BAYI BERAT LAHIR RENDAH(BBLR)
DefinisiBayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi, yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) .(Pudjiadi, dkk., 2010).
Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR
(Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Menurut berat lahir1. Bayi
berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2499 gram.2. Bayi
berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499
gram.3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram. b. Menurut masa gestasinya 1.
Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).2. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Gambar 1. Klasifikasi neonatus berdasarkan berat lahir dan usia
kehamilan.
Faktor ResikoBeberapa penyebab dari bayi dengan berat badan
lahir rendah, yaitu :a. Faktor ibu 1. Penyakit Mengalami komplikasi
kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. Menderita penyakit seperti
malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH,
penyakit jantung. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alcohol.2.
Ibu Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Jarak kelahiran yang
terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). Mempunyai riwayat
BBLR sebelumnya. 3. Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi pada
golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi
dan pengawasan antenatal yang kurang. b. Faktor janin Faktor janin
meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. c.
Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
BBLR tipe prematur disebabkan oleh :1. Berat badan ibu yang
rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar.2. Pernah
melahirkan bayi prematur sebelumnya.3. Cervical incompetence (mulut
rahim yang lemah tidak mampu menahan berat bayi dalam rahim).4.
Perdarahan sebelum atau saat persalinan (HAP).5. Ibu hamil sedang
sakit.6. Idiopatik.
Manifestasi klinis BBLRSecara umum gambaran klinis bayi BBLR
adalah sebagai berikut (Manuaba, 2010) :1. Berat kurang dari 2.500
gram.2. Panjang kurang dari 45 cm.3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
dan lingkar kepala kurang dari 33 cm.4. Umur kehamilan kurang dari
37 minggu.5. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
berkurang.6. Otot hipotonik lemah dan pernapasan tidak teratur
dapat menyebabkan apnu.7. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut
fleksi.8. Pernapasan 40 50 kali/menit dan nadi 100 140
kali/menit.
Diagnosis a. AnamnesisDari anamnesis dapat ditanyakan riwayat
kehamilan dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dengan
terjadinya BBLR seperti umur ibu dan riwayat kehamilan yang lainnya
yang berhubungan.b. Pemeriksaan fisikYang dapat dijumpai pada
pemeriksaan fisik antara lain (Usman, 2008 ; Depkes RI 2008) :
Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33
cm. Kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh
sedikit. Tulang rawan telinga masih lunak, karena belum terbentuk
sempurna. Jringan payudara belum terlihat, biasanya hanya titik.
Genitalia perempuan : labia mayora belum menutupi labia minora.
Rajah pada 1/3 anterior telapak kaki. Pemeriksaan maturitas bayi
dengan menggunakan skor Ballard.
Komplikasi BBLR1. Gangguan pernapasana. Sindroma gangguan
pernapasan Sindroma gangguan pernapasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur sistem pernapasan atau tidak adekuatnya
surfaktan pada paru paru. Surfaktan adalah zat endogen yang terdiri
dari fosfolipid, neutral lipid dan protein yang membentuk lapisan
diantara permukaan alveolar dan mengurangi kolaps alveolar dengan
cara menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli (Usman, 2008).
Secara garis besar, penyebab sesak napas pada neonatus dapat dibagi
menjadi dua, yaitu kelainan medik seperti hialin membran disease,
aspirasi mekoneum, pneumonia, dan kelainan bedah seperti choana
atresia, fistula trachea oesophagus, empisema lobaris
kongenital.
b. AsfiksiaTerlampir dalam pebahasan selanjutnya.
2. Gangguan metabolika. HipotermiaBayi prematur dan BBLR akan
dengan cepat kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolisme yang rendah dan luas permukaan tubuh yang relatif luas
dan lemak yang masih sedikit (Depkes,2008 ; Manuaba, 2010).b.
HipoglikemiaGlukosa berfungsi sebagai makanan otak. Pada tahun
pertama kelahiran, pertumbuhan otak sangat cepat sehingga sebagian
besar glukosa dalam darah digunakan untuk metabolisme di otak. Jika
asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan di masa depan. Pada bayi BBLR, hipoglikemia
terjadi karena cadangan glukosa yang rendah dan aktivitas hormonal
untuk glukoneogenesis yang belum sempurna (Kliegman et el, 2007).c.
