perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD KARANGANYAR PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh : DEWI SRI REJEKI M3508021 DIPLOMA III FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
65
Embed
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL …/Pola... · hiperlipidemia sudah sesuai dengan standar dari PERKENI dan DEPKES RI. Kata kunci : Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia,Antidiabetika
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA
HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD
KARANGANYAR PERIODE JANUARI DESEMBER 2010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
DEWI SRI REJEKI
M3508021
DIPLOMA III FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 30 November 2011
DEWI SRI REJEKI NIM. M3508021
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA
HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD KARANGANYAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
DEWI SRI REJEKI Jurusan D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena tubuh tidak
mampu mengendalikan jumlah gula, dalam aliran darah, sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat diabetes mellitus yang meliputi golongan, dosis, aturan pakai, dan kombinasi obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Karanganyar periode Januari-Desember 2010..
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari berkas rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang meliputi terapi Diabetes Mellitus pada tahun 2010, berumur 30-70 tahun dengan penyakit penyerta hiperlipidemi, telah mendapat terapi obat antidiabetika oral dan obat antihiperlipidemia dan mempunyai rekam medis yang lengkap. Data yang diambil adalah data pasien dan data terapi pengobatannya. Data pasien antara lain nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, domisili. Sedangkan data terapi pengobatannya yang diambil yaitu jenis obat yang digunakan, meliputi nama obat, dosis, kombinasi obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif non analitik.
Pada penelitian didapat hasil bahwa 52% pasien wanita lebih banyak terdiagnosis penyakit Diabetes Melitus dengan hiperlipidemia dibandingkan Pria 48%. Sebanyak 62,5% menggunakan antidiabetik oral tunggal yaitu glucodex®, 25% menggunakan glibenklamid dan 12,5% pasien menggunakan glucophage®. Sebanyak 75% menggunakan terapi kombinasi glucodex® metformin dan 25% menggunakan glibenklamid metformin. Sehingga pelayanan terapi di RSUD Karanganyar untuk pasien Diabetes mellitus dengan penyakit penyerta hiperlipidemia sudah sesuai dengan standar dari PERKENI dan DEPKES RI.
Kata kunci : Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia,Antidiabetika Oral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
THE PATTERN OF ORAL ANTIDIABETIC AGENT USE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENT WITH HYPERLIPIDEMIA
ACCOMPANYING DISEASE IN INPATIENT INSTALLATION OF KARANGANYAR LOCAL HOSPITAL DURING JANUARY TO
DECEMBER 2010 PERIOD
DEWI SRI REJEKI D3 Pharmacy Department of Mathematics and Sciences Faculty of Sebelas
Maret University
ABSTRACT Diabetes is a disease resulting from body not capable of controlling sugar
level in blood flow, so that the blood sugar level increases. This research aims to find out the pattern of antidiabetic agent use including grade, dose, administration route, and drug combination in Type 2 Diabetes Mellitus patient with hyperlipidemia accompanying disease in inpatient installation of Karanganyar Local Hospital during January to December 2010 period.
This research employed a non-experimental research design and descriptive in nature. The data was collected retrospectively from the medical record document of patients who meet the inclusion criteria including Diabetes Mellitus therapy in 2010, 30-70 years age with hyperlipidemia accompanying disease, have obtained oral antidiabetic and anti-hyperlipidemia agents and have complete medical record. The data that was taken included patient data and their medication therapy data. The patient data included medical record number, age, sex, and domicile. Meanwhile the medication therapy data taken was the drug used, including drug name, dose, drug combination, preparation form, and administration route. The data obtained was then analyzed using non-analytical descriptive statistic method.
In this research, it can be found those 52% female patients were diagnosed more with Diabetes Mellitus with hyperlipidemia diseases than the male patient of 48%. 62,5% use single oral antidiabetic agent namely glucodex, 25% use glibenklamid and 12,5% use glucophage. 75% use combined therapy of glucodex-metformin and 25% use glibenklamid-metformin. Thus, the therapy service in Karanganyar Local Hospital for Diabetes Mellitus patients with hyperlipidemia accompanying disease has been consistent with the standard from PERKENI and
4. Gejala dan Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Setiap jenis penyakit pasti terlebih dahulu diawali dengan munculnya
gejala penyakit. Begitu juga dengan diabetes yang terlebih dahulu diawali
dengan munculnya sejumlah gejala klinis diabetes. Pada gejala diabetes
mellitus tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang
jelas.
