Top Banner

of 37

presentasi kasus syaraf

Apr 04, 2018

Download

Documents

Asri Parantri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    1/37

    1

    PRESENTASI KASUS

    EPILEPSI PARSIAL SIMPLEX

    Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Penyakit Saraf

    Di RSUD Saras HusadaPurworejo

    Diajukan Kepada :

    dr. Murgyanto Sp.S

    Disusun Oleh :

    Dian Afriani Harsoyo

    NIM : 20070310180

    BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

    RSUD SARAS HUSADAPURWOREJO

    FKIK UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA

    2013

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    2/37

    2

    LEMBAR PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    EPILEPSI PARTIAL SIMPLEX

    Telah disetujui pada

    25 Januari 2013

    Oleh:

    Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Syaraf

    RSUD Saras Husada Purworejo

    dr. Murgyanto, Sp. S

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    3/37

    3

    KASUS

    IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Ny. R

    Ruang :Anggrek

    Umur : 56 tahun

    Alamat : Pringgowijayan 03/04 Kutuarjo

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Tgl masuk : 14 Januari 2013

    No RM : 00263127

    ANAMNESIS

    Diperoleh dari pasien dan keluarga (15 Januari 2013)

    Keluhan utama

    Kejang di anggota gerak atas kiri

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Empat hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluhkan tangan

    kiri terasa kesemutan dan dirasakan sering gemetar, pada sore harinya saat

    penderita sedang ambil wudhu, tangan kiri kejang. Saat kejang penderita sadar

    dan melihat tangannya kaku dan bergerak-gerak sendiri. Pada saat kejang, diawali

    dengan tangan kiri penderita merasa seperti kesentrum, dan wajah menjadi

    mencong ke kiri. Lalu tangan kiri penderita kaku dan bergerak-gerak sendiri.

    Tidak ada nyeri kepala sebelumnya, atau pandangan kabur dan dobel. Pasien juga

    menyangkal mendengar suara-suara aneh sebelum kejang. Kejang dirasakan

    pasien + 3 menit. Setelah kejang, pasien masih tetap sadar tetapi tangan kiri

    pasien seketika lemah, tidak bisa menggenggam. Keesokkan harinya tangan dan

    wajah penderita kembali seperti biasa. Penderita memeriksakan ke dokter di dekat

    rumah penderita dan mendapat obat. Tetapi pada hari itu, pasien kejang lagi

    seperti sebelumnya sebanyak 1x selama + 3 menit. Kejang yang sama dirasakan

    penderita setiap hari sebanyak 1x selama + 3 menit sampai sebelum masuk rumah

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    4/37

    4

    sakit. Pada malam sebelum masuk rumah sakit penderita mengatakan kejang di

    tangan semakin sering, kejang dirasakan hampir setiap 5 menit mulai dari sore dan

    penderita merasa tangan kiri semakin lemah, penderita akhirnya dibawa ke RSUD

    Purworejo pada hari Senin, 14 Januari 2013 pukul 21.40 WIB. Di IGD penderita

    sempat kejang lagi sebanyak 1x selama + 2 menit. Di IGD pasien diperiksa gula

    darah sewaktu dan didapatkan hasil 553 mg/dl. Oleh triase IGD, penderita

    dimasukkan ke triase penyakit dalam. Hari berikutnya, dari dokter penyakit

    dalam, penderita dikonsulkan ke bagian neurologi dengan parsial seizure.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat kejang seperti saat ini sebelumnya disangkal

    Riwayat hipertensi diakui, pasien jarang kontrol

    Riwayat DM diakui sudah 2 tahun, dalam pengobatannya pasien menggunakan

    pengobatan herbal.

    Riwayat Penyakit Jantung disangkal

    Riwayat trauma/jatuh disangkal

    Riwayat stroke sebelumnya disangkal

    Riwayat opname sebelumnya disangkal

    Riwayat batuk lama dan menjalani pengobatan rutin sebelumnya disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Riwayat keluarga yang menderita keluhan serupa disangkal

    Anamnesis Sistem

    Sistem serebrospinal : penurunan kesadaran (-), kejang (+), nyeri kepala

    (-)

    Sistem kardiovaskuler : takikardi (-), hipertensi (+).

    Sistem respiratorius : Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-).

    Sistem gastrointestinal : Muntah (-), nyeri perut (-)

    Sistem musculoskeletal : Lemas (+) di anggota gerak kiri atas, nyeri sendi

    (-).

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    5/37

    5

    Sistem integumental : Gatal (-).

    Resume Anamnesis

    Penderita seorang perempuan 56 tahun dengan keluhan utama kejang di

    anggota gerak kiri atas selama + 3 menit setiap harinya sebanyak 1x sejak empat

    hari yang lalu dan dirasakan baru pertama kali, dengan riwayat penyakit hipertensi

    dan diabetes melitus yang tak terkontrol.

    DIAGNOSIS SEMENTARA

    Diagnosis Klinis : kejang anggota gerak kiri atas

    Diagnosis Topik : cortex cerebri hemisfer dextra

    Diagnosis Etiologi : metabolik dd SNH

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan umum : Tampak lemas, kesan status gizi cukup

    Kesadaran : kompos mentis

    GCS : E4V5M6

    Tanda vital : Tekanan Darah = 210/100 mmHg

    Nadi = 118 x/menit

    Pernafasan = 24 x/menit

    Temperatur = 36oC

    Kepala : Mesosefal, deformitas (-), discharge dari hidung danteli-

    nga (-),konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

    Leher : jejas (-), nyeri tekan (-), limfonodi tidak membesar, JVP

    sedikit meningkat

    Dada : Pulmo : simetris, sonor di seluruh lapangan paru,

    vesikuler di seluruh lapangan paru, ronkhi

    (-/-), whezing (-/-), vesikuler (+/+).

    Cor : konfigurasi kesan dalam batas normal

    ictus cordis tak tampak, ictus cordis di SIC

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    6/37

    6

    V linea midclavicula sinistra, SI-II reguler,

    bising (-)

    Abdomen : datar, lemas,supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba,

    peristaltik (+)

    Ekstremitas : oedema (-), rash (-), petekie (-)

    Integumentum : dalam batas normal

    Status Neurologis

    Kesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6

    Sikap tubuh : lurus

    Gerakan abnormal : tidak ada

    Kepala : mesocephal, pupil isokor 3/3 mm, reflek cahaya (+/+),

    reflek kornea (+/+)

