This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PORTOFOLIO
Praktikum Farmasi Simulasi
Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut
(obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Genap
Chairul Umam Kusuma PO.71.39.0.12.006
Isra Tri Hardianti PO.71.39.0.12.020
Lucky Handayani PO.71.39.0.12.022
Marisa Sundari PO.71.39.0.12.024
Mema Cenovita PO.71.39.0.12.026
Nilam Permatasari PO.71.39.0.12.028
Kelas : III Reguler A
Dosen Pembimbing : Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
2014/2015
LEMBAR PENGESAHAN
Portofolio yang berjudul
Penggunaan Obat-obatan pada Usia Lanjut
(obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)
Yang disusun oleh:
1. Chairul Umam Kusuma
2. Isra Tri Hardianti
3. Lucky Handayani
4. Marisa Sundari
5. Mema Cenovita
6. Nilam Permatasari
Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing
Poltekkes Kemenkes Palembang pada tanggal 5 November 2014
Mengetahui,
Pembimbing
Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
NIP. 196302141994021001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyusun portofolio yang berjudul “Penggunaan Obat-obatan
pada Usia Lanjut (obat antidiabetes, obat jantung, obat asma dan pembuluh darah)” yang
bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Farmasi Simulasi yang mana portofolio
ini ditujukan sebagai pedoman praktikum Farmasi Simulasi khususnya pelayanan obat pada
ibu hamil. Dalam penyusunan portofolio , kami memperoleh data dari berbagai media cetak
maupun media elektronik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan portofolio ini masih banyak kekurangan.
Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat
menyusun portofolio selanjutnya dengan lebih baik dan kiranya portofolio ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan meminta maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan portofolio ini.
Palembang, 6 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Boedi, 2006)
Pemberian obat atau terapi untuk kaum lansia, memang banyak masalahnya, karena
beberapa obat sering beinteraksi. Kondisi patologi pada golongan usia lanjut, cenderung
membuat lansia mengkonsumsi lebih banyak obat dibandingkan dengan pasien yang lebih
muda sehingga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami efek samping dan interaksi obat
yang merugikan (Anonim, 2004).
Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ sehingga pemberian obat
sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada
seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis rasional dihubungkan dengan
diagnosis yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti terjadi
interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering menyebabkan hospitalisasi
atau kematian. Kejadian ini lebih sering terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang
biasanya menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang lansia ialah
hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus,
gangguan fungsi ginjal dan hati. Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu
lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan
pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia memperoleh pengobatan yang
banyak jenisnya (Darmansjah, 1994).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Mahasiswa D3 farmasi mengetahui tentang pelayanan kefarmasian pada usia
lanjut ?
2. Apakah mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengan konsep pelayanan
berstandar KIE (Komunikatif, Informatif, Edukatif)?
C. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa D3 farmasi tentang pelayanan
kefarmasianterhadap usia lanjut di apotek?
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu kefarmasian dengankonsep pelayanan
berstandar KIE (Komunikatif, Informatif,Edukatif)
D. MANFAAT
1. Meningkatkan mutu kefarmasian sebagai kompetensi dalam melayani dan
memberikan informasi kepada pelanggan dalam hal pelayanan kefarmasian pada usia
lanjut (manula).
2. Mahasiswa dapat menerapkan secara nyata pelayanan kefarmasian sesuai standart
kompetensi ahli madya farmasi ,sehingga memudahkan mahasiswa ketika memasuki
dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Usia Lanjut
Pada usia lanjut perubahan terjadi pada saluran cerna yang diduga mengubah
absorbsi obat, misalnya meningkatnya pH lambung, menurunnya aliran darah ke usus akibat
penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran
cerna. Oleh karena itu, kecepatan dan tingkat absorbsi obat tidak berubah pada usia lanjut,
kecuali pada beberapa obat seperti fenotain, barbiturat, dan prozasin (Bustami, 2001).
Pada distribusi obat terdapat hubungan antara penyebaran obat dalam cairan tubuh
dan ikatannya dengan protein plasma (biasanya dengan albumin, tetapi pada beberapa obat
dengan protein lain seperti asam alfa 1 protein), dengan sel darah merah dan jaringan tubuh
termasuk organ target. Pada usia lanjut terdapat penurunan yang berarti pada massa tubuh
tanpa lemak dan cairan tubuh total, penambahan lemak tubuh dan penurunan albumin
plasma. Penurunan albumin sedikit sekali terjadi pada lansia yang sehat dapat lebih menjadi
berarti bila terjadi pada lansia yang sakit, bergizi buruk atau sangat lemah. Selain itu juga
dapat menyebabkan meningkatnya fraksi obat bebas dan aktif pada beberapa obat dan
kadang-kadang membuat efek obat lebih nyata tetapi eliminasi lebih cepat.
Munculnya efek obat sangat ditentukan oleh kecapatan penyerapan dan cara
penyebarannya. Durasi (lama berlangsungnya efek) lebih banyak dipengaruhi oleh
kecepatan ekskresi obat terutama oleh penguraian di hati yang biasanya membuat obat
menjadi lebih larut dalam air dan menjadi metabolit yang kurang aktif atau dengan ekskresi
metabolitnya oleh ginjal. Sejumlah obat sangat mudah diekskresi oleh hati, antara lain
melalui ambilan (uptake) oleh reseptor dihati dan melalui metabolisme sehingga
bersihannya tergantung pada kecepatan pengiriman ke hati oleh darah. Pada usia lanjut,
penurunan aliran darah ke hati dan juga kemungkinan pengurangan ekskresi obat yang
tinggi terjadi pada labetolol, lidokain, dan propanolol.