Gejala yang terjadi pada diabetes ini yaitu :
a. Buang air kecil secara berlebihan (Poliuria)
Gejala ini terjadi karena kadar gula dalam darah (glukosa) yang
berlebih, sehingga tubuh dirangsang untuk mengeluarkan kelebihan gula
tersebut melalui ginjal bersama urine. Tergantung tingkat gejala diabetes,
warna dan kepadatan urine bisa berubah, biasanya urine encer dan
warnanya pucat. Biasanya gejala ini puncaknya terjadi pada malam hari
ketika tidur malam karena saat malam hari kadar gula dalam darah relatif
lebih tinggi daripada siang hari (Sutanto, 2010).
b. Banyak minum karena rasa haus yang berlebihan (Polidipsia)
Karena sering buang air kecil, membuat tubuh merasa haus yang
berlebihan. Akibatnya penderita diabetes menjadi sering minum untuk
menggantikan cairan yang keluar. Banyaknya air yang diminum kemudian
menimbulkan hasrat buang air kecil. Begitulah seterusnya. Banyaknya air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang diminum penderita diabetes lebih dari 3 liter per hari, jauh di atas
jumlah konsumsi air orang normal. Gejala ini akan berlangsung terus
menerus selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik (Sutanto,
2010).
c. Makan yang berlebihan (Polifagia)
Seorang diabetes yang baru makan akan mengalami
ketidakcukupan hormon insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel,
hal ini akan menyebabkan tubuh akan selalu merasa kelaparan, sehingga
tubuh sering terasa lemah. Kompensasinya seseorang diabetes akan
makan lebih banyak lagi (Sutanto, 2010).
d. Merasa sering kelelahan
Pada penderita diabetes yang telah akut, umumnya penderita
mudah mengalami lelah, letih seperti hilang tenaga. Biasanya gejala ini
sering terabaikan karena dianggap sebagai kelelahan akibat kerja. Gejala
ini disebabkan karena tubuh kekurangan oksigen untuk membakar gula
menjadi energi. Gula dalam darah menumpuk banyak di pembuluh darah
sehingga membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat
sehingga menyebabkan gangguan pasokan oksigen yang dibawa oleh
darah. Padahal agar bekerja secara optimal, tubuh memerlukan oksigen
untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen
tersebut, tubuh kehilangan tenaga sehingga muncullah gejala kelelahan,
sakit kepala, jantung berdebar-debar dan jika sudah parah dapat
menyebabkan penderita mengalami stroke (Sutanto, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Berat badan menurun
Pada umumnya penderita diabetes badannya kurus, meskipun
makannya banyak. Padahal sebelum terkena diabetes, penderita diabetes
berat badannya gemuk meskipun nafsu makannya biasa-biasa saja.
Gejala ini ditimbulkan akibat insulin tidak dapat mengedarkan gula darah
ke seluruh tubuh, sebaliknya gula darah yang berlebih justru dikeluarkan
melalui ginjal menjadi urine (Sutanto, 2010).
Setiap orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes
selayaknya waspada akan kemungkinan dirinya mengidap diabetes. Para
petugas kesehatan, dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya pun
sepatutnya memberi perhatian kepada orang-orang seperti ini, dan
menyarankan untuk melakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui
kadar glukosa darahnya agar tidak terlambat memberikan bantuan
penanganan. Karena makin cepat kondisi diabetes melitus diketahui dan
ditangani, makin mudah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
mencegah komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi (Anonim, 2005).
Beberapa faktor risiko untuk diabetes melitus, terutama untuk DM Tipe 2,
dapat dilihat pada Tabel II berikut ini
Tabel II. Faktor Resiko untuk Diabetes Tipe 2 (Anonim, 2005)
Riwayat Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
Obesitas >120% berat badan ideal Umur 20-59 tahun : 8,7%
> 65 tahun : 18% Hipertensi >140/90mmHg Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl
Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl Faktor-faktor lain Kurang olah raga, Pola makan rendah serat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Komplikasi DM tipe 2
Komplikasi-komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori:
a. Akut
Komplikasi akut DM terjadi apabila kadar glukosa darah seseorang
meningkat atau menurun tajam dalam waktu singkat. Penderita umumnya
mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Hipoglikemia adalah suatu keadaan seseorang dengan kadar glukosa
darah dibawah nilai normal.
2) Ketoasidosis adalah suatu keadaan kekurangan insulin, dan sifatnya
mendadak.
3) Koma hiperosmolar non ketotik adalah dehidrasi berat, hipotensi, dan
menimbulkan syok (Rachmawati, 2009).
b. Kronik
Komplikasi kronik DM terjadi apabila kadar glukosa darah secara
berkepanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi kronik DM berupa:
1) Makroangiopati adalah komplikasi makrovaskular, seperti: penyakit
jantung koroner (Coronary Heart Desease), penyakit pembuluh darah
otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Vaskular
Disease).
