Top Banner
* Kairo - Mesir * P Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa RESTãSI RESTãSI RESTãSI RESTãSI P P Edisi Interaktif HUT KSW Ke-27 Teras KSW; Selangkah Lebih Maju Kolom Kesinambungan dalam 27 Tahun KSW Lensa KSW Dua Kata dari (Hati) KSW Opini Walisongo FC; Cinta, Harmoni dan Prestasi 27 Tahun KSW Membangun; Kesadaran, Kebersamaan, Keharmonisan dan Kesantunan Office : 7/1 Ahmed E1 Zumr St. Block 21 Tenth District Nasr City Cairo Egypt
24

PRESTãSI Edisi Interaktif

May 17, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PRESTãSI Edisi Interaktif

* Kairo - Mesir * PMedia Silaturahmi, Informasi dan AnalisaRESTãSIRESTãSIRESTãSIRESTãSIPPP

Edisi InteraktifHUT KSW Ke-27

Teras

KSW; Selangkah Lebih Maju

Kolom

Kesinambungan dalam 27 Tahun KSW

Lensa KSW

Dua Kata dari (Hati) KSWOpini

Walisongo FC; Cinta, Harmoni dan Prestasi

27 Tahun KSW Membangun;Kesadaran, Kebersamaan, Keharmonisan

dan Kesantunan

Of

fic

e :

7/

1 A

hm

ed

E1

Zu

mr

St

. B

lo

ck

21

Te

nt

h D

ist

ric

t N

as

r C

ity

Ca

iro

Eg

yp

t

Page 2: PRESTãSI Edisi Interaktif

Assa lamu'a la ikum wa rahmatu l lah wa barakatuh. Pada sebagian kata, tak semua bisa menggambarkan rasa. Kepada sesama, manusia akan lebih cenderung saling menerima rasa dengan isyarat. Maka kesempatan kali ini, Kru Redaksi PRESTãSI mengisyaratkan rasa-rasa yang tak terungkap oleh sekedar kata-kata dalam Buletin PRESTãSI Edisi Interaktif; teruntuk KSW, siapa saja yang datang dari senja. Ia tidak lahir dari mana-mana, namun dari isyarat yang bergelenyar di tiap relung dan berpendar di lorong gelap, untuk KSW; tak terkecuali yang bahkan tak peduli. Kami isyaratkan kata-kata yang tak terungkap dengan kata-kata, kata-kata yang harap-harap cemas lebih berharga. Yang rangkaiannya tidak penuh keraguan, sebab ditulis dan ditirakati berhari-hari. Untuk KSW; semuanya tanpa bertanya-tanya. Lebih dari segalanya, KSW harus terus membangun untuk setiap siapa yang setia padanya. Maka agar dengan ini, KSW tidak ragu lagi untuk terus maju, untuk terus berjuang, untuk terus mengajak dan tak bosan merangkul. Semoga.Terakhir, tak peduli apa yang jadi ocehan orang-orang. Kata-kata adalah senjata. Ia melindungi atau menghabisi adalah pilihan. Dan pun, kata adalah kado yang paling indah dan murah. Kami dedikasikan Buletin PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 teruntuk para pemilih kata terbaik, yang ngewongke (memanusiakan) pada yang bukan manusia sekalipun, teruntuk KSW dan siapa saja yang berjiwa KSW. Mari berpesta dalam kata-kata, lebih hidup lagi!Kemudian, selamat membaca!

Media Silaturahmi, Informasi dan AnalisaRESTãSIRESTãSIRESTãSIRESTãSIPPPP

Pelindung: Ketua KSW | Dewan Redaksi: Ronny G. Brahmanto, Landy T. Abdurrahman, Muhammad Fardan Satrio Wibowo, Uly Ni'matil Izzah, Nashifuddin Luthfi | Pimpinan

Umum: Choiriya Dina Safina | Pimppinan Redaksi: Muhammad Fadhilah Rizqi | Pimppinan Usaha: Sopandi | Sekretaris Redaksi: Wais Al-Qorny | Redaktur Pelaksa: Muhammad Miftakhuddin Wibowo, Zulfah Nur Alimah, Zuhal Qobili, Rizqi Fitrianto | Reporter: Muhammad Nurul Mahdi, Iis Isti'anah, Fathimah Imam Syuhodo | Distributor: Azhar Hanif, Mahfud Washim | Layouter: Alaik Fashalli, al-Muzakky | Karikaturis: Rijal Rizkillah | Editor: Muhammad Ulul Albab Mushaffa, Annisa Fadlilah, Abdul Wahid Satunggal

PMedia Silaturahmi, Informasi dan AnalisaRESTãSIRESTãSIRESTãSIRESTãSIPPP

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2702

Sapa Redaksi

Daftar Isi

Dari Redaksi__02

Teras__03

Opini__05

Kolom__07

Lensa KSW__09

Kata Mereka__11

Dua Kata Untuk KSW__13

Catatan Pimred 2011__16

Catatan Pimred 2012__18

Catatan Pimred 2013__20

Catatan Pimred 2014__22

Page 3: PRESTãSI Edisi Interaktif

31 Januar i 2014, menjadi har i yang membahagiakan bagi KSW (Kelompok Studi Walisongo). Bagaimana tidak, sajian tumpeng yang disajikan oleh para Srikandi KSW, kala itu, mampu menyihir sekretariat menjadi ramai sekaligus dipenuhi rasa bahagia. Mulai dari yang sering berkunjung ke sekretariat sampai yang jarang berkunjung, ikut nimbrung kumpul rame-rame di KSW. Dan di hari itulah tepatnya 27 tahun silam, KSW lahir di bumi masisir ini, menjadi pelopor organisasi kekeluargaan. Dan sebentar lagi, tepatnya tanggal 19 April 2014, akan menjadi hari yang lebih membahagiakan lagi bagi warga KSW. Karena malam puncak perayaan akan diselenggarakan pada hari tersebut. Terlebih, tidak jauh berbeda dengan perayaan-p e r a y a a n s e b e l u m n y a , p u n j u g a mempersembahkan hasil kesenian warga KSW khususnya dalam bidang musik. Sekaligus akan menjadi salah satu perayaan malam puncak bersejarah untuk KSW.Berawal dari obrolan di sebuah warung makan oleh beberapa pengurus dan senior KSW, berhasil menelurkan tema untuk Perayaan HUT KSW ke 27 ini. Yaitu, “Membangun Kesadaran, Kebersamaan, Keharmonisan dan Kesantunan”. Setidaknya dalam benak akan bertanya, apa makna tema panjang itu? M e n g a p a h a r u s k e s a d a r a n y a n g didahulukan? Dan mengapa “membangun”? Memang, saat ini selentingan pertanyaan-pertanyaan ini agaknya mulai mengganggu benak kita, warga KSW.

PemaknaanT e m a “ M e m b a n g u n K e s a d a r a n , K e b e r s a m a a n , K e h a r m o n i s a n d a n Kesantunan” ini, merupakan perpanjangan d a r i d u a t e m a y a n g t e l a h d i u s u n g seb e lu mnya . Pad a H U T ke-25 , K S W mengusung tema “Napak Tilas 25 Tahun KSW

Sukses Rame-Rame” dan HUT KSW ke-26 mengusung tema “Ksw Berbudaya, Ksw Milik Kita”. Dalam artian, setelah berhasi l menjalankan roda organisasi selama seperempat abad, dua puluh lima tahun, dan melakukan sebuah tapak tilas untuk sebuah refleksi. Sehingga dapat dikatakan sukses yang komunal atas kebertahanannya dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Selanjutnya mewujudkan bahwa KSW punya budaya yang diakui dikalangan masisir dan mewujudkan nilai KSW bukan sekedar organisasi formal saja, melainkan sebuah perkumpulan keluarga yang anggotanya akan saling gotong royong membantu sesama. Sehingga rasa kepemilikan atas KSW benar nyata adanya.Setelah rasa kepemilikan itu ada, selanjutnya perlu adanya pembangunan dalam internal KSW. Pertama membangun kesadaran yang penuh atas kepemilikan KSW. Kedua, kebersamaan; setelah sadar memiliki, maka sadar akan nilai kebersamaan semerta sadar bahwa anggota KSW terdiri dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan DIY yang jelas ada beberapa perbedaan adat, budaya dan bahasa daerah, walaupun tidak mencolok. Ke t i ga , ke h a r m o n i s a n ; m e m b a n g u n keharmonisan dari kebersamaan dan keragaman yang ada antar sesama warga KSW. Keempat; setelah keharmonisan terwujud, maka penting untuk tetap menerapkan nilai kesantunan dalam diri. Santun dalam berperilaku, bertutur kata sekaligus bersikap. Selain Jawa dikenal lekat dengan kesantunan, pun juga karena kita tetap akan kembali pada lingkungan, habitat dan budaya kita, Jawa. Agar tetap menjadi sebagaimana mestinya selepas lulus dan kembali ke tanah air. Dalam artian tetap njawani. Karena jika sudah terlepas njawani-nya orang Jawa jadi tidak berarti lagi, meski tinggi tak terukur prestasi akademisnya.

