masuk dengan aktivitas insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II, cenderung

kegemukan dimana ini berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperglikemia.

Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat badan.

(Hendrawan,2002).

38

Page 40: Presus Ikk

1) Modifikasi dari faktor-faktor resiko

Menjaga berat badan

Tekanan darah

Kadar kolesterol

Berhenti merokok

Membiasakan diri untuk hidup sehat

Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik yang

terencana dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang berulang untuk

mencapai kebugaran.

Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama, karena hali ini

yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim.

Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan. garam yang

tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak

tinggi.

Konsumsi sayuran dan buah-buahan.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah

mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya

rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap.

Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin

bagi penyandang diabetes yang sudah mempunyai penyulit makroangiopati. Pada

upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga.

Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai

kualitas hidup yang optimal . Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan

holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.

Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata,

bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.)

39

Page 41: Presus Ikk

sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier

(Konsensus,2006).

Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2

40

Page 42: Presus Ikk

Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia

Pilar Pengelolaan DMyaitu(Perkeni, 2006):

a.  Edukasi

Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku

telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri

membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.Tim kesehatan

harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku.Untuk mencapai

keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,

pengembangan keterampilan dan motivasi.

Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:

a. Penyakit DM.

b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.

c. Penyulit DM.

d. Intervensi farmakologis dan non farmakologis.

e. Hipoglikemia.

f. Masalah khusus yang dihadapi.

g. Perawatan kaki pada diabetes.

h. Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.

i. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah

merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir

sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan,

implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.

b.    Perencanaan makanan

Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat

dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan

teratur.Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski

sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua

41

Page 43: Presus Ikk

pasien.Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing

individu.Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat.

Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara

memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi

makanan (karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang

berasal dari karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam

karbohidratnya.Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan.Pada keadaan

glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa

(gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:

1) Karbohidrat   45 – 65%

2) Protein           10 – 20 %

3) Lemak            20 – 25 %

Makanan dengan komposisi sampai 70 – 75% masih memberikan hasil  yang

baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak

berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated Fatty

Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak

jenuh. Jumlah kandungan serat  ± 25 g / hari, diutamakan serat larut.

Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut,

kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh

(IMT) dan rumus Broca.

Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

1) Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu  makan.

2) Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan  minuman berkalori rendah

lainnya pada waktu makan.

3) Makanlah dengan waktu yang teratur.

4) Hindari makan makanan manis dan gorengan.

5) Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.

6) Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan.

42

Page 44: Presus Ikk

7) Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.

8) Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.

9) Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil

Tabel 3.Klasifikasi IMT (Asia Pasific)

  Klasifikasi IMT (Asia Pasific)

         Lingkar Perut

<90cm (Pria)<80cm (Wanita) 

>90cm  (Pria)>80cm  (Wanita) 

  Risk of co-morbidities

BB Kurang       <18,5  BB Normal       18,5-22,9BB Lebih          >23,0   :

-         Dengan risiko : 23,0-24,9

-         Obes I             : 25,0-29,9

-         Obes II            : ≥ 30

 Rendah Rata-rata    Meningkat Sedang Berat

 Rata-rataMeningkat SedangBeratSangat berat

c.    Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur  (3 – 4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai,

jogging, berenang.

Prinsip latihan jasmani yang dilakukan:

1) Continous:

Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus  menerus tanpa

berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama

30 menit tanpa henti.

43

Page 45: Presus Ikk

2) Rhytmical:

Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan

relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.

3) Interval:

Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan

cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan.

4) Progresive:

a) Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan

sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit.

b) Sasaran HR    = 75 – 85 % dari maksimal HR.

c) Maksimal HR = 220 – (umur).

5). Endurance:

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti

jalan jogging dan sebagainya. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal

dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk

melakukan olah raga kesenangannya. Olah raga yang teratur memainkan peran

yang sangat penting dalam menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya

sebagai berikut:

a) Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.

b) Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat

insulin bisa melekatkan diri.

c) Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.

d) Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar

kolesterol “jahat”.

e) Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan,

sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.

Petunjuk Berolah Raga Untuk Diabetes  Tidak Bergantung   Insulin

a) Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga dan arena itu tidak perlu

untuk memakan karbohidrat ekstra

44

Page 46: Presus Ikk

b) Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan

asupan kalori

c) Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat mungkin bisa

dilakukan tiga kali seminggu

d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan

pendinginan sebelum dan sesudah berolah raga

e) Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya hidup anda

secara umum

f) Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama tiga hari berturut-

turut

g) Olah raga  bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori

bertambah. Karena itu sangat penting bagi anda untuk menghindari makan

makanan ekstra setelah berolah raga.

h) Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olah raga

teratur.

d.  Intervensi Farmakologis

Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan

gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya

OHO yang dipakai ialah Metformin  2 – 3 X 500 mg sehari. Pada pasien yang

mempunyai berat badan sedang dipertimbangkan pemberian sulfonilurea.

