ACARA IV PENGENALAN DASAR ALAT DAN MESIN PENANAM DAN KALIBERASI SEEDER SERTA PENGENALAN MESIN PENANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bidang pertanian kegiatan penanaman merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dan juga menentukan hasil pertanian. Dalam praktikum sebelumnya kita dapat mengetahui bahwa perkembangan pertanian meliputi pekembangan alat/mesin pengolahan tanah. Namun tidaklah hanya sampai disana, dalam kegiataan penanam juga memiliki perkembangan terutama terkait dengan alat/mesinnya. Alat/mesin pertanian selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya tingkat peradaban manusia. Walaupun demikian, para petani di Indonesia belum mengetahui adanya alat/mesin penanam. Petani Indonesia masih memakai cara-cara tradisional dalam kegiatan penanaman, cara-cara itu selain menghabiskan tenaga dan waktu, juga menghabiskan biaya. Dengan demikian sudahlah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa teknik pertanian untuk memperkenalkan alat/mesin penanam yang modern tersebut sehingga dengan penggunaan alat/mesin penanam diharapkan menghemat waktu dan tenaga. Hasil yang didapat akan lebih 7
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ACARA IV
PENGENALAN DASAR ALAT DAN MESIN PENANAM
DAN KALIBERASI SEEDER SERTA PENGENALAN MESIN PENANAM PADI
(RICE TRANSPLANTER)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang pertanian kegiatan penanaman merupakan salah satu
kegiatan yang cukup penting dan juga menentukan hasil pertanian. Dalam praktikum
sebelumnya kita dapat mengetahui bahwa perkembangan pertanian meliputi
pekembangan alat/mesin pengolahan tanah. Namun tidaklah hanya sampai disana,
dalam kegiataan penanam juga memiliki perkembangan terutama terkait dengan
alat/mesinnya. Alat/mesin pertanian selalu berkembang sejalan dengan
berkembangnya tingkat peradaban manusia. Walaupun demikian, para petani di
Indonesia belum mengetahui adanya alat/mesin penanam. Petani Indonesia masih
memakai cara-cara tradisional dalam kegiatan penanaman, cara-cara itu selain
menghabiskan tenaga dan waktu, juga menghabiskan biaya. Dengan demikian
sudahlah menjadi kewajiban kita sebagai seorang mahasiswa teknik pertanian untuk
memperkenalkan alat/mesin penanam yang modern tersebut sehingga dengan
penggunaan alat/mesin penanam diharapkan menghemat waktu dan tenaga. Hasil
yang didapat akan lebih memuaskan dibanding dengan memakai cara tradisional.
Selain meringankan dalam kegiatan penanaman juga dapat mengetahui dosis
penggunaan benih yang tepat yang telah diperhitungkan sebelum kegiatan
penanaman.
Kegiatan pemanenan merupakan salah satu tahapan di dalam budidaya
tanaman dan merupakan bagian awal dari proses pasca panen. Proses penanaman
padi ini tidak dapat menaikkan produksi, melainkan hanya untuk menekan
kehilangan gabah. Dengan adanya mesin pemanen maka pemanenan akan
dilaksanakan secara cepat, efisien dan efektif. Oleh karena itu, diperlukan suatu
7
keahlian dalam pengoperasian mesin pemanen, agar mesin pemanen dapat
digunakan secara efisien dan efektif. Untuk itu diperlukan pelatihan yang benar
dalam mengenalkan mesin pemanen.
Pada praktikum kali ini akan dikenalkan dua jenis alat dan mesin penanam,
yaitu Seeder dan Rice Transplanter serta cara pengkaliberasian alat/mesin penanam
dalam hal ini adalah Seeder. Seeder yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
untuk menanam padi dan jagung. Penggunaan alat mesin pertanian untuk
penanaman tersebut dapat memudahkan petani dalam melakukan penyebaran
benih maupun penanaman bibit.