KSW; Selangkah Lebih MajuOleh : Choiriya Safina

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 03

Teras

Page 4: PRESTãSI Edisi Interaktif

S e b a b p a st i teta p a d a ya n g h i l a n g ; kepr ibadian budaya. Manus ia tanpa kepribadian budaya aslinya akan sulit diterima di lingkungannya, dan lebih mengkhawatirkan oleh keluarganya. Maka di tengah budaya padang pasir ini, KSW menawarkan kultur Jawa tetap lestari. Masuk saja lewat gerbang ukir khas Jepara itu, kemudian ikut semua apa; senda gurau, makan bersama di nampan, tawa semalaman.Kegiatan-KegiatanPada momen-momen seberharga peringatan kelahiran, KSW perlu warga-warganya untuk mengetahui bahwa ia juga memiliki kegiatan-kegiatan yang diusahakan dapat memenuhi kebutuhan bakat dan minat mereka. Dan tahun ini KSW ingin meningkatkan eksistensi forum-forum keilmuan, yang sebelumnya agak meredup, seperti menghidupkan lagi Walisongo Sudy Club (seterusnya dibaca Walisongo SC) yang melaksanakan kajian-kajian ilmiah. Walisongo SC dijadikan program unggulan tahun ini oleh KSW, sebagai sumber kegiatan ilmiah yang rutin. Diikuti oleh warga KSW yang berbakat dan berminat mengasah ketajaman analisanya dalam kajian-kajian keilmuan yang meliputi keislaman, fiqih, tafsir, kebahasaan dan lain-lain. Dilihat dari berjalan dengan baiknya dan banyak pegiatnya, kegiatan ini dinilai baik dan sukses. Program yang baik dan unggul, sebab nilai-nilai kemahasiwaan yang sesungguhnya dipupuk disitu ketika terlewatkan kesempatan untuk aktif di perkuliahan. Kemudian KSW juga terus meningkatkan jalannya bidang-bidang yang lain seperti jurnalistik, kesenian dan tentunya olahraga. Di jurnalistik ada Sekolah Menulis Walisongo (SMW) dan Buletin PRESTãSI sendiri. SMW bertujuan mewadahi bakat dan minat jurnalistik warga-warganya. Dengan sistem klasikal, SMW memberi kesempatan setiap siapa yang ingin belajar menulis berbagai macam tulisan, fiksi dan non-fiksi, kolom, essay, berita, cerpen dan lain-lain. Sedang Buletin PRESTãSI mewadahi ruang-ruang untuk berseru pada dunia, atau Masisir saja, atau KSW setidaknya, dalam kata-kata semaunya tanpa terkotak-kotakkan oleh kecanggungan.

Di seni budaya, KSW sedang mengedepankan kaderisasi, mempersiapkan potensi-potensi kesenian warga-warganya. Terdapat kesenian musik tradisional rebana atau hadroh yang mulai dihidupkan lagi, dan juga musik modern band. Dari kesenian lain ada pantomim yang juga mulai dihidupkan lagi. KSW harus bisa m e r e p r e s e n t a s i k u l t u r J a w a d a l a m keseniannya, tidak harus selalu dalam artian budaya Jawa yang terlihat orang pada umumnya, namun juga budaya kebersamaan. Setiap program yang diadakan oleh KSW, adalah teruntuk semua warganya tanpa terkecuali. Agar menyadari betul apa arti kekeluargaan sesungguhnya, harus ada pendekatan persuasif dengan mengambil keuntungan dari program-program yang ditawarkan, sehingga orang-orang mau berdatangan dan memahami KSW.HarapanMenyinggung kembali tema HUT KSW yang ke-27 “KS W Membangun; Kesadaran, Kebersamaan, Keharmonisan, Kesantunan”, disamping membangun hal-hal yang bersifat materi K S W harus membangun nalar kesadaran, kebersamaan, keharmonisan dan kesantunan yang keempatnya ditanamkan dalam filosofi-filosofi Jawa. Agar dalam kehidupan, nilai yang kita peroleh tidak hanya bagaimana untuk mencapai kesuksesan diri dan begitu egois merancang masa depan sendiri, tapi juga untuk belajar membaca lingkungan kemudian bersosialisasi hingga cukup layak bermanfaat bagi sesama. Hal-hal i n i b u ka n l a h h a l s e d e r h a n a h i n g ga dipertanyakan mengapa diungkapakan dengan rumit, justru agar kita sadar betapa sulitnya hidup tanpa orang lain oleh karenanya kita tidak boleh meninggalkan komunitas, yang begitu berjasa, terlebih.

Untuk KSW tidak ada lain agar ia terus berpendar di tengah kegelapan, selain kesetiaan warga-warganya. Setidaknya, tidak seperti manusia yang berulang tahun dan mengurangi usianya, KSW berulang tahun akan menambah usianya, dan tahun ini harus selangkah lebih maju dari sebelumnya. Menebar manfaat, bagi siapa saja yang berjiwa KSW. Dan juga untuk Masisir, tentu saja.

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2704

Teras

Page 5: PRESTãSI Edisi Interaktif

wal maret lalu, satu kabar baik dan Aburuk datang menyapa tim Walisongo FC. Kabar buruknya adalah rekor tak

terkalahkan Walisongo FC dalam turnamen Jawa Cup akhirnya terpecahkan. Walisongo FC kalah 0-1 di babak penyisihan dari tiga kali finalis Jawa Cup, Siliwangi FC. Terbesit pertanyaan; inikah tanda-tanda dominasi tim andalan Jawa Tengah mulai menurun? Kepada wartawan Jawa Cup X, Roni G. Bramantyo selaku menejer tim menjawab dengan kalimat ringkas, “Itu hanya sekenario final”. Bisa ditebak. Sebenarnya itu hanya tutur kata saja, demi menjaga mental dan kekompakan tim di pertandingan final. Adapun secara batin pastilah kecewa. Menejer mana yang tak galau melihat tim besutannya kalah? Apalagi untuk pertama kalinya dalam sejarah perhelatan Jawa Cup.Kekalahan bukan untuk diratapi. Kalaupun sedih, Walisongo FC tidak mengenal istilah gagal Move On. Dalam kekalahan ada pelajaran. Pandai menangkap pelajaran akan merasakan manisnya kemenangan, meski tertunda sesaat. Untuk berkaca dan tidak besar kepala, juga menjadi hikmah dari ketertinggalan tersebut. Karena tidak ada yang bisa menjamin Walisongo FC akan selamanya menang di tiap pertandingan. Yang terpent ing ada lah pro ses dan ja lan perjuangan meraih prestasi. Proses itu pent ing. Tapi proses yang kemudian membuahkan hasil itu jauh lebih penting. Adapun kabar baiknya adalah slogan 'mbeleh wedus' yang selama ini hanya menjadi nyanyian para supoter Semar Mendem di tiap pertandingan, akhirnya terealisasi. Bapak Gunawan selaku penasehat spiritual,

motivator juga fans berat Walisongo FC sejak awal turnamen sudah memberi iming-iming, “ j u a r a n a n t i t a k b e l i i n k a m b i n g .” Alhamduli l lah Walisongo F C berhasi l mengklaim trofi juara Jawa Cup untuk yang kesembilan-kalinya. Sembilan trofi dari sepuluh turnamen adalah angka yang fantastis. Dengan torehan prestasi tersebut, setidaknya Walisongo FC turut membantu mengharumkan nama baik KSW, khususnya di bidang olahraga. Karena tradisi juaranya, dulu sempat terdengar plesetan dari kata KSW. Bukan Kelompok Studi Walisongo, melainkan Kelompok Sepakbola Walisongo. Namun itu tidak sepenuhnya benar. Tidak tepat jika KSW hanya fokus pada kegiatan olahraga, kemudian lupa dan menganak tirikan kegiatan-kegiatan yang lain. Terbukti agenda-agenda yang bersifat akademis maupun non-akademis berjalan lancar. Bahkan di 2014 ini KSW mempunyai kegiatan unggulan berbasis keilmuan, Walisongo SC (Study Club). Jika Walisongo FC berkiprah dan berprestasi di bidang olah jasmani, kita semua berharap Walisongo SC sukses di bidang olah otak dan berprestasi di bidang akademi.Kunci SuksesS e p a k b o l a a d a l a h p e r m a i n a n ya n g melibatkan banyak individu. Tidak sebatas sebelas orang yang berada dalam lapangan, tapi juga pemain pengganti, pelatih, menejer, pemilik tim dan juga suporter. Sangat naif jika dalam perjalanan waktu tak terjadi gesekan-gesekan, baik internal maupun eksternal. Konflik ada, gesekan juga sesekali terjadi. Lalu apa rahasia KSW dan Walisongo FC dapat me-manage masalah-masalah tersebut, dari

Walisongo FC; Cinta, Harmoni dan Prestasi

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 05

Opini

Oleh: Asrizal Musthofa, Lc.