    Nervus Fungsi Kanan Kiri

    N. I Daya pembau N N

    N. II Daya penglihatan >3/60 >3/60

    Pengenalan warna N N

    Medan penglihatan N NN. III Ptosis - -

    Gerakan mata ke medial + +

    Gerakan mata ke atas + +

    Gerakan mata ke bawah + +

    Ukuran pupil 3 mm 3 mm

    Bentuk pupil Bulat bulat

    Refleks cahaya langsung + +

    Refleks cahaya konsensuil + +

    Refleks akomodatif + +

    Strabismus divergen -N. IV Gerakan mata ke medial bawah + +

    Strabismus konvergen - -

    Diplopia - -

    N. V Menggigit + +

    Membuka mulut + +

    Sensitibilitas muka N N

    Refleks kornea + +

    Trismus - -

    N. VI Gerakan mata ke lateral + +

    Strabismus konvergen -

    N. VII Kedipan mata + +

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    7/37

    7

    Kerutan alis + +

    Lipatan naso-labial + +

    Sudut mulut + +Mengerutkan dahi + +

    Menutup mata + +

    Meringis + +

    Mengembungkan pipi + +

    Daya kecap lidah 2/3 depan N N

    Refleks glabela + +

    Refleks visuo palpebra + +

    Refleks aurikulo palpebra + +

    Tanda Myerson - -

    Tanda Chovstek - -Bersiul N N

    N. VIII Mendengar suara berbisik + +

    Mendengar detik arloji + +

    Tes Rinne N N

    Tes Weber N

    Tes Schwabah N N

    N. IX Arkus faring Simetris

    Daya kecap lidah 1/3 belakang N N

    Refleks muntah +

    Sengau -

    Tersedak -

    N. X Denyut nadi 118 x/menit 118 x/menit

    Arkus faring Simetris

    Bersuara +

    Menelan +

    N. XI Memalingkan kepala + +

    Sikap bahu Ddn Ddn

    Mengangkat bahu Sdn Sdn

    Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

    N. XII Sikap lidah Lurus

    Artkulasi NormalTremor lidah -

    Menjulurkan lidah lurus

    Trofi otot lidah eutrofi eutrofi

    Fasikulasi lidah - -

    Leher : kaku kuduk (-), kaku leher (-), meningeal sign (-)

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    8/37

    8

    Extremitas :

    Ekstremitas superior Ekstremitas inferior

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    Gerakan B T B B

    Kekuatan 5/5/5 5/5/4 5/5/5 5/5/5

    Refleks Fisiologis

    Biseps Triseps Radius Patella

    Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

    Refleksfisiologis 2+ 3+ 2+ 3+ 2+ 2+ 2+ 2+

    Perluasan refleks - - - - - - - -

    Reflek Patologis Kanan Kiri

    Babinski - -

    Chaddock - -

    Oppenheim - -

    Gordon - -

    Schaefer - -

    Gonda - -

    Hoffmann-Tromner - -

    Bing - -

    Rosolimo - -

    Pemeriksaan radiks medulla spinalis

    Lassegue - -

    Patrick - -

    Kontra Patrick - -

    Valsava - -

    Nasziger - -

    Klonus paha - -

    Klonus kaki - -

    Tonus ekstremitas superior N menurun

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    9/37

    9

    Tonus ekstremitas inferior N N

    Trofi ekstremitas superior eutrofi eutrofi

    Trofi ekstremitas inferior eutrofi eutrofi

    Sensibilitas :

    Sensi

    bilita

    s

    Ekstremitas superior Ekstremitas inferior

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    Protop

    atik

    Propio

    septik

    Protop

    atik

    Propio

    septik

    Protop

    atik

    Propio

    septik

    Protop

    atik

    Propio

    septik

    normal normal menurun

    menurun

    normal normal normal normal

    Vegetatif : BAK (+) dbn, BAB (+) dbn

    PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Tanggal 14 Januari 2013 )

    Pemeriksaan kimia darah :

    kimia darah Hasil

    GDSUreum

    Creatinin

    SGOT

    SGPT

    Kalium

    Natrium

    Chloride

    530 mg/dl74 mg/dl

    1,03 mg/dl

    21 U/l

    16 U/l

    4

    140

    80

    Pemeriksaan darah rutin :

    darah rutin Hasil

    WBC

    RBC

    HGB

    HCT

    MCV

    MCH

    MCHC

    PLT

    RDW-CV

    RDW-SD

    10,35. 10 /Ul

    5,4.106

    /Ul

    14,8 gr/dl

    43,7 %

    80,9 fl

    27,4 pg

    33,9 gr/dl

    196.103/Ul

    14,3 %

    41,6 fl

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    10/37

    10

    MPV

    PDW

    P-LCR

    10,1 fl

    11,1 fl

    26,2 %

    Hasil Head CT-SCAN (16 Januari 2013)

    Densitas cerebri dan cerebelli normodent

    Tak tampak lesi hyper/hypoden

    Systema ventrikel relatiif menyempit simetris

    Tak tampak deviasistruktur median

    Kesan : udem cerebri ringan

    RESUME PEMERIKSAAN

    Keadaan umum : tampak lemah, dengan status gizi cukup

    Kesadaran : kompos mentis, GCS E4-V5-M6

    Nn. Cranialis : dalam batas normal

    Gerakan B BT

    B B

    Kekuatan 5/5/5 5/5/4

    5/5/5 5/5/5

    Refleks fisiologis 2+ 3+

    2+ 2+

    Refleks patologis - -

    - -

    Lassegue : - /-

    Patrick : -/-

    Kontra Patrick : -/-

    Valsava : -/-

    Nasziger : -/-

    Sensibilitas : hipoestesi di ekstremitas superior sinistra

    Vegetatif : tidak ada kelainan, BAK normal

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    11/37

    11

    Laboratorium : hiperglikemi, leukositosis

    DIAGNOSA AKHIR

    Diagnosis Klinis :Epilepsi Partial Simplex

    Diagnosis Topik : cortex cerebri hemisfer dextra

    Diagnosis Etiologi : metabolik

    PENATALAKSANAAN

    IVFD Assering 20 tpm Inj. Citicholin 500 mg/12 jam Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam Inj. Thiamin 1 amp/24 jam Carbamazepin 2x100 mg

    PROGNOSIS

    Death :Baik

    Discomfort :Baik

    Disease :Baik

    Dissatisfaction :Baik

    Disability :Baik

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    12/37

    12

    FOLLOW UP

    Tanggal 16-01-2013 17-01-2013 18-01-2013

    keluhan Kejang (-),

    tangan dan jari

    kiri masih lemas

    dan kesemutan

    Kejang (-), nyeri

    kepala (+)

    Kejang (-)

    Keadaan umum Baik, kompos

    mentis, E4V5M6

    Baik, kompos

    mentis, E4V5M6

    Baik, kompos

    mentis, E4V5M6

    Tanda vital TD : 130/80,

    N:72, T: 36oC

    TD : 160/80,

    N:76, T: 36oC

    NPS 1-2

    TD : 160/120,

    N:66, T: 36oC

    Gerakan B TB B B BTB B B BTB B

    Kekuatan 5/5/5 5/5/4

    5/5/5 5/5/5

    5/5/5 5/5/4+

    5/5/5 5/5/5

    5/5/5 5/5/4+

    5/5/5 5/5/5

    R.fisiologis +2 +3

    + 2 +2

    +2+2

    + 2 +2

    +2+2

    + 2 +2

    R.Patologis - -

    - -

    - -

    - -

    - -

    - -

    Sensibilitas

    Diagnosis Riwayat partial

    seizure cum

    monoparesesuperior sinistra

    e.c SNH

    Terapi Tab

    karbamazepin

    2x100 mg

    Inj. Ranitidin 1

    amp/12 jam

    Inj. Citicholin

    500mg/12 jam

    Inj. Thiamin 1

    amp/24 jam

    Tab

    karbamazepin

    2x100 mg

    Inj. Ranitidin 1

    amp/12 jam

    Inj. Citicholin

    500mg/12 jam

    Inj. Thiamin 1

    amp/24 jam

    BLPL

    Tab

    karbamazepin

    2x100 mg

    Tab citicholin

    2x500 mg

    Tab sohobion

    1x1

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    13/37

    13

    TINJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI

    Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak dan

    tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf otak.Menurut

    International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for

    Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak

    yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang

    epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensisosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat

    kejang epilepsi sebelumnya.

