Top Banner
Pola Penyebaran Abse s Akibat Infeksi  Odontogen Manusia biasanya hidup berdampingan secara mutualistik dengan mikrobiota rongga mulut. Gigi dan mukosa yang utuh merupakan pertahanan pertama yang hampir tidak tertembus apabila sistem kekebalan hospes dan pertahanan selular berfungsi dengan baik. Apabila sifat mikroflora berubah, baik kualitas maupun kuantitasnya, apabila sistem kekebalan dan  pertahanan selular terganggu, atau kombinasi dari hal-hal tersebut diatas , maka infeksi dapat terjadi (Pedersen, 1996). Dalam praktik sehari-hari dapat kita temukan infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronis. Infeksi akut biasanya ditandai dengan pembengkakn dan rasa sakit yang hebat dengan manifestasi berupa malaise dan demam berkepanjangan. Infeksi kronis dapat berkembang dari penyembuhan sebagian keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat infeksi kronis ditandai dengan ketidaknyamanan dalam berbagai tingkatan dan bukan berupa rasa sakit yang hebat (Roeslan, 1994). Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh manusia serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber dari kerusakan jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh  bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen (Soemartono, 2000). Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Secara harfiah, abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat  proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006). Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil dari nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur periodontal, sebagai hasil dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur  periapikal (Karasutisna, 2001). Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi odontogen dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty, 2009).
16

Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

Mar 02, 2016

Download

Documents

Sahal Bahar

abses
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 1/16

Page 2: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 2/16

Gambar 1 Ilustrasi keadaan gigi yang mengalami infeksi dapat menyebabkan abses

odontogen. (A) Gigi normal, (B) gigi mengalami karies, (C) gigi nekrosis yang

mengalami infeksi menyebabkan abses. Sumber : Douglas & Douglas, 2003

Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan limfogen, yang

disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat

 penghantaran yang patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan

flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril

secara normal (Cilmiaty, 2009). Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain

mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi

mikroorganisme, resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang terlibat

(Soemartono, 2000).

Rute yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas jaringan dan

spasia jaringan dan biasanya terjadi seperti yang dijelaskan di bawah ini. Pertama, nanah

terbentuk di tulang cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki resistensi jaringan paling buruk. Penyebaran pus ke arah bukal, lingual, atau palatal tergantung pada posisi gigi

dalam lengkung gigi, ketebalan tulang, dan jarak perjalanan pus (Gambar 2), (Fragiskos,

2007).

Gambar 2 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung

 pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Akar bukal : arah penyebaran ke bukal. (B) Akar

 palatal : arah penyebarannya ke palatal. Sumber : Fragiskos, 2007

Inflamasi purulen berhubungan dengan tulang alveolar yang dekat dengan puncak bukal atau

labial tulang alveolar biasanya akan menyebar ke arah bukal, sedangkan tulang alveolar yang

dekat puncak palatal atau lingual, maka penyebaran pus ke arah palatal atau ke lingual

(Fragiskos, 2007).

Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang atas dianggap bertanggung jawabatas penyebaran nanah ke arah palatal, sedangkan molar ketiga mandibula dan kadang-

kadang dua molar mandibula dianggap bertanggung jawab atas penyebaran infeksi ke arah

lingual. Inflamasi bahkan bisa menyebar ke sinus maksilaris ketika puncak apeks gigi

 posterior ditemukan di dalam atau dekat dasar antrum. Panjang akar dan hubungan antara

 puncak dan perlekatan proksimal dan distal berbagai otot juga memainkan peranan penting

dalam penyebaran pus. Berdasarkan hal ini (Gambar 3), pus di mandibula yang berasal dari

 puncak akar di atas otot mylohyoid dan biasanya menyebar secara intraoral, terutama ke arah

dasar mulut. Ketika puncak ditemukan di bawah otot mylohyoid (molar kedua dan ketiga),

 pus menyebar ke ruang submandibular dan terjadi pembengkakan ekstraoral (Fragiskos,

2007).

Page 3: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 3/16

 Gambar 3 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung

 pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Penyebaran pus kea rah sinus maksilaris (B)

Penyebaran pus pada rahang bawah tergantung pada posisi perlekatan otot mylohyoid.

Sumber : Fragiskos, 2007

Pada fase selular, tergantung pada rute dan tempat inokulasi dari pus, abses dentoalveolar

akut mungkin memiliki berbagai gambaran klinis, seperti: (1) intraalveolar, (2) subperiosteal,

(3) submukosa, (4), subkutan, dan (5)  fascia migratory  –   cervicofacial   (Gambar 4 dan 5).

Pada tahap awal fase selular ditandai dengan akumulasi pus dalam tulang alveolar yang

disebut sebgai abses intraalveolar. Pus kemudian menyebar keluar setelah terjadi perforasi

tulang menyebar ke ruang subperiosteal. Periode ini dinamakan abses subperiosteal, dimana

 pus dalam jumlah terbatas terakumulasi di antara tulang dan periosteal. Setelah terjadi

 perforasi periosteum, pus kemudian menyebar ke berbagai arah melalui jaringan lunak.

Biasanya menyebar pada daerah intraoral membentuk abses di bawah mukosa, yang disebut

abses submukosa. Terkadang, pus menyebar melalui jaringan ikat longgar dan setelah itu

terakumulasi di bawah kulit, bentukan ini disebut abses subkutan. Sedangkan di waktu

lainnya, pus menyebar ke ruang fascia, membentuk abses serous yang disebut abses spasia

wajah (Fragiskos, 2007).