Page 6: PRESTãSI Edisi Interaktif

konflik keluar solusi, dari gesekan menjadi kekuatan?Pertama: Kompak. Walisongo FC tidak mempunyai pemain bintang. Kemampuan dan skill pemainnya rata. Postur tubuh yang merupakan unsur penting dalam sepak bola, juga sedang-sedang saja. Sosok One Man Show juga susah ditemui di skuad tim. Apa lagi ka l a u b u ka n ke ko m p a ka n ya n g b i s a diandalkan?Kedua: Harmonis. Ketika ditanya mengenai t i p s m e n u m b u h k a n d a n m e n j a g a keharmonisan, Abdul Qodir, mantan pelatih dan juga Wing Back andalan Walisongo FC berpesan, “Intinya itu sering kumpul bareng.” Dengan seringnya kumpul dan silaturahim, ikatan emosional akan terjalin. Hubungan antar skuad dapat terjaga dengan baik. Hal itu

ternyata pesan turun-temurun dari para p e n d a h u l u , ya n g s eyo g ya nya s e l a l u disampaikan pada generasi penerus.Ketiga: Walisongo FC tidak memiliki pemain pragmatis. Pemain pragmatis bercirikan selalu ingin dimainkan di tiap pertandingan, meski jarang ikut latihan. Jika tidak dimainkan kurang bisa menjaga perasaan, yang terkadang dapat mengganggu stabilitas tim. Perlu diketahui bahwa dalam Walisongo FC tidak ada senioritas. Tidak ada yang merasa lebih penting dari yang lain. Yang datang dan rajin latihan, itulah yang nantinya bermain di pertandingan. Keempat: Jika semua rajin latihan, tapi ada beberapa pemain yang tak kunjung dipasang? Jawabnya adalah, tidak selamanya pemain bintang menjadi line up. Dan tidak selamanya pemain cadangan dicadangan. Semua kembali kepada kebutuhan tim. Menejer dan pelatih pastilah mempunyai pertimbangan tersendiri. Kritikan dan gojlokan? Ah! Sudah

biasa. Karena itu sikap sopan santun dan rasa legowo khas karakter Jawa, juga merupakan rahasia sukses Walisongo FC selama ini.Kelima: Dukungan warga. Karena rekor yang dicapai, tak aneh jika Walisongo FC memiliki suporter fanatik. Suporter berjuluk Laskar Semar Mendem ini sangat terkenal dengan kekompakannya. Sorak dan yelyelnya mampu membuat mental lawan jadi ciut. Sebaliknya, hal itu tentu membawa berkah bagi tim Walisongo FC, pemain kedua belas. Tak sebatas suporter, alumni KSW dan juga mantan pemain yang sekarang sudah kembali ke Tanah Air tak hentinya memberi dukungan tim kesayangan mereka ini. Jika mendekati event Jawa Cup, beranda Facebook Walisongo Semar Mendem bisa dipastikan ramai dengan postingan dari mereka, “Perjuangno!

(Perjuangkan!)” Semua merasa memiliki.Dari KSW untuk MasisirM e l a l u i W a l i s o n g o F C , K S W i n g i n menyuguhkan sekaligus memberi contoh pada ranah Masisir akan permainan yang baik. Mementingkan kekompakan daripada kekerasan. Memaknai arti cinta, harmoni dan prestasi.Dari sepak bola terdapat banyak sekali filsafat hidup. Beruntung bagi yang dapat menangkap pelajaran darinya. Sepakbola mengajarkan perjuangan dan kesabaran. Tidak hanya mencari poin sebanyak-banyaknya, tapi juga bermain cantik untuk mendapatkan poin-poin tersebut. Sepak bola juga mengajarkan cara bersinergi dengan sosial. Nilai disiplin disetiap lini. Untuk kemudian nilai-nilai itu diterapkan di setiap ka j i a n , o rga n i s a s i d a n a f i l i a s i , j u ga diimplementasikan dalam berdinamika di masyarakat luas. Selamat menempuh ujian.

Opini

“Dari sepak bola terdapat banyak sekali filsafat hidup. Beruntung bagi yang dapat menangkap pelajaran darinya. Sepakbola mengajarkan perjuangan dan kesabaran.

Tidak hanya mencari poin sebanyak-banyaknya, tapi juga bermain cantik untuk mendapatkan poin-poin tersebut.”

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2706

Page 7: PRESTãSI Edisi Interaktif

Pertama, saya ucapkan rasa syukur dan selamat kepada KSW Mesir, yang pada tahun 2014 ini telah menginjak tahun ke-27. Secara keorganisasian 27 tahun merupakan waktu yang sangat lama dan tentunya terjadi perubahan-perubahan di berbagai aspek. Yang jelas saat ini KSW Mesir masih memiliki p e r a n a n p e n t i n g d a l a m d i n a m i k a keorganisasian Masisir. Selain itu, KSW Mesir masih memiliki ciri khas budaya yang masih bertahan dari waktu ke waktu.

Sebagaimana tema HUT tahun ini adalah KSW membangun; kesadaran, kebersamaan, keharmonisan dan kesantunan. Dan bukan berarti baru tahun ini KSW Mesir membangun hal tersebut, tetapi KSW Mesir masih dapat mempertahankannya dan akan terus memperbaiki sehingga akan tetap kokoh sampai akhir. Entah sampai kapan, yang pasti itulah ciri khas dalam KSW Mesir.

Ciri khas tersebut selalu terlihat pada setiap tahunnya, karena pada dasarnya KSW Mesir adalah organisasi kekeluargaan yang tidak dapat dinilai dalam ukuran satu tahun kepengurusan. Dalam perjalanannya, setiap kepengurusan mempunyai hubungan yang t i d a k d a p a t d i p i s a h k a n . Wa l a u p u n kepengurusan KSW Mesir berganti setiap satu tahun sekali, tetapi esensi dan nilai yang

terkandung di dalamnya tidak akan berganti. Nilai-nilai kebersamaan, keharmonisan dan kekeluargaan.

Sekali lagi saya tekankan bahwa KSW Mesir bukanlah organisasi tahunan yang mana dengan mudahnya dapat dini la i dar i kepengurusan pada tahun tertentu, tetapi terjaganya nilai-nilai yang dibangun sejak didirikannya sampai sekarang. Sedangkan p a s a n g - s u r u t p a d a s et i a p ta h u n nya merupakan proses dari pembelajaran dan perbaikan. Pergantian kepengurusan setiap tahunnya merupakan sebuah proses untuk melanjutkan estafet keorganisasian. Tidak lantas tahun selanjutnya harus berbeda dengan tahun sebelumnya, tetapi lebih untuk saling melengkapi, sehingga tetap terjaga keutuhan nilai-nilai budaya dan kekeluargaan di KSW Mesir.

Tidak hanya kepengurusan yang mengalami perubahan, tetapi keang gotaan pun mengalaminya. Setiap tahunnya ada anggota baru yang datang ke Mesir disamping tidak sedikit pula para senior yang kembali ke tanah air. Sehingga dalam hal ini penanaman nilai-nilai KSW terhadap teman-taman baru harus kokoh. Yang akhirnya walaupun secara personil anggota mengalami perubahan, secara elemen pembentuk keorganisasian

Kesinambungan dalam 27 Tahun KSW

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 07

Kolom

Oleh: Rosyad Sudrajat*

Page 8: PRESTãSI Edisi Interaktif

akan tetap kokoh.

Dalam upaya mempertahankan kekokohan organisasi tersebut peran pengurus menjadi hal yang penting. Pengurus harus mengetahui perkembangan keorganisasian dari tahun ke tahun. Informasi dan pengetahun tentang seluk beluk organisasi dan perkembangannya dapat menjadi acuan dalam merancang sebuah program kerja.

Dalam merancang program kerja juga harus memiliki silabus ataupun kurikulum. Dengan begitu akan tergambar jelas target-target yang harus tercapai. Dari sini dapat dipetakan juga perjalanan KSW Mesir untuk beberapa tahun mendatang. Karena sejatinya dalam setiap tahun pasti ada perkembangan yang harus terkontrol agar tidak menjadi program kerja yang hanya serabutan tanpa konsep.

Konsep dan silabus keorganisasian tersebut tidak hanya dirancang untuk satu tahun kepengurusan saja. Tetapi lebih jauh lagi untuk mengontrol perkembangan organisasi beberapa tahun ke depan. Sebagai contoh untuk tahun ini target apa yang harus diraih oleh KSW Mesir untuk bidang seni. Kalau pada tahun tersebu target sudah tercapai kemudian pada tahun selanjutnya target apa lagi yang harus tercapai. Dan selanjutnya seperti itu dalam setiap bagian; pendidikan, sosial, kaderisasi dan lain sebagainya.

Setelah terbentuk konsep dan silabus keorganisasian yang jelas, maka kerja dewan pengurus menjadi hal penting selanjutnya. Akan menjadi sia-sia jika konsep yang sudah ada tidak diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Target-target dan program yang

s u d a h a d a a k a n a c a k - a c a k a n d a n kepengurusan selanjunya harus merancang ulang target-target yang cocok. Dan kesinambungan antar pengurus dari tahun ketahun itulah yang menjadi hal terpenting dalam mempertahankan nilai-nilai dan esensi KSW Mesir.

Pada tahun ini Kami yang diamanati untuk melanjutkan keorganisasian KSW Mesir juga melakukan hal yang sama. Melanjutkan pengabdian dengan melakukan perbaikan dan menjaga hal baik yang ada pada tahun sebelumnya. Melaksanakan program kerja yang sudah dirancangkan dengan berusaha menuntaskan target-target yang ada.

Dan tentunya dalam pelaksanaan program tersebut kami tidak bisa melakukannya sendirian. Bantuan dan dukungan dari setiap anggota sangat diperlukan. Ditambah lagi perlu adanya evaluasi dan kontrol dari anggota dan para senior. Sehingga apabila program dan kinerja pengurus tidak keluar dari rel yang sudah dibuat dengan rapih.

Dan akhirnya dalam peringatan hari jadi KSW

Mesir yang ke-27 ini menjadi momentum

d a l a m m e n u j u k k a n s e b a g i a n d a r i

perkembangan KSW Mesir. Dilain sisi

menunjukkan kembali kepada anggota

bahawa KSW yang sudah berumur 27 tahun

ini masih mempertahankan budaya dan nilai

nilai khasnya. Budaya kebersamaan, unggah-

ungguh jawa dan keharmonisan. Dan semoga

sampai akhir, budaya dan nilai-nilai tersebut

tetap terjaga.