    EPIDEMIOLOGI

    Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi,

    sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka

    epilepsi lebih tinggi di negara berkembang.Insiden epilepsi di negara maju

    ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai

    100/100,000.

    Di negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan

    pengobatan apapun.8 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak

    dibandingkan dengan perempuan.Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia di

    bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun (81/100.000

    kasus).

    ETIOLOGI

    Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

    1. Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% daripenderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik,

    awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu

    pengetahuan dan ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih

    kelompok ini makin kecil

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    14/37

    14

    2. Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan sarafpusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP),

    gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatorum,

    lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat),

    kelainan neurodegeneratif.

    3. Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belumdiketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut

    dan epilepsi mioklonik

    KLASIFIKASI

    Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against

    Epilepsy (ILAE) 1981:

    I . Kejang Parsial (fokal)

    A. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)1. Dengan gejala motoric

    a. Fokal motorik tidak menjalarb. Fokal motorik menjalar (epilepsy Jackson)c. Versifd. Posturale. Disertai gangguan fonasi

    2. Dengan gejala sensorika. Somatosensorisb. Visualc. Auditorisd. Olfaktorise. Gustatorisf. Vertigo

    3. Dengan gejala otonomik (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat,memberat, piloereksi, dilatasi pupil)

    4. Dengan gejala psikika. Disfasiab. Dismnesia

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    15/37

    15

    c. Kognitifd. Afektife. Ilusif. Halusinasi kompleks (berstruktur)

    B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran

    a. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran b. Dengan automatisme

    2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejanga. Dengan gangguan kesadaran saja b. Dengan automatisme

    C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik,tonik atau klonik)

    1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,dan

    berkembang menjadi kejang umum

    II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)

    A. Lena/ absens1. Hanya penurunan kesadaran2. Dengan komponen klonik ringan3. Dengan komponen atonik4. Dengan komponen tonik5. Dengan automatisme6. Dengan komponen autonom kondisi b hingga f dapat tersendiri atau

    dalam kombinasi

    B. mioklonikC. tonikD. atonikE. klonikF. tonik-klonik

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    16/37

    16

    III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan

    Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma menurut ILAE 1989 :

    I. Berkaitan dengan letak fokus

    A. Idiopatik

    Benign childhood epilepsy with centrotemporal spikes Childhood epilepsy with occipital paroxysm

    B.Simptomatik Lobus temporalis Lobus frontalis Lobus parietalis Lobus oksipitalis

    II. Epilepsi Umum

    A. Idiopatik

    Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal convulsions Benign myoclonic epilepsy in infancy Childhood absence epilepsy Juvenile absence epilepsy Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal) Epilepsy with grand mal seizures upon awakening Other generalized idiopathic epilepsies

    B. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik

    Wests syndrome (infantile spasms)

    Lennox gastaut syndrome Epilepsy with myoclonic astatic seizures Epilepsy with myoclonic absences

    C. Simtomatik

    Etiologi non spesifik Early myoclonic encephalopathy Specific disease states presenting with seizures

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    17/37

    17

    PATOFISIOLOGI

    Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan

    transmisi pada sinaps.Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter

    eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan

    neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf

    dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil

    dan tidak mudah melepaskan listrik.Di antara neurotransmitter-neurotransmitter

    eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepinefrin dan asetilkolin sedangkan

    neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid(GABA)

    dan glisin.Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi

    transmisi impuls atau rangsang.Dalam keadaan istirahat, membran neuron

    mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi

    potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan

    melepas muatan listrik.

    Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau

    mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh

    ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan

    letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur

    dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara

    sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan

    epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses

    inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang

    epileptic.Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang

    menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang

    peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti

    ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi

    otak

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    18/37

    18

    Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. 2000

    GEJALA

    A. Kejang parsial simplekKejang ini sangat berbeda pada setiap orang, tergantung pada bagian otak

    dimana kejang ini berawal. Satu hal yang umum terjadi pada setiap penderita

    bahwa mereka tetap terjaga dan dapat mengingat apa yang terjadi. Penderita

    sering kali mengungkapkan perasaan ini seperti dejavu seperti orang tersebut

    pernah mengalami peristiwa itu dan tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    19/37

    19

    Semuanya terlihat lebih terang dan lebih hidup atau ini seperti sebuah tekanan

    yang berawal dari perut kemudian naik kedada dan tenggorokan. Ketika tekanan

    ini mencapai dada, saya mencium bau yang tidak enak dari sesuatu yang terbakar

    dan pada saat yang sama saya gelisah

    Dokter sering membagi kejang parsial sederhana kedalam beberapa kategori

    tergantung pada jenis gejala yang dialami oleh pasien.

    Kejang motoric

    Kejang ini menyebabkan perubahan pada aktivitas otot. Sebagai contoh ,

    seseorang mungkin mengalami gerakan abnormal seperti jari tangan menghentak

    atau kekakuan pada sebagian tubuh. Gerakan ini mungkin akan meluas atau tetap

    pada satu sisi tubuh (berlawanan dengan area otak yang terganggu) atau meluas

    pada kedua sisi. Contoh yang lain adalah kelemahan dimana dapat berpenagruh

    pada saat berbicara. Penderita mungkin bisa atau tidak menyadari gerakan ini.

    Kejang sensorik

    Kejang ini menyebabkan perubahan perasaan. Orang dengan kejang

    sensori mungkin mencium atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada

    disitu, mendengar bunyi berdetak, bordering atau suara seseorang ketika suara

    yang sebenarnya tidak ada, atau merasakan sensasi seperti ditusuk jarum atau mati

    rasa (kebas). Kejang mungki terasa sangat menyakitkan pada beberapa pasien.

    Mereka akan merasa seperti berputar. Mereka juga mungkin mengalami

    ilusi.Untuk singkatnya mereka mungkin percaya bahwa mobil yang sedang

    diparkir bergerak pergi atau suara seseorang seperti teredam ketika seharusnya

    terdengar jelas.

    Kejang autonomic

    Kejang ini menyebabkan perubahan pada bagian system saraf yang secara

    otomatis mengendalikan fungsi tubuh. Kejang ini biasanya meliputi perasaan

    asing atau tidak nyaman pada perut,dada dan kepala, perubahan pada denyut

    jantung dan pernafasan, berkeringat.

    Kejang psikis

    Kejang ini merubah cara berpikir seseorang, perasaan dan pengalaman

    akan sesuatu. Mereka mungkin bermasalah dengan memori, kata yang terbalik

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    20/37

    20

    saat berbicara, ketidakmampuan untuk menemukan kata yang tepat atau

    bermasalah dalam memahami percakapan atau tulisan.Mereka mungkin dengan

    tiba-tiba merasa takut, depresi atau bahagia dengan alasan yang tidak

    jelas.Beberapa pasien mungkin merasa seperti mereka berada diluar tubuhnya atau

    merasa dejavu (pernah mengalami sebelumnya).