A. Tujuan
1. Mengetahui watak laku teknis dari mesin penanam.
2. Mengetahui pengaturan bagian-bagiannya dalam kaitannya dengan
penggunaan mesin penanam tersebut untuk melakukan penanaman suatu
jenis tanaman dengan dosis penggunaan benih tertentu.
B. Manfaat
Dengan adanya praktikum pengenalan dasar alat dan mesin penanam dan
kaliberasi seeder ini, praktikan akan mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi
alat dan mesin pertanian.
Praktikum ini juga diharapkan dapat membantu praktikan dalam mengenali
dan memahami watak, perilaku teknis baik mesin penanam maupun seeder, hingga
pada bagian – bagiannya, beserta cara pengaturannya dalam hubungannya dengan
penggunaan mesin tersebut untuk melakukan penanaman suatu jenis tanaman
dengan pengunaan benih terrtentu.
Selain itu, praktikan juga dapat mempelajari kinerja mesin penanam padi
(rice transplanter) yang ditinjau dari berbagai aspek, seperti aspek mesin, aspek
tanaman, juga aspek teknik operasionalnya.
8
BAB II
DASAR TEORI
Alat dan mesin penanam adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
menempatkan benih, tanaman, atau bagian tanaman pada areal yang telah
disiapkan baik di dalam ataupun di atas permukaan tanah. Tujuan penanaman
adalah menempatkan biji di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan
tegakan yang baik, tanpa harus melakukan penyulaman Alat mesin penanam
dibedakan menjadi dua, yaitu seeder dan rice transplanter (Purwadi, 1990).
Fungsi mesin penanam, yaitu meletakkan benih yang akan ditanam pada
kedalaman, jumlah tertentu dan seragam, dan pada sebagian besar alat penanam
akan menutup dengan tanah kembali (Ciptohadijoyo dan Bambang P 1991, hal. 1)
Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi
masalah keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertanian dapat
membantu petani dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta
pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu.( Alihamsyah 1991, hal.108)
Penanaman merupakan usaha menempatkan biji atau benih di dalam tanah
pada kedalaman tertentu atau menyebarluaskan biji di atas permukaan tanah atau
menanamkan tanaman di dalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik (Irwanto 1980)
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang
terpilih. Sedangkan biji yang terpilih adalah biji yang telah mengalami seleksi atau
pemiliham. Dan biji adalah hasil dari persarian suatu tanaman ( Soedianto, 1982,
hal. 9)
Mutu benih yang dapat mencapai hasil yang maksimal mencakup mutu
genetis, mutu fisik, mutu fisiologis. Sedangkan viabilitas benih dipengaruhi oleh
fgaktor genetik dan lingkungan selama pembentukan benih. Kerusakan mekanik
akibat pengolahan, serangan mikroorganiisme, serta umur dan kemunduran benih
(Budiarti, 1993).
Beberapa sifat fisik benih yang mempengaruhi penggunaan msin penanam
adalah sebagai berikut (Anonim, 2008) :
9
a) Ukuran
b) Bentuk
c) Keseragaman bentuk dan ukuran
d) Jumlah per satuan volume
e) Ketahanan terhadap tekanan dan gesekan
Menurut Irwanto (1980, hal. 42) Macam dan jenis alat dan mesin penanam
dapat digolongkan berdasarkan sumber tenaga atau tenaga penarik yang
digunakan, yaitu:
1. alat penanam dengan sumber tenaga manusia,
2. alat penanam dengan sumber tenaga hewan, dan
3. alat penanam dengan sumber tenaga traktor.
Penebaran benih sesuai dengan pola penanaman yang dihasilkan dapat
digolongkan menjadi 5 macam, yaitu (Ciptohadijoyo, 1998) :
1. Broadcasting, benih disebar pada permukaan tanah tanpa alur yang jelas
2. Drill seeding, benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada
kedalaman tertentu dalam alur hingga diperoleh jalur tanaman tertentu.
3. Precion drilling, kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval
yang hampir sama dalam alur.