*Ketua DP-KSW 2013/2014

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2708

Kolom

Page 9: PRESTãSI Edisi Interaktif

27 tahun yang lalu KSW lahir dari sekelompok kecil pecinta diskusi keilmuan. 27 tahun, KSW melewati jenjang-jenjang pertumbuhan h i n g g a m e n j a d i s e b u a h o r g a n i s a s i kekeluargaan dengan jumlah anggota terbanyak. 27 tahun, nama KSW menjadi nama yang sampai sekarang tidak bisa dihapus dari list kelompok perkumpulan yang ada di Masisir. 27 tahun, Masisir yang berasal dari Jawa Tengah dan sekitarnya memiliki tempat bernaung dalam sebuah komunitas. Ya, sudah 27 tahun lah KSW hidup bersama perputaran roda kehidupan Masisir.Beberapa waktu yang lalu, penulis membaca komentar di sebuah status Facebook yang ditulis oleh akun KSW Mesir. Status yang memberikan kesempatan kepada siapapun yang membaca untuk menggambarkan ungkapan mereka terhadap KSW dalam dua kata. Tentunya anggota KSW lah yang otomatis merasa menjadi objek dari status tersebut. Dengan perasaan masing-masing orang terhadap KSW, komentar pun berbeda-beda. Ada yang memilih ungkapan “guwe banggeeettt”, “markas keceriaan”, “missing someone”, “mendem tresno”, “TeOoPe BeGeTe”, bahkan ungkapan dalam kalimat panjang pun terpampang di sana. Entah karena iming-iming 50 komentar pertama bakal dimuat di salah satu rubrik buletin PRESTãSI atau memang dalam kesempatan inilah mereka bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan sebagai annggota KSW, status tersebut sukses menjadi perhatian. Terlepas dari motif dibalik komentar-komentar yang muncul, dari sini KSW bisa sedikit melihat bagaimana anggota memandang KSW dari kaca mata mereka masing-masing. Lantas, ungkapan apakah yang KSW pilih untuk mengungkapkan perasaannya terhadap anggota KSW?KSW dan AnggotaKadang, keramaian jumlah anggota KSW masih membuat KSW merasa sepi. Sepi,

karena anggota yang banyak itu hanya tertulis dalam data induk KSW. Sepi, karena wajah-wajah yang meramaikan “rumah” KSW masih bisa dihitung dengan bantuan sepuluh jari. Sepi, menjadi teman sehari-hari bahkan ia menjadi tamu yang ikut hadir dalam acara yang diselenggarakan KSW. Sepi ini bukan karena tak terdengar suara dari “rumah” KSW, tetapi suara-suara itu mungkin hilang karena jarak KSW dan pendengarnya tak tertempuh oleh hitungan langkah kaki. Sepi ini memang sering dirasakan oleh KSW, walaupun ia tak serta merta meredupkan semangat sebagian anggota yang berusaha menghadirkan keramaian. Sedikit semangat meramaikan inilah yang terus dipegang erat oleh KSW agar sepi tak mendominasi suasana di “rumah” KSW.Selain mendapatkan tambahan tugas sebagai pemegang data anggota terbanyak, KSW pun diuntungkan dengan jumlah mayoritas tersebut. Sebut saja kuota Tenaga Energik Mahasiswa Untuk Syariah (Temus) untuk KSW, tentunya berbeda dengan kekeluargaan lain yang mempunyai jumlah anggota lebih sedikit. Dari sinilah biaya hidup KSW bisa m e n d a p a t ka n t o p a n ga n s e l a i n d a r i pemasukan yang lain. Aktif atau tidak, anggota yang terdaftar di KBRI sebagai anggota KSW otomatis menjadi penentu besar tidaknya jumlah kuota yang diberikan KBRI untuk Temus KSW. Kenal atau tidak anggota KSW terhadap komunitasnya sendiri, tidak mempengaruhi jumlah kuota yang telah ditetapkan. Tidak bisa dipungkiri kalau dari jumlah anggota lah KSW bisa mendapatkan kehormatan ini.KSW dan PrestasiSedik i t meng geser peng l ihatan dar i banyaknya anggota yang dinaungi KSW, penulis ingin juga melihat peran anggota yang ikut mengharumkan nama KSW di tengah banyaknya nama komunitas yang tumbuh di Masisir. Baik organisasi kekeluargaan,

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 09

Lensa KSW

Dua Kata dari (Hati) KSWOleh : Annisa Fadlilah

Page 10: PRESTãSI Edisi Interaktif

almamater maupun komunitas yang lahir dari kesamaan interest anggotanya. Sebut saja dalam event-event perlombaan yang diadakan oleh Masisir. Mulai dari olahraga, diskusi, kepenulisan dan jenis perlombaan lainnya. Dalam hal ini beberapa kali utusan KSW atau anggota KSW yang mengikuti perlombaan tersebut secara individu meraih beberapa kemenangan. Seperti turnamen sepak bola Jawa Cup yang menjadi agenda tahunan Forum Jawa, Walisongo FC berhasil menyabet sembilan kali kemenangan dari sepuluh kali diadakannya Jawa Cup. Atau tim voli KSW dan bulu tangkis yang juga tidak jarang menduduki peringkat juara di beberapa pertandingan. Selain cabang olahraga, juara lomba diskusi yang diadakan oleh WIHDAH pun pernah menambah list prestasi yang diraih oleh anggota KSW. Atau bidang kepenulisan yang juga tidak absen menambah harumnya nama KSW di ajang perlombaan antar organisasi.Dari sini lah nama KSW terus bisa terdengar di kalangan Masisir sebagai organisasi yang tidak sepi dari prestasi. Walaupun tidak semua prestasi tersebut berkat sumbangsih KSW kepada anggota yang meraihnya, melainkan kemampuan individu anggota lah yang membawa mereka meraih kemenangan-kemenangan tersebut. Melihat kemampuan yang dibawa oleh masing-masing individu, m e n j a d i t u ga s K S W u n t u k s e m a k i n menggodok kemampuan tersebut melalui ke g i a t a n y a n g d i a d a k a n , s e k a l i g u s menyiapkan semakin banyak individu berprestas i yang menambah jumlah penghargaan yang bisa diraih. Misalnya saja KSW membentuk forum diskusi yang diberi nama Walisongo Study Club, atau kumpulan pecinta kepenulisan dengan nama Sekolah Menulis Walisongo, serta buletin PRESTãSI yang pernah menjadi buletin kekeluargaan terbaik versi IJMA (Ikatan Jurnalistik Masisir). Dari pengembangan olah raga, KSW dengan rutin mengadakan Jumat Sehat dengan berbagai jenis olah raga yang bisa dimainkan. Atau lat ihan musik ming guan untuk menyiapkan calon-calon seniman yang memang tidak sedikit bisa ditemukan di KSW. Inilah, beberapa usaha yang KSW lakukan d e m i m e m a j u k a n d a n m e w a d a h i

kemampuan-kemampuan terpendam para anggotanya.Berangkat dari perbedaan background yang melatari ketertarikan masing-masing individu, KSW sadar bahwa tidak semua keinginan anggota bisa langsung menjadi kenyataan, bahkan hanya untuk mengetahui keinginan tersebut pun, KSW belum bisa memberikan janji itu. Di sini lah dibutuhkannya kata “saling” yang menghubungkan KSW dengan anggotanya. Saling memahamkan dan memahami, saling datang dan didatangi, sa l ing membutuhkan dan memenuhi kebutuhan, saling mengisi dan melengkapi atas apa yang dimiliki dan tak dimiliki KSW, dan masih banyak kata “saling” lainnya. Kata ini menjadi sakral dan penentu dalam setiap jalinan komunitas. Karena pincang lah akibatnya ketika kata “saling” ini tidak terwujud dalam tindakan. The Last WordsAkhirnya, beban menjadi kekeluargaan terbanyak pun tak selamanya menjadi sesuatu yang memberatkan. Beban ini masih bisa terasa ringan berkat satu dua tangan yang diulurkan sebagian anggota untuk ikut mengangkatnya. Satu dua tangan itu lah yang membuat sepi yang sering KSW rasakan tertutup oleh rasa yang lain. Tertutup oleh ramai sebagian orang yang menyajikan keceriaan bersama. Beban ini juga ringan karena anggota yang jauh pun pasti menyebut KSW dalam doa. Dalam sebuah untaian doa agar KSW selalu bisa berdiri apapun keadaannya.

Selanjutnya, jika KSW harus menggambarkan perasaan apa yang ia rasakan untuk anggota, dua kata “Terima Kasih” mungkin ungkapan paling tepat yang bisa KSW ucapkan. Terima kasih kepada semua anggota yang tergabung dalam data induk KSW. Terima kasih atas tangan-tangan yang se la lu bersed ia menyalurkan bantuannya untuk KSW. Terima kasih karena nama KSW masih bisa terdengar indah di antara ramainya komunitas di Masisir. Pun penulis, sebagai salah satu anggota KSW dan sekaligus menjadi bagian KSW hanya bisa menambahkan ungkapan perasaan kepada p a r a a n g g o t a d e n g a n d u a k a t a selanjutnya.....Mari Bersinergi!