    Setiap orang dapat mengalami kejang ini.Kejang ini mungkin lebih cenderung

    terjadi pada orang dengan trauma kepala, infeksi otak, stroke, atau tumor otak

    tetapi kebanyakan sebabnya tidak diketahui. Kejang ini sering dapat dikendalikan

    dengan obat-obatan (steven,2006).

    B. Kejang parsial (psikomotor) kompleksSerangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan

    lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak

    akan mengingat waktu serangan.Biasanya kejang akan terjadi 30 detik sampai 2

    menit. Setelah kejang biasanya penderita akan lelah atau bingung selama 15 menit

    dan mungkini tidak sadar selama satu jam. Kejang ini biasanya berawal dari

    sebagian kecil area pada lobus temporal atau frontal otak. Kemudian dengan cepat

    meliputi area lain pada otak yang mempengaruhi kesadaran dan siaga. Jadi

    walaupun mata penderita terbuka dan mereka membuat gerakan seperti memiliki

    tujuan, pada kenyataannya mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan.

    Beberapa kasus biasanya yang berawal dari lobus temporalis akan dimulai

    dengan kejang parsial sederhanayang disebut dengan aura yaitu semacam

    peringatan pada kejang, seringnya meliputi perasaan tidak enak meliputi perasaan

    aneh pada perut. Kemudian orang tersebut hilang kesadaran dan menatap kosong.Setiap orang dapat mengalami kejang ini tetapi cenderung lebih sering pada

    orang dengan trauma kepala,infeksi otak, stroke atau tumor otak tetapi lebih

    banyak dengan sebab yang tidak diketahui (Orrin,2004).

    Gejalanya meliputi:

    Gerakan seperti mencucur atau mengunyah Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan

    pakaiannya

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    21/37

    21

    Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkelilingdalam keadaan seperti sedang bingung

    Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang Berbicara tidak jelas seperti menggumam.

    C. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap: tahap

    tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini

    pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja.Serangan jenis ini

    biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum

    serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga

    berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan

    keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang

    jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik: terjaadi

    kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air

    besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin

    akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.

    DIAGNOSIS

    Langkah awal adalah menentukan untuk membedakan apakah ini serangan

    kejang atau bukan dalam hal ini memastikannya biasanya dengan melakukan

    wawancara baik dengan pasien, orangtua atau orang yang merawat dan saksi mata

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    22/37

    22

    yang mengetahui serangan kejang itu terjadi. Beberapa pertanyaan yang perlu

    diajukan adalah untuk menggambarkan kejadian sebelum , selama dan sesudah

    serangan kejang itu berlangsung. Dengan mengetahui riwayat kejadian serangan

    kejang tersebut biasanya dapat memberikan informasi yang lengkap dan baik

    mengingat pada kebanyakan kasus, dokter tidak melihat sendiri serangan kejang

    yang dialami pasien (Ahmed, Spencer 2004, Mardjono 2003).

    Adapun beberapa pertanyaan adalah sebagai berikut (Ahmed, Spencer 2004, Hadi

    1993, Harsono 2001, Kustiowati dkk 2003).

    1. Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini?Usia serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang.

    Serangan kejang yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder

    gangguan pada masa perinatal, kelainan metabolik dan malformasi

    kongenital. Serangan kejang umum cenderung muncul pada usia anak-

    anak dan remaja. Pada usia sekitar 70 tahunan muncul serangan kejang

    biasanya ada kemungkinan mempunyai kelainan patologis di otak seperti

    stroke atau tumor otak dsb.

    2. Apakah pasien mengalami semacam peringatan atau perasaan tidak enakpada waktu serangan atau sebelum serangan kejang terjadi? Gejala

    peringatan yang dirasakan pasien menjelang serangan kejang muncul

    disebut dengan aura dimana suatu aura itu bila muncul sebelum

    serangan kejang parsial sederhana berarti ada fokus di otak. Sebagian

    aura dapat membantu dimana letak lokasi serangan kejang di otak. Pasien

    dengan epilepsi lobus temporalis dilaporkan adanya dj vu dan atau ada

    sensasi yang tidak enak di lambung, gringgingen yang mungkin

    merupakan epilepsi lobus parietalis. Dan gangguan penglihatan sementara

    mungkin dialami oleh pasien dengan epilepsi lobus oksipitalis. Pada

    serangan kejang umum bisa tidak didahului dengan aura hal ini

    disebabkan terdapat gangguan pada kedua hemisfer , tetapi jika aura

    dilaporkan oleh pasien sebelum serangan kejang umum, sebaiknya dicari

    sumber fokus yang patologis.

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    23/37

    23

    3. Apa yang terjadi selama serangan kejang berlangsung? Bila pasien bukandengan serangan kejang sederhana yang kesadaran masih baik tentu pasien

    tidak dapat menjawab pertanyaan ini, oleh karena itu wawancara

    dilakukan dengan saksi mata yang mengetahui serangan kejang

    berlangsung. Apakah ada deviasi mata dan kepala kesatu sisi? Apakah

    pada awal serangan kejang terdapat gejala aktivitas motorik yang dimulai

    dari satu sisi tubuh? Apakah pasien dapat berbicara selama serangan

    kejang berlangsung? Apakah mata berkedip berlebihan pada serangan

    kejang terjadi? Apakah ada gerakan automatism pada satu sisi ?

    Apakah ada sikap tertentu pada anggota gerak tubuh? Apakah lidah

    tergigit? Apakah pasien mengompol ? Serangan kejang yang berasal dari

    lobus frontalis mungkin dapat menyebabkan kepala dan mata deviasi

    kearah kontralateral lesi. Serangan kejang yang berasal dari lobus

    temporalis sering tampak gerakan mengecapkan bibir dan atau gerakan

    mengunyah. Pada serangan kejang dari lobus oksipitalis dapat

    menimbulkan gerakan mata berkedip yang berlebihan dan gangguan

    penglihatan. Lidah tergigit dan inkontinens urin kebanyakan dijumpai

    dengan serangan kejang umum meskipun dapat dijumpai pada serangan

    kejang parsial kompleks.

    4. Apakah yang terjadi segera sesudah serangan kejang berlangsung? Periodesesudah serangan kejang berlangsung adalah dikenal dengan istilah post

    ictal period Sesudah mengalami serangan kejang umum tonik klonik

    pasien lalu tertidur. Periode disorientasi dan kesadaran yang menurun

    terhadap sekelilingnya biasanya sesudah mengalami serangan kejang

    parsial kompleks. Hemiparese atau hemiplegi sesudah serangan kejang

    disebut Todds Paralysis yang menggambarkan adanya fokus patologis

    di otak. Afasia dengan tidak disertai gangguan kesadaran menggambarkan

    gangguan berbahasa di hemisfer dominan. Pada Absens khas tidak ada

    gangguan disorientasi setelah serangan kejang.

    5. Kapan kejang berlangsung selama siklus 24 jam sehari? Serangan kejangtonik klonik dan mioklonik banyak dijumpai biasanya pada waktu

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    24/37

    24

    terjagadan pagi hari. Serangan kejang lobus temporalis dapat terjadi setiap

    waktu, sedangkan serangan kejang lobus frontalis biasanya muncul pada

    waktu malam hari.

