Friday, February 22, 2013
BAB II : Askep Post Partum Cecarea
Kapevi Hatake | 11:20 PM | BAB II : Askep Post Partum
Cecarea
BAB II
TINJAUAN TEORETIK
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Beberapa Pengertian Post Partum.
Post partum adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalnya
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan. (Saifudin, 2002 : 237).
Post partum adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah kira kira 6 minggu (Mansjoer, 2001 : 316)
Post partum adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada tidak hamil. Masa ini memerlukan waktu
sekitar 6 minggu (Farrer 1999 : 225).
Berdasarkan beberapa para pendapat diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa masa Post Partum adalah masa yang dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan atau
organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan, masa ini
memerlukan waktu sekitar kira-kira 6 minggu.
2.1.2 Periode Post Partum.
Rustam mochtar (1998 : 115) dalam bukunya mengklasifikasikan
masa nifas menjadi 3 periode, yaitu:
a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana
organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Proses perubahan pada
organ-organ reproduksi disebut involusi. (Helen Farrer 1999 :
225
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas beralngsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifudin
2001 : 122).
2.1.3 Adaptasi post partum.
2.1.4 Adaptasi Fisiologis
2.1.4.1 Pemeriksaan Tanda Tanda Vital
a) Tekanan darah meningkat kecil sementara baik peningkatan
tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung
selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan, hipotensi
ortostatik yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan-akan
ingin pingsan segera setelah berdiri yang dapat timbul dalam 48 jam
pertama, hal ini merupakan akibat pembengkakan limfe yang terjadi
setelah wanita melahirkan.
b) Denyut nadi pada hari 8 sampai 10 setelah melahirkan kembali
ke frekuensi sebelum kehamilan.
c) Pernapasan. Fungsi pernapasan kembali ke fungsi saat wanita
tidak hamil pada bulan ke 6 setelah wanita melahirkan.
d) Suhu. Selama 24 jam pertama temperatur dapat meningkat 38C
sebagai efek dehidrasi persalinan setelah 24 jam pertama wanita
tidak harus demam, bila terjadi peningkatan melebihi 38 C
berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi.
2.1.4.2 Sistem Reproduksi
a) Involusi Corpus Uteri
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan relaksasi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Pada involusi uteri jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada
akhir kala nifas beratnya seperti semula dengan berat 30 gram.
Proses involusi dapat dilihat dari tabel di bawah ini
Tabel 2.1 : Proses Involusi Uteri
Involusi
Tinggi
Pundus Uteri
Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
14 hari (2 minggu)
42 hari (6 minggu)
56 hari (8 minggu)
Sepusat
Petengahan pusat simfisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 192
Involusio disebabkan oleh :
1. Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi
terus-menerus sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah dan
anemia setempat-iskhemia
2. Otolisis sitoplasma sel yang berlabih akan tercerna sendiri
sehingga tertinggal jaringan fibro-elastik dalam jumlah renik
sebagai bukti kehamilan
3. Atrofi-jaringan yang berprolifersai dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan
plasenta.
Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan
endometrium dan sisa dari tempat inflantasi plasenta disebut lokea.
Berdasarkan jumlah dan warnanya lokea menjadi 4 bagian, dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2.2 : Pengeluaran Lochea
No
Jenis
Waktu
Warna
Komposisi
1
2
3
4
Lochea Rubra
Lochea Sanguilenta
Lochea Serosa
Lochea Alba
1-2 hari
3-7 hari
7-14 hari
2 minggu
Merah kecoklatan
Merah kekuningan
Berwarna kuning
Putih
Darah, Debris desidua, dan debris tropoblastik
Darah dan lendir
Darah yang lama, serum, leukosit, dan debris jaringan
Leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri
Sumber : Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 193
b) Perubahan Pada Serviks
Setelah persalian bentuk serviks agak menganga, seperti corong
berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak kadang-kadang terdapat
perlukaan kecil setelah bayi tangan masih bisa masuk dalam rongga
rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari.
c) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Estrogen pasca post partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat tegang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil 6 sampai 8
minggu setelah bayi lahir
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
d) Payudara
Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ
pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar,
lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
e) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa
puerperium yaitu keadaan plasmahormon, plasenta menurun dengan
cepat setelah persalinan. Apabila wanita memilih untuk tidak
menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogen, kadar prolaktin
akan menurun dengan cepat. Sekresi dan ekresi kolostum menetap
selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada hari ke 3
sampai ke 4 pasca post partum bisa terjadi pembengkakan payudara.