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2710

Lensa KSW

Page 11: PRESTãSI Edisi Interaktif

Amrizal Batubara,Presiden PPMI 2013/2014

“Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Keluarga Besar Kami KSW adalah salah satu

kekeluargaan yang paling diperhitungkan keberadaannya di ranah tatanan organisasi Masisir karena

kontribusi yang sangat luar bisa telah diberikan kepada seluruh warga Masisir. Oleh sebab itu kami

selaku organisasi induk memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada keluarga besar kami

tercinta KSW. Semoga di hari ulang tahun Keluarga Besar kami KSW semakin lebih baik lagi, semakin

berprestasi dan juga semoga keberkahan dan kebaikan senantiasa tercurahkan kepada keluarga

besar kami KSW. Selamat Hari Ulang Tahun KSW, semoga Allah SWT senantiasa melindungi, menjaga

dan memelihara Keluarga Besar kami tercinta. Amin ya Rabb.”

Choiriah Ikrima Sofyan, Ketua WIHDAH-PPMI 2014/2015

“Dewan Pengurus WIHDAH-PPMI Masa Bakti 2014/2015 mengucapkan: Selamat Ulang Tahun KSW yang ke-27 semakin kompak, semakin jaya dan semakin bermanfaat bagi kita semua.” -DP Melodi.

Reza Rizki Febrian,Ketua DP-KMB 2013/2014

Selama saya berinteraksi dengan orang KSW, orangnya ramah-ramah. Untuk organisasinya juga sudah banyak prestasi yang diraih. Baik dari segi akademis maupun olahraga dan seni. Bravo buat KSW. Selamat ulang tahun, semoga kedepanya semakin berkah dan sukses.”

Iwan Zainal Arifin & Hilmi Mubarok, Ketua dan Wakil Ketua DP- KPMJB 2014-2015

Kesannya KSW K: KOMPAK, S: SERU, W: WIS POKOKE TOP MARGOTOP. Harapannya semoga KSW dan KPMJB ke depan bisa lebih saling memotivasi dan berlomba dalam meningkatkan prestasi, baik dari segi seni-budaya, keilmuan dan olahraga.”

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 11

Kata Mereka

Page 12: PRESTãSI Edisi Interaktif

Muhammad Anwar Fathoni, Ketua DP-GAMAJATIM 2013/2014

“Keutuhan sebuah keluarga bisa dilihat dari canda tawa, bahkan rasa haru yang dipikul bersama. Kebersamaan dalam setiap agenda menjadi tolok ukurnya. Hadir sebagai Kekeluargaan yang ramah, Kelompok Studi Walisongo (KSW) mampu mengurai masalah tanpa bermasalah. Tak diragukan lagi, konsistensi dalam menjaga persaudaraan warga Jawa Tengah dan DIY di Mesir merupakan kunci eksistensinya hingga saat ini. Selamat Ulang Tahun KSW, tetaplah jadi kekeluargaan yang familiar."

Habib Rahman Haqiqi,Ketua DP-FOSGAMA 2013

Pengurus FOSGAMA 2013-2014 mengucapkan selamat Hari Jadi Ke-27 untuk Kelompok Studi Walisongo. Semoga dengan usia matangnya, KSW mampu menjadi Kekeluargaan yang lebih dewasa dan kreatif.”

Doni Wahidul Akbar,Ketua DP-KPJ 2013/2014

“Menurut saya KSW adalah kekeluargaan terbaik dan patut dijadikan contoh untuk Masisir, kenapa saya berkata seperti itu? Dikarenakan kekompakan dan jiwa persaudaraanya sangat tinggi dan mempunyai rasa, memiliki rasa ingin memajukan serta membantu KSW di segala hal, bisa dilihat lewat supporter Semar Mendem yang selalu setia mendukung Walisongo FC. Selain itu juga mempunyai silaturahmi yang baik , jiwa kekeluargaan tanpa memandang senioritas, karena mereka merasa kami orang KSW. Bukan saya senior KSW atau apalah. Saya berharap kekeluargaan lain bisa mencotoh KSW, dan saya mendoakan KSW bisa jadi lebih wah dan spektakuler di tahun-tahun berikutnya.”

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2712

Kata Mereka

Page 13: PRESTãSI Edisi Interaktif

Ksw Mesir11 April

Merayakan Hari Ulang Tahun Ksw Mesir yang ke-27, tak ada kado yang lebih indah dan murah dari kata-kata. Maka sebagai warga yang baik budiman mari kita dedikasikan dua kata untuk KSW, ungkapan terimakasih seperti "makacih banged", ungkapan perasaan seperti "sayang kamu", ungkapan emosi seperti "kangen dia", atau umpatan seperti "nggantheng pol", dan atau juga ungkapan permohonan seperti "please, mas".Monggo ketik komentar anda di bawah ini, dengan DUA KATA yang mengungkapkan perasaan anda teruntuk KSW, 50 KOMENTAR TERATAS akan diterbitkan pada rubrik DUA KATA UNTUK KSW di PRESTãSI EDISI SPESIAL HUT. Sumonggo, mohon partisipasi dan curahan perasaan yang sesungguhnya dari poro rencang sedoyo. Ini berlaku teruntuk semua yang berjiwa KSW — bersama Ulul Bahagia dan 19 lainnya.

Batal Suka · Komentar · Promosikan · Bagikan

Anda, Ismail Rozi, Akhmad Muarif Hidayatullah, Kakanda Syadeva, dan 48 orang lainnya menyukai ini.

Fadhilah Rizqi Jos Tenan!11 April pukul 0:59 · Suka

Fandy Achmad Az ZaRkasyi semakin disegani!11 April pukul 1:00 · Suka

Mohammad Hendri Alfaruq jaya terus!!11 April pukul 1:09 · Suka

Mahfud Washim Aku rindu kamu,, hehehe

11 April pukul 1:09 · Suka

Muhammad Muhis KSW rapopo

11 April pukul 1:28 · Suka

Azura TravelTour semoga selalu jaya KSW

11 April pukul 1:29 · Suka

Aan Gundul serasa nyaman..!!!

11 April pukul 2:08 · Suka

Musa Yusuf KSW Effect11 April pukul 4:12 · Suka

Elok Etika Alam guwe banggeeettt...

11 April pukul 4:57 · Suka

Meta Hapsari Selalu di hati...

11 April pukul 5:01 · Suka

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 13

Dua Kata Untuk KSW

Page 14: PRESTãSI Edisi Interaktif

Burhan Eram wong KSW11 April pukul 5:19 · Suka

Nizanul Falih makin gagah bro 11 April pukul 5:22 · Suka

Mukhlis Budi Utomo kamu josh11 April pukul 6:10 · Suka

Acan Musica markas keceriaan11 April pukul 6:18 · Suka

Ahmad Hujaj Nurrohim jempol banget!11 April pukul 6:24 · Suka

Abdullah Munif love you11 April pukul 6:31 · Suka

Äninditä Fähmie PADAMU KSW 11 April pukul 6:35 · Suka

Weez Al Qorny Selalu disayang11 April pukul 6:41 · Suka

Tanpa Lilin Ngangenin puoolll!!11 April pukul 7:20 · Suka

Erika Nada Elkhoiri lupe you pull11 April pukul 7:24 · Suka

Lingga Labbaika indah selalu11 April pukul 7:24 · Suka

Muh Jawwad KSW terbaik11 April pukul 7:36 · Suka

Nat Azizah Maju Terus11 April pukul 7:39 · Suka

Abdullah Munif selalu dihati11 April pukul 7:44 · Suka

Rain Av Semakin harmonis11 April pukul 8:10 · Suka

Fatih Zulfahmi KSW panjang umur, jaya selalu.11 April pukul 8:16 · Suka

Bintu ZizZa Syaifa Laalalaa Hoohohoo 11 April pukul 8:21 · Suka

Bunching Chodot We are family11 April pukul 8:22 · Suka

Hasan Hanungs semakin Joss...!!! 11 April pukul 8:27 · Suka

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2714

Dua Kata Untuk KSW

Page 15: PRESTãSI Edisi Interaktif

Ainun Mardiyah Puji Sampoerna semakin unyu-unyu 11 April pukul 8:33 · Suka · 1

Abdulatif Makhfud Yaa salaaaam 11 April pukul 9:23 · Suka

Musabiq 'obhikz Habibie Ji Yaaammbuuuuu11 April pukul 9:35 · Suka · 1

Zainul Ansori TOP.....markotop11 April pukul 10:03 · Suka

Munir Misbahul Munir Jare si ahmad "KSW Awesome"11 April pukul 10:17 · Suka · 1

Jacky Chueng Rumah Kita 11 April pukul 10:33 · Suka

Yusuftour Andtravels Tetap jaya11 April pukul 10:40 · Suka

Saif El-Amr Meski sudah di Indonesia nek ditanya, jenengan asline pundi: KSW11 April pukul 10:50 · Suka

Alaik Fasholli Tempat kita berteduh-jiwa dan raga11 April pukul 11:24 · Suka

Jafar Sodiq El Rahman woyo-woyo pokoke!11 April pukul 11:28 · Suka

Azmil Faqih Sansan (Komentar tidak sesuai-Red)

11 April pukul 11:44 · Suka

Asrizal Mustofa <- MISSING SOMEONE T_T

11 April pukul 11:48 · Suka · 2

Lutfiani Ist Langka-langka oooh11 April pukul 12:08 · Suka

Fatchul Machasin ning KSW, aku karo koe bolo!!11 April pukul 12:22 · Telah disunting · Suka · 1