Gambar 4 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses

intraalveolar (B) Abses superiosteal. Sumber : Fragiskos, 2007

Gambar 5 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses

submukosa (B) Abses subkutan. Sumber : Fragiskos, 2007

Ali Taqwim, Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi Universitas Jember  

Page 4: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 4/16

Ekstraksi (Pencabutan Gigi) 

Instrumen ekstraksi 

Tang dan elevetor adalah dua jenis alat yang biasa digunakan dalam pencabutan gigi sulung.Pendekatan pembedahan harus segera dilakukan ketika mengeluarkan gigi dan alat;alatnya

 juga harus di autoclave sebelu m digunakan.

Tang 

Pemilihan dari tang ter gantung dari bentuk gigi, anatomi akar, jumlah akar, dan lokasinya di

dalam mulut. Tang yang tersedia di pasaran dibentuk untuk memenuhi faktor-faktor tersebut.

Tang yang digunakan dalam gigi sulung dibentuk secara spesifik dan lebih kecil dari tang

yang biasa digunakan pada gigi permanen.

Tang rahang atas 

Tang yang digunakan ekstraksi gigi pada rahang atas memiliki handle yang sejajar dengan

 blade pada sumbu aksial, meskipun handle pada tang molar atas lebih

Tang rahang bawah 

Semua tang yang digunakan pada rahang bawah memiliki handle yang lurus dan sudut

terhadap blade. Bentukan dari blade untuk tang yang digunakan untuk ekstraksi gigi anterior

(insisiv & caninus) dan sisa akar sama dengan tang rahang atas, contohnya memiliki ujung

yang membulat untuk mencapai permukaan lingual dan labial dari gigi dengan satu akar.

Tang yang digunakan untuk molar sulung bawah memiliki dua beak pada blade yang didisain

agar sesuai dengan bagian bukal dan lingual bifurkasi akar, diantara akar mesial dan distal.

Teknik  

Teknik ekstraksi yang sukses tergantung dari :

1.  Penggunaan yang hati-hati dari kekuatan pencabutan yang terkontrol

2.  Mendapatkan akses yang adekuat terhadap gigi

3.  Membuat jalan ekstraksi yang tanpa halangan.

Derajat kekuatan yang dibutuhkan tergantung pada jumlah tulang yang terdapat disekitar gigi.

Biasanya kekuatan yang diperlukan lebih besar pada molar daripada gigi anterior. Berhati-

hatilah untuk memastikan blade dari tang memiliki kontak yang dekat dengan permukaan

akar. Kontak yang dekat dari keseluruhan bagian dalam dari tang pada mahkota gigi adalah

ideal, sama dengan jumlah tekanan yang diaplikasikan terhadap area yang lebih kecil dari

grip yang diterima dalam satu kontak poin dapat mematahkan akar atau menyebabkan tang

terlepas dari mahkota gigi

Posisi kursi gigi 

Posisi kursi gigi adalah faktor yang penting bagi pasien dan operator. Posisi atau tinggi yangsalah akan mengarah pada ketidaknyamanan atau stress otot pada operator, yang dapat

Page 5: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 5/16

menghasilkan kelelahan yang tidak perlu dan kemungkinan kegagalan ekstraksi pada pasien.

Untu ekstraksi dari gigi pada kuadran kiri bawah (molar bawah kiri) dan gigi anterior bawah,

 posisi dalam pencabutan harus sejajar atau dibawah siku dengan kursi disandarkan kira-kira

30* terhadap lantai. Untuk pencabutan pada kuadran bawah kanan ( molar kanan bawah)

 posisi pencabutan harus 6 inchi atau 15 cm dibawah siku dengan kursi sedikit diturunkan.

Posisi Operator 

Seperti posisi kursi, posisi operator juga sangat penting dalam pencabutan. Menggunakan

 posisi yang salah dalam pencabutan tidak hanya membuat ekstraksi gigi menjadi lebih sulit

tetapi juga dapat menyebabkan masalah punggung yang lama pada operator. Posisi operator

dideskripsikan sebagai posisi operator yang menggunakan tangan kanan, untuk operator yang

menggunakan tangan kiri, posisi ini harus dibalik. Ekstraksi dari keseluruhan gigi pada

rahang atas dan molar bawah kiri dan gigi depan dikeluarkan dengan posisi operator berdiri

menghadap pasien dan berdiri disisi kiri dari kursi gigi. Ekstraksi gigi dari molar bawah

kanan dilakukan dengan posisi operator berdiri pada sisi kanan belakang pasien.

Ekstraksi gigi pada rahang bawah 

Insisif bawah central dan lateral dan caninus bawah : gigi ini memiliki satu akar yang

canderung memiliki mesiodistal yang rata. Digunakan tang anterior bawah gigi sulung.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya tang rahang bawah memiliki blade yang bersudutterhadap handle untuk memberikan kekuatan tekan vertikal untuk diaplikasikan dengan

efektif pada gigi. Pergerakan gigi sulung harus bucolingual dengan pencabutan secara rotasi.

Pada gigi molar bawah digunakan tang molar bawah sulung, pergerakannya bukolingaul dan

rotasi.