Pada ibu menyusui setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat
dan keras, rasa nyeri menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan
dapat dikeluarkan pada puting susu.
f) Sistem Cardiovaskuler
Pada post partum dapat terjadi perubahan volume darah tetapi
hanya terbatas pada penurunan darah total. Penurunan volume plasma
dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan
hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca partum,
leukositosis normal pada kehamilan 12.000 selama 10 sampai 12 hari
pertama, setelah melahirkan nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000
/ mm.
Faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat pada awal
puerperium, keadaan hiperagulasi yang biasanya diiringi kerusakan
pembuluh darah dan immobilitas mengakibatkan resiko trombo
embolisme. Uji homans sign, dorsofleksi kaki berdiri tegak bila
aksi otot menekan vena tibialis menyebabkan rasa sakit disebabkan
oleh kompresi vena tibialis, itu merupakan tanda dan gejala homans
sign.
g) Sistem Urinaria
Dalam 12 jam setelah melahirkan ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun di jaringan selama hamil. Salah satu
mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil
ialah dengan diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2
sampai 3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pasca post
partum yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen. Trauma bisa
terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses kelahiran yaitu
pada waktu bayi melewati jalan lahir. Pengambilan urine dengan
kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih,
uretra, dan meatus bisa juga mengalami oedema. Kombinasi trauma
akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi
lahir, dan efek anesthesi menimbulkan keinginan untuk berkemih
menurun. (Bobak 2005 : 498)
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian
ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat manahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
h) Sistem Gastrointestinal
Ibu post partum biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan,
sehingga ibu boleh mengkonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar
pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan. Secara khas
penurunan tonus dan mortilitas otot saluran cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgetik dan
anesthesia dapat memperlambat pengembalian tonus motilitas pada
keadaan normal. Defekasi dapat terlambat 2-3 hari post partum yang
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama persalinan dan
pada awal masa pasca partum, diare sebeklum persalinan, edema
sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali
sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya
diperineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid.
i) Sistem Neurologis
Perubahan pada neurologis selama masa puerpurium disebabkan oleh
adaptasi ibu terhadap kehamilan dan trauma selama kelahiran dan
persalinan. Kekakuan dan pembengkakan jari selama hamil akan
menghilang. Sakit kepala pada ibu post partum memerlukan perhatian
secara cermat dari kemungkinan penyebab hipertensi akibat kehamilan
dan stres.
j) Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi sistem mukuloskeletal ibu yang terjadi selama masa
hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi
ini mencakup hal0hal yang memebantu relaksasi dan hipermobilitas
sendi dan perubahan pusat gravitasi akibat pembesaran rahim.
Sdtabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah
wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali
ke keadaan normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami
perubahan setelah melahirkan.
Adaptasi pada sistem muskuloskeletal ibu post partum selama masa
pemulihan pada masa puerpurium. Adaptasi itu termasuk penyebab
relaksasi dan hipermobilitas sendi pada perubahan gravitasi ibu
post partum, yang disebabkan pembesaran uterus. Persalinan akan
sempurna pada 6-8 minggu post partum, dinding abdomen masih lunak
dan kendor untuk sementara pemulihannya dibantu dengan latihan
dinding abdomen biasanya kembali pada keadaan semula tetapi otot
abdomen adalah tetap kendor. Kemudian terhadap pembelahan muskulus
rectus dengan jelas adalah diastasis. Pada keadaan ini dinding
abdomen di sekitar garis tengah hanya dibentuk oleh peritoneum
fasia tipis, lemak subkutan, dan kulit.
2.1.4.2.12 Sistem Integumen
Kloasma kehamilan sering kali hilang pada akhir kehamilan
hiperpigmentasi areola mamae dan linea nigra mungkin tidak
menghilang secara keseluruhan setelah persalinan dan beberapa ibu
post partum akan mempunyai pigmentasi hitam yang menetap.
Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan sering
kali menghilang selama persalinan.
2.1.5 Adaptasi Psikologi Pada Ibu Post Partum
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif
terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya.