Nanang Pahlevi KSW sak modare jarene..11 April pukul 12:57 · Suka· 2

Muhammad Abu Dzom-dzom KSW " mendem tresno"11 April pukul 13:50 · Suka · 1

Muhamad Djazam Asfari "KSW Tersayang"

14 April pukul 0:54 · Suka

Coh'an Bin 'Ali Syiiiiiiippp Jooossyyhhh!11 April pukul 13:51 · Suka · 1

Landy EsSyarqowiiy ceki joker! 11 April pukul 13:37 · Telah disunting · Suka · 1

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 15

Dua Kata Untuk KSW

Page 16: PRESTãSI Edisi Interaktif

“The real director of life, is accident” - Amadeu De Prado, Night Train to Lisbon

Yang tersirat dan mudah disimpulkan dari tujuan melangkah di kehidupan adalah belajar. Apapun dan bagaimana pun adanya belajar menjadi prioritas utama. Sederhana saja. Tapi yang benar-benar pelik dan berliku hanya penafsiran dan rasa saat menjalani. Atau bahkan runyam.Pun dengan waktu, kadang waktu dianggap juru runyam karena sering dibenturkan. Mencari keluangan diatara detik pun terkadang menjadi (seolah) sulit. Dan kadang tidak disadari, justru menjadi semakin runyam saat tidak mau berdamai dengan waktu; melangkah maju. Sehingga seolah hanya dikerjar oleh detik-per detik untuk detik selanjutnya. Waktu luang pun runyam.Terlebih tanpa ada kesadaran untuk be la jar berdamai dengan waktu. Sehingga, pembelajaran yang paling dasar pun sering menjadi ikut runyam; berkehidupan dengan sekitar. Bahwa (kita, manusia) sedang belajar menapaki dan melangkah di bumi, meski setinggi apapun langit yang dipandang. Semakin menjadi saat rasa ingin pada kesadaran diri pun tidak tersirat.Sadar akan berkehidupan di sekitar. Sedang bersanding dan berbatasan

dengan l ingkungan; manusia dan makhluk lainnya. Keberagaman. Dan keberagaman juga sewajarnya yang membangun kesadaran akan batasan diri; ego dan gengsi. Dan saat membangun kesadaran atas manusia lain pun limbung, lalu apa lagi yang diharap dari seorang manusia (yang sewajarnya) berpikir?Sadar bisa diartikan mengenal batas. Batas diri, batas diri pada sekitar, dan sebaliknya. Pun berkenaan dengan waktu. Serunyam-runyamnya waktu dalam tujuh hari seminggu, sewajarnya ada batasan untuk diri dan sekitar. Terlebih, berkehidupan ini juga dianggap ( b a g i ya n g m e n ga n g ga p ) p ro s e s pembelajaran. Dan bukankah semakin tinggi sekolah dan pendidikan, sudah sewajarnya semakin mengenal batas?Dan yang mengherankan beberapa waktu belakangan ini, ada yang harus disadarkan untuk sadar dan mengenal kesadaran lewat seminar motivasi, bahkan berbayar. Benar, kesadaran itu sudah layaknya dibangun. Dibangun atas diri, sekitar dan lingkungan. Tetapi sewajarnya, saat menjadi 'yang terpelajar', bahkan dengan pendidikan yang tinggi, kesadaran itu dibangun atas diri, demi untuk sekitar. Sehingga, saat ingin memapah sekitar, setidaknya sudah bisa berjalan sendiri, meski tertatih.Dan sebenarnya, perumpamaan yang

KESADARAN

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2716

Catatan Pimred 2011

Oleh : Landy T. Abdurrahman*

Page 17: PRESTãSI Edisi Interaktif

paling sederhana dari sadar adalah 'bangun' dari tidur. Membuka mata, melihat sekitar, tahu kapan dan dimana; tanggap. Pun jika harus dibangunkan, setidaknya sudah ada keinginan (walau sekecil-kecil) untuk bangun dan sadar.***Beberapa hari lalu, ada obrolan sedikit runyam, tapi tetap diobrolkan; tentang K S W. Set idaknya beberapa tahun belakangan ini. Saya jadi teringat, di RPA tahun 2009. Jumlah warga yang hadir membludak, auditorium penuh. Dan saya b a r u m e nya d a r i d i t a h u n - t a h u n berikutnya, RPA 2009 sangat ramai karena ada pembagian sembako dari KSW dan Griya Jawa Tengah.Dan ingatan ini menarik saya untuk mengingat agenda tahunan yang tak kalah ramai, undian temus (tenaga musiman) haji. Bahkan 100 persen peserta hadir. Terlebih, beberapa warga yang kurang dekat dengan KSW pun b e r b o n d o n g - b o n d o n g d a t a n g ; mengenalkan diri, berharap menjadi bagian. Bukan maksud menyindir, saya ini hanya sebatas ingatan. Dan ingatan ini,

(bagi saya) menyadarkan.Bisa jadi benar, KSW hanya organisasi kekeluargaan. Satu dari sekian lahan pembelajaran yang (sewajarnya) berhak memperoleh waktu yang luang. Tetapi ternyata masih ada yang menganggap KSW adalah sebuah organisasi keluarga, yang juga berhak atas waktu; diluangkan. Bukan sekedar dicarikan dan ditunggu waktu yang luang. Dan mungkin alasan anggapan ini karena selain keluarga, juga lahan pembelajaran atas berkehidupan; tanggap dan sadar. Manusia yang sewajarnya; sebagai anggota dari komunitas sosial di bumi, yang menginjak bumi, dan cukup memandang langit.

Dan sebenarnya (bagi saya) wajar dan

biasa saja ketika sadar dan meluangkan

waktu untuk (organisasi) keluarga, dan

bukan hal yang luar biasa. Kecuali

memang bagi yang menganggap diri luar

biasa, atau di luar kebiasaan. Semoga

masih banyak manusia biasa, yang masih

ingin menginjak bumi untuk melangkah.

Yang masih sadar. Dan semoga ini hanya

ingatan untuk sadar.

*Seorang Pinggiran

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 17

Catatan Pimred 2011

“Bahwa (kita, manusia) sedang belajar menapaki dan melangkah di bumi, meski setinggi apapun langit yang dipandang.”

Page 18: PRESTãSI Edisi Interaktif

Ketika saya mengambil buku bersampul merah bergradasi dengan hitam yang tergeletak rapi di rak buku sekretariat, sempat saya melihat-lihat sekilas isi di dalamnya. Tak lama setelah itu saya membaca daftar isi buku tersebut. Tertulis di sana 'arti lambang KSW' yang kontan membuat hati saya berkata, “ternyata selama ini saya baru tahu arti lambang KSW yang selalu dipajang di pamflet-pamflet kegiatan”.“Lambang KSW adalah sebuah gambar pendapa beratapkan joglo dengan empat buah tiang penyangga dan tiga perundak-undakan di bawahnya”, kalimat tersebut tertulis jelas dalam buku tersebut di halaman setelah pembukaan. Agaknya saya kurang bisa memahami filosofi arti lambang tersebut, walaupun bisa dikatakan telat menyadari, saya berusaha memahami lebih dalam lagi makna yang terkandung di dalamnya.Tertulis di buku tersebut 'makna' lambang KSW secara rinci, namun saya hanya terfokus di beberapa poin yang mungkin harus saya ketahui secara dalam. Karena sekali lagi saya memang baru tahu arti lambang tersebut. “Gambar pendapa menunjukkan sebuah kekeluargaan yang menit ik beratkan gerakannya pada pengembangan intelektual dan bentuk-bentuk kegiatan lain yang mendukung”. Mungkin dari makna tersebut b i s a s aya ta fs i r ka n s e d i k i t te n ta n g kebersamaan dalam membangun nilai luhur yang dicita-citakan kelompok ini. Cita-cita “pengembangan intelektual” tidak akan terjadi jika tidak ada -dalam lingkup sosial-

masyarakat K S W- yang mau bersama menghidupkannya. Simpelnya, ketika KSW mengadakan hajatan atau agenda lain, pastinya KSW berharap partisipasi warga u n t u k b e r s a m a m e n y u k s e s k a n d a n menghidupkan acara tersebut. Namun apa daya, yang datang dan pasti bersama berpartisipasi paling hanya itu-itu saja orangnya. Pernah berpikir tidak, di mana warga yang jumlahnya sekitar 450 orang lainnya? Mungkin teman saya akan bilang, “yang lainnya ada kesibukan masing-masing, mungkin mereka ingin ikut, tapi terbentur jadwal mereka”. Walaupun batin saya berbicara, “ah, masak waktunya terbentur terus? Bukannya tiap acara harinya berbeda-beda?”. Namun jika perkataan itu saya keluarkan, mungkin akan terjadi perdebatan panjang yang tak akan ada usainya.Bersosial atau dalam terjemah dangkal saya berarti berkomunikasi dan ikut bersama menyumbangkan ide dalam satu komunitas atau masyarakat, merupakan salah satu bentuk dari pengembangan intelektual. Secara tidak sadar kita sudah mengamalkan filosofi dari makna lambang KSW yaitu pengembangan intelektual. Patut digaris bawahi, intelektual merupakan kesadaran yang menyangkut tentang pemikiran dan pemahaman, bahkan bersosial pun juga memerlukan pemikiran dan pemahaman.Dengan bersosial, tiap individu yang pada dasarnya beraneka ragam bisa melebur menjadi sebuah kesatuan. Di situlah awal titik s a l i n g m e m a h a m i u n t u k b e r s a m a

Kebersaman

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2718

Catatan Pimred 2012

Oleh : M. Ulul Albab Mushaffa

Page 19: PRESTãSI Edisi Interaktif

membangun cita-cita, dapat terwujud melalui kumpulan yang dinamakan KSW. Artinya suatu ke lompok t idak akan berhas i l menggapai impiannya jika dari anggotanya tidak ikut bersama menyumbangsihkan pemikiran, ilmu dan segala bentuk ide yang ada. Dan bagaimana seseorang b isa menyumbangkan idenya jika bertemu dan berkumpul saja hanya bisa dihitung jari atau bahkan tidak pernah?Kemudian makna dari “setengah lingkaran yang berada di atas joglo, bertuliskan Kelompok Studi Walisanga”, menunjukkan kesatuan gerak dan makna pengayoman. Makna ini menguatkan makna sebelumnya, bahwa kesatuan gerak tak bisa lepas dari sifat ke b e rs a m a a n a n g g o ta u n t u k s e l a l u mengayomi tiap individu di dalamnya, agar bisa membangun kesadaran, kebersamaan, keharmonisan dan kesantunan dalam menyikapi perbedaan antar anggota.

Satu hal yang disampaikan Prof. Dr. Sangidu Ashofa, M. Hum. Dalam prakata buku tersebut, “K S W menyepakati sebagai organisasi yang bersifat plural . K S W menyepakati sebagai organisasi yang secara de jure mengayomi warga yang berasal dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, namun secara de facto juga masih menerima dan mengayomi warga yang bukan berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta dan juga masih mempertahankan budaya unggah-ungguh dan andap ashor.” Jika karakteristik itu masih melekat, pastilah saya yakin, rasa ingin bersama, bergotong-royong dan bersosial dari warga masih ada. Minimal ikut bersama menghidupkan KSW di tengah rasa b e r s o s i a l w a l a u p u n h a n y a d e n g a n berkomunikasi melalu media elektronik. Sekali lagi ini penafsiran saya yang baru mengenal arti lambang KSW.

HAPPY 27 ANNIVERSARY, KSW th

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 19

Catatan Pimred 2012

Page 20: PRESTãSI Edisi Interaktif

Baru beberapa hari menginjakkan kaki di Mesir, saya diperkenalkan pada sebuah rumah di bilangan distrik sepuluh tepatnya di kawasan Madrasah. Tak ada kesan tertentu saat pertama memasuki rumah tersebut kecuali mengagumi pintunya yang terbuat dari kayu berasitek jawa. Buat saya ini mencengangkan mata. Karena pada keesokan harinya saya lazim mengunjungi tempat ini, meleburkan diri pada sebuah komunitas yang beraneka ragam asal-asul anggotanya. Sekitar dua puluh orang berdebat merumuskan nama marhalah yang pantas guna merayakan kedatangan kami mahasiswa tahun 2010. Tercetuslah nama Joglo. Dan setelah itu kegiatan mulai ramai, hubungan antar personal semakin erat, dan suasana menjadi lebih hangat dan akrab. Sekilas saya menyebutnya itu sebuah keharmonisan.Keharmonisan yang lahir dari sikap menerima perbedaan. Baik background pendidikan ataupun karakter masing-masing daerah yang melekat pada setiap individu. Karena manusia jawa secara keseluruhan terkenal dengan sikap nerimo-nya, dibanding dengan manusia dari pulau lain. Walaupun pada penafsiran yang lebih resisten sikap nerimo ini dianggap berlebihan dan membabi buta. Pramoedya misalnya mengkritik keras watak orang jawa

yang selalu menerima, karena dari sikap itu penjajahan oleh negara kolonial menjadi sangat panjang.Kembali ke harmonis, sebetulnya tidak ada definisi khusus yang menjabarkan arti harmonis. Paparan singkat yang berangkat dari pengalaman pribadi penulis, bahwa keharmonisan adalah upaya menerima perbedaan dari berbagai unsur tentu masih membutuhkan tafsir lain sehingga makna harmonis benar-benar mencakup dan menyeluruh. Lalu bagaimana kita akan m e m b a n g u n ke ra j a a n K S W d e n g a n keharmonisan jikalau makna keharmonisan sendiri masih kebingungan?'Tapi ada yang menarik, sebelum kita mencari definisi harmonis yang rumit. Saat pertama kali penulis dikenalkan dengan KSW memang hubungan antar personal khususnya marhalah sendiri sangat erat, bahkan tanpa tendensi apa-apa, kita dipertemukan dan langsung membaur begitu saja. Tapi beberapa bulan kemudian kebersamaan Joglo tidak awet, banyak hal yang akhirnya memisahkan dan sebagiamana lazimnya roda kehidupan, hanya ramai dalam “kebaruan” dan sunyi dalam “kelamaan”. Tapi meski demikian buah dari keharmonisan yang sempat terjalin tidak membuat kita lupa ketika suatu saat bertemu kembali di medan yang lain. Ini catatan

Catatan Samping(Keharmonisan)

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2720

Catatan Pimred 2013

Oleh : Abdul Wahid Satunggal

Page 21: PRESTãSI Edisi Interaktif

menarik menurut saya karena keharmonisan yang dirancang oleh para sesepuh dan diwariskan setiap generasi mampu menanam benih-benih silaturrahmi yang tak lekang dimakan zaman. Kendati kondisi memang memungkinkan agar setiap marhalah baru akan menjadi lama pasca kedatangan marhalah baru di bawahnya.Setelah menerima perbedaan, kita punya ciri lain dari harmonis yaitu tak lekang dimakan zaman. Konsistensi keharmonisan harus teruji. Kalau hanya manis di muka tapi pahit di belakang bukan harmonis. Memperingati hari ulang tahun KSW yang ke 27 salah satu sub-temanya ialah membangun KSW dengan keharmonisan. Mari kita simak dua ciri yang sempat penulis singgung yaitu keharmonisan adalah upaya menerima perbedaan dan kebersamaan yang tak lekang dimakan zaman –dalam hal ini bukan perpisahan fisik.Bagiamana membangun K S W dengan keharmonisan?Dari pertanyaan itu seolah-olah KSW belum atau tidak harmonis. Padahal berdasarkan pengalaman penulis bahwa hanya KSW satu-satunya atau satu dari sebagian banyak kekeluargaan yang sangat harmonis. Baik ke ke dalam atau ke luar. Itu sangat terbukti dari berbagai konflik yang sempat mendera di tengah hiruk pikuk dinamika masisir. KSW bahkan jika tidak berlebihan adalah salah satu figur kekeluragaan yang cukup berhasil istiqomah dalam berharmonis.Namun ada beberapa catatan yang mungkin bisa dipertimbangkan, guna menjaga spirit keharmonisan dan mencoba menambal lubang- lubang yang menjadi sumber marabahaya. Salah satu lubang itu mungkin bisa kita sebut bahwa keharmonisan di KSW hanya berlaku di tataran kekeluargaan di m a n a s e c a r a h u b u n g a n p e r s o n a l keharmonisan sudah benar-benar terjalin. Tapi coba kita lihat hubungan antar organisasi tampaknya lebih sering kelihatan tak harmonis. Karena walau bagaimanapun KSW masih sebuah organisas i yang harus

profesional dalam berdinamika. Banyak b e n t r o k a n t a r l e m b a g a y a n g bersangkutan,yang apabila tidak cepat diantisipasi bisa saja merambat ke bentrok antar personal.Ketakharmonisan antar organisasi ini memang rentan terjadi dalam dinamika yang tak berawak banyak. Apalagi dari jumlah yang tak banyak itu banyak yang tak memahami betu l bagaimana hendaknya sebuah organisasi berlaju. Sehingga bentrok antar organisasi sulit dihindarkan. Tapi KSW dengan support para sesepuh yang mumpuni dalam bidang organisasi, selayaknya KSW bisa menjadi figur ideal. Satu contoh misalnya terjadi bentrok jadwal antar lembaga, adanya mis-komunikasi antara badan otonom dengan pengurus pusat dan beberapa gesekan lain yang diakibatkan karena ketidak cermatan menjalankan roda organisasi.Mungkin solusi yang bisa ditawarkan adalah bahwa KSW perlu merancang strategi dengan melibatkan banyak elemen. Salah satunya ialah sesepuh yang hendaknya terlibat dalam setiap ambil keputusan. Pengurus benar-benar bakal menguras tenaga dan pikiran buat merancang roda organisasi agar ke depan lebih baik. Misalnya sudah sepantasnya pengurus memangkas berbagai agenda yang tak perlu, yang mungkin sudah dianggap nyaman oleh anggota tapi sejatinya justru membuat mereka stagnan. Pengurus harus berani merenung, berhenti sejenak dan memik i rkan u lang agenda apa yang sebetulnya diperlukan KSW. Karena bisa jadi selama ini kita hanya berada di zona nyaman dan lupa dengan ruh organisasi yang sebenarnya, yang sejalan dengan nafas seorang mahasiswa, seorang pelajar.

Hanya itu catatan samping yang benar-benar

samping. Tak bermaksud ketengah apalagi ke

sampai ke pusat. Sekedar samping, dari

seorang yang hanya menonton dari balik

jendela. Buat KSW yang ke 27 semoga

semakin harmonis. Semakin manis.