    6. Apakah ada faktor pencetus ? Serangan kejang dapat dicetuskan olehkarena kurang tidur, cahaya yang berkedip,menstruasi, faktor makan dan

    minum yang tidak teratur, konsumsi alkohol, ketidakpatuhan minum obat,

    stress emosional, panas, kelelahan fisik dan mental, suara suara tertentu,

    drug abuse, reading & eating epilepsy. Dengan mengetahui faktor

    pencetus ini dalam konseling dengan pasien maupun keluarganya dapat

    membantu dalam mencegah serangan kejang.

    7. Bagaimana frekwensi serangan kejang ?Informasi ini dapat membantuuntuk mengetahui bagaimana respon pengobatan bila sudah mendapat

    obat obat anti kejang .

    8. Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang ? Pertanyaanini mencoba untuk mencari apakah sebelumnya pasien sudah mendapat

    obat anti kejang atau belum dan dapat menentukan apakah obat tersebut

    yang sedang digunakan spesifik bermanfaat ?

    9. Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam? Denganmenanyakan tentang berbagai jenis serangan kejang dan menggambarkan

    setiap jenis serangan kejang secara lengkap.

    10.Apakah pasien mengalami luka ditubuh sehubungan dengan serangankejang? Pertanyaan ini penting mengingat pasien yang mengalami luka

    ditubuh akibat serangan kejang ada yang diawali dengan aura tetapi

    tidak ada cukup waktu untuk mencegah supaya tidak menimbulkan luka

    ditubuh akibat serangan kejang atau mungkin ada aura , sehingga

    dalam hal ini informasi tersebut dapat dipersiapkan upaya upaya untuk

    mengurangi bahaya terjadinya luka.

    11.Apakah sebelumnya pasien pernah datang ke unit gawat darurat? Denganmengetahui gambaran pasien yang pernah datang ke unit gawat darurat

    dapat mengidentifikasi derajat beratnya serangan kejang itu terjadi yang

    mungkin disebabkan oleh karena kurangnya perawatan pasien,

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    25/37

    25

    ketidakpatuhan minum obat, ada perubahan minum obat dan penyakit lain

    yang menyertai.

    Riwayat medik dahulu.

    Dengan mengetahui riwayat medik yang dahulu dapat memberikan informasi

    yang berguna dalam menentukan etiologinya. Lokasi yang berkaitan dengan

    serangan kejang dan pengetahuan tentang lesi yang mendasari dapat membantu

    untuk pengobatan selanjutnya (Ahmed, Spencer 2004).

    1. Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan maupunproses persalinannya?

    2. Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia atau respiratorydistress?

    3. Apakah tumbuh kembangnya normal sesuai usia?4. Apakah ada riwayat kejang demam? Risiko terjadinya epilepsi sesudah

    serangan kejang demam sederhana sekitar 2 % dan serangan kejang

    demam kompleks 13 %.

    5. Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis,ensefalitis? atau penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang

    disertai serangan kejang. Dibeberapa negara ada yang diketahui didapat

    adanya cysticercosis.

    6. Apakah ada riwayat trauma kepala seperti fraktur depresi kepala,perdarahan intra serebral, kesadaran menurun dan amnesia yang lama?

    7. Apakah ada riwayat tumor otak?8. Apakah ada riwayat stroke?

    Riwayat sosial.

    Ada beberapa aspek sosial yang langsung dapat mempengaruhi pasien epilepsi

    dan ini penting sebagai bagian dari riwayat penyakit dahulu dan sekaligus untuk

    bahan evaluasi (Ahmed, Spencer 2004).

    1. Apa latar belakang pendidikan pasien? Tingkat pendidikan pasien epilepsimungkin dapat menggambarkan bagaimana sebaiknya pasien tersebut

    dikelola dengan baik. Dan juga dapat membantu mengetahui tingkat

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    26/37

    26

    dukungan masyarakat terhadap pasien dan bagaimana potensi pendidikan

    kepada pasien tentang cara menghadapi penyakit yang dialaminya itu.

    2. Apakah pasien bekerja? Dan apa jenis pekerjaannya? Pasien epilepsi yangseragan kejangnya terkendali dengan baik dapat hidup secara normal dan

    produktif. Kebanyakan pasien dapat bekerja paruh waktu atau penuh

    waktu. Tetapi bila serangan kejangnya tidak terkendali dengan baik untuk

    memperoleh dan menjalankan pekerjaan adalah merupakan suatu

    tantangan tersendiri. Pasien sebaiknya dianjurkan memilih bekerja

    dikantoran, sebagai kasir atau tugas - tugas yang tidak begitu berisiko,

    tetapi bagi pasien yang bekerja di bagian konstruksi, mekanik dan

    pekerjaan yang mengandung risiko tinggi diperlukan penyuluhan yang

    jelas untuk memodifikasikan pekerjaan itu agar supaya tidak

    membahayakan dirinya.

    3. Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor? Pasien denganepilepsi yang serangan kejangnya tidak terkontrol serta ada gangguan

    kesadaran sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan bermotor. Hal ini

    bisa membahayakan dirinya maupun masyarakat lainnya. Dibeberapa

    negara mempunyai peraturan sendiri tentang pasien epilepsi yang

    mengemudikan kendaraan bermotor.

    4. Apakah pasien menggunakan kontrasepsi oral? Apakah pasienmerencanakan kehamilan pada waktu yang akan datang? Pasien epilepsi

    wanita sebaiknya diberi penyuluhan terlebih dahulu tentang efek

    teratogenik obat-obat anti epilepsi, demikian juga beberapa obat anti

    epilepsi dapat menurun efeknya bila pasien juga menggunakan kontrasepsi

    oral seperti fenitoin, karbamasepin dan fenobarbital. Dan bagi pasien yang

    sedang hamil diperlukan obat tambahan seperti asam folat untuk

    mengurangi risiko terjadinya neural tube defects pada bayinya.

    5. Apakah pasien peminum alkohol? Alkohol merupakan faktor risikoterjadinya serangan kejang umum, sebaiknya tidak dianjurkan minum-

    minuman alkohol. Selain berinteraksi dengan obat-obat anti epilepsi tetapi

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    27/37

    27

    dapat juga menimbulkan ekstraserbasi serangan kejang khususnya sesudah

    minum alkohol .

    Riwayat keluarga.

    Mengetahui riwayat keluarga adalah penting untuk menentukan apakah ada

    sindrom epilepsi yang spesifik atau kelainan neurologi yang ada kaitannya dengan

    faktor genetik dimana manifestasinya adalah serangan kejang. Sebagai contoh

    Juvenile myoclonic epilepsy (JME), familial neonatal convulsion, benign

    rolandic epilepsy dan sindrom serangan kejang umum tonik klonik disertai

    kejang demam plus (Ahmed, Spencer 2004)

    Riwayat allergi.

    Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan seperti antiepilepsi, perlu

    dibedakan apakah ini suatu efek samping dari gastrointestinal atau efek reaksi

    hipersensitif. Bila terdapat semacam rash perlu dibedakan apakah ini terbatas

    karena efek fotosensitif yang disebabkan eksposur dari sinar matahari atau karena

    efek hipersensitif yang sifatnya lebih luas? (Ahmed, Spencer 2004)

    Riwayat pengobatan.

