Top Banner
Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 1 p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang Potensial Dan Mempunyai Keunggulan Kompetitif Menuju Cirebon Kota Metropolitan Baru Enceng Yana Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Unswagati [email protected] ABSTRAK Penelitian ditujukan untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi dan menganalisis kawasan yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pengembangan UMKM dengan melakukan analisis data literatur dan observasi langsung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share (SS), analisis MRP, analisis Overlay, dan analisis Model Deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil perhitungan rata-rata LQ tahun 2014- 2015 menunjukkan bahwa sektor ekonomi di Kecamatan Plered yang tergolong dalam ketegori sektor basis dengan kriteria hasil nilai perhitungan LQ lebih besar dari 1 (LQ>) ada tujuh sektor, yaitu: sektor industri pengolahan, sektor jasa, sektor jasa perusahaan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor informasi dan, sektor jasa, dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Dan berdasarkan hasil analisis keseluruhan sektor yang merupakan sektor maju dan unggulan serta memiliki spesialisasi dan kompetitif ialah sektor industri pengolahan. Sektor yang berpotensial akan mempengaruhi pengembangan UMKM di Kecamatan Plered karena mayoritas masyarakat berpenghasilan dengan menjalankan usaha perdagangan dan industri batik, meubel, dan sandal. Melalui penelitian ini program pengembangan UMKM yang berpotensi di Kecamatan Plered merupakan langkah yang tepat dan efektif dalam upaya pemerintah daerah menangani persoalan daerah tertinggal di Kabupaten Cirebon. Selain itu, pentingnya aksesibiltas infrastruktur yang dapat menunjang pengembangan potensi ekonomi. Kata Kunci: Potensi sektor ekonomi potensial, analisis Location Quotient, Aksesibilitas, sektor basis, dan UMKM. Pendahuluan Pembangunan insfrastuktur yang diselenggarakan pemerintah Indonesia dalam lima tahun terakhir memberikan dampak postif bagi perbaikan di segala sektor, salah satu sektor yang paling merasakan akan dampak tersebut adalah sektor ekonomi. Keluhan para pelaku usaha salah satunya karena insfrastruktur yang tidak mendukung dalam melakukan usaha, bagi produsen akses yang sulit menyebabkan naiknya ongkos produksi sehingga hal tersebut berpengaruh pada permintaan dan penawaran. Hal ini yang mengharuskan adanya perbaikan insfrastruktur yaitu Kondisi perekonomian yang tidak menentu dan seringkali mengalami keterpurukan dalam dunia usaha, sehingga semua sektor usaha mengalami kemunduruan. Oleh karena itu, pemerintah mulai mencanangkan dan menyelenggarakan pemangunan dan perbaikan insfrastruktur agar memudahkan semua aktivitas yang dilakukan masyarakat. Forslund dan Johansson (1995) mengungkapkan bahwa produksi dan kegiatan ekonomi lainnya dapat dilakukan lebih efisien karena kualitas dan kapasitas jaringan transportasi suatu daerah meningkat. Pembangunan insfrastruktur di setiap daerah tentunya akan memberikan akses yang memudahkan dalam mengembangkan dan meningkatkan ekonomi. Aglomerasi dan fasilitas insfrastruktur adalah faktor daya tarik dan kemampuan pengembangan daerah (Lutter et al, 1992). Cirebon merupakan salah satu daerah yang berada di propinsi Jawa Barat, letak yang strategis secara ekonomi karena daerah penghubung kota-kota besar serta dibangunnya infrastruktur berupa bandara udara internasional dan pelabuhan yang berskala nasional. Namun, seiring pembangunan infrastruktur yang sedang dilaksanakan masih banyak potensi-
15

Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 1

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang Potensial Dan Mempunyai

Keunggulan Kompetitif Menuju Cirebon Kota Metropolitan Baru

Enceng Yana

Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Unswagati

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ditujukan untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai

penunjang pertumbuhan ekonomi dan menganalisis kawasan yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan

pengembangan UMKM dengan melakukan analisis data literatur dan observasi langsung. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang dilaksanakan

menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share (SS), analisis MRP, analisis Overlay, dan

analisis Model Deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil perhitungan rata-rata LQ tahun 2014-

2015 menunjukkan bahwa sektor ekonomi di Kecamatan Plered yang tergolong dalam ketegori sektor basis dengan

kriteria hasil nilai perhitungan LQ lebih besar dari 1 (LQ>) ada tujuh sektor, yaitu: sektor industri pengolahan,

sektor jasa, sektor jasa perusahaan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor informasi dan, sektor jasa,

dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Dan berdasarkan hasil analisis keseluruhan sektor yang

merupakan sektor maju dan unggulan serta memiliki spesialisasi dan kompetitif ialah sektor industri pengolahan.

Sektor yang berpotensial akan mempengaruhi pengembangan UMKM di Kecamatan Plered karena mayoritas

masyarakat berpenghasilan dengan menjalankan usaha perdagangan dan industri batik, meubel, dan sandal.

Melalui penelitian ini program pengembangan UMKM yang berpotensi di Kecamatan Plered merupakan langkah

yang tepat dan efektif dalam upaya pemerintah daerah menangani persoalan daerah tertinggal di Kabupaten

Cirebon. Selain itu, pentingnya aksesibiltas infrastruktur yang dapat menunjang pengembangan potensi ekonomi.

Kata Kunci: Potensi sektor ekonomi potensial, analisis Location Quotient, Aksesibilitas, sektor basis, dan UMKM.

Pendahuluan

Pembangunan insfrastuktur yang diselenggarakan pemerintah Indonesia dalam lima tahun

terakhir memberikan dampak postif bagi perbaikan di segala sektor, salah satu sektor yang

paling merasakan akan dampak tersebut adalah sektor ekonomi. Keluhan para pelaku usaha

salah satunya karena insfrastruktur yang tidak mendukung dalam melakukan usaha, bagi

produsen akses yang sulit menyebabkan naiknya ongkos produksi sehingga hal tersebut

berpengaruh pada permintaan dan penawaran. Hal ini yang mengharuskan adanya perbaikan

insfrastruktur yaitu Kondisi perekonomian yang tidak menentu dan seringkali mengalami

keterpurukan dalam dunia usaha, sehingga semua sektor usaha mengalami kemunduruan. Oleh

karena itu, pemerintah mulai mencanangkan dan menyelenggarakan pemangunan dan

perbaikan insfrastruktur agar memudahkan semua aktivitas yang dilakukan masyarakat.

