PRESENTASI KASUS HALAMAN JUDUL DIABETES MELLITUS TIPE II TERKONTROL DENGAN ATHEROSKLEROSIS PADA PRIA LANSIA DISERTAI KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNYA SERTA KURANGNYA KESADARAN UNTUK MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK SECARA TERATUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kotagede II Yogyakarta Diajukan Oleh : Yurni Dwi Astuti 20100310008 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRESENTASI KASUS
HALAMAN JUDUL
DIABETES MELLITUS TIPE II TERKONTROL DENGAN ATHEROSKLEROSIS PADA PRIA LANSIA DISERTAI KEKHAWATIRAN TERHADAP PENYAKITNYA SERTA KURANGNYA KESADARAN UNTUK MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK
SECARA TERATUR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
di Puskesmas Kotagede II Yogyakarta
Diajukan Oleh :
Yurni Dwi Astuti
20100310008
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus bagian Ilmu Kedokteran Keluarga yang
berjudul Diabetes Mellitus Tipe II Terkontrol dengan Atherosklerosis pada Pria Lansia
Disertai Kurangnya Kesadaran untuk Melakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur. Penulis
menyadari selesainya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Rina Retnowati, selaku Kepala Puskesmas Kotagede II Yogyakarta
2. dr. Sita Andiastuti, selaku dokter pembimbing puskesmas
3. dr. Kusbaryanto, M. Kes selaku dosen pembimbing universitas
4. dr. Dyah, dr. Atika, serta seluruh staf dan karyawan Puskesmas Kotagede II
5. Semua pihak yang telah mendukung penulisan laporan ini
Dalam penulisan laporan ini penulis masih memiliki banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat
Diabetes Mellitus Tipe II dengan Riwayat Aterosklerosis.
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
11
Metformin 500 mg 2x1 setelah makan diminum selama 2 minggu, kemudian pasien
kontrol kembali ke puskesmas
Vitamin B-complex 1x1 diminum pagi hari
2. Non Farmakologi
a. Edukasi, meliputi :
Definisi, faktor risiko, komplikasi dari Diabetes Mellitus tipe 2.
Modifikasi gaya hidup sehat yaitu, diet sesuai 3 J yaitu Jadwal makan,
jenis makanan, jumlah makanan, cukup Istirahat, olahraga 30 menit setiap
3-4 kali seminggu dengan metode “CRIPE”, lakukan senam kaki DM.
G. SARAN
Pada pasien ini memiliki riwayat aterosklerosis, dapat dilakukan pemeriksaan
kolesterol total dan trigliserid di puskesmas. Dapat dilakukan kolaborasi dengan bagian
gizi dan bagian psikolog untuk mengatasi masalah pasien.
12
BAB III
ANALISIS KASUS
A. HOME VISITE
1. Anamnesis Illnesa. Perasaan
Saat didiagnosis diabetes mellitus tipe 2 dan memiliki masalah
penyumbatan pembuluh darah menuju ke jantung pasien merasa sangat
khawatir apabila harus mengkonsumsi obat seumur hidup dan
komplikasi yang akan pasien alami.
b. Ide/pemikiran
Pasien mengatakan karena waktu muda memiliki gaya hidup yang
tidak sehat, maka dari itu pasien mengalami penyakit-penyakit yang
pasien derita sekarang.
c. Harapan
Pasien mengatakan agar penyakit yang diderita tidak semakin parah
dan berlanjut mengalami komplikasi, pasien memiliki harapan dengan
merubah pola gaya hidup, rajin memeriksakan diri ke dokter dan
mengkonsumsi obat secara rutin penyakit yang dialaminya bisa
terkontrol dengan baik.
13
d. Efek terhadap fungsi
Pasien mengatakan sudah sedikit menerima kondisinya namun akibat
dari penyakit yang dideritanya pasien mengatakan aktivitasnya
menjadi terbatas karena merasa mudah lelah.
2. Denah Rumah
Rumah pasien berada di daerah pemukiman padat penduduk di tengah kota. Alamat
rumah pasien di Umbulharjo 5 No. 1 Rt. 030 Rw. 008. Rumah pasien memiliki
ukuran 12 m x 10 m. Memiliki teras kecil paada bagian depan dan samping rumah, 1
ruang tamu , 1 ruang keluarga, 4 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Bangunan
permanen, berlantai keramik, tembok terbuat dari batako, sudah diplester dan diberi
cat tembok. Atap rumah terbuat dari genting. Terdapat jendela dan ventilasi yang
14
U
12 m
10 m
cukup. Lebar jalan di depan rumah dapat dilalui 1 buah mobil. Ruangan terkesan
cukup bersih namun berantakan.