Disamping perubahan hormonal, tenagapun sering sudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur,
lingkungan asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mingkin pula tidak memberikan
respon yang baik terhadap obat-obatan yang asing baginya seperti
preparat analgesik narkotik yang diberikan pada persalinan.
Depresi ringan, yang dalam bahasa inggris dikenal denagn istilah
4th day blues (kemurungan hari ke-4), sering terjadi dan banyak ibu
yang baru pertama kali mempunyai anak, sebagian ibu merasa tidak
berdaya dalam waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya akan
menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Apabila depresi atau insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari,
pasien harus dirujuk kebagian psikiatri untuk menghilangkan
kemungkinan psikosis nifas.
2.2 KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI (KPD)
2.2.1 Beberapa Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer 2001 : 310)
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of
the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu; yaitu
bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm.( Mochtar 1998 : 255)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi ssebelum proses
persakinan berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur
dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan
infeksi ibu. (Saifudin 2001 : 218)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah suatu masalah yang
sangat penting dimana ketuban pecah sebelum in partu; yaitu bila
pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5
cm.
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari pecah ketuban dini masih belum jelas maka
preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha menekankan
infeksi (Mochtar 1998 : 256).
Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui, adapun faktor
predisposisi ketuabanpecah dini adalah, infeksi genitalia, serviks
inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi,
sefalovelvik. (Arif Mansjoer 2001 : 310)
2.2.3 Manifestasi Klinis
a) Keluar air ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau
atau kecoklatan sedikit atau sekaligus banyak.
b) Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c) Janin mudah diraba.
d) Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering.
e) Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban
tidak ada dan air ketuban sudah kering. (Arif Mansjoer 2001 :
310)
2.2.4 Pengaruh Prom (Ketuban Pecah Dini)
Menurut Rustam Mochtar (1998 : 257) :
2.2.4.1 Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan tanda-tanda infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi. Karena infeksi intauterine lebih
dahulu terjadi (aminonitis vaskulitis) sebelum gejala itu dirasakan
jadi akan meninggikan mortalitas dan morbilitas Perinatal.
2.2.4.2 Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka maka akan terjadi infeksi
intrapartal apalagi bila sering diperiksa dalam selain itu juga
dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas) peritonitis, dan
septikimia serta dry labor.
2.2.5 Penilaian Klinik
a) Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya
cairan ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan
sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
lakmus merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah ciran
ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
b) Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan
USG
c) Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila
suhu lebih dari 38 C, air ketuban yang keruh dan berbau.
Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (Leukosit Esterase) leukosit
darah lebih 15.000/mm3. janin yang mengalami takhikardia, mungkin
mengalami intrauterin.
d) Tentukan tanda-tanda in partu. Tentukan adanya kontraksi yang
teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penangnanan
aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor
pelvik.
2.3 KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA
2.3.1 Beberapa Pengertian Sectio Caesarea
Menurut Adele Pillitteri Kelahiran Sectio Caesarea adalah
prosedur bedah untuk mengeluarkan janin melalui insisi yang dibuat
diabdomen maternal, menurut Saifudin Sectio Caesarea adalah suatu
tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
menurut Arif Manjoer Seksio sesarea adalah pembedahan untuk
melahirkan janin membuka diding rahim. Ada 3 tekhnik seksio sesarea
yaitu transeperitonelis, korporal (klasik), dan ekstra
peritoneal
Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa Sectio Caesarea adalah tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mempercepat pengeluaran janin dengan jalan membedah
dinding perut dan dinding uterus.
2.3.2 Indikasi Sectio Caesarea
2.3.2.1 Bagi Ibu
a) Disproporsi Kepala panggul /CPD/FPD
b) Disfungsi uterus
c) Distosia jaringan lunak
d) Plasenta previa
e) Eklampsia
f) Pernah Sectio Caesarea sebelumnya
g) Ruptur uteri
h) Partus lama
i) Partus tak maju
j) Distorsia Serviks
2.3.2.2 Bagi anak
a) Janin besar
b) Gawat janin
c) Letak lintang. (Saifudin 2001 : 536)
d) Kelainan letak
Menurut Helen Farrer 1999 : 161 Sectio Caesarea emerjensi
dilakukan untuk :
a) Induksi persalinan yang gagal
b) Kegagalan dalam kemajuan persalinan
c) Penyakit fetal atau maternal
d) Diabetes atau pre-eklamsia yang berat
e) Persalianan macet
f) Prolapsus funikuli
g) Perdarahan hebat dalam persalinan
h) Tipe tertentu malpresentasi janin dalam persalinan
2.3.2.3 Komplikasi
2.3.2.3.1 Bagi ibu
a) Infeksi puerperal
b) Perdarahan
c) Luka pada kandung kencing
d) Embolisme paru-paru
e) Ruptur uteri
2.3.2.3.2 Bagi bayi :
Kematian perinatal.