2) Mikroangiopati adalah komplikasi mikrovaskular yang melibatkan
pembuluh darah kecil dan merupakan lesi spesifik diabetes yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyerang kapiler dari arteriola retina (retinopati diabetik),
glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik), otot-otot, serta kulit (Rachmawati, 2009).
6. Diagnosis penyakit
Tes diagnosis untuk diabetes harus dilakukan bila hasil tes penyaringan
positif atau terdapat gejala khas diabetes seperti : poliuria, polidipsia, polifagia
atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan glukosa darah puasa atau tes
toleransi glukosa (Sidartawan, 1999). Menurut PERKENI, tiga kriteria DM
adalah sebagai berikut:
a. Kadar gluk
b.
c.
gram pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) (Anonim, 2006).
ADA (American Diabetes Association) mengakui adanya suatu
kelompok antara, dimana hasil pemeriksaan belum menunjukkan adanya
diabetes namun kadar glukosa tersebut sudah melampaui nilai normal.
Kelompok ini disebut sebagai kelompok dengan Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) dan didapatkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
antara 110 mg/dl dan 126 mg/dl. Sedangkan bila kadar glukosa darah puasa
kurang dari 110 mg/dl maka dinyatakan normal. Selain pemeriksaan kadar
gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan HbA1C atau glycosylated
haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang
dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4% -
5,9%.Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko
timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita Diabetes Mellitus kadar
HbA1C ditargetkan kurang dari 7 % (Sidartawan, 1999).
7. Patogenesis Penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik
dengan karakter utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran yang kuat dalam
munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor
lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas dan
tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin,
resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar
(Sidartawan, 1999).
Pada DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes dan
biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.
Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisi dan produksi asam
lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan
pengambila
gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 lebih disebabkan
karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya olahraga,
dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik (Asdie, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
8. Pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2
Tujuan pengobatan adalah mengurangi resiko untuk komplikasi
penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala,
mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup (Dipiro dkk., 2008).
a. Terapi Non Farrmakologi
1) Diet
Terapi pengobatan nutrisi adalah direkomendasikan untuk
semua pasien diabetes mellitus, terpenting dari keseluruhan terapi
nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil metabolik optimal dan
pemecahan serta terapi dalam komplikasi. Individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan
diet seimbang. Diabetes membutuhkan porsi makan dengan
karbohidrat yang sedang dan rendah lemak, dengan fokus pada
keseimbangan makanan. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 sering
memerlukan pembatasan kalori untuk penurunan berat badan (Dipiro
dkk, 2008).
2) Olahraga/aktivitas
Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan kontrol
gula pada mayoritas individu dan mengurangi resiko kardiovaskuler
kontribusi untuk turunnya berat badan atau pemeliharaan (Dipiro dkk,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Terapi Farmakologi
Obat antidiabetika oral digunakan untuk pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Obat-obat ini hanya digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat
dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan, dimana apabila setelah
upaya perubahan pola hidup, kadar gula darah tetap diatas 200 mg% dan
HbAc1 diatas 7%.
Pemilihan obat yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
diabetes bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien.
Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu
jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan obat harus
mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes serta kondisi kesehatan
pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang
ada (Anonim, 2005).
Antidiabetika oral terbagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1) Golongan Sulfonylurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin pada
pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat
diproduksi. Obat golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh sel
pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih (Anonim, 2006).Contoh obat yaitu glikazid,
glibenklamid, glipizid, dan glimepirid (Sukandar, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Efek Samping
Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama
bila dipakai dalam 3-4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan
diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada
gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena
hipoglikemia lebih mudah timbul. Namun secara umum, obat ini baik
menurunkan glukosa darah (Tandra, 2008).
2) Golongan Biguanida
Golongan obat ini memperbaiki kerja insulin dalam tubuh
dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi
pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanida
menghambat proses ini sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut
glukosa dari darah masuk ke sel berkurang dan glukosa darah menjadi
turun. Obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat
yaitu metformin (Tandra, 2008).
Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping.
Namun, pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada
saluran cerna, misalnya: gangguan pengecapan, nafsu makan menurun,
mual, muntah, kembung, sebah, atau nyeri perut, diare (Tandra, 2008).
3) -glukosidase
Obat golongan ini bekerja menghambat alpha-glukosidase
sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam usus halus, dengan demikian memperlambat dan menghambat
penyerapan karbohidrat. Contoh obat yaitu Acarbose dan Miglitol
(Tandra, 2008).
Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, tetapi ada efek
samping yang kadang mengganggu yaitu: perut kembung, terasa
banyak gas, dan diare. Keluhan ini biasa timbul pada awal pemakaian
obat, yang kemudian berangsur berkurang (Tandra, 2008).