3. GenogramKeluarga Bapak AP
24 November 2015
Keterangan :
: :
: :
: :
15
Laki-laki
Perempuan Stroke
Tinggal dalam satu rumah
Meninggal Pasien
4. Family Map
Keterangan :
: Hubungan Fungsional
5. Bentuk Keluarga
Berdasarkan Goldenberg (1980), bentuk keluarga ini adalah nuclear
family (keluarga inti) yang terdiri ayah, ibu dan anak.
6. Family Life Cycle
Menurut Carter dan McGoldrick (1989) keluarga ini masuk dalam
tahapan kelima yaitu family as launching children and moving on
(keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga).
16
7. Family APGAR
17
KRITERIA PERTANYAAN ResponsHampir selalu
Kadang Hampir Tidak Pernah
Adaptasi Saya puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya.
√
Kemitraan Saya puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
√
Pertumbuhan Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki.
√
Kasih Sayang Saya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga.
√
Kebersamaan Saya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan.
√
TOTAL 8Skoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0Total skor8-10 = fungsi keluarga sehat.4-7 = fungsi keluarga kurang sehat (disfungsi sedang).0-3 = fungsi keluarga sakit (disfungsi berat).Dari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 8 , ini menunjukan fungsi keluarga sehat
8. Family SCREEM
8. Family SCREEM
18
9. Family Life Line
Tahun Usia (Tahun)
Live Event/Crisis Severity of Illness
1977 25Pasien menikah dengan
istri
1980 28Pasien memilih pindah
dari Kalimantan ke jogjakarta
Stressor psikologis
1995 43Pasien mencoba berhenti
merokok
2007 55Pasien dirawat di rumah
sakit di ruang ICU karena serangan jantung
Stressor psikologis
2007 55 Pasien didiagnosa Stressor psikologis
19
ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGISosial Hubungan dengan istri sangat
baik, istri memberikan motivasi tinggi agar pasien selalu bersemangat.
Membatasi aktivitas karena pasien mudah merasa lelah
Kultural Pasien memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan
Religi Pasien taat beribadah, rajin berdoa dan percaya pada Allah sebagai penyembuhnya.
Ekonomi Pasien sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan memiliki sampingan sebagai ahli fisioterapi di SLB. Istri memiliki usaha menyediakan kain penghias peti mati.
Pendidikan Pasien merupakan lulusan sarjana muda (diploma) dan pernah bekerja sebagai PNS
Kesehatan Akses pasien ke pelayanan kesehatan terjangkau. Pasien memiliki jaminan kesehatan berupa BPJS.
penyakit diabetes mellitus tipe II
2007 55
Pasien pensiun
2009 57
Anak ke-2 pasien menikah dan
meninggalkan rumah
10. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
20
No Kriteria yang dinilai Jawaban
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tidak dinilai
2. Memberi ASI ekslusif. Tidak dinilai
3. Menimbang balita setiap bulan. Tidak dinilai
4. Menggunakan air bersih. Ya
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya
6. Menggunakan jamban sehat. Ya
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Ya
8. Makan buah dan sayur setiap hari. Tidak
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tidak
10. Tidak merokok di dalam rumah. Ya
PHBS terpenuhi apabila seluruh indikator terpenuhi. Pada kasus ini pasien tidak
memenuhi 2 kriteria, maka pasien tidak ber-PHBS.
B. ANALISIS KASUS
Pasien datang ke Puskesmas Kotagede II dengan keluhan untuk kontrol rutin
penyakit diabetes mellitus. Pasien mengaku tidak ada keluhan lain. Namun sejak pasien
mengalami sakit tersebut pasien membatasi aktivitas sehingga lebih banyak dirumah.
Pasien jarang melakukan aktivitas fisik dan tidak suka mengkonsumsi sayuran. Pada
waktu muda pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang perokok berat dan sering
mengkonsumsi minuman beralkohol. Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
sejak bulan November 2007. Pada pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 120/80
mmHg serta pemeriksaan fisik dalam batas normal. Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka pasien didiagnosis dengan Diabetes
Mellitus tipe II dengan Aterosklerosis. Telah dilakukan pemeriksaan antropometri
dengan hasil berat badan 60 kg dan tinggi badan 165 cm. Hasil perhitungan Indeks Massa
Tubuh (IMT) adalah 22.03. Interpretasi dari IMT adalah normal (WHO,200).