Forslund dan Johansson (1995) mengungkapkan bahwa produksi dan kegiatan ekonomi lainnya

dapat dilakukan lebih efisien karena kualitas dan kapasitas jaringan transportasi suatu daerah

meningkat.

Pembangunan insfrastruktur di setiap daerah tentunya akan memberikan akses yang

memudahkan dalam mengembangkan dan meningkatkan ekonomi. Aglomerasi dan fasilitas

insfrastruktur adalah faktor daya tarik dan kemampuan pengembangan daerah (Lutter et al,

1992). Cirebon merupakan salah satu daerah yang berada di propinsi Jawa Barat, letak yang

strategis secara ekonomi karena daerah penghubung kota-kota besar serta dibangunnya

infrastruktur berupa bandara udara internasional dan pelabuhan yang berskala nasional.

Namun, seiring pembangunan infrastruktur yang sedang dilaksanakan masih banyak potensi-

Page 2: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 2

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

potensi ekonomi yang belum terungkap, baik sektor yang potensial maupun yang memiliki

keungulan komparatif dengan daerah lain.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon (2016, I-27) menjelaskan pembangunan di

Kabupaten Cirebon Tahun 2015 masih pada taraf sedang. Demikian juga kabupaten yang

berada di wilayah sekitar Cirebon, kecuali Kotamadaya Cirebon status pembangunannya pada

taraf tinggi. Namun pertumbuhan IPM Kabupaten Cirebon lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan Kota Cirebon sebesar 0,55%. Kecamatan Plered merupakan salah satu kecamatan

di Kabupaten Cirebon dengan laju perekonomiannya yang sangat baik. Hal ini dikarenakan laju

pertumbuhan beberapa sektor yang merupakan indikator penting untuk mengetahui

keberhasilan suatu pembangunan. Kecamatan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

kurang dari 4,00% terdiri dari 17 kecamatan dan digolongkan menjadi kecamatan dengan LPE

cukup baik. Adapun Kecamatan dengan LPE antara 4,01% sampai dengan 5,79% digolongkan

menjadi kecamatan dengan LPE baik. Kelompok LPE baik terdiri dari 12 kecamatan.

Sementara LPE dengan nilai lebih dari 5,80% digolongkan menjadi kecamatan dengan LPE

sangat baik dan kelompok kecamatan ini terdiri dari 11 kecamatan. Kecamatan Plered

menempati urutan pertama dengan LPE 7,79% dan urutan terakhir dengan LPE 0,97% yaitu

Kecamatan Greged. Meskipun demikian pemerintah daerah khususnya di Kecamatan Plered

harus teteap meningkatkan sektor-sektor lain yang kurang potensial agar dapat mengangkat laju

pertumbuhan ekonomi provinsi dan nasional (BPS, 2015: IV-111).

Peran pemerintah sangat penting dalam mengayomi dan melindungi komunitas bisnis

namun pemerintah juga perlu membatasi ruang gerak komunitas bisnis untuk menghindari

permasalahan-permasalahan dimasa mendatang. Pemerintah juga perlu menyediakan

infrastruktur dan lahan untuk komunitas bisnis, agar sektor industri kreatif menjadi pendapatan

asli daerah. Sehubung dengan hal tersebut, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang

Usaha Kecil, dan yang mengatur tentang usaha kecil diganti, agar Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan perlindungan dan keadilan usaha. UU

tersebut diganti dengan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam UU tersebut disebutkan

peran pemerintah untuk memberdayakan UMKM (Subarsono, 2016:1).

Pengelolaan potensi pusat kegiatan ekonomi di Cirebon khususnya di kawasan Kecamatan

Plered dan sekitarnya masih terjebak dalam pola lokal dengan kualitas kinerja yang tak berdaya

saing tinggi. Padahal kini sudah memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN dimana strategi dan

kualitas jaringan untuk mengakses segala sesuatu menjadi penting. Kawasan Cirebon

merupakan kawasan yang unik dan dapat dijangkau dari daerah manapun sehingga menarik

untuk mengadakan penelitian karena letaknya yang strategis seharusnya mampu mendatangkan

banyak investasi dari para investor baik domestik maupun investor luar negeri. Dengan

demikian peranan perintah dan masyarakat diperlukan kerjasama yang dapat membangun usaha

mikro kecil menengah di kawasan tersebut menjadi lebih maju. Lemahnya jaringan strategis,

kawasan ini belum merabah ke tingkat global. Pengelolaan potensi pusat kegiatan ekonomi di

Cirebon khususnya di kawasan Kecamatan Plered dan sekitarnya masih terjebak dalam pola

lokal dengan kualitas kinerja yang tak berdaya saing tinggi. Penelitian ini difokuskan pada dua

hal yaitu mencari potensi ekonomi yang merupakan sektor basis dan non basis di Kecamatan

Plered Kabupaten Cirebon dan mencari sektor yang potensial dan mempunyai keunggulan

kompetitif yang dapat dijadikan sebagai kawasan pusat kegiatan ekonomi di Kecamatan Plered

Kabupaten Cirebon

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tehnik studi kasus (case

study). Penelitian ini dilakukan di kawasan Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Subjek

Page 3: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 3

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

penelitian ini adalah Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon yang merupakan

informan utama. Sebagai triangulasi, peneliti memanfaatkan Kepala BAPPEDA Kabupaten

Cirebon dan Camat Kecamatan Plered serta warga sekitar kawasan Kecamatan Plered sebagai

informan dan partisipan berikutnya. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara memilih sampel

dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha per Kecamatan

Kabupaten Cirebon Tahun 2011-2015. Pengambilan sampel sumber data dalam penelitian ini

dilakukan secara purposive dan snowball. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan data primer dan data sekunder diantaranya; Data perimer diperoleh

dengan cara melakukan wawancara langsung ke BPS Kabupaten Cirebon, BAPPEDA

Kabupaten Cirebon, dan Camat di Kecamatan Plered serta melakukan observasi di wilayah

tersebut. Sumber data sekunder diperoleh berdasarkan telaah dokumen, literatur-literatur, jurnal

dari BPS, BAPPEDA, Kantor Kecamatan, Dinas-dinas terkait dan junal lain yang relevan.