Fungsi tangan yang tidak memegang tang 

Ekstraksi gigi merupakan prosedur yang menggunakan dua tangan, dan kontribusi dari tangan

yang tidak memegang tang tidak boleh diremehkan. Tangna yang tidak memegang tang

memiliki fungsi yang penting selama ekstraksi gigi. Yaitu sebagai berikut :

1.  Menyisihkan pipi, lidah dan bibir dari lokasi ekstraksi, meningkatkan penglihatan dan akses

terhadap tempat operasi.

2.  Melindungi pasien dari rusaknya jaringan sekitar.

3.  Mendukung mandibula dan memberikan informasi kepada operator melalui tulang alveolar

terhadap kemajuan ekstraksi dengan transmisi pergerakan.4.  Dalam penyelesaian ekstraksi, jari-jari tangan menekan kedua sisi dari soket berguna untuk

mengurangi ketidaknyamanan setelah pencabutan, mempercepat penyembuhan dan

mengurangi pendarahan.

5.  Juga bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian pasien ketika menempatkan tang pada

gigi dengan menggunakan kalimat seperti “saya akan memegang kedua sisi dari gigimu”. 

6.  Memegang rahang anak agar tetap diam.

 Robert Ireland, Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. 2006. Blackwell

 Munksgaard

Page 6: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 6/16

 

PATOFISIOLOGI INFEKSI GIGI

Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat mengganggu manusia, infeksi biasanya dimulai dari

permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjutmenjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi dapat

terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa

menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa

mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke

ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut.

Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang nekrosis dapat menyebabkan abses, abses ini

dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosis baik) dan penjalaran berat

(yang memberikan prognosis tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat

ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous

periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal,

sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan

phlegmon dasar mulut.

Gigi yang nekrosis juga merupakan fokal infeksi penyakit ke organ lain, misalnya ke otak menjadi

meningitis, ke kulit menjadi dermatitis, ke mata menjadi konjungtivitis dan uveitis, ke sinus maxilla

menjadi sinusitis maxillaris, ke jantung menjadi endokarditis dan perikarditis, ke ginjal menjadi

nefritis, ke persendian menjadi arthritis.

Infeksi odontogenik merupakan suatu proses infeksi yang primer atau sekunder yang terjadi pada

 jaringan periodontal, perikoronal, karena traumatik atau infeksi pasca bedah. Tipikal infeksi

odontogenik adalah berasal dari karies gigi yang merupakan suatu proses dekalsifikasi email. Suatu

perbandingan demineralisasi dan remineralisasi struktur gig terjadi pada perkembangan lesi karies.

Demineralisasi yang paling baik pada gigi terjadi pada saat aktivasi bakteri yang tinggi dan dengan pH

yang rendah. Remineralisasi yang paling baik terjadi pada pH lebih tinggi dari 5,5 dan pada saliva

terdapat konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi.

Sekali email larut, infeksi karies dapat langsung melewati bagian dentin yang mikroporus dan

langsung masuk ke dalam pulpa. Di dalam pulpa, infeksi dapat berkembang melalui suatu saluran

langsung menuju apeks gigi dan dapat menggali menuju ruang medulla pada maksila atau

mandibula. Infeksi tersebut kemudian dapat melobangi plat kortikal dan merusak jaringan superficial

dari rongga mulut atau membuat saluran yang sangat dalam pada daerah fasial.

Serotipe dari streptococcus mutans (cricetus, rattus, ferus, sobrinus) merupakan bakteri yang utama

dapat menyebabkan penyakit dalam rongga mulut. Tetapi meskipun lactobacilli bukan penyebab

utama penyakit, mereka merupakan suatu agen yang progresif pada karies gigi, karena mereka

mempunyai kapasitas produksi asam yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik

adalah:

1.  Jenis dan virulensi kuman penyebab.

2.  Daya tahan tubuh penderita.

3.  Jenis dan posisi gigi sumber infeksi.4.  Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot.

Page 7: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 7/16

5.  Adanya tissue space dan potential space.

GEJALA KLINIS

Penderita biasanya datang dengan keluhan sulit untuk membuka mulut (trismus), tidak bisa

makan karena sulit menelan (disfagia), nafas yang pendek karena kesulitan bernafas. Penting untukditanyakan riwayat sakit gigi sebelumnya, onset dari sakit gigi tersebut apakah mendadak atau

timbul lambat, durasi dari sakit gigi tersebut apakah hilang timbul atau terus-menerus, disertai

dengan demam atau tidak, apakah sudah mendapat pengobatan antibiotik sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi yaitu ;

Rubor : permukaan kulit yang terlibat infeksi terlihat kemerahan akibat

vasodilatasi, efek dari inflamasi

Tumor : pembengkakan, terjadi karena akumulasi nanah atau cairan exudat

Calor : teraba hangat pada palpasi karena peningkatan aliran darah ke area

infeksi

Dolor : terasa sakit karena adanya penekanan ujung saraf sensorik oleh jaringan

yang bengkak akibat edema atau infeksi

Fungsiolaesa :

terdapat masalah denagn proses mastikasi, trismus, disfagia, dan

gangguan pernafasan.

Infeksi yang fatal bisa menyebabkan gangguan pernafasan, disfagia, edema palpebra, gangguan

penglihatan, oftalmoplegia, suara serak, lemah lesu dan gangguan susunan saraf pusat (penurunan

kesadaran, iritasi meningeal, sakit kepala hebat, muntah).

