Top Banner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008) Skripsi Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Satya Tamyawan F.0107016 EKONOMI PEMBANGUNAN / FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 / 2012
106

ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Apr 26, 2019

Download

Documents

buidat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

(Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008)

Skripsi

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : Satya Tamyawan

F.0107016

EKONOMI PEMBANGUNAN / FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011 / 2012

Page 2: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

Analisis Potensi Sektor Pertanian Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah

(Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008)

Surakarta, Mei 2012 Disetujui dan diterima oleh Dosen Pembimbing Dr. Yunastiti Purwaningsih, M.P. NIP. 195906 13198403 2 001

Page 3: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

Surakarta, Mei 2012

Tim Penguji Skripsi

1. Drs. Mugi Rahardjo, M.Si. ( ……………………………) NIP. 194912271982031002 Ketua

2. Dr. Yunastiti Purwaningsih, M.P. ( ……………………………) NIP. 195906131984032001 Pembimbing

3. Malik Cahyadin, S.E., M.Si. ( ……………………………) NIP. 198107292008121002 Penguji

Page 4: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

žcÎ) ’Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$#

ÇÚö‘F{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur

È@øŠ©9$# Í‘$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy

’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$#

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda

bagi orang-orang yang berakal”

(QS. Ali Imron : 190)

Page 5: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

segala nikmat, hidayah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Analisis Potensi Sektor Pertanian Kabupaten dan Kota

di Provinsi Jawa Tengah (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun

2004 - 2008)”

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari izin, bimbingan, arahan,

bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.

Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Drs. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Yunastiti Purwaningsih, M.P. selaku pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

4. Izza Mafruhah, S.E, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 6: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Segenap pimpinan dan staf BPS Jawa Tengah yang telah membantu serta

memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penelitian ini.

7. Keluargaku tercinta, Ayah, Ibu, Adik Azis, Adik Fahdi, yang telah

memberikan segenap dorongan dan motivasi serta doa yang tak henti

kepada penulis.

8. Kepala Sekolah dan seluruh Guru serta Karyawan SD Muhammadiyah

Program Khusus Palur yang selalu memberikan dorongan dan motivasi

kepada penulis.

9. Seluruh rekan perjuangan di Ekonomi Pembangunan ’07 yang

memberikan dukungan serta kenangan perjuangan yang tak terlupakan

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan

senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan

dapat diambil manfaat atas apa yang baik dan berguna dalam skripsi ini.

Surakarta, 16 Mei 2012

Penulis

Page 7: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iii HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… x ABSTRAK …………………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………… 11

C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 11

D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 12

BAB II TELAAH PUSTAKA ………………………………………… 13

A. Kajian Teori ………………………………………………. 13

1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan

Ekonomi ……………………………………………… 13

2. Pembangunan dan Pertumbuhan daerah ……………… 14

3. Perencanaan Pembangunan Daerah ………………….. 14

4. Strategi Pembangunan Daerah ……………………….. 17

5. Teori-teori Ekonomi ………………………………….. 18

6. Teori Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah ……….. 29

B. Penelitian Terdahulu ……………………………………… 35

C. Kerangka Pemikiran ……………………………………… 37

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………….. 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………... 39

B. Jenis dan Sumber Data …………………………………… 39

C. Devinisi Operasional Variabel …………………………… 39

D. Metode Analisis Data …………………………………….. 42

Page 8: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………….. 47

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian …………………….. 47

B. Diskripsi Data–data Penelitian …………………………… 49

C. Hasil Analisis dan Pembahasan ………………………….. 51

1. Analisis Static Location Quotient ……………………… 51

2. Analisis Dynamic Location Quotient ………………….. 62

3. Analisis Tipologi Klassen …………………………… 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 81

A. Kesimpulan ………………………………………………. 81

B. Saran ……………………………………………………... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Jawa Tengah Tahun

2005 – 2009 …………………………………………………… 8

Tabel 1.2 Produksi Padi Menurut Provinsi Indonesia Tahun 2005 - 2010

(Juta Ton) ……………………………………………………… 9

Tabel 2.1 Tahapan dan kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan

daerah ………………………………………………………………… 17

Tabel 2.2 Klasifikasi sektoral atas hasil analisis SLQ dan DLQ …………. 33

Tabel 2.3 Matriks tipologi klassen ……………………………………….. 34

Tabel 3.1 Klasifikasi sektoral atas hasil analisis SLQ dan DLQ …………. 44

Tabel 3.2 Matriks tipologi klassen ………………………………………... 45

Tabel 4.1 Hasil Analisis SLQ Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2004 – 2008 ……………………………………………………. 52

Tabel 4.2 Hasil Analisis DLQ Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun

2004 – 2008 ……………………………………………………. 63

Tabel 4.3 Klasifikasi Sektoral Analisis SLQ dan DLQ Sektor Pertanian

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008 …………………. 74

Tabel 4.4 Hasil Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB

Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2004 – 2008 …………………………………………….. 76

Tabel 4.5 Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008 ……………………………… 77

Page 10: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

TABEL Halaman

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran konseptual ……………………………... 38

Gambar 4.1 Grafik nilai SLQ Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2008 …………………………………………………. 62

Page 11: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN KOTA

DI PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISIS DATA PDRB PROVINSI

JAWA TENGAH TAHUN 2004 – 2008)

Satya Tamyawan F. 0107016

ABSTRAK

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berkontribusi tinggi dalam menyusun besaran PDRB Provinsi Jawa Tengah. Sektor pertanian sebagai salah satu penopang PDRB memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaannya. Guna mencapai produktivitas sektor pertanian yang maksimal, diperlukan perencanaan dan analisis yang tepat mengenai pembangunan sektor pertanian di tiap-tiap daerah. Dalam proses perencanaan pembangunan, terdapat target-target pembangunan pada daerah-daerah yang potensial. Analisis mengenai daerah-daerah pertanian potensial diperlukan sebagai obyek pelaksanaan pembangunan pada sektor pertanian supaya tepat sasaran. Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan untuk mencari daerah dengan sektor pertanian potensial adalah Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), dan Tipologi Klassen. Hasil analisis dari data PDRB sektor pertanian tahun 2004 - 2008 pada masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah menunjukkan; dari 35 kabupaten/kota di Jawa tengah, sebanyak 22 daerah atau 62 persen diantaranya merupakan sektor pertanian basis menurut kriteria keunggulan komparatif; sebanyak 17 daerah atau 48 persen diantaranya merupakan sektor pertanian basis menurut kriteria keunggulan kompetitif; dan sebanyak 4 daerah atau 11 persen diantaranya termasuk dalam sektor pertanian cepat tumbuh dan berkontribusi besar (sektor prima). Dari hasil penelitian disarankan kepada pemerintah daerah dan sektor swasta di Jawa Tengah untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang yang menjaga produktivitas sektor pertanian, dan aktif meningkatkan produktivitas sektor pertanian melalui langkah-langkah konkrit. Kata kunci : perencanaan, potensi, sektor pertanian, LQ, Klassen

Page 14: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

AN ANALYSIS ON AGRICULTURAL SECTOR POTENTIAL IN REGENCIES AND MUNICIPALS IN CENTRAL JAVA PROVINCE (AN ANALYSIS ON

PDRB DATA OF CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2004-2008)

Satya Tamyawan F. 0107016

ABSTRACT

Agricultural sector is the one with high contribution to PDRB amount of Central Java Province. Agricultural sector as one underlying factor of PDRB needs special attention in its management. To achieve a maximum productivity of agricultural sector, an appropriate planning and analysis is required concerning the agricultural sector development in each area.

In the process of planning development, there are some targets of development in potential areas. The analysis on potential agricultural areas is required as the object of development implementation in agricultural sector in order to achieve the target. In this research, the analysis instruments used to look for the areas with potential agricultural sector were Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), and Klassen’s typology.

The result of analysis on PDRB data of agricultural sector in 2004-2008 in each regency/municipal of Central Java showed that: out of 35 regencies/municipals in Central Java, 22 areas or 62 percent was a basis agricultural sector according to comparative superiority criteria; 17 areas or 48 percent was a basis agricultural sector according to the competitive criteria; and 4 areas or 11 percent belonged to rapidly growing and high-contribution agricultural sector category (prime sector).

From the result of research, it was recommended that the local government and private sector in Central Java to supervise the implementation of law that maintained agricultural sector productivity, and to improve actively the productivity of agricultural sector through concretes steps.

Keywords: planning, potential, agricultural sector, LQ, Klassen

Page 15: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peningkatan hasil produksi

sektor-sektor ekonomi pada daerah yang bersangkutan. Hasil produksi tersebut

secara langsung tercermin pada besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu

Negara, atau besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah

provinsi atau kota. Dalam pandangan tradisional, pertumbuhan ekonomi adalah

baik apabila PDB atau PDRB meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mencapai hal

tersebut, pemerintah berupaya mengoptimalkan hasil-hasil daerah yang ada guna

berproduksi secara efektif.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor dominan yang nyata

pengaruhnya dalam pembangunan ekonomi. Cara yang ditempuh dalam

optimalisasi pembangunan ekonomi yaitu dengan prinsip Trickle down effect.

Maksud dari istilah tersebut adalah pembangunan ekonomi dilakukan dengan

memfokuskan pembangunan kepada sektor tertentu yang dianggap kedepannya

dapat menular ke sektor-sektor lain secara simultan.

Pembangunan ekonomi disamping memusatkan perhatian secara

kuantitatif, juga memperhatikan sisi kualitatif. Pembangunan ekonomi yang baik

justru memperhatikan segi kualitas faktor-faktor penyebab keberhasilan

pembangunan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah kualitas

sumber daya manusia, bahan baku produksi, kinerja produksi, dan sebagainya.

Page 16: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Dengan perhatian yang ditujukan kepada kuantitas dan kualitas tersebut

diharapkan dapat tercapai pembangunan yang optimal. Seperti halnya pendapat

Widodo (2006) : Pembangunan adalah upaya multi dimensional yang meliputi

perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap

masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu

pertubuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan

kesempatan kerja.

Pembangunan ekonomi supaya dapat berjalan optimal haruslah memiliki

tujuan yang jelas (Todaro, 2000). Tiga tujuan pembangunan adalah :

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan pokok

2. Peningkatan standar hidup manusia

3. Perluasan pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu

Upaya pembangunan ekonomi yang baik tidak boleh lepas dari

perencanaan. Perancanaan memberikan pengaruh yang positif dari tindakan

pembangunan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya perencanaan,

maka pembangunan yang dilaksanakan akan terarah sesuai dengan tujuan

pembangunan. Pembangunan dengan perencanaan akan memberikan hasil yang

maksimal dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya yang ada. Selain itu

berbagai langkah alternatif yang tidak akan didapatkan pada pembangunan tanpa

perencanaan sebelumnya dapat memberikan jalan keluar apabila terdapat

hambatan. Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perancanaan sebagai suatu

proses yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-

Page 17: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu pada masa yang akan datang.

Pembangunan ekonomi dengan perencanaan yang baik itulah yang

diperlukan bagi dunia perekonomian saat ini untuk dapat melangsungkan

kehidupan ekonomi yang efektif, guna mencapai tujuan ekonomi itu sendiri.

Disamping ditujukan pada sektor makro, perhatian pembangunan sektor-sektor

mikro juga perlu diperhatikan. Seperti halnya area dengan lingkup negara,

kemudian menuju daerah tingkat I, juga daerah tingkat II. Hal tersebut

dikarenakan konsep pembangunan secara nasional saja tidak cukup untuk dapat

melaksanakan tugas-tugas pembangunan di lingkup daerah, sehingga perhatian

khusus bagi daerah juga sangat diperlukan.

Negara Indonesia sebagai negara hukum telah mempunyai undang-undang

yang mengatur mengenai pemerintahan daerah. Secara garis besar undang-undang

tersebut memuat peraturan-peraturan tentang hak-hak dan wewenang yang

dimiliki daerah untuk mengatur pembangunan, penataan, dan perencanaan

daerahnya sendiri, baik dari segi pemerintahan politik, ekonomi, maupun sosial

budaya. Dalam bidang ekonomi, Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah merupakan salah satu undang-undang yang mengatur sistem

kewenangan pemerintahan di Negara Indonesia pada era otonomi daerah ini.

Selain itu, dewasa ini terdapat beberapa perubahan undang-undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, antara lain :

1. UU No.17 Th. 2003 : Tentang keuangan negara

2. UU No.1 Th. 2004 : Tentang perbendaharaan negara

Page 18: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

3. UU No.25 Th. 2004 : Tentang sistem perencanaan pembangunan

nasional

4. UU No.33 Th. 2004 : Tentang Perimbangan Keuangan

5. UU No.20 Th. 2004 : Tentang rencana kerja pemerintah

Komponen perundangan tersebut telah memberikan keleluasaan bagi pemerintah

daerah untuk mengatur dan merencanakan segala sesuatu dalam perekonomiannya

semaksimal mungkin.

Otonomi daerah dapat didefinisikan sebagai beralihnya sebagian besar

proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). Hal ini

membawa implikasi mendasar terhadap keberadaan tugas, fungsi, dan tanggung

jawab dalam pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri. Hal tersebut antara lain

dalam bidang ekonomi, meliputi implikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan antar daerah serta pencarian sumber-sumber pembiayaan untuk

pembangunan dengan cara menggali potensi yang dimiliki oleh daerah. Oleh

sebab itu pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh kebijakan daerah

itu sendiri dalam menentukan sektor-sektor yang diprioritaskan untuk

pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Glasson (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda

dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan struktur

ekonominya. Perubahan suatu daerah menuju kondisi yang lebih makmur

tergantung pada usaha-usaha di daerah itu sendiri dalam menghasilkan barang dan

jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu, kegiatan

Page 19: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam

pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang selanjutnya setiap perubahan tersebut

mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor

swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi daerah menekankan pada kebijakan-kebijakan

pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan

menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik

lokal. Sumber daya yang dimiliki suatu daerah pada umumnya terkait dengan dua

hal; daerah maju dengan industri; dan daerah berkembang dengan pertanian.

Dengan keadaan tersebut, konsentrasi pembangunan harus disesuaikan dengan

sektor yang potensial pada daerah tersebut. Dalam hal ini, negara berkembang

seperti Indonesia, hendaknya tidak meninggalkan pengembangan sektor

pertanian. Hal itu dikarenakan Indonesia sebagian besar wilayahnya memiliki

potensi besar dalam sektor pertaniannya.

Penekanan pembangunan sektor pertanian pada negara berkembang bukan

bermaksud mengabaikan pembangunan sektor lainnya, terlebih sektor industri.

Semua sektor sifatnya saling menunjang dan saling komplementer, terutama

antara sektor pertanian dan sektor industri. Hal lain yang mendorong perlunya

pembangunan pertanian di negara berkembang adalah karena sesaknya kota.

Page 20: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya apabila tidak dilakukan pembangunan pada

daerah pertanian, maka ketersediaan lapangan kerja akan minim, sehingga tenaga

kerja yang berasal dari desa akan melakukan urbanisasi ke kota. Urbanisasi

tersebut tidak mengakibatkan bertambah majunya kota, karena pada umumnya

para migran adalah penduduk yang belum begitu faham tentang perindustrian.

Akibatnya hanya akan menambah angka pengangguran di kota, dan menghambat

laju pertumbuhan kota itu sendiri.