Masalah pemberian ASIMasalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena
ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang energi, lemah, dan lambungnya
kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR membutuhkan
pemberian ASI dalam jumlah yangnsedikit tetapi sering. Bayi BBLR
dengan kehamilan 35 minggu dan berat lahir 2.000 gram umumnya bisa
langsung menyusui (Depkes RI, 2008).
3. Gangguan imunitasa. Gangguan imunologikDaya tahan tubh
berkurang karena rendahnya kadar Imunoglobulin G (IgG) maupun gama
globulin. IgG pada saat awal kelahiran sebagian besar didapat dari
ibu dimulai sekitar minggu ke-16 dan paling tinggi empat minggu
sebelum kelahiran. Dengan demikian, bayi BBLR relatif kurang
mendapat dan membentuk antibodi, dan daya fagositosis terhadap
infeksi kurang baik (Cunningham et al., 2005 ; Proverawati,
2010).b. IkterusIkterus adalah menjadi kuningnya warna kulit,
selaput lendir, dan berbagai jaringan karena tingginya zat warna
empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering ditemukan
pada bayi baru lahir. Biasanya bersifat fisiologis, tetapi dapat
juga patologis dikarenakan fungsi hati yang belum matang (imatur),
menyebabkan gangguan pemecahan bilirubin dan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Bayi yang mengalami ikterus patologis
memerlukan tindakan dan penanganan lebih lanjut. Ikterus yang
patologis ditandai sebagai berikut (Manuaba, 2010) : Kuningnnya
timbul 24 jam pertama setelah lahir. Jjika dalam sehari kadar
bilirubin meningkat progresif. Jika bayi tampak tidak aktif, tidak
mau menyusu. Cenderung banyak tidur disertai suhu tubuh yang
mungkin meningkat atau menurun. Air kencing gelap seperti teh.
4. Gangguan sistem peredaran daraha. Masalah
perdarahanPerdarahan pada neonatus dapat disebabkan oleh kekurangan
faktor pembekuan darah yang abnormal karena imaturitas sel. Sebagai
tindakan pencegahan terhadap perdarahan otak dan saluran cerna,
pada bayi BBLR diberikan injeksi vitamin K yang sangat penting
dalam mekanisme pembekuan darah normal (Depkes RI, 2008).
b. AnemiaAnemia fisiologis pada bayi BBLR disebabkan oleh
supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi janin sedikit,
serta bertambah besarnya volume darah akibat pertumbuhan yang lebih
cepat (Cunningham et al., 2005).c. Gangguan jantungPersistent
ductus arteriosus (PDA) biasanya terjadi dalam beberapa minggu atau
bulan kelahiran. PDA yang menetap sampai usia 3 hari biasanya
terjadi pada BBLR, terutama pada bayi dengan penyakit membran
hialin.d. Gangguan pada otakIntraventricular hemorrhage, perdarahan
intrakranial pada neonatus. Bayi mengalami masalah neurologis,
seperti gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy), keterlambatan
perkembangan, dan kejang (Cunningham et el., 2005).
5. Gangguan cairan dan elektrolita. Gangguan eliminasiKerja
ginjal yang masih belum matang, kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air masih belum sempurna, ginjal imatur baik secara
anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea
clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh
dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan
asidosis metabolik (Kliegman et al., 2007).b. Distensi
abdomenTerjadi akibat motilitas usus berkurang, volume lambung
kecil sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak berkurang. Kerja sfingter
gastroesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi
(Proverawati, 2010).c. Gangguan pencernaanDisebabkan oleh saluran
pencernaan dan aktivitas otot pencernaan masih belum sempurna.d.