    Bila pasien sebelumnya sudah minum obat-obatan antiepilepsi, perlu ditanyakan

    bagaimana kemanjuran obat tersebut, berapa kali diminum sehari dan berapa

    lama sudah diminum selama ini, berapa dosisnya, ada atau tidak efek sampingnya.

    (Ahmed, Spencer 2004)

    Riwayat Pemeriksaan penunjang lain.

    Perlu ditanyakan juga kemungkinan apa pasien sudah dilakukan pemeriksaan

    penunjang seperti elektroensefalografi atau CT Scan kepala atau MRI. (Ahmed,

    Spencer 2004)

    PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI.

    Pemeriksaan fisik harus menapis sebab sebab terjadinya serangan kejang

    dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada pasien

    yang berusia lebih tua sebaiknya dilakukan auskultasi didaerah leher untuk

    mendeteksi adanya penyakit vaskular. pemeriksaan kardiovaskular sebaiknya

    dilakukan pada pertama kali serangan kejang itu muncul oleh karena banyak

    kejadian yang mirip dengan serangan kejang tetapi penyebabnya kardiovaskular

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    28/37

    28

    seperti sinkop kardiovaskular. Pemeriksaan kulit juga untuk mendeteksi apakah

    ada sindrom neurokutaneus seperti caf au lait spots dan iris hamartoma

    pada neurofibromatosis, Ash leaf spots , shahgreen patches , subungual

    fibromas , adenoma sebaceum pada tuberosclerosis, port - wine stain (

    capilarry hemangioma) pada sturge-weber syndrome. Juga perlu dilihat apakah

    ada bekas gigitan dilidah yang bisa terjadi pada waktu serangan kejang

    berlangsung atau apakah ada bekas luka lecet yang disebabkan pasien jatuh akibat

    serangan kejang, kemudian apakah ada hiperplasi ginggiva yang dapat terlihat

    oleh karena pemberian obat fenitoin dan apakah ada dupytrens contractures

    yang dapat terlihat oleh karena pemberian fenobarbital jangka lama. (Ahmed,

    Spencer 2004, Harsono 2001, Oguni 2004).

    Pemeriksaan neurologi meliputi status mental, gait, koordinasi, saraf

    kranialis, fungsi motorik dan sensorik, serta refleks tendon. Adanya defisit

    neurologi seperti hemiparese ,distonia, disfasia, gangguan lapangan pandang,

    papiledema mungkin dapat menunjukkan adanya lateralisasi atau lesi struktur di

    area otak yang terbatas. Adanya nystagmus , diplopia atau ataksia mungkin oleh

    karena efek toksis dari obat anti epilepsi seperti karbamasepin,fenitoin,

    lamotrigin. Dilatasi pupil mungkin terjadi pada waktu serangan kejang terjadi.

    Dysmorphism dan gangguan belajar mungkin ada kelainan kromosom dan

    gambaran progresif seperti demensia, mioklonus yang makin memberat dapat

    diperkirakan adanya kelainan neurodegeneratif. Unilateral automatism bisa

    menunjukkan adanya kelainan fokus di lobus temporalis ipsilateral sedangkan

    adanya distonia bisa menggambarkan kelainan fokus kontralateral dilobus

    temporalis.(Ahmed, Spencer 2004, Harsono 2001, Oguni 2004, Sisodiya, Duncan

    2000).

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM.

    Hiponatremia, hipoglikemia, hipomagnesia, uremia dan hepatik

    ensefalopati dapat mencetuskan timbulnya serangan kejang. Pemeriksaan serum

    elektrolit bersama dengan glukose, kalsium, magnesium, Blood Urea Nitrogen ,

    kreatinin dan test fungsi hepar mungkin dapat memberikan petunjuk yang sangat

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    29/37

    29

    berguna. Pemeriksaan toksikologi serum dan urin juga sebaiknya dilakukan bila

    dicurigai adanya drug abuse (Ahmed, Spencer 2004, Oguni 2004).

    PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAFI.

    Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan

    elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan EEG rutin sebaiknya dilakukan

    perekaman pada wktu sadar dalam keadaan istirahat, pada waktu tidur, dengan

    stimulasi fotik dan hiperventilasi. Pemeriksaam EEG ini adalah pemeriksaan

    laboratorium yang penting untuk membantu diagnosis epilepsi dengan beberapa

    alasan sebagai berikut (Duncan, Kirkpatrick, Harsono 2001, Oguni 2004)

    1. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnostik utama untuk mengevaluasipasien dengan serangan kejang yang jelas atau yang meragukan. Hasil

    pemeriksaan EEG akan membantu dalam membuat diagnosis,

    mebgklarifikasikan jenis serangan kejang yang benar dan mengenali

    sindrom epilepsi.

    2. Dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik dan neurologi, polaepileptiform pada EEG (spikes and sharp waves) sangat mendukung

    diagnosis epilepsi. Adanya gambaran EEG yang spesifik seperti 3-Hz

    spike-wave complexes adalah karakteristik kearah sindrom epilepsi yang

    spesifik.

    3. Lokalisasi dan lateralisasi fokus epileptogenik pada rekaman EEG dapatmenjelaskan manifestasi klinis daripadaaura maupun jenis serangan

    kejang. Pada pasien yang akan dilakukan operasi, pemeriksaan EEG ini

    selalu dilakukan dengan cermat.

    Sebaliknya harus diketahui pula bahwa terdapat beberapa alasan keterbatasan

    dalam menilai hasil pemeriksaan EEG ini yaitu :

    1. Pada pemeriksaan EEG tunggal pada pertama kali pasien dengankemungkinan epilepsi didapat sekitar 29-50 % adanya gelombang

    epileptiform, apabila dilakukan pemeriksaan ulang maka persentasinya

    meningkat menjadi 59-92 %. Sejumlah kecil pasien epilepsi tetap

    memperlihatkan hasil EEG yang normal, sehingga dalam hal ini hasil

    wawancara dan pemeriksaan klinis adalah penting sekali.

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    30/37

    30

    2. Gambaran EEG yang abnormal interiktal bisa saja tidak menunjukkanadanya epilepsi sebab hal demikian dapat terjadi pada sebagian kecil

    orang-orang normal oleh karena itu hasil pemeriksaan EEG saja tidak

    dapat digunakan untuk menetapkan atau meniadakan diagnosis epilepsi.

    3. Suatu fokus epileptogenik yang terlokalisasi pada pemeriksaan EEGmungkin saja dapat berubah menjadi multifokus atau menyebar secara

    difus pada pasien epilepsi anak.

    4. Pada EEG ada dua jenis kelainan utama yaitu aktivitas yang lambat danepileptiform, bila pada pemeriksaan EEG dijumpai baik gambaran

    epileptiform difus maupun yang fokus kadang-kadang dapat

    membingungkan untuk menentukan klasisfikasi serangan kejang kedalam

    serangan kejang parsial atau serangan kejang umum.