4) Thiazolidindion
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi
insulin karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi
lebih sensitif terhadap insulin. Contoh obat yaitu pioglitazon dan
rosiglitazon (Tandra, 2008).
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul pada obat
golongan ini adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capek. Efek
serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati. Maka perlu pemakaian
piioglitazone atau rosiglitazone perlu dilakukan pemeriksaan hati,
terutama pada tahun pertama pemakaian obat (Tandra, 2008).
5) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan penekanan meningkatkan sekresi insulin. Obat
dari golongan ini terdiri dua macam yaitu : repaglinid dan nateglinid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral dan
diekskresi secara cepat melalui hati (Anonim, 2006).
Efek Samping
Efek samping penggunaan glinid adalah efek hipoglikemi dan
peningkatan berat badan (Anonim, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
9. Algoritma Terapi DM tipe 2
Algoritme terapi Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
ini :
Target tercapai Target GDS/GDPP tidak tercapai setelah 1 bulan
kombinasi 2 agen monoterapi
monoterapi Target tercapai Target tidak tercapai setelah 3 bulan
Target terapi Target tidak tercapai setelah 3 bulan
Gambar 1. Algoritma kontrol glikemi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 anak-anak
dan dewasa (sumber : Triplitt dkk, 2005). Keterangan: 1. Hanya metformin yang diakui oleh FDA sebagai agen diabetik oral untuk anak-umur 10); agen oral lainnya boleh digunakan dengan kebijakan klinik. 2. Dilihat algoritma insulin untuk DM Tipe 2 pada anak-anak dan dewasa.
dipertimbangkan intervensi awal insulin atau insulin analog.
oral (metformin-sulfonilurea atau pilihan lainnya) pada pemberian.
Target
Glukosa darah 2 jam -180
mg/dl
Intervensi awal2,4
berupa edukasi, terapi,
gizi medis, latihan
HbA1c setiap
3-6 bulan Dimulai
Monoterapi atau
kombinasi 2 agen4,6
Lanjutkan
terapi HbA1c
tiap 3 6 bulanKombinasi 2 agen
Lanjutan terapi Tambahkan 3 oral agent
jika HbA1c < 8,5% atau
tambahkan insulin bila
Alternatif kombinasi 2 agen Sulfonilurea + Metformine7 Metformine + TZD Sulfonilurea atau metformine + exanatide
Alternatif monoterapi Metformine 1,7, TZD, sulfonylurea 7, insulin2 Alternatif monoterapi lain Sekretogogue non sulfonilurea-nateglinide atau repaglinide Penghambat glukosidase alfa acarbose atau miglitol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5. Dilihat algoritma nutrisi secara medis, kehilangan berat dan latihan fisik. 6. Jika awal terapi kombinasi dimulai, ditentukan pilihan terapi tambahan sampai 3 6 bulan jika target glikemik tidak terpenuhi. 7. Lebih dipilih pada pasien kelebihan berat badan/obese atau pasien dislipidemia.
10. Algoritme Pencegahan DM tipe 2
Algoritme pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dilihat pada gambar 2
sebagai berikut :
Deteksi dini Perubahan gaya terapi farmakologis Hidup
Gambar 2. Algoritma pencegahan DM tipe 2 (Anonim, 2006).
11. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak (kolesterol, trigliserida
maupun keduanya) dalam darah. Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang
kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses
Belum dianjurkan
Terapi gizi media Aktivitas fisik Penurunan berat badan (BB)
Populasi dengan risiko tinggi Pada usia <30 tahun
Riwayat keluarga DM Kelainan kardiovaskular Berat badan lebih Gaya hidup sedenter Diketahui mengalami GDPT atau TGT Hipertensi Trigliserida meningkat, HDL rendah atau keduanya Riwayat DMG Riwayat melahirkan bayi > 4000g PCOS
Hipertensi
Dislipidemia
Kebugaran
fisik
Control BB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam
tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk
digunakan di kemudian hari. Dua lemak utama dalam darah yaitu kolesterol
dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa
mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan protein ini disebut
lipoprotein. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak,yaitu :
Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, kurang
olahraga, penggunaan alkohol, merokok, diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik (Sahab, 2010).
Gejala hiperlipidemia ditandai dengan kadar lemak yang tinggi.
Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk
suatu pertumbuhan yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di
dalam kulit. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dL atau
lebih) bisa menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari
pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat) (Sahab, 2010).
Diagnosa hiperlipid dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar kolesterol LDL, HDL dan
trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal selama 12 jam (Sahab,
2010). Adapun data yang menunjukkan diagnosa pasien hiperlipidemia dapat