Gangguan elektrolitCairan yang diperlukan tergantung dari masa
gestasi, keadaan lingkungan, dan penyakit bayi.Penatalaksanaan BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress
fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi
(Wong, 2008; Pillitteri, 2003) : a. Dukungan respirasi Tujuan
primer adalah mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi
memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau
tanpa penanganan suportif diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan
dan periodik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan
pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring
untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena
posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian
oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity. b. Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada
BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan
eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang
melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi
harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang
diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran
36,5C 37,5C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral
bagi bayi adalah 36,7C 37,3C.Menghangatkan dan mempertahankan suhu
tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim
Sholeh, 2005) : 1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan
kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan
oleh orang lain sebagai penggantinya. 2) Pemancar pemanas 3)
Ruangan yang hangat 4) Inkubator c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada
bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat
rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah infeksi antara lain : 1. Semua orang yang akan mengadakan
kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu. 2.
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.3.
Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau
disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun
sarung tangan untuk mencegah penularan. d. Hidrasi Bayi resiko
tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih
tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan
kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan. e. Nutrisi Nutrisi yang optimal sangat
kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti
dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal,
dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi
bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral
atau dengan kombinasi keduanya.Bayi preterm menuntut waktu yang
lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan dibandingkan bayi
cukup bulan. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang
kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas
lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi
abdomen yang dapat mempengaruhi pernapasan.f. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang
diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual.
Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang
bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara
yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara
dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan
suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut
punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea. g. Dukungan dan
Keterlibatan Keluarga Orang tua biasanya memiliki kecemasan
terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan
khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain
cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi
bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar,
tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat dapat membantu
keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional, antara
lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,
menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat
dilakukan melalui metode kanguru karena melalui kontak kulit antara
bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya
diri dalam merawat bayinya
ASFIKSIA NEONATORUMDefinisiAsfiksia neonatorum adalah kegagalan
napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis. (IDAI, 2012)Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. (WHO)Menurut AAP
dan ACOG (2004), asfiksia perinatal pada seorang bayi menunjukkan
karakteristik sebagai berikut :a. Asidemia metabolik atau campuran
(metabolik dan respiratorik) yang jelas, yaitu PH 18 jam sebelum
persalinan).
Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, tiroid, atau kealinan
neurologi. Partus lama (> 24 jam).
Polihidramnion. Kala dua lama (>2 jam).
Oligohidramnion. Makrosomia.
Ketuban pecah dini. Bradikardi janin persisten.
Hidrops fetalis. Frekuensi jantung janin yang tidak
beraturan.
Kehamilan lewat waktu. Penggunaan anestesi umum.
Kehamilan ganda. Hiperstimulus uterus.
Berat janin tidak sesuai masa kehamilan. Penggunaan obat
narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.
Terapi obat seperti magnesium karbonat, beta blocker. Air
ketuban bercampur mekoneum.
Ibu pengguna obat bius. Prolaps tali pusat.
Malformasi atau anoali janin. Solusio Plasenta.
Berkurangnya gerakan janin. Plasenta previa.
Berkurangnya gerakan janin. Perdarahan intrapartum.
Tanpa pemeriksaan antenatal.
Usia 35 tahun.
Patofisiologia. Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah
lahirSebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber
oksigen atau jalan untuk mengeluarkan karbon dioksida. Pembuluh
arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan konstriksi
sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah
dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi
pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh
yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk
ke aorta.Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru
sebagai sumber utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan
diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi udara.
Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.Arteri dan vena umbilikalis
akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta
dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan
peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan
mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah
bekurang. Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah
sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah
dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran darah paru meningkat
sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan
darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung
kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada
kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk
menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen
meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus
mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus
sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk
dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.Pada akhir masa transisi
normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya untuk
mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam
akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan
paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada
saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi
akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
b. Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi
normalBayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke
dalam paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari
alveoli ke jaringan insterstitial di paru sehingga oksigen dapat
dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol
berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah
arteri sistemik tidak mendapat oksigen.Pada saat pasokan oksigen
berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti
usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke
jantung dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan
pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong
kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika
kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi
miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
irreversible, kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan
bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih
tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan
oksigen pada otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena
otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung)
karena kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan
darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke
plasenta sebelum dan selama proses persalinan, takipnu (pernapasan
cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru dan sianosis
karena kekurangan oksigen di dalam darah.
