PRESENTASI KASUS KEJANG DEMAM SEDERHANADisusun Untuk Memenuhi
Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Kedokteran Bagian
Ilmu Kesehatan Anak
Diajukan Kepada : dr. Heru Wahyono Sp.A
Disusun Oleh : Aditia Pria Laksana, S.Ked 20050310121
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK RSUD UNIT SWADAYA KABUPATEN WONOSOBO
2010
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi kasus dengan
judul :
KEJANG DEMAM SEDERHANA
Telah dipresentasikan pada Tanggal : Tempat : RSUD Unit Swadana
Kabupaten Wonosobo
Menyetujui Dosen Pembimbing
(dr. Heru Wahyono, Sp A)
2
KATA PENGANTARAssalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas hidayah, rahmat dan anugerahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan presentasi kasus untuk memenuhi
sebagian syarat mengikuti ujian akhir program pendidikan profesi
kedokteran di bagian Ilmu Kesehatan Anak dengan judul : KEJANG
DEMAM KOMPLEKS Penulisan Presentasi Kasus ini dapat terwujud atas
bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Heru Wahyono, Sp A, selaku
dosen pembimbing dan penguji 2. dr. Ratih Dewanti Sitadewi
Maduseno, Sp A, selaku dosen pembimbing 3. Semua perawat bangsal
anak (Dahlia), Perinatal, ICU dan IGD di RSUD Setjonegoro, wonosobo
4. Semua teman-teman koass periode XXXVIII atas dukungannya Akhir
kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Presentasi Kasus ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik, serta
harapan penulis semoga Presentasi Kasus ini dapat menambah
pengetahuan bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa wabarakatuhu
Wonosobo, Januari 2010
Penulis
3
BAB 1 LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Berat Badan Jenis Kelamin AYAH Nama Umur Pekerjaan
Pendidikan IBU Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Alamat Agama No RM
Tanggal masuk RS
: Evaniya : 3,5 tahun : 8,5 kg : perempuan
: Tri Suparjo : 37 tahun : wiraswasta : SD
: Satiyem : 35 tahun : ibu rumah tangga : SD : Karangayar 7/1
Sukoharjo : Islam : 45 21 08 : 01 Desember 2009
B. ANAMNESIS Alloanamnesa dengan ayah dan ibu pasien pada
tanggal 2 Desember 2009. Keluhan Utama Keluhan Tambahan : kejang :
panas
4
1 HSMRS : Anak kejang >30 menit pagi hari, 1x hanya pada sisi
kiri tubuh, BAB cair 1x, perut kembung. Sebelumnya anak panas 1
minggu, lalu dibawa ibu ke praktek dokter dan diberikan sirup untuk
penurun panas warna ungu rasa anggur yang diminum 4x sehari. Hari
ke 6 panas masih tinggi, dibawa ibu ke dokter lagi dan diberi sirup
turun panas dan CDR tablet perhari. HMRS : Anak kejang lagi pagi
hari >30 menit, 1x hanya pada sisi kiri tubuh. Semalam anak
mengalami keringat malam. Oleh orang tuanya anak dibawa ke RSUD
Wonosobo. Riwayat Penyakit Dahulu : Anak belum pernah kejang
sebelumnya. Anak berusia 1 tahun mengalami batuk > 1 bulan
pengobatan flek secara teratur selama 3 bulan (??) sembuh (??)
berhenti pengobatan. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota
keluarga yang pernah kejang dan menderita TB. Riwayat Kehamilan Ibu
G1P0A0 usia 30 tahun, kontrol kehamilan hanya 1x selama kehamilan
pada usia kehamilan 2 bulan. Ibu mengalami tekanan darah tinggi
selama kehamilan. Riwayat muntah - muntah diawal
kehamilan,perdarahan, trauma, bengkak anggota gerak, dan sakit
selama kehamilan disangkal. Riwayat Persalinan Ibu melahirkan di
RS, cukup bulan (9 bulan), lahir secara SC atas indikasi ibu
hipertensi, BBL 3700 gram, begitu lahir langsung menangis, dan
tidak ada riwayat bayi kuning atau biru, ibu sehat.
5
Riwayat Pasca Persalinan Ibu hanya 1x membawa anaknya ke
posyandu untuk ditimbang dan mengaku telah diimunisasi. Kesimpulan
: Riwayat kehamilan buruk, Riwayat persalinan baik, Pasca
persalinan buruk. Riwayat makanan Asi diberikan sejak lahir sampai
usia 2 tahun, ditambah susu sambung (bendera+dancow plus) diberikan
sejak anak usia 6 bulan. Nasi tim diberikan saat anak usia 9 bulan,
nasi tim diberikan bersama ati, wortel, bayam, tempe, tahu. Anak
makan 2x sehari dan makan selalu habis. Sejak anak usia 3 tahun
mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan dari 12 kg menjadi
8,5 kg anak makan 2x sehari tetapi tidak pernah dihabiskan.