Pedoman pemberian sulfonilurea pada DM usia lanjut :

1) Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini disebabkan karena metabolisme

sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan seringkali pasien kurang nafsu

makan, sering adanya gangguan fungsi ginjal dan hati serta pengaruh interaksi

sulfonilurea dengan obat-obatan lain.

2) Sebaiknya digunakan digunakan sulfonyl urea generasi II yang mempunyai waktu

paruh pendek dan metabolisme lebih cepat.

3) Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu paruhnya sangat panjang serta

sering ditemukan retensi air dan hiponatremi pada penggunaan klorpropamid.

45

Page 47: Presus Ikk

Begitu pula bila ada komplikasi ginjal, klorpropamid yang kerjanya 24 – 36 jam

tidak boleh diberikan, oleh karena ekskresi obat sangat berkaian dengan fungsi

ginjal. Hipoglikemia akibat klorpamid dapat berlangsung lama, berbeda dengan

hipoglikemi karena tolbutamid.

4) Sulfonilurea dengan kerja sedang ( seperti glibenklamid, glikasid), biasanya dosis 

awal setengah tablet sehari, kalau perlu dapat dinaikkan 1 – 2 kali sehari.

5) Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap 1 – 2 minggu.

Untuk mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih baik tidak memberikan dosis

maksimum.

6) Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO beberapa lama. Pada

kasus sperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO dengan insulin atau

langsung diberikan insulin saja.

2. HIPERTENSI

A. Definisi

Menurut Joint National Community on prevention, detection, evaluation

and treatment of High Blood Preassure 8 dan WHO, hipertensi di

definisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan

diastoliknya ≥90 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi

B. Faktor risiko

Menurut JNC 7, hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak

dapat dikontrol serta yang dapat dikontrol, diantaranya:

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Genetik

Individu dengan orangtua yang menderita hipertensi, memiliki

resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi. Pada 70-

80% kasus hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi dalam

keluarga.

2) Umur

46

Page 48: Presus Ikk

Individu yang berusia >60 tahun memiliki insidensi peningkatan

tekanan sistolik darah >140 mmHg atau tekanan darah diastolik

>90 mmHg sebesar 50-60%.

3) Jenis kelamin

Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih

awal dibandingkan wanita. Pada usia 55-64 tahun resiko menderita

hipertensi sebanding antara laki-laki dan wanita.

4) Penyakit ginjal

Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara, yaitu:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambahpengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan

berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah

menjadi normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan menurunkan

pengeluaran garam dan air, sehingga volume darah bertambah

dan mengembalikkan tekanan darah menjadi normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dan menghasilkan

enzim yaitu renin, yang memicu pembentukkan hormon

angiotensin, yang selanjutnya memicu pengeluaran aldosteron.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Stress

Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan menstimulasi saraf simpatik.

2) Obesitas

Mengalami kelebihan berat badan memberi beban pada jantung

dan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi. Itulah sebabnya diet

untuk menurunkan tekanan darah seringkali juga dirancang untuk

mengontrol kalori. Biasanya diet untuk mengurangi makanan

47

Page 49: Presus Ikk

berlemak dan menambahkan gula, dan meningkatkan asupan

buah-buahan sayuran, protein tanpa lemak, dan serat.

3) Intake sodium dan natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi

serum normal adalah 136-145 mEq/L. Natrium berfungsi menjaga

keseimbangan cairan dalam kompartemen tersebut dan keseimbangan

asam basa tubuh dan kontraksi otot. Kelebihan Na yang

jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi dikeluarkan

melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh hormon aldosteron

yang dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na dalam darah

menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na

kembali.

4) Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan

tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat

membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan

penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat

menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin

bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan peningkatan

tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung

meningkat, aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi

pada pembuluh darah perifer.

5) Aktifitas fisik rendah

C. Etiologi dan Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan,

yaitu:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

48

Page 50: Presus Ikk

HIPERTENSI

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh

berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem renin angiotensin, dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisitemia.

