Page 1
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI BALAI PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN PABELAN MAGELANG JAWA TENGAH
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
SKRIPSI
OLEH:
SUFIYAN ALWI
NIM. 43010-15-0005
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
Page 6
vi
MOTTO
, فندامة العقبى لمن يتكاسل إجهد و ل تكسل و ل تك غافلا
“Bersungguh-sungguhlah, jangan bermalas-malasan dan jangan pula
lalai, penyesalan hanyalah milik orang yang bermalas-malasan”
(at Thughro’i)
Ilmu yang tinggi tanpa iman dan taqwa adalah kosong
(Sufiyan Alwi)
Page 7
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT dan segenap ketulusan hati,
skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak Ahmad Affandi, Ibu Rahayu Ahadiah, kakak-kakakku Hisyam Alwi dan
Fitria Istiqomah serta semua keluargaku.
2. Keluarga besar Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
3. Ikatan Keluarga Pondok Pabelan (IKPP) yang telah membantu memberi
banyak masukan data, saran serta kritikan dalam penulisan skripsi.
4. Teman-teman seperjuangan KPI angkatan 2015, kususnya Ibnu, Bagas, Tyar,
Muhammad Iqbal, Iqbal Sihabuddin, Abid, Roy, Diah, Humaida, Anggi,
Corona, Alma, Diyan dan Ifa.
5. Teman-teman posko 92 KKN IAIN Salatiga di Kunciombo, Miftahul Huda,
Niadhatul Khasanah, Mayya Musshoffa, Diyah Nuraini, Istighfarin, Dina
Hunafa dan Nur Khasanah.
6. Keluarga besar Dusun Kunciombo yang telah memberi hiburan dan motivasi
dalam pengerjaan skripsi ini, khususnya Rifai Gondhell, Andika Rento, Eka
Peshekk, Arif Jimbull dan Nopi Kvt.
7. Semua pihak yang telah mendukung terlaksananya tugas akhir ini.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
حيم حمان الر الر بسم الله
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang
telah menjadi suri tauladan bagi kita.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan
penulis yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
sekaligus dosen pembimbing skripsi.
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam IAIN Salatiga.
4. Para bapak dan ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga dan teman-teman Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam IAIN Salatiga angkatan 2015 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Page 9
ix
5. Keluarga besar Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan yang memberikan
sambutan hangat selama penelitian penulis.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi penulis, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi bagi penulis sehingga
bisa menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis senantiasa mengaharapkan masukan dan kritik yang
membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 29 Agustus 2019
Sufiyan Alwi
NIM. 43010150005
Page 10
x
ABSTRAK
Alwi, Sufiyan. 2019. Pola Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan Magelang Jawa Tengah. Skripsi. Salatiga: Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Pondok Pesantren.
Balai Pendidikan Pondok Pesanten Pabelan merupakan salah satu lembaga
Islam yang membantu dan membina santri dari segi agama. Pabelan didirikan oleh
KH. Hamam Dja’far tahun 1965, di bawah kepemimpinannya Pondok Pabelan
mengalami kemajuan yang pesat. KH. Hamam Dja’far membentuk Yayasan Badan
Wakaf Pondok Pabelan pada tahun 1991 untuk membantu pengelolaan pondok,
karena bertambahnya santri dan banyaknya tugas kiai di luar pondok. Dua tahun
yayasan dibentuk, KH Hamam Dja’far wafat. Yayasan mengambil alih
kepemimpinan mulai tahun 1993 dengan langkah-langkahnya, hingga kini Pondok
Pabelan masih esksis.
Muncul pertanyaan dari latar belakang di atas, bagaimana pola komunikasi
organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan? Apa hambatan dalam
komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan?
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori pola komunikasi yang
berlangsung sesuai struktur aliran pesan. Menurut Joseph A. DeVito, pola
komunikasi organisasi ada lima, yaitu pola lingkaran, pola roda, pola Y, pola rantai
dan pola bintang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif.
Pengambilan sampel dengan dilakukan dengan teknik sampel purposif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi
serta menggunakan teknik triangulasi data untuk mengecek keabsahan data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan menggunakan dua pola komunikasi, yaitu pola komunikasi Y
dan Pola komunikasi bintang. Ada dua hambatan yang terjadi, yaitu pesan
komunikasi vertikal yang bersifat berstruktur lama tersampaikan dan kesalahan
dalam interpretasi pesan.
Page 11
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berfikir ................................................................................. 10
Bagan 2.1 Pola Struktur Lingkaran ....................................................................... 25
Bagan 2.2 Pola Struktur Roda ............................................................................... 26
Bagan 2.3 Pola Struktur Y ..................................................................................... 27
Bagan 2.4 Pola Struktur Rantai ............................................................................. 27
Bagan 2.5 Pola Struktur Semua Saluran ................................................................ 28
Bagan 4.1 Pola Struktur Y di BPPP Pabelan ......................................................... 58
Bagan 4.1 Pola Struktur Bintang di BPPP Pabelan ............................................... 67
Page 12
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. v
MOTTO ................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 9
E. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 12
B. Landasan Teori .......................................................................................... 14
Page 13
xiii
1. Organisasi .......................................................................................... 14
a) Pengertian Organisasi .................................................................. 14
b) Ciri-Ciri Organisasi ...................................................................... 16
c) Faktor Pembentuk Organisasi ...................................................... 17
d) Prinsip Organisasi ........................................................................ 18
2. Komunikasi Organisasi ...................................................................... 19
a) Komunikasi Organisasi ................................................................ 19
b) Fungsi komunikasi dalam Organisasi ........................................... 21
c) Indikator Komunikasi Organisasi ................................................ 22
d) Jenis Pola Komunikasi ................................................................. 23
e) Bentuk Pola Komunikasi Organisasi ............................................ 24
f) Arus Komunikasi dalam Organisasi ............................................. 29
3. Pondok Pesantren ............................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 34
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 35
C. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 35
D. Tahap Penelitian ........................................................................................ 35
E. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 36
F. Sumber Data .............................................................................................. 37
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 37
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 39
I. Teknik Validitas Data ............................................................................... 40
Page 14
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 42
1. Gambaran Umum Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan ........ 42
2. Temuan Penelitian .............................................................................. 52
B. Pembahasan .............................................................................................. 55
1. Pola Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan ............................................................................................... 55
2. Faktor Penghambat Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan ………………...……………………….. 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 70
B. Saran ......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk sosial adalah makhluk yang saling mempunyai
ketergantungan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tak akan
mampu hidup tanpa komunikasi karena inti dari sebuah interaksi adalah
komunikasi. Allah berfirman dalam kitab-Nya:
ارفوا يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتع
عليم خبير أتقاكم إن الل إن أكرمكم عند الل
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
laki-laki dan seorang perempua, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujurat: 13)
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang diciptakan secara berbeda satu sama lain dengan tujuan agar saling
mengenal satu sama lain. Untuk mengenal orang lain, terjadi proses
interaksi yaitu komunikasi. Inilah urgensi komunikasi dalam kehidupan
manusia.
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antara
komunikator dan komunikan. Segala hal dalam kehidupan ini berkaitan
dengan komunikasi. Komunikasi menjadi efektif apabila pesan atau
informasi yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan jelas oleh
komunikan serta ada timbal balik (feedback) dari pelaku komunikasi.
Page 16