Pemeriksaan fisik dimulai dari ekstra oral, lalu berlanjut ke intra oral. Dilakukan pemeriksaan

integral (inspeksi, palpasi dan perkusi) kulit wajah, kepala, leher, apakah ada pembengkakan,

fluktuasi, eritema, pembentukan fistula, dan krepitasi subkutaneus. Dilihat adakah limfadenopati

leher, keterlibatan ruang fascia, trismus dan derajat dari trismus. Kemudian diperiksa gigi, adakah

gigi yang caries, kedalaman caries, vitalitas gigi, lokalisasi pembengkakan, fistula dan mobilitas gigi.

Dilihat juga adakah obstruksi ductus Wharton dan Stenson, serta menilai kualitas cairan duktus

Wharton dan Stenson (pus atau saliva). Pemeriksaan oftalmologi dilakukan bila dicurigai mataterkena infeksi. Pemeriksaan mata meliputi : fungsi otot-otot ekstraokuler, adakah proptosis, adakah

edema preseptal atau postseptal.

Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan kultur,

foto rontgen dan CT scan (atas indikasi). Bila infeksi odontogen hanya terlokalisir di dalam rongga

mulut, tidak memerlukan pemeriksaan CT scan, foto rontgen panoramik sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis. CT scan harus dilakukan bila infeksi telah menyebar ke dalam ruang fascia di

daerah mata atau leher.

DIAGNOSIS

Berdasarkan

Page 8: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 8/16

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnosis infeksi odontogen

apakah termasuk infeksi odontogen lokal / terlokalisir atau infeksi odontogen umum / menyebar.

TERAPI

Tujuan manajemen infeksi odontogen adalah :

Menjaga saluran nafas tetap bebas

dasar mulut dan lidah yang terangkat ke arah tonsil akan menyebabkan gagal nafas

mengetahui adanya gangguan pernafasan adalah langkah awal diagnosis yang paling penting

dalam manajemen infeksi odontogen

tanda-tanda terjadi gangguan pernafasan adalah pasien terlihat gelisah, tidak dapat tidur dalam

posisi terlentang dengan tenang, mengeluarkan air liur, disfonia, terdengar stridor

saluran nafas yang tertutup merupakan penyebab kematian pasien infeksi odontogen

 jalan nafas yang bebas secara kontinu dievaluasi selama terapi

dokter bedah harus memutuskan kebutuhan, waktu dan metode operasi untuk

mempertahankan saluran nafas pada saat emergency (gawat darurat).

Operasi drainase

pemberian antibiotika tanpa drainase pus tidak akan menyelesaikan masalah penyakit abses

memulai terapi antibiotika tanpa pewarnaan gram dan kultur akan menyebabkan kesalahan

dalam mengidentifikasi organisme penyebab penyakit infeksi odontogen

penting untuk mengalirkan semua ruang primer apalagi bila pada pemeriksaan, ruang sekunderpotensial terinfeksi juga

CT scan dapat membantu mengidentifikasi ruang-ruang yang terkena infeksi

Foto rontgen panoramik dapat membantu identifikasi bila diduga gigi terlibat infeksi

Abses canine, sublingual dan vestibular didrainase intraoral

Abses ruang masseterik, pterygomandibular, dan pharyngea lateral bisa didrainase dengan

kombinasi intraoral dan ekstraoral

Abses ruang temporal, submandibular, submental, retropharyngeal, dan buccal disarankan

diincisi ekstraoral dan didrainase.

Medikamentosa

rehidrasi (karena kemungkinan pasien menderita dehidrasi adalah sangat besar)

merawat pasien yang memiliki faktor predisposisi terkena infeksi (contohnya Diabetes Mellitus)

mengoreksi gangguan atau kelainan elektrolit

memberikan analgetika dan merawat infeksi dasar bila pasien menderita trismus,

pembengkakan atau rasa sakit di mulut.

Page 9: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 9/16

  Identifikasi bakteri penyebab diharapkan penyebabnya adalah alpha-hemolytic Streptococcus dan

bakteri anaerob lainnya

kultur harus dilakukan pada semua pasien melalui incisi dan drainase dan uji sensitivitas

dilakukan bila pasien tidak kunjung membaik (kemungkinan resisten terhadap antibiotika)

Hasil aspirasi dari abses bisa dikirim untuk kultur dan uji sensitivitas jika incisi dan drainase

terlambat dilakukan

Menyeleksi terapi antibotika yang tepat

penicillin parenteral

metronidazole dikombinasikan dengan penicillin bisa dipakai pada infeksi yang berat

Clindamycin untuk pasien yang alergi penicillin

Cephalosporins (cephalosporins generasi pertama)

antibiotika jangan diganti selama incisi dan drainase pada kasus infeksi odontogen yang

signifikan

 jika mediastinal dicurigai terkena infeksi harus dilakukan CT scan thorax segera dan konsultasi

kepada dokter bedah thorax kardiovaskular

ekstraksi gigi penyebab akan menyembuhkan infeksi odontogen

Tabel 1. Dental Infections That Require Systemic Antimicrobial Therapy

Endodontic infections of pulpal origin

Streptococcal gingivitis

Periodontal disease

Periodontal abscess

Periodontitis

Pericoronitis

Peri-implant disease

Serious fascial and deep neck infections

Acute herpes simplex

Candida infection treatment

OSTEMIELITIS

Osteomielitis rahang adalah suatu infeksi yang ekstensif pada tulang rahang, yang mengenai

spongiosa, sumsum tulang, kortex, dan periosteum. Infeksi terjadi pada bagian tulang yang

terkalsifikasi ketika cairan dalam rongga medullary atau dibawah periosteum mengganggu suplaidarah. Tulang yang terinfeksi menjadi nekrosis ketika ischemia terbentuk. Perubahan pertahanan

Page 10: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 10/16

host yang mendasar terdapat pada mayoritas pasien yang mengalami ostemyelitis pada rahang.