Kesimpulan : Kuantitas dan kualitas makanan buruk Riwayat Vaksinasi
Anak diimunisasi hanya 1x langsung setelah bayi lahir. BCG DPT
Polio Campak Hepatitis B Kesimpulan : (1x) pada umur 0 bulan, di RS
:(-) : (1x) pada umur 0 bulan di RS :(-) : (1x) pada umur 0 bulan
di RS : riwayat vaksinasi tidak lengkap sesuai umur
6
PERKEMBANGAN DAN KEPANDAIAN Motorik kasar berjalan tak jatuh
berlari berdiri dengan 1 kaki Motorik Halus gambar lingkaran gambar
orang Sosial bab/bak teratur ada kehendak bab/bak Bahasa
mengucapkan 2 kata tanpa arti bicara jelas Kesimpulan : usia 9
bulan : usia 16 bulan : usia 36 bulan : perkembangan dan kepandaian
baik : usia 18 bulan : usia 24 bulan : usia 24 bulan : usia 38
bulan : usia 19 bulan : usia 25 bulan : usia 36 bulan
Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Pendapatan keluarga tidak
teratur Rp. 700.000,- setiap bulan, digunakan untuk menghidupi
keluarga yang terdiri ayah, ibu dan 4 anak. Pasien tinggal bersama
orangtuanya, rumah ukuran 6x9 m2. Kamar tidur 2, ruang tamu, dapur.
Dinding dari tembok, lantai semen dan atap asbes. Ventilasi dan
pencahaan cukup. Kamar mandi di belakang rumah, sumber air minum
dari sumur di belakang rumah.
7
Kesimpulan : kesan sosial ekonomi kurang dan lingkungan cukup
Anamnesis Sistem Sistem Cerebrospinal Sistem Kardiovaskuler Sistem
Respiratorius Sistem Gastrointestinal Sistem Urogenital Sistem
Integumentum : pasien dalam keadaan sadar, demam : tidak ada
kelaian : ronkhi basah kasar pada lapangan paru : tidak ada kelaian
: tidak ada keluhan : tidak ada kelaian
Sistem Muskuloskeletal : ekstrimitas kiri parese dengan kekuatan
otot 1, adanya wasting muscle. PEMERIKSAAN FISIK Status
Generalisata Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : compos mentis Vital sign Suhu Nadi RR Status Gizi
Berat badan Tinggi badan : 8,5 kg : 91 cm : 38,7 C : 96x/menit, isi
dan tegangan lemah, teratur : 24x/menit tipe thorakoabdominal
8
BB ideal
: 8,5/14 x 100 = 60,71 %
Berdasarkan CDC tahun 2000 (gizi buruk) Lingkar kepala Lingkar
dada : 49 cm : 52 cm
Ubun- ubun besar sudah menutup Lingkar lengan atas (kiri) : 12
cm Kesimpulan status gizi Pemeriksaan Kepala Kepala Wajah Mata :
Simetris, bentuk mesochepal, rambut hitam diatribusi merata : Pipi
kanan/kiri tidak bengkak dan tidak ada tanda-tanda radang. :
Konjungtiva kanan kiri anemis, sklera tidak ikterik, tidak udem,
tidak hiperemi, dan pupil isokor (+/+) Hidung : Tidak ada deviasi
septum, tidak ada sekret ,tidak ada nafas cuping hidung Mulut :
Tidak sianosis, lidah tidak kotor ,tidak hiperemis, faring tidak
hiperemi, dan bibir tidak kering. Telinga : tidak ada discharge,
pendengaran normal. : gizi buruk
Pemeriksaan Leher Ada pembesaran limfonodi cervikalis kanan dan
kiri Pemeriksaan Khusus Thoraks : dinding dada simetris kanan dan
kiri, tidak ada
ketinggalan gerak saat bernapas.
9
Jantung Inspeksi
: : Bentuk normal, simetris, deformitas (-), ketinggalan gerak
(-), pernafasan thoracoabdominal, jejas (-), retraksi (-), ictus
cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Simetris, ketinggalan gerak (-), nyeri tekan (-), krepitasi
(-), massa (-).
