1 POTRET PEREKONOMIAN MASYARAKAT PETANI PASCA BOM BALI 1) Dr. Made Antara, MS. 2) I. PENDAHULUAN Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan karakter keb udayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hind u, serta sektor industri kecil dan kerajinan yan g berkaitan dengan sektor pertanian dan s ektor pariwisata (Anonim, 1999; Anonim, 2001). Kebijakan prioritas tiga sektor ini, mengacu terminologi Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat digolongkan ke dalam pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran dan permintaan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan sektor-sektor itu dapat menciptakan permintaan mereka sendiri. Kebijakan prioritas tiga sektor (pertanian, pariwisata dan industri kecil) dalam pembangunan ekonomi Bali telah menunjukkan hasil yang sangat fantastis, dimana pertumbuhan ekonomi Bali selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%; Pelita II sebesar 8,55%; Pelita III sebesar 14,01%, Pelita IV sebesar 8,28%; dan pada Pelita V tumbuh sebesar 8,40%. Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan perekonomian Bali rata-rata 5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebelumnya. Ketika terjadi krisis ekonomi nasional (1997/1998), perekonomian Bali mengalami kontraksi cukup tajam mencapai minus 4,04%, sedangkan tingkat nasional mencapai minus 13,13%. Kebijakan economic recoveryyang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah telah berdampak positif terhadap perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian Bali tahun 1999 mulai tumbuh positif 1) Makalah disajikan pada seminar regional yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar Bali, Selasa, 30 September 2003. 2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, pengajar pada Jurusan Sosek Faperta UNUD dan Program Pascasarjana UNUD, Denpasar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
POTRET PEREKONOMIAN MASYARAKAT PETANIPASCA BOM BALI 1)
Dr. Made Antara, MS.2)
I. PENDAHULUAN
Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan
titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan usaha-usaha
memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan
karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri
kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata
(Anonim, 1999; Anonim, 2001). Kebijakan prioritas tiga sektor ini, mengacu
terminologi Nurkse, 1953 (dalam Yotopoulos dan Nugent, 1976) dapat
digolongkan ke dalam pertumbuhan seimbang, yakni ada keterkaitan penawaran
dan permintaan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau pengembangan
sektor-sektor itu dapat menciptakan permintaan mereka sendiri.
Kebijakan prioritas tiga sektor (pertanian, pariwisata dan industri kecil)
dalam pembangunan ekonomi Bali telah menunjukkan hasil yang sangat fantastis,
dimana pertumbuhan ekonomi Bali selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi
nasional. Pada Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%; Pelita II sebesar 8,55%;
Pelita III sebesar 14,01%, Pelita IV sebesar 8,28%; dan pada Pelita V tumbuh
sebesar 8,40%. Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan
perekonomian Bali rata-rata 5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
sebelumnya.
Ketika terjadi krisis ekonomi nasional (1997/1998), perekonomian Bali
mengalami kontraksi cukup tajam mencapai minus 4,04%, sedangkan tingkatnasional mencapai minus 13,13%. Kebijakan economic recovery yang
dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah telah berdampak positif terhadap
perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian Bali tahun 1999
mulai tumbuh positif
1) Makalah disajikan pada seminar regional yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian
Universitas Warmadewa, Denpasar Bali, Selasa, 30 September 2003.2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, pengajar pada Jurusan Sosek Faperta UNUD dan
Program Pascasarjana UNUD, Denpasar
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Sebe*sar 0,67%, kemudian berlanjut dalam tahun 2000 sebesar 3,05% dan tahun
2001 sebesar 3,39% di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,32% dan
pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2002 mencapai 3,15% (Tabel 1).
Sektor pertanian yang pada awalnya berperan menjadi penopang
pertumbuhan sektor lainnya, setelah sempat mengalami pertumbuhan minus
1,90% tahun 1999, tahun 2000 kembali mengalami pertumbuhan positif sebesar
1,67%, tahun 2001 sebesar 2,76% dan tahun 2002 sebesar 2,98%. Salah satu
sektor yang pertumbuhannya terus mengalami peningkatan setelah mengalami
krisis pada tahun 1998 adalah sektor industri pengolahan, mulai dari 1,21% tahun
1999 meningkat menjadi 3,35% tahun 2000 dan 4,61% tahun 2001 serta tahun
2002 sebesar 5,57%. Sebagai sektor andalan perekonomian Bali yaitu
perdagangan, hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan positif pada tahun
2001 sebesar 2,36% dan tahun 2002 sebesar 0,46%, turun dibandingkan tahun
2000 yang mencapai 2,93%. Secara makro, krisis ekonomi yang terjadi akan
berpengaruh terhadap pola dan struktur ekonomi Propinsi Bali yang
perekonomiannya sebagian besar didukung oleh sektor pariwisata dan sektor-
sektor terkait (Tabel 1).
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali atas dasar Harga Konstan 1993,Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998-2002
No. Lapangan UsahaPertumbuhan Ekonomi Bali (%)
1998 1999 2000 2001 2002
1 Pertanian 0,71 -1,90 1,67 2,76 2,98
2 Pertambangan dan Penggalian -3,81 1,27 0,99 1,26 2,00
3 Industri Pengolahan -3,65 1,21 3,35 4,61 5,57
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 13,11 4,50 10,77 10,93 13,95
5 Bangunan dan Konstruksi -9,98 -0,58 1,03 3,17 5,61
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -4,20 1,37 2,93 2,36 0,46
7 Komunikasi -9,05 0,84 5,97 5,47 3,81
8 Keuangan, Persewaan dan Jada Perusahaan -3,31 0,79 3,25 3,26 5,78
9 Jasa-Jasa lain -5,31 2,17 2,40 3,44 4,06
Rata-Rata Pertumbuhan -4,04 0,67 3,05 3,39 3,15Sumber: BPS Propinsi Bali (dalam Anonim, 2003)Catatan: Pertumbuhan ekonomi Bali periode 1994-1997 beruturt-turut: 7,51%; 7,93%; 8,16% dan 5,81%.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
3 <Rp 100.000 (1) 0.042 0.3514 Rp 100.000-299.999 (2) 0.131 0.3515 Rp 300.000-499.999 (3) 0.187 0.350*6 Rp 500.000-749.999 (4) 0.140 0.3497 Rp750.000 (5) 0.170 0.346
8 Perusahaan 0.118 0.355Total Institusi (3-8) 0.788 -
9 Padi 0.073 0729
10 Jagung 0.005 1.12011 Tanaman Umbi-Umbian 0.009 1.36012 Sayur-sayuran 0.031 2.04713 Buah-buahan 0.041 5.14414 Kacang Tanah 0.003 0.60415 Kacang Kedele 0.005 0.46716 Tanaman Pangan Lainnya 0.000 0.000
Sub Total Tanaman Pangan (9-16) 0.167 -17 Kelapa 0.002 0.44418 Tembakau 0.001 0.42519 Kopi 0.005 0.511
20 Tanaman Perkebunan Lainnya 0.004 0.443Sub Total Perkebunan (17-20) 0.012 -21 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.047 0.78122 Kehutanan dan Hasil-hasilnya 0.007 0.59923 Perikanan dan Hasil-hasilnya 0.018 0.669
Sub Total Pertanian (9-23) 0.257 -24 Pertambangan dan Penggalian 0.001 0.04125 Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 0.122 076426 Industri Pemintalan Tekstil, Pakaian dan Kulit 0.035 0.69927 Industri Kayu dan Sejenisnya 0.142 2.04228 Industri Kertas dan Sejenisnya 0.015 0.69529 Industri Kimia dan Sejenisnya 0.110 0.41030 Industri Alat Angkutan dan Barang Logam 0.048 0.41931 Listrik, Gas dan Air Minum 0.022 0.78332 Bangunan dan Konstruksi 0.006 0.67233 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.303 6.99234 Transportasi, Pos dan Telekomunikasi 0.507 6.48835 Keuangan (Bank dan Non Bank) 0.147 4.44336 Persewaan Bangunan, Pemerintanah dan Jasa Lain 0.497 6.029
Total Sektor Produksi (9-36) 2.203 -Sumber: Antara (1999)Catatan: Rataan Pengganda Sektor Produksi = 0.079
Perhitungan Elastisitas, E = dyi/dxj. xj/yidi mana: dyi/dxj = pengganda neraca (sektor) ke-i dari kolom ke-j.
xj = pengeluaran wisatawan, yi = pendapatan neraca (sektor) ke-i
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Banyak Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan,Jembrana,Buleleng, Bangli,Klungkung,Karangasem
2 Industri kerajinan dan garmen 40-50Catatan: tenaga kerja yang di PHK atau dirumahkansebagian kembali menjadi petani, buruh, pengrajin,pekerja serabutan, pekerja sosial di desa/di pura, dlll
2 Industri dan kerajinan: kayu,perak/emas,anyaman, garmen,genteng, batubata,keramik, gamelan
15-100
3 Perdagangan/hasil bumi 20-654 Transportasi pariwisata 80-1005 Seni budaya 40 –1006 Penunjang Pariwisata: diving 80-907 Galian C/pasir,batu 20
4 AksesLembagaKeuangan
1 LPD 10-15 Denpasar,Badung,Gianyar,Tabanan,
BulelenKlungkung,Karangasem,Bangli,Jembrana
2 KSP/KUD3 BPR4 Bank Umum
Catatan : Bagi nasabah LPD/KSP yangdikelola lembaga adat, biasanyadiberikan keringanan membayar cicilan/ bunganya saja atau waktupengembalian diperpanjang.
5 Sosial dan Psikologis (Non- Ekonomi)Dampak non ekonomi tragedi Bali 12 Oktober 2002, seperti dampak sosial (gangguankeamanan) dan dampak psikologis (stress) memang belum tampak ke permukaan, terkecuali dikota Denpasar sudah tampak ke permukaan berupa dampak sosial seperti pencurian-pencuriandi beberapa kompleks perumahan. Namun, jika kondisi krisis yang menimpa Bali terusberlanjut, tidak tertutup kemungkinan akan muncul dampak-dampak sosial dan psikologis yangtidak diinginkan.
Sumber: LPM UNUD dan UNDP-PBB (2003), penulis sendiri termasuk salah satu peneliti di dalamnya.Catatan: Persentase adalah jeneralisasi kisaran persentase dari 9 Kabupaten/Kota di Bali yang disajikan pada Tabel 4.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Acher, B.H. 1991. „The Value of Multiplier and Their Policy Implication;. InManaging Tourism, Edited by Medlik. Butterworth-Heinemann, London. pp.15-30.
Anonim. 1999. „Repelita VI Propinsi Daerah Tingkat I Bali (1994/95-1998/99)‟.Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Bali.
Anonim. 2000. „Survey Kepariwisataan di Bali Tahun 2000 Lama Tinggal,Pengeluaran Wisatawan, dan Karakteristik Wisatawan‟. Dinas PariwisataPropinsi Bali.
Anonim. 2001. „Program Pembangunan Daerah Propinsi Bali Tahun 2001-2005,Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Bali.
Anonim. 2003. „Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah (APBD) Propinis Bali Tahun 2004. Pemerintah Propinsi Bali.
Antara, Made. 1999. „Dampak Pengeluaran Wisatawan dan Pemerintah TerhadapKinerja Perekonomian Bali: Pendekatan Social Accounting Matrix. DisertasiDoktor pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Erawan, N. 1994. „Pariwisata dan Pembangunan Ekonomi (Bali sebagai Kasus)‟. Upada Sastra, Denpasar.
French, Christine, N; Stephen, J. Craig-Smith and Alan Collier. 1995. „Principle of Tourism‟. Longman, Australia.
Krippendorf, J. 1991. „Toward New Tourism Policies‟. In Managing Tourism, Editedby Edlik, Butterworth-Heinemann, London. pp. 307-317.
LPM UNUD dan UNDP. 2003. „Hasil Survei Dampak Tragedi Bali 12 Oktober 2002Terhadap Perekonoian 45 Desa Adat Penyangga Pariwisata di Bali danIdentifikasi Kebutuhannya‟. Pengkajian LPM Unud dengan UNDP-PBB..
Yotopoulos, P.A. and J.B. Nugent 1978. „Economic of Development EmpiricalInvestigation‟. Harper & Row Publisher.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Lampiran 1. Dampak Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002 Terhadap Perekonomian 45 Desa Adat di Bali
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom
1 2 3 4
1. Denpasar 1. Penurunan Pendapatan
Dampak terhadap sektor pertanian dapat digolongkan menjadi dua yaitudampak langsung dan tidak langsung. Dampak langsung terutama dialamioleh pertanian yang produksinya langsung ditujukan untuk mensuplaikebutuhan hotel dan restoran yang dihasilkan oleh kelompok tani/subak yangada di desa adat pemogan yaitu Subak Cuculan dan Subak Pemogan dengan
jenis komoditi yaitu sayur mayur seperti caysin, cabai, kangkung, mentimun,kacang panjang, dan buah seperti semangka dan melon.
Dampak tidak langsung dialami oleh kelompok sasaran (target groups ) diSubak panjer, Subak Renon (Desa Adat Panjer) Subak Pohmanis, SubakTaman (Desa Adat Poh Manis), Subak Temaga (Desa Adat Bekul) yangmengusahakan komoditas pertanian untuk kebutuhan pasar seperti, sepertisayur-sayuran (kangkung, caysin, dll), bunga-bungaan (pacar, tunjung, ratna)dll. Penurunan pendapatan terjadi karena berkurangnya permintaan terhadapkomoditas tersebut di pasar akibat menurunnya daya beli masyarakat sertamenurunnya harga. Penurunan pendapatan yang dialami petani mencapai70% dari sebelum terjadinya pengeboman.
Begitu pula dengan kelompok tani ikan yang mengusahakan komoditas udanggalah dan ikan karper untuk konsumsi hotel mengalami penurunanpendapatan sampai 60%, bahkan sampai periode Desember 2002 belum ada
panen udang untuk hotel. Termasuk kelompok tani ini adalah Subak PohManis dan Subak Taman di desa adat Poh Manis.
2. Kehilangan Pekerjaan
Pemutusan hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu dampak yang timbulakibat penurunan kunjungan tourist ke Bali. PHK tersebut terutama mengenaikaryawan hotel yang bekerja pada hotel-hotel kecil dan sopir pada perusahantravel. Jumlah anggota desa adat yang termasuk dalam golongan ini relatifbanyak, walau belum ada pendataan yang resmi.
1. Sosial
Permasalahan sosyang dialami oseluruh desa adadalah besarn
jumlah pependatang.
Kehadirannya tidsaja menggangtatanan kehidupmasyarakat Bali yadilandasi filosoTrihita Karana seppembangunan gubgubuk lpenggunaan telajakrumah unberjualan, sepedagang kaki liyang melimp
ditempat-tempatumum, kepadatan llintas semamenjauhkan Bali dkonsep tersebut.
Disamping itu, terpeningkatan permasalasosial seperti pencurperampokan kejahatan denpemberatan lainnya sebanyaknya jumpengemis gelandangan.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Jumlah yang lebih banyak adalah beberapa karyawan hotel atau industrigarmen yang dirumahkan, yaitu karyawan diliburkan karena tidak adanya tamuatau pesanan barang. Selama dirumahkan karyawan tidak mendapatkan gaji,karyawan ini akan dipanggil kembali apabila telah ada tamu atau orderan barubagi industri garmen.
Bagian yang paling banyak dari dampak peristiwa 12 Oktober 2002 terhadapkaryawan adalah berupa pengurangan jam kerja. Karyawan diliburkan untuksementara menunggu kembalinya permintaan akan jasa pelayanan hotel. Hari
kerja masing-masing karyawan berkurang dari 26 HOK menjadi antara 15 –20HOK. Hal ini tentu berdampak bagi pengurangan pendapatan karyawanbersangkutan.
Aktivitas anggota desa adat yang terkena dampak seperti tersebut di atas dimasyarakat berbeda-beda tergantung dari lingkungan, keterampilan,permodalan dan peluang yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut.Seperti target group di Desa adat Panjer karyawan yang kena PHK mencobaberusaha tani, namun kebanyakan dari mereka berusaha dagang sepertimenjadi dagang canang, nasi jenggo dan kue basah.
3. Kehilangan Akses Pasar
Dampak yang luas dialami masyarakat akibat peristiwa 12 Oktober 2002adalah hilangnya akses pasar barang-barang hasil produksi pertanian,industri, dan kerajinan yang mengakibatkan berkurangnya omset penjualan
bahkan ada beberapa industri kerajinan yang mengalami kemandegan pasar.Profil kehilangan akses pasar dari sektor-sektor yang dikaji adalah sebagaiberikut :
Industri Kerajinan, kerajinan kayu dan atau furniture terjadi penurunan omsetantara 40 – 50%.
Tragedi bom Btelah menurunkdaya beli masyaradan berkurangnpeluang kerja bkaum pendatang.
Dimasa mendatakondisi ini akmenambah semaparahnyapermasalahan sosbila tidak dicarik
jalan pemecahanny
Usaha yang ditempoleh masyarakat aduntuk menanggulamasalah terseadalah dimulainpenertiban terhadpenduduk pendatayang tidak memidentitas dan mapencaharian ya
jelas, serta upengamanan
masing-masing deadat dengmengadakanpecalang jaga baya
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Lembaga keuangan yang sering digunakan oleh masyarakat desa adat adalahLembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa adat (75%),sedangkan yang lainnya menggunakan koperasi simpan pinjam (KSP).Masyarakat menggunakan lembaga keuangan antara menabung danmeminjam uang berada pada kondisi yang berimbang. Kecuali di wilayahkepaon lebih banyak menabung.
Masyarakat desa adat umumnya meminjam uang untuk keperluan produktifyaitu modal usaha (60%), dan lainnya menggunakan pinjaman untuk tujuankonsumtif seperti pembuatan rumah dan keperluan upacara agama.
Dampak tragedi 12 Oktober 2002 terhadap likuiditas pengembalian cicilan olehpeminjam terjadi di seluruh desa adat, walaupun sampai saat ini jumlahnyatidak begitu besar yaitu antara 10 –15%.
Langkah yang diambil oleh lembaga keuangan terhadap anggota desa adatyang mengalami hal ini adalah melalui pemberian keringanan bunga (desaadat Panjer, Bekul, dan Poh Manis), sedangkan untuk LPD desa adatPemogan dan Kepaon melakukan resekeduling.
Sampai saat ini masyarakat desa-desa adat di Kota Denpasar tidak merasakehilangan akses lembaga keuangan.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom
2. Badung 1. Penurunan Pendapatan
Tragedi Bali 12 Oktober 2002 mengakibatkan penurunan pendapatanmasyarakat desa-desa adat di Kabupaten Badung pada semua sektor usahabaik usaha pertanian, kerajinan, perdagangan, transportasi, pariwisata dansebagainya.
Para pekerja di rafting penghasillannya juga menurun walaupun belum sampaidirumahkan.
2. Kehilangan Pekerjaan
Banyak anggota masyarakat yang kehilangan pekerjaan terutama buruhbangunan sebagian besar menganggur
Mereka yang kerja di bidang pariwisata malahan sudah ada yang mulaidirumahkan.
Seni tari seperti tari kecak, tari legong yang dulu sebelum tragedi seringpentas di hotel sekarang sudah tidak lagi
Para pekerja di hotel/restoran sudah 10 orang yang dirumahkan, industrikerajinan tak ada order.
Bagi mereka yang kerja di restoran dan hotel sudah ada yang dirumahkansebanyak 3 orang yang sampai saat ini masih mengisi kegiatan denganmembantu keluarganya yakni bertani.
Prekuensi angkutan barang juga menurun.
Walaupun sampai kini yang kehilangan pekerjaan masih sedikit, tapimengalami penurunan pendapatan secara drastis akibat hasil yang tidak lakuterjual atau kalaupun laku tapi harga sangat rendah sudah merupakan pukulanyang sangat berat.
3. Kehilangan Akses Pasar
1. Sosial:
Tragedi Kdirasakan tidmemiliki dampsosial, mung
karena dalam sDesa Adat fakfamiliar sangat erat
2. Psikologis Walaupun damppsikologis tidtampak di permukasecara jelas, namstress ini pasti aakibat merosotnpendapatan disemsektor usaha.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Harga-harga produk pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, bunga-bungaan sangat merosot. Misalnya jeruk hanya Rp. 1.500/kilogram. Hasilpertanian (sayur-mayur dan buah-buahan) sulit dijual dan harganya murah.
Dibidang kerajinan kayu (patung), mas, perak dan garmen produknya jaranglaku atau sepi pembeli.
Perdagangan kulakan sayur-mayur frekuensi dan jumlah dagangannya sangatmenurun.
Transportasi pariwisata dan umum tidak jalan, persewaan mobil dan motormacet,
Pemeliharaan ayam potong berhenti karena kehabisan modal.
Usaha galian pasir yang ada di lingkungan desa adat juga sepi.
Pedagang kulakan yang biasanya tiap hari ke pasar 1 –3 kali sekarangfrekuensinya sangat kurang malahan ada yang kepasar 2 atau 3 hari sekali.
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Masyarakat lebih banyak meminjam dari menabung dan cicilan pinjamanterasa agak seret karena kurang lakunya dan rendahnya harga hasil pertanian
Lembaga keuangan seperti kelompok simpan pinjam mengalami kemacetankarena orang menabung atau meminjam uang tidak ada.
Penarikan tabungan di LPD meningkat sementara peminjaman menurun dan
nampaknya antara yang menabung dan meminjam masih seimbang walaupun jumlah sangat menurun.
Peminjaman dilakukan untuk keperluan bidang pertanian dan menambahmodal usaha dagang.
Cicilan utang agak seret dan untuk mengantisipasinya dilakukan pendekatan-pendekatan.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom
3. Gianyar 1. Penurunan Pendapatan
Penurunan pendapatan sangat terasa bagi yang bekerja di sektor wisata,buruh bangunan dan galian C (batu padas Bonbiyu). Akibatnya, beberaparencana pembangunan, sementara dihentikan dan bahkan ada yangdibatalkan.
Penurunan pendapatan sangat terasa, terutama bagi 80 % warga lima desaadat di Kabupaten Gianyar yang hidup dari kerajinan membuat patung kayu,anyaman/tikar pandan, pembuat batu bata, berdagang barang kerajinan(pengacung), toko souvernir (artshops), pemilik home stay (tempatpenginapan) dan kaum wanita yang hidup dari kerajinan tangan membuat tasdari lontar. Akibatnya, beberapa rencana pembangunan (Kantor LPD),sementara dihentikan.
2. Kehilangan Pekerjaan.
Banyak warga yang bekerja di sektor pariwisata dirumahkan untuk sementara.Kini mereka kembali menekuni pekerjaan sebelumnya (menjadi perajinpatung), walaupun belum tentu mendapatkan uang seperti yang diharapkan,ini dianggap lebih baik dibanding nganggur sama sekali.
Mereka yang kehilangan pekerjaan (sementara) umumnya beralih menjadipetani, peternak, penggali batu padas dan belajar patung. Walaupun hasilnyatidak seberapa, tetapi pekerjaan ini dapat menutup kebutuhan rumah tangga(beras) sementara. Istilahnya, “ngejar kiloan”.
Sedangkan untuk sementara yang kehilangan pekerjaan sebagai buruhpengasab (tukang asab ) kembali menggarap sawah sebagai petani.
3. Kehilangan Akses Pasar
Umumnya warga yang hidup langsung dari sektor wisata (perajin, dagangbarang kerajinan, hotel/restoran, rumah penginapan) kehilangan pasar.
1. Sosial
Dampak sosdalam bentgangguan keamanbelum bveg
tampak permukaan, tetawarga desa lebberhati-hati dalamenerima tam(bertempat tinggtetap/sementara).
2. Psikologis
Dampak psikolodalam bentuk streatau sakit jiwa akibtragedi Bali Oktober 2002 ju
belum tampak.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Kalaupun satu dua masih ada, keadaannya sangat lesu.
Sekehe kesenian kekurangan order, karena hotel/restoran sepi pengunjung.
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Banyak yang kehilangan akses lembaga keuangan. Bank umum (BPR)yang semula menjadi tempat bersandar, mulai ragu-ragu mengeluarkandana bagi nasabahnya, disebabkan banyak nasabah yang tidak sangguplagi membayar hutang (kecuali bunga saja).
o Dilain pihak, masyarakat lebih banyak yang berkeinginanmeminjam uang dibanding dengan menabung.
o Sementara warga yang telanjur meminjam uang dan tidak mampumembayar, bank memberikan keringanan (untuk sementara hanyamembayar bunga saja).
o Dalam keadaan seperti ini, umumnya warga memilih menghemat.Ada warga yang meminjam uang ke kerabat dekat yang dianggapmampu, tetapi yang paling banyak ke Lembaga Perkreditan Desa(LPD). Alasannya, dekat, jaminannya mudah dan tidak harusmelewati proses administrasi yang rumit.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi
4. Tabanan 1. Penurunan Pendapatan
Penurunan pendapatan sangat dirasakan karena mencapai 35 – 50%dibandingkan sebelum tragedi yang terjadi disemua sektor seperti pertanian,industri kerajinan, permintaan menurun 50 – 60%, perdagangan lesu,transportasi penumpang, pariwisata sepi, buruh berkurang lapangankerjanya, peternakan permintaan berkurang.
2. Kehilangan Pekerjaan
Ada anggota masyarakat yang dirumahkan (kerja bergilir) terutama yangbekerja di hotel-hotel dan restoran, misalnya di desa Nyitdah sebanyak 35orang, di desa Kekeran sebanyak 25 orang, di desa adat Marga sebanyak 25
orang dan di desa Kaba-Kaba sebanyak 15 orang, dimana merekasementara bekerja serabutan. di mana sementara ini mereka masihmenganggur dan ada juga bekerja di pertanian.
Masyarakat ada kehilangan pekerjaan dalam bentuk dirumahkan, untuksementara ini mereka mengalihkan kegiatan nya dengan berusaha tani danbeternak babi dan ayam.
Ada anggota masyarakat yang terkena pemutusan kerjasementara/dirumahkan sejumlah 25 orang.
3. Kehilangan Akses Pasar
Di desa adat Nyitdah yang sebagian besar penduduknya sebagai pekerjapengrajin genteng/batu bata dan anyaman sangat merasakan sekali dampaktragedi bom Kuta yang berpengaruh pada kehilangan/penurunan aksespasar yang mencapai 50%.
Sektor pertanian yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, telur,permintaan pasar melemah/menurun, sehingga terjadi penurunan omset 40
1. Sosial
Sampai saat survedilakukan belum adadampak sosiapsikologis yangmunculkepermukaan.
Gangguan keamanansampai saat ini tidakada.
Gangguan keamanannanti diperkirakanada karena berbagaisu bisa masuk kemasyarakat.
Usahapenanggulangannyaadalah denganmenciptakanlapangan kerja jugamemberikanmotivasi.
Bagi masyarakat desa adat Kekeran, terjadi di sektor kerajinan kayu dangarment karena adanya penurunan omset dan kemandegan order.
Sektor kulakan seperti jual beli babi, sapi, padi kebutuhan rumah tanggapermintaannya sangat rendah dan daya beli masyarakat sangat kecil.
Sektor pertanian, sayur-sayuran permintaan pasar menurun, telor, dagingayam, babi, pasarannya lesu harga menurun. Padi dan hasil olahan
menurun.Dalam bidang transportasi baik angkutan pariwisata, angkutan kota,penyewaan mobil, dan angkutan barang banyak yang menganggur karena
jarang memperoleh penumpang.
Dalam bidang seni budaya seperti seni tari/tabuh kesempatan pentas dihotel berkurang karena tidak ada tamu.
Sektor bahan galian batu padas daya beli masyarakat berkurang.
4. Akses Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang seding diakses yaitu: BPR, LPD, KUD danKoperasi Simpan Pinjam.
Masyarakat lebih banyak meminjam daripada menabung yangumumnya digunakan untuk keperluan membeli saprodi/saprotan,
usaha/dagang dan keperluan upacara keagamaan.
Sampai saat ini ada cicilan utang masyarakat tidak terbayar karenatragedi 12 Oktober 2002. Oleh karena pendapatan mereka sangatkecil, hal itu ditanggulangi dengan memberikan kemudahanmembayar pinjaman angsuran bunga saja dan perpanjangan waktuserta kompensasi.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi
5. Jembrana 1. Penurunan Pendapatan
Pendapatan masyarakat menurun sekitar 50-70%, khususnya di sektorpertanian, perdagangan, transportasi, pariwisata dan buruh.
Buruh tani dan buruh bangunan hampir tidak ada pekerjaan yang harusdikerjakan (nganggur) sehingga pendapatan menurun sampai 100%.
2. Kehilangan Pekerjaan
Tenaga kerja yang bergerak disektor pariwisata sebagian ada yangdirumahkan dan sebagian ada yang di PHK.
Tenaga kerja informal seperti tukang bangunan sama sekali tidak adapekerjaan. Tenaga kerja di sektor industri banyak terkena PHK dandirumahkan, namun ada juga yang telah dipanggil kembali.
3. Kehilangan Akses Pasar
Kehilangan akses pasar 50-60% untuk berbagai macam produk, sepertiproduk-produk hortikultura yaitu manggis, durian, melon, semangka, kacangpanjang, jagung, kelapa muda, janur, telor, ayam kampung, ikan dan lain-lain. Sebelum tragedi Kuta akses pasar produksi tersebut sangat lancar danharganya mahal, tetapi sekarang sepi tidak ada pembeli.
Dalam bidang pertanian harga hasil pertanian seperti pisang, daun pisang, janur harga menurun dan sulit dijual. Demikian pula terhadap hasilpeternakan (sapi, kambing, babi dan ayam) terjadi penurunan harga dansulit pemasaran karena daya beli masyarakat menurun sampai 60 %.
Pedagang kulakan (daun pisang, kelapa muda, janur, slepan/daun kelapatua, buah kelapa muda) frekuensi ke Denpasar turun dari setiap hari menjadihanya dua kali seminggu.
Perdagangan kulakan (5 orang) sangat menurun akses pasar, dimana
1. Sosial
Sampai saat inbelum dirasakanadanya dampakgangguankeamanan, namunantisipasi denganmengaktifkansiskamling terusdiupayakan.
frekuensi ke Denpasar (pasar Anyar) hanya 2-3 hari sekali.
Kerajinan ukiran tidak ada pemesan. Sayuran seperti paku, daun ketelapohon muda, buah-buahan (pisang, ketela muda), ayam pedaging harganyaanjlok/murah.
Persewaan mobil (2 buah) tidak laku dan mobilnya sekarang ada di Desayang sebelumnya di kota.
Truk angkutan barang ke Jawa pun banyak yang nongkrong karena order
sepi.Bahan galian (pasir) tidak ada yang membeli.
Dalam bidang seni budaya, kesenian jegog yang sering pentas ke hotelsekarang stop total.
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Akses lembaga keuangan (LPD dan simpan pinjam) tetap beroperasi,namun kebanyakan masyarakat menarik tabungan atau meminjam denganbesar pinjaman di bawah Rp. 750.000,00.
Penabung hampir tidak ada pada kondisi pasca tragedi Kuta ini.
Sementara belum ada yang menunggak cicilan dan dimasa mendatang bilaada yang tidak mencicil utangnya, petugas LPD akan memberikan
peringatan dan mendatangi dan terakhir baru dijalankan sangsi adat.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak NonEkonomi
6. Buleleng 1. Penurunan Pendapatan
Sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi: tanaman tanaman pangan
terutama hortikultura (seperti rambutan, anggur, durian dan lain-lain),perkebunan, perikanan,dan peternakan adalah salah satu sektor yangmengalami dampak yang cukup nyata akibat tragedi Bom Bali, duperkirakanmengalami penurunan pendapatan berkisar antara 30 –40%.Penurunan pendapatan tersebut disebabkan oleh penurunan permintaan akanhasil pertanian terutama yang dikonsumsi di hotel dan restoran.
3. Kehilangan Pekerjaan
Pemutusan hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu dampak yang timbulakibat penurunan kunjungan tourist ke Bali, dialami oleh karyawan yang bekerjapada hotel-hotel kecil dan sopir travel. Jumlah anggota desa adat yang termasukdalam golongan ini persentasenya relatif sangat kecil.
Jumlah yang lebih banyak adalah beberapa karyawan hotel atau industri garmenyang dirumahkan, yaitu karyawan diliburkan karena tidak adanya tamu ataupesanan barang. Selama dirumahkan karyawan tidak mendapatkan gaji,
karyawan ini akan dipanggil kembali apabila telah ada tamu atau orderan barubagi industri garmen.
Pengurangan jam kerja banyak dilakukan oleh hotel dan rerstorasn ataudiliburkan untuk sementara menunggu kembalinya permintaan akan jasapelayanan hotel.
Aktivitas anggota desa adat yang terkena dampak trafedi Bali 12 Oktoberberbeda-beda tergantung dari lingkungan, keterampilan, permodalan danpeluang yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut. Seperti di DesaPemuteran karyawan hotel lebih banyak mendapat pengurangan jam kerja,yaitu bekerja sekitar 10 hari per bulan.
3. Kehilangan Akses Pasar
1. Sosial
Sampai saat inbelum dirasakanadanya masalahsosial berupagangguankeamanan akibabom Bali 12Oktober 2002.
Hilangnya akses pasar produk-produk pertanian, industri dan kerajinan yangmengakibatkan berkurangnya omset penjualan, bahkan ada beberapa industrikerajinan yang mengalami kemandegan pasar. Profil kehilangan akses pasardari sektor-sektor yang dikaji adalah seperti disajikan pada Tabel berikut.
Perkiraan Kehilangan Akses Pasar Beberapa Komoditas Perdagangan di LimaDesa Adat di Kabupaten Buleleng
Sektor/Produk
Desa Adat
Menyali Sudaji SawanSumber
Kelampok Pemuteran Kisaran
Kerajinan
Kayu 40% 40% 40% 50% 50% 40-50%
Garmen - - - - --
Aluminium 40% - - - - 40%
Gong - - 80% - - 80%
Besi (sabit,kapak,parang)
- 30% 40% - -30-40%
Anyaman bambu 30% 30 % 30% - - 30%
Pertanian
sayur mayur - - - - - -
Buah-buahan 40% 40% 40% -- 40% 40%
Telor - - - - --daging ayam - - - - - -
Ikan - - - 40% 40% 40%
Perdagangan
Bakulan 30% 30% 30% 40% 40% 30-40%
Sovenir - - - 80% 80% 80%
Tranportasi
Angkutan pariwisata(darat/laut)
- - - 80 % 80%80%
Angkutan kota 30 % 30% 40% 40% 40% 30-40%
Persewaan mobil - - - 80% 80% 80%
Seni Budaya
Gong kebyar/Seni 100% 100% 100% 90% 90% 90-100%
desa adat denganmengadakanpecalang jagabaya.
2. Psikologi
Hampir seluruhrespondenmenyebutkanadanya dampakpsikologisterhadapkejiwaanmasyarakt akibattragedi Bom Baliseperti stresskarenakehilanganpekerjaan, ataupendapatan yangberkurang, danpenurunanomset. Akantetapi belum
menampakanakibat yangserius.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Lembaga keuangan yang sering diakses oleh masyarakat desa adalah LembagaPerkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa adat (80%), sedangkan yang
lainnya menggunakan Bank umum seperti BRI dan BPD.Masyarakat desa adat sasaran lebih banyak memanfaatkan lembaga keuanganmeminjam uang dari pada menabung.
Masyarakat desa adat umumnya meminjam uang untuk keperluan produktif yaitumodal usaha (60%), dan lainnya menggunakan pinjaman untuk tujuan konsumtifseperti pembuatan rumah dan keperluan upacara agama.
Kemampuan pengembalian cicilan oleh peminjam menurun antara 10 – 15%.
Langkah yang diambil oleh lembaga keuangan terhadap anggota desa adatyang terkena dampak adalah pemberian keringanan bunga.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonom
7. Bangli 1. Penurunan Pendapatan
Penurunan pendapatan sebagai akibat Tragedi Bali 12 Oktober 2002 terjadi
pada berbagai sektor ekonomi, yaiti :
No Sektor/Kegiatan Perkiraan Penurunan Pendapatan1 Pertanian dalam arti luas 20-65%2 Industri kerajinan 20-100%3 Perdagangan 20-60%4 Transportasi 10-35%5 Pariwisata 30-80%6 Buruh 30-50%7 Pertukangan 30-40%
2. Kehilangan Pekerjaan
Walaupun belum ada kehilangan pekerjaan, namun ada beberapa orang yangbekerja di sektor pariwisata yang dirumahkan. Mereka yang dirumahkan kembali
ke desa tanpa pekerjaan yang pasti atau bertani seadanya dan membantukeluarga di desa.
3. Kehilangan Akses Pasar
Kehilangan akses pasar secara umum berupa penurunan omset dalam berbagaisektor. Pada sektor industri berupa penurunan omset sebesar 30 - 40 % untukkerajinan kayu. Sedangkanuntuk anyaman bambu omsetnya menurun (60 - 90%) di Sribatu dan Tanggahan Peken.dan macet penjualannya untuk kerajinanperak.
Hal yang lebih serius lagi terjadi di sektor pertanian, yaitu: penurunan omsetpenjualan ikan 30-40 %, sapi 40-65 % dan babi 45-65 %.
Pedagang warung mengalami penurunan omset penjualan sampai 50%.
1. Sosial
Gangguan
keamanansampai saat belum ada wilayah desdesa adsampel.Tampaknyamereka masdapatmengendalikandiri.
Apabila kondseperti berlanjut terumakadiprediksikanakan terjagangguankeamananberupa pencuridan kenakalremaja sepemabuk-mabukakarena frustasi.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Transportasi angkutan barang mencapai penurunan hasil 35 - 65 %
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang sering dan banyak diakses oleh masyarakat adalahLPD dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Hal ini dilakukan karena lebih mudahprosesnya dan lebih cepat.
Pada umumnya masyarakat lebih banyak meminjam uang untuk keperluan usahadan upacara keagamaan.
Sebagai akibat tragedi 12 Oktober 2002 ada beberapa cicilan yan macet. Hal ini
disebabkan karena penjualan hasil pertanian mengalami penurunan yang sangattajam dan demikian pula penghasilan buruh serta pertukangan.
Sampai saat ini belum terjadi kehilangan akses lembaga keuangan.
Dampak Tragedi Bali 12 Oktober 2002 Terhadap Perekonomian Desa Adat di Kabupaten Bangli
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi
8. Klungkung 1. Penurunan Pendapatan:
Pada ketiga kelompok (Pengurus Desa Adat, kelompok penyajian dankelompok wanita) terjadi penurunan/kehilangan pendapatan pada semuabidang pertanian, industri, kerajinan, perdagangan, transportasi, buruh danpariwisata, buruh, tukang sebesar 30-50%.
Untuk kelompok wanita pembuat jajan mengalami penurunan pendapatansekitar 75 %.
Sedangkan pada kelompok pengrajin emas pendapatannya berkurang sekitar50 %.
2. Kehilangan Pekerjaan:
Di Desa Adat Besan juga ada dirumahkan, pekerjaannya sementaramembantu orang tuanya dan menjadi buruh.
Masyarakat desa adat Besan yang kehilangan pekerjaan sekitar 35 orang
yang sebelumnya bekerja di bidang pariwisata. Pekerjaan yang digelutisementara adalah membantu orang tuanya dan ada sebagian kembali bertanidan ada juga yang masih menganggur.
3. Kehilangan Akses Pasar
Kelompok wanita pembuatan gula merah yang biasanya menerima pesanan25 kg per dua minggu (50 kg/bulan), dengan adanya tragedi 12 Oktober 2002belum pernah menerima pesanan.
Kelompok wanita penenun mengalami penurunan omset penjualan, biasanyaterjual Rp. 10 000 000 setelah tragedi Bali menjadi Rp. 4 000 000 per 3 hariatau mengalami penurunan sebanyak 60%.
1. Sosial
Sampai saat intidak ada gangguankeamanan di desaadat ataukeamanan tetapstabil.
Jika kondisi terusbegini, merekamemprediksi akanada gangguankeamanan, sebabpeningkatanpengangguranakibatnya macammacam, baik itutimbul pencuriandan sebagainya.
Kelompok pengrajin payung mengalami penurunan omset penjualan sebanyak25 %.
Kelompok pengerajin kayu mengalami penurunan omset sebesar 33%, yangbiasanya menerima orderan Rp. 1.500.000 per bulan mengalami penurunanmenjadi Rp. 1.000.000 perbulan.
Kelompok wanita penanam rumput laut yang biasanya Rp. 100.000 per harimenjadi Rp. 50.000 sehingga mengalami penurunan omset sebesar 50%.
Kelompok pengrajin kayu mengalami penurunan omset yang sebelumnya
mendapat pesanan sekitar 2-3 juta rupiah, tetapi sekarang hanya Rp. 500 000berarti sekarang ada penurunan 75 %.
Demikian pula pada pengrajin emas juga mengalami penurunan sekitar 25-40%. Kelompok gula merah dan semut juga mengalami penurunan omset,yang biasanya setiap bulan menerima pesanan 50 kg/bulan, tetapi sekarangbelum ada pesanan sama sekali.
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang sering digunakan/diakses oleh masyarakat desaadalah BPR, LPD dan Usaha Simpan Pinjam di masing-masing banjar adat.
Dengan adanya tragedi 12 Oktober 2002, masyarakat lebih banyak yangmeminjam daripada menabung.
Umumnya masyarakat meminjam uang untuk keperluan usaha dagang dan
ada pula dipergunakan untuk keperluan upacara keagamaaan.
Sejak tragedi bom di Kuta ada beberapa orang yang tidak dapat mencicilutang akibat usaha macet.
Cara mengatasi masalah tersebut Bendesa adat memberikan arahan supayaberusaha untuk melunasi dengan pindah profesi.
Tidak ada kehilangan akses lembaga keuangan karena hilangnyakepercayaan, karena kepercayaan masih tetap stabil.
2. Psikologi
Sementara ini tidakada yangstres/sakit karenatragedi Kuta
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
No Kabupaten/Kota Dampak Ekonomi Dampak Non Ekonomi
9. Karangasem 1. Penurunan Pendapatan
Tragedi Bali 12 Oktober 2002 berpengaruh terhadap penurunan pendapatanmasyarakat di lima desa adat di Kabupaten Karangasem, karena terjadinyapenurunan harga-harga produk yang mereka hasilkan, seperti kacang tanah,kacang merah, dan jagung, dll. Misalnya harga mangga turun dari Rp 1500menjadi Rp 1200.
Penurunan pendapatan sangat dirasakan oleh orang-orang yang bekerjalangsung di sektor pariwisata, khususnya bagi yang di PHK.
Masyarakat Desa Culik yang banyak menekuni industri kerajinan sebagaisumber mata pencaharian, seperti kerajinan Saab Gore, Bokor Mote , anyamanlontar, menulis di atas +daun lontar, ukir kayu, emas dan perak, grantang danmelukis diatas alat musik bamboo merasakan penurunan pendapatan, karenapenurunan omset penjualan.
Pada sektor pariwisata, penurunan pendapatan dirasakan oleh para pemiliktransportasi. Sebelum tragedi bom banyak diantara penduduk, baik yangmemiliki transportasi umum seperti bemo atau carry maupun pemilik mobilpribadi menunggu tamu di perempatan Desa Culik, kemudian mengangkutnyake tujuan wisata Amed, namun setelah tragedi bom tidak ada lagi tamu,sehingga praktis penghasilan mereka menurun.
Para pekerja tukang massage, yang jumlahnya kurang-lebih 10 orang jugapraktis kehilangan pendapatan, karena tidak ada lagi tamu yang dimassage.
Retribusi yang masuk Desa Adat dari truk yang mengangkut galian C jugamenurun. Sebelum tragedi Bom perhari retribusi bisa mencapai Rp 50.000 (pertruk dikenakan retribusi Rp 5000 ), sekarang kondisinya sepi.
2. Kehilangan Pekerjaan
1. Sosial
Di lima desa AdatKabupatenKarangasemsampai saat intidak adagangguankeamanan,segalasesuatunya yangmenyangkutkeamananberjalan secarabiasa.
Memang tidak ada data yang pasti tentang orang yang kehilangan pekerjaanakibat tragedi bom 12 Oktober 2002. Umumnya yang kehilangan pekerjaanmereka yang mempunyai akses langsung dengan kegiatan pariwisata, sepertitukang massage yang bekerja di Amed (sekitar 10 orang), namun tidak diketahuiapa pekerjaan mereka sekarang.
Pemilik kendaraan pribadi (semacam rent car) maupun transportasi umumkekurangan tamu, terutama tamu ke obyek pariwisata Amed, Bunutan atauTulamben. Sekarang ini mereka hanya meladeni penumpang lokal.
Ada sekitar 30 hotel di Obyek pariwisata Bunutan yang banyak pekerjanyaberasal dari desa adat Culik, sementara ini mereka dipekerjakan separuh waktuatau hanya 15 hari kerja dalam sebulan.
Menurut ketua kelompok pengerajin Darma Hasta Karya yang juga membidangisanggar tari, yang biasanya mendapat job menari di Hotel atau merias di Hotel,sementara ini sepi order.
Kerajinan kendang yang bisanya dalam sebulan pasti ada tamu yang datangpaling sedikit 3 orang, namun sekarang tidak ada sama sekali, kegiatansekarang hanya meladeni pesanan untuk keperluan lokal (kendang untuk orangBali).
Ibu-ibu rumah tangga yang tadinya dapat tambahan penghasilan dari membuatkerajinan lontar tamas, sekarang ini tidak lagi mendapat uang tambahantersebut.
Menurut Jero Gede Pasek Gunadi, diantara penduduk Desa Adat yang bekerjadi Hotel atau restauran, baik yang bekerja di obyek pariwisata sekitarnyamaupun yang bekerja di luar daerah seperti Denpasar, ada sekitar 20-an orangyang tampak pulang ke Desa. Sementara waktu ini karena ada kegiatanNgayah di Pura, mereka ikut ngayah (bekerja membantu kegiatan di Pura) dansesekali mereka tampak juga pergi ke luar kota.
Beberapa penduduk Desa Adat Tukad besi ada yang kehilangan pekerjaansebagai buruh. Ada sekitar 40% penduduk bekerja keluar desa sebagai buruhbangunan di proyek-proyek di Denpasar, menjadi sopir bemo, sopir trukpengangkut bahan bangunan (galian C). Barangkali karena pembangunanbanyak yang mandeg karena tragedi bom, banyak diantara buruh-buruh itu yangpulang kampung. Menurut Ketut Sukartini dan Nengah Duduk (pedagangkacang-kacangan yang juga istri Kepala Desa), diantara mereka yang pulang
sakit yangdisebabkan olehtragedi bom 12Oktober.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
ada yang bekerja menjadi buruh pengupas kacang tanah, meski dengan upahyang hanya sekitar Rp 2.000 perhari.
3. Kehilangan Akses Pasar
Akses pasar yang hilang dan menurun diantaranya. pasar untuk kerajinan lontarmenurun dan hampir tidak ada akses, persewaan mobil/motor terutama untuktamu-tamu pariwisata yang datang secara perorangan yang tidak membawakendaraan sendiri, akses pasar ini mandeg karena tidak ada tamu (pariwisata),dan seni tari dan seni tabuh (seni budaya). Untuk kerajinan emas dan perak,akses pasarnya menurun karana omset penjualan menurun drastis.
Angkutan pariwisata dan persewaan mobil yang berkaitan dengan kedatangantamu hampir tidak ada akses pasar sama sekali.
Restauran yang dikelola oleh Bapak Mahendera meskipun letaknya agak jauhdari Tulamben, sebelum tragedi bom umumnya dikunjungi wisatawan 3 sampai4 orang, sekarang sama sekali tidak ada. Dengan adanya tamu yang mampir,beliau juga mendapat penghasilan dari mengantar tamu dan transportasi, karenaumumnya tamu-tamu mau diantar ke Tulamben untuk diving, sekarangpenghasilan itu tidak ada lagi.
Bapak Gede Wirdana (Pedagang dan pengerajin lontar) mengemukakan bahwaomset kerajinannya tamas, aledan, sampian penjor menurun hingga 50%.
Pedagang kulakan dari desa adat setempat yang menjual hasil-hasil bumiseperti kelapa dan janur, biasanya mengirim dagangannya ke luar daerah setiaphari, namun sekarang hampir tidak mengirim dagangan. Usaha penanggulanganyang dilakukannya adalah dengan menjual makanan ternak/ babi.
Karyawan divisi restaurant dan room Hotel berbintang milik investor Jepang diTulamben, mengemukakan bahwa sejak peristiwa 12 Oktober tidak ada tamuyang datang menginap, benar-benar sepi.
Permintaan bahan galian C sepi dan menurun hingga 20%. Sebelum peristiwabom, di Galian C Desa Muntig ada pengusaha Galian C yang menggunakanmesin, perusahaan ini cukup banyak dapat menyerap tenaga kerja/tukangosek pasir dari Desa Adat setempat . Puluhan orang bekerja mengosek pasir,
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
mereka masing-masing bisa mendapatkan penghasilan paling sedikit Rp 5000dalam seharinya. Namun sekarang dengan tidak beroperasinya pengusahayang menggunakan mesin di Galian C tersebut , pekerja menjadi kehilangansalah satu sumber mata pencahariannya. Untuk menanggulangi kondisitersebut, mereka mengumpulkan pasir denga berkelompok secara manual,sehingga masing-masing mereka mendapat sekitar Rp.2000 per hari.
Harga ternak sapi menurun, yang biasanya pada saat hari raya lebaran hargasapi meningkat, namun sekarang ini harga sapi menurun. Sapi-sapi dari desa
adat ini biasanya dipasarkan di tiga tempat yaitu pasar hewan Beringkit , pasarhewan Rubaya, dan pasar hewan Bebandem.
Komoditi jagung manis sebelum tragedi Kuta harganya bagus dan laku keras,tetapi sekarang sepi pembeli dan harga menurun, akhirnya petani kembalimenanam jagung lokal.
Harga babi juga menurun drastis, dan tidak ada yang membeli. Sebelum tragedibom biasanya pasaran untuk babi kecil yang masih hidup ( sekitar berat 6 kg )harganya bisa mencapai Rp 150.000, namun sekarang hanya terjual denganharga sekitar Rp 50.000 dan juga tidak ada pembeli.
Produksi kacang tanah desa Tukad Besi yang biasanya di pasarkan ke Tabananatau Denpasar oleh pedagang setempat (pengumpul), atau kadang-kadangdicari oleh beberapa pedagang dari luar desa adat, namun sekarang kondisinyaagak seret dan harga cenderung menurun, misalnya harga kacang tanah keringyang masih berkulit sebelumnya adalah Rp 3500, sekarang ini paling tinggi bisa
dipasarkan hanya dengan harga Rp. 3250.Dalam bidang perdagangan tampak sekali ada dampak dari tragedi bom 12oktober 2002, yaitu selain harga menurun juga berpengaruh dalam jumlahpengiriman, yang biasanya kirim setiap hari menjadi hanya 5 kali saja dalamsebulan karena sepi pembeli. Misalnya, perdagangan “Jajan Gina” (jajan untukkebutuhan upacara agama) yang berjualan di pasar Culik, sebelum peristiwabom untuk kebutuhan upacara Hari Raya, mulai dari Hari Raya Sugihan,Galungan, Kuningan, hingga Purnama Kelima, umumnya ia bisa menjual danmembuat jajan hingga 700 kg ketan, namun sekarang 400 kg ketan saja tidakhabis terjual.
Akses pasar yang hilang diantaranya: Pasar untuk jagung manis yang muda(pertanian), Babi kecil (perdagangan), Persewaan mobil / motor terutama untuktamu-tamu pariwisata yang datang secara perorangan yang tidak membawa
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
kendaraan sendiri, akses pasar ini mandeg karena tidak ada tamu (pariwisata),Seni tabuh ( seni budaya ).
4. Kehilangan Akses Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan yang umumnya diakses adalah Bank Umum, BPR, LPD,
KUD dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP).Mereka meminjam uang umumnya untuk usaha/dagang.Setelah peristiwa bom, ada diantara mereka yang menunggak cicilan, dan untukmenanggulangi keadaan tersebut, pihak lembaga keuangan melakukanpendekatan kekeluargaan dengan yang bersangkutan ( pihak yang berhutang ).Tidak ada pengaruh tragedi bom 12 Oktober terhadap akses ke LembagaKeuangan. Dalam artian tidak sampai menyebabkan hilangnyakepercayaan Lembaga Keuangan tersebut terhadap masyarakat.
Sumber: LPM UNUD dan UNDP-PBB (2003), penulis sendiri termasuk salah satu peneliti di dalamnya.
5/9/2018 Potret Ekonomi Bali Pasca Tragedi Bom Kuta1 - slidepdf.com
Lampiran 3. Metodologi Pengkajian “Dampak Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002Terhadap Perekonomian 45 Desa Adat di Bali”
Lokasi Pengkajian
Untuk keperluan pengkajian, lokasi kajian dilakukan pada 9 kabupaten/kota yangada di Bali. Selanjutnya pada masing-masing kabupaten/kota dipilih secara purposive
sampling (sengaja) sebanyak 5 desa adat penyangga pariwisata yang menjadi lokasikajian. Jadi jumlah desa adat yang terpilih sebagai sampel adalah sebanyak 45 desa adat(Lampiran 2) di seluruh Bali, yang memenuhi kriteria :
1. Desa adat penyangga pariwisata yang terkena dampak, seperti desa-desa produsenbarang-barang kerajinan, desa pertanian yang menunjang industri pariwisata, dan lain-lainnya.
2. Tidak pernah atau tidak sedang menerima bantuan dari donor lainnya
Sampel Pengkajian/Responden
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok
masyarakat yang ada di desa adat yang terpilih sebagai sampel, diantaranya :1. Kelompok pengurus desa adat.2. Kelompok pengrajin atau kelompok usaha.3. Kelompok wanita.4. Kelompok pekerja yang terkena dampak.5. Kelompok lain yang relevan untuk kajian ini.Dalam setiap desa adat ditetapkan minimal 3 kelompok masyarakat (bisa lebih sesuaidengan kebutuhan kajian) yang diwawancarai. Jadi, sekurang-kurangnya ada 135kelompok masyarakat yang terpilih sebagai responden.
Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan
Jenis data, yaitu kualitatif dan kuantitatif, yang disesuaikan dengan fenomena dantujuan pengkajian. Sedangkan sumber data dan metode pengambilan, yaitu data primerdiambil langsung dari lapangan, dengan metode RRA (Rapid Rural Appraisal) yakniwawancara secara cepat terhadap kelompok-kelompok masyarakat (Focus Group Discussion, FGD) seperti:
o Wawancara dengan pengurus desa adat di di masing-masing desa adat;
o Kelompok pengrajin, kelompok wanita; atau sekaa-sekaa; yang terkena dampaktragedi Bali 12 Oktober 2002.
Data sekunder bersumber dari instansi terkait, misalnya BPS, Bappeda, MajelisPembina Lembaga Adat (MPLA), Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, dlllnya, yang jenisnya
disesuaikan dengan fenomena dan tujuan pengkajian
Metode Analisis
Analisis data menggunakan metode deskriptif, yaitu menginterpretasikan danmemberikan arti terhadap data kualitatif dan kuantitatif, sehingga dapat menggambarkankondisi dan realitas desa adat di desa-desa sampel dampak tragedi bom Kuta 12 Oktober2002.