BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori2.1.1Perdarahan
Postpartum2.1.1.1DefinisiPerdarahan postpartum adalah perdarahan
atau hilangnya darah 500 ml atau lebih setelah bayi lahir atau
plasenta lahir pada persalinan pervaginam dan setara dengan
pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea. Keadaan tersebut
dapat terjadi karena berbagai penyebab dan faktor risiko yang
dimiliki ibu (Wiludjeng, 2007)2.1.1.2KlasifikasiMenurut waktu
terjadinya perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian, yakni,
kehilangan darah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan dikenal sebagai perdarahan postpartum primer (early
postpartum hemorrhage), sedangkan kehilangan darah yang terjadi
antara 24 jam sampai 6 minggu setelah melahirkan disebut perdarahan
postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage). Perdarahan
postpartum sekunder biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai ke
hari ke 15 (Norwitz, 2008).Perdarahan postpartum primer biasanya
disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir dan sisa
sebagian plasenta. Dalam kasus yang jarang, bisa karena inversi
uteri. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder biasanya terjadi
akibat sisa plasenta dalam uterus (Karkata, 2010).
2.1.1.3EtiologiAda banyak faktor yang dapat menyebabkan
perdarahan postpartum, diantaranya kelainan kontraksi uterus (tone)
70 %, adanya sisa hasil konsepsi (tissue) 10 %, trauma pada jalan
lahir (trauma) 20 % dan kelainan koagulasi (thrombin) 4000 gram
sering sekali menyebabkan perdarahan postpartum dengan penyebab
laserasi jalan lahir. bayi besar juga membuat regangan uterus
terlalu besar sehingga lebih berisiko untuk terjadi atonia uteri
dan pada akhirnya terjadi perdarahan postpartum. Selain itu, bayi
besar dapat menyebabkan robekan pada jalan lahir ketika persalinan
berlangsung. (Bratakoesoema dan Angsar, 2011)
5. Partus lamaPartus lama, yang disebut juga dengan istilah
distosia secara umum dimaksudkan persalinan yang abnormal atau
sulit. Sementara itu, WHO (2006) secara lebih spesifik
mendefinisikan partus lama (prolonged labor/partus lama) sebagai
proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Partus lama
juga didefinisikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari
24 jam, artinya persalinan harus dapat diselesaikan dalam waktu 24
jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah
penambahan antara kala I dan kala II persalinan. (Mose dan
Alamsyah, 2010). Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi
sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan
partus lama adalah 18 jam. Seperti disebutkan Mochtar (1998) Partus
lama diartikan sebagai persalinan yang berlangsung lebih dari 24
jam pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara. Partus
lama akan membuat kontraksi uterus menjadi tidak adekuat sehingga
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum akibat atonia
uteri.
6. EpisiotomiEpisiotomi adalah insisi dari perineum untuk
memudahkan persalinan dan mencegah robekan traumatik selama
persalinan. (Dorland, 2012). Episiotomi dibagi menjadi tiga jenis,
insisi pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi
tidak sampai mengenai serabut sfingter ani (episiotomi medialis),
insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah
belakang dan samping (episiotomi mediolateralis), dan insisi yang
dilakukan ke arah lateral milai dari kira-kira jam 3 atau jam 9
arah jarum jam (episiotomi lateralis). Episiotomi ini akan
menyebabkan robekan pada perineum sehingga menyebabkan terjadinya
perdarahan postpartum (Karkata, 2010).
7. Abnormal implantasi plasentaKelainan plasenta berdasarkan
tingkat kedalamannya dibagi menjadi plasenta akreta bila implantasi
menembus desidua basalis, disebut sebagai plasenta inkreta bila
plasenta sampai menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta
bila vili korialis sampai menembus perimetrium. Hal ini akan
membuat plasenta menjadi sukar dilepaskan dengan pertolongan altif
kala tiga disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan
uterus. Kelainan ini menyebabkan terjadinya retensio plasenta dan
inversi uterus pada perdarahan postpartum (Karkata, 2010).8.
Gangguan pembekuan darahGangguan pembekuan darah akan menyebabkan
gangguan darah untuk melakukan mekanisme koagulasi sehingga luka
persalinan akan sukar berhenti sehingga terjadilah perdarahan
postpartum. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan
faal hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan
terdeteksi adanya FDP (fibrin degradation product) serta
perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial thromboplastin time)
(Karkata, 2010). Predisposisi untuk terjadinya hal ini adalah
solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, eklampsia, emboli
cairan ketuban, dan sepsis. Terapi yang dilakukan adalah dengan
transfusi darah dan produknya seperti plasma beku segar, trombosit,
fibrinogen dan heparinisasi atau pemberian EACA (epsilon amino
caproic acid) (Karkata, 2010).
2.1.1.5PatofisiologiKehamilan secara umum ditandai dengan
aktivitas otot polos miometrium yang cukup tenang dan memungkinkan
pertumbuhan serta perkembangan janin intrauterin sampai kehamilan
aterm. Pada masa aterm, uterus dan plasenta menerima 500-800 ml
darah per menit melalui pembuluh darah resistensi rendah. Aliran
darah yang deras ini merupakan predisposisi terjadinya perdarahan
yang signifikan pada uterus gravid apabila tidak terkontrol secara
fisiologis atau medis. Pada trimester ketiga volume darah maternal
meningkat sebesar 50% dan menyebabkan toleransi tubuh terhadap
perdarahan selama persalinan meningkat (Yiadom dan Carusi,
2010).Selama proses persalinan uterus gravid mampu berkontraksi ke
bawah secara signifikan untuk mereduksi volume dari uterus sendiri.
Hal seperti ini dapat menyebabkan plasenta terpisah dari permukaan
uterus. Setelah plasenta terpisah dan terlepas maka otot polos
uterus akan menginisiasi rangkaian proses kontraksi secara
terkoordinasi dan retraksi, memerpendek serat-serat ototnya dan
membentuk suatu bentuk jahitan fisiologis (Keman, 2010).Miometrium
memiliki serat-serat otot yang berbentuk criss-cross dan berfungsi
untuk menekan pembuluh darah serta mengontrol perdarahan ketika
uterus berkontraksi. Apabila uterus gagal untuk berkontraksi atau
plasenta tidak dapat terpisah ataupun terlepas, maka perdarahan
yang signifikan akan terjadi, kurangnya kontraktilitas miometrium,
bertanggung jawab terhadap kejadian perdarahan pascasalin (WHO,
2008).
2.1.1.6Manifestasi KlinisManifestasi klinis perdarahan
postpartum meliputi: Kesadaran menurun Pucat Limbung Berkeringat
dingin Menggigil Sesak nafas Tekanan darah sistolik 100 x/menit
Kadar Hb