Kondisi-kondisi yang merubah persarafan tulang menjadikan pasien rentan terhadap onset

ostemielitis, kondisi-kondisi ini antara lain radiasi, osteoporosis, osteopetrosis, penyakit tulang

Paget, dan tumor ganas tulang.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteomielitis, serupa dengan komplikasi yang disebabkan olehinfeksi odontogen, dapat merupakan komplikasi ringan sampai terjadinya kematian akibat

septikemia, pneumonia, meningitis, dan trombosis pada sinus kavernosus. Diagnosis yang tepat

amat penting untuk pemberian terapi yang efektif, sehingga dapat memberikan prognosis yang lebih

baik.

Osteomielitis pada maksilla jauh lebih jarang dibanding pada mandibula karena suplai darah ke

maksilla jaruh lebih ekstensif. Gangguan suplai darah merupakan sebuah faktor penting dalam

perkembangan ostemielitis. Mandibula menerima suplai darah utamanya dari arteri alveolar inferior.

Sumber sekunder adalah suplai periosteal yang melepaskan pembuluh-pembuluh nutrien yang

menembus tulang kortikal dan beranastomosis dengan cabang-cabang arteri alveolar .

Definisi:

Osteomielitis dental atau yang disebut osteomielitis pada tulang rahang adalah keadaan infeksi akut

atau kronik pada tulang rahang, biasanya disebabkan karena bakteri. Penyakit ini sulit untuk

didiagnosis dan diterapi. Gejala-gejala fisik pada penderita yang tidak dapat didiagnosis sebagai

penyakit khusus, seperti kelelahan, dan nyeri pada sendi atau edema pada jaringan di sekitar tulang

rahang sering disebabkan karena adanya infeksi bakteri yang tersembunyi pada tulang rahang yang

kumannya menyebarkan toksin ke jaringan sekitarnya.

Patogenesis, Tanda dan Gejala Klinik

Osteomielitis pada tulang rahang bermula dari infeksi dari tempat lain yang masuk ke dalam tulang

dan membentuk inflamasi supuratif pada medulla tulang, karena tekanan nanah (pus) yang besar,

infeksi kemudian meluas ke tulang spongiosa menuju ke daerah korteks tulang, dan akibatnya

struktur tulang rahang yang harusnya kompak dan padat jadi rapuh dan lubang-lubang seperti

sarang lebah dan mengeluarkan pus yang bermuara di kulit seperti fistel (terlihat seperti bisul) ,

kalau dibiarkan akibatnya bisa fatal, pada rahang yg rapuh ini bisa terjadi fraktur patologis.

Gejala awalnya seperti sakit gigi dan terjadi pembengkakan di sekitar pipi, kemudian pembengkakan

ini mereda, selanjutnya penyakitnya bersifat kronis membentuk fistel (saluran nanah yang bermuara

di bawah kulit) kadang tidak menimbulkan sakit penderita.

Diagnosis penyakit ini sering tidak terdeteksi dari pemeriksaan X-Foto baik digital maupun foto

panoramik. Pada sebagian besar kasus, tidak ditemukan adanya nyeri pada daerah wajah,

keengganan pihak medis untuk mencabut gigi yang busuk, serta budaya pasien yang sering menunda

mengobati giginya yang infeksi. Kesulitan dalam terapi osteomielitis adalah minimnya aliran darah

yang menuju daerah infeksi pada rahang tersebut, sehingga mencegah antibiotik mencapai

sasarannya.

Etiologi:

Page 11: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 11/16

Penyebab utama yang paling sering dari osteomielitis adalah penyakit periodontal (seperti gingivitis,

pyorrhea, atau periodontitis, tergantung seberapa berat penyakitnya). Bakteri yang berperan

terhadap proses terjadinya penyakit ini yang tersering adalah Staphylococcus aureus, kuman yang

lain adalah Streptococcus dan pneumococcus. Penyakit periodontal juga dapat menyebabkan

penyakit jantung melalui perjalanan infeksinya. Kekurangan vitamin C dan bioflavanoid dapat

menyebabkan sariawan yang merupakan awal dari salah satu penyakit periodontal, dapat dicegah

dengan mengkonsumsinya secara cukup.

Penyebab osteomielitis yang lain adalah tertinggalnya bakteri di dalam tulang rahang setelah

dilakukannya pencabutan gigi. Ini terjadi karena kebersihan operasi yang buruk pada daerah gigi

yang diekstraksi dan tertinggalnya bakteri di dalamnya. Hal tersebut menyebabkan tulang rahang

membentuk tulang baru di atas lubang sebagai pengganti pembentukan tulang baru di dalam

lubang, dimana akan meninggalkan ruang kosong pada tulang rahang (disebut cavitas). Cavitas ini

ditemukan jaringan iskemik (berkurangnya vaskularisasi), nekrotik, osteomielitik, gangren dan

bahkan sangat toksik. Cavitas tersebut akan bertahan, memproduksi toksin dan menghancurkan

tulang di sekitarnya, dan membuat toksin tertimbun dalam sistem imun. Bila sudah sampai keadaan

seperti ini maka harus ditangani oleh ahli bedah mulut.

Penyebab umum yang ketiga dari osteomielitis dental adalah gangren radix. Setelah gigi menjadi

gangren radix yang terinfeksi, akan memerlukan suatu prosedur pengambilan, tetapi seringnya tidak

tuntas waktu pencabutan sehingga masih ada sisa akar yang tertinggal di dalam tulang rahang,

selanjutnya akan memproduksi toksin yang merusak tulang di sekitarnya sampai gigi dan tulang

nekrotik di sekitarnya hilang.

Pada pembedahan gigi, trauma wajah yang melibatkan gigi, pemakaian kawat gigi, atau pemasangan

alat lain yang berfungsi sebagai jembatan yang akan membuat tekanan pada gigi (apapun yang dapat

menarik gigi dari soketnya) dapat menyebabkan bermulanya osteomielitis.

Selain penyebab osteomielitis di atas, infeksi ini juga bisa di sebabkan trauma berupa patah tulang

yang terbuka, penyebaran dari stomatitis, tonsillitis, infeksi sinus, furukolosis maupun infeksi yang

hematogen (menyebar melalui aliran darah). Inflamasi yang disebabkan bakteri pyogenik ini meliputi

seluruh struktur yang membentuk tulang, mulai dari medulla, kortex dan periosteum dan semakin

parah pada keadaan penderita dengan daya tahan tubuh rendah.

Terapi:

Pada osteomielitis sebaiknya pasien dirawat inap di rumah sakit. Penanganan penyakit ini adalah

menghilangkan faktor penyebabnya, gigi yang terinfeksi segera diekstraksi, squester-squester tulang

matinya bila ada dibuang (squesterektomy) serta pemberian antibiotik adekuat. Prosedur inimembutuhkan tindakan operasi supaya terbentuk penulangan baru yang sehat. Perbaikan keadaan

umum, nutrisi makanan, terapi vitamin, membantu mempercepat proses kesembuhan.

PENYAKIT GINGIVA DAN NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS (NUG)

Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit gingival biasanya dapat dikontrol tanpa penggunaan

antibiotik sistemik. Perawatan klinis yang dapat dilakukan termasuk perawatan lokal yaitu dengan

menghilangkan kalkulus dan plak (biofilm bakteri) dan pemberian desinfektan pada cairan gingival.

Pasien membutuhkan keterangan tentang bagaimana cara merawat sendiri penyakit tersebut

dengan menjaga agar jumlah bakteri tetap terkontrol. Perawatan yang membantu termasuk kumur-

kumur sehari 2 kali dengan obat kumur, menyikat gigi dengan campuran pasta gigi yang

Page 12: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 12/16

mengandung baking soda plus hydrogen peroksida dan atau kumur-kumur dengan air garam hangat

secara berkala.

Secara umum pemberian antimikrobial tidak direkomendasikan untuk gingivitis. Meskipun

streptococcal gingivitis dan necritizing ulcerative gingivitis (NUG) merupakan 2 tipe gingivitis yang

dapat diberikan terapi antimikrobial.

NUG sebelumnya disebut acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) juga dikenal sebagai Trench

mouth or Vincent's infection, merupakan suatu penyakit dengan rasa sakit yang sangat, berbau

busuk, penyakit ulseratif yang lebih sering terjadi pada orang yang mengalami stress berat dengan

keadaan kebersihan mulut yang sangat jelek. Hal ini dimanifestasikan secara akut, inflamasi, gusi

berdarah dan dihubungkan dengan adanya kehilangan dan kematian dari papilla interdental.

Halitosis dan demam sering ada, pemeriksaan mikrobiologis dari bakteri biofilms menemukan bahwa

dalam NUG terdapat bakteri spirochetes dan fusobacteria dalam jumlah yang sangat tinggi.

Managemen dari NUG termasuk pengambilan debridement secara besar-besaran pada semua gigi

dengan irigasi copius, bila dimungkinkan dapat menggunakan ultrasonic scaler. Aplikasi topikal juga

bisa diberikan dengan obat kumur antibakteri seperti 0.12 % chlorhexidine gluconate dan atau

kumur-kumur dengan larutan saline steril yang merupakan suatu perawatan efektif untuk

mengontrol rasa sakit dan adanya ulserasi dari NUG.

Antibiotika sistemik diperlukan jika terjadi simtom yang konstitusional seperti demam malaise (table

6). Pilihan antimikrobial harus mendasar, jika mungkin dilakukan tes suseptibilitas dan tes kultur

untuk flora subgingiva. Tes kultur juga harus diperoleh setelah dilakukan terapi untuk meyakinkan

bahwa sumber patogen telah hilang.

PERIODONTITIS (Lengkapnya pada bahasan Kelainan Jaringan Periodontal)

Debridmen, scalling dan root planning untuk mengangkat deposit subgingiva dan supergingivakalkulus dan plak gigi (bacterial biofilm) adalah tindakan yang perlu untuk mengintervensi penyakit

periodontitis ini. Tindakan ini dapat dilakukan pada saat kunjungan pertama. Antiseptik yang efektif

antara lain yaitu povidine, iodine, chlorhexidine, chloramines-T, atau larutan garam hangat.

Penggunaan antimikrobial sistemik merupakan indikasi utama untuk penyakit khronik periodontitis

dan aggressive periodontitis (lihat tabel 2 ). Pemberian antibiotik sistemik yang tepat harus

didasarkan pada tes kultur dan tes suseptibilitas pada flora subgingiva. Pemeriksaan kultur juga

harus dilakukan setelah terapi untuk meyakinkan bahwa sumber pathogen sudah tereleminasi /

hilang. Pemeriksaan kultur tersebut dilakukan jika keadaan memungkinkan.

PERICORONITIS

Pericoronitis merupakan suatu infeksi pada jaringan lunak perikoronal (opercula) yang bagian paling

besar / utama dari jaringan lunak tersebut berada di atas / menutupi mahkota gigi. Gigi yang sering

mengalami perikoronitis adalah pada gigi molar ketiga mandibula. Infeksi yang terjadi disebabkan

oleh adanya mikroorganisme dan debris yang terperangkap diantara mahkota gigi dan jaringan lunak

di atasnya. Pada umumnya perawatan kasus seperti ini dengan pemberian antibiotik merupakan hal

penting untuk dilakukan, agar mencegah meluasnya infeksi.

Terapi yang dilakukan secara lokal termasuk menghilangkan debridmen, melakukan irigasi dan

drainase pada daerah yang terkena (termasuk jika timbul abses), kemudian diikuti dengan grinding

atau pencabutan gigi yang berlawanan (antagonis). Setelah infeksi terkontrol, maka pada saat yangtepat jika gigi tersebut terpendam (impekted) maka segera dilakukan tindakan pencabutan gigi

Page 13: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 13/16

tersebut. Antimikrobial diberikan jika terjadi pembengkakan local dan difus, terjadi kenaikan suhu

tubuh dan terjadi trismus (tabel 2). Antimikrobial ini dapat diberikan secara local dan sistemik.

PERI-IMPLANT DISEASE

Kunci untuk meminimalkan kegagalan suatu implant merupakan tindakan yang tepat dengan

menetapkan diagnosis dan perawatan yang efektif pada penempatan suatu implant. Terapi esensial

termasuk control plak dan pengambilan semua deposit kalkulus secara professional dengan

menggunakan instrument mekanis. Terapi adjuvant termasuk melakukan kumur-kumur dengan

menggunakan chlorhexidine gluconate selama 30 detik setelah gogok gigi selama 21 hari. Antibiotik

dapat digunakan sebagai perawatan profilaksis pada saat suatu implant ditempatkan, atau pada

kasus terjadi peri-implant mucositis, peri-implantitis, dan kegagalan implant. Antibiotik yang

dianjurkan adalah clindamycin, amoxicillin / clavulanate atau metronidazole plus penicillin G atau

ampicillin atau macrolide.

ABSES PERIODONTAL

Merupakan inflamasi pada jaringan periodontal yang terlokalisasi dan mempunyai daerah yangpurulen. Abses periodontal dapat akut maupun kronis, abses yang akut sering menjadi kronis.

Penyakit ini diakibatkan oleh infeksi bakteri yang mengenai jaringan periodonsium. Penyakit

periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam

kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi. Kelainan yang paling banyak didapat

adalah kelainan dari gingiva karena gingiva terletak pada bagian permukaan sedangkan penyebab

yang paling menonjol adalah plak dan kalkulus (karang gigi). Di dalam mulut penuh dengan bakteri,

yang dengan mudah akan membentuk plak. Bentuk plak tipis dan tidak berwarna, dan kadang tidak

disadari bahwa plak telah terbentuk. Plak harus dibersihkan dengan menyikat gigi teratur, karena

plak lama kelamaan akan mengeras membentuk kalkulus (karang gigi), pada kondisi ini hanya bisa

dibersihkan oleh dokter gigi.

Karateristik Klinis:

Abses periodontal Akut:

Sekitar gingiva membesar, berwarna merah, oedem dan ada rasa sakit dengan sentuhan yang

lembut, permukaan gingiva mengkilat.

Biasanya terjadi kegoyahan gigi

Gigi sensitive terhadap perkusi

Ada eksudat purulen

Secara sistemis memperlihatkan adanya malaise, demam dan pembengkaan limponodi. Kadang-

kadang wajah dan bibir juga terlihat membengkak

Adanya rasa sakit pada daerah yang membengkak

Abses Periodontal Kronis:

Biasanya asimtomatik meskipun kadang-kadang merupakan lanjutan dari fase akut.

Etiologi:

Page 14: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 14/16

  Abses periodontal dapat dihubungkan dengan poket periodontal meskipun abses dapat terjadi

tanpa didahului oleh periodontitis. Perkembangan suatu abses periodontal terjadi ketika poket

menjadi bagian dari sumber infeksi.

Penyebab terjadinya abses periodontal adalah adanya plak, kalkulus, food debris, benda asing dan

pembuatan drainase yang salah. Bakteri plak pada poket periodontal menyebabkan iritasi daninflamasi, sehingga terjadi produk pus di dalam poket yang menyebabkan abses periodontal.

Perawatan Abses Periodontal:

Managemen abses periodontal termasuk menghilangkan debridemen dan pembuatan drainase

untuk pus. Terapi antimikrobial adalah penting ketika terjadi penyebaran penyakit secara lokal

maupun sistemik (tabel 2). Pencabutan gigi mungkin perlu dilakukan jika terapi antimikrobial gagal

dilakukan. Tahap perawatan abses periodontal adalah sebagai berikut:

Tahap 1:

Mereduksi abses dan inflamasi akut, membuat drainase dengan cara melakukan kuretase ke dalampoket periodontal atau membuat garis insisi pada abses dan dapat juga dengan cara mencabut gigi

 jika diperlukan untuk mengeluarkan eksudat purulen.