Teknik Analisis Data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Location Quotient

Location Quotient(LQ) menurut Arief Daryanto dan Yundy Hafizrianda (Asep, 2014:

42) yaitu suatu indikator sederhana yang dapat menunjukan kekuatan atau besar kecilnya

peranan suatu sektor dalam suatu daerah dengan daerah di atasnya atau wilayah referensi.

Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk

sektor tertentu di wilayah kemudian kita dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai

tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Dalam bentuk rumus, apabila yang

digunakan adalah data lapangan kerja, menurut Tarigan (2015: 35), hal tersebut dapat

dituliskan sebagai berikut:

𝐿𝑄 = 1𝑖/𝑒

𝐿𝑖/𝐸

2. Analisis Shift Share(SS)

Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan

peranan perekonomian di daerah. Analisis Shift Sharejuga digunakan untuk membandingkan

perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah studi dengan daerah referensi.

Menurut Tarigan (2015: 86-87) komponen shift adalah penyimpanan (deviation) dari

sharewilayah referensi dalam pertumbuhan sektor i. Penyimpangan ini positif di daerah-

daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat atau

merosot dibandingkan dengan pertumbuhan sektor di wilayah referensi. Bagi setiap daerah,

shift atau penyimpangan dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu proportional shift

component (P) dan defferential shift component (D). Proportional shift component (P)ini

mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh kemampuan sektor-sektor

industri di Kecamatan Plered. Komponen ini positif ( + ) di Kecamatan Plered yang

berspesialisasi dalam sektor i yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sektor i di

Kabupaten Cirebon dan negatif ( - ) di daerah yang berspesialisasi dalam sektor i yang

tumbuh lebih lambat atau bahkan sedang merosot dibandingkan dengan sektor i di

Kabupaten Cirebon. Defferential shift component (D) mengukur besarnya shift regional

netto yang diakibatkan oleh faktor-faktor lokasional internal. Jadi, suatu daerah mempunyai

keunggulan lokasional seperti sumber daya yang melimpah akan mempunyai defferential

shift component (D) yang positif, sedangkan daerah secara lokasional tidak menguntungkan

akan mempunyai komponen yang negatif.

Rumus Shift Share (Tarigan, 2015: 87-88) adalah:

∆Er = Er,t − Er,t−n

Page 4: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 4

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Artinya, pertambahan sektor i adalah banyaknya jumlah output sektor i pada tahun akhir

dikurangi output pada sektor i pada tahun awal. Persamaan di atas berlaku untuk total output

pada sektor i di wilayah studi. Hal ini dapat juga dilihat persektor sebagai berikut:

∆Er,i = NSi + Pr,i + Dr,i

𝑁𝑆𝑖,𝑡 = Er,i,t−n(EN,t / EN,t−n) − Er,i,t−n

𝑃𝑟,𝑖,𝑡 = {(EN,i,t/ EN,i,t−n) − (EN,t/EN,t−n)} x Er,i,t−n

𝐷𝑟,𝑖,𝑡 = {Er,i,t − (EN,i,t/EN,i,t−n) Er,i,t−n}

3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah perbandingan pertumbuhan

berdasarkan pada kriteria PDRB suatu kegiatan sektoral baik dalam lingkup yang lebih luas

(Kabupaten Cirebon) maupun sempit (Kecamatan Plered).pendekatan MRP ini juga dibagi

menjadi dua yaitu:

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Rasio pertumbuhan wilayah referensi yaitu membandingkan pertumbuhan PDRB

masing-masing sektor di Kabupaten Cirebon dengan PDRB Kecamatan Plered. Rumus

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) yaitu:

RPr = ∆𝐸𝑁,𝑖,𝑡/𝐸𝑁,𝑖,𝑡

∆𝐸𝑁,𝑡/𝐸𝑁,𝑡−𝑛

Jika RPr sektor tertentu lebih besar dari RPs maka RPr dikatakan (+) yang berarti

pertumbuhan suatu sektor tertentu di Kabupaten Cirebon lebih tinggi dari pertumbuhan

sektor yang sama di Kecamatan Plered. Selain itu, jika RPr lebih kecil dari RPs maka RPr

dikatan (-) yang berarti bahwa pertumbuhan suatu sektor tertentu di Kabupaten Cirebon lebih

rendah dari pertumbuhan sektor yang sama di Kecamatan Plered.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yaitu membandingkan pertumbuhan masing-

masing sektor khusus di wilayah studi (Kecamatan Plered) dengan pertumbuhan sektoral di

Kabupaten Cirebon. Rumus RPs adalah:

RPs = ∆𝐸𝑟𝑖,𝑡/∆𝐸𝑟𝑁,𝑖,𝑡

∆𝐸𝑁,𝑡/∆𝐸𝑁𝑡−𝑛

Jika RPs lebih besar dari 1 maka RPs dikatakan positif yang berarti pertumbuhan sektor

tertentu di Kecamatan Plered lebih tinggi dari pertumbuhan sektor produksi tertentu di

Kabupaten Cirebon dan jika RPs lebih kecil dari 1 dikatakan negatif yang berarti bahwa

pertumbuhan suatu sektor produksi tertentu ditingkat Kecamatan Plered lebih rendah dari

pada pertumbuhan sektor i Kabupaten Cirebon.

4. Analisis Overlay Analisis Overlay digunakan untuk menentukan sektor unggulan dengan menggabungkan

alat analisis yang paling baik, dimana hasil akhir dapat merupakan beberapa kemungkinan

ataupun hanya merupakan hasil yang diinginkan saja. Pada penelitian ini, analisis Overlay

merupakan rangkuman antara hasil dari analisis LQ dengan Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi

(RPs) (Nisa, 2014: 59). Metode ini memberikan penilaian pada sektor-sektor ekonomi dengan

melihat nilai positif (+) dan negatif (-). Sektor yang jumlah nilai positif (+) paling banyak berarti

sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan begitu pula sebaliknya jika suatu sektor tidak

mempunyai nilai positif berarti sektor tersebut bukan sektor unggulan. Notasi positif (+) berarti

perubahan sektor i lebih tinggi dibanding pertumbuhan sektor yang sama di Kabupaten Cirebon.

sementara untuk LQ nilai positif diberikan pada sektor ekonomi yang nilai indeks Location

Quotion lebih dari 1 (LQ>1).