Gambaran KlinisSecara klinis, bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia akan menunjukkan gejala:1) Pernafasan terganggu (distress
pernafasan)2) Bradikardi3) Reflex lemah4) Tonus otot menurun5)
Warna kulit biru atau pucat
Diagnosis Penegakan diagnosis dapat ditegakkan melalui beberapa
cara, yaitu:a. Anamnesis Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor
risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum, baik factor
antepartum mautpun faktor intrapartum. Anamnesis yang kuat dan
menunjukkan tanda-tanda asfiksia neonatus ini dapat membantu
menegakkan diagnosis.b. Pemeriksaan fisikAsfiksia dapat terjadi
selama periode intrauterine atau antepartum, durante partum maupun
post partum. Bila bayi mengalami asfiksia intrauterine berarti ia
mengalami kejadian gawat janin atau fetal distress. Penegakan
diagnosis asfiksia durante atau postpartum dapat ditegakkan dengan
menentukan nilai APGAR score pada menit 1, 5, 10, dan 15.Cara
menentukan skor APGAR :1. Bayi baru lahir diletakkan di bawah
radiant heater2. Pemeriksaan dilakukan pada menit pertama dan
kelima setelah lahir3. Bila penilaian menit ke-5 55 mm H2 pH <
7,30 Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif,
pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi,
berupa :1. Darah perifer lengkap1) Analisa gas darah sesudah
lahir2) Gula darah sewaktu3) Elektrolit darah (kalsium, Natrium,
Kalium)4) BUN/SC5) Laktat6) Pemeriksaan thorax foto dan BOF tiga
posisi7) Pemeriksaan USG kepala8) Pemeriksaan EEG 9) CT scan
kepala
TatalaksanaPrinsip tatalaksana bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia meliputi :1) Segera dilakukan sesudah bayi lahir2)
Intervensi harus cepat, tepat, jangan sampai terlambat (jangan
menunggu hasil penilaian APGAR menit 1)3) Pada dasarnya pada setiap
bayi baru lahir kita harus melakukan penilaian terhadap 5 hal :
Apakah air ketuban tanpa meconium? Apakah bayi bernapas atau
menangis? Apakah tonus otot baik? Apakah warna kulit merah muda?
Apakah bayi cukup bulan?Bila semua jawaban ya maka bayi dapat
langsung dimasukkan dalam prosedur perawatan rutin dan tidak
dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di dada ibunya
dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila
terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi
memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini
secara berurutan : 1. Langkah awal dalam stabilisasi a. Memberikan
kehangatan Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant
warmer) dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh
bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. Bayi dengan BBLR
memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat
perlakuan khusus. Beberapa kepustakaan merekomendasikan pemberian
teknik penghangatan tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus
dan meletakkan bayi dibawah pemancar panas pada bayi kurang bulan
dan BBLR. Alat lain yang bisa digunakan adalah alas penghangat. b.
Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya Bayi
diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis
lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah
posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup
dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal.c. Membersihkan jalan
napas sesuai keperluan Aspirasi mekoneum saat proses persalinan
dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan
obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan
melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya bahu (intrapartum
suctioning), namun bukti penelitian dari beberapa senter
menunjukkan bahwa cara ini tidak menunjukkan efek yang bermakna
dalam mencegah aspirasi mekonium.Cara yang tepat untuk membersihkan
jalan napas adalah bergantung pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya
mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak
bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan
frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom
aspirasi mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah
pemasangan laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam trakea,
kemudian dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan daerah
mulut, faring dan trakea sampai glotis. Bila terdapat mekoneum
dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret
dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.d.
Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi
yang benar. Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret,
dan mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk
memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan
sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka
perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil
telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau
ekstremitas bayi.2. Ventilasi tekanan positif 3. Kompresi dada 4.
Pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume
expander)
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori
berikutnya ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara
simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu
untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali,
dan putuskan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya (bagan.2).
