POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.) MOH RIFQI AL AUTHOR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H
82
Embed
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44696/1/MOH...ATAU LEMBAGA MANAPUN Jakarta, Juni 2016 Moh Rifqi Al Author 1112095000030.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
MOH RIFQI AL AUTHOR
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
MOH RIFQI AL AUTHOR
1112095000030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Moh Rifqi Al Author1112095000030
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dasumiati, M.Si Dr. Priyanti, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002 NIP. 19750526 200012 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Dasumiati, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Potensi Pupuk Azolla pinnata untuk Pengurangan
Penggunaan Pupuk Anorganik pada Budi Daya Terung (Solanum melongena L.)”
telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu
tanggal 29 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Biologi.
Dr. Dasumiati, M.Si Dr. Priyanti, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002 NIP. 19750526 200012 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Biologi
Dr. Agus Salim, M.Si Dr. Dasumiati, M.SiNIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19730923 199903 2 002
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Juni 2016
Moh Rifqi Al Author1112095000030
i
ABSTRAK
MOH RIFQI AL AUTHOR. Potensi Pupuk Azolla pinnata untuk PenguranganPenggunaan Pupuk Anorganik pada Budi Daya Terung (Solanum melongena L.).Dibimbing oleh DASUMIATI dan PRIYANTI
Azolla pinnata adalah sejenis paku air yang hidup bebas mengapung secarahorizontal di permukaan air tawar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuipotensi pemberian pupuk A. pinnata untuk mengurangi penggunaan pupukanorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian inimenggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan.Faktor pertama adalah pupuk A. pinnata dan faktor kedua adalah pupukanorganik. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian pupuk A. pinnata dapatmeningkatkan tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam (MST), diamaterbatang umur 7 MST, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah,dan berat buah per tanaman. Pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkandiameter batang umur 7 MST dan jumlah cabang. Pemberian 28 g pupuk A.pinnata dapat mengurangi 50% pengunaan pupuk anorganik. Pemberiankombinasi 28 g pupuk A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik dapatmeningkatkan diamater batang umur 7 MST dan umur berbunga.
Kata kunci : Azolla pinnata, pupuk anorganik, terung.
ii
ABSTRACT
MOH RIFQI AL AUTHOR. Azolla pinnata fertilizer potential for Decrease ofUsing Inorganic Fertilizer on Cultivated Eggplant (Solanum melongena L.).Advised by DASUMIATI and PRIYANTI.
Azolla pinnata is one of water ferns and live horizontally free floated on thesurface of fresh water. The purpose of this research was to determine thepotention of A. pinnata fertilizer for decrease the use of inorganic fertilizer andincrease the growth and eggplant production. This research was arranged in arandomized complete block design (RCBD) for factorial with 3 replications. Thefirst factor was A. pinnata fertilizer and the second factor was inorganic fertilizer.The result of this research was the use A. pinnata fertilizer could increase on theplant height at 7 weeks after planting, stem diameter at 7 weeks after planting,number of branches, flowering age, number of fruits, fruit length, and weight offruit per plant. Inorganic fertilizer could increase on the stem diameter at 7 weeksafter planting and number of branches. The use of 28 g A. pinnata fertilizer coulddecrease 50% of inorganic fertilizer. Combination of 28 g A. pinnata fertilizerwith 50% of inorganic fertilizer could increase on the stem diameter at 7 weeksafter planting and flowering age.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
pola faktorial 5x3 dengan 3 ulangan. Perlakuan adalah kombinasi 2 faktor. Faktor
pertama adalah pupuk A. pinnata yang terdiri dari 5 taraf dosis yaitu: 0 g (A0), 13
g (A1), 18 g (A2), 23 g (A3), dan 28 g (A4). Faktor kedua adalah pupuk anorganik
yang terdiri dari 3 taraf dosis yaitu 0 % (E0), 50% dari dosis anjuran (urea 0,338 g
+ TSP 0,675 g + KCl 0,338 g) (E1), dan 100% (urea 0,675 g + TSP 1,35 g + KCl
20
0,675 g) (E2). Sebanyak 15 kombinasi perlakuan dengan 45 unit percobaan
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan pada penelitian
Pupuk Azolla pinnataPupuk Anorganik
E0 E1 E2
A0 A0E0 A0E1 A0E2
A1 A1E0 A1E1 A1E2
A2 A2E0 A2E1 A2E2
A3 A3E0 A3E1 A3E2
A4 A4E0 A4E1 A4E2
Dosis pupuk A. pinnata yang digunakan pada penelitian ini merupakan
referensi dari dosis pupuk kompos Azolla yang digunakan pada tanaman kacang
tanah yaitu 4 ton/ha (Indria, 2005). Pupuk A. pinnata dan anorganik yang
digunakan pada setiap perlakuan merupakan hasil dari konversi dosis pupuk/ha ke
dalam polybag berukuran 40x40 cm dengan menggunakan media tanam tanah 9
kg setiap polybagnya. Contoh perhitungan dosis pupuk/ha dapat dilihat pada
Lampiran 2. Konversi dosis pupuk/ha ke dalam polybag menggunakan rumus
menurut Ciptadi (2009) sebagai berikut:
Dosis pupuk/ha x Bobot tanah dalam polybag (kg)Pupuk/polybag =
Bobot tanah 1 hektar dengan kedalaman 20 cm (kg)
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Persiapan Media Tanam
Penelitian dimulai dengan menyiapkan media pertumbuhan tanaman
terung. Media pertumbuhan terung menggunakan tanah sebanyak 9 kg yang
21
dimasukkan ke dalam polybag berukuran 40x40 cm. Media tanam yang telah
dimasukkan ke dalam polybag disusun di lokasi penelitian dan ditempatkan sesuai
rancangan (Lampiran 1).