4. Hill dropping, benih ditanam secara tunggal dengan interval yang hampir
sama dalam alur.
5. Chekrow seeding, benih diletakkan pada tempat tertentu hingga diperoleh
lajur tanaman dengan dua arah yang sama.
Tujuan penggunaan mesin penanam adalah untuk meletakkan benih dengan
jumlah tertentu dan seragam (kecuali peralatan penanam broadcasting). Mesin –
mesin tersebut dirancang untuk lima fungsi utama: (1) untuk membuka lahan dengan
pembuka alur, (2) untuk menempatkan benih secara terkontrol / dengan dosis
tertentu, (3) untuk meletakkan benih pada kedalaman dan jarak tanam yang tepat,
(4)untuk menutup benih dengan tanah dalam kedalaman yang tepat, dan (5) untuk
tanah di sekitar benih yang sudah ditanam untuk tanah yang baik dan lembab.
(Jacobs, 1983)
10
Menurut Sukirno (1999, hal. 50) Alat penanam dari bibit atau tanaman
muda disebut transplanter, terutama untuk bibit tanaman padi dan alatnya disebut
rice transplanter. Bagian-bagian dari alat ini adalah:
a. tempat bibit,
b. penjapit bibit,
c. pembuat lubang,
d. alat penanam bibit, dan
e. alat pengapung.
Bagian dari mesin penanam (Ciptohadijoyo, 2008) :
a. Seed-matering devices
Merupakan alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan
persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Terdapat bermacam-macam
bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang dikehendaki.
b. Tabung penyalur (seed-tube)
Ini akan menyalurkan benih ke alur yang dibuat furrow opener. Bentuk, panjang
dan kekasaran mempengaruhi pengaliran benih. Dalam pengalirannya
diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang sama dan continare.
Untuk itu harus diperhatikan pemantulannya pada dinding saluran, hambatan
dan panjang saluran.
c. Alat pembuat alur (furrow opener)
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik suatu kedalaman tertentu. Kedalaman
penanaman ditentukan oleh jenis tanaman, kelengasan, temperatur tanah.
Bentuk alat disesuaikan dengan keadaan permukaan tanah (jenis tanah,
vegetasi, seresah dan kekasaran permukaan) hal ini bertalian dengan penetrasi,
pemotongan oleh alat dan bentuk alur. Macamnya : runner, hoe, disk
d. Alat penutup alur (seed-covering-devices)
Alat tersebut mempunyai fungsi menutup benih yang sudah berada dalam alur
dengan tanah kembali. Hal ini bertalian dengan pertumbuhan kecambah, akan
baik bila benih tersebut berada dalam lingkungan tanah yang lembab dan
bertalian dengan iklim. Dalam penutupan ini diharapkan tanah yanh menutupi
dalam keadaan yang cukup baik untuk dapat ditembus oleh tanaman.
11
Menurut Sukirno (1999, hal. 51) Selain itu juga ada alat yag digunakan
untuk menyebar dan membuat lubang sekaligus untuk tempat benih yang akan
ditanam, alat tersebut menggunakan tenaga manusia dan alatnya disebut job
seeder. Alat ini merupakan salah satu jenis alat hand seeder. Pada dasarnya alat
dan mesin penanam benih (seeder) atau seed drill ini terdiri dari:
a. tempat penampung benih (seed box)
b. penyendok benih (untuk mengatur jumlah dan saat keluarnya benih dari seed
box)
c. pengarah benih (seed tube),
d. pembuat alur pada tanah (furrow opener)
e. penutup alur (cover chain)
Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi pada kerja alat penanam
(Purwadi, 1990) :
a. Penyiapan tanah
Pelumpuran pada sawah harus dilakukan dengan baik dari bila penanaman
dilakukan secara manual. Kedalaman air diatas lumpur sebaiknya sedalam 0.5 -
2.0 cm, selain itu sawah juga sebaiknya lebih keras dibandingkan dengan
ditanam secara manual, hal tersebut bisa diperoleh secara mengeringkan
beberapa saat, kemudian diairi lagi.