Page 5: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 5

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

5. Model Analisis Deskriptif Menurut Nazir (Lies, 2015: 229). Metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya Tujuan

analisis ini adalah untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat, dan hubungan antara fenomena yang diteliti.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Analisis Potensi Pertumbuhan Sektor Ekonomi

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kecamatan Plered dalam kurun waktu tahun

2014-2015 dicantumkan dalam tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh)sektor basis di

Kecamatan Plered, yaitu: industri pengolahan, penyediaan akomodasi dan makan minum,

informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial,

dan jasa lainnya.

Tabel 1

Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) Kecamatan Plered

Tahun 2014-2015

Industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki kekuatan ekonomi yang sangat baik

di Kecamatan Plered dan memiliki indeks LQ rata-rata 2,11. Unit industri pengolahan

digambarkan sebagai pabrik, mesin, atau peralatan yang khusus digerakan dengan mesin atau

tangan. Industri yang ada di Kecamatan Plered diantaranya industri kayu, barang dari kayu dan

gabus, dan barang anyaman, industri funitur mencangkup pembuatan mebeller dan produk yang

berkaitan yang terbuat dari berbagai bahan kecuali batu, semen, dan kramik, industri makanan

No Lapangan Usaha/Sektor LQ Kec. Plered Rata-rata

LQ 2014 2015

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,12 0,13 0,13

2 Pertambangan dan Penggalian 0 0 0

3 Industri Pengolahan 2,12 2,10 2,11

4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,64 0,6 0,62

5 Pengadaan Air, Pengelolaan sampah, Limbah dan

Daur Ulang

0 0 0

6 Konstruksi 0,51 0,47 0,49

7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

0,90 0,89 0,90

8 Transportasi dan Pergudangan 0,58 0,64 0,63

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,07 1,04 1,06

10 Informasi dan Komunikasi 1,62 1,3 1,46

11 Jasa Keuangan dan Akuntansi 0,5 0,48 0,73

12 Real Estat 0,7 0,62 0,63

13 Jasa Perusahaan 1,68 1,5 1,60

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan

Jaminan

0,58 0,56 0,57

15 Jasa Pendidikan 1,77 1,49 1,63

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,57 1,34 1,46

17 Jasa Lainnya 1,14 1,09 1,12

Jumlah 15,5 14,25 15,14

Page 6: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 6

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

dan minuman, serta industri tekstil dan pakaian jadi karena di Kecamatan Plered banyak

warganya yang bekerja sebagai pengrajin batik. Hal ini terlihat di kawasan yang menjadi pusat

dari kegiatan kerajinan batik seperti di Desa Trusmi Wetan, Desa Trusmi Kulon, Desa

Cangkring, dan Desa Panembahan yang dijadikan pusat wisata batik di Kabupaten Cirebon.

Sektor basis kedua dengan indeks LQ rata-rata 1,63 adalah sektor jasa pendidikan. Jasa

pendidikan mencangkup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan untuk berbagai

pekerjaan yang mencangkup pendidikan negeri dan swasta. Sektor basis ketiga dengan indeks

LQ rata-rata 1,60 adalah jasa perusahaan kategori jasa perusahaan merupakan gabungan dari 2

(dua) kategori, yakni M dan N. Kategori M mencangkup kegiatan profesional, ilmu

pengetahuan, dan teknik yang membutuhkan tingkat pelatihan yang tinggi dan keterampilan

khusus dan kategori N mencangkup berbagai kegiatan yang mendukung operasional secara

umum. Sektor basis keempat dengan indeks LQ rata-rata 1,46 yaitu jasa kesehatan dan kegiatan

sosial. Kegiatan jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, dimulai dari

pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga profesional, dan fasilitas kesehatan lainnya.

Kegiatan penyedian jasa kesehatan dan kegiatan sosial di Kecamatan Plered mencangkup: jasa

klinik; puskesmas; praktik dokter; dan jasa lainnya yang dilakukan oleh para medis serta

kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh relawan dalam melakukan kegiatan sosial.

Sektor basis kelima dengan indeks LQ rata-rata 1,46 adalah informasi dan komunikasi yang

mencangkup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, persediaan alat untuk

mengirimkan atau mendistribusikan produk-produk ini berupa data dari kegiatan, komunikasi,

informasi, teknologi informasi, dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya

seperti kegiatan industri telekomunikasi dan industri pemograman. Sektor basis keenam dengan

indeks LQ rata-rata 1,12 adalah jasa lainnya adalah gabungan dari 4 kategori yang mempunyai

kegiatan cukup luas meliputi: kesenian, hiburan, dan rekreasi; jasa reparasi komputer, dan

barang keperluan pribadi dan perlengkapan rumah tangga; jasa perorangan yang melayani

rumah tangga; kegiatan yang mengahasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang

digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan, jasa swasta lainnya termasuk kegiatan badan

internasional seperti PBB, Badan Regional, IMF, dan lain sebagainya. Sektor basis ketujuh

dengan indeks LQ raat-rata 1,06adalah penyediaan akomodasi dan makan minum, mencangkup

penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya

serta penyediaan makan dan minuman untuk konsumsi segera atau melalui kegiatan

perdagangan besar dan eceran.

Sektor yang merupakan sektor bukan basis terdapat 10 sektor yaitu: sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan dengan LQ rata-rata sebesar 0,13; sektor pertambangan dan

penggalian dengan LQ rata-rata sebesar 0; sektor pengadaan listrik dan gas dengan LQ rata-rata

sebesar 0,62; sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan LQ

rata-rata sebesar 0; sektor konstruksi dengan LQ rata-rata sebesar 0,49; sektor perdagangan

besar dan eceran, reparasi mobil dan motor dengan LQ rata-rata sebesar 0,90; sektor transportasi

dan pergudangan dengan LQ rata-rata sebesar 0,63; sektor jasa keuangan dan akuntansi dengan

LQ rata-rata sebesar 0,73 sektor real estat dengan LQ rata-rata sebesar 0,63; sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan dengan LQ rata-rata sebesar 0,57.

b. Analisis Shift Share (SS)

Data yang digunakan dalam analisis Shift Share ini adalah PDRB Kecamatan Plered dan

Kabupaten Cirebon tahun 2014-2015 menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku di

wilayah tersebut. (Nevi, 2011:50) Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan

pergeseran struktur perekonomian wilayah Kecamatan Plered ditentukan oleh tiga komponen,

yaitu; Provincial Share, Komponen Proporsional Shift, dan Komponen Differential Shift Hasil

Page 7: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 7

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

perhitungan analisis shift share PDRB Kecamatan Plered tahun 2014-2015 dicantumkan pada

tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2

Hasil Perhitungan Nilai Shft Share Kecamatan Plered Tahun 2014-2015

No. Sektor Provinsial

Share(PS)