3.4.2 Pengomposan A. pinnata
Proses pengomposan A. pinnata dimulai dengan mencuci A. pinnata
kemudian ditiriskan dan dikering anginkan selama 24 jam. Setelah itu A. pinnata
dikeringkan lagi dengan oven pada suhu 50oC sampai kadar air A. pinnata
berkurang 50%.
Pengomposan dilakukan dengan menggunakan ember plastik. Sebanyak
1401 g A. pinnata ditambah 10 g gula pasir yang dilarutkan dalam 100 ml air dan
1 g terasi yang dilarutkan dalam 50 ml air, dicampur dan diaduk hingga rata.
Setelah itu ember ditutup dengan karung goni yang telah dilembabkan. Kompos
A. pinnata diaduk kembali ketika terjadi peningkatan suhu kompos A. pinnata
(Lukman et al., 2012). Pengomposan dilakukan selama 1 minggu (Lampiran 7).
3.4.3 Penyemaian Benih dan Penanaman Bibit
Benih terung diberikan perlakuan pendahuluan sebelum disemai, yaitu
sebanyak 300 benih direndam dalam air hangat kuku selama 15 menit. Benih
dibungkus dalam gulungan kain basah dan diperam selama 24 jam sampai
berkecambah, kemudian kecambah dipindahkan ke dalam pot tray sampai benih
berumur 1 bulan (Lampiran 7).
Penanaman dilakukan pada bibit yang sudah berumur 1 bulan atau sudah
mempunyai sekitar 3-5 helai daun. Bibit yang subur dan normal ditanam dalam
22
polybag berukuran 40x40 cm. Antar polybag diberi jarak 50x50 cm. Tanah
disiram dengan air secukupnya. Satu polybag (lubang tanam) diisi satu bibit
(Lampiran 7).
3.4.4 Pemupukan dan Pemeliharaan
Pemupukan terung dilakukan di pagi hari sebanyak 2 kali, yaitu 2
minggu setelah tanam (MST) dan 9 MST (Lampiran 7). Pupuk diberikan dengan
cara ditaburkan di atas tanah sejauh 10-20 cm dari batang tanaman kemudian
pupuk ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk disesuaikan dengan dosis masing-
masing perlakuan.
Pemeliharaan tanaman terung meliputi penyiraman, pemasangan ajir,
penyisipan, penyiangan, perempelan, dan pengendalian hama. Tanah disiram
sesuai kebutuhan dan keadaan setiap hari pade fase awal pertumbuhan dan
seterusnya. Pada saat kondisi hujan penyiraman dilakukan 1 kali dalam 1 hari,
sedangkan pada saat kondisi tidak hujan penyiraman dilakukan 2 kali dalam 1
hari. Waktu penyiraman yaitu pagi atau sore hari.
Pemasangan ajir menggunakan bilah bambu setinggi 80-100 cm dan lebar
3-4 cm secara individu di dekat batang tanaman dengan jarak 5-7 cm.
Pemasangan ajir dilakukan sejak awal penanaman agar tidak mengganggu
perakaran. Setelah berumur 3 minggu ajir diikatkan ke tanaman.
Tanaman yang mati atau tidak sehat pertumbuhannya disisipi dengan cara
mengganti tanaman tersebut dengan tanaman cadangan maksimal 15 hari setelah
tanam (HST). Gulma yang muncul pada media tanam disiangi dan tanah
digemburkan apabila mulai memadat.
23
Perempelan dilakukan dengan cara memangkas tunas samping yang
muncul pada batang sebelum fase pembungaan agar tanaman terung dapat
berproduksi secara optimal. Pemangkasan tunas samping dilakukan 2-3 kali
hingga terbentuk percabangan utama yang ditandai oleh munculnya bunga
pertama. Pemangkasan dapat dilakukan dengan tangan langsung atau
menggunakan gunting. Selain tunas samping, pemangkasan dilakukan juga pada
daun-daun di bawah cabang utama, daun yang menguning, atau daun yang
terserang hama ataupun penyakit.
Pengendalian hama dilakukan terhadap tanaman yang diserang hama.
Beberapa tanda tanaman yang diserang hama yaitu pada daun–daun tanaman
terdapat lubang bekas gigitan, bintik-bintik kuning pada daun, kemudian diikuti
daun mengerut, mengeriting, memerah dan kering atau gejala terbakar.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Curacron
dengan konsentrasi 2 ml/l air sebanyak 1 kali dalam 2 minggu dan perlakuan
mekanik dengan cara menyingkirkan hama yang ditemukan selama di lokasi
penelitian menggunakan tangan.
3.4.5 Panen
Ciri-ciri buah terung yang siap dipanen ialah hampir 50% buahnya tampak
berisi, telah mencapai ukuran maksimal walaupun buah masih terlihat muda, dan
daging buahnya belum liat saat diraba. Pemanenan dilakukan dengan cara
memotong tangkai buah menggunakan gunting. Waktu panen tidak dilakukan
pada saat terik matahari karena dapat menggangu tanaman dan membuat kulit
terung menjadi keriput sehingga menurunkan kualitas.
24
3.4.6 Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan maupun produksi terung
pada setiap tanaman perlakuan. Pertumbuhan terung terdiri dari tinggi taanaman,
diameter batang, dan jumlah cabang sedangkan produksi terung terdiri dari umur
berbunga, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, dan berat buah per tanaman.
Parameter yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman diukur satu kali dalam 1 minggu dimulai pada saat tanaman
berumur 3 MST sampai berakhirnya periode vegetatif. Pengukuran dilakukan
dari pangkal batang sampai titik tumbuh cabang utama menggunakan
penggaris.
2. Diameter batang tanaman diukur pada saat berakhirnya periode vegetatif
dengan menggunakan jangka sorong.
3. Jumlah cabang dihitung mulai pada saat tanaman sudah membentuk cabang
sekunder sampai fase percabangan berhenti.
4. Umur berbunga dihitung pada saat tanaman mulai mengeluarkan kuncup
bunga.
5. Jumlah buah dihitung setelah panen.
6. Berat buah per tanaman ditimbang setelah panen menggunakan timbangan
digital.
7. Panjang buah diukur pada saat panen, pengukuran dimulai dari pangkal buah
hingga ujung buah menggunakan penggaris.
8. Diameter buah diukur setelah panen menggunakan jangka sorong.
25
3.5 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh nyata atau pengaruh tidak nyata pemberian
pupuk A. pinnata, pupuk anorganik, dan kombinasi pemberian pupuk A. pinnata
dengan pupuk anorganik, data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan
analisis Ragam (Uji F). Jika hasil uji F tersebut menunjukkan pengaruh nyata
pada taraf 5% maka dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis
ragam pada tiap peubah menggunakan fasilitas Software Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) V.20.0.
3.6 Bagan Kerja
Gambar 3. Bagan Kerja
Persiapan media tanam
Pengomposan Azolla pinnata
Penyemaian benih dan penanaman Bibit
Pengamatan dan panen
Pemupukan dan pemeliharaan
Analisis data
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
Suhu di rumah tanaman berkisar 24,7-33,7°C (Lampiran 4). Suhu optimal
tanaman terung yaitu 22-30°C (Mashudi, 2007). Pada suhu di atas 32°C
pembungaan atau pembuahan terung akan mengalami gangguan berupa bunga dan
buah berguguran (Mashudi, 2007). pH media tanam pada penelitian ini berkisar
5,5-5,8. Nilai pH media tanam ini sesuai dengan nilai pH optimal syarat tumbuh
tanaman terung yaitu 5-6 (Mashudi, 2007).
Hama yang menyerang tanaman terung selama penelitian adalah belalang
(Valangan nigricornis) dan wereng daun (Amrasca devastans) (Gambar 4).
Serangan belalang menyebabkan daun–daun tanaman terdapat lubang bekas
gigitan belalang (Haryoto, 2009). Serangan wereng daun menyebabkan jaringan
tanaman menguning. Selanjutnya akan menyebabkan bintik-bintik kuning pada
daun, kemudian diikuti daun mengerut, mengeriting, memerah dan kering atau
gejala terbakar (Srinivasan, 2009). Penanggulangan hama belalang dan wereng
daun dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron sebanyak 1 kali dalam
2 minggu.
Penyakit yang menyerang tanaman terung selama penelitian adalah layu
bakteri (Gambar 4). Gejala layu bakteri ialah terjadi kelayuan pada pucuk dan
daun-daun muda pada tanaman terung. Kelayuan ini akan segera merembet ke
daun tua, bahkan sampai ke seluruh bagian tanaman (Haryoto, 2009). Serangan
layu bakteri dapat dideteksi dengan cara memotong batang tanaman yang terkena
27
penyakit (Gambar 4). Penampang potongan tersebut akan tampak berwarna
cokelat dan bila dipijat atau dimasukkan dalam air akan mengeluarkan lendir
putih kotor (Haryoto, 2009).
Gambar 4. Hama dan penyakit tanaman terung yang ditemukan selama penelitian:a. Belalang (Valangan nigricornis). b. Wereng daun (Amrascadevastans). c. Penyakit layu bakteri. d. Penampang batang yangterserang layu bakteri (Sumber: Dokumentasi Pribadi).
4.2 Pertumbuhan Tanaman Terung
4.2.1 Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman pada semua perlakuan memiliki pola yang
sama. Terjadi peningkatan tinggi tanaman mulai dari umur 3 sampai 7 MST
(Lampiran 5). Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 MST (P<0,05) (Lampiran 6).
Hal ini sesuai dengan penelitian Rusma (2014) bahwa pemberian kombinasi
pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman padi varietas Inpari Sidenuk. Rata-rata tinggi tanaman umur 7
MST berkisar 26,07-47 cm (Gambar 5). Tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan A3E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A3E0 dapat mengurangi
pengggunaan pupuk anorganik hingga 100% untuk meningkatkan pertumbuhan
a b c
c
d
28
tinggi tanaman. Dengan demikian pada perlakuan A3E0 dengan komposisi 28 g
pupuk A. pinnata dan tanpa penambahan pupuk anorganik mampu meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan yang diberi
penambahan pupuk anorganik. Pada tanaman lain pemberian pupuk Azolla juga
dapat meningkatkan tinggi tanaman, seperti pemberian pupuk kompos Azolla
247,5 g/m2 dapat meningkatkan tinggi tanaman bayam (Lukman et al., 2012) dan
pemberian pupuk kompos Azolla 70 g/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman bayam merah (Akhda, 2009). Tanaman terendah diperoleh pada
perlakuan A0E0. Kurangnya unsur hara terutama nitrogen pada perlakuan A0E0
menyebabkan tinggi tanaman menjadi tidak optimal. Kekurangan unsur nitrogen
menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan tanaman akan kerdil (Munawar,
2011).
Pupuk organik mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan
pupuk anorganik. Keunggulan pupuk organik yaitu dapat memperbaiki struktur
tanah sehingga menjadi lebih gembur, memiliki daya simpan air yang tinggi,
meningkatkan proses pelapukan bahan mineral, meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK), meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, dan memiliki
residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim
berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya (Hadisuwito, 2012).
Selain itu, menurut Gunawan dan Kartina (2012) pemberian unsur hara nitrogen
dari Azolla lebih baik daripada pupuk urea untuk meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman padi.
29
Gambar 5. Rata-rata tinggi tanaman umur 7 MST. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3:23 g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A.pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1:50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Nitrogen berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya batang dan daun (Lingga dan Marsono, 2008). Pemberian
nitrogen dapat merangsang pembentukan dan aktivitas hormon auksin yang
terdapat di meristem tunas apikal pada tanaman sehingga meningkatkan tinggi
tanaman. Hormon auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan. Hormon auksin
membantu proses pemanjangan koleoptil dan merangsang pemanjangan sel pada
tunas muda yang sedang berkembang (Lakitan, 2011). Tinggi tanaman juga
dipengaruhi oleh unsur fosfor dan kalium. Fosfor sangat penting di dalam proses
fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Unsur fosfor salah satunya berperan
dalam pembelahan dan perbanyakan sel (Munawar, 2011). Unsur kalium berperan
dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Karbohidrat yang
dihasilkan akan mempengaruhi jaringan meristem untuk pertumbuhan tinggi
tanaman (Agromedia, 2007).
30
4.2.2 Diameter Batang
Rata-rata diameter batang umur 7 MST berkisar 0,92-1,26 cm (Gambar 6).
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap diameter batang umur 7 MST (P<0,05) (Lampiran 6). Diameter
batang tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 serta yang terendah pada
perlakuan A0E0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 50% untuk meningkatkan
pertumbuhan diameter batang. Kurangnya unsur hara pada perlakuan A0E0
menyebabkan diameter batang menjadi tidak optimal. Diameter batang
dipengaruhi terutama oleh ketersediaan unsur hara terutama nitrogen. Kurangnya
unsur nitrogen pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman sehingga
menghasilkan diemater batang yang lebih kecil (Novizan, 2002).
Gambar 6. Rata-rata diameter batang umur 7 MST. A4: 28 g pupuk A. pinnata,A3: 23 g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 gpupuk A. pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupukanorganik, E1: 50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
31
Batang tanaman terung secara fisiologis berfungsi sebagai penyimpan
cadangan makanan dan sebagai jaringan yang berperan dalam translokasi hara
dari akar ke daun. Di dalam tanaman, nitrogen yang diserap oleh akar tanaman
akan ditranslokasikan ke batang yang membantu pertumbuhan tanaman salah
satunya diameter batang (Munawar, 2011). Unsur nitrogen dibutuhkan oleh
tanaman untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan
enzim. Oleh karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar,
khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pertumbuhan dan
perkembangan batang (Novizan, 2002). Diameter batang juga dipengaruhi oleh
unsur fosfor. Unsur fosfor berperan dalam pembelahan sel, pengembangan
jaringan dan titik tumbuh tanaman, dan memiliki peranan penting di dalam proses
transfer energi (Agromedia, 2007). Unsur kalium juga berperan meningkatkan
laju fotosintesis dan dapat membantu translokasi fotosintat ke titik tumbuh
tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru
di dalam jaringan tanaman, salah satunya pada pembesaran diameter batang
(Sarief, 1986).
4.2.3 Jumlah Cabang
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah cabang tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk pembentukan
cabang. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan
32
jumlah cabang, seperti pemberian kompos limbah padat kelapa sawit
400g/tanaman dengan bioaktivator EM-4 dapat meningkatkan jumlah cabang
tanaman terung (Zebi, 2012).
Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata jumlah terhadap cabang
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah cabang tertinggi diperoleh pada perlakuan E2 dan
terendah pada perlakuan E0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
E2 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 0,31 g nitrogen, 0,62 g fosfor,
dan 0,36 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk pembentukan
cabang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Koryati (2014) bahwa pemberian
urea dengan dosis yang lebih tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap jumlah cabang tanaman cabai merah.
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata
jumlah cabang berkisar 1,67-5 (Gambar 7). Jumlah cabang tertinggi diperoleh
pada perlakuan A4E2 dan A3E1. Hal ini menunjukkan perlakuan A4E2 dan A3E1
lebih mampu meningkatkan pembentukan cabang dibandingkan perlakuan
lainnya. Jumlah cabang terendah diperoleh pada perlakuan A0E0 dan A1E0.
Jumlah cabang yang sama antara perlakuan A1E0 dan A0E0 kemungkinan
disebabkan perlakuan A1E0 belum mampu menyediakan nitrogen yang cukup
untuk pembentukan cabang karena dosis pupuk A. pinnata yang diberikan sedikit.
Pembentukan cabang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang
berfungsi menyediakan energi bagi tanaman. Kurangnya unsur hara terutama
33
unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia bagi tanaman
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Gambar 7. Rata-rata jumlah cabang. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Nitrogen merupakan bahan baku penyusun klorofil pada proses
fotosintesis. Klorofil yang berfungsi untuk penyediaan energi akan digunakan
untuk sintesis makro molekul di dalam sel. Hasil sintesis makro molekul inilah
yang akan menjadi cadangan makanan dan akan diakumulasikan pada jaringan-
jaringan muda yang sedang tumbuh, seperti pembentukan cabang (Noverita,
2005). Transfer energi ke titik tumbuh tanaman juga dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur fosfor dan kalium bagi tanaman, dimana unsur tersebut dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru, salah satunya
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik
berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (P<0,05) (Lampiran 6). Rata-rata
umur berbunga berkisar 36-45,33 HST (Gambar 8). Umur berbunga tercepat
diperoleh pada perlakuan A4E1 serta yang terlama pada perlakuan A0E0
(Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik sebesar 50% untuk mempercepat umur berbunga.
Hal ini karena pupuk organik memiliki keunggulan diantaranya, memacu dan
meningkatkan populasi mikrobia di dalam tanah, bahan organik akan menambah
energi yang diperlukan bagi kehidupan mikroorganisme tanah, dan KTK dan
ketersediaan hara meningkat dengan dengan penggunaan bahan organik (Sutanto,
2002).
Gambar 8. Rata-rata umur berbunga. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
35
Pemberian pupuk organik juga pada penelitian lain dapat mempercepat
umur berbunga, seperti pemberian pupuk organik 56,25 g/polybag dapat
mempercepat umur berbunga tanaman terung (Safei et al., 2014) dan pemberian
bahan organik dapat mempercepat umur berbunga tanaman melon (Risnawati,
2014). Kurangnya unsur hara yang tersedia bagi tanaman terutama fosfor pada
perlakuan A0E0 menyebabkan umur berbunga menjadi lebih lama.
Pembungaan merupakan titik awal yang menentukan proses terbentuknya
organ hasil dan jumlahnya per tanaman. Proses pembungaan pada tanaman
dipengaruhi unsur fosfor. Unsur fosfor berperan dalam proses fotosintesis,
merangsang pembentukan akar, dan pembentukan protein sehingga akan
mempercepat proses pembentukan bunga dan buah (Agromedia, 2007).
4.3.2 Jumlah Buah
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap jumlah buah
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk meningkatkan
jumlah buah. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat
meningkatkan jumlah buah, seperti pemberian pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan jumlah buah terung per tanaman (Doni et al., 2015) dan pemberian
pupuk organik dapat meningkatkan jumlah buah terung per tanaman (Safei et al.,
2014).
36
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
buah (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk
anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan jumlah buah. Hal ini diduga pada waktu pemupukan yang ke-2 (9
MST) kondisi curah hujan dan suhu udara tinggi sehingga menyebabkan
pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dan
parameter lainnya seperti panjang buah, diameter buah, dan berat buah per
tanaman. Hal ini berkaitan dengan sifat yang dimiliki pupuk anorganik yaitu
mudah menguap dan tercuci (Hadisuwito, 2012). Pupuk anorganik memiliki
butiran yang cukup kecil yang berarti mempunyai bidang permukaan yang luas
sehingga akan cepat mengalami pelarutan, penguapan, dan pencucian (Lingga dan
Marsono, 2008).
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah buah (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata jumlah
buah berkisar 1-4,33 buah (Gambar 9). Jumlah buah tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4E1 dan terendah pada perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan A4E1 lebih mampu meningkatkan produksi jumlah buah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Kurangnya unsur hara yang tersedia bagi tanaman pada
perlakuan A0E0 menyebabkan jumlah buah yang dihasilkan sedikit. Tanaman
yang kurang pasokan kalium menyebabkan buahnya gugur pada saat masak awal
dan jumlah buahnya sedikit (Munawar, 2011).
Kalium berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein sehingga
menyebabkan produksi meningkat (Agromedia, 2007). Kalium berperan juga
37
mencegah bunga dan buah agar tidak mudah rontok (Susetya, 2014). Selain
kalium, fosfor juga berperan mempercepat pembungaan, pembuahan, dan
pemasakan biji (Agromedia, 2007).
Gambar 9. Rata-rata jumlah buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupuk A.pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata, A0:tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50% pupukanorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi jumlah buah selain pupuk yang
diberikan. Suhu dan curah hujan yang tinggi pada saat fase generatif diduga juga
mempengaruhi jumlah buah. Pembungaan atau pembuahan terung akan
mengalami gangguan berupa bunga dan buah berguguran pada suhu diatas 32°C.
Pada suhu yang rendah tanaman juga akan mengalami gangguan karena pada suhu
rendah tanaman akan berkembang lambat, demikian juga masa pembentukan buah
dan panennya akan lambat (Mashudi, 2007). Curah hujan yang terlalu tinggi juga
tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, terlebih pada saat mulai berbunga karena
curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
38
4.3.3 Panjang Buah
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap panjang buah
(P<0,05) (Lampiran 6). Panjang buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk meningkatkan
panjang buah. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat
meningkatkan panjang buah, seperti pemberian pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan panjang buah terung (Doni et al., 2015) dan pemberian pupuk
organik dapat meningkatkan panjang buah terung (Safei et al., 2014).
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
buah (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk
anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan panjang buah. Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan
pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang buah (P>0,05)
(Lampiran 6). Rata-rata panjang buah berkisar 16,73-22,25 cm (Gambar 10).
Panjang buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan terendah pada
perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 lebih mampu
meningkatkan panjang buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kurangnya
unsur hara terutama kalium pada perlakuan A0E0 menyebabkan panjang buah
menjadi tidak optimal.
Ketersediaan unsur kalium akan mempengaruhi ukuran dan kualitas buah
pada masa generatif pada tanaman terung (Novizan, 2002). Ketersediaan kalium
39
yang cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, dan kulit buah (Munawar,
2011). Kalium berfungsi untuk mengaktifkan enzim, membantu pembentukan
karbohidrat dan protein, dan membantu pengangkutan gula dari daun ke buah
sehingga buah tumbuh sempurna, besar, dan kualitas bagus (Agromedia, 2007).
Gambar 10. Rata-rata panjang buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
4.3.4 Diameter Buah
Pemberian pupuk A. pinnata, pupuk anorganik, dan kombinasi pupuk A.
pinnata dengan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah
(P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan tanaman terung memiliki ukuran
diameter buah yang relatif seragam. Menurut Lakitan (2011) ukuran buah atau biji
selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Pada penelitian Safei et al (2014) diperoleh hasil yang sama bahwa pemberian
pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah terung.
40
Rata-rata diameter buah berkisar 4,06-4,65 cm (Gambar 11). Diameter
buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan terendah pada perlakuan A0E0.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 lebih mampu meningkatkan
diameter buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan A0E0
tanaman kekurangan pasokan kalium sehingga menyebabkan ukuran buah lebih
rendah (Agromedia, 2007).
Gambar 11. Rata-rata diameter buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
4.3.5 Berat Buah Per Tanaman
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap berat buah per
tanaman (P<0,05) (Lampiran 6). Berat buah per tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 dan terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi
yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor, dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik
oleh tanaman untuk meningkatkan berat buah per tanaman. Pada penelitian lain
41
pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan berat buah per tanaman,
seperti pemberian kompos Azolla dapat meningkatkan berat umbi ubi jalar per
tanaman (Susanto et al., 2014), pemberian pupuk kandang sapi 2,42 g/petak dapat
meningkatkan berat buah terung per tanaman (Doni et al., 2015), dan pemberian
pupuk organik 75 g/polybag dapat meningkatkan berat buah buah terung per
tanaman (Safei et al., 2014).
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah
per tanaman (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pupuk anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan berat buah per tanaman. Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata
dengan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah per
tanaman (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata berat buah per tanaman berkisar
100,30-547,63 g (Gambar 12).
Gambar 12. Rata-rata berat buah per tanaman. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A.pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1:50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
42
Berat buah per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan
terendah pada perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
lebih mampu meningkatkan berat buah per tanaman dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Pada perlakuan A0E0 tanaman kekurangan pasokan kalium
sehingga menyebabkan berat buah lebih rendah (Munawar, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
menghasilkan rata-rata berat buah per tanaman yang lebih tinggi. Tingginya hasil
berat buah per tanaman pada perlakuan A4E1 didukung parameter lainnya seperti
jumlah buah, panjang buah, dan diameter buah. Dengan demikian, karena jumlah
buah, panjang buah, dan diameter buah mempengaruhi berat buah per tanaman,
maka tentu juga berat buah per tanaman dipengaruhi oleh fosofor dan kalium.
Fosfor mempunyai fungsi dan peran yang sangat vital dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fungsi yang paling esensial adalah
keterlibatannya dalam penyimpanan dan transfer energi di dalam tanaman. Fosfor
merupakan bagian esensial proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat
sebagai funsgsi regulator pembagian hasil fotosintesis antara sumber dan organ
reproduksi, pembelahan dan perbanyakan sel, organisasi sel, memacu kemasakan
tanaman,dan mengurangi masa untuk pemasakan biji (Munawar, 2011).
Unsur kalium berperan dalam proses fotosintesis karena terlibat di dalam
sintesis ATP, produksi dalam aktivitas enzim-enzim fotosintesis, penyerapan CO2
melalui mulut daun, dan menjaga keseimbangan listrik selama fotofosforilasi di
dalam kloroplas. Selain itu, kalium juga teribat dalam pengangkutan hasil
fotosintesis dari daun melalui floem ke jaringan organ reproduktif dan
43
penyimpanan seperti buah, biji, dan umbi. Pada tanaman buah-buah dan sayuran,
pasokan kalium cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, kulit buah yang
penting untuk penyimpanan dan pengangkutan. Oleh karena itu pasokan kalium
yang cukup akan menjamin fungsi daun selama pertumbuhan dan jumlah gula
pada buah (Munawar, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh, perlakuan A4E1 yang terdiri 28 g pupuk
A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik merupakan dosis yang
direkomendasikan bagi petani budidaya terung karena perlakuan A4E1 dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan diameter batang dan
mempercepat umur berbunga.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian 28 g pupuk A. pinnata dapat mengurangi 50% pengunaan pupuk
anorganik.
2. Pemberian kombinasi 28 g pupuk A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik
dapat meningkatkan diameter batang dan umur berbunga.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, petani terung sebaiknya menggunakan 28 g
pupuk A. pinnata dalam budidaya terung dan perlu dilakukan penelitian pupuk A.
pinnata pada jenis tanaman lain untuk mengetahui dosis yang tepat untuk
berbagai jenis tanaman.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, R. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka.Jakarta.
Agromedia, R.. 2007. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Akhda, D.K.N. 2009. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Kompos Azolla sp.terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoenaVoss). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Arifin, Z. 1996. Azolla Pembudidayaan dan Pemanfaatan pada Tanaman Padi.Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Sayuran.https://www.bps.go.id/site/resultTab. Diakses (26 November 2015, 19.00WIB.
Batan. 2006. Pengelolaan Hara Tanaman. Kelompok Tanah dan Nutrisi tanaman.www.batan.go.id/petr/pertanian/tnh/html. Diakses (26 November 2015,17.00 WIB).
Ciptadi, D. 2009. Pengaruh Aplikasi Berbagai Sumber Pupuk Organik terhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa). Skripsi. InstitutPertanian Bogor.
Darjanto. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik PenyerbukanSilang Buatan. Gramedia. Jakarta.
Dewi, I.R. 2007. Fiksasi N Biologis Pada Ekosistem Tropis. Program PascaSarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Djojosuwito, S. 2000. Azolla Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius.Yogyakarta.
Doni S., P. Astuti., dan A. P. Sujalu. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang SapiTerhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan TerungHijau. Jurnal AGRIFOR. 14(1): 39-44.
Gunawan, I. 2014 Kajian Peningkatan Peran Azolla Sebagai Pupuk Organik KayaNitrogen pada Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14(2):134-138.
Gunawan, I dan R. Kartina. 2012. Subtitusi Kebutuhan Nitrogen Tanaman PadiSawah Oleh Tumbuhan Air Azolla (Azolla pinnata). Jurnal PenelitianPertanian Terapan. 12(3): 175-180.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
46
Haryoto. 2009. Bertanaman Terung Dalam Pot. Kanisius. Yogyakarta.
Hidayat C., A. Fanindi., S. Sopiyana, dan Komarudin. 2011. Peluang pemanfaatantepung Azolla sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak ayam.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai PenelitianTernak. Bogor.
Indriani, A. T. 2005. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian MacamBahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachishypogaea I). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Indriani, Y.H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Koryati, T. 2014. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea TerhadapPertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.). JurnalPenelitian Bidang Ilmu Penelitian. 2(1): 13-16.
Kustiono, G., Indarwati., dan J. Herawati. 2012. Kajian Aplikasi Kompos Azolladan Pupuk Anorganik untuk Meningkatkan Hasil Padi Sawah (Oryzasativa L). Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. UniversitasTrunojoyo Madura.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada.Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta.
Lukman, A., A.P. Sari., F. Hiola., dan O. Jumadi. 2012. Ketersediaan NitrogenTanah dan Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yangdiperlakukan dengan Pemberian Pupuk Kompos Azolla. Jurnal Sainsmat.1(2): 167-180.
Mashudi. 2007. Budi Daya Terung. Azka Press. Jakarta.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT Penerbit IPBPress. Bogor.
Murbandono, L.H.S. 2007. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Noverita, S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompos TerhadapKomponen Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya. Jurnal Penelitian BidangIlmu Penelitian. 3(3): 95-105.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. AgroMediaPustaka. Jakarta.
47
Putra, D.F., Soenaryo., dan S.Y. Tyasmoro. 2013. Pengaruh Pemberian BernagaiBentuk Azolla dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil TanamanJagung Manis (Zea mays var. Saccharata). Jurnal Produksi Tanaman. 1(4):353-360.
Putri, F.P., H.T. Sebayang., dan T. Sumarni. 2012. Pengaruh Pupuk N, P, K,Azolla (Azolla pinata) dan Kayu Apu (Pistia stratiotes) pada Pertumbuhandan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa). Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): 9-20.
Risnawati. 2014. Pengaruh Pemakaian Bahan Organik Terhadap ProduksiTanaman Melon (Cucumis melo L.). Agrium. 18(3): 269-271.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta.
Rusma, S.L.L. 2014. Potensi Azolla pinnata sebagai Pupuk Hijau pada BudidayaTanaman Padi (Oryza sativa) Varietas Inpari Sidenuk. Skripsi. UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sadeghi, R., R. Zarkami., K. Sabetraftar., dan P. Van Damme. 2013. A review ofSome Ecological Factors Affecting The Growth of Azolla spp. Caspian J.Env. Sci. 11(1): 65-76.
Safei, M., A. Rahmi, dan N. Jannah. 2014. Pengaruh Jenis Dan Dosis PupukOrganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung (Solanummelongena L.) Varietas Mustang F-1. Jurnal AGRIFOR. 14(1): 59-66.
Saragih, D., H. Hamim., dan N. Nuramuli. 2013. Pengaruh Dosis dan WaktuAplikasi Pupuk Urea Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung(Zea mays L.) Pionerr 27. J. Agrotek Tropika. 1(1): 50-54.
Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Jakarta.
Sarif, P., A. Hadid., dan I. Wahyudi. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi(Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. J.Agrotekbis. 3(5): 585-591.
Simanjuntak, L. 2005. Usaha Tani Terpadu Pati (Padi, Azolla, Tiktok dan Ikan).AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Siregar, A dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea terhadap Serapan Ndan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal BudidayaPertanian. 7(2): 107-112.
Soedharmo, G.G., S.Y. Tyasmoro., dan H.T. Sebayang. 2016. PengaruhPemberian Pupuk Azolla dan Pupuk N Pada Tanaman Padi (Oryza sativaL.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman. 4(2): 145-152.
48
Srinivasan, R. 2009. Insect and mite pests on eggplant: a field guide forindentification and management. AVRDC Publication. Taiwan.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara TumpangGilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susetya, D. 2014. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Pustaka BaruPress. Yogyakarta.
Susanto, E., N. Herlina., N.E. Suminarti. 2014. Respon Perumbuhan dan HasilTanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) pada Beberapa Macam danWaktu Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2(5): 412-418.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan danPengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah Dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Zebi, C. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.)pada Media Gambut dengan Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Kompos.Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
49
Lampiran 1. Denah penelitian
Denah Penelitian
Ulangan 1 Ulangan 3Ulangan 2
50
Lampiran 2. Perhitungan dosis pupuk anorganik
Dosis pupuk/ha x Bobot tanah dalam polybag (kg)Pupuk/polybag =
Bobot tanah 1 ha dengan kedalaman 20 cm (kg)
a. Perhitungan bobot tanah 1 ha dengan kedalaman 20 cm (kg):
Diketahui: Luas 1 ha = 10.000 m2; kedalaman 20 cm= 0,20 m; berat jenis; 1 g/cm3
= 1 x 0,001/ 0,000001 = 1000 kg/m3.
Volume = 10.000 m2 x 0,20 m = 2.000 m3
Bobot tanah = 2.000 m3 x 1000 kg/m3 = 2.000.000 kg.
b. Perhitungan pupuk A. pinnata
4000 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 18 g
Selanjutnya perlakuan pupuk A. pinnata dibuat 5 taraf dosis, yaitu: A4 (28 g), A3
(23 g), A2 (18 g), A1 (13 g), dan A0 (0 g).
c. Perhitungan pupuk urea
150 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 0,675 g
d. Perhitungan pupuk TSP
300 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
51
Dosis pupuk/polybag = 1,35 g.
e. Perhitungan pupuk KCl
150 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 0,675 g.
52
Lampiran 3. Kandungan unsur hara
Pupuk Unsur Hara (%)
N P K
Azolla pinnata 3,63 0,88 3,03
Anorganik 46 46 53
Dosis pupuk
A. pinnata
Unsur Hara (g)
N P K
A4 1,02 0,25 0,85
A3 0,83 0,20 0,70
A2 0,65 0,16 0,54
A1 0,47 0,11 0,39
A0 0 0 0
Dosis pupuk
anorganik
Unsur Hara (g)
N P K
E2 0,31 0,62 0,36
E1 0,16 0,31 0,18
E0 0 0 0
53
Lampiran 4. Kondisi Iklim
Garis lintang : 06018’LU 49.6008’’LS
Garis bujur : 106°45’BB 21.2328’’BT
Parameter Waktu
Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016