Perkusi
: Lapang paru sonor, Cor redup Batas jantung: Kanan atas Kiri
atas : SIC III LPS dex : SIC III LMC sin
Kanan bawah : SIC V LPS dex Kiri bawah Auskultasi Paru : : SIC V
LMC sin
: S1/S2 reguler, bising (-)
Depan : Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak
ada retraksi Palpasi : vokal premitus kanan = kiri Perkusi : sonor
seluruh lapangan paru Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara
tambahan ronkhi basah Belakang : Inspeksi : simetris, tidak ada
ketinggalan gerak, tidak ada retraksi Palpasi : vokal premitus
kanan = kiri Perkusi : sonor seluruh lapangan paru kasar
10
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi basah
kasar Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Flat/datar, dinding dada //
dinding perut, tidak tampak adanya luka, tidak tampak massa dan
tidak ada sikatrik, tidak tampak hematom. Auskultasi : Peristaltik
(+) normal Perkusi Palpasi : Timpani, hepar lien redup, pekak
beralih tidak ada : Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak
teraba, turgor elastisitas baik Anogenital Perempuan Ekstrimitas:
ekstrimitas kiri parese dengan kekuatan otot 1, adanya wasting
muscle. Meningeal sign : Kaku kuduk (-) Brudzinski 1 (-) Brudzinski
2 (-) Reflek patologis : babinsky (-), Chaddock (-), Oppenheim (-),
Gordon (-), schaeffer (-), Hoffman (-), trommer (-). Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin: WBC RBC 15,21 + 3,89 (4,50
13,00) (3,90 5,30)
11
HGB HCT MCV MCH MCHC
6,4
-
(9,5 14,1) (30,0 40,0) (70 84) (23,0 29,0) (31,0 35,0)
23,84 61 16,5 26,9 -
BBS/LED jam : 19 mm/l BBS/LED 1 jam : 45 mm/l Golda Kimia Darah
SGOT SGPT : 59 u/l + : 90 u/l + 5 40 5 - 35 :B
Rencana Pemeriksaan Lanjutan : Lumbal pungsi EEG Pemeriksaan
darah rutin dan elektrolit Foto thoraks DIAGNOSIS BANDING 1. Kejang
Demam Kompleks 2. Kejang Demam Sederhana 3. Bronkopneumonia 4.
Anemi Defisiensi Nutrisi 5. PEM RENCANA TERAPI O2 1L/menit Stesolid
perektal Dosis < 10 kg : 5 mg, > 10 kg : 10 mg
12
Dosis yang dibutuhkan : 5 mg Bila serangan kembali, berikan
diazepam iv 0,3 - 0,5 mg/kgBB dengan perlahan dalam waktu 5 menit.
Dosis yang dibutuhkan diazepam iv 2,4 - 4 mg. Bila kejang lagi
pasien dipindahkan ke PICU kemudian diberikan midazolam dosis 0,2
mg/kgBB/kali pemberian secara iv lambat Dosis yang dibutuhkan 1,6
mg/kali pemberian secara iv lambat (5-10 menit) Bila kejang lagi
berikan fenitoin bolus iv 10 20 mg/kgBB dicampur Nacl 0,9% 50 cc
menggunakan syringe pump diberikan dalam waktu 20 menit. Dosis yang
dibutuhkan fenitoin bolus iv 80 mg+Nacl 0,9% 50 cc. Untuk terapi
maintenance digunakan luminal pulv 40 mg/hari dalam 2x pemberian.
Medikamentosa : Cefotaxime inj 100 200 mg/kgBB diberikan 3-4 kali
pemberian Dosis yang dibutuhkan 3 x 300 mg iv Dexamethason inj
Personde : Paracetamol sirup 10 -15 mg/kg BB/ kali Dosis yang
dibutuhkan 3 x 120 mg Luminal 5 mg/kgBB/kali Dosis yang dibutuhkan
2 x 20 mg Vical Cairan : Kaen 3B, < 10 kg : 100cc/kgBB Dosis
yang dibutuhkan 900 cc/ 24 jam 2 x 1 cth 15 ml 3 x 5 mg iv
13
Aminofusin 90 cc/ 24 jam Dietika Edukasi : modisko : Cegah anak
agar jangan sampai panas lagi. Anak diberi makan sedikit-sedikit
tapi sering dengan nutrisi imbang.
PROGNOSIS que et vitam que et sanam que et fungsional : dubia et
bonam bila kejang tidak berulang : dubia et bonam bila segera
diatasi kejangnya : dubia et bonam
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM A. Definisi Kejang demam adalah kejang yang
berhubungan dengan demam (suhu di atas 38,40C per rektal) tanpa
adanya infeksi saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi
pada anak di atas usia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.1 B. Klasifikasi - Kejang demam sederhana : Kejang
bersifat umum, singkat, tidak lebih dari 15menit, hanya terjadi
sekali dalam 24 jam. - Kejang demam komplek : Kejang bersifat
fokal/multipel, berlangsung lebih dari 15 menit.Kejang berulang
dalam 24 jam.1 C. Etiologi a. Demam itu sendiri. Demam yang
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. b. Efek
produk toksik daripada mikroorganisme. c. Respon alergik atau
keadaan umum yang abnormal oleh infeksi. d. Perubahan keseimbangan
cairan dan elektrolit. e. Ensefalitis viral (radang otak akibat
virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik
sepintas.