Bagan 2. Diagram alur resusitasi neonatus
5. Penilaian Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk
menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan. Tanda vital yang
perlu dinilai adalah sebagai berikut: a. Pernapasan :Resusitasi
berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan
dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. b. Frekuensi
jantung : Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan
bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop.c. Warna kulit : Bayi
seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah
frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada
sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang
berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling
cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis
akral tanpa sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen
rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Hanya
sianosis sentral yang memerlukan intervensi.
Terapi medikamentosa :1. Epinefrin :Indikasi : Denyut jantung
bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan pemijatan dada . AsistolikDosis : 0,1-0,3 ml/kg BB
dalam larutan 1 : 10.000(0,01 mg-0,03 mg/kgBB)Cara : IV atau
endotrakeal Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.2. Volume
ekspander :Indikasi : Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi
mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada
resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl0,9%, Ringer Laktat).
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB . IV pelan selama 5-10 menit.
Dapat diulang sampai menunjukkan respon klini3. Natrium bikarbonat
:Indikasi : Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang
mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi
sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik
dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas
darahdan kimiawi.Dosis : 1-2 mEq/kg BBatau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau
1ml/kg bb(8,4%).Cara : Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose
5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal
2 menit.Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan
CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.4. Nalokson
: Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresipernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi
harus adekuat dan stabil.Indikasi : Depresi pernafasan pada bayi
baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru
dicurigai sebagai pemakaiobat narkotika sebab akanmenyebabkan tanda
with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.Dosis : 0,01 mg/kg BB
Cara : Intravena,endotrakeal atau bila perpusi baikdiberikan im
atau subkutan.5. Antibiotika Diberikan pada asfiksia berat, yaitu
golongan ampisilin atau aminoglikosid.KomplikasiPenyulit terpenting
pada asfiksia neonatorum adalah : Perdarahan dan edema otak Anuria
atau oliguria Hiperbilirubinemia Enterokolitis nekrotikans Kejang
Koma
PrognosisPada asfiksia ringan, prognosis tergantung pada
kecepatan penatalaksanaan. Pada asfiksia berat, dapat menimbulkan
kematian pada hari hari pertama atau kelainan saraf. Asfiksia
dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan
neurologis permanen, misalnya cerebral palsy atau retardasi
mental.
Laporan KasusIdentitas PasienNama: By. Ny. BUsia: 4 hariTTL:
Bekasi, 9 Agustus 2014Jenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamAlamat:
Kp. pulo puterTanggal masuk RS: 9 Agustus 2014
Identitas OrangtuaIbuNama: Ny. BUsia: 43tahunAgama: IslamAlamat:
Kp.pulo puterPendidikan: SMAPekerjaan: Ibu rumah tanggaHubungan
dengan orangtua: Anak kandungAyahNama: Tn. MUsia: 47 tahunAgama:
IslamAlamat: Kp. pulo puterPendidikan: SMAPekerjaan: Karyawan
pabrikHubungan dengan orangtua: Anak kandungAnamnesaDilakukan
alloanamnesa bersama ibu pasien pada tanggal 12 Agustus 2014Keluhan
utamaPada saat anak lahir, bayi tidak menangis,hanya merintih,
tubuh kebiruan.Keluhan tambahanRetraksi sternum (+), takipneu (+),
gerak tidak ada.Riwayat penyakit sekarang Pasien lahir spontan
dibantu oleh bidan rumah sakit pada 9 Agustus 2014, jam 22.00 wib,
G10P6A3, dengan perkiraan usia kehamilan 20 minggu. Dilakukan
terminasi kehamilan atas indikasi Superimposed Preeklampsia. Apgar
skor saat lahir 1 2. Saat lahir, pasien tidak menangis, hanya
merintih, tubuh kebiruan, gerak tidak ada. Dilakukan resusitasi
dengan balon sungkup, tidak lama kemudian bayi menangis tetapi
lemah. Terdapat retraksi dada dan sianosis. Berat badan lahir 1.040
gram dan panjang badan 36 cm.Riwayat penyakit dahulu-Riwayat
penyakit keluargaIbu memiliki riwayat penyakit hipertensi kronis.