Propotional

Shift (P)

Differential

Shift (D) Total (∆𝒀)

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

3.131,34 -1.660,61 1.972,71 3.443,44

2 Pertambangan dan

Penggalian

0 0 0 0

3 Industri Pengolahan 67.399,12 5.264,47 1.453,13 74.116,72

4 Pengadaan Listrik dan Gas 135,49 89,40 -75,9 148,99

5 Pengadaan Air, Pengelolaan

sampah, Limbah dan Daur

Ulang

0 0 0 0

6 Konstruksi 8.927,34 945,03 -6.221,27 3.650,76

7 Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

22.852,77 -8.455,29 -1.369,88 13.027,6

8 Transportasi dan

Pergudangan

6.202,47 5.545,88 12.028,82 23.777,17

9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

5.886,32 -3.242,62 -1.480,3 1,163,4

10 Informasi dan Komunikasi 5.344,36 1.960,88 -12.047,43 -4.742,19

11 Jasa Keuangan dan

Akuntansi

2.348,51 2.116,79 -855,06 3.610,24

12 Real Estat 2.182,91 -895,15 -942,62 345,14

13 Jasa Perusahaan 1.866,76 268,60 -1.966,61 168,75

14 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan

2.754,98 758,82 200,88 3.714,68

15 Jasa Pendidikan 11.697,37 5.974,92 -21.080,44 -3.408,15

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

4.034,61 2.757,47 -6.637,29 151,79

17 Jasa Lainnya 5.780,94 2.566,67 -13.979,94 -5.632,33

Jumlah 150.545,29 13.995,26 -51.001,2 113.539,35

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 2 pertumbuhan komponen propotional shift Kecamatan Plered

selama periode tahun 2014-2015 ada yang bernilai negatif dan positif. Nilai P positif (+) berarti

perekonomian Kecamatan Plered berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh cepat

pada perekonomian Kabupaten Cirebon. Sebaliknya, apabila nilai Pnegatif (-), berarti

perekonomian Kecamatan Plered berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat

pada perekonomian Kabupaten Cirebon. Terdapat 10 sektor dengan nilai P positif. Sektor-

sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan propotional shift positif yaitu, sektor

industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor transportasi dan

pergudangan, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan akuntansi, sektor jasa

perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan, sektor jasa pendidikan,

sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sektor-sektor yang bernilai

negatif yaitu: sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor perdagangan besar dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor

real estat, Nilai Different Shift (D) sektor perekonomian Kecamatan Plered selama periode

Page 8: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 8

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

tahun 2014-2015 ada yang bernilai positif dan ada yang negatif. Nilai D positif berarti terdapat

sektor ekonomi Kecamatan Plered tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di

tingkat Kabupaten Cirebon. sedangkan nilai D negatif, berarti sektor tersebut tumbuh lebih

lambat dibandingkan sektor yang sama di tingkat Kabupaten Cirebon. Terdapat empat sektor

dalam perekonomian Kecamatan Plered dengan nilai D positif, yaitu: sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan dengan nilai D sebesar 1.972,71 , sektor industri pengolahan dengan

nilai D sebesar 1.453,13 , sektor transportasi dan pergudangan dengan nilai D sebesar

12.028,82, dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan dengan nilai D

sebesar 200,88. Keempat sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat,

sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu perkembangan PDRB Kecamatan

Plered. Sedangkan 13 sektor lainnya, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor

pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,

sektor perdagangan besar eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan

akuntansi, sektor real estat, sektor jasa perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan

dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya memiliki nilai D negatif, sehingga sektor-sektor

tersebut pertumbuhannya lambat. Kedua komponen shift ini menisahkan unsur-unsur

pertumbuhan Kecamatan Plered yang bersifat inter dan ekstern, dimana proposional shift

berpengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam Kabupaten Cirebon dan different shift adalah

akibat dan pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam Kecamatan Plered. c. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan (MRP) merupakan salah satu alat analisis alternatif guna

mendukung penentuan deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial di Kecamatan Plered MRP ini serupa

denga LQ, perbedaannya terletak pada cara menghitung. Analisis LQ menggunakan PDRB, sedangkan

MRP menggunakan kreteria pertumbuhan.

Tabel 3

Rata-rata Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Kecamatan Plered Tahun 2014-2015

No Lapangan Usaha/Sektor RPr RPs

N R N R

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,4481 - 0,1418 -

2 Pertambangan dan Penggalian 0,1521 - 0 -

3 Industri Pengolahan 0,9753 - 1,0545 +

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,4296 + 0,2014 -

5 Pengadaan Air, Pengelolaan sampah,

Limbah dan Daur Ulang

1,0123 + 0 -

6 Konstruksi 0,9990 - 0,0915 -

7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

0,6249 - 0,3988 -

8 Transportasi dan Pergudangan 1,5992 + 0,554 -

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,4306 - 0,2292 -

10 Informasi dan Komunikasi 1,2066 + -0,5149 -

11 Jasa Keuangan dan Akuntansi 1,6053 + 0,1963 -

12 Real Estat 0,5570 - 0,0822 -

13 Jasa Perusahaan 1,0298 + 0,0647 -

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,

dan Jaminan

1,1346 + 0,298 -

15 Jasa Pendidikan 1,3165 + -0,1665 -

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,4460 + 0,0175 -

17 Jasa Lainnya 1,2662 + -0,0213 -

Page 9: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 9

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Jumlah 17,2331 2,2272 -

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata hasil pengujian MRP di

Kecamatan Plered selama kurun waktu 2014-2015 menempatkan sektor-sektor ekonomi

kedalam kategori berikut ini:

1) Klasifikasi 1, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan

yang menonjol baik ditingkat Kabupaten Cirebon maupun tingkat Kecamatan Plered.

Sektor ini disebut sebagai dominan pertumbuhan. Dalam hal ini tidak terdapat sektor yang

dominan pertumbuhan atau sektor yang sama dan menonjol baik di Kabupaten Cirebon

maupun di Kecamatan Plered.