Negara Indonesia dalam perjalanan sejarahnya telah mampu melakukan

pembangunan yang pesat dalam bidang pertaniannya. Hal ini dibuktikan dengan

swasembada pangan yang pernah dialami Indonesia pada pertengahan 1980-an.

Pada waktu itu ekonomi nasional tumbuh tinggi, bahkan lebih dari 7% per tahun,

karena kuatnya basis pertanian dan sumber daya alam. Kesempatan kerja

meningkat pesat dan kemampuan sektor-sektor ekonomi dalam menyerap

pertumbuhan tenaga kerja baru amatlah besar.

Keadaan pertanian tersebut memberikan gambaran bagi kita bahwa pada

waktu itu Indonesia dapat membangkitkan perekonomiannya, berdasarkan

pengembangan potensi satu sektor utama yakni sektor pertanian. Ketersediaan

bahan baku produksi merupakan suatu kunci utama berjalannya suatu sistem

produksi. Sektor industri, jasa, dan sektor-sektor lainnya mempunyai keterkaitan

yang sangat erat dengan sektor pertanian, karena sektor pertanian merupakan

sektor utama yang menjadi penyedia bahan-bahan input produksi sektor lainnya.

Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah provinsi yang

ditetapkan dengan Undang-undang No.10/1950 tanggal 4 Juli 1950, letaknya

Page 21: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara

astronomis, Jawa Tengah terletak pada 5o40' sampai dengan 8o30' Lintang Selatan

dan antara 108o30' sampai dengan 111o30' Bujur Timur. Secara administratif

Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah

Jawa Tengah sebesar tiga koma dua lima juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari

luas pulau Jawa. Luas yang ada terdiri dari satu juta hektar (30,80 persen) lahan

sawah dan dua koma dua lima juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah.

Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26

persen), selainnya berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain.

Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi

lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen (BPS, 2011).

Keadaan pertanian Jawa Tengah mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan. Hasil produksi sektor pertanian Jawa Tengah juga sangatlah

berpengaruh terhadap besaran PDRB provinsi itu sendiri. Selama kurun waktu

2005 sampai dengan 2009, sektor pertanian Jawa Tengah memberikan kontribusi

sebesar 19,8% pada PDRB dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,9%, seperti

yang ditunjukkan dalam tabel 1.1 berikut :

Page 22: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009

No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009

1 Pertanian 29.924.642,25 31.002.199,11 31.862.697,60 33.484.068,44 34.949.138,35

2 Pertambangan dan Galian 1.454.230,59 1.678.299,61 1.782.886,65 1.851.189,43 1.952.866,70

3 Industri Pengolahan 46.105.706,52 48.189.134,86 50.870.785,69 53.158.962,88 54.137.598,53

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.179.891,98 1.256.430,34 1.340.845,17 1.404.668,19 1.482.643,11

5 Bangunan 7.960.948,49 8.446.566,35 9.055.728,78 9.647.593,00 10.300.647,63

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.056.962,75 31.816.441,85 33.898.013,93 35.626.196,01 37.766.356,61

7 Pengangkutan dan Komunikasi

6.988.425,75 7.451.506,22 8.052.597,04 8.657.881,95 9.260.445,65

8 Keuangan, Persewaan

5.067.665,70 5.399.608,70 5.767.341,21 6.218.053,97 6.701.533,13

9 Jasa - Jasa 14.312.739,85 15.442.467,70 16.479.357,72 17.741.755,98 19.134.037,85

PDRB 143.051.213,88 150.682.654,74 159.110.253,77 167.790.369,85 175.685.267,56

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011

Sektor pertanian merupakan sektor yang menjadi input pokok bagi sektor-

sektor lain untuk berproduksi. Maka dari itulah sektor pertanian Jawa Tengah

masih tetap perlu dikelola dengan baik, walaupun kontribusi sektor tersebut

terhadap PDRB semakin berkurang. Sebagai contoh, hasil produksi bahan

makanan pokok sektor pertanian seperti halnya padi, sangat berpengaruh dalam

pelaksanaan proses produksi sektor-sektor selain pertanian. Oleh karena itu,

besarnya jumlah produksi padi juga akan memberikan kontribusi terhadap

besarnya produksi sektor-sektor lain tersebut. Jumlah produksi padi Indonesia

dalam kurun 2005 – 2010 dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut :

Page 23: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1.2 Produksi Padi Menurut Provinsi Indonesia Tahun 2005 - 2010 ( Juta Ton) No Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Aceh 1.411 1.350 1.533 1.402 1.556 1.582 2 Sumatera Utara 3.447 3.007 3.265 3.340 3.527 3.582 3 Sumatera barat 1.907 1.889 1.938 1.965 2.105 2.211 4 Riau 424 42 490 494 531 574 5 Jambi 579 544 58 581 644 628 6 Sumatera Selatan 2.320 2.456 2.753 2.971 3.125 3.272 7 Bengkulu 441 378 470 484 510 516 8 Lampung 2.124 2.129 2.308 2.341 2.673 2.807 9 Bangka Belitung 19 16 2 15 19 22

10 Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 1 11 DKI Jakarta 13 6 8 8 11 11 12 Jawa Barat 9.787 9.418 9.914 10.111 11.322 11.737 13 Jawa Tengah 8.424 8.729 8.616 9.136 9.600 10.110 14 DI Yogyakarta 670 708 709 798 837 823 15 Jawa Timur 9.007 9.346 9.402 10.474 11.259 11.643 16 Banten 1.861 1.751 1.816 1.818 1.849 2.048 17 Bali 786 840 839 840 878 869 18 Nusa Tenggara Barat 1.367 1.552 1.526 1.750 1.870 1.774 19 Nusa Tenggara Timur 461 511 505 577 607 555 20 Kalimantan Barat 1.023 1.107 1.225 1.321 1.300 1.343 21 Kalimantan Tengah 492 491 562 522 578 650 22 Kalimantan Selatan 1.598 1.636 1.953 1.954 1.956 1.842 23 Kalimantan Timur 499 541 567 586 555 588 24 Sulawesi Utara 432 454 49 520 549 584 25 Sulawesi Tengah 716 739 857 985 953 957 26 Sulawesi Selatan 3.390 3.365 3.635 4.083 4.324 4.382 27 Sulawesi Tenggara 339 349 423 405 407 454 28 Gorontalo 167 192 200 237 256 253 29 Sulawesi Barat 253 301 312 343 310 362 30 Maluku 37 49 57 75 89 83 31 Maluku Utara 57 59 48 51 46 55 32 Papua Barat 24 27 28 39 36 34 33 Papua 60 68 81 85 98 102

Indonesia 54.151 54.454 57.157 60.325 64.398 66.469 Sumber : Produksi tanaman padi seluruh provinsi di Indonesia, BPS, 2011.

Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwasanya dalam kurun waktu 2005

sampai dengan 2010, Jawa Tengah menempati urutan ke tiga dalam hasil produksi

padi. Jumlah produksi padi tersebut adalah sebesar 15,4% produksi total padi di

Indonesia.

Dari gambaran keadaan pertanian Jawa Tengah di atas, guna

meningkatkan PDRB agar hasilnya optimal diperlukan pemilihan daerah di

Page 24: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kawasan Jawa Tengah yang memiliki sektor pertanian prioritas, sehingga potensi

ekonomi di Jawa Tengah dapat dioptimalkan. Sektor pertanian yang diunggulkan

Jawa Tengah hendaklah merupakan sektor basis, mempunyai keunggulan

komparatif dan kompetitif bagi daerah itu sendiri. Kajian mengenai potensi

ekonomi berupa sektor unggulan ini sangat diperlukan untuk perencanaan

pembangunan yang akan datang, terutama dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Maka dari itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi serta

identifikasi sektor pertanian pada daerah mana saja di Jawa Tengah yang

berkompeten sebagai dasar untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan, supaya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dapat terus meningkat

di era otonomi daerah ini.

Page 25: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka masalah

yang akan dikaji adalah :

1. Sektor pertanian di kabupaten atau kota manakah yang merupakan sektor

basis dengan keunggulan komparatif di Jawa Tengah ?

2. Sektor pertanian di kabupaten atau kota manakah yang merupakan sektor

basis dengan keunggulan kompetitif di Jawa Tengah ?

3. Bagaimanakah pola dan struktur pertumbuhan sektor pertanian di masing-

masing kabupaten atau kota di Jawa Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi sektor pertanian

di masing-masing Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Tengah dengan cara :

1. Mengetahui sektor pertanian basis yang mempunyai keunggulan komparatif

di kabupaten atau kota di Jawa Tengah.

2. Mengetahui sektor pertanian basis yang mempunyai keunggulan kompetitif di

kabupaten atau kota di Jawa Tengah.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis pola dan struktur pertumbuhan sektor

pertanian di masing-masing kabupaten atau kota di Jawa Tengah sehingga

diperoleh daerah yang tepat untuk ditumbuhkembangkan.

Page 26: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi, informasi dan

pedoman bagi pengambil kebijakan serta peneliti lainnya yang berminat dibidang

ini:

1. Sebagai referensi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat perencanaan

kebijakan pembangunan ekonomi daerah berdasarkan potensi ekonomi di

sektor pertanian.

2. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh Pemerintah Jawa

Tengah tentang kinerja masing-masing daerah pada sektor pertaniannya.

3. Menambah referensi tentang keadaan dan pertumbuhan ekonomi di sektor

pertanian pada daerah-daeurah di Jawa Tengah untuk dapat digunakan

sebagai dasar pertimbangan studi-studi selanjutnya.

Page 27: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan berbeda-beda oleh setiap orang

tergantung dari sudut pandang masing-masing. Namun demikian secara

umum pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaku

ekonomi pada suatu wilayah untuk melakukan perubahan di berbagai bidang

ekonomi meliputi perkembangan kualitatif ekonomi, seperti halnya

perencanaan, struktur sosial, sikap masyarakat, yang berkaitan langsung

dengan perekonomian, serta tidak lepas kaitannya dengan pertumbuhan

ekonomi sendiri dari segi kuantitatif. Sedangkan pertumbuhan ekonomi

merupakan cerminan langsung tumbuhnya suatu perekonomian pada suatu

wilayah yang dinilai dari besaran PDB atau PDRB wilayah itu sendiri.

Widodo (2006) mengemukakan bahwa pembangunan adalah upaya

multi dimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di

dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa

mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan

ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja.

Page 28: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Pembangunan dan Pertumbuhan Daerah

Pembangunan dan pertumbuhan yang dilakukan tidak hanya di tingkat

nasional, tetapi pembangunan dapat dilakukan dalam ruang lingkup yang

lebih kecil, yaitu daerah provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dan lain-lain.

Sering kali pembangunan yang dilakukan di wilayah yang lebih kecil ini

memberikan hasil yang mampu mendukung pembangunan yang dilakukan di

wilayah yang lebih besar. Pada tingkat yang lebih kecil, pembangunan

dilakukan di tingkat daerah setingkat provinsi maupun setingkat kabupaten

dan kota.

3. Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan pembangunan daerah dapat dikelompokkan berdasarkan

(1) jangka waktu, (2) sifat perencanaan, (3) alokasi sumber daya, (4) tingkat

keluwesan, (5) sistem ekonomi, (6) arus informasi, dan (7) dimensi

pendekatan (Arsyad, 1999; Kunarjo, 1992 dan Munir, 2002, dalam Widodo,

2006).

a. Perencanaan berdasarkan jangka waktu

1) Perencanaan jangka panjang

Perencanaan jangka panjang mempunyai rentang waktu 10 sampai

dengan 25 tahun. Menurut UU No. 25 Tahun 2004, Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) nasional/daerah dapat

digolongkan sebagai perencanaan perspektif.

Page 29: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Perencanaan jangka menengah

Perencanaan jangka menengah berkaitan dengan tujuan yang hendak

dicapai dalam jangka menengah biasanya mempunyai rentang waktu

antara 4 sampai dengan 6 tahun. Dalam perencanaan jangka menengah

walaupun masih umum, tetapi sasaran-sasaran dalam kelompok besar

(sasaran sektoral) sudah dapat diproyeksikan dengan jelas. Contoh

dari perencanaan jangka menengah ini adalah PROPENAS,

PROPEDA, dan sebagainya. Di Indonesia, dalam UU No. 25 Tahun

2004, rencana jangka menengah ini disebut juga RPJM

nasional/daerah.

3) Perencanaan jangka pendek

Rencana jangka pendek umumnya memiliki alokasi 1 tahun.

Perencanaan ini sering disebut juga rencana operasional tahunan.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004, rencana jangka pendek ini antara lain

Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD), dan sebagainya.

b. Perencanaan berdasarkan alokasi sumber daya

1) Perencanaan Keuangan

Perencanaan keuangan adalah teknik perencanaan yang berkaitan

dengan pengalokasian dana. Kuangan merupakan kunci pokok

implementasi ekonomi.

2) Perencanaan fisik

Page 30: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Perencanaan fisik adalah usaha menjabarkan usaha pembangunan

melalui pengalokasian factor-faktor produksi dan hasil produksi

sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan. Keseimbangan

fisik hanya dapat dicapai melalui perkiraan yang tepat tehadap

hubungan antara investasi dan output.

c. Perencanaan berdasarkan arus informasi

1) Perencanaan sentralistik (top-down planning)

Dalam perencanaan sentralistik, keseluruhan proses perencanaan suatu

negara berada di bawah badan perencanaan pusat. Badan perencanaan

pusat mengendalikan setiap aspek pembangunan, menetapkan harga

semua produk dan upah tenaga kerja.

2) Perencanaan desentralistik (bottom-up planning)

Perencanaan desentralistik mengacu pada proses pelaksanaan rencana

dari bawah (bottom-up planning). Rencana pada dasarnya dirumuskan

oleh badan perencanaan pusat setelah berkoordinasi dan berkonsultasi

dengan berbagai unit administrasi Negara, dengan memperhatikan

secara cermat rencana daerah/wilayah. Rencana di tingkat daerah

dirumuskan oleh badan perencanaan daerah sesuai dengan potensi dan

kondisi daerah serta aspirasi masyarakat. Harga barang dan jasa

ditentukan oleh mekanisme pasar meskipun ada pengawasan tertentu

oleh pemerintah di bidang kegiatan ekonomi tertentu.

Page 31: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4. Strategi Pembangunan Daerah

Blakely (1994, dalam Widodo, 2006) membagi proses perencanaan

pembangunan ekonomi daerah menjadi 6 tahap, yaitu pengumpulan data dan

analisis; pemilihan strategi dan pembangunan daerah; pemilihan proyek-

proyek pembangunan; pembuatan rencana tindakan; pemantauan rincian

proyek; persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi.

Tahapan tersebut ditunjukkan oleh tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tahapan dan kegiatan dalam proses perencanaan pembangunan daerah

Tahap Kegiatan

I

Pengumpulan dan analisis data · Penentuan basis ekonomi · Analisis struktur tenaga kerja · Evaluasi kebutuhan tenaga kerja · Analisis peluang dan kendala pembangunan · Analisis kapasitas kelembagaan

II

Pemilihan strategi pembangunan daerah · Penentuan tujuan dan kriteria · Penentuan kemungkinan-kemungkinan tindakan · Penyusunan strategi

III Pemilihan proyek-proyek pembangunan · Identifikasi proyek · Penilain ariabel proyek

IV

Pembuatan rencana tindakan · Prapenilaian hasil proyek · Pengambangan input proyek · Penilaian alternative sumber pembiayaan · Identifikasi struktur proyek

V

Penentuan rincian proyek · Pelaksanaan studi keayakan secara rinci · Penyiapan rencana usaha · Pengembangan, monitoing, dan pengevaluasian program

VI

Persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi · Penyiapan jadwal implementasirencana proyek · Penyusunan program pembangunansecara keseluruhan · Targeting dan marketing asset-aset masyarakat · Pemasaran kebutuhan keuangan

Sumber : Blakely, 1994, dalam Widodo, 2006.