b. Tanaman persemaian bibit
Tanah persemaian bersih dari batu dan memberi air yang berlimpah pada
kotak tanah persemaian sehingga lembek dan pengambilan bibit oleh alat
penanam mudah.
c. Bibit
Yang memiliki ketinggian kekerasan dan jarak antara bibit yang seragam
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penanaman secara
mekanis.
d. Penambahan bibit
12
Pemberian bibit adalah hal yang sangat penting untuk mendapatkan
kapasitas kerja yang baik, karena dalam penanaman yang cukup luas kita akan
membutuhkan bibit tambahan ditengah sawah.
e. Kondisi air sawah dan tanah sawah
Kekerasan tanah, kedalaman air dan sisa jerami yang mengapung akan
sangat berpengaruh terhadap ketepatan pengoperasian alat penanaman.
f .Kecepatan
Kecepatan maju alat tanam sangat berpengaruh langsung terhadap
kapasitas kerja, juga terhadap ketelitian penanaman. Kecepatan maju yang baik
adalah 0.3 - 0.6 m/s.
g. Lebar dan kedalaman kerja
Dimana lebar kerja harus sama antara satu alur berikutnya, maka perlu
memasang penanda tengah dan penanda samping alur. Kedalaman penanaman
2.0 - 2.6 cm.
h. Prosentase kegagalan penanaman
Kegagalan disebabkan kedalaman penanaman, kekerasan tanah dan curah
hujan yang tidak mendukung proses penanaman dan bibit mengapung lagi
setelah ditancapkan.
i. Mekanisme penanaman
Dilakukan pengecekkan total alat penanam sebelum beroperasi dan dapat
memperkirakan jumlah bibit yang harus di muat sehingga paling tidak harus
mencukupi penanaman sampai jalur berikutnya.
j. Ukuran lahan
Penting untuk kapasitas lapang. Biasanya dipergunakan 16 - 18 kotak benih
setiap 10 are luas lahan.
k. Lintasan penanaman
13
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
1. Mesin Penanam (seeder)
2. Mesin Penanam (rice transplanter)
3. Timbangan
4. Roll meter
5. Hand Counter
6. Stopwatch
7. Penampung Benih
8. Meteran
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada acara praktikum kali ini adalah gabah (benih
padi).
C. Cara Kerja
Pengenalan dasar mesin penanam:
a. mengamati kondisi fisik dari mesin penanam berikut alat pendukungnya.
b. mencatat spesifikasi mesin penanam berikut alat pendukungnya ke
dalam blanko spesifikasi alat yang telah tersedia.
Kaliberasi seeder:
a. tabung penampung benih diisi dengan gabah (benih padi).
b. penampung benih sebanyak tujuh buah diletakkan pada ujung
pengeluaran tabung penyalur.
14
c. roda penggerak SMD diputar sebanyak 10 kali putaran dan pada saat
bersamaan stopwatvh diaktifkan.
d. stopwatch dimatikan ketika roda selesai berputar pada putaran
kesepuluh.
e. hasil waktu selama 10 kali putaran dicatat.
f. berat gabah yang tertampung dalam masing-masing penampung benih
ditimbang dengan menggunakan timbangan kemudian dicatat beratnya.
g. langkah a,b,c,d,e, dan f diulangi untuk lima kali ulangan dan 3 variasi
pembukaan SMD (1/3, 2/3, 3/3), sehingga putaran total sebanyak 150
kali.
Cara kerja Pengenalan mesin Penanam Padi (rice transplanter) :
1. Mengamati kondisi fisik dari mesin berikut alat pendukungnya.
2. Mencatat spesifikasi mesin penanam berikut alat pendukungnya ke dalam
blanko spesifikasi yang tersedia.
