NAMA ANGGOTA : DHERY ALIF MAULANA / 3093059 AVIVA EVI / 3083072 ANGGA VIESTO ALVINDO / 3092151 M. FATHIR ILMAN / 3093057 IKHSAN YUDHA ASMARA / 3093070 ANDI PUTRA FIRMANSHA / 3092142 DIMMY NOVRIO SATRIA / 3093101 HUKUM PERNIKAHAN BERBEDA AGAMA DALAM ISLAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
NAMA ANGGOTA :DHERY ALIF MAULANA / 3093059
AVIVA EVI / 3083072ANGGA VIESTO ALVINDO / 3092151
M. FATHIR ILMAN / 3093057IKHSAN YUDHA ASMARA / 3093070ANDI PUTRA FIRMANSHA / 3092142DIMMY NOVRIO SATRIA / 3093101
HUKUM PERNIKAHAN BERBEDA AGAMA
DALAM ISLAM
LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, khususnya bila dilihat dari segi yang majemuk, khususnya bila dilihat dari segi etnis / suku bangsa dan agama. Konsekuensinya, etnis / suku bangsa dan agama. Konsekuensinya, dalam menjalani kehidupannya masyarakat dalam menjalani kehidupannya masyarakat Indonesia dihadapkan kepada perbedaan – Indonesia dihadapkan kepada perbedaan – perbedaan dalam berbagai hal, mulai dari perbedaan dalam berbagai hal, mulai dari kebudayaan, cara pandang hidup dan interaksi kebudayaan, cara pandang hidup dan interaksi antar individunya. Yang menjadi perhatian dari antar individunya. Yang menjadi perhatian dari pemerintah dan komponen bangsa lainnya adalah pemerintah dan komponen bangsa lainnya adalah masalah hubungan antar umat beragama. Salah masalah hubungan antar umat beragama. Salah satu persoalan dalam hubungan antar umat satu persoalan dalam hubungan antar umat beragama ini adalah masalah Pernikahan Muslim beragama ini adalah masalah Pernikahan Muslim dengan non-Muslim yang selanjutnya kita sebut dengan non-Muslim yang selanjutnya kita sebut sebagai “Pernikahan beda Agama”sebagai “Pernikahan beda Agama”
TUJUANTUJUANDari latar belakang makalah ini, kelompok Dari latar belakang makalah ini, kelompok
kami ingin memberikan wacana-wacana tentang kami ingin memberikan wacana-wacana tentang pernikahan beda agama yang terjadi di pernikahan beda agama yang terjadi di masyarakat di masa sekarang. Munculnya pro-masyarakat di masa sekarang. Munculnya pro-kontra di masyarakat membuat kelompok kami kontra di masyarakat membuat kelompok kami ingin mengupas tuntas fenomena pernikahan ingin mengupas tuntas fenomena pernikahan beda agama yang terjadi di masyarakat.beda agama yang terjadi di masyarakat.
Selain itu kita juga membahas pernikahan Selain itu kita juga membahas pernikahan beda agama dari berbagai sudut pandang yaitu beda agama dari berbagai sudut pandang yaitu sudut pandang agama dan juga sudut pandang sudut pandang agama dan juga sudut pandang hukum negara. Terdapat banyak hal yang harus hukum negara. Terdapat banyak hal yang harus kita ketahui tentang fenomena pernikahan beda kita ketahui tentang fenomena pernikahan beda agama di Indonesiaagama di Indonesia
Laki-laki Non-Muslim dengan wanita Muslim
Kedua pihak ulama sepakat untuk mengharamkan pernikahan yang terjadi pada keadaan seperti itu, seorang wanita muslim haram hukumnya dan pernikahannya tidak sah bila menikah dengan laki-laki non-muslim. Al-Quran menjelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 221.
Meskipun ayat-ayat tersebut berbicara dalam konteks orang musyrik, namun karena alasan pelarangan yang cukup jelas, yaitu mereka akan mengajak ke neraka, maka ini menunjukkan berlaku pada semua non-muslim.
Dalam pernikahan muslimah dengan non muslim, dikhawatirkan akan menyebabkan muslimah meninggalkan agamanya, atau paling tidak menyebabkannya tidak bisa mengamalkan agamanya, karena kebanyakan pernikahan sarat dengan nilai agama, dan kecenderungan perempuan mengikuti suaminya.
Laki-laki Muslim dengan wanita Non-Muslim
Seorang laki-laki muslim dilarang menikah dengan wanita non-muslim kecuali wanita Ahli Kitab, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Maa’idah ayat 5.
Dalam hukum Islam, wanita non-muslim itu terbagi menjadi 4 golongan:
1. Wanita yang Musyrik (Musyrikah atau Animis /Paganis) 2. Wanita yang tak mengakui adanya Tuhan atau Atheis
(Mulhidah) 3. Wanita yang Murtad dari agama Islam (Murtaddah)4. Wanita Ahli Kitab (beragama Yahudi atau Nasrani)
Dari keempat golongan wanita di atas, Islam menghalalkan pernikahan hanya bagi wanita Ahli Kitab. Sedangkan wanita dari golongan selain Ahli Kitab maka Islam melarang menikahinya ( Haram ).
Perkawinan berbeda agama menurut Hukum Negara
Perkawinan di Indonesia diatur oleh UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Berdasarkan UU tersebut perkawinan di definisikan sebagai “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karenanya dalam UU yang sama diatur bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu serta telah dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
CONTOH KASUSCONTOH KASUS
Pernikahan Lidya Kandou dengan Jamal Mirdad
KESIMPULANKESIMPULAN
&&
SARANSARAN
Artinya : Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Al-Baqarah 221)
Mbalik
Artinya :Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu. Bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (Al-Maa’idah 5)