Menurut Mochtar 1998 : 121
a) Infeksi puerperal (nifas)
1. Ringan : dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
2. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi perut sedikit kembung
3. Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering dijumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu
lama.
b) Perdarahan, disebabkan oleh :
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2. Atonia uteri
3. Perdarahan pada placental bed.
c) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonialisasi terlalu tinggi
d) Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan
mendatang
2.4 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTIO CAESAREA.
Proses keperawatan adalah metode sistematis dimana secara
langsung perawat bersama klien secara bersama menentukan perawatan
sehingga membutuhkan asuhan keperawatan.
2.4.1 Pengkajian
2.4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sejak klien masuk rumah sakit. Selama
klien dirawat secara terus-menerus serta pengkajian dapat dilakukan
ulang untuk menambah dan melengkapi data yang telah ada.
Pengumpulan data meliputi :
2.4.3 Identitas
Identitas klien yang perlu dikaji adalah identitas klien yang
meliputi nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan, status perkawinan, golongan darah, alamat, diagnosa
medis, tanggal masuk rumah sakit, tinggal pengkajian dan nomor
medik. Selain itu perlu juga dikaji identitas penanggung jawab yang
meliputi nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama,
hubungan dengan klien dan alamat.
2.4.4 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan sumber data subjektif tentang status
kesehatan pasien yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan
aktual maupun potensial dan merupakan penentuan pengkajian fisik
yang berkaitan dengan imformasi tentang keadaan fisiologis,
psikologis, budaya dan psikososial. Ini juga berkaitan dengan
status kesehatan pasien dan faktor-faktor seperti gaya hidup
hubungan pola dalam keluarga dan pengaruh budaya.
2.4.5 Keluhan Utama
Umumnya beberapa hari periode post partum pervagina ibu
merasakan nyeri setelah melahirkan, nyeri episiotomi atau laserasi
dan pembengkakan payudara
2.4.6 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan menjabarkan keluhan utama dengan pendekatan
P,Q,R,S,T Paliatif yaitu faktor yang memperberat dan memperingan
masalah, Quality yaitu kualitas nyeri, Regional yaitu daerah yang
dirasakan, Scale yaitu skala nyeri, dan Time yaitu waktu yang
dirasakan.
2.4.7 Riwayat Kesehatan Dahulu
Fokus pengkajian kesehatan dahulu. Klien adalah lentang faktor
predisposisi ada atau tidaknya masalah kesehatan yang pernah
dialami misalnya demam riwayat alergi seperti obat dan makanan,
serta ada tidaknya penyakit menular pada klien.
2.4.8 Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji tentang kesehatan keluarga mengenal ada
tidaknya riwayat kelahiran, riwayat alergi, dan penyakit keturunan
seperti diabetes melitus dan hipertensi.
2.4.9 Riwayat Genekologi dan Obstetri
2.4.9.1 Riwayat Ginekologi
Riwayat menstruasi
1. Meliputi menarce, lama haid, siklus haid, sifat darah, ada
tidaknya dismenarche, HpHt dan taksiran partus.
2. Riwayat Perkawinan
3. Meliputi usia klien dan suami saat menikah, perkawinan
keberapa bagi klien dengan suami serta lamanya perkawinan.
4. Riwayat keluarga berencana
5. Meliputi jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
penggunaan, keluhan selama penggunaan, rencana mempunyai anak dan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan setelah bersalin.