15
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
A. Hasil Pengamatan
A.1. Mesin Penanam Benih (Seeder)
1. Spesifikasi
nama : drill seeder
merk : AGROSTROS
model : trailling
tipe : 3 point hitch
no. seri : 16 CIN 1506
negara pembuat : Cekoslovakia
jenis mesin penanam : drill seedling
jenis alat pengeluaran benih : horizontal feed rotor matering devices
87879 , 018 ; Apabila hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan tabel, maka
akan diperoleh hipotesa sebagai berikut: Fhitung 1= 0,802 dengan Ftabel 1 = 6.94 Berarti
Fhitung kurang dari Ftabel, sehingga Untuk perbandingan SMD vs Keseragaman : Ho
diterima, H1 ditolak. Ini berarti antara rata-rata berat benih yang keluar dari ketiga
variasi pengaturan SMD dan keseragaman benih sama.. Fhitung 2 = 1,048 dengan Ftabel
2 = 3.84. Berarti Fhitung kurang dari Ftabel, sehingga jumlah ulangan tidak
mempengaruhi keseragaman jumlah total pengeluaran benih pada masing-masing
seed tube. Fhitung 3 = 18.80 dengan Ftabel 3 = 2.06. Berarti Fhitung lebih besar dari Ftabel,
sehingga ada interaksi antara variasi bukaan dan ulangan terhadap keseragaman
jumlah benih pada masing-masing seed tube.
Melalui hasil perhitungan, diperoleh nilai kecepatan kerja mesin penanam
untuk masing-masing SMD, yaitu V 1
3 = 3. 78612 km/jam; V 2/3 = 3.23 km/jam dan
yang terakhir V 3/3 = 3.63 km/jam. Sedangkan hasil perhitungan tentang kebutuhan
benih untuk masing-masing SMD adalah N1
3
= 8 ,299624 kg/ha,
N23
=
17 , 08506
kg/ha dan yang terakhir adalah N3
3
= 23 , 22994 kg/ha.
Dilihat dari hasil perhitungan kecepatan pengeluaran benih dan kebutuhan
benih per hektar dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan pengeluaran
benih maka semakin besar kebutuhan benih per hektar. Beberapa sifat fisik benih
yang mempengaruhi penggunaan mesin penanam adalah sebagai berikut :
a. Ukuran
b. Bentuk
a. Keseragaman bentuk dan ukuran
b. Jumlah per-satuan volume
c. Ketahanan terhadap tekanan dan gesekan
Pengamatan yang kedua adalah pengamatan terhadap rice transplanter. Rice
transplanter merupakan jenis mesin penanam padi yang dipergunakan untuk
menanam padi yang telah disemaikan lebih dulu pada suatu areal khusus dengan
umur tertentu, pada areal tanah sawah yang berkondisi siap tanam. Mesin tersebut
dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle).
Rice transplanter ini bermerk MAMETORA dengan model TA-2B. Tipe
penanam padi pada praktikum ini adalah two-wheel tractor dengan type seedling
root wash. Sistem transmisi yang digunakan adalah pulley and belts. Ukuran
panjang mesin ini adalah 102 cm, dengan lebar 60.5 cm dan beratnya 140 kg. Motor
penggeraknya mesin berdaya 5 hp, dengan kecepatan putaran 1800 rpm. Mesin ini
memiliki pincette type rod and tweezers pada bagian planting device type of finger.
Row spacingnya 30 cm dan planting deepnya 4-5 cm. Selain itu, mesin ini sangat
berguna apabila digunakan pada tanah yang berlumpur (puddle).
Bagian – bagian yang dimiliki oleh transplanter ini antara lain : planting arm,
clutch lever, seedling box, planting pincette, dan levelling board. Planting arm
termasuk dalam planting device. Fungsinya sebagai penggerak garpu penanam
(planting fork); sedangkan planting fork berfungsi sebagai alat pengambilan bibit
persemaian dariseedling tray. Seedling box berfungsi sebagai kotak tempat untuk
meletakkan persemaian yang akan ditanam.