Tahap 2 :

Mereduksi poket dan mengambil jaringan granulasi yang menyebabkan abses, biasanya dengan cara

bedah flap periodontal.

Tahap 3 :

Terapi dengan antibiotik bila abses menyebabkan demam atau limfadenopati

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Ludwig's Angina. Wikipedia, The Free Encyclopedia.

http://www.en.wikipedia.org/wiki/ludwigangina

Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh M, Kurita K, Natsume N, Ariji E. 2002. Odontogenic Infection

Pathway to The Submandibular Space: Imaging Assessment.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi

A. W. Green, E. A. Flower dan N. E. New.. 2001.

Mortality Associated with Odontogenic Infection!. British Dental Journal.http://www.nature.com/bdj/journal/vigo/n10/full/48010244.html

B. Dental Osteomyelitis.

http://www.health.com/dental_osteomyelitis/

Brook I, Hunter V, Walker RI. Synergistic effect of Bacterioides, Clostridium, Fusobacterium,

anaerobic cocci, and aerobic bacteria on mortality and induction of subcutaneous abscesses in mice.

J Infect Dis. 1984;149:924-928.

Evaldson G, Heimdahl A, Kager L, Nord CE. The normal human anaerobic microflora. Scand J infect

Dis Suppl. 1982;35:9-15.

Page 15: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 15/16

Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Mengenal Tanda-tanda Sepsis Akibat Infeksi Odontogenik. Bedah

Mulut dan Maxillofacial (Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan

Rahang, perawatan serta rekonstruksinya)

Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan Maxillofacial

(Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan Rahang, perawatan

serta rekonstruksinya)

George K. B. Sandor, MD. 2006. Unilateral Facial Swelling caused by Ramsay Hunt Syndrome

Resembles Odontogenic Infection. Clinical Practice. http://www.cda-adc.com/jcda

Haruo Sakamoto, Hiroyuki Naito, Takayuki Aoki, Kazunari Karakida and Kazuo Shiiki. 1996.

Necrotizing fasciitis of the neck due to an odontogenic infection: A case report

http://www.springerlink.com/content/6772n7=22kul8u17/

Heimdahl A, von Konow L, Satoh T, Nord CE. Clinical appereance of orofacial infections of

odontogenic origin in relationto microbiological findings. J Clin Microbiol Immunol. 1991;16:123-125.

H.Thoma. Oral Pathology. St. Louis the CV Mosby Company,1990. Diseases of Jaws: Osteomyelitis of

The Jaws. p.859-78

KC Toran, Nath S, Shrestha S, Rana BBS JB. 2004. Odontogenic Origin of Necrotizing Fasciitis of Head

and Neck- a case report. Kathmandu University Medical Journal.

http://www.kumj.com.np/past/vol.2/isske4/361-363.pdf

Lin LJ., Chiu GK., Corbet EF. Are Periodontal Diseases Risk Factors for Certain Systemic Disorders-

What Matters to Medical Practitioners? Hongkong Med J.2003;9:31-37

Loesche WJ., Association of the Oral Flora with Important Medical Diseases. Curr Opin Periodontal.

1997;4:21-28.

Lynnus Peng, MD. 2006. Excerpt from Dental, Infections. E Medicine Word Medical Library.

http://www.emedicine.com/emerg/byname/dentalinfections.htm

Maestre-Vera JR. 2004. Treatment options in odontogenic infection. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.

http://www.siumed.edu/surgery/otol/ppts/odontogenicinfections.ppt

Marvin Goldfogel, DDS. 2006. Gingivitis and Periodontits. Healthopedia.

http://www.healthopedia.com/gingivitis&periodontitis

Michael T. Brennan, DDS, MHS, Michael S. Runyon, MD, Jayne J. Batts, MD, Philip C. Fox, DDS, M.

Louise Kent, RN, Timothy L. Cox, DDS, H. James Norton, PhD and Peter B. Lockhart, DDS. 2006. JADA

Continuing Education : Odontogenic Signs and Symptoms as Predictors of Odontogenic Infection. A

clinical trial.

American Dental Association.

http://www.jada.ada.org/cgi/content/fulltext/137/1/62

Namavar F, Verweij AMJJ, Bal M, Martijn van Steenbergen TJ, de Graaf J, MacLaren DM. Effect of

anaerobic bacteria on killing of Proteus mirabilis by human polymorphonuclear leukocytes. Infect

Immun. 1983;40:930-935.

Page 16: Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

7/18/2019 Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi

http://slidepdf.com/reader/full/pola-penyebaran-abses-akibat-infeksi-56d63644b3041 16/16

Namavar F, Verweij-van Vught AMJJ, Vel WAC, Bal M, MacLaren DM. Polymorphonuclear leukocyte

chermotaxis by mixed anaerobic and aerobic bacteria. J Med Microbiol. 1984;18:167-172.

Nino Zaya, MD. 2006. Diagnosis and Management of Odontogenic Infections.

Peter J. Aquilina, Anthony Lynham. 2003. Serious Sequele of Maxillofacial Infections. Royal Brisbane

Hospital, Spring Hill. http://www.mja.com.au/public/issues/179-10-171103/aqu10203.fm.pdf

Rahang Rontok Akibat Gigi Busuk. http://www.senyumsehat.wordpress.com/