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 21

Catatan Pimred 2013

Page 22: PRESTãSI Edisi Interaktif

Saya menjadi cepat akrab, akhir-akhir ini, katakanlah beradaptasi dengan cepat. Bahkan ketika udara begitu kering dan jalanan begitu nyaring, orang-orang yang punya air muka sealiran denganku memberi tatapan dan mengangguk rendah mengisyaratkan bahwa kami, saya dan dia, tidak sebatang kara di bumi yang asing ini. Isyarat ini membuat saya nyaman, pengertian yang mendalam antar m a n u s i a , m e m p e rc e p at a d a p ta s i d i lingkungan asing bagi orang canggung seperti saya dan tentunya juga orang-orang macam yang lain. Isyarat ini senantiasa ditebarkan di tiap flat yang dihuni Masisir lewat celah-celah retakan 'imarah atau jendela berdebu yang terbuka. Begitu juga bagi KSW, warganya p e n u h d e n ga n i sy a ra t- i sy a ra t y a n g disampaikan lewat kata atau laku, terkadang sekedar ingin disampaikan dan tersimpan rapat-rapat di benak. Isyarat yang mempunyai niatan untuk mempersatukan, tidak sekedar gombal dan membual dimana-mana.***Musim semi ini begitu panas, pintu gerbang dengan ukiran khas Jepara yang tersemat di deretan gedung-gedung kubus menjulang tinggi khas Mesir itu mengundang saya di antara belantara debu. Daripada terusik dan berkeluh kesah, saya memilih untuk masuk dan merasakan de javu di sentuhan kayu jati pada gerbang ukiran Jepara. Orang-orang di dalamnya tak kenal bosan menyapa akrab saya dan Masisir lain yang bahkan sudah sangat dikenal, meski dengan ungkapan sarkasme. “Isih urip, Mas? (Masih hidup, mas?)” Kemudian tawa melimpah; tak lain ingin siapa saja merasa nyaman. Kesantunan agaknya tidak selalu diisyaratkan dalam keramahan. Bagi KSW, ruh yang ditanamkan pada jiwa-jiwa warganya adalah pengertian yang dalam antar satu sama lain tanpa harus dirangkai dalam kata-kata atau dibentuk dengan tingkah laku. Meski pada dasarnya orang Jawa adalah orang yang hidup dengan basa-basi, pujian-pujian tak perlu, tawaran-tawaran tak serius, obrolan-obrolan mengisi waktu

kosong. Seperi filosofi blangkon, tutup kepala khas Jawa yang bundar dan terdapat semacam gumpalan seperti bola di bagian belakang, menggambarkan orang Jawa yang tidak menampakkan masalah ketika berada di depan orang-orang, namun disimpan di hati di belakang orang-orang agar mereka tak tahu. Kabar baiknya, ia menjaga perasaan orang lain dengan menciptakan banyak basa-basi. Kabar buruknya, ia nggresula atau mengeluh, merasa marah terhadap orang tertentu saat a d a d i b e l a ka n g ny a d a n t e r ka d a n g menciptakan atmosfer tak nyaman. Kebalikan dari tujuan awal yang ingin terhidar dari suasana tak nyaman. Akan tetapi, ini disaingi oleh filosofi lain, mangan ora mangan sing penting kumpul (makan tak makan yang penting berkumpul), maka seburuk apapun hubungan antar individu mereka tetap mengutamakan kebersamaan. Karena menyadari kekuatan kebersamaan adalah bijaksana. Di mata saya, seperti itulah KSW, hidup dengan keseimbangan dan seimbang dalam kehidupan; tidak terlalu egois, tidak terlalu idealis, tidak terlalu narsis. Seharusnya terus seperti itu, yang kemudian membuat saya enggan beranjak hingga senja menjelang dan panas telah mereda.***Serasa perlu puluhan tahun untuk menyadari dan mengenali keberadaan seseorang, beberapa orang. Bung Karno tampak begitu dicintai oleh bangsanya pasca puluhan tahun wafatnya setelah begitu kejam dijadikan kriminil di masa orde baru. Seorang anak mengenal dan menyadari betul keberadaan orangtuanya, keluarganya setelah ia hidup puluhan tahun menjadi orangtua dan punya keluarga sendiri kemudian menelan banyak pengalaman. Manusia, kemudian Masisir dan tentunya penulis, saling mencari keterkaitan satu sama lain; setelah menemukan jati diri masing-masing. J ika t idak ditemukan keterkaitan sama sekali, maka rasa kepedulian akan berkurang. Ada peribahasa “tak kenal, maka tak sayang”, hingga pengenalan pribadi secara mendalam seolah menjadi syarat

Santun

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-2722

Catatan Pimred 2014

Oleh : Muhammad Fadhilah Rizqi*

Page 23: PRESTãSI Edisi Interaktif

mutlak untuk mengasihi dan menyayangi. Oleh karenanya, manusia dianugerahi Tuhan rasa kemanusiaan yang tinggi, di luar batas pertalian darah, persahabatan, komunitas, namun atas dasar sesama manusia. Secara umum Fi lsafat Jawa juga mengusung pemikiran-pemikiran humanis, layaknya yang disampaikan dalam Unen-Unen Jawa , semacam prinsip dan nasihat-nasihat nenek moyang orang-orang Jawa. Seperti ungkapan filosofis di atas, mangan ora mangan sing penting kumpul.Mungkin ungkapan-ungkapan filosofis dalam U n e n - U n e n J a w a t i d a k s e l a l u menggambarkan watak orang Jawa, tentu saja. Akulturasi yang berbentur di berbagai ranah, selalu memberi nuansa baru pada kepribadian orang Jawa yang ndeso sekalipun, dalam artian masih konservatif. Akan tetapi, setidaknya KSW sejauh ini seringkali memberi visualisasi penerapan Filsafat Jawa yang tidak sekedarnya, namun yang sesungguhnya. Benar-benar seperti perkampungan Jawa yang subur di tengah padang pasir, tidak ada arabisme yang berlebih. Kesantunan yang lahir dari hati, tidak hanya kata dan laku. Bagi K S W, dan semestinya Masis ir, sal ing menyantun adalah saling mengerti kemudian memberi kenyamanan. Tidak sekedar kepentingan pribadi atau kelompok untuk menjaga muka publik; pencitraan, semata.Ojo rumongso b iso, nanging b iso 'o rumongsoSelain membangun kekayaan finansial maupun intelektual , K S W juga perlu membangun rasa. Dalam suatu komunitas, seseorang akan sulit bertahan bila tidak perasa, bila tidak peka terhadap sekitar. Istilah jawanya rumangsanan, atau mudah merasa. Merasa hormat pada yang lebih tua, merasa maklum pada yang lebih muda, kemudian juga merasa pengertian pada sebaya. Meski sudah diajarkan sejak dini, oleh orang tua, oleh guru di Sekolah Dasar, untuk betul-betul rumangsanan memang agak sulit. Manusia, apalagi masih muda dan labil, cenderung egois dan penuh ke-aku-an. Jika tidak dilatih, ditumbuhkan, rasa peka ini tidak akan terbiasakan dan seringkali melampaui batas d a l a m b e r i n t e r a k s i . H a l i n i d a p a t menyebabkan sakit hati pada satu pihak,

permintaan maaf yang ter lewatkan, komunikasi yang tidak sesuai harapan, pengucilan oleh kelompok sendiri, bahkan cinta yang tak terbalas.Filosofi dari unen-unen di atas tidak hanya mengajarkan kita agar tidak keminther (merasa pintar), namun juga agar menjadi perasa kepada sesama seperti sudah disebutkan sebelumnya. Akhirnya kembali lagi pada titik saling pengertian, dimana setiap orang butuh menahan hasratnya untuk merasa lebih bisa di banding yang lain dan saling menghormati. Yang saya yakini, orang-orang yang benar-benar didikan keluarga KSW tidak akan melewatkan hal tersebut. Sebisa mungkin memekakan diri, bersegera merasa akan sesuatu dalam sebuah interaksi. Dalam artian, berusaha mengendalikan emosi diri dan memahami emosi lawan bicara, agar t idak perlu repot-repot memperbaiki hubungan di kemudian hari.Wong jowo ki gampang ditekuk-tekukFleksibilitas. Kesantunan dibentuk dari kesal ingpengertian yang berasal dari kemahiran berkomunikasi. Dan yang paling p e n t i n g a d a l a h k e m a u a n u n t u k berkomunikasi, juga t idak pi l ih-pi l ih. Kebanyakan orang Jawa memang mudah beradaptasi, mudah mengenal dan mau berkenalan. KSW juga begitu, sejak dulu yang jadi tawaran dalam komunitasnya adalah kultur kejawaan, bukan sekedar perkumpulan orang-orang Jawa, siapa saja bisa bergabung tanpa harus cemas berkepanjangan akan kecanggungan atau keterasingan.

Unen di atas sebagai yang terakhir dari catatan ini, sebab di atas segalanya manusia perlu menjadi manusia seutuhnya. Hubungan yang terjalin tidak hanya diikat dalam kesamaan bahasa, budaya dan bangsa. Namun ke sesama dan setiap Masisir, sesama dan setiap muslim, sesama dan setiap manusia. KSW harus terus membangun, setiap apa yang diperlukan oleh warganya. Terutama kenyamanan, dengan melestarikan kekayaan rasa, membaca s i tuas i dengan rasa, memahami orang-orang dengan rasa, saling mengerti dengan rasa; agar tak lekang oleh waktu. Semoga saja.

*Seorang Perenung

PRESTãSI Edisi Interaktif Spesial HUT KSW ke-27 23

Catatan Pimred 2014

Page 24: PRESTãSI Edisi Interaktif