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal, riwayat penyakit asma
disangkal. Sebelumnya, anak ke 4 dan 7 memiliki riwayat lahir
prematur dengan berat badan lahir rendah.
Riwayat kehamilan dan persalinan: a. Riwayat kehamilan ibu
pasienIbu G10P7A3 berusia 43 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya
ke bidan di dekat rumahnya, selanjutnya tidak rutin kontrol ke
bidan sebulan sekali. Saat hamil, ibu mengalami pernah mual-mual
maupun muntah berlebihan. Tidak ada riwayat trauma maupun infeksi
saat hamil. Tekanan darah ibu saat hamil tinggi, mencapai 170/100
mmHg.b. Riwayat persalinan ibu pasienDilakukan terminasi kehamilan
oleh bidan RSUD atas indikasi superimposed preeklampsia pada
tanggal 9 Agustus 2014 pukul 22.00 wib dengan perkiraan usia
kehamilan 20 minggu. Ibu melahirkan secara spontan, ketuban
berwarna jernih, tidak ada lilitan tali pusat, tetapi bayi tidak
menangis dan tampak sianosis. c. Riwayat paska lahirMenurut data
pasien, pasien perempuan, tidak menangis sesaat setelah lahir dan
tampak kebiruan, lalu dilakukan resusitasi dan oksigen, lalu diberi
rangsangan taktil, bayi menangis sangat lemah, gerak kurang aktif,
sianosis. BB : 1.040 gr, panjang badan 36 cm. Apgar skor 1-2, anus
(+). Riwayat makananUmur 0 bulan : Pasien puasa.Riwayat
ImunisasiPasien belum mendapatkan imunisasi.Riwayat tumbuh
kembangMotorik kasar : belum dapat dinilai.Motorik halus : belum
dapat dinilai.Sosial : belum dapat dinilai.Bahasa : belum dapat
dinilai.Sosial ekonomi dan lingkungana. Sosial ekonomi : Ayah
adalah seorang karyawan pabrik dan rata-rata penghasilan/bulan
sekitar 1. 500.000 rupiah. Sedangkan ibu adalah seorang ibu rumah
tangga.Kesan : keadaan sosial ekonomi lemah.b. LingkunganSampai
saat ini pasien dirawar di dalan inkubator ruang perinatologi RSUD.
Rumah orangtua pasien terdiri dari ruang tengah, dapur, dan 2 ruang
tidur. Jarak rumah pasien dengan tetangga sekitar 1-2 meter. Tidak
terdapat genangan air maupun sungai yang tercemar limbah. Tidak
terdapat pabrik yang mencemari lingkungan tempat tinggal keluarga
pasien.Kesan : keadaan lingkungan cukup
Pemeriksaan fisikPemeriksaan tangggal 12 Agustus 2014Keadaan
umum : Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisTanda vitalNadi :
138x/menitSuhu badan: 36,6 0C Pernapasan: 76 x/menit Status gizi
Berat badan lahir: 1040 gr Panjang badan: 36 cmBMI: = = = 8BB/U:
< -2SDTB/U: < -2SDLingkar kepala: 24cm = < -2SDKesan
status gizi : Kurang
Status Generalis Kulit : Kering, tidak bersisik, tidak
mengelupas, tidak pucat, sianosis (-), ikterik (+).Kepala :
Microcephal.Mata : Konjunctiva anemis -/- , sklera ikterik
+/+.Kelenjar limfe : Tidak didapatkan pembesaran limfonodi.Hidung :
Napas cuping hidung (+) Mulut : Tidak sianosis.Otot :
Eutrofi.Tulang : Tidak didapatkan deformitas tulang.PEMERIKSAAN
KHUSUS:Leher : Simetris, tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah
beningThoraks : Simetris, terdapat retraksi dinding dada, tidak
terdapat ketinggalan gerak, suara dasar vesikuler (+/+), Rhonki
(-/-), wheezing (-/-)Jantung : batas jantung : Kanan atas : Dalam
batas normal Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Kanan bawah :
Dalam batas normal Kiri atas : Dalam batas normal Palpasi : Ictus
cordis tidak kuat angkat Kiri bawah : Dalam batas normal Suara
jantung : Bunyi jantung I-II regular, bising jantung tidak
didapatkan Kesan : batas jantung normal
Abdomen: - Inspeksi : Lebih tinggi dari dinding dada Auskultasi
: Peristaltik (+) Perkusi : Tympani (+)Hati : Tidak teraba
pembesaranLimpa : Tidak teraba pembesaranAnogenital : Tidak
didapatkan kelainan, anus (+).Ekstremitas : Akral hangat, tidak
terdapat edema .
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium Keterangan9 Agustus 201412
Agustus 2014
Hb13,917,4
Leukosit29.70012.500
Eritrosit3,84,9
Hematokrit42,050,9
Trombosit147.000134.000
Bilirubin total11,4
GDS6480
HsCRP5,3
ResumePasien lahir spontan dibantu oleh bidan rumah sakit pada 9
Agustus 2014, jam 22.00 wib, G10P6A3, dengan perkiraan usia
kehamilan 20 minggu. Dilakukan terminasi kehamilan atas indikasi
Superimposed Preeklampsia. Apgar skor saat lahir 1 2. Saat lahir,
pasien tidak menangis, hanya merintih, tubuh kebiruan, gerak tidak
ada. Dilakukan resusitasi dengan balon sungkup, tidak lama kemudian
bayi menangis tetapi lemah. Terdapat retraksi dada dan sianosis.
Berat badan lahir 1.040 gram. Ibu memiliki riwayat penyakit
hipertensi kronis dan tidak rutin kontrol kehamilannya.Pemeriksaan
Fisik (tangggal 12 Agustus 2014)Keadaan umum :Tampak sakit
sedangKesadaran: Compos mentisTanda vitalNadi : 138x/menitSuhu
badan: 36,6 0C Pernapasan: 76 x/menit Status gizi Berat badan lahir
: 1040 gr Panjang badan: 36 cmBMI: = = = 8BB/U: < -2SDTB/U: <
-2SDLingkar kepala: 24cm = < -2SDKesan status gizi : Kurang
Status GeneralisKulit: Kering, tidak bersisik, tidak mengelupas,
tidak pucat, sianosis (-), ikterik (+).Hidung : Napas cuping hidung
(+) Thoraks : Simetris, terdapat retraksi dinding dada, tidak
terdapat ketinggalan gerak, suara dasar vesikuler (+/+), Rhonki
(-/-), wheezing (-/-)LaboratoriumKeterangan9 Agustus 201412 Agustus
2014
Hb13,917,4
Leukosit29.70012.500
Eritrosit3,84,9
Hematokrit42,050,9
Trombosit147.000134.000
Bilirubin total11,4
GDS6480
HsCRP5,3
Diagnosis KerjaBayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), neonatus
kurang bulan (NKB), kecil masa kehamilan (KMK), asfiksia
neonatorum.Diagnosis Banding Sindrom aspirasi mekoneum. Transient
tachypnea of newborn (TTN)Rencana Pemeriksaan Pemeriksaan fisik:
keadaan umum, kulit, kardiopulmonal, neurologis Pemeriksaan
penunjang: darah lengkap (Jumlah leukosit, hemoglobin, pemeriksaan
kadar bilirubin, pemeriksaan enzim hepar, elektrolit ) Evaluasi
keadaan umum dan tanda vital.Rencana Penatalaksanaan O2 1 lpm. D
10% 80cc/KgBB/24 jam Cefotaxime 2 x 50 mg Aminophilin 2 x 2,5 mg
Gentamicyn 2 x 2,5 mg Ranitidine 2 x 2,5 mgnon medikamentosa
Edukasi orangtua
PrognosisAd vitam : dubia ad bonamAd snactionam : dubia ad
bonamAd fungsionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Kosim, M Sholeh., et al. 2012. Buku Ajar Neonatologi, Ed 1.
Jakarta : IDAIMansjoer, arif., et al. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2, Ed 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
24