Sedangkan bagian – bagian pokok dari transplanter ini adalah : travelling
device, yang digunakan untuk menggerakkan tranplanter baik ke depan maupun ke
belakang; feeding device; planting device yang terdiri atas planting arm, danplanting
fork; dan operating device yang berfungsi sebagai alat operasi yang terdiri dari
motor, kopling, gas, versenelling.
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Mesin penanam drill seeder merupakan jenis penanam benih biji-bijian dan
dapat digunakan pada tanah yang kering.
2. Rice transplanter merupakan alat penanam bibit padi yang telah disemaikan
pada areal sawah yang kondisinya siap tanam.
3. Besarnya pembukaan pada seed matering device (SMD) mempengaruhi
jumlah benih yang keluar. Semakin besar pembukaan SMD semakin banyak
benih yang dikeluarkan.
4. Semakin besar pembukaan SMD semakin tinggi kecepatan kerja mesin
penanam dan semakin besar kebutuhan benih yang dibutuhkan per hektar
areal luasnya.
5. Hasil perhitungan anova satu arah:
a. Ftabel = 3,89 dan Fhitung = 0,683069139
b. kesimpulannya adalah variasi bukaan tidak mempengaruhi keseragaman
pengeluaran benih pada tiap-tiap seed tube.
6. Hasil perhitungan anova dua arah:
a. Ftabel 1 = 6.94 dan Fhitung 1 = 0.802
b. kesimpulannya adalah variasi bukaan tidak mempengaruhi keseragaman
pengeluaran benih pada tiap seed tube.
c. Ftabel 2 = 3.84 dan Fhitung 2 = 1.048
d. kesimpulannya adalah jumlah ulangan tidak mempengaruhi keseragaman
jumlah total pengeluaran benih pada masing-masing seed tube.
e. Ftabel 3 = 2.06 dan Fhitung 3 = 18.80
f. kesimpulannya adalah terdapat interaksi antara variasi bukaan dan
ulangan terhadap keseragaman jumlah benih pada masing-masing seed
tube.
7. Hasil perhitungan kecepatan kerja mesin penanam:
a.V 1
3
=3. 78612 km
jam
b.V 2
3
=3. 23km
jam
c.V 3
3
=3 .63km
jam
8. Hasil perhitungan kebutuhan benih:
a.N1
3
=8 .299624kg
ha
b.N2
3
=17 .08506kg
ha
c.N3
3
=23 .22994kg
ha
B. Saran
1. Benih yang dipakai pada percobaan sebaiknya diganti setiap periode waktu.
2. Benih yang digunakan hanya terbatas pada padi, saran percobaan
berikutnya dilakukan dengan bibit yang lain.
3. Alat sebelum digunakan untuk praktikum diperiksa kondisinya terlebih dahulu
untuk mengurangi kesalahan yang terjadi.
4. Hendaknya alat dan mesin yang ada dalam laboratorium dirawat dan
dibersihkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah, T. 1991. Analisis Biaya dan Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian dalam suatu Usaha Tani. Dalam Kumpulan Materi Latihan Peningkatan Ketrampilan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan Sistem Usaha Tani. Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa.
Budiarto, T. 1993. Pengaruh Tingkat Kerusakan Metode Ekstraksi Dan Penggunaan Fungisida Terhadap Varietas Benih Coklat, Buletin Agronomi. XIV (3)
Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ciptohadijoyo, Sunarto dan Radi, S.TP. 2008. Buku Panduan Praktikum Mesin Produksi Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Jacobs,Clinton O., 1983, William R. Harrel, Agricultural Power and Machinery,
McGraw-Hill Book Company, New York
Irwanto, A. Kohar, Ir. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. LTAS Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian. Bogor.
Purwadi, T. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi keenam. Gadjah Mada
University Prees. Yogyakarta.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. CV Yasaguna. Jakarta.
Sukirno, Ir. 1999. Diktat Kuliah Mekanisasi Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.