    PEMERIKSAAN VIDEO-EEG

    Pemeriksaan ini dilakukan bila ada keraguan untuk memastikan diagnosis

    epilepsi atau serangan kejang yang bukan oleh karena epilepsi atau bila pada

    pemeriksaan rutin EEG hasilnya negatif tetapi serangan kejang masih saja terjadi,

    atau juga perlu dikerjakan bila pasien epilepsi dipertimbangkan akan dilakukan

    terapi pembedahan. Biasanya pemeriksaan video-EEG ini berhasil membedakan

    apakah serangan kejang oleh karena epilepsi atau bukan dan biasanya selama

    perekaman dilakukan secara terus-menerus dalam waktu 72 jam, sekitar 50-70%

    dari hasil rekaman dapat menunjukkan gambaran serangan kejang epilepsi

    (Kirpatrick, Sisodiya, Duncan 2000, Stefan, 2003).

    PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    Ct Scan (Computed Tomography Scan) kepala dan MRI (Magnetic

    Resonance Imaging) kepala adalah untuk melihat apakah ada atau tidaknya

    kelainan struktural diotak (Harsono 2003, Oguni 2004)

    Indikasi CT Scan kepala adalah: (Kustiowati dkk 2003)

    - Semua kasus serangan kejang yang pertama kali dengan dugaan adakelainan struktural di otak.

    - Perubahan serangan kejang.- Ada defisit neurologis fokal.

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    31/37

    31

    - Serangan kejang parsial.- Serangan kejang yang pertama diatas usia 25 tahun.- Untuk persiapan operasi epilepsi.

    CT Scan kepala ini dilakukan bila pada MRI ada kontra indikasi namun demikian

    pemeriksaan MRI kepala ini merupakan prosedur pencitraan otak pilihan untuk

    epilepsi dengan sensitivitas tinggi dan lebih spesifik dibanding dengan CT Scan.

    Oleh karena dapat mendeteksi lesi kecil diotak, sklerosis hipokampus, disgenesis

    kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa, maupun epilepsi refrakter yang

    sangat mungkin dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan MRI kepala ini

    biasanya meliputi:T1 dan T2 weighted dengan minimal dua irisan yaitu irisan

    axial, irisan coronal dan irisan saggital (Duncan, Kirkpatrick, Kustiowati dkk

    2003).

    PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGI

    Pemeriksaan ini mungkin dilakukan terhadap pasien epilepsi dengan

    pertimbangan akan dilakukan terapi pembedahan. Pemeriksaan ini khususnya

    memperhatikan apakah ada tidaknya penurunan fungsi kognitif, demikian juga

    dengan pertimbangan bila ternyata diagnosisnya ada dugaan serangan kejang yang

    bukan epilepsi (Oguni 2004, Sisodiya 2000).

    TATALAKSANA

    Tatalaksana epilepsy meliputi tiga bidang:

    1. Penegakan diagnosis yang mengenai jenis bangkitan, penyebabnya dengantepat.

    2. Terapi3. Rehabilitasi, sosisalisasi, edukasi

    Tujuan pokok terapi epilepsy adalah membebaskan penderita darisernagn epilepsi,

    tanpa mengganggu fungsi normal susunan saraf pusat agar penderita dapat

    menjalani kehidupannya tanpa gangguan. Terapi dapat dibagi dalam dua

    golongan:

    a. Terapi kausal Terapi kausal dapat dilakukan pada epilepsy simtomatikyang sebabnya dapat ditemukan, misalnya:

    - Pada infeksi susunan saraf pusat dan selaputnya, diberikan antibiotic

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    32/37

    32

    atau obat-obat lain yang dapat memberantas penyebabnya.

    - Pada neoplasma dan perdarahan di dalam rongga intrakraniummungkin diperlukan tindakan operatif.

    - Pada gangguan peredaran darah otak pemberian oksigen mungkindapat membantu mengatasi keadaan hipoksia yang terjadi.

    b. Terapi medikamentosa anti kejang1. Golongan hidantoin

    Fenitoin Merupakan golongan hidantoin yang sering dipakai. Kerja obat

    ini antara lain penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain

    di otak. Indikasi: epilepsy umum khususnya grand mal tipe tidur, epilepsi

    fokal dan dapat juga untuk epilepsi lobus temporalis. Dosis: dewasa 300-

    600 mg / hari, anak 4-8 mg / hari, maks. 300 mg / hari

    2. Golongan barbituratFenobarbital Merupakan golongan baribiturat yang bekerja lama (long

    acting). Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas serangan dengan

    menaikkan ambang rangsang. Indikasi: epilepsi umum khusus epilepsi

    Grand Mal tipe sadar, epilepsi fokal. Dosis: dewasa 200 mg / hari, anak 3-

    5 mg/kgBB/hari

    3. Golongan benzodiazepamDiazepam Dikenal sebagai obat penenang, tetapi merupakan obat pilihan

    utama untuk status epileptik. Dosis: dewasa 2-10 mg im/iv, dapat diulang

    setiap 4 jam. Anak > 5 tahun5-10 mg im/iv, anak 1 bulan-5 tahun 0,2-2 mg

    im/iv.

    4. Golongan suksinimidEtosuksimid Indikasi: epilepsi petit mal murni Dosis: 20-30 mg/kgBB/hari

    5. Golongan anti epilepsi lainnyaSodium valproat Indikasi: epilepsi petit mal murni, dapat pula untuk

    epilepsi pada lobus temporalis yang refarakter, sebagai kombinasi dengan

    obat lain. Dosis: anak 20-30 mg?kgBB/hari, dewasa 0,8-1,4 gr/hari

    dimulai dengan 600 mg/hari.

    Asetazolamid dikenal sebagai diuretic, tetapi pada pengobatan

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    33/37

    33

    epilepsy mempunyai cara kerja menstabilkan keluar masuknya natrium

    pada sel otak. Indikasi: dapat dipakai pada epilepsi Petit Mal, dan pada

    epilepsi Grand Mal dimana serangannya sering datang bethubungan

    dengan siklus menstruasi. Dosis: sehari total 8-30 mg/kgBB

    KarbamazepinIndikasi: Epilepsi lobus temporalis dengan epilepsi

    Grand Mal Dosis: Dewasa 800-1200mg/hari

    Obat generasi kedua

    Topiramate

    Obat ini digunakan dengan obat anti kejang lain pada terapi kejang parsial

    dan kejang umum tonik klonik pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia 2

    sampai 16 tahun. Obat ini juga diakui sebagai pencegah sakit kepala migraine.

    Obat ini tersedia dalam bentuk orang yang dapat diminum dua kali sehari

    (Gordon,2008).

    Pada maret 2011, U.S. Food and Drug Administration mengumumkan

    informasi yang mengindikasikan bahwa topiramate meningkatkan risiko kelainan

    pada bayi seperti labiokisis dan palatokisis ketika obat ini digunakan pada

    trisemester pertama kehamilan.

    Gabapentin

    Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial

    dengan atau tanpa kejang umum sekunder.Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan

    diminum tiga kali sehari.

    Lamotrigin

    Obat ini di indikasikan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial dan

    untuk terapi dosis tunggal pada penderita epilepsy dewasa dengan kejang

    parsial.Obat ini tersedia dalam bentuk oral dan diminum dua kali sehari.Tidak ada

    pemeriksaan laboraturium yang diperlukan.

    Lacosamide

    Lacosamide digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial

    pada penderita yang berusia lebih dari 17 tahun.Obat ini tersedia dalam bentuk

    oral dan injeksi dan biasanya diminum dua kali sehari.