Efek usia pada ginjal berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnya
obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya
berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan
bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida. Pada usia
lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan
filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang yang lebih muda. Akan
tetapi, kisarannya cukup lebar dan banyak lansia yang fungsi glomerolusnya tetap normal.
Fungsi tubulus juga memburuk akibat bertambahnya usia dan obat semacam penicilin dan
litium, yang secara aktif disekresi oleh tubulus ginjal, mengalami penurunan faali glomerolus
dan tubulus (Bustami, 2001).
B. Perubahan Fisiologis Lansia
Perubahan Sistem Respiratori
Pada kelompok usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik dan fisiologis yang
mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan
atau organ. Perubahan tersebut salah satunya adalah sistem respirasi. Fungsi primer dari
sistem respirasi adalah menyuplai O2 ke darah dan membuang CO2. Ketika ada faktor
yang mendukung, seperti penyakit, tempat dengan kebutuhan O2 yang banyak di dalam
tubuh, perubahan sistem pernapasan mungkin mempengaruhi fungsi keseluruhan dari
lansia. Perubahan yang terjadi tersebut bukanlah suatu hal yang abnormal, melainkan hal
yang wajar dan terdapat mekanisme kompensasi yang menyertai segala perubahan yang
terjadi.
Berdasarkan studi literatur, berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai perubahan
anatomis dan fisiologis sistem respirasi pada lansia. Lansia mengalami penuaan normal
yang dialami tubuhnya, khususnya sistem respirasi.
1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
terjadi penumpukan sekret.
3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang
tenang kira kira 500 ml.
4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²),
Ù menyebabkan terganggunya proses difusi.
5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun
yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi. Perubahan Anatomi
Menurut Stanley (2007),
perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat penuaan sebagai
berikut :
Paru-paru kecil dan kendur.
Hilangnya recoil elastic.
Pembesaran alveoli.
Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.
Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.
Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.
Kelenjar mucus kurang produktif.
Penurunan sensivitas sfingter esophagus
8. Penurunan sensivitas kemoreseptor. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan
dengan sekitar 50% pengurangan respon hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65
tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas
aktivitasnya. Perubahan Fisiologis Proses penuaan menyebabkan beberapa
perubahan structural dan fungsional pada toraks dan paru – paru. Kita ketahui
bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida
antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan alveoli menjadi
kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler – kapiler yang kurang
berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru –
paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh Daya pegas paru – paru
berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit pada posisi terkontraksi
disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan diafragma. Karena
dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, maka menyebabkan
kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun.Dekalsifikasi iga dan peningkatan
klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi.Membran mukosa lebih kering, sehingga
menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi
pernapasan.(Maryam, 2008).
Sedangkan menurut Stokslager, 2003 perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan
sebagian berikut:
Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.
Atrofi umum tonsil.
Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.
Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan
metabolism kalsium dan kartilago iga.
Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.
Kifosis.
Degenerasi atau atrofi otot pernapasan
9. Toleransi rendah terhadap oksigen. Implikasi klinis dari perubahan pada sistem
respirasi sangat banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan
perubahan sistem imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami
kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli pulmonal, dan penyakit kronis
seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Di bawah ini merupakan
tabel yang menunjukkan perubahan anatomis dan gangguan fungsi pulmonal
(Stanley, 2007)
Perubahan Hasil Perubahan Kalsifikasi kartilago kosta Peningkatan diameter
anteropostterior Peningkatan pernapasan abdomen dan diafragma Peningkatan
kerja pernapasan Penurunan PaO2 Atrofi otot pernapasan Peningkatan risiko untuk
terjadinya kelelahan otot inspirasi Penurunan kecepatan aliran ekspirasi maksimal
Penurunan dalam rekoil elastis Peningkatan volume penutupan Peningkatan udara
yang terjebak Ketidakcocokan ventilasi perfusi Peningkatan volume residu
Menurunnya kekuatan kapasitas vital Menurunnya kapasitas vital Pembesaran
duktus alveolar Menurunnya area permukaan alveolar Peningkatan ukuran dan
kekakuan trakea dan jalan napas pusat Menurunnya kapasitas difusi Peningkatan
ruang mati Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan penyebab perubahan
cadangan fisiologis dan mekanisme perlindungan pulmonal (Stanley, 2007):
Perubahan Hasil Konsekuensi Hilangnya silia Kurang efektifnya peningkatan
mukosilia Peningkatan risiko gangguan respirasi Penurunan refleks muntah dan
batuk Jalan napas yang tidak terlindung Peningkatan risiko cedera pulmonal
Penumpukan respon terhadap hipoksemia dan hiperkapnia Penurunan saturasi O2
Penurunan cadangan fisiologis Penurunan fungsi limfosit T dan imunitas humoral
Penurunan respon antibodi terhadap antigen spesifik Peningkatan kerentanan
terhadap infeksi Berkurangnya respon hipersensitivitas lambat Penurunan efisiensi
dan vaksinasi Penurunan fungsi reseptor β2 Penurunan respon terhadap agonis β2
yang dihirup Peningkatan kesulitan dalam menangani asma Penurunan motilitas
esofagus dan gaster dan hilangnya tonus sfingter kardiak Peningkatan risiko refluks
ke esofagus Peningkatan risiko terjadinya aspirasi Pada lansia yang sehat, paru-paru
menjadi lebih kecil dan lebih lemah, dan berat mereka berkurang kira-kira 20%.
Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukkan perubahan beberapa indikator fungsi
paru-paru berkaitan dengan lansia (Ebersole, 2005): Indikator Perubahan Volume