2. Hipertensi sekunder, adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan

estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer,

sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

Tabel 9Klasifikasi Tekanan darah

Sistol Diastol

Normal <120 mmHg <80mmHgPre hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Stadium I 140-159mmHg 89-99 mmHg

Stadium II >160mmHg >100 Mmhg

D. Patofisiologi

Bagan 1Patofisiologi Hipertensi (Fauci, 2008)

49

Faktor Resiko, Genetik dan Lingkungan

Resistensi Insulin

Vasokonstriksi

peningkatan resistensi

peifer

Disfungsi SNS, RAA, dan hormon natriuretik

Retensi air dan garam

Peningkatan volume darah

Inflamasi

Page 51: Presus Ikk

E. Penatalaksanaan

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah :

a. Penurunan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi.

Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ target

(misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung,

dan penyakit ginjal).

b. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan

pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang

menunjukkan pengurangan resiko.

Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC 7.

Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg

Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg

Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

Penatalaksaan hipertensi dapat dilakukan dengan:

a. Terapi nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk

mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam

penanganan hipertensi. Disamping menurunkan tekanan darah pada

pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat

mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-

pasien dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang

penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi

berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola

makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya

akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan

mengkonsumsi alkohol sedikit saja.

50

Page 52: Presus Ikk

Program diet yang mudah diterima adalah yang didesain untuk

menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang

gemuk dan obese disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.

Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Natrium

yang direkomendasikan <2.4 g (100 mEq)/hari.

Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga

aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari/minggu

ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan jika olah raga aerobik,

seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat

menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun

tanpa disertai penurunan berat badan.

Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk

penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus

dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh

merokok.

b. Terapi farmakologi

Ada beberapa golongan obat antihipertensi utama yaitu diuretik,

penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI),

penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium.

Terapi Kombinasi

Alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:

1) Mempunyai efek aditif

2) Mempunyai efek sinergisme

3) Mempunyai sifat saling mengisi

4) Penurunan efek samping masing-masing obat

5) Adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan kepatuhan

pasien (adherence)

Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:

51

Page 53: Presus Ikk

a) Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretic

b) Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretic

c) Penyekat beta dengan diuretic

d) Diuretik dengan agen penahan kalium

e) Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis

kalsium

f) Agonis α-2 dengan diuretic

g) Penyekat α-1 dengan diuretic

Terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien

Petunjuk dari JNC 8 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila

memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik

sendiri atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain (ACEI, ARB,

penyekat beta, CCB). Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama

antihipertensi pada kebanyakan trial.

52

Page 54: Presus Ikk

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik kunjungan

rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Diabetes

mellitus tipe ii, neuropati diabetik, hipertensi grade i dengan myalgia pada

perempuan lansia dengan tingkat sosial ekonomi rendah serta tingkat

pengetahuan rendah tentang penyakitnya dan kekhawatiran akan komplikasi

penyakitnya dalam rumah tangga yang tidak berperilaku hidup sehat

2. Ketidaktahuan dan missed perception terhadap penyakit berkorelasi dengan

prognosis penyakitnya. Semakin pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya

serta missed perception pasien tidak diluruskan maka semakin buruk

prognosisnya.

3. Dokter keluarga melalui institusi puskesmas dapat menjadi salah satu sektor

yang berperan dalam menangani kasus DM secara holistik serta diperlukan

kerjasama antara petugas kesehatan, pasien, dan keluarga menentukan

keberhasilan terapi.

2. Saran

1. Bagi mahasiswa

a. Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisis

permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya.

b. Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat.

53

Page 55: Presus Ikk

2. Bagi puskesmas

a. Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

b. Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada

masyarakat sehingga pasien dapat terus terkontrol.

54

Page 56: Presus Ikk

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Fauci, e. b. Harrison's Principles of Internal Medicine 17th edition . McGraw Hill Medical.

Fitch A, E. L. (2013). Prevention and Management of Obesity for Adults. Institute for Clinical Systems Improvement .

Marc Hochberg, R. A. (2012). American College of Rheumatology Recommendation for the Use of nonpharmacologic dan Pharmacologic Therapie in Osteoarthritis of The hand, Hip, and knee. Arthritis care and reasearch , 465-474.

Osama Handy, R. K. (2014, 9 15). Obesity. Dipetik 11 18, 2014, dari Medscape: emedicine.medscape.com/article/123702

Paul James, S. O. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA , 507-519.

Richard P. Usatine, m. a. (2012). Color Atlas of Family Medicine 2nd edition. Missouri: McGraw Hill Medical.

sundaru, h. (2005). epidemiologgy of Asthma in Indonesia. Indonesia Journal Interna Medicine , 51.

Xavier Pi-Sunyer, D. M. (2010). The Practical guide : identification, evaluation, and treatment of overweight and obesity in adult. NHLBI Obesity Education Initiative .

55