    Tiagabine

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    34/37

    34

    Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang

    parsial.Mekanisme aksi dari obat ini mungkin berhubungan dengan efek substansi

    GABA pada otak. Obat ini tersedia dalam bentu oral dan harus diberikan pada

    dosis yang sudah dibagi sebanyak 2 sampai 4 kali sehari..

    Levetiracetam

    Obat ini digunakan sebagai obat tambahan pada terapi kejang parsial pada

    penderita epilepsy anak-anak yang berusia 4 tahun ke atas dan dewasa.Obat ini

    tersedia dalam bentuk tablet dan cairan oral yang digunakan pada anak-anak yang

    tidak bisa menelan tablet, diminum dua kali sehari.

    Oxcarbazine

    Obat ini di indikasikan untuk terapi dosis tunggal dan terapi tambahan

    pada penderita epilepsy dewasa dengan kejang parsial dan sebagai terapi

    tambahan pada anak-anak yang berusia 4 tahun ke atas dengan kejang parsial.

    Zonisamide

    Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita epilepsy

    kejang parsial dewasa.Obat ini digunakan dua kali sehari.

    Pregabalin

    Obat ini digunakan sebagai terapi tambahan pada kejang parsial pada

    pensderita epilepsy dewasa.Obat ini dapat digunakan 2 sampai 3 kali sehari.

    KOMPLIKASI

    Komplikasi kejang parsial komplek dapat dengan mudah dipicu oleh stress

    emosional. Pasien mungkin mengalami kesulitan kognitif dan kepribadian seperti:

    Personalitas : sedikit rasa humor, mudah marah, hiperseksual Hilang ingatan : hilang ingatan jangka pendek karena adanya gangguan

    pada hippocampus, anomia ( ketidakmampuan untuk mengulang kata atau

    nama benda)

    Kepribadian keras : agresif dan defensive. Komplikasi yang berhubungandengan kejang tonik klonik meliputi:

    Aspirasi atau muntah Fraktur vertebra atau dislokasi bahu Luka pada lidah, bibir atau pipi karena tergigit

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    35/37

    35

    Status epileptikusStatus Epileptikus Status epileptikus adalah suatu kedaruratan medisdimana kejang berulang tanpa kembalinya kesadaran diantarakejang.Kondisi ini dapat berkembang pada setiap tipe kejang tetapi yang

    paling sering adalah kejang tonik klonik.Status epileptikus mungkin

    menyebabkan kerusakan pada otak atau disfungsi kognitif dan mungkin

    fatal.

    Komplikasi meliputi:

    Aspirasi Kardiakaritmia Dehidrasi Fraktur Serangan jantung Trauma kepala dan oral Sudden unexplained death in epilepsy

    (SUDEP)

    SUDEP terjadi pada sebagian kecil orang dengan epilepsy.Dengan alasan

    yang sangat sulit untuk dimengerti, orang sehat dengan epilepsy dapat

    meninggal secara mendadak.Ketika hal ini terjadi, orang dengan epilepsy

    simtomatik memiliki risiko yang lebih tinggi. Dari hasil autopsy tidak

    ditemukan penyebab fisik dari SUDEP.Hal ini mungkin terjadi karena

    edem pulmo atau cardiac aritmia. Beberapa orang memiliki risiko yang

    lebih tinggi dari yang lain seperti dewasa muda dengan kejang umum

    tonik klonik yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya dengan pengobatan.

    Pasien yang menggunakan dua atau lebih obat anti kejang mungkin

    memiliki risiko yang lebih tinggi untuk SUDEP.

    PROGNOSIS

    Ketika pasien telah berhasil bebas kejang untuk beberapa tahun, hal ini

    mungkin untuk menghentikan pengobatan anti kejang, tergantung pada umur

    pasien dan tipe epilepsy yang diderita. Hal ini dapat dilakukan dibawah

    pengawasan dokter yang berpengalaman. Hampir seperempat pasien yang bebas

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    36/37

    36

    kejang selama tiga tahun akan tetap bebas kejang setelah menghentikan

    pengobatan yang dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap. Lebih dari

    setengah pasien anak-anak dengan epilepsy dapat menghentikan pengobatan tanpa

    perkembangan pada kejang (Gordon,2008).

    PENCEGAHAN

    Jika kejang berhubungan dengan kondisi medis tertentu, identifikasi dan

    terapi pada kondisi medis tersebut adalah kunci dari pencegahan terjadinya

    kejang. Jika pengobatan anti kejang telah diberikan oleh dokter, minum obat

    sesuai jadwal yang telah direkomendasikan oleh dokter dan tidak lupa minum obat

    adalah hal yang penting dalam pencegahan kejang (Stephen,2005).

    Beberapa orang dengan epilepsy sensitive terhadap alkhohol. Mungkin adabeberapa orang yang mengalami kejang setelah meminum sedikit alkhohol

    sehingga kunci utama dalam pencegahan kejang adalah dengan

    menghindari alkhohol.

    Kurang tidur dan stress mungkin meningkatkan frekuensi terjadinya kejangpada beberapa orang tertentu.

  • 7/29/2019 presentasi kasus syaraf

    37/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmed Z, Spencer S.S (2004) :An Approach to the Evaluation of a Patient for

    Seizures and Epilepsy, Wisconsin Medical Journal, 103(1) : 49-55.

    Anonymous (2003) :Diagnosis of Epilepsy, Epilepsia, 44 (Suppl.6) :23-24

    Duncan R :Diagnosis of Epilepsy in Adults, available from :

    http://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy supplement/E

    Duncan.pdf.

    Hadi S (1993) : Diagnosis dan Diagnosis Banding Epilepsi, Badan PenerbitUNDIP Semarang : 55-63.

    Harsono (2001) :Epilepsi, edisi 1, GajahMada University Press, Yogyakarta.

    Kirkpatrick M :Diagnosis of Epilepsy in Children, available from :

    http://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy supplement/F

    Kirkpatrick.pdf.

    Kustiowati E, Hartono B, Bintoro A, Agoes A (editors) (2003) :Pedoman

    Tatalaksana Epilepsi, Kelompok Studi Epilepsi Perdossi.

    Mardjono M (2003) :Pandangan Umum Tentang Epilepsi dan

    Penatalaksanaannya dalam Dasar-Dasar Pelayangan Epilepsi &

    Neurologi, Agoes A (editor); 129-148.

    Oguni H (2004) :Diagnosis and Treatment of Epilepsy, Epilepsia, 48

    (Suppl.8):13-16

    Sirven J.I, Ozuna J (2005) :Diagnosing epilepsy in older adults, Geriatricts,

    60,10: 30-35.

    Sisodiya S.M, Duncan J (2000) :Epilepsy : Epidemiology, Clinical Assessment,

    Investigation and Natural History, Medicine International,00(4);36-

    41.

    Stefan H (2003) :Differential Diagnosis of Epileptic Seizures and Non

    Epileptic Attacks, Teaching Course : Epilepsy 7th Conggres of the

    European Federation of Neurological Societies, Helsinki.

    http://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/E%20Duncan.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/E%20Duncan.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/F%20Kirkpatrick.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/F%20Kirkpatrick.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/F%20Kirkpatrick.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/F%20Kirkpatrick.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/E%20Duncan.pdfhttp://www.rcpe.ac.uk/publications/articles/epilepsy%20supplement/E%20Duncan.pdf