2) Klasifikasi 2, yaitu nilai Rpr (+) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan

yang menonjol di tingkat Kabupaten Cirebon, namun belum menonjol ditingkat Kecamatan

Plered.Sektor yang menunjukan nilai RPr > 1 maka sektor tersebut pada wilayah

Kabupaten Cirebon lebih tinggi dibandingkan dpertumbuhan PDRB total wilayah yang

sama. Sektor yang termasuk kedalam klasifikasi ini adalah sektor pengadaan listrik dan gas

dengan nilai RPr (1,4296)dan Rps (0,2014), sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,

limbah dan daur ulang dengan nilai Rpr (1,0123) dan Rps (0), sektor transportasi dan

pergudangan dengan nilai RPr (1,5992) dan RPs (0,554), sektor informasi dan komunikasi

dengan nilai RPr (1,2066) dan RPs (-0,5149), sektor jasa keuangan dan akuntansi dengan

nilai RPr (1,6053) dan RPs (0,1963), sektor jasa perusahaan dengan nilai RPr (1,0298) dan

RPs (0,0647), sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan dengan nilai RPr

(1,1346) dan RPs (0,298), sektor jasa pendidikan dengan nilai RPr (1,3165) dan RPs (-

0,1665), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai RPr (1,4460) dan RPs

(0,0175), dan sektor jasa lainnya dengan nilai RPr (1,2662) dan RPs (-0,0213).

3) Klasifikasi 3, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan

yang tidak menonjol ditingkat Kabupaten Cirebon sementara pada tingkat Kecamatan

Plered termasuk menonjol.Terdapat satu sektor yaitu sektor yang termasuk kedalam

klasifikasi ini adalah sektor industri pengolahan dengan nilai RPr (0,9753) dan RPs

(1,0545).

4) Klasifikasi 4, yaitu niali RPr (-) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan

yang rendah baik ditingkat Kecamatan Plered maupun ditingkat Kabupaten Cirebon.

Sektor yang termasuk kedalam klasifikasi ini adalah sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan dengan nilai RPr (0,4481) dan RPs (0,1418), sektor pertambangan dan

penggalian dengan nilai RPr (0,1521) dan RPs (0), sektor konstruksi dengan nilai RPr

(0,9990) dan RPs (0,0915), Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor dengan nilai RPr (0,6249) dan RPs (0,3988), sektor penyediaan akomodasi

dan makan minum dengan nilai RPr (0,4306) dan RPs (0,2292), dan sektor real estat

dengan nilai RPr (0,5570) dan RPs (0,0822).

d. Analisis Overlay

Aanalisis Overlay merupakan rangkuman antara hasil dari analisis LQ dengan Model

Rasio Pertumbuhan (MRP) yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPs) dan Rasio

Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs).

Page 10: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 10

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Tabel 4

Hasil Perhitungan Analisis Overlay Kecamatan Plered Tahun 2014-2015 No Lapangan Usaha/Sektor RPr RPs LQ

N R N R N R

1 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

0,4481 - 0,1418 - 0,13 -

2 Pertambangan dan Penggalian 0,1521 - 0 - 0 -

3 Industri Pengolahan 0,9753 - 1,0545 + 2,11 +

4 Pengadaan Listrik dan Gas 1,4296 + 0,2014 - 0,62 -

5 Pengadaan Air, Pengelolaan

sampah, Limbah dan Daur

Ulang

1,0123 + 0 - 0 -

6 Konstruksi 0,9990 - 0,0915 - 0,49 -

7 Perdagangan Besar dan

Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

0,6249 - 0,3988 - 0,90 -

8 Transportasi dan Pergudangan 1,5992 + 0,554 - 0,63 -

9 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

0,4306 - 0,2292 - 1,06 +

10 Informasi dan Komunikasi 1,2066 + -0,5149 - 1,46 +

11 Jasa Keuangan dan Akuntansi 1,6053 + 0,1963 - 0,73 -

12 Real Estat 0,5570 - 0,0822 - 0,63 -

13 Jasa Perusahaan 1,0298 + 0,0647 - 1,60 +

14 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan, dan Jaminan

1,1346 + 0,298 - 0,57 -

15 Jasa Pendidikan 1,3165 + -0,1665 - 1,63 +

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial

1,4460 + 0,0175 - 1,46 +

17 Jasa Lainnya 1,2662 + -0,0213 - 1,12 +

Jumlah 17,2331 2,2272 15,14

Sumber: Data diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa dapat diketahui bahwa hasil ppenggabungan ketiga

anlisisyang digunakan LQ dan MRP menghasilkan analisis overlay di Kecamatan Plered selama

kurun waktu 2014-2015 menempatkan sektor-sektor ekonomi kedalam kategori berikut ini:

1). RPr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai positif (+), berarti sektor tersebut mempunyai potensi

daya saing yang kompetitif maupun lebih unggul dibanding kegiatan yang sama di tingkat

Kabupaten Cirebon. Tidak terdapat sektor yang mempunyai potensi daya saing yang

kompetitif maupun lebih unggul dibanding kegiatan yang sama ditingkat Kabupaten

Cirebon.

2). RPr bernilai negatif (-) sedangkan RPs dan LQ positif (+), berarti sektor tersebut merupakan

spesialisasi kegiatan ekonomi di Kecamatan Plered.Sektor yang memiliki spesialisasi

kegiatan ekonomi di Kecamatan Plered yaitu sektor industri pengolahan dengan nilai RPr

( 0,9753), RPs (1,0545), dan LQ (2,142).

3). Rpr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai negatif (-), berarti sektor tersebut kurang memiliki

daya saing dan pertumbuhannya cenderung sangat lambat dibandingkan dengan kegiatan

yang sama di Kabupaten Cirebon.sektor yang termasuk kreteria ini adalah sektor pertanian,

kehutanan dan perikanan dengan nilai RPr (0,4481), RPs (0,1418) dan LQ (0,129), sektor

pertambangan dan penggalian dengan nilai RPr (0,1521), RPs (0) dan LQ (0), sektor

konstruksi dengan nilai RPr (0,9990), RPs (0,0915) dan LQ (0,478), Sektor perdagangan

Page 11: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 11

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai RPr (0,6249), RPs (0,3988)

dan LQ (0,904), dan sektor real estat dengan nilai RPr (0,5570), RPs (0,0822) dan LQ

(0,629).

Page 12: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 12

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

e. Sektor Prioritas di Kecamatan Plered

Berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ, analisis shift share, dan analisis MRP

kemudian telah dibuat skala prioritas menunjukkan hasil sektor ekonomi yang termasuk

dalam sektor prioritas pertama (ke-1) adalah sektor industri pengolahan. Sektor ekonomi

yang masuk prioritas kedua (ke-2) adalah sektor transportasi dan pergudangan, sektor

informasi dan komunikasi, sektor sektor jasa perusahaan, sektor jasa administrasi

pemerintahan, pertahanan, dan jaminan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan

kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan sektor ekonomi yang masuk prioritas

ketiga (ke-3) adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pengadaan listrik

dan gas, sektor konstruksi, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, dan sektor

jasa keuangan dan akuntansi.

Teridentifikasi empat sektor yang belum mempunyai kontribusi terhadap

perkembangan PDRB Kecamatan Plered dikarenakan kurang potensial dan bukan

merupakan sektor basis bukan juga sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan

spesialisasi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor, dan sektor real estat.

f. Analisis Hasil Wawancara dan Observasi Selama Penelitian

Sektor potensial yang mempunyai keunggulan kompetitif yang dijadikan Pusat

Kegiatan Ekonomi

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan

sektor-sektor ekonomi di Kecamatan Plered maka strategi pengembangan kawasan pusat

kegiatan ekonomi menjadi bagian penting yang harus dilakukan di Kecamatan Plered.

Berdasarkan kriteria untuk menentukan suatu sektor unggulan adalah sektor yang maju dan

tumbuh pesat, basis, spesialisasi, dan kompetitif maka sektor ekonomi yang masuk kategori

tersebut adalah sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ,

analisis shift share, dan analisis MRP kemudian telah dibuat skala prioritas menunjukkan

hasil sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor prioritas pertama (ke-1) adalah sektor

industri pengolahan. Sektor ekonomi yang masuk prioritas kedua (ke-2) adalah sektor

transportasi dan pergudangan, sektor informasi dan komunikasi, sektor sektor jasa

perusahaan, sektor jasa administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan, sektor jasa

pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa lainnya. Sedangkan

sektor ekonomi yang masuk prioritas ketiga (ke-3) adalah sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor konstruksi, sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum, dan sektor jasa keuangan dan akuntansi.

Sektor potensial dan mempunyai keunggulan kompetitif serta spesialisasi untuk

dikembangkan berdasarkan penentuan sektor basisnya yaitu sektor yang menjadi prioritas

pertama di Kecamatan Plered yaitu industri pengolahan. Karena sektor tersebut tumbuh

lebih cepat baik di tingkat Kecamatan Plered maupun di Kabupaten Cirebon dan

mempunyai daya saing dalam mengikuti perkembanga pasar global. Tersdianya SDA dan

SDM didaerah tersebut mampu membuat daerah tersebut bersaing di dalam maupun di luar

negeri.Sektor yang Teridentifikasi empat sektor yang belum mempunyai kontribusi

terhadap perkembangan PDRB Kecamatan Plered dikarenakan kurang potensial dan bukan

merupakan sektor basis bukan juga sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan

spesialisasi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan air, pengelolaan

sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan

sepeda motor, dan sektor real estat. Dikarenakan karena beberapa faktor diantaranya tidak

tersedianya sumber daya yang mendukung kegiatan ekonomi tersebut.

Page 13: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 13

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Berdasarkan hasil analisis Shift Share sektor-sektor yang memiliki nilai komponen

pertumbuhan propotional shiftpositif yaitu, sektor industri pengolahan dengan nilai

Rp5.264,57, sektor pengadaan listrik dan gas dengan nilai Rp89,40, sektor konstruksi

dengan nilai Rp945,03, sektor transportasi dan pergudangan dengan nilai Rp5.545,88,

sektor informasi dan komunikasi dengan nilai Rp1.960,88, sektor jasa keuangan dan

akuntansi dengan nilai Rp2.116,79, sektor jasa perusahaan dengan nilai Rp268,60, sektor

administrasi pemerintahan pertahanan, dan jaminan dengan nilai Rp758,82, sektor jasa

pendidikan dengan nilai Rp5.974,92, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan nilai

Rp2.757,47, dan sektor jasa lainnya dengan nilai Rp2.566,67. Sektor-sektor yang bernilai

negatif yaitu: sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan nilai –Rp1.660,61, sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai -Rp8.455,29,

dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum dengan nilai -Rp3.242,62, sektor real

estatdengan nilai -Rp895,15 sektor-sektor tersebut tumbuh lambat di Kabupaten Cirebon.

Sektor dalam perekonomian Kecamatan Plered dengan nilai D positif, yaitu: sektor

pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan nilai D sebesar Rp1.972,71 , sektor industri

pengolahan dengan nilai D sebesar Rp1.453,13 , sektor transportasi dan pergudangan

dengan nilai D sebesar Rp12.028,82, dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan,

dan jaminan dengan nilai D sebesar Rp200,88. Keempat sektor tersebut merupakan sektor

yang tumbuh lebih cepat di Kabupaten Cirebon, sehingga berpotensi untuk dikembangkan

dalam memacu perkembangan PDRB Kecamatan Plered. Sedangkan sektor lainnya, yaitu

sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan

air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor perdagangan besar eceran, reparasi

mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi

dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan akuntansi, sektor real estat, sektor jasa

perusahaan, sektor jasa pendidikan, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor

jasa lainnya memiliki nilai D negatif, sehingga sektor-sektor tersebut pertumbuhannya

lebih lambat dibandingkan Kabupaten Cirebon.

Hasil perhitungan analisis overlay,RPr/RPs, dan LQ ketiganya bernilai positif (+),

berarti sektor tersebut mempunyai potensi daya saing yang kompetitif maupun lebih unggul

dibanding kegiatan yang sama di tingkat Kabupaten Cirebon. Tidak terdapat sektor yang

mempunyai potensi daya saing yang kompetitif maupun lebih unggul dibanding kegiatan

yang sama ditingkat Kabupaten Cirebon. dan sektor tersebut tidak dijumpai di Kecamatan

Plered, RPr bernilai negatif (-) sedangkan RPs dan LQ positif (+), berarti sektor tersebut

merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi di Kecamatan Plered. Sektor yang memiliki

spesialisasi kegiatan ekonomi di Kecamatan Plered yaitu sektor industri pengolahan

dengan nilai RPr ( 0,9753), RPs (1,0545), dan LQ (2,142).

Sektor dengan nilai Rpr, RPs, dan LQ ketiganya bernilai negatif (-), berarti sektor

tersebut kurang memiliki daya saing dan pertumbuhannya cenderung sangat lambat

dibandingkan dengan kegiatan yang sama di Kabupaten Cirebon.sektor yang termasuk

kreteria ini adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan nilai RPr (0,4481),

RPs (0,1418) dan LQ (0,129), sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai RPr

(0,1521), RPs (0) dan LQ (0), sektor konstruksi dengan nilai RPr (0,9990), RPs (0,0915)

dan LQ (0,478), Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

dengan nilai RPr (0,6249), RPs (0,3988) dan LQ (0,904), dan sektor real estat dengan nilai

RPr (0,5570), RPs (0,0822) dan LQ (0,629).

Sehingga dapat disimpulkan sektor industri pengolahan merupakan sektor potensial

yang sangat baik untuk dikembangkan karena mempunyai keunggulan kompetitif yang

mampu bersaing dipasar global dan tumbuh cepat di Kecamatan Plered maupun di

Page 14: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 14

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Kabupaten Cirebon, serta sektor tersebut berspesialisasi dalam pengembangan wilayahnya

karena merupakan sektor unggulan dan paling menonjol di wilayah Kecamatan Plered.

Tidak hanya itu kawasan-kawasan tersebut diantaranya terdapat di Desa Trusmi Wetan dan

Desa Trusmi Kulon, Desa Panembahan, Desa Kali Wulu dan lain sebagainnya.

g. Aksesbilitas Infrastruktur untuk menunjang pengembangan ekonomi

Potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat atau pelaku usaha di Kecamatan Plered

Kabupaten Cirebon tentunya memerlukan dukungan pembangunan insfrastruktur

khususnya sektor yang dapat memudahkan distribusi hasil produk para pelaku usaha.

Insfrastruktur menjadi salah satu poin penting dalam suatu daerah, guna meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Apalagi, daerah di Kabupaten Cirebon memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Selin itu, insfrastruktur aksesibiltas yang memedai dapat menarik investor

untuk berinverstasi. Oleh karena itu, dukungan pemerintah pusat maupun daerah sangat

diperlukan agar pengembangan potensi ekonomi daerah dapat berjalan secara optimal.

Simpulan

Penelitian yang dilakukan tentang analisis potensi dan pengembangan pusat

kegiatan ekonomi di Cirebon dengan pendekatan analisi PDRB dan analisis potensi

pertumbuhan sektor ekonomi dan UMKM Kecamatan Plered serta hasil wawancara dan

observasi yang dilakukan sehingga dapat ditentukan klasifikasi pertumbuhan sektor

perekonomian wilayah Kecamatan Plered berdasarkan analisis menunjukan bahwa sektor

maju dan tumbuh pesat serta yang terlihat sangat menonjol, yaitu: sektor industri

pengolahan diantara sektor industri pengolahaan ialah usaha tekstil, pengolahaan kayu,

kertas, karet, makanan dan masih banyak lagi. Pesatnya pertumbuhan di sektor industri

pengolahan dikarenakan kondisi geografis di Kecamatan Plered. Sektor industri

pengolahan juga merupakan sektor yang tumbuh cepat di Kecamatan Plered maupun di

Kabupaten Cirebon dan mempunyai daya saing atau keunggulan kompetitif serta

berspesialisasi yang mengakibatkan kegiatan ekonomi Kecamatan Plered berpusat pada

daerah yang banyak mel;akukan kegiatan industri pengolahan seperti Desa Trusmi Kulon

dan Desa Trusmi wetan dijadikan pusat kegiatan ekonomi batik, Desa Panembahan

dijadikan pusat kegiatan ekonomi sandal, dan Desa Kaliwulu dijadikan tempat sentral

kegiatan ekonomi meubel. Berdasarkan hasil perhitungan dari empat alat analisis, sektor

yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor maju dan

tumbuh dengan pesat, sektor basis, berspesialisasi, mempunyai keungulan kompetitif yaitu

sektor industri pengolahan. Dan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Plered layak sebagai

kawasan pusat kegiatan ekonomi untuk mendukung pengembangan potensi daerah di

Kabupaten Cirebon. Aksesibiltas yang dapat menunjang pengembangan potensi ekonomi

daerah sangat diperlukan selain untuk memudahkan distribusi hasil atau produk ke wilayah

lain juga untuk memudahkan dan mendatangkan investor untuk melakukan investasi dalam

pengembangan potensi ekonomi tersebut.

Referensi

BAPPEDA. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon Tahun

2014-2019. Diakses pada 13 April 2017 pukul 10.00 WIB dari http://cirebonkab.bappeda.go.id.

BPS. Kabupaten Cirebon Dalam Angka 2016. Diakses pada 13 April 2017 pukul 10.15 WIB dari

http://cirebonkab.bps.go.id.

Fathurrohman, Asep. 2014. Analisis Potensi Sektoral Kabupaten/Kota di Wilayah III Cirebon Tahun

2006-2012. Institusional Repository UIN Syarief Hidayatullah.

Page 15: Potensi Ekonomi Dan Aksesibilitas: Analisis Sektor Yang ...

Jurnal Edunomic Vol. 7, No.1, Tahun 2019 15

p-ISSN 2337-571X | e-ISSN 2541-562X ©Prodi Pendidikan Ekonomi UGJ Cirebon

Forslund, U.M., Johansson, B., 1995. Assesing road investments: accesibility changes cost benefit and

production effects. The annals of Regional Science 29, 1995-174.

Frost, M.E., Spence, N.A., 1995. The Rediscovery of accesibility and economic potential: the critical

issue of self-potential. Environment and Planning A 27, 1833-1848.

Geertman, S.C.M., Ritsema van Eck, J.R., 1995. GIS and Models of accessibility potential: an aplication

in planning International Journal of Geographical System 9 (1), 67-80

Gulo, Yarman. 2015. Identifikasi Pusat-pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pendukungnya dalam

Pengembangan Wilayah Kabupaten Nias. Gunungsitoli Selatan, Nias. Vol. 18 No. 1, April

2015 .

Lutter, H., putz., T., Spangenberg, M., 1992. Accesibility and Peripherality of Community Regions: The

Role of Road Long Distance Railwey and Airport Networks. Commission of the European

Communities, Brussels.

Sulistyowati, Lies dan Rahmi Rohmatika. (2015). Pengembangan UKM Pengolahaan Mangga Melalui

Kemitraan Usaha. Prosiding Seminar Nasional 4th UNS SME’s Summit & Award 2015,

Penerbit Uiversitas Padjajaran.

Tarigan, Robinson. 2015. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.