Page 32: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5. Teori-Teori Ekonomi

Teori-teori ekonomi pada penelitian ini meliputi teori pertumbuhan ekonomi,

teori perubahan struktur ekonomi, dan teori basis ekonomi. Secara rinci

masing-masing diurai di bawah ini :

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1) Teori Tahapan Pertumbuhan Rostow

Teori pembangunan ekonomi ini pada awalnya muncul

merupakan artikel yang dimuat dalam Economic Journal (1956),

selanjutnya dikembangkan dalam buku yang berjudul The Stages of

Economics, (1960). Teori pembangunan Rostow ini termasuk dalam

teori linier tahapan pertumbuhan ekonomi, yang memandang proses

pembangunan sebagai suatu tahap-tahap yang harus dialami oleh

seluruh negara. Proses pembangunan sebagai suatu urutan tahap-

tahap yang harus dilalui oleh seluruh negara.

Menurut Rostow (1960), pembangunan ekonomi atau

transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat

modern merupakan proses multidimensi. Pembangunan ekonomi

tidak hanya terjadi dalam struktur ekonomi saja, namun juga dalam

hal proses yang menyebabkan:

a) Perubahan reorientasi organisai ekonomi

b) Perubahan masyarakat

c) Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak

produktif ke penanam modal yang lebih produktif

Page 33: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

d) Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan

seseorang dalam sistem kekeluargaan, menjadi ditentukan

oleh kesanggupan melakukan pekerjaan

e) Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya

berkeyakinan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh alam.

Dalam dimensi ekonominya menurut Rostow (1960), semua

masyarakat dikelompokkan ke dalam salah satu dari lima tahap

pertumbuhan, yakni:

a) Masyarakat tradisional (the traditional society)

Masyarakat ini memiliki fungsi produksi yang terbatas,

didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan yang

sederhana, sikap masyarakat primitif, serta berpikir irasional,

meliputi masyarakat yang sedang dalam proses peralihan, yaitu

suatu periode yang sudah mempunyai prasyarat-prasyarat

untuk lepas landas.

b) Prasyarat untuk lepas landas (Pre conditions for take-off)

c) Lepas Landas (Take off)

Tahap ini dimotori oleh teknologi industri dan pertanian,

pembagunan sarana-prasarana, serta tumbuhnya kekuatan

politik yang sangat peduli akan modernisasi dan pertumbuhan

ekonomi

d) Tahap menuju kematangan (drive to maturity)

Page 34: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tahap ini didasari oleh pertumbuhan industri yang beraneka

ragam dan telah terkait dengan pasar internasional.

e) Konsumsi Masal (High Mass Consumption)

Tahap ini ditandai dengan pendapatan per kapita yang tinggi

dan persoalan telah beralih dari pertumbuhan industri ke

kesejahteraan sosial yang lebih tinggi (Walfare State.)

2) Model Pertumbuhan Harrod-Domar

Model pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua

ekonom sesudah masa Keynes, yakni Sir Roy F. Harrod dari Inggris

dan Evsey D. Domar dari Amerika Serikat. Domar mengemukan

modelnya pertama kali pada tahun 1947 dalam American Economi

Review, sedangkan Harrod pada tahun 1939 dalam Economic

Journal. Model ini sebenarnya dikembangkan secara terpisah, tetapi

karena inti kedua pemikiran mereka sama maka digabungkan

menjadi satu yang terkenal dengan Model Harrod-Domar.

Model Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang

diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam

jangka panjang. Dengan kata lain, model Harrod-Domar berusaha

menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa

tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth) yang

didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menggunakan

barang modal secara penuh.

Page 35: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Teori ini melengkapi teori Keynes, di mana Keynes melihat

dalam jangka pendek (kondisi statis), sementara Harrod-Domar

dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Asumsi yang mendasari

teori Harrod-Domar adalah :

a) Perekonomian tertutup (rumah tangga dan perusahaan)

b) Hasrat menabung (MPS = s) konstan.

c) Produksi memiliki koefisien konstan atau bersifat constant

return to scale (CRS).

d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan

sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa

pertumbuhan jangka panjang yang mantap, di mana seluruh kenaikan

produksi dapat diserap oleh pasar hanya dapat dicapai jika

memenuhi syarat-syarat keseimbangan berikut (Harrod-Domar,

dalam Hariani, 2008) :

g = k = n

g merupakan tingkat pertumbuhan output (growth), k merupakan

tingkat pertumbuhan modal (capital), dan n merupakan tingkat

pertumbuhan angkatan kerja.

Peranan k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan

oleh rasio modal-output atau dilambangkan dengan v, yaitu rasio

tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru

terhadap kenaikan output. Agar terdapat keseimbangan maka antara

Page 36: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tabungan (S) dengan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling

menyeimbangkan. Apabila tabungan sama dengan investasi atau S =

I maka:

Agar pertumbuhan itu mantap maka harus memenuh syarat g

= n = s/v. Dalam perekonomian tertutup, kondisi pertumbuhan

mantap sulit tercapai karena s, v, dan n bersifat independen. Harrod-

Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar bebas,

tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi, kesimpulannya

menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya

investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan

permintaan barang.

3) Teori Ketimpangan pertumbuhan Gunnar Myrdal

Pada pertengahan tahun 1950-an, Gunnar Myrdal (1957)

melontarkan tesis tentang keterbelakangan yang terjadi di negara-

negara berkembang. Menurut Myrdal adanya hubungan ekonomi

antara negara maju dengan negara belum maju telah menimbulkan

ketimpangan internasional dalam pendapatan per kapita dan

kemiskinan di negara yang belum maju. Adapun faktor utama yang

menyebabkan ketimpangan ini adalah adanya kemajuan ilmu

Page 37: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pengetahuan dan teknologi, dan adanya pasar yang luas dan

konsentrasi modal keuangan di negara maju.

Kemakmuran kumulatif timbul di negara maju dan

kemiskinan kumulatif dialami rakyat di negara miskin. Dengan

perkataan lain, hubungan ekonomi antara negara maju dengan negara

miskin menimbulkan efek balik (backwash effect) yang cenderung

membesar terhadap negara miskin. Myrdal (1957) mengemukakan

pemikirannya mengenai prakondisi struktural yang harus dimiliki

oleh negara sedang berkembang dalam melaksanakan proses

pembangunan, antara lain adalah sebagai berikut :

a) Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada

dalam situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam

kondisi yang menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan,

fasilitas pendidikan, perumahan dan sanitasi.

b) Adanya struktur sosial yang sangat timpang sehingga alokasi

sumber-sumber ekonomi yang produktif sangat banyak untuk

keperluan memproduksi barang-barang mewah (conspicuos

consumption).

Menurut Myrdal, upaya untuk memberantas kemiskinan di negara

yang belum maju harus dilakukan dengan campur tangan pemerintah

terutama dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas. Kemudian

tentang teori keunggulan komparatif yang digunakan oleh ahli

ekonomi neoklasik tidak dapat dijadikan petunjuk untuk proses

Page 38: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

alokasi sumber-sumber ekonomi. Harus ada perlindungan atas

industri-industri rakyat yang belum berkembang dari persaingan

dengan luar negeri.

b. Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori-teori perubahan struktural (structural-change theory)

memusatkan perhatian pada transformasi struktur ekonomi dari pola

pertanian ke struktur yang lebih modern serta memiliki sektor industri

manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh. Aliran pendekatan

struktural ini didukung oleh W.Arthur Lewis yang terkenal dengan model

teoritisnya tentang “surplus tenaga kerja dua sektor” (two sektor surplus

labor) dan Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis

empirisnya tentang “pola-pola pembangunan” (patterns of development)

(Todaro, 2000:100). Masing-masing teori tersebut diperinci sebagai

berikut :

1) Teori pembangunan Arthur Lewis

Teori Pembangunan Arthur Lewis (1954) membahas proses

transformasi industrialisasi pada tahap awal pembangunan kapitalis

di Eropa. Teori ini melihat hubungan antara sektor pertanian dan

industri dalam perekonomian yang terjadi antara daerah perkotaan

dan pedesaan dengan memasukkan proses urbanisasi yang terjadi di

kota dan desa tersebut.

Asumsi Teori Lewis meliputi :

Page 39: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

a) Perekonomian pertanian merupakan sektor pedesaan subsisten

yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas

marjinal labor sama dengan nol (MPL=0) dan;

b) Perekonomian industri perkotaan modern yang tingkat

produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat penampungan labor

yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sektor subsisten.

Model Lewis ini lebih ditujukan pada terjadinya proses transfer labor

serta pertumbuhan output dan peningkatan penyerapan tenaga kerja

di sektor modern. Transfer tenaga kerja dan pertumbuhan

kesempatan kerja dimungkinkan karena adanya perluasan output

pada sektor modern. Adapun kecepatan terjadinya perluasan output

ditentukan oleh tingkat investasi di bidang industri dan akumulasi

modal secara keseluruhan di sektor modern. Peningkatan investasi

dimungkinkan karena adanya kelebihan keuntungan sektor modern

dari selisih upah, dengan asumsi bahwa kapitalis tersebut bersedia

melakukan investasi kembali dari seluruh keuntungannya. Kemudian

tingkat upah di sektor industri dianggap konstan, jumlahnya

ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor pertanian

subsisten tradisional. Lewis mengasumsikan bahwa tingkat upah di

daerah perkotaan minimal 30 persen lebih tinggi dari rata-rata

pendapatan di pedesaan yang memaksa para pekerja pindah ke

daerah perkotaan.

Page 40: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Proses pertumbuhan yang berkelanjutan (self-sustaining

growth) di sektor modern dan perluasan tenaga kerja diasumsikan

terjadi terus-menerus sampai surplus labor di pedesaan habis diserap

di dalam sektor industri. Selanjutnya tambahan pekerja dapat ditarik

dari sektor pertanian dengan biaya yang lebih tinggi karena hal ini

akan menyebabkan berkurangnya produksi makanan karena

penurunan rasio labor-tanah berarti bahwa produk marjinal dari labor

pedesaan tidak lagi sama dengan nol. Kemudian kurva penawaran

labor tersebut menjadi berslope positif karena tingkat upah

mengalami peningkatan terus menerus. Transformasi struktural dari

perekonomian dengan sendirinya akan menjadi suatu kenyataan dan

perekonomian itu akan beralih dari sektor pertanian tradisional

pedesaan ke sektor industri perkotaan yang modern.

2) Teori pola pembangunan Hollis Chenery

Teori Pola Pembangunan dari Chenery ini lebih fokus pada

perubahan struktur dalam proses perubahan ekonomi, industri, dan

struktur kelembagaan. Perubahan tersebut terjadi pada perekonomian

di negara berkembang yang sedang mengalami transformasi dari

sektor pertanian ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonominya.

Menurut Chenery, transformasi struktur produksi

menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per

Page 41: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang mula-

mula mengandalkan sektor pertanian menuju sektor industri. Dalam

hal ini, sumbangan sektor industri pada pendapatan nasional

meningkat dan sumbangan sektor pertanian mengalami penurunan

pada saat pendapatan per kapita meningkat.

Menurut Kuznets, perubahan struktur ekonomi atau disebut

juga transformasi struktural, didefinisikan sebagai suatu rangkaian

perubahan yang saling berkaitan satu sama lainnya dalam komposisi

dari permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan

impor), penawaran agregat (produksi dan 26 penggunaan faktor-

faktor produksi, seperti penggunaan tenaga kerja dan modal) yang

disebabkan adanya proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan (Chenery, 1997). Perekonomian suatu daerah

dalam jangka panjang akan terjadi perubahan struktur perekonomian

dimana semula mengandalkan sektor pertanian menuju sektor

industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya

perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian desa ke sektor industri

kota, sehingga menyebabkan kontribusi pertanian meningkat.

Perubahan struktur perekonomian tersebut tentu akan

mempengaruhi tingkat pendapatan antar penduduk dan antar sektor

ekonomi, karena sektor pertanian lebih mampu menyerap tenaga

kerja dibanding sektor industri, akibatnya akan terjadinya

perpindahan alokasi pendapatan dan tenaga kerja dari sektor yang

Page 42: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

produktifitasnya rendah ke sektor yang produktifitasnya tinggi. Pada

akhirnya, hal tersebut mengakibatkan terjadinya kesenjangan

pendapatan dalam masyarakat. Faktor penyebab terjadinya

perubahan struktur perekonomian antara lain ketersediaan sumber

daya alam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal

dan investasi yang masuk ke suatu daerah.

c) Teori Basis Ekonomi

Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad (1999:166) dalam

Sadau (2002:20) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan

barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku

untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan

peluang kerja (job creation). Pendekatan basis ekonomi sebenarnya

dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah

wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi

tersebut secara efisien dan efektif. Lebih lanjut model ini menjelaskan

struktur perekonomian suatu daerah atas dua sektor, yaitu :

1) Sektor basis, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik

pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Itu berarti

daerah secara tidak langsung mempunyai kemampuan untuk

Page 43: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke

daerah lain.

2) Sektor non basis, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu

melayani pasar daerah itu sendiri.

Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka

memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

6. Teori analisis pertumbuhan ekonomi daerah

Teori-teori untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi daerah pada penelitian

ini antara lain :

a. Location Quotient

Location quotient merupakan suatu teknik analisis yang

digunakan untuk menentukan sektor basis / pemusatan dan non basis,

dengan tujuan untuk melihat keunggulan komparatif maupun keunggulan

kompetitif suatu daerah dalam menentukan sektor andalannya. Dalam

teknik ini, kegiatan ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu (Arsyad, 1999:140-141) :

1) Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi

kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri.

Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan

daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor

unggulan.

Page 44: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

2) Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu

memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal

sebagai sektor non unggulan.

Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena sektor basis

menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual keluar daerah yang

meningkatkan pendapatan daerah tersebut, maka secara berantai akan

meningkatkan investasi yang berarti menciptakan lapangan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya meningkatkan permintaan

terhadap industri basis, tetapi juga menaikkan permintaan akan industri

non basis. Dengan dasar teori ini maka sektor basis perlu diprioritaskan

untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi

daerah.

Menurut Widodo (2006), Location Quotient (LQ) dibedakan

menjadi Static Location Quotient (SLQ), dan Dynamic Location Quotient

(DLQ). Static Location Quotient (SLQ) menghitung besarnya kontribusi

sektoral kaitannya dalam menentukan keunggulan komparatif sektor

basis. Dynamic Location Quotient (DLQ) merupakan analisis LQ dengan

cara membandingkan pertumbuhan sektor yang dianalisis dengan sektor

yang sama pada daerah induknya. Dengan cara ini akan diperoleh nilai

sektor yang tumbuh prima atau keunggulan kompetitif sektor basis.

Kedua model tersebut lebih lanjut dijelaskan seperti di bawah ini :

Page 45: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

1) Static Location Quotient

Static Location Quotient (SLQ) menghitung besarnya

kontribusi sektoral untuk menentukan keunggulan komparatif sektor

basis. Besarnya SLQ dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Keterangan :

Vij : PDRB sektor i di daerah j

Vj : PDRB total daerah j

Vin : PDRB sektor i provinsi

Vn : PDRB total provinsi

Secara umum pengukuran terhadap derajat spesialisasi dengan

kriteria sebagai berikut (Bendavid-Val, 1997, dalam Widodo, 2006):

a) LQ > 1 : Jika LQ lebih besar dari 1, berarti tingkat

spesialisasi sektor tertentu pada daerah lebih besar dari sektor

yang sama pada tingkat provinsi.

b) LQ < 1 : Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat

spesialisasi sektor tertentu pada daerah lebih kecil dari sektor

yang sama pada tingkat provinsi.

Page 46: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c) LQ = 1 : Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor tertentu pada daerah sama dengan sektor yang sama pada

tingkat provinsi.

2) Dynamic Location Quotient

Dynamic location quotient merupakan analisis LQ dengan

cara membandingkan pertumbuhan sektor yang dianalisis dengan

sektor yang sama pada daerah induknya. Dengan cara ini akan

diperoleh nilai sektor yang tumbuh prima. Berbeda dengan SLQ

yang menghitung keunggulan komparatif, Dymamic Location

Quotient (DLQ) menghitung besarnya keunggulan kompetitif yang

dihasilkan oleh kinerja manajemen daerah. Formula DLQ adalah

sebagai berikut;

Keterangan :

gij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j

gj : rata-rata laju pertumbuhan ekonomi daerah j

Gi : laju pertumbuhan sektor I di daerah himpunan (provinsi)

G : rata-rata laju pertumbuhan ekonomi daerah himpunan

(provinsi)

Page 47: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Selanjutnya dari hasil DLQ dengan digabungkan bersama SLQ akan

didapatkan Klasifikasi sektoral atas hasil analisis komparatif sebagai

berikut :

Tabel 2.3. Klasifikasi sektoral atas hasil analisis SLQ dan DLQ

Kriteria DLQ < 1 DLQ > 1

SLQ < 1 Sektor belum unggul dan berpotensi

Sektor belum unggul namun berpotensi

SLQ > 1 Sektor unggul namun belum berpotensi

Sektor unggul dan berpotensi

b. Tipologi Klassen

Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

daerah merupakan analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi

perekonomian suatu daerah. Dengan melihat pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi akan dapat terlihat bagaimana potensi relatif

perekonomian suatu daerah baik secara agregat dan sektoral terhadap

daerah lain sekitarnya. Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan

ekonomi daerah, para ahli ekonomi biasanya menggunakan analisis

Tipologi Klassen.

Alat analisis ini memiliki dua indikator utama, yaitu pertumbuhan

ekonomi dan PDRB di suatu daerah. Hal tersebut digambarkan dalam

bentuk tabel dengan pengelompokan sektor atau daerah ke dalam empat

kategori seperti yang ditunjukkan dalam tabel 2.4 sebagai berikut

(Widodo, 2006):

Page 48: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2.4 Matriks tipologi klassen

Daerah tumbuh cepat (Rij >= Rin)

Daerah tumbuh lambat (Rij < Rin)

Kon

trib

usi b

esar

(Y

ij >

= Y

in)

Prima Potensial

Kon

trib

usi K

ecil

(Yij

< Y

in)

Berkembang Terbelakang

Sumber : Perencanaan Pembangunan Terintegrasi Antar Sektor, 2003, dalam Widodo, 2006 Keterangan :

Rij : Laju pertumbuhan sektor i di daerah j

Rin : Laju pertumbuhan sektor i di daerah n (provinsi)

Yij : PDRB sektor i di daerah j

Yin : Rerata PDRB sektor i di daerah n (provinsi)

Pembagian Kategori di atas berdasarkan perbandingan antara daerah satu

dengan yang lain berdasar jumlah PDRB dan pertumbuhannya.

Keterangan dari masing-masing kategori dijelaskan sebagai berikut :

1) Sektor Prima : yaitu daerah yang cepat tumbuh dan berkontribusi

besar (high growthand high income) atau juga disebut sebagai daerah

maju dan tumbuh cepat (rapid growth region), merupakan daerah

Page 49: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang

lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi

2) Sektor Berkembang : yaitu daerah yang tumbuh cepat namun

berkontribusi rendah (high growth but low income) atau juga disebut

sebagai daerah maju tapi tertekan (retarded region), merupakan

daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi

pendapatannya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi.

3) Sektor Potensial yaitu daerah yang lambat tumbuh namun

berpenghasilan tinggi (low growth but high income) atau juga

disebut sebagai daerah sedang berkembang (growing region),

merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah tapi

pendapatannya lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi

4) Sektor Terbelakang yaitu daerah relatif tertinggal (low growth and

low income) atau juga disebut sebagai daerah relatif tertinggal

(relatively backward region), merupakan daerah yang pertumbuhan

ekonomi maupun pendapatannya lebih rendah dibanding rata-rata

provinsi.

B. Penelitian Terdahulu

Sumodiningrat (1987) dengan penelitiannya yang berjudul “Potensi

pertanian pedesaan dan swasembada pangan”, menggunakan alat analisis Input

Output menyatakan bahwa keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lain

pada masa pelita I hingga pelita V menurun. Namun demikian, pertumbuhan

Page 50: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sektor pertanian sendiri mengalami peningkatan. Upaya untuk lebih meningkatkan

sektor pertanian adalah dengan pemerataan distribusi lahan, dan pemanfaatan

pajak pedesaan untuk membangun sektor pertanian desa sendiri.

Suparno (2008), dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis pergeseran

struktur ekonomi dan penentuan sektor ekonomi unggulan kawasan Sulawesi”

menggunakan alat analisis shift share klasik, tipologi klassen, location quotient,

dan base multiplier, hasil penelitian bahwa sektor basis di Sulawesi terdapat tiga

sektor, yakni pertanian, bangunan, dan jasa. Ketiga sektor tersebut sama-sama

berkembang pesat. Dari hasil penelitiannya juga didapati bahwa di Sulawesi

terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer menuju sekunder dan

tersier.

Indriyani (2010) dengan penelitiaannya yang berjudul “Analisis struktur

ekonomi, sektor basis dan sektor potensial ekonomi Kabupaten Semarang selama

otonomi daerah 2001-2008” menggunakan alat analisis kontribusi sektoral,

analisis laju pertumbuhan, analisis Location Quotient, analisis shift share, analisis

model rasio pertumbuhan dan analisis overlay, hasil penelitian bahwa sektor basis

Kabupaten Semarang adalah sektor industri dan perdagangan. Pertumbuhan sektor

basis mengalami kestabilan pada tahun penelitian dilakukan. Upaya peningkatan

sektor basis yaitu dengan cara penerapan kebijakan yang tepat sasaran.

Halimah (2011) dengan judul penelitiannya “Kajian tentang status,

pergeseran struktur dan identifikasi sektor ekonomi unggulan di Kabupaten

Sragen tahun 2002-2009”, menggunakan analisis Shift Share, Location Quotient,

Model Rasio Pertumbuhan, dan Analisis Overlay, hasil penelitian bahwa daerah

Page 51: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Sragen merupakan daerah yang tertingal. Namun demikian kinerja perekonomian

daerah pada kurun waktu penelitian mengalami pertumbuhan. Sektor yang

mengalami pertumbuhan dan merupakan sektor basis pada daerah tersebut adalah

sektor pertanian dan industri pengolahan.

C. Kerangka pemikiran

Model pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pendekatan

sektoral. Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral selalu dimulai

dengan pertanyaan sektor apa yang harus dikembangkan (Aziz,1994:229). Dalam

penelitian ini sektor yang diteliti adalah sektor pertanian. Sektor pertanian yang

harus dikembangkan tersebut disebut dengan sektor potensial. Sektor pertanian

yang diteliti meliputi wilayah kabupaten dan kote se Jawa Tengah. Untuk

mengidentifikasi sektor pertanian potensial dapat dilihat melalui indikator PDRB

(Produk Domestik Regional Bruto), yaitu dari sisi kontribusi dan sisi

pertumbuhan. Namun demikian, sektor pertanian potensial tidak hanya dilihat

dengan pertumbuhan dan kontribusinya saja. Untuk menentukan sektor potensial

tersebut dapat dilihat dari keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan

spesialisasinya terhadap sektor yang sama pada tingkat provinsi. Untuk melihat

keunggulan komparatif digunakan analisis Static Location Quotient (SLQ).

Kemudian untuk melihat keunggulan kompetitif digunakan analisis Dynamic

Location Quotient (DLQ), sedangkan untuk melihat pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi sektoral digunakan tipologi klassen. Skema kerangka

pemikiran digambarkan pada gambar 2.1. sebagai berikut :

Page 52: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Page 53: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis data sekunder mengenai potensi sektor

pertanian di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2004 sampai dengan 2008.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan data rentang waktu dari tahun 2004-2008. Data berasal dari Badan

Pusat Statistik Jawa Tengah. Data tersebut adalah data PDRB sektoral harga

konstan.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisioperasionalkan

sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan merupakan nilai

produksi barang dan jasa akhir pada batas wilayah dan dalam kurun waktu

tertentu, diukur dengan satuan mata uang (rupiah). Dinamakan bruto karena

memasukkan komponen penyusutan. Disebut Konstan karena harga yang

digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000). PDRB juga

sering disebut dengan NTB (Nilai Tambah Bruto).

Page 54: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita. Produk Domestik regional

Bruto (PDRB) per kapita menggambarkan besarnya nilai tambah domestik

regional bruto per penduduk pada suatu wilayah, dalam suatu waktu tertentu,

pada analisis ini digunakan pendekatan PDRB atas dasar harga konstan

(tahun 2000). Nilai PDRB per kapita ini diperoleh dengan cara membagi nilai

PDRB atas dasar harga konstan di suatu wilayah/region pada jangka waktu

satu tahun, dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang berada dalam

wilayah/region tersebut.

3. Sektor Ekonomi menyatakan lapangan usaha pembentuk PDRB sektoral

disuatu wilayah. Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)

1990 lapangan usaha/sektor ekonomi terbagi menjadi sembilan sektor yaitu

sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri

pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya

dan sektor jasa-jasa

4. Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan

baik pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Artinya sektor ini

dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun

daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.

5. Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi

kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non

unggulan.

Page 55: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

6. Sektor dan subsektor ekonomi potensial merupakan sektor dan subsektor

ekonomi yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti keunggulan

kompetitif, keunggulan komparatif, spesialisasi jika dibandingkan dengan

sektor dan subsektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.

7. Keunggulan komparatif menekankan pada keunggulan dalam kepemilikan

sumber ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan suatu daerah, seperti:

kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, dan

sebagainya.

8. Keunggulan kompetitif menekankan pada efisiensi pengelolaan seperti:

manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam menggunakan

sumber-sumber yang ada dalam produksi, distribusi, dan konsumsi.

9. Spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi di suatu wilayah, dimana suatu

wilayah dinyatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut

mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun andil

sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada

daerah lainnya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam

yang besar maupun peran permintaan pasar yang besar terhadap output-output

lokal.

10. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan suatu pola dan posisi

relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor ekonomi berdasarkan struktur

dan pertumbuhannya jika dibandingkan dengan wilayah lainnya atau sektor

dan subsektor ekonomi di wilayah lainnya. Biasanya untuk melihat pola dan

Page 56: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

struktur pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral digunakan

klasifikasi Tipologi Klassen

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga; Static

location quotient, Dynamic location quotient, dan Tipologi klassen. Secara rinci

dijelaskan sebagai berikut :

1. Static Location Quotient

Static Location Quotient (SLQ) menghitung besarnya kontribusi

sektoral kaitannya dalam menentukan keunggulan komparatif sektor basis.

Dalam penelitian ini, besarnya SLQ dinyatakan dalam persamaan berikut:

Keterangan :

Vij : PDRB sektor pertanian di daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah

Vj : PDRB total di daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah

Vin : PDRB sektor pertanian di Jawa Tengah

Vn : PDRB total di Jawa Tengah

Ukuran terhadap derajat spesialisasi SLQ dapat menggunakan kriteria sebagai

berikut:

Page 57: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

a. SLQ > 1 : Jika SLQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah lebih besar dari

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

b. SLQ < 1 : Jika SLQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah lebih kecil dari

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

c. SLQ = 1 : Jika SLQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi sektor

pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah besarnya sama dengan

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

2. Dynamic Location Quotient

Dynamic location quotient (DLQ) merupakan analisis LQ dengan cara

membandingkan pertumbuhan sektor yang dianalisis dengan sektor yang

sama pada daerah induknya. Dari hasil analisis DLQ ini akan didapatkan

besarnya keunggulan kompetitif suatu sektor basis. Dalam penelitian ini,

formula untuk menghitung DLQ adalah sebagai berikut :

Keterangan :

gij : Laju pertumbuhan sektor pertanian di kabupaten/kota di Jawa Tengah

gj : Lata-rata laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah

Gi : Laju pertumbuhan sektor pertanian di Jawa Tengah

Page 58: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

G : Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah

Ukuran terhadap derajat spesialisasi SLQ dapat menggunakan kriteria sebagai

berikut:

a. DLQ > 1 : Jika DLQ lebih besar dari 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah lebih besar dari

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

b. DLQ < 1 : Jika DLQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah lebih kecil dari

sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

c. DLQ = 1 : Jika DLQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah besarnya sama

dengan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

Selanjutnya dari hasil DLQ dengan digabungkan bersama SLQ akan

didapatkan Klasifikasi sektoral atas hasil analisis komparatif seperti yang

ditunjukkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Klasifikasi sektoral atas hasil analisis SLQ dan DLQ

Kriteria DLQ < 1 DLQ > 1

SLQ < 1 Sektor belum unggul dan belum berpotensi

Sektor belum unggul namun berpotensi

SLQ > 1 Sektor unggul namun belum berpotensi

Sektor unggul dan berpotensi

Page 59: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Tipologi Klassen

Tipologi klassen menganalisis pola dan struktur pertumbuhan

ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah terhadap daerah di sekitarnya.

Untuk menganalisis struktur pertumbuhan ekonomi tersebut, penelitian ini

menggunakan indikator pertumbuhan dan jumlah PDRB dari sektor pertanian.

Tipologi klassen menyajikan empat matriks yang membagi daerah-daerah

seperti dalam tabel 3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2 Matriks tipologi klassen

Daerah tumbuh cepat (Rij >= Rin)

Daerah tumbuh lambat (Rij < Rin)

Kon

trib

usi b

esar

(Y

ij >

= Y

in)

Prima (K 1)

Potensial (K 3)

Kon

trib

usi K

ecil

(Yij

< Y

in)

Berkembang (K 2)

Terbelakang (K 4)

Sumber : Perencanaan Pembangunan Terintegrasi Antar Sektor, 2003, dalam Widodo, 2006 Keterangan :

Rij : Laju pertumbuhan sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah

Rin : Laju pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

Yij : PDRB sektor pertanian di kabupaten / kota di Jawa Tengah

Yin : Rerata PDRB sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah

Page 60: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Prima (K1) : Daerah yang cepat tumbuh dan berkontribusi besar

Berkembang (K2) : Daerah yang tumbuh cepat namun berkontribusi rendah

Potensial (K3) : Daerah yang lambat tumbuh namun berkontribusi tinggi

Terbelakang (K4) : Daerah yang lambat tumbuh juga berkontribusi rendah

Page 61: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Keadaan Geografis

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh

dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 5o40’

dan 8o30’ Lintang Selatan dan antara 108o30’ dan 111o30’ Bujur Timur. Jarak

terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km

(BPS, 2011).

Luas wilayah Jawa tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 3,25 juta

hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa. Luas yang ada terdiri

dari 992 ribu hektar lahan sawah dan 2,26 juta hektar bukan lahan sawah.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan sawah tahun 2010 turun

sebesar 0,013 persen, sebaliknya luas bukan lahan sawah naik sebesar 0,006

persen (BPS, 2011).

2. Pemerintahan

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29

kabupaten dan 6 kota. Pada tahun 2010 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 18,21 ribu orang.

Jumlah angka kelahiran dan kematian yang dimuat dalam Catatan Sipil

kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 1.436,8 ribu dan 9,8

Page 62: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

ribu buah. Jumlah angka kelahiran menurun sebesar 34,36 persen dan jumlah

angka kematian meningkat sebesar 151.79 persen (BPS, 2011).

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Jawa Tengah, pada tahun

2010 berhasil menerbitkan sertifikat hak atas tanah sebanyak 243,10 ribu

buah atau menurun 27,40 persen dari tahun 2009. Dari jumlah sertifikat

tersebut, sebanyak 217 ribu sertifikat atau sebesar 89,26 persen merupakan

sertifikat hak milik (BPS, 2011).

3. Kependudukan

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, jumlah penduduk

Jawa Tengah tercatat sebesar 32,38 juta jiwa atau sekitar 14 persen dari

jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai Provinsi

ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat

dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah

penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah

penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 98,77

(BPS, 2011).

Berdasarkan hasil Sakernas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun

2010 mencapai 18,86 juta orang, atau turun sebesar 1,35 persen dibanding

tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk Jawa Tengah

tercatat sebesar 70,60 persen. Sedangkan angka pengangguran terbuka di

Jawa Tengah relatif kecil, yaitu sebesar 6,21 persen (BPS, 2011).

Page 63: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

B. Diskripsi Data-data Penelitian

PDRB Jawa Tengah tahun 2008 atas dasar harga konstan (tahun 2000)

mencapai Rp. 167,8 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp.159,1 triliun.

Dengan demikian pada tahun 2008 perekonomian Jawa Tengah secara kumulatif

mengalami pertumbuhan sebesar 5,5 persen dibanding tahun 2007 (BPS, 2008).

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 pada

triwulan IV tahun 2008 menurun sebesar 3,7 persen dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan negatif pada triwulan IV tahun 2008 ini disebabkan

karena sektor pertanian mengalami penurunan, yaitu 15,6 persen karena siklus

musiman. Selanjutnya, perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV tahun 2008

bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2007 mengalami pertumbuhan

sebesar 3,9 persen. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif, kecuali

sektor industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 2,4 persen. Untuk

sektor-sektor yang tumbuh positif, tertinggi ada pada sektor pertanian sebesar 13,4

persen diikuti sektor bangunan 8,4 persen dan terendah adalah sektor listrik, gas

dan air bersih sebesar 4,0 persen (BPS, 2008).

Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi yang membentuk PDRB

mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 7,8 persen, diikuti oleh sektor jasa-

jasa 7,7 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 7,5 persen, sektor bangunan

6,5 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 5,1 persen, sektor pertanian 5,1

persen, sektor listrik, gas dan air bersih 4,8 persen, sektor industri pengolahan 4,5

persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 3,8 persen (BPS, 2008).

Page 64: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Distribusi PDRB menurut sektor atas dasar harga berlaku juga

menunjukkan peranan dan perubahan struktur ekonomi dari tahun ke tahun. Tiga

sektor utama yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan

mempunyai peranan sebesar 72,4 persen tahun 2008. Sektor industri pengolahan

memberi kontribusi sebesar 33,1 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran

19,7 persen, dan sektor pertanian 19,6 persen (BPS, 2008).

Dibandingkan dengan 2007, pada tahun 2008 terjadi perubahan peranan

pada beberapa sektor ekonomi yaitu penurunan pada sektor pertanian dari 20,4

persen pada tahun 2007 menjadi 19,6 di tahun 2008, sektor listrik dan air bersih

dari 1,1 persen pada tahun 2007 turun menjadi 1,0 persen di tahun 2008 , sektor

perdagangan hotel dan restoran pada tahun 2007 sebesar 19,9 persen turun

menjadi 19,7 persen di tahun 2008. Sementara sektor industri pengolahan naik

peranannya cukup besar dari 32,1 persen di tahun 2007 menjadi 33,1 persen di

tahun 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan dari 5,9

persen pada tahun 2007 menjadi 6,0 persen di tahun 2008. Sedangkan empat

sektor lainnya seperti pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa masih mempunyai

peranan tetap. (BPS, 2008).

Page 65: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

C. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Static Location Quotient

Analisis Static Location Quotient menghitung kontribusi sektor

kaitannya dalam menentukan sektor basis berdasarkan keunggulan

komparatif. Berdasarkan hasil analisis, tiga daerah dengan nilai SLQ sektor

pertanian tertinggi yaitu pada Kabupaten Brebes dengan nilai 2,72,

Kabupaten Blora dengan nilai 2,68, dan Kabupaten Wonogiri dengan nilai

2,50. Ketiga daerah tersebut memiliki nilai SLQ yang tinggi dikarenakan

produksi sektor pertaniannya memang relatif tinggi, yakni sekitar 50 persen

dari total PDRB, sementara 50 persen lainnya terbagi dalam sektor-sektor

yang lain. Selanjutnya menurut metode analisis, perbandingan sebesar 50

persen tersebut yang dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian Jawa

Tengah yang hanya sebesar 20 persen akan memberikan nilai SLQ yang

tinggi.

Nilai SLQ sektor pertanian terendah dari hasil analisis terdapat pada

Kota Surakarta dengan nilai 0,004. Hal tersebut dikarenakan nilai produksi

sektor pertaniannya memang relatif rendah yakni hanya sekitar 0,1 persen

dari total PDRB. Pada umumnya hasil produksi sektor pertanian di enam kota

di Jawa Tengah relatif rendah. Hal itu dikarenakan tata guna lahan daerah

perkotaan tersebut telah berubah dari sektor pertanian menuju sektor yang

lain. Seperti halnya Kota Surakarta, nilai produksi sektornya didominasi oleh

Sektor Industri pengolahan sebesar 30 persen, kemudian merata di sektor-

sektor yang lain.

Page 66: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Hasil analisis Static Location Quotient data PDRB sektor pertanian

kabupaten dan kota di Jawa Tengah tahun 2004 - 2008 dimuat dalam tabel

4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis SLQ Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 - 2008

No Daerah SLQ

Rerata SLQ 2004 2005 2006 2007 2008

1 Kab Banjarnegara 1,85 1,85 1,85 1,88 1,88 1,86 2 Kab Banyumas 1,07 1,06 1,05 1,06 1,03 1,06 3 Kab Batang 1,28 1,28 1,30 1,34 1,36 1,31 4 Kab Blora 2,61 2,60 2,62 2,68 2,88 2,68 5 Kab Boyolali 1,74 1,76 1,74 1,74 1,69 1,73 6 Kab Brebes 2,70 2,69 2,69 2,75 2,77 2,72 7 Kab Cilacap 0,68 0,64 0,64 0,66 0,65 0,65 8 Kab Demak 2,05 2,05 2,08 2,11 2,06 2,07 9 Kab Grobogan 1,97 1,99 2,03 2,07 2,01 2,02

10 Kab Jepara 1,17 1,18 1,16 1,16 1,15 1,17 11 Kab Karanganyar 0,94 0,94 0,95 0,97 0,97 0,95 11 Kab Magelang 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16 0,15 12 Kab Kebumen 1,87 1,91 1,90 1,89 1,75 1,86 13 Kab Kendal 1,17 1,15 1,18 1,17 1,14 1,16 14 Kab Klaten 1,07 1,06 1,08 1,09 1,09 1,08 15 Kab Kudus 0,16 0,13 0,16 0,16 0,16 0,15 17 Kab Pati 1,65 1,63 1,63 1,66 1,70 1,66 18 Kab Pekalongan 1,02 1,05 1,08 1,10 1,08 1,07 19 Kab Pemalang 1,36 1,35 1,33 1,32 1,35 1,34 20 Kab Purbalingga 1,71 1,70 1,70 1,71 1,69 1,70 21 Kab Purworejo 1,74 1,74 1,75 1,76 1,71 1,74 22 Kab Rembang 2,38 2,36 2,38 2,37 2,33 2,36 23 Kab Semarang 0,67 0,64 0,64 0,66 0,66 0,65 24 Kab Sragen 1,73 1,72 1,72 1,73 1,70 1,72 25 Kab Sukoharjo 0,95 0,97 0,98 1,01 0,99 0,98 26 Kab Tegal 0,96 0,92 0,89 0,89 0,88 0,91 27 Kab Temanggung 1,53 1,56 1,56 1,60 1,61 1,57 28 Kab Wonogiri 2,43 2,45 2,50 2,55 2,60 2,50 29 Kab Wonosobo 2,32 2,34 2,39 2,44 2,51 2,40 30 Kota Magelang 0,15 0,15 0,15 0,15 0,16 0,15 31 Kota Pekalongan 0,72 0,60 0,55 0,50 0,47 0,57 32 Kota Salatiga 0,33 0,31 0,29 0,30 0,30 0,30 33 Kota Semarang 0,67 0,64 0,64 0,66 0,66 0,65 34 Kota Surakarta 0,004 0,003 0,003 0,004 0,003 0,004 35 Kota Tegal 0,66 0,59 0,57 0,55 0,54 0,58

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 67: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Hasil analisis SLQ sektor pertanian kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam

tabel 4.1 di atas secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

a. Kabupaten Banjarnegara

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Banjarnegara menunjukkan angka

1,86. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Banjarnegara

merupakan sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat

0,02 poin pada tahun 2007.

b. Kabupaten Banyumas

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Banyumas menunjukkan angka

1,06. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Banyumas merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 fluktuatif dengan selisih

sebesar 0,01 sampai dengan 0,02 poin.

c. Kabupaten Batang

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Batang menunjukkan angka 1,31.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Batang merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat secara progresif.

d. Kabupaten Blora

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Blora menunjukkan angka 2,68.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Blora merupakan sektor

Page 68: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat secara progresif.

e. Kabupaten Boyolali

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Boyolali menunjukkan angka 1,73.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Boyolali merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

f. Kabupaten Brebes

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Brebes menunjukkan angka 2,72.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Brebes merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

g. Kabupaten Cilacap

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Cilacap menunjukkan angka 0,65.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Cilacap bukan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

h. Kabupaten Demak

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Demak menunjukkan angka 2,07.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Demak merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2007 meningkat secara progresif, namun di

akhir 2008 mengalami penurunan.

Page 69: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

i. Kabupaten Grobogan

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Grobogan menunjukkan angka

2,02. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Grobogan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2007 meningkat secara

progresif, namun di akhir 2008 mengalami penurunan.

j. Kabupaten Jepara

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Jepara menunjukkan angka 2,68.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Jepara merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat secara progresif.

k. Kabupaten Karanganyar

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Karanganyar menunjukkan angka

0,95. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Karanganyar bukan

merupakan sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan komparatif. Namun demikian, nilai SLQ dari tahun 2004 –

2008 meningkat secara progresif.

l. Kabupaten Magelang

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Magelang menunjukkan angka

0,15. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Magelang bukan

merupakan sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 tidak

mengalami perubahan yang signifikan.

Page 70: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

m. Kabupaten Kebumen

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Kebumen menunjukkan angka

1,86. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Kebumen merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ meningkat pada tahun 2005, namun selanjutnya

menurun sampai dengan akhir tahun 2008.

n. Kabupaten Kendal

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Kendal menunjukkan angka 1,16.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Kendal merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

o. Kabupaten Klaten

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Klaten menunjukkan angka 1,08.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Klaten merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

p. Kabupaten Kudus

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Kudus menunjukkan angka 0,15.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Blora bukan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 stagnan.

Page 71: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

q. Kabupaten Pati

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Pati menunjukkan angka 1,66. Hal

ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pati merupakan sektor pertanian

basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif. Nilai

SLQ tahun 2005 mengalami penuruan, namun selanjutnya sampai

dengan tahun 2008 mengalami peningkatan.

r. Kabupaten Pekalongan

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Pekalongan menunjukkan angka

1,07. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pekalongan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

s. Kabupaten Pemalang

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Pemalang menunjukkan angka

1,34. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pemalang merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2007 mengalami penurunan,

namun mulai tahun 2008 mengalami peningkatan.

t. Kabupaten Purbalingga

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Purbalingga menunjukkan angka

1,70. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Purbalingga merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

Page 72: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

u. Kabupaten Purworejo

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Purworejo menunjukkan angka

1,74. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Purworejo merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

v. Kabupaten Rembang

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Rembang menunjukkan angka 2,36.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Rembang merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

w. Kabupaten Semarang

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Semarang menunjukkan angka

0,65. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Semarang bukan

merupakan sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

x. Kabupaten Sragen

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Sragen menunjukkan angka 1,72.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Sragen merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

Page 73: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

y. Kabupaten Sukoharjo

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Sukoharjo menunjukkan angka

0,98. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo bukan

merupakan sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan komparatif. Namun demikian pada tahun 2007 sektor

pertanian Sukoharjo pernah menjadi sektor potensial dengan nilai SLQ

1,01. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

z. Kabupaten Tegal

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Tegal menunjukkan angka 0,91.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Tegal bukan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami penurunan.

aa. Kabupaten Temanggung

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Temanggung menunjukkan angka

1,57. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Temanggung merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan.

bb. Kabupaten Wonogiri

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Wonogiri menunjukkan angka 2,55.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Wonogiri merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami kenaikan progresif.

Page 74: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

cc. Kabupaten Wonosobo

Hasil rerata analisis SLQ Kabupaten Wonosobo menunjukkan angka

2,40. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Wonosobo merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami kenaikan

progresif.

dd. Kota Magelang

Hasil rerata analisis SLQ Kota Magelang menunjukkan angka 0,15. Hal

ini berarti sektor pertanian Kota Magelang bukan merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 stagnan.

ee. Kota Pekalongan

Hasil rerata analisis SLQ Kota Pekalongan menunjukkan angka 0,57.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Pekalongan bukan merupakan

sektor pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

komparatif. Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami penurunan.

ff. Kota Salatiga

Hasil rerata analisis SLQ Kota Salatiga menunjukkan angka 0,30. Hal ini

berarti sektor pertanian Kota Salatiga bukan merupakan sektor pertanian

basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif. Nilai

SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

Page 75: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

gg. Kota Semarang

Hasil rerata analisis SLQ Kota Semarang menunjukkan angka 0,65. Hal

ini berarti sektor pertanian Kota Semarang bukan merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

hh. Kota Surakarta

Hasil rerata analisis SLQ Kota Pekalongan menunjukkan angka 0,00.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Surakarta bukan merupakan sektor

pertanian basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif.

Nilai SLQ dari tahun 2004 – 2008 stagnan.

ii. Kota Tegal

Hasil rerata analisis SLQ Kota Tegal menunjukkan angka 0,58. Hal ini

berarti sektor pertanian Kota Tegal bukan merupakan sektor pertanian

basis di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan komparatif. Nilai

SLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami penurunan.

Hasil analisis SLQ sektor pertanian di atas memberi gambaran

bahwasanya dari 29 Kabupaten dan 6 Kota di Jawa Tengah, 22 diantaranya

merupakan sektor basis menurut kriteria keunggulan komparatif, sementara

14 yang lainnya bukan merupakan sektor basis. Dari 22 sektor basis yang ada,

terdapat 7 daerah yang memiliki nilai SLQ sangat tinggi; Kabupaten Blora

dengan nilai 2,48, Kabupaten Brebes dengan nilai 2,72, Kabupaten Demak

dengan nilai 2,07, Kabupaten Grobogan dengan nilai 2,02, Kabupaten

Page 76: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Nilai SLQ

Daerah

Rembang dengan nilai 2,36, Kabupaten Wonogiri dengan nilai 2,50, dan

Kabupaten Wonosobo dengan nilai 2,40, seperti yang digambarkan dalam

gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 Grafik Nilai SLQ Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008

Tujuh daerah potensial yang memiliki nilai SLQ lebih dari 2

tersebut diperkirakan merupakan sektor pertanian yang potensial apabila

memiliki nilai pertumbuhan sektor yang tinggi pula. Selanjutnya untuk

memastikan apakah ketujuh daerah tersebut merupakan sektor potensial atau

tidak, dapat diketahui dari analisis DLQ.

2. Analisis Dynamic Location Quotient

Analisis Dynamic Location Quotient menghitung kontribusi sektor

kaitannya dalam menentukan sektor basis berdasarkan keunggulan kompetitif.

Hasil analisis Dynamic Location Quotient data PDRB sektor pertanian

Page 77: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kabupaten dan kota di Jawa Tengah tahun 2004 - 2008 dimuat dalam tabel 4.1

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Analisis DLQ Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008

No Daerah DLQ

Rerata DLQ 2005 2006 2007 2008

1 Kab. Banjarnegara 1,000 1,001 1,019 0,997 1,004 2 Kab. Banyumas 0,992 0,990 1,006 0,970 0,990 3 Kab Batang 0,999 1,016 1,033 1,009 1,014 4 Kab. Blora 0,998 1,006 1,024 1,076 1,026 5 Kab. Boyolali 1,012 0,991 0,999 0,969 0,993 6 Kab. Brebes 0,995 1,001 1,020 1,008 1,006 7 Kab. Cilacap 0,953 0,995 1,031 0,984 0,991 8 Kab. Demak 1,001 1,013 1,014 0,979 1,002 9 Kab. Grobogan 1,011 1,021 1,020 0,972 1,006

10 Kab. Jepara 1,008 0,982 0,996 0,994 0,995 11 Kab. Karanganyar 1,004 1,011 1,021 1,000 1,009 11 Kab. Magelang 1,012 1,008 1,001 1,028 1,012 12 Kab. Kebumen 1,021 0,998 0,993 0,925 0,984 13 Kab. Kendal 0,981 1,030 0,992 0,973 0,994 14 Kab. Klaten 0,984 1,021 1,009 1,003 1,004 15 Kab. Kudus 0,804 1,224 0,975 1,002 1,001 17 Kab. Pati 0,990 1,000 1,018 1,023 1,008 18 Kab. Pekalongan 1,027 1,022 1,019 0,989 1,014 19 Kab. Pemalang 0,988 0,985 0,997 1,016 0,997 20 Kab. Purbalingga 0,994 0,998 1,008 0,988 0,997 21 Kab. Purworejo 1,000 1,003 1,007 0,973 0,996 22 Kab. Rembang 0,992 1,009 0,996 0,985 0,995 23 Kab. Semarang 0,956 1,013 1,019 1,003 0,998 24 Kab. Sragen 0,999 0,996 1,010 0,978 0,996 25 Kab. Sukoharjo 1,025 1,008 1,029 0,984 1,012 26 Kab. Tegal 0,966 0,965 0,995 0,992 0,980 27 Kab. Temanggung 1,018 0,998 1,028 1,007 1,013 28 Kab. Wonogiri 1,008 1,019 1,020 1,021 1,017 29 Kab. Wonosobo 1,009 1,018 1,025 1,027 1,020 30 Kota Magelang 1,012 1,008 1,001 1,028 1,012 31 Kota Pekalongan 0,833 0,913 0,921 0,941 0,902 32 Kota Salatiga 0,956 0,924 1,051 0,987 0,980 33 Kota Semarang 0,956 1,013 1,019 1,003 0,998 34 Kota Surakarta 0,851 0,984 1,087 0,935 0,964 35 Kota Tegal 0,895 0,963 0,970 0,974 0,950

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 78: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat 17 daerah yang

memiliki nilai DLQ lebih dari satu. Tiga daerah dengan nilai DLQ tertinggi

yaitu Kabupaten Blora dengan nilai DLQ 1,026, Kabupaten Wonosobo

dengan nilai DLQ 1,020, dan Kabupaten Wonogiri dengan nilai 1,017.

Sementara tiga daerah dengan nilai DLQ terendah adalah Kota Pekalongan

dengan nilai DLQ 0,964, Kota Tegal dengan nilai DLQ 0,950, dan Kota

Surakarta dengan nilai DLQ 0,964.

Secara umum 55 persen dari kabupaten di Jawa Tengah memiliki

nilai DLQ lebih dari satu. Hal tersebut berarti pada daerah yang bersangkutan

dalam pengelolaan sektor pertaniannya memiliki manajemen yang baik

sehingga pertumbuhan sektornya juga baik. Sementara lima dari enam kota

yang ada di Jawa Tengah memiliki nilai DLQ dibawah satu. Hal tersebut

dikarenakan konsentrasi pembangunan sektor tidak lagi fokus di sektor

pertanian, namun telah beralih ke sektor lain, sehingga baik dari jumlah

produksi maupun peningkatan produktivitasnya rendah, bahkan minus.

Hasil analisis DLQ sektor pertanian dalam tabel 4.2 secara lebih

rinci dijelaskan per kabupaten/kota sebagai berikut :

a. Kabupaten Banjarnegara

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Banjarnegara menunjukkan angka

1,0004. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Banjarnegara

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat

0,018 poin pada tahun 2007.

Page 79: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

b. Kabupaten Banyumas

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Banyumas menunjukkan angka

0,990. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Banyumas bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 fluktuatif.

c. Kabupaten Batang

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Batang menunjukkan angka 1,014.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Batang merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 meningkat, namun di

akhir 2008 mengalami penurunan.

d. Kabupaten Blora

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Blora menunjukkan angka 1,026.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Blora merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat secara

progresif.

e. Kabupaten Boyolali

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Boyolali menunjukkan angka

0,993. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Boyolali bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

Page 80: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

f. Kabupaten Brebes

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Brebes menunjukkan angka 1,006.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Brebes merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

g. Kabupaten Cilacap

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Cilacap menunjukkan angka 0,991.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Cilacap bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

h. Kabupaten Demak

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Blora menunjukkan angka 1,002.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Demak merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 meningkat secara

progresif, namun di akhir 2008 mengalami penurunan.

i. Kabupaten Grobogan

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Grobogan menunjukkan angka

1,006. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Grobogan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 Mengalami fluktuasi.

Page 81: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

j. Kabupaten Jepara

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Jepara menunjukkan angka 0,995.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Jepara bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

k. Kabupaten Karanganyar

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Karanganyar menunjukkan angka

1,009. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Karanganyar

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

l. Kabupaten Magelang

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Magelang menunjukkan angka

1,012. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Magelang merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 mengalami penurunan,

namun di akhir 2008 mengalami peningkatan.

m. Kabupaten Kebumen

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Kebumen menunjukkan angka

0,984. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Kebumen bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 mengalami

penurunan sampai dengan akhir tahun 2008.

Page 82: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

n. Kabupaten Kendal

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Kendal menunjukkan angka 0,994.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Kendal bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

o. Kabupaten Klaten

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Klaten menunjukkan angka 1,004.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Klaten merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

p. Kabupaten Kudus

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Kudus menunjukkan angka 1,001.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Kudus merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

q. Kabupaten Pati

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Pati menunjukkan angka 1,008.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pati merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat secara

progresif.

Page 83: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

r. Kabupaten Pekalongan

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Pekalongan menunjukkan angka

1,014. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pekalongan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Namun demikian nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008

mengalami penurunan.

s. Kabupaten Pemalang

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Pemalang menunjukkan angka

1,00. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Pemalang merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 mengalami peningkatan

signifikan.

t. Kabupaten Purbalingga

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Purbalingga menunjukkan angka

0,997. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Purbalingga bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

u. Kabupaten Purworejo

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Purworejo menunjukkan angka

0,997. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Purworejo bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

Page 84: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

v. Kabupaten Rembang

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Rembang menunjukkan angka

0,995. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Rembang bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

w. Kabupaten Semarang

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Semarang menunjukkan angka

0,998. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Semarang bukan

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2007 mengalami

peningkatan, namun di akhir tahun 2008 mengalami penurunan.

x. Kabupaten Sragen

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Sragen menunjukkan angka 0,996.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Sragen bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

y. Kabupaten Sukoharjo

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Sukoharjo menunjukkan angka

1,012. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Sukoharjo merupakan

Page 85: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

z. Kabupaten Tegal

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Tegal menunjukkan angka 0,980.

Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Tegal bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

aa. Kabupaten Temanggung

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Temanggung menunjukkan angka

1,013. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Temanggung

merupakan sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria

keunggulan kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

fluktuasi.

bb. Kabupaten Wonogiri

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Wonogiri menunjukkan angka

1,017. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Wonogiri merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami kenaikan

progresif.

cc. Kabupaten Wonosobo

Hasil rerata analisis DLQ Kabupaten Wonosobo menunjukkan angka

1,020. Hal ini berarti sektor pertanian Kabupaten Wonosobo merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

Page 86: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami kenaikan

progresif.

dd. Kota Magelang

Hasil rerata analisis DLQ Kota Magelang menunjukkan angka 1,012.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Magelang merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 meningkat.

ee. Kota Pekalongan

Hasil rerata analisis DLQ Kota Pekalongan menunjukkan angka 0,902.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Pekalongan bukan merupakan

sektor pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Namun demikian, nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008

mengalami peningkatan.

ff. Kota Salatiga

Hasil rerata analisis DLQ Kota Salatiga menunjukkan angka 0,980. Hal

ini berarti sektor pertanian Kota Salatiga bukan merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

gg. Kota Semarang

Hasil rerata analisis DLQ Kota Semarang menunjukkan angka 0,998.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Semarang bukan merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

Page 87: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

hh. Kota Surakarta

Hasil rerata analisis DLQ Kota Pekalongan menunjukkan angka 0,964.

Hal ini berarti sektor pertanian Kota Surakarta bukan merupakan sektor

pertanian potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan

kompetitif. Nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami fluktuasi.

ii. Kota Tegal

Hasil rerata analisis DLQ Kota Tegal menunjukkan angka 0,950. Hal ini

berarti sektor pertanian Kota Tegal bukan merupakan sektor pertanian

potensial di Jawa Tengah menurut kriteria keunggulan kompetitif.

Namun demikian, nilai DLQ dari tahun 2004 – 2008 mengalami

peningkatan.

Hasil analisis DLQ di atas memberikan gambaran bahwa dari 35 daerah yang

ada di Jawa Tengah, terdapat 17 daerah yang memiliki sektor pertanian

potensial menurut kriteria keunggulan kompetitif. Dari 17 daerah potensial

tersebut, terdapat 9 daerah yang memiliki nilai DLQ di atas 1,01. Itu berarti

sejumlah daerah potensial tersebut adalah daerah-daerah di Jawa Tengah

yang memiliki tingkat manajemen / pengelolaan sektor pertanian yang tinggi,

sehingga memiliki pertumbuhan sektor yang tinggi dan tercermin pada nilai

DLQ sebih dari satu seperti pada hasil analisis di atas.

Untuk mengetahui sektor pertanian mana yang merupakan sektor

basis dan potensial lebih jauh, nilai DLQ dan SLQ dapat digabungkan dalam

bentuk klasifikasi sektoral seperti dalam tabel 4.3 sebagai berikut :

Page 88: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 4.3 Klasifikasi Sektoral Analisis SLQ dan DLQ Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008

Kriteria DLQ < 1 DLQ > 1

SLQ < 1

Sektor belum unggul dan

belum berpotensi 1. Kab Cilacap 2. Kab Tegal 3. Kota Pekalongan 4. Kota Salatiga 5. Kota Surakarta 6. Kota Tegal 7. Kab Semarang

Sektor belum unggul namun

berpotensi 1. Kab Karanganyar 2. Kab Magelang 3. Kab Kudus 4. Kab Sukoharjo 5. Kota Magelang 6. Kota Semarang

SLQ > 1

Sektor unggul namun belum

berpotensi 1. Kab Banyumas 2. Kab Boyolali 3. Kab Jepara 4. Kab Kebumen 5. Kab Kendal 6. Kab Pemalang 7. Kab Purbalingga 8. Kab Purworejo 9. Kab Rembang 10. Kab Sragen

Sektor unggul dan berpotensi

1. Kab Banjarnegara 2. Kab Batang 3. Kab Blora 4. Kab Brebes 5. Kab Demak 6. Kab Grobogan 7. Kab Klaten 8. Kab Pati 9. Kab Pekalongan 10. Kab Temanggung 11. Kab Wonogiri 12. Kab Wonosobo

Sumber : Analisis Data Sekunder

Hasil klasifikasi sektoral di atas menyatakan bahwa terdapat 12

daerah yang merupakan sektor pertanian unggulan dan berpotensi. Namun

demikian dari 12 daerah tersebut hanya beberapa daerah yang memiliki nilai

SLQ yang cukup tinggi, diantaranya : Kabupaten Blora dengan nilai 2,48,

Kabupaten Brebes dengan nilai 2,72, Kabupaten Demak dengan nilai 2,07,

Kabupaten Grobogan dengan nilai 2,02, Kabupaten Rembang dengan nilai

2,36, Kabupaten Wonogiri dengan nilai 2,50, dan Kabupaten Wonosobo

dengan nilai 2,40. Dengan tidak menghiraukan konsentrasi pembangunan di

Page 89: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

daerah-daerah unggulan lainnya, daerah-daerah yang memiliki keunggulan

komparatif serta kompetitif yang cukup tinggi tersebut kiranya patut

diperhatikan lebih intensif dalam pembangunan sektor pertanian di Jawa

Tengah kedapannya.

Daerah-daerah dengan keunggulan komparatif dan kompetitif

yang tinggi perlu lebih intensif dikembangkan karena memiliki potensi yang

baik untuk lebih berkembang, selain itu juga sebagai daerah pokok dalam

konsep trickle down effect. Daerah-darah tersebut diharapkan dapat menjadi

motor daerah-daerah di sekitarnya untuk perkembangan kedepannya.

3. Analisis Tipologi Klassen

Tipologi klassen pada penelitian ini menganalisis pola dan

struktur pertumbuhan sektor pertanian di kabupaten/kota di Jawa Tengah

terhadap sektor yang sama di sekitarnya. Untuk menganalisis struktur

pertumbuhan ekonomi tersebut, penelitian ini menggunakan indikator

pertumbuhan dan kontribusi jumlah PDRB dari sektor pertanian. Daerah yang

cepat tumbuh dan berkontribusi besar akan digolongkan ke dalam sektor

prima, daerah yang lambat tumbuh namun berkontribusi besar akan

digolongkan ke dalam sektor potensial, daerah yang cepat tumbuh namun

berkontribusi kecil akan digolongkan ke dalam sektor berkembang, sementara

daerah yang lambat tumbuh dan berkontribusi kecil akan digolongkan ke

dalam sektor terbelakang. Hasil dari analisis pertumbuhan dan kontribusi

Page 90: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

sektor pertanian daerah di Jawa Tengah terlebih dahulu disajikan dalam tabel

4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008

No Daerah Rerata PDRB Perbandingan dengan rerata

Provinsi

Rerata Pertumbuhan

PDRB

Perbandingan dengan

Provinsi

1 Kab. Banjarnegara 912.106,90 1,03 3,6% 0,90 2 Kab. Banyumas 820.108,02 0,93 2,1% 0,53 3 Kab Batang 547.754,29 0,62 3,2% 0,80 4 Kab. Blora 987.234,19 1,12 4,9% 1,23 5 Kab. Boyolali 1.278.895,29 1,45 2,0% 0,50 6 Kab. Brebes 2.547.090,59 2,88 4,0% 1,00 7 Kab. Cilacap 2.706.022,79 3,06 2,1% 0,53 8 Kab. Demak 1.093.236,97 1,24 2,8% 0,70 9 Kab. Grobogan 1.112.904,72 1,26 3,8% 0,95

10 Kab. Jepara 852.169,76 0,96 2,5% 0,63 11 Kab. Karanganyar 864.783,84 0,98 5,1% 1,28 11 Kab. Magelang 28.589,02 0,03 4,1% 1,03 12 Kab. Kebumen 945.714,14 1,07 1,3% 0,33 13 Kab. Kendal 1.063.266,26 1,20 1,6% 0,40 14 Kab. Klaten 942.329,25 1,06 2,6% 0,65 15 Kab. Kudus 355.657,49 0,40 1,1% 0,28 17 Kab. Pati 1.288.536,18 1,46 4,0% 1,00 18 Kab. Pekalongan 595.018,43 0,67 4,5% 1,13 19 Kab. Pemalang 792.593,21 0,90 2,6% 0,65 20 Kab. Purbalingga 709.714,06 0,80 3,4% 0,85 21 Kab. Purworejo 876.280,34 0,99 3,6% 0,90 22 Kab. Rembang 929.384,28 1,05 2,5% 0,63 23 Kab. Semarang 625.787,24 0,71 2,3% 0,58 24 Kab. Sragen 865.133,65 0,98 3,6% 0,90 25 Kab. Sukoharjo 834.165,46 0,94 4,4% 1,10 26 Kab. Tegal 551.672,98 0,62 1,7% 0,43 27 Kab. Temanggung 665.324,71 0,75 3,6% 0,90 28 Kab. Wonogiri 1.305.342,15 1,47 4,8% 1,20 29 Kab. Wonosobo 799.970,53 0,90 3,9% 0,98 30 Kota Magelang 28.589,02 0,03 4,1% 1,03 31 Kota Pekalongan 205.314,88 0,23 -7,9% -1,98 32 Kota Salatiga 47.283,23 0,05 1,2% 0,30 33 Kota Semarang 625.787,24 0,71 2,3% 0,58 34 Kota Surakarta 2.909,04 0,00 3,3% 0,83 35 Kota Tegal 125.085,69 0,14 -1,4% -0,35

Rerata 885.027,68 1 4,0% 1

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 91: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 4.4 di atas memuat nilai rerata PDRB dan pertumbuhan PDRB sektor

pertanian per daerah. Kolom perbandingan dengan provinsi memberikan

gambaran bila nilainya lebih dari satu, maka berarti kontribusi atau

pertumbuhan sektor tersebut lebih besar dari kontribusi atau pertumbuhan

provinsi. Hasil analisis tersebut selanjutnya disajikan dalam empat matriks

yang membagi daerah-daerah seperti dalam tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Matriks Tipologi Klassen Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2004 – 2008

Daerah tumbuh cepat (Rij >= Rin)

Daerah tumbuh lambat (Rij < Rin)

Kon

tribu

si b

esar

(Yij

>= Y

in)

Sektor Prima 1. Kab. Blora 2. Kab. Brebes 3. Kab. Pati 4. Kab. Wonogiri

Sektor Potensial 1. Kab. Banjarnegara 2. Kab. Boyolali 3. Kab. Cilacap 4. Kab. Demak 5. Kab. Grobogan 6. Kab. Kebumen 7. Kab. Kendal 8. Kab. Klaten 9. Kab. Rembang

Kon

tribu

si K

ecil

(Yij

< Y

in)

Sektor Berkembang 1. Kab. Karanganyar 2. Kab. Magelang 3. Kab. Pekalongan 4. Kab. Sukoharjo 5. Kota Magelang

Sektor Terbelakang 1. Kab. Banyumas 2. Kab. Batang 3. Kab. Jepara 4. Kab. Kudus 5. Kab. Pemalang 6. Kab. Purbalingga 7. Kab. Purworejo 8. Kab. Semarang 9. Kab. Sragen 10. Kab. Tegal 11. Kab. Temanggung 12. Kab. Wonosobo 13. Kota Pekalongan 14. Kota Salatiga 15. Kota Semarang 16. Kota Surakarta 17. Kota Tegal

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 92: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Matriks Tipologi Klassen di atas memperlihatkan bahwa daerah/sektor

pertanian di Jawa Tengah terbagi menjadi 4 kategori yang secara rinci dijelaskan

sebagai berikut :

a. Sektor Prima

Terdapat 4 sektor pertanian yang tergolong dalam sektor prima,

diantaranya adalah; Kab. Blora, Kab. Brebes, Kab. Pati, dan Kab.

Wonogiri. Hal ini berarti keempat sektor tersebut merupakan sektor

pertanian yang cepat tumbuh dan berkontribusi besar terhadap PDRB

sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah. Keempat daerah tersebut

merupakan daerah yang memiliki sektor pertanian basis atau unggulan.

Daerah-daerah ini patut untuk dicanangkan sebagai daerah yang akan

dikembangkan kedepannya dalam perencanaan pembangunan pemerintah.

b. Sektor Berkembang

Terdapat 5 sektor pertanian yang tergolong dalam sektor

berkembang, diantaranya adalah; Kab. Karanganyar, Kab. Magelang,

Kab. Pekalongan, dan Kab. Sukoharjo. Hal ini berarti kelima sektor

tersebut merupakan sektor pertanian yang cepat tumbuh namun

berkontribusi rendah terhadap PDRB sektor pertanian Provinsi Jawa

Tengah. Daerah-daerah ini kedepannya dimungkinkan akan menjadi

sektor prima apabila pertumbuhannya terus meningkat.

Page 93: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

c. Sektor Potensial

Terdapat 9 sektor pertanian yang tergolong dalam sektor potensial,

diantaranya adalah; Kab. Banjarnegara, Kab. Boyolali, Kab. Cilacap, Kab.

Demak, Kab. Grobogan, Kab. Kebumen, Kab. Kendal, Kab. Klaten, dan

Kab. Rembang. Hal ini berarti 9 sektor tersebut merupakan sektor

pertanian yang tumbuh lambat namun berkontribusi tinggi terhadap

PDRB sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah. Daerah-daerah ini adalah

daerah yang memiliki sektor basis pertanian. Namun demikian,

pertumbuhannya perlu diperhatikan supaya tidak semakin terbelakang

kedepannya.

d. Sektor terbelakang

Terdapat 17 sektor pertanian yang tergolong dalam sektor

terbelakang, diantaranya adalah; Kab. Banyumas, Kab. Batang, Kab.

Jepara, Kab. Kudus, Kab. Pemalang, Kab. Purbalingga, Kab. Purworejo,

Kab. Semarang, Kab. Sragen, Kab. Tegal, Kab. Temanggung, Kab.

Wonosobo, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota

Surakarta, dan Kota Tegal. Hal ini berarti 17 sektor tersebut merupakan

sektor pertanian yang tumbuh lambat juga berkontribusi rendah terhadap

PDRB sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah. Daerah-daerah ini

mungkin tidak menekankan pembangunan sektor pertanian, atau lebih

fokus mengembangkan sektor lainnya.

Page 94: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Setelah melalui analisis Static Location Quotient, Dynamic Location

Quotient, dan Tipologi Klassen, akhirnya didapatkan sektor pertanian di

kabupaten/kota di Jawa Tengah yang merupakan sektor basis dan potensial.

Sektor tersebut adalah sektor yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik

pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Selain itu pula, sektor

tersebut merupakan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan

keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan sektor dan subsektor

ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.

Hasil irisan sektor pertanian basis dan potensial dari ketiga metode

analisis di atas adalah sektor pertanian pada daerah :

1. Kabupaten Blora

2. Kabupaten Brebes

3. Kabupaten Pati

4. Kabupaten Wonogiri

Daerah – daerah tersebut patut dipertimbangkan untuk dikembangkan oleh

pemerintah kedepannya.

Page 95: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasakan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa

kesimpulan yang dapat ditarik, diantaranya :

1. Daerah yang memiliki sektor pertanian basis dengan keunggulan komparatif

didominasi oleh daerah bukan perkotaan (kabupaten), sementara daerah

bukan merupakan sektor pertanian basis dengan keunggulan komparatif

didominasi oleh daerah perkotaan. Terdapat 22 daerah yang merupakan

sektor pertanian basis menurut kriteria keunggulan komparatif. Daerah-

daerah tersebut yaitu: Kabupaten Brebes, Kabupaten Blora, Kabupaten

Wonogiri, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Rembang, Kabupaten Demak,

Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara,

Kabupaten Purworejo, Kabupaten Boyolali, Kabuaten Sragen, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Pati, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pemalang,

Kabupaten Batang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kendal, Kabupaten Klaten,

Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Banyumas.

2. Sebanyak 55 persen dari kabupaten di Jawa Tengah memiliki sektor pertanian

basis dengan keunggulan kompetitif. Sementara lima dari enam sektor

pertanian pada kota yang ada di Jawa Tengah bukan merupakan sektor

pertanian basis dengan keunggulan kompetitif. Terdapat 17 daerah yang

memiliki sektor pertanian basis menurut kriteria keunggulan kompetitif.

Page 96: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Daerah-daerah tersebut yaitu: Kabupaten Blora, Kabupaten Wonosobo,

Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten

Magelang, Kota Magelang, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Grobogan,

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar,

Kabupaten Pati, Kabupaten Brebes, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus,

Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten

Pemalang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten

Rembang.

3. Secara umum, terdapat 4 sektor pertanian pada kabupaten/kota di Jawa

Tengah yang tergolong dalam sektor prima. Sektor pertanian pada daerah

yang tergolong dalam sektor cepat tumbuh dan berkontribusi besar (sektor

prima) adalah: Kabupaten Blora, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pati, dan

Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian pada daerah yang tergolong dalam

sektor yang cepat tumbuh namun berkontribusi rendah (sektor berkembang)

adalah: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Pekalongan, dan Kabupaten Sukoharjo. Sektor pertanian pada daerah yang

tergolong dalam sektor yang tumbuh lambat namun berkontribusi tinggi

(sektor potensial) adalah: Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Boyolali,

Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten

Kebumen, Kabupaten Kendal, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Rembang.

Sektor pertanian pada daerah yang tergolong dalam sektor yang tumbuh

lambat dan berkontribusi rendah (sektor terbelakang) adalah: Kabupaten

Banyumas, Kabupaten Batang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus,

Page 97: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kabupaten Pemalang, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Purworejo,

Kabupaten Semarang, Kabupaten Sragen, Kabupaten Tegal, Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota

Semarang, Kota Surakarta, dan Kota Tegal.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah didapat, terdapat saran-saran sebagai berikut :

1. Pemerintah Daerah pada masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah

hendaknya mengawasi pelaksanaan undang-undang atau peraturan tentang

tata guna lahan dan alih fungsinya dengan baik. Hal ini bertujuan untuk

mencegah menurunnya produktivitas sektor pertanian di daerah-daerah

potensial disebabkan berkurangnya luas lahan pertanian.

2. Pemerintah Daerah pada masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah dan

beserta pihak swasta supaya membantu perluasan pemasaran hasil produksi

sektor basis pertanian melalui langkah-langkah promosi dan pembukaan

hubungan kerjasama regional maupun nasional.

3. Untuk penelitian selanjutnya, supaya menambah rentang waktu data

penelitian dari sebelum otonomi daerah sebagai pembanding, dan setelah

tahun 2008 supaya lebih akurat; melibatkan data ketenagakerjaan di sektor

pertanian supaya diketahui hubungan sektor basis dengan penyediaan

lapangan kerja di sektor pertanian.

Page 98: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Untuk penelitian selanjutnya, supaya meneliti hubungan antara pembangunan

sektor basis pertanian, eksploitasi sumber daya alam, dan daya dukung

lingkungan di sektor pertanian.

Page 99: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Kompas Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Badan Penerbit STIE YKPN BPS Propinsi Jawa Tengah. Berbagai tahun penerbitan. Jawa Tengah Dalam Angka. Semarang: BPS BPS Republik Indonesia. 2008. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial- Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS BPS Republik Indonesia. 2011. Data Stratigis BPS. Jakarta: BPS Esmara, Hendra. 1986. Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Gramedia. Halimah, Efi. 2011. “Kajian Tentang Status, Pergeseran Struktur dan Identifikasi Sektor Ekonomi Unggilan di Kabupaten Sragen Tahun 2002-2009”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Tidak dipublikasikan. Surakarta Indriyani. 2010. “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten Semarang Selama Otonomi Daerah 2001-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Tidak dipublikasikan. Surakarta. Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Lewis, Arthur. 1985. Dasar-dasar Kebijakan Ekonomi. Jakarta: Aksara Baru. Muljana, B.S. Perencanaan Pembangunan Nasional. UIP. Sumodiningrat, Gunawan. 1987. Potensi Pertanian Pedesaan dan Swasembada Pangan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Suparno. 2008. “Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi dan Penentuan Sektor Ekonomi Unggulan Kawasan Sulawesi”. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Tidak dipublikasikan. Bogor.