15
Infeksi bakteri Virus dan parasit
Rangsang mekanik dan biokimia. Gangguan keseimbangan
cairan&elektrolit
Reaksi inflamasi
Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
Proses demam Ketidakseimbangan Hipertermia potensial membran ATP
ASE Resiko kejang berulang difusi Na+ dan K+ kelainan neurologis
perinatal/prenatal
Pengobatan perawatan Kondisi, prognosis, lanjut Dan diit KEJANG
resiko cedera
Kurang informasi, kondisi Prognosis/pengobatan Dan perawatan
kurang dari 15 menit
lebih dari 15 menit
perubahan suplay Tidak menimbulkan Darah ke otak
Kurang pengetahuan/
gejala sisa
16
Inefektif Penatalaksanaan kejang Cemas Cemas Resiko kerusakan
sel neuron otak
Perfusi
jaringan
cerebral
tidak efektif 2 D. Diagnosis Anamnesis Umur pasien untuk
membedakan apakah kejang demam sederhana atau epilepsi yang
dibangkitkan serangannya oleh demam. Frekuensi kejang untuk
diagnosis dan tatalaksana kejang. Ditanyakan kapan kejang terjadi,
bila sudah pernah berapa kali dan waktu anak berumur berapa. Sifat
kejang apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Lama
serangan kejang interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu
kejang dan pasca kejang. Gejala lain yang menyertai demam, muntah,
lumpuh, penurunan kesadaran atau kemunduran kepandaian.17
Riwayat kejang pada keluarga Riwayat epilepsi pada keluarga 3 E.
Pemeriksaan Fisik Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau
mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun ubun
besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian
tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan
sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran
menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau
fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat
anestesi pada ibu. 3 Meningeal sign : Kaku kuduk Brudzinski 1 dan
2
Reflek patologis : reflek babinski reflek oppenheim reflek
hoffman reflek klonus pergelangan kaki reflek patela
Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya
sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia
otak.
18
Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma, berlanjut dengan
hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi,
reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis
flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.1 F.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah tepi lengkap dan elektrolik
Pemeriksaan EEG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia dan
menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan
prognosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar
belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau
dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis
yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan
perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk
menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang
tidak dapat meramalkan prognosis. Pemeriksaan pungsi lumbal untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. bayi 18 bulan
umumnya gejala meningitis sudah terlihat dg jelas. Bila pasti bukan
meningitis, lumbal pungsi tidak dianjurkan.1
G. Penatalaksanaan
1. Segera diberikan diezepam intravena atau diazepam rektal
dosis rata-rata 0,3mg/kgBB dosis < 10 kg = 5mg rektiol >
10 kg = 10 mg rektiol
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulangi dengan
dosis/cara yang sama Kejang berhenti berikan dosis awal fenobaritol
neonatus = 30 mg IM 1 bln-1 thn = 50 mg IM >1 thn = 75 mg IM
Pengobatan rumat
4 jam kemudian Hari I+II = fenobarital 8-10 mg/kgBB dibagi dlm 2
dosis
Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kgBB dibagi dlm 2 dosis 2.
Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.
20
3. Pengobatan rumat a. Setelah kejang diatasi harus disusul
dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim penderita ke rumah
sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini
dibagi atas dua bagian, yaitu: Profilaksis intermitten Untuk
mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang
demam sederhana diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipiretika yang harus diberikan kepada anak yang bila menderita
demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan
dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping paling sedikit
dibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya. Obat yang kini
ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang
demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal maupun oral pada
waktu anak mulai terasa panas. Profilaksis intermitten ini
sebaiknya diberikan sampai
kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat
kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis
teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk
mencegah terulangnya kejang di kemudian hari. Obat yang dipakai
untuk profilaksis jangka panjang ialah:
21
1) Fenobarbital Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari
pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak
menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang
gangguan kognitif atau fungsi luhur. 2) Sodium valproat / asam
valproat Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan
fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar,
pancreatitis. 3) Fenitoin Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah
menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti
fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian
antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan
sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan
pemberian antikonvulsi kelak harus perlahanlahan dengan jalan
mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan. 4) Mencari dan mengobati
penyebab Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks
biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk
mengobati infeksi tersebut.
22
Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang untuk
pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal
ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya
meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama,
pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan
pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium,
magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.1 H.
Komplikasi Kerusakanotak Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik
neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang
mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion
kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible. Retardasi mental Dapat terjadi karena deficit
neurolgis pada demam neonatus. 1
23
DAFTAR PUSTAKA 1. Hassan, Rusepna Dr. Ilmu Kesehatan Anak UI
Jilid 2. 1985. Infomedika. Jakarta. 2. Kejang Pada Anak.
www.google.com 3. Latif, Abdul, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak.
2003. Jakarta. Sagung Seto.
24