21
Pada hasil home visit yang telah dilakukan, pasien memiliki 4 orang anak, satu
sudah berkeluarga dan ketiga anak pasien masih tinggal satu rumah bersama pasien.
Kesehariannya pasien sebagai ahli fisioterapi di SLB dan merupakan pensiunan Pegawai
Negeri Sipil. Dari hasil penilaian family assessment tools, pasien tinggal bersama istri dan
ketiga anaknya dalam satu rumah. Hubungan pasien dengan semua anggota keluarganya
baik. Keluarga pasien termasuk kedalam keluarga yang memiliki fungsi keluarga sehat.
Penilaian dari rumah pasien adalah sedang. Hal ini dikarenakan pasien tinggal di
perkampungan padat penduduk. Hasil pemeriksaan indikator PHBS pada pasien tersebut
tidak terpenuhi.
C. DIAGNOSTIK HOLISTIK
Diabetes mellitus tipe II terkontrol dengan riwayat aterosklerosis pada pria lanjut
usia disertai kekhawatiran terhadap penyakitnya serta kurangnya kesadaran untuk
melakukan aktivitas fisik secara teratur.
D. MANAJEMEN KOMPREHENSIF
Penanganan komprehensif pada pasien ini perlu dilakukan. Penanganannya
berupa :
1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan keluarga (minimal melibatkan 1 orang anggota
keluarga) tentang :
Gambaran bahwa DM merupakan penyakit kronik yang tidak dapat
sembuh tetapi dapat dikendalikan, dan hal ini tergantung dari perilaku
pasien sendiri.
22
Mengenai penyebab, faktor risiko, komplikasi, dan pengelolaan penyakit
DM.
Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan diabetes mellitus
yaitu makan dengan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, pola istirahat
cukup, dan stress manajemen yang baik.
Dapat melakukan senam kaki untuk segera mengindetifikasi apabila
pasien mengalami luka yang tidak kunjung sembuh.
2. Preventif
Menerapkan pola makan dengan prinsip 3 J (Jadwal, Jenis, dan Jumlah)
untuk diabetes mellitus.
Melakukan aktifitas fisik secara teratur 3-4x/minggu selama 30-40 menit
secara rutin.
Istirahat cukup minimal 6-8 jam /hari.
Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
Melakukan kontrol rutin ke dokter untuk penyakitnya tiap 10 hari atau 2
minggu sekali.
Monitoring kadar gula darah minimal 1 bulan sekali, serta profil lemak.
Melakukan senam diabetes tiap hari.
Skrining anggota keluarga untuk penyakit DM.
Mendapatkan konseling CEA untuk mengatasi kekhawatiran dan
pengetahuan yang kurang tentang penyakit DM dan hipertensi.
Melakukan perilaku hidup sehat dan bersih
3. Kuratif
23
Berdasarkan PERKENI 2011, pengendalian kadar glukosa darah dapat
memakai kombinasi 2 obat anti hiperglikemi oral dimulai dari dosis rendah yaitu
Metformin 500 mg per 12 jam saat makan dan Glimepirid 1 mg per 24 jam
sebelum makan.
4. Rehabilitatif
Pada pasien ini belum diperlukan.
5. Paliatif
Pada pasien ini belum diperlukan
24
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresiinsulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik
dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan gangguan fungsi insulin. (Sudoyo et.al 2006).
B. DIAGNOSIS
Menurut Perkeni (2011) Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat
keluhan klasik DM seperti di bawah ini:
a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi
ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:
25
a. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200
mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
c. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa
lebih sensitif dan spesiikdibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaanini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan
berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan
persiapan khusus.
Gambar 1. Kriteria diagnostik Diabetes Mellitus (Perkeni,2011).
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010 (ADA
2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM DM
tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.
Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat
26
ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus Tipe II atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh
karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi
relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin
pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe
ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi
yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan
glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik
lain.
27
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita
DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap
dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.
D. PENATALAKSANAAN
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan
sebagian besar mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe-2
memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko
kardiovaskular. Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe II di Indonesia
2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan
DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang
memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya edukasi
dilakukan secara komphrehensif dan berupaya meningkatkan motivasi pasien
untuk memiliki perilaku sehat.1,8 Tujuan dari edukasi diabetes adalah
mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami
penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang
mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan
dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan
kesehatan yang diperlukan. Edukasi pada penyandang diabetes meliputi