Page 100: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Todaro, Michael P, Stephen C. Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan Aplikasi Komputer. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Page 101: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAMPIRAN

Page 102: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004 - 2008

Lapangan usaha Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 28,606,237 29,924,642 31,002,199 31,862,698 33,484,068 2. Pertambangan dan penggalian 1,330,760 1,454,231 1,678,300 1,782,887 1,851,189 3. Industri Pengolahan 43,995,612 46,105,707 48,189,135 50,870,786 53,158,963 4. Listrik, gas, dan air bersih 1,065,115 1,179,892 1,256,430 1,340,845 1,404,668 5. Bangunan 7,448,715 7,960,948 8,446,566 9,055,729 9,647,593 6. Perdagangan, hotel, dan restoren 28,343,045 30,056,963 31,816,442 33,898,014 35,626,196 7. Pengangkutan dan komunikasi 6,510,447 6,988,426 7,451,506 8,052,597 8,657,882 8. Keuangan, persewaan, dan perusahaan 4,826,541 5,067,666 5,399,609 5,767,341 6,218,054 9. Jasa-jasa 13,663,400 14,312,740 15,442,468 16,479,358 17,741,756

PDRB 135,789,872 143,051,214 150,682,655 159,110,254 167,790,370

Page 103: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PDRB Sektor Pertanian Kabupaten dan Kota Se Jawa Tengah Tahun 2004 - 2008

No Daerah PDRB sektor pertanian

2004 2005 2006 2007 2008 Rerata

1 Kab Banjarnegara 852,506.69 879,834.48 904,050.75 941,666.77 982,475.83 912,106.90

2 Kab Banyumas 787,619.38 800,977.12 814,815.10 840,404.20 856,724.28 820,108.02

3 Kab Batang 518,432.69 528,506.92 541,316.97 563,280.60 587,234.25 547,754.29

4 Kab Blora 911,217.29 941,881.88 970,592.71 1,011,026.83 1,101,452.24 987,234.19

5 Kab Boyolali 1,214,789.23 1,270,600.78 1,290,672.18 1,305,830.80 1,312,583.47 1,278,895.29

6 Kab Brebes 2,361,301.80 2,445,412.49 2,546,227.29 2,622,411.18 2,760,100.21 2,547,090.59

7 Kab Cilacap 2,584,061.97 2,636,952.30 2,708,868.72 2,787,658.76 2,812,572.21 2,706,022.79

8 Kab Demak 1,027,740.62 1,061,200.53 1,099,489.17 1,129,881.65 1,147,872.87 1,093,236.97

9 Kab Grobogan 1,021,487.75 1,074,228.96 1,121,448.20 1,161,834.32 1,185,524.36 1,112,904.72

10 Kab Jepara 809,671.47 844,812.03 850,186.98 862,931.13 893,247.17 852,169.76

11 Kab Karanganyar 781,354.13 824,366.10 858,106.42 905,914.29 954,178.24 864,783.84

11 Kab Magelang 26,568.49 27,862.90 28,297.02 29,002.43 31,214.25 28,589.02

12 Kab Kebumen 901,935.38 943,303.43 963,486.97 972,972.65 946,872.27 945,714.14

13 Kab Kendal 1,027,499.91 1,027,494.45 1,079,408.71 1,086,655.98 1,095,272.25 1,063,266.26

14 Kab Klaten 898,771.87 918,295.98 943,060.85 957,297.31 994,220.25 942,329.25

15 Kab Kudus 352,662.26 340,618.20 362,548.16 355,204.56 367,254.25 355,657.49

17 Kab Pati 1,207,698.63 1,234,422.10 1,267,468.62 1,320,549.01 1,412,542.54 1,288,536.18

18 Kab Pekalongan 539,376.23 572,144.76 599,481.87 621,845.08 642,244.23 595,018.43

19 Kab Pemalang 763,124.39 778,734.60 782,843.74 794,049.20 844,214.13 792,593.21

20 Kab Purbalingga 664,957.93 683,446.09 704,461.82 734,226.17 761,478.28 709,714.06

21 Kab Purworejo 811,620.38 845,048.74 877,629.93 912,375.36 934,727.28 876,280.34

22 Kab Rembang 882,051.90 899,634.70 942,463.41 948,517.13 974,254.24 929,384.28

23 Kab Semarang 609,055.35 596,026.28 616,562.83 640,077.51 667,214.25 625,787.24

24 Kab Sragen 803,047.00 837,968.07 863,187.15 897,211.12 924,254.93 865,133.65

25 Kab Sukoharjo 757,823.02 802,838.94 832,383.24 876,494.86 901,287.25 834,165.46

26 Kab Tegal 540,822.09 543,124.79 542,269.45 554,348.36 577,800.23 551,672.98

27 Kab Temanggung 618,319.48 650,067.47 659,400.70 686,154.61 712,681.27 665,324.71

28 Kab Wonogiri 1,191,544.80 1,244,649.07 1,298,375.41 1,354,884.01 1,437,257.47 1,305,342.15

29 Kab Wonosobo 744,675.56 770,044.51 795,766.96 822,106.98 867,258.62 799,970.53

30 Kota Magelang 26,568.49 27,862.90 28,297.02 29,002.43 31,214.25 28,589.02

31 Kota Pekalongan 247,900.86 220,482.44 196,939.56 183,003.98 178,247.57 205,314.88

32 Kota Salatiga 47,505.26 46,967.81 44,458.19 47,952.75 49,532.13 47,283.23

33 Kota Semarang 609,055.35 596,026.28 616,562.83 640,077.51 667,214.25 625,787.24

34 Kota Surakarta 2,796.91 2,821.39 2,855.22 2,899.10 3,172.58 2,909.04

35 Kota Tegal 132,785.83 122,193.79 123,193.44 122,371.37 124,884.00 125,085.69

Page 104: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Proporsi dan Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten dan Kota Se Jawa Tengah Tahun 2004 - 2008

No Daerah Proporsi terhadap total PDRB Pertumbuhan

2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 rerata

1 Kab Banjarnegara 38.9% 38.6% 38.0% 37.7% 37.5% 3.2% 2.8% 4.2% 4.3% 3.6% 2 Kab Banyumas 22.6% 22.3% 21.7% 21.2% 20.5% 1.7% 1.7% 3.1% 1.9% 2.1% 3 Kab Batang 27.0% 26.8% 26.8% 26.9% 27.1% 1.9% 2.4% 4.1% 4.3% 3.2% 4 Kab Blora 54.9% 54.4% 53.8% 53.7% 57.6% 3.4% 3.0% 4.2% 8.9% 4.9% 5 Kab Boyolali 36.6% 36.8% 35.8% 34.8% 33.7% 4.6% 1.6% 1.2% 0.5% 2.0% 6 Kab Brebes 56.9% 56.3% 55.4% 55.0% 55.2% 3.6% 4.1% 3.0% 5.3% 4.0% 7 Kab Cilacap 14.2% 13.5% 13.2% 13.2% 13.0% 2.0% 2.7% 2.9% 0.9% 2.1% 8 Kab Demak 43.2% 42.9% 42.8% 42.2% 41.2% 3.3% 3.6% 2.8% 1.6% 2.8% 9 Kab Grobogan 41.5% 41.6% 41.8% 41.5% 40.2% 5.2% 4.4% 3.6% 2.0% 3.8%

10 Kab Jepara 24.7% 24.8% 23.9% 23.2% 23.0% 4.3% 0.6% 1.5% 3.5% 2.5% 11 Kab Karanganyar 19.7% 19.7% 19.6% 19.5% 19.4% 5.5% 4.1% 5.6% 5.3% 5.1% 11 Kab Magelang 3.2% 3.2% 3.1% 3.1% 3.1% 4.9% 1.6% 2.5% 7.6% 4.1% 12 Kab Kebumen 39.4% 39.9% 39.2% 37.8% 34.9% 4.6% 2.1% 1.0% -2.7% 1.3% 13 Kab Kendal 24.7% 24.0% 24.3% 23.5% 22.8% 0.0% 5.1% 0.7% 0.8% 1.6% 14 Kab Klaten 22.6% 22.1% 22.2% 21.8% 21.8% 2.2% 2.7% 1.5% 3.9% 2.6% 15 Kab Kudus 3.5% 2.8% 3.3% 3.2% 3.1% -3.4% 6.4% -2.0% 3.4% 1.1% 17 Kab Pati 34.8% 34.2% 33.6% 33.3% 33.9% 2.2% 2.7% 4.2% 7.0% 4.0% 18 Kab Pekalongan 21.6% 22.0% 22.1% 21.9% 21.6% 6.1% 4.8% 3.7% 3.3% 4.5% 19 Kab Pemalang 28.7% 28.2% 27.3% 26.5% 26.9% 2.0% 0.5% 1.4% 6.3% 2.6% 20 Kab Purbalingga 36.1% 35.6% 34.9% 34.2% 33.7% 2.8% 3.1% 4.2% 3.7% 3.4% 21 Kab Purworejo 36.7% 36.4% 35.9% 35.2% 34.2% 4.1% 3.9% 4.0% 2.4% 3.6% 22 Kab Rembang 50.0% 49.3% 48.9% 47.4% 46.5% 2.0% 4.8% 0.6% 2.7% 2.5% 23 Kab Semarang 14.0% 13.3% 13.3% 13.1% 13.1% -2.1% 3.4% 3.8% 4.2% 2.3% 24 Kab Sragen 36.4% 36.1% 35.3% 34.7% 33.9% 4.3% 3.0% 3.9% 3.0% 3.6% 25 Kab Sukoharjo 20.0% 20.4% 20.2% 20.2% 19.8% 5.9% 3.7% 5.3% 2.8% 4.4% 26 Kab Tegal 20.2% 19.3% 18.4% 17.8% 17.6% 0.4% -0.2% 2.2% 4.2% 1.7% 27 Kab Temanggung 32.2% 32.6% 32.0% 32.0% 32.1% 5.1% 1.4% 4.1% 3.9% 3.6% 28 Kab Wonogiri 51.2% 51.2% 51.3% 51.0% 51.9% 4.5% 4.3% 4.4% 6.1% 4.8% 29 Kab Wonosobo 48.9% 49.0% 49.1% 49.0% 50.1% 3.4% 3.3% 3.3% 5.5% 3.9% 30 Kota Magelang 3.2% 3.2% 3.1% 3.1% 3.1% 4.9% 1.6% 2.5% 7.6% 4.1% 31 Kota Pekalongan 15.1% 12.5% 11.2% 10.1% 9.4% -11.1% -10.7% -7.1% -2.6% -7.9% 32 Kota Salatiga 6.9% 6.5% 5.9% 6.0% 6.0% -1.1% -5.3% 7.9% 3.3% 1.2% 33 Kota Semarang 14.0% 13.3% 13.3% 13.1% 13.1% -2.1% 3.4% 3.8% 4.2% 2.3% 34 Kota Surakarta 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.1% 0.9% 1.2% 1.5% 9.4% 3.3% 35 Kota Tegal 13.9% 12.3% 11.7% 11.0% 10.7% -8.0% 0.8% -0.7% 2.1% -1.4%

Page 105: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil Analisis SLQ dan DLQ Sektor Pertanian Kabupaten dan Kota Se Jawa Tengah Tahun 2008

No Daerah SLQ DLQ

2004 2005 2006 2007 2008 Rerata 2005 2006 2007 2008 Rerata

1 Kab Banjarnegara 1.85 1.85 1.85 1.88 1.88 1.86 1.000 1.001 1.019 0.997 1.004 2 Kab Banyumas 1.07 1.06 1.05 1.06 1.03 1.06 0.992 0.990 1.006 0.970 0.990 3 Kab Batang 1.28 1.28 1.30 1.34 1.36 1.31 0.999 1.016 1.033 1.009 1.014 4 Kab Blora 2.61 2.60 2.62 2.68 2.88 2.68 0.998 1.006 1.024 1.076 1.026 5 Kab Boyolali 1.74 1.76 1.74 1.74 1.69 1.73 1.012 0.991 0.999 0.969 0.993 6 Kab Brebes 2.70 2.69 2.69 2.75 2.77 2.72 0.995 1.001 1.020 1.008 1.006 7 Kab Cilacap 0.68 0.64 0.64 0.66 0.65 0.65 0.953 0.995 1.031 0.984 0.991 8 Kab Demak 2.05 2.05 2.08 2.11 2.06 2.07 1.001 1.013 1.014 0.979 1.002 9 Kab Grobogan 1.97 1.99 2.03 2.07 2.01 2.02 1.011 1.021 1.020 0.972 1.006

10 Kab Jepara 1.17 1.18 1.16 1.16 1.15 1.17 1.008 0.982 0.996 0.994 0.995 11 Kab Karanganyar 0.94 0.94 0.95 0.97 0.97 0.95 1.004 1.011 1.021 1.000 1.009 11 Kab Magelang 0.15 0.15 0.15 0.15 0.16 0.15 1.012 1.008 1.001 1.028 1.012 12 Kab Kebumen 1.87 1.91 1.90 1.89 1.75 1.86 1.021 0.998 0.993 0.925 0.984 13 Kab Kendal 1.17 1.15 1.18 1.17 1.14 1.16 0.981 1.030 0.992 0.973 0.994 14 Kab Klaten 1.07 1.06 1.08 1.09 1.09 1.08 0.984 1.021 1.009 1.003 1.004 15 Kab Kudus 0.16 0.13 0.16 0.16 0.16 0.15 0.804 1.224 0.975 1.002 1.001 17 Kab Pati 1.65 1.63 1.63 1.66 1.70 1.66 0.990 1.000 1.018 1.023 1.008 18 Kab Pekalongan 1.02 1.05 1.08 1.10 1.08 1.07 1.027 1.022 1.019 0.989 1.014 19 Kab Pemalang 1.36 1.35 1.33 1.32 1.35 1.34 0.988 0.985 0.997 1.016 0.997 20 Kab Purbalingga 1.71 1.70 1.70 1.71 1.69 1.70 0.994 0.998 1.008 0.988 0.997 21 Kab Purworejo 1.74 1.74 1.75 1.76 1.71 1.74 1.000 1.003 1.007 0.973 0.996 22 Kab Rembang 2.38 2.36 2.38 2.37 2.33 2.36 0.992 1.009 0.996 0.985 0.995 23 Kab Semarang 0.67 0.64 0.64 0.66 0.66 0.65 0.956 1.013 1.019 1.003 0.998 24 Kab Sragen 1.73 1.72 1.72 1.73 1.70 1.72 0.999 0.996 1.010 0.978 0.996 25 Kab Sukoharjo 0.95 0.97 0.98 1.01 0.99 0.98 1.025 1.008 1.029 0.984 1.012 26 Kab Tegal 0.96 0.92 0.89 0.89 0.88 0.91 0.966 0.965 0.995 0.992 0.980 27 Kab Temanggung 1.53 1.56 1.56 1.60 1.61 1.57 1.018 0.998 1.028 1.007 1.013 28 Kab Wonogiri 2.43 2.45 2.50 2.55 2.60 2.50 1.008 1.019 1.020 1.021 1.017 29 Kab Wonosobo 2.32 2.34 2.39 2.44 2.51 2.40 1.009 1.018 1.025 1.027 1.020 30 Kota Magelang 0.15 0.15 0.15 0.15 0.16 0.15 1.012 1.008 1.001 1.028 1.012 31 Kota Pekalongan 0.72 0.60 0.55 0.50 0.47 0.57 0.833 0.913 0.921 0.941 0.902 32 Kota Salatiga 0.33 0.31 0.29 0.30 0.30 0.30 0.956 0.924 1.051 0.987 0.980 33 Kota Semarang 0.67 0.64 0.64 0.66 0.66 0.65 0.956 1.013 1.019 1.003 0.998 34 Kota Surakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.851 0.984 1.087 0.935 0.964 35 Kota Tegal 0.66 0.59 0.57 0.55 0.54 0.58 0.895 0.963 0.970 0.974 0.950

Page 106: ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN DAN …/Analisis...ANALISIS POTENSI SEKTOR PERTANIAN ... (Analisis Data PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004 ... Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user