2.4.9.2 Riwayat Obstetri
a) Riwayat kehamilan sekarang
Meliputi keluhan selama hamil, gerakan anak pertama kali
dirasakan, imunisasi yang diperoleh, penambahan berat badan selama
hamil, pemeriksaan yang dilakukan teratur atau tidak serta tempat
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.
b) Riwayat Persalinan
Meliputi partus keberapa, tanggal partus, jam partus, jenis
persalinan, lama persalinan, jumlah pendarahan selama kehamilan,
jenis kelamin bayi, berat badan bayi, panjang badan bayi, dan apgar
skor, menit pertama dan 5 menit pertama. Normalnya apgar score
7-10
2.4.9.3 Pemeriksaan Fisik Pada Ibu
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu post partum yaitu
pemeriksaan fisik persistem.
a. Penampilan Umum
Meliputi status kesadaran, keadaan fisik klien.
b. Pemeriksaan fisik persistem terdiri dari :
c. Sistem Pernapasan
Hal yang perlu dikaji pada sistem pernapsan adalah: bentuk
hidung simetris atau tidak, terdapat pernapasan cuping hidung,
riwayat alergi, sekret, bentuk ada, ada tidaknya sekret, jenis
pernapasan.
d. Sistem Cardiovaskuler
Yang harus dikaji pada sistem kardiovaskuler adalah: tekanan
darah, nadi konjungtiva, JVP, Capilary Reffil time, bunyi jantung,
irama jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Penurunan tonus otot perut dan mortilitas usus, nafsu makan
meningkat, ibu merasa cepat lapar, biasanya didapatkan hemoroid
pada usus, bising usus normal 8-12x /menit.
f. Sistem Perkemihan
Uretra dan ureatus urinarius oedema
g. Sistem Neurologis
Sakit kepala pada ibu post partum, mungkin disebabkan oleh
perubahan kondisi akibat hipetensi atau stress.
h. Sistem Endokrin
Adanya rangsangan hisap bayi, fundus akan mengeras jika
dilakukan massase ringan, hal ini berkaitan dengan pengeluaran
oksitosin pembengkakan payudara.
i. Sistem Reproduksi
Mencakup bentuk payudara, pembengkakan payudara, pigmentasi
aerola mammae, terjadi pengeluaran kolostrum saat dipalpasi, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, jenis lokhea pada hari 1-2, lokhea
lubra berwarna merah, keadaan vagina dan vulva.
j. Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot perut menurun, dinding abdomen lunak dan kendur.
k. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi aerola mammae, linea nigra, kulit lembab.
2.4.9.4 Data Biologis
Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan yang lalu, masalah
kesehatan yang dialami dan masalah pola kebiasaan sehari-hari dan
masalah yang beresiko untuk klien.
a. Pola Nutrisi
Mencakup kebiasaan makan, frekuensi, jumlah dan jenis makanan
yang disukai, pantangan, porsi makan, kebiasaan umum, frekuensi,
jumlah, jenis.
b. Pola Eliminasi
Mencakup kebiasaan BAB, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan,
kebiasan BAK, frekuensi, jumlah warna, konsistensi, keluhan.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Mencakup tidur malam, waktu dan lama, tidur siang, waktu dan
lama.
d. Pola Aktivitas dan latihan
Mencakup kegiatan yang dilakukan dirumah, dan saat dikaji,
olahraga, aktivitas rekreasi, waktu luang.
e. Pola Personal Hygiene
Mencakup frekuensi mandi, gosok gigi, dan mencuci rambut.
2.4.9.4 Data Psikososial
Mencakup Prilaku, pola emosi, konsep diri, gambaran diri, pola
pemecahan masalah, tingkat pengetahuan dan daya ingat, data sosial
yang meliputi : Status ekonomi, kegiatan rekreasi, bahasa, daya
komunikasi, pengaruh budaya, sumber daya masyarakat, faktor resiko
lingkungan, hubungan sosial, hubungan dengan keluarga dan
pekerjaan.
2.4.9.5 Data Spiritual
Mencakup nilai-nilai dan norma, kegiatan keagamaan, dan
moral.
2.4.9.6 Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan laboratorium seperti hemoglobin, golongan
darah, leukosit, hematokrit, dan trombosit.
2.4.9.7 Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada klien post ektrasi forsep adalah
obat analgetik dan antibiotik.
