4. Pelarut TMS5. Metanol
D. Cara Kerja (didampingi operator)1. Menghidupkan alat NMR
a. Hidupkan magnetic console (diperlukan waktu sampai 7 hari
agar medan magnet yang dihasilkan stabil)
b. Hidupkan FT NMR (diperlukan waktu 2 jam sebelum dilakukan
pengukuran)
c. Hidupkan pompa untuk memutar (spinning sample)d. Hidupkan
komputer pengendalie. Tentukan parameter-parameter untuk membuat
medan
magnet yang dihasilkan stabil
2. Melakukan pengukuran senyawa standarLakukan pengukuran untuk
senyawa sekunder dan bandingkan spektra yang dihasilkan dengan
spektra sekunder
3. Melakukan pengukurana. Masukkan sampel alkohol ke dalam
tabung kuvet sampai
kira-kira tingginya tabungb. Tambahkan 3 tetes TMSc. Masukkan
tabung kuvet ke dalam tempat penyimpanan
sampel dan biarkan selama 15 menit supaya suhu sampel sama
dengan suhu pengukuran
d. Pasang tabung kuvet ke dalam tempat pengukuran, pastikan
spinning pada posisi eject kemudian masukkan tabung dan putar
dengan memutar knop pada posisi spin
e. Tentukan parameter pengukuranf. Analisis spektra yang
dihasilkan
PETUNJUK PRAKTIKUM
KIMIA ANALITISA INSTRUMEN D3 FARMASI
Oleh.
Tim analitik dan organic jurusan Kimia
Atmanto H W, Candra P, Tri Martini, Desi Suci H, asisten D3
farmasi
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus datang 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus mengenakan jas
praktikum.
3. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok dan bersenda gurau
di laboratorium selama praktikum berlangsung.
4. Setiap acara praktikum, praktikan harus telah membuat jurnal
percobaan yang akan dilakukan.
5. Setelah selesai praktikum, praktikan harus membuat laporan
sementara yang diperiksa dan ditanda tangani oleh asisten
pembimbing.
6. Laporan resmi praktikum, harus dibuat dan diserahkan kepada
asisten sebelum acara praktikum berikutnya dimulai.
7. Apabila belum menyerahkan laporan resmi, maka praktikan tidak
iperkenankan melanjutkan acara praktikum berikutnya.
8. Apabila praktikan berhalangan hadir / tidak masuk, diwajibkan
memberitahukan dan mohon ijin kepada asisten pembimbing dengan
surat.
9. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum selama 3 kali
percobaan tanpa keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
yang bersangkutan tidak diperkenankan melanjuktan praktikum pada
semester tersebut.
10. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium.
11. Selesai melakukan praktikum, praktikan wajib mengembalikan
alat dan bahan.
12. Tiap kelompok wajib membawa kain lap dan kertas tisu.
13. Apabila praktikan merusakkan / memecahkan alat, praktikan
harus mengganti sesuai dengan barang yang dirusakkan /
ipecahkan.
14. Hal-hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan
diatur berdasarkan kebijaksanaan asisten.
DAFTAR ISI
Percobaan 1
: penentuan kandungan nitrit menggunakan spektrofotometer
uv-vis
Percobaan 2
: penentuan kandu logam besi (fe) dalam obat atau makanan
menggunakan AAS
Percobaan 3
: ekstraksi dan analisa kromatografi lapis tipis bahan alam
Percobaan 4
: pemisahan komponen senyawa dari ekstrak kunyit (curcuma longa
l ) menggunakan kromatografi kolom
Percobaan 5
: penentuan kadar logam krom (Cr) dalam sampel menggunakan
HPLC
Percobaan 6
: penentuan etanol dalam minuman menggunakan kromatografi gas
(GC)
Percobaan 7
: analisa gugus fungsi menggunakan spektrofotometer infra merah
(IR)
Percobaan 8
: Demo dan analisisa NMR
PERCOBAAN I
PENENTUAN KANDUNGAN NITRIT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
UV-VIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip dasar instrument spektrofotometer UV-Vis
Melakukan preparasi sampel dalam analisis kandungan nitrit
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Melakukan analisa kuantitatif nitrit menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dalam sampel
B. DASAR TEORI
Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang banyak
dipakai dalam analisis kimia, seperti pada analisis dengan
gelombang ultraviolet dan tampak. Prinsip dasar spektroskopi adalah
interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan suatu sampel, dan
adanya interaksi tersebut menyebabkan terjadinya transisi electron
pada molekul ke tingkat energi orbital yang lebih tinggi.
Intensitas radiasi yang diserap oleh sampel berhubungan dengan
konsentrasi analit dalam suatu larutan sampel. Jumlah radiasi yang
diserap oleh suatu larutan sampel digambarkan oleh hukum
Lambert-Beer :
A = - Log T = Log 1/T = Log Io/I = bc
A = 2,00 log % T
Dimana :
A = absorbansi
T = transmitansi
B = panjang kuvet (cm )
= absorsivitas molar ( cm-1.mol-1.liter )
C = konsentrasi larutan ( mol/L )
Io = intensitas sinar dating
I = intensitas sinar yang diteruskan
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara
spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah :
1. Metode standar tunggal
Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya
absorbsi larutan standar (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp)
diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = .b.CstdAsmp = .b.Csmp
.b = Astd/Cstd.b = Asmp/Csmp
Sehingga,
Astd/Cstd = Csmp/Asmp Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar,
konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
2. Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan
berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur
dengan misalnya AAS atau UV-Vis. Langkah selanjutnya adalah membuat
grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan
merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = .b atau
slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva
kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang
diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi.
3. Metoda Adisi Standar
Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan
kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan
(matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu
takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian
diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan
larutan-larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah
terlebih dulu dengan penambahan secara linear (misalnya 1,2,3 dst)
larutan standar dan diukur absorbansinya seperti pada larutan yang
pertama (lihat gambar kanan) .
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan
sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs +
{Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur
Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan
zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus
yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Gambar : kurva kalibrai (kiri) dan kurva adisi standar (kanan)
dalam analisis spektrometri
C. ALAT
1. Spektrofotometer sinar tampak dengan kuvet silika
2. Labu ukur 50 mL:250 mL;500 mL dan 100 m:
3. Pipet ukur 1 mL;5 mL;10 mL
4. Pipet tetes
5. Gelas piala 150 mL;250 mL; 600 mL
6. Erlenmeyer 250 mL
7. Dragball
8. Cawan arloji
9. Neraca analitik
D. BAHAN
1. larutan sampel
2. aquades bebas nitrit
3. sulfanilamide (SA)
4. N-(1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihydrochloride)
5. KMnO4
6. Larutan induk nitrit
7. H2SO4 pekat
8. FAS
9. Na2C2O4
E. CARA KERJA
1. Pembakuan larutan induk nitrit, 250 mg/L NO2-N
a) Pipet 10 mL larutan KMnO4 0,05 N, masukkan kedala Erlenmeyer
250 mL
b) Tambahkan 1 mL H2SO4 pekat
c) Pipet 10 mL larutan induk nitrit, masukkan kedalam larutan
KMnO4 dengan cara ujung pipet berada dibawah permukaan larutan
KMnO4
d) Diamkan selama 5 menit
e) Hilangkan warna permanganat dengan penambahan larutan FAS
0,05 N dengan penambahan secara bertahap sebanyak 10 mL
f) Titar kelebihan FAS dengan larutan KMnO4 0,05 N sampai
sedikit warna merah muda sebagai titik akhir
g) Hitung kandungan NO2-N dari larutan induk dengan rumus
berikut :
Dimana:
C adalah kadar NO2-N dalam larutan induk, mg/mL NO2-N
V1 adalah jumlah mL total larutan KMnO4 yang digunakan
N1 adalah normalitas larutan KMnO4
V2 adalah jumlah mL total larutan Na2C2O4 atau jumlah mL total
larutan FAS
N2 adalah normalitas larutan Na2C2O4 (atau jumlah mL larutan
FAS)
V3 adalah jumlah mL larutan induk NO2-N yang diambil
(dititar)
2. Pembuatan kurva kalibrasi
a) Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan
alat
b) Ke dalam masing-masing 25 mL larutan standart tambahkan 0,5
mL larutan sufanilamida, kocok dan biarkan 2 menit sampai dengan 8
menit
c) Tambahkan 0,5 mL larutan NED dihirochlorida, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543
nm (atau serapan maksimumnya)
e) Buat kurva kalibrasinya
3. Prosedur analisis sampel
a) Pipet 10 mL sampel, masukkan kedalam gelas piala 200 mL
b) Tambahkan 0,2 mL larutan sulfanilamid, kocok dan biarkan 2
menit sampai dengan 8 menit
c) Tambahkan 0,2 mL larutan NED dihidrochlorida, kocok dan
biarkan selama 10 menit dan segera lakukan pengukuran absorbansi
(pengukuran tidak boleh dilakukan lebih dari 2 jam)
d) Baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 543
nm
e) Hitung kadar nitrit dalam sampel menggunakan kurva
standar
PERCOBAAN II
PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM BESI (Fe) DALAM OBAT ATAU MAKANAN
MENGGUNAKAN AAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip dasar instrumen AAS
Melakukan preparasi sampel obat atau makanan dalam analisis
logam Fe menggunakan AAS
Menentukan kandungan logam Fe dalam obat atau makanan
B. DASAR TEORI
Prinsip dasar dari AAS adalah dengan cara larutan sampel
diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang
dianalisis. Atom-atom akan berada dalam keadaan netral dengan
tingkat energy dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground
state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber
radisi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan (misal
analisis Cu dengan sinar dari lampu Cu) sehingga terjadi proses
eksitasi electron dari atom. Panjang gelombang yang dari sumber
radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh
atom dalam nyala.
Penyerapan energi/sinar (absorbansi) oleh atom pada panjang
gelombang tertentu akan mengikuti hukum Lambert-Beer, yakni
absorbansi berbanding lurus dengan panjang kuvet yang dilalui sinar
dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Tetapi panjang kuvet dapat
dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan
konsentrasi analit dalam larutan sampel.
Gambar alat AAS
Hukum Lambert-Beer sebagai berikut:
Keterangan:
A = absorbansi
T = transmitansi
b = panjang kuvet (cm)
= absortivitas molar (L/cm.mol)
c = konsentrasi larutan (mol/L)
Io = intensitas sinar datang
I = intensitas sinar yang diteruskan
C. ALAT
1. Spektroskopi Serapan Atom (AAS)
2. Neraca
3. Gelas beker
4. Labu ukur
5. Pipet volume / pipet gondok
6. Pipet tetes
7. Kaca arloji
8. Pengaduk kaca
9. Erlenmeyer
10. Dragball
11. Corong kaca
12. dll
D. BAHAN
1. Larutan induk Fe 1000 ppm
2. Sampel obat/makanan yang mengandung Fe
3. Akuades
4. HNO3 pekat
E. CARA KERJA
1. Preparasi Sampel
a. Destruksi (lebih diutamakan)
ambil 0,005 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 10 mL HNO3 pekat kemudian panaskan sampai sampel larut
seluruhnya dan larutan menjadi kering/hampir kering. Encerkan
sampel dengan larutan HNO3 0,1M menggunakan labu ukur 10 mL.
b. Tanpa Destruksi
Ambil 0,05 gram sampel dan larutkan di dalam beker dengan HNO3
pekat kemudian diencerkan menggunakan labu ukur 10 mL. 1mL larutan
tersebut diambil dan diencerkan menggunakan 10 mL labu ukur.
2. Metode Standar Kalibrasi
Buatlah larutan standar Fe 0.0 ; 0.5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10
ppm dengan mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm dengan larutan
HNO3 0,1M menggunakan labu ukur 10 mL.
3. Metode Standar Addisi
Buatlah larutan standar Fe 0.0 ; 0.5 ; 1 ; 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10
ppm dengan mengencerkan larutan induk Fe 100 ppm dengan larutan
HNO3 0,1M menggunakan labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan 1mL
larutan sampel pada setiap variasi konsentrasi.
4. Pengukuran Standar dan Sampel
Lakukan pengukuran larutan standar dari metode standar kalibrasi
dan standar addisi yang dimulai dari konsentrasi terendah secara
berurutan. Catat absorbansi masing-masing larutan standar tersebut.
Buatlah grafik standar antara konsentrasi versus absorbansi.
Kemudian lakukan pengukuran larutan sampel yang telah dibuat.
Apabila absorbansinya berada di luar kurva standar maka lakukanlah
pengenceran terhadap larutan sampel. Hitunglah kandungan logam besi
(Fe) dalam sampel menggunakan kurva standar.
PERCOBAAN III
EKSTRAKSI DAN ANALISA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BAHAN ALAM
TUJUAN
1. Mengekstraksi senyawa kimia dari bahan alam dengan
menggunakan ekstraksi cair-cair.
2. Menganalisis ekstrak daun nyamplung dengan metode
kromatografi lapis tipis.
DASAR TEORI
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan kimia (partisi
kimia) berdasarkan perbedaan distribusi komponen sampel di dalam
dua pelarut dengan sifat kepolaran yang berbeda. Adapun metode
ekstraksi dengan menggunakan pelarut:
1. Cara dingin
a. Maserasi
Proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang.
b. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruang.
2. Cara panas
a. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Ekstraksi yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan
pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna
untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahaan untuk senyawa
yang sejenis. Dalam kromatografi, komponen-kompenen terdistribusi
menjadi dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Transfer fasa
gerak dan fasa diam terjadi bila molekul-molekul campuran terserap
pada permukaan partikel (terserap di dalam pori-pori partikel).
ALAT DAN BAHAN
ALATBAHAN
1. Corong pisah1 buah1. Daun nyamplung10 lembar
2. Pipa kapiler1 buah2. Methanol100 mL
3. Chamber KLT1 buah3. n-heksana57 mL
4. Hot plate1 buah4. Etil asetat4 mL
5. Lampu uv1 buah5. Kloroform16 mL
6. Gelas beaker 250 mL3 buah6. Aseton1 mL
7. Gelas ukur 50 mL1 buah7. Plat KLT3 buah
CARA KERJA
1. Daun nyamplung dimaserasi dengan metanol selama
semalaman.
2. Maserat disaring dan ditambahkan n-heksana untuk kemudian
diekstraksi dengan menggunakan corong pisah
3. N-heksana dipisahkan dari campuran dan dievaporasi hingga
diperoleh ekstrak kental.
4. Ekstak daun nyamplung dilakukan analisa dengan kromatografi
lapis tipis dengan eluen yang berbeda. (n-heksana : etil asetat
4:6, kloroform : aseton 9:1, dan kloroform : n-heksana 7:3)
5. Hitung Rf dari masing-masing noda yang tampak.
PERCOBAAN IV
PEMISAHAN KOMPONEN SENYAWA DARI EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa L
) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI KOLOM
A. TUJUAN
1. Memahami teknik penggunaan kromatografi kolom
2. Melakukan pemisahan komponen-komponen senyawa dari ekstrak
kunyit menggunakan kromatografi kolom
3. Melakukan identifikasi kurkumin dari hasil pemisahan secara
kromatografi kolom menggunakan KLT
B. DASAR TEORI
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan
senyawa organik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat
dianalisis dan dapat diambil secara murni. Kromatografi digunakan
sebagian digunakan untuk mengetahui komponen apa saja yang terdapat
dalam suatu sampel zat padat atau zat cair.
Metode kromatografi adalah cara pemisahan dua atau lebih senyawa
atau ion berdasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa
atau ion ion tersebut dalam dua fasa yang berbeda. Dua fasa ini
bisa berwujud padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Zat terlarut
didalam suatu fasa gerak mengalir pada suatu fasa diam. Fasa diam
adalah fasa yang tidak bergerak, sedang kan fasa gerak adalah fasa
yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen komponen
senyawa yang akan dipisahkan. Zat analit terlarut yang memiliki
afinitas yang lebih besar terhadap fasa gerak akan tertahan lebih
lama pada fasa gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitas terhadap
fasa gerak lebih kecil akan tertahan lebih lama pada fasa diam.
Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi
komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa
diam. Jika terdapat komponen A yang terdistribusi dalam fasa gerak
(mobile) dan fase diam (stationary) :
A mobile A stationary
Kd =
f= fraksi mol A dalam fasa gerak =
keakuratan hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung
pada beberapa faktor berikut :
1. Pemilihan absorben sebagai fasa diam
2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai
fasa gerak
3. Ukuran kolom (panjang dan diameter)
4. Laju elusi atau kecepatan fasa gerak
Terdapat empat jenis kromatografi : kromatografi cair,
kromatografi gas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi
kertas. Dalam kromatografi lapis tipis, fasa gerak adalah pelarut
sedangkan fasa diamnya adalah plat tipis yang dilapisi absorben
tertentu. Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi serapan
yang didasarkan pada distribusi zat diantara padatan penyerap (fasa
diam) dan pelarut (fasa gerak). Kolom kromatografi dapat berupa
tabung kaca yang dilengkapi dengan kran pada salah satu ujungnya.
Ukuran kolom biasanya berdiameter 1-5 cm dan panjangnya 10-100 cm.
Perbandingan ukuran antara diameter dengan panjang kolom ditentukan
oleh kesukaran pemisahan. Pada prinsipnya dalam kromatografi kolom,
apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa
komponen dimasukan melalui bagian atas kolom, maka komponen yang
diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama eluen,
sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama.
C. ALAT
1. Kolom kromatografi1 buah
2. Chamber1 buah
3. Lampu UV1 set
4. Gelas beker 2 buah
5. Gelas ukur 1 buah
6. Pipet volume1 buah
7. Pipet tetes 1 buah
8. Corong gelas 1 buah
9. Dragball 1 buah
10. Pengaduk kaca1 buah
11. Pipa kapiler1 buah
12. Hot plate1 buah
13. Hair dryer1 buah
14. Flakon kaca 10 buah
D. BAHAN
1. Ekstrak kunyit1 tetes
2. CH2Cl2100 mL
3. CH3OH1 mL
4. Plat KLT1 lembar
5. Silika gel 15 gram
E. CARA KERJA
Pembuatan kolom dilakukan dengan cara 15 gram silika gel
dilarutkan dengan eluen CH2Cl2 : CH3OH (99 :1) kemudian dimasukan
secara perlahan kedalam kolom kromatografi, kondisi kolom harus
selalu basah dengan pelarut, kemudian teteskan ekstrak kunyit
secara perlahan pada bagian atas kolom ( jangan sampai merusak
permukaan kolom yang sudah rata). Lakukan elusi hingga komponen
terpisah menjadi beberapa fraksi, tampung fraksi kedalam flakon
kaca sesuai dengan perbedaan warna komponen, gabungan fraksi yang
mengandung komponen pertama ini diuapkan kemudian ditotolkan pada
plat KLT, dimasukan kedalam chamber yang berisi eluen CH2Cl2 :
CH3OH (99:1), plat KLT dikeringkan, noda pada plat KLT dilihat
menggunakan lampu UV.
PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR LOGAM KROM (Cr) DALAM SAMPEL
MENGGUNAKAN HPLC
A. TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja HPLC.
2. Menganalisis kandungan logam krom dalam sampel menggunakan
HPLC baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
B. DASAR TEORI
High Performance Liquid Chromatography atau kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC) merupakan salah satu contoh kromatografi
cair. Pemisahan dalam HPLC normalnya lebih efisien dan tidak
membutuhkan kolom yang panjang. Proses pemisahan komponen -
komponen dalam suatu sampel dengan menggunakan HPLC dibutuhkan
tekanan yang cukup tinggi sehingga proses pemisahannya lebih
sempurna dan cepat.
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan mencocokkan waktu
retensi dan similarity indeks (SI) kromatogram sampel dengan
standard yang akan dianalisis atau dengan metode spiking sampel
dengan standard yang akan dianalisis. Sedangkan analisis
kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode,
seperti :
1. Metode standard tunggal atau spiking standard tunggal
2. Metode kurva kalibrasi/kurva standard
3. Metode standard adisi
Gambar alat HPLC
C. ALAT
1. Seperangkat alat HPLC dengan detector UV 254 nm kolom C18
2. Syringe 25 l
3. Pipet ukur 10 ml
4. Pipet tetes
5. Erlenmeyer
6. Gelas beker 50 ml
7. Labu ukur 25 ml
8. Corong gelas
D. BAHAN
1. Sampel krom
2. Larutan standard krom
3. Aquabides
4. Kertas saring
E. CARA KERJA
Panaskan alat HPLC selama beberapa jam sebelum digunakan untuk
menstabilkan alat dan mencuci kolom dengan eluen yang akan
digunakan selama pemanasan. Ambil 1 ml larutan Cr(NO3)2 10 ppm dan
encerkan menjadi 25 ml sehingga diperoleh larutan A. Kemudian
injeksikan larutan A ke dalam tempat sampel HPLC menggunakan eluen
aquabides dengan syringe. Catat waktu retensi, intensitas, dan luas
puncak utama dari kromatogram standard tersebut. Ambil 1 ml sampel
krom kemudian diencerkan sebanyak 25 ml dengan aquabides sehingga
diperoleh larutan B. Injeksikan larutan B ke dalam tempat sampel
HPLC dengan syringe menggunakan eluen dan kondisi yang sama.
Selanjutnya tambahkan 1 ml larutan A ke dalam 9 ml larutan B
kemudian dilarutkan menjadi 25 ml dengan aquabides sehingga
diperoleh larutan C. Injeksikan larutan C pada HPLC menggunakan
eluen dan kondisi yang sama. Analisislah kromatogram yang diperoleh
dan hitung kadar krom dalam sampel :
=
atau :
=
dimana :
I = intensitas
A = luas permukaan peak
C = konsentrasi
PERCOBAAN VI
PENENTUAN ETANOL DALAM MINUMAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS
(GC)
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami prinsip kerja kromatografi gas.
2. Menganalisis kandungan etanol dalam minuman dengan
menggunakan kromatografi gas, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
B. DASAR TEORI (baca juga bab percobaan HPLC atau kromatografi
lainnya)
Prinsip dasar kromatografi gas sama seperti kromatografi
lainnya. Perbedaannya hanya pada eluen, dimana pada GC menggunakan
eluen gas.
Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan mencocokkan waktu
retensi dan similarity indeks (SI) kromatogram sampel terhadap
kromatogram standar, atau dengan metode spiking sampel terhadap
standar.
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode, seperti:
1. Metode standar tunggal.
2. Metode kurva kalibrasi/kurva standar.
3. Metode standar adisi.
Gambar skema sederhana alat GC
C. METODOLOGI PERCOBAAN
1. ALAT
1. Seperangkat alat GC (detektor UV 254 nm, kolom C18)
2. Syringe 50 L
3. Pipet volume 1 mL
4. Pipet volume 5 mL
5. Labu ukur 5 mL
6. Gelas beker 25 mL
7. Pipet tetes
8. Glassfin
2. BAHAN
1. Larutan standar etanol 98%
2. Sampel minuman beralkohol
D. CARA KERJA
1. Panaskan alat GC selama beberapa jam sebelum digunakan, dan
mencuci kolom dengan eluen selama pemanasan (mohon ditanyakan
kepada operator alat)
2. Siapkan larutan standar, sampel, dan campuran standar+sampel
(perbandingan 3:2 dan 6:4) masing-masing 5 mL.
3. Injeksikan larutan standar sebanyak 0,5 L ke dalam tempat
sampel GC menggunakan syringe.
4. Catat waktu retensi, intensitas, dan luas permukaan peak
utama dari kromatogram.
5. Injeksikan larutan sampel minuman sebanyak 0,5 L ke dalam
tempat sampel GC dengan eluen dan kondisi yang sama.
6. Injeksikan larutan campuran sebanyak 0,5 L ke dalam tempat
sampel GC dengan eluen dan kondisi yang sama.
7. Analisa kromatogram yang dihasilkan, hitung kadar etanol
dalam sampel minuman dan dalam larutan campuran dengan metode
standar tunggal.
8. Buat 5 larutan deret standar dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20%, dan 25% sebanyak 5 mL.
9. Injeksikan masing-masing standar sebanyak 0,5 L ke dalam
tempat sampel GC, dilanjutkan dengan larutan sampel.
10. Analisa data kromatogram. Hitung kadar etanol dalam sampel
dengan metode kurva kalibrasi.
Metode standar tunggal
As : respon sinyal standarAx : respon sinyal sampel
Cs : konsentrasi standarCx : konsentrasi sampel
PERCOBAAN VII
ANALISA GUGUS FUNGSI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER INFRA MERAH
(IR)
A. Tujuan
1. Memahami prinsip kerja dari FTIR
2. Menganalisa gugus fungsi yang ada dalam suatu sampel
menggunakan FTIR
B. Dasar Teori
Pada spektrofotometer Infra merah (IR) didasarkan pada interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan vibrasi suatu molekul
sehingga terjadi eksitasi tingkat energi vibrasi molekul. Besarnya
energi ini tergantung pada massa atom tereduksi dari atom-atom yang
berikatan, kekuatan, panjang dan jenis ikatan. Tingkat energi ini
spesifik terhadap gugus fungsi tertentu sehingga dapat dijadaikan
instrumen dalam menganalisis gugus fungsi dalam suatu sampel.
Gambar diagram skema alat FTIR
C. Alat
1. Spektrofotometer IR
2. Pencetak pellet
3. Neraca analitik
D.
E. Bahan
1. KBr
2. Anilin
3. Asam benzoate
F. Cara Kerja
Haluskan serbuk KBr kemudain diambil 1 mg untuk dibuat pellet
menggunakan alat pembuat pellet bertekanan tinggi. Selanjutnya,
gerus sampel dan serbuk Kbr dengan perbandingan tertentu sampai
homogen. Kemudian diambil 1 mg untuk di buat pellet. Pellet
dianalisis menggunakan FTIR pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1.
Analisa spektra IR
PERCOBAAN VIII
ANALISIS STRUKTUR SENYAWA ALKOHOL MENGGUNAKAN SPEKTROMETER
RESONANSI MAGNETIK INTI (NMR)
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami instrument spektrometer resonansi magnetik inti
untuk analisis kimia
2. Mengintepretasikan data analisis dari spektrometer resonansi
magnetik inti untuk analisis struktur suatu senyawa
B. Dasar Teori
Unsur yang mempunyai nomor atom dan nomor massa ganjil, inti
atomnya mempunyai spin inti yang dapat diamati menggunakan
spektrometer resonansi magnetik inti (NMR). Sebagai contoh
sederhana adalah proton yang mempunyai nomor atom 1, perputaran
(spin) pada proton tersebut dapat menimbulkan medan magnet yang
disebut momen magnet. Perbedaan energi yang ditimbulkan oleh medan
magnet yang kuat dapat dijelaskan dengan persamaan berikut :
dimanaE = perbedaan energi antara spin dan
(keadaan spin pada energi rendah dan spin pada energi
tinggi)
= perbedaan giro energi (26753 / detik / Gauss untuk proton)
h = tetapan Planck
Ho = kekuatan medan magnet eksternal
sedangkan untuk energi foton dapat dijelaskan sebagai :
dimana = frekuensi gelombang elektromagnetik
sehingga
Medan magnet untuk frekuensi resonansi 60 Hz adalah sebesar 1402
Gauss. NMR menyajikan berbagai macam medan magnet yang diplot pada
grafik dari absorbsi energi sebagai fungsi kekuatan medan
magnet.
Jenis pertama spektometer NMR terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Magnet yang stabil dengan pengontrol yang sensitif dan dapat
menghasilkan medan magnet precise.
2. Frekuensi radio (transmitter RF)
3. Detektor yang mengukur energi RF absorbsi sampel
4. Pencatat (recorder)
Grafik absorbsi terjadi pada ordinat Y sebagai fungsi medan
magnet pada axis X. Grafik medan magnet yang kuat akan berada di
sebelah kanan (upfield), sedangkan grafik magnet yang lemah akan
berada pada bagian kiri (downfield). Absorbansi pada proton yang
lebih shielded pada upfield di sebelah kanan. Sebaliknya pada
proton yang kurang shielded akan berada pada downfield berada pada
posisi sebelah kiri.
C. Alat dan Bahan
1. Spektrometer Resonansi Magnetik Inti
2. Komputer pengendali
3. Tempat sampel (kuvet)
4. Pelarut TMS
5. Metanol
D. Cara Kerja (didampingi operator)
1. Menghidupkan alat NMR
a. Hidupkan magnetic console (diperlukan waktu sampai 7 hari
agar medan magnet yang dihasilkan stabil)
b. Hidupkan FT NMR (diperlukan waktu 2 jam sebelum dilakukan
pengukuran)
c. Hidupkan pompa untuk memutar (spinning sample)
d. Hidupkan komputer pengendali
e. Tentukan parameter-parameter untuk membuat medan magnet yang
dihasilkan stabil
2. Melakukan pengukuran senyawa standar
Lakukan pengukuran untuk senyawa sekunder dan bandingkan spektra
yang dihasilkan dengan spektra sekunder
3. Melakukan pengukuran
a. Masukkan sampel alkohol ke dalam tabung kuvet sampai
kira-kira tingginya tabung
b. Tambahkan 3 tetes TMS
c. Masukkan tabung kuvet ke dalam tempat penyimpanan sampel dan
biarkan selama 15 menit supaya suhu sampel sama dengan suhu
pengukuran
d. Pasang tabung kuvet ke dalam tempat pengukuran, pastikan
spinning pada posisi eject kemudian masukkan tabung dan putar
dengan memutar knop pada posisi spin
e. Tentukan parameter pengukuran
f. Analisis spektra yang dihasilkan