2.4.9.8 Pemeriksaan Fisik Pada Bayi
Menggunakan pendekatan head to toe :
a. Penampilan Umum
Meliputi pergerakan, berat badan normalnya 2500 4000 gram,
panjang badan normalnya 44 55 cm, tanda-tanda vital, suhu normal 36
37,5 C, respirasi normal 40 60 x / menit, heat rate 110 160 x/
menit.
b. Kepala
Meliputi bentuk kesimetrisan ukuran lingkar kepala normalnya 23
37 cm, penyebaran rambut merata atau tidak, fontanel anterior dan
posterior yang normalnya teraba hangat.
c. Wajah
Meliputi kesimetrisan, sekitar alis dan dahi terdapat rambut
halus, adanya tanda kemerahan di pipi.
d. Mata
Meliputi kesimetrisan pergerakan bola mata, konjungtiva dan
seklera, kaji reflek mata misalnya reflek mengedip dapat timbul
dari beberapa rangsangan seperti cahaya yang terang, sentuhan
nyeri, dan usapan alis, reflek pupil timbul sebagai akibat respon
terhadap cahaya.
e. Hidung
Meliputi bentuk, kesimetrisan, adanya tidaknya sekret
f. Telinga
Meliputi kesimetrisan, kebersihan, kesejajaran puncak telinga,
ada tidaknya lubang telinga, ada tidaknya cairan yang keluar, ada
reflek terkejut reflek ini timbul dengan suara keras secara
mendadak atau dengan menepuk sternum.
g. Mulut
Adanya reflek oral atau reflek menyelidiki (mencari) mermupakan
respon terhadap rabaan feri oral, jika pipi bayi kontak dengan
mammae ibu atau bagian lain maka bayi akan mencari puting susu hal
ini memungkinkan bayi menemukan pappila mammae tanpa dibimbing ke
tujuannya, jika mulut bayi disentuh dengan ringan bibir bawah
menurun pada sisi yang sama dan lidah bergerak ke depan ke arah
titik rangsangan, reflek rooting, bayi memutar kearah pipi yang
digores, reflek menghisap, bayi menghisap dengan kuat dalam
berespon terhadap stimulasi, reflek ini menetap selama masa bayi
dan mungkin terjadi selama tidur.
h. Leher
Mengkaji kesimetrisan, kaji reflek tonik neck, bayi melakukan
perubahan posisi kepala diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai,
ekstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang
berlawanan apakah ada kelenjar getah bening atau tidak.
i. Abdomen
Meliputi bentuk keadaan kulit, keadaan tali pusat.
j. Genetalia
Pada laki-laki normalnya testis turun dan pada perempuan
biasanya labia mayora dan minora serta clitorisnya membengkak, kaji
apakah pengeluaran lendir atau tidak.
k. Ekstremitas
Pada ekstremitas kaji jumlah jari lengkap atau tidak, kaji
reflek moro reflek ini terdiri dari abduksi dan ekstensi lengan,
tangan membuka jari seringkali melengkung reflek ini ditemukan pada
bayi prematur, kaji reflek menggenggam telapak tangan dirangsang
jari-jari akan fleksi dan menggenggam benda, ekstremitas bawah,
kaji kesimetrisan jari lengkap atau tidak, reflek jari kaki
mengembang dan ibu jari dorsoflexi.
2.4.9.9 Analisa Data
Analisa data merupakan kesimpulan data yang terkumpul, analisa
data meliputi pengelompokkan data, penyebab, dan dampak serta
masalah yang terjadi.
2.4.9.10 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah-masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar terhadap pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat dapat bertanggung
gugat. (Dongoes, 2001 : 10).
Adapun beberapa diagnosa yang muncul pada klien post partum
dengan Sectio Casarea antara lain :
a. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perkembangan
transisi/ peningkatan anggota keluarga, krisis situasi.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,
efek-efek anestesia, efek-efek hormonal, distensi kandung
kemih/abdomen.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada
konsep diri, transmisi/kontak interpersonal, kebutuhan tidak
terpenuhi.
d. Harga diri rndah berhubungan dengan merasa gagal dalam
peristiwa kehidupan.
e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi
biokimia atau regulasi, efek-efek anestesia, tromboemboli, profil
darah abnormal, trauma jaringan
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasif dan/atau
peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, mal
nutrisis.
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis
rekti, kelebihan analgesik atau anastesia, efek-efek progesteron,
dehidrasi, diare prapersalianan, kurang masukan, nyeri
perineal/rektal.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber.
i. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan trauma/diversi
mekanis, efek-efek hormonal, efek-efek anestesi.
j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan
2.4.9.11 Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembngan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencna dokumentasi.
2.4.9.12 Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencna tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
2.4.9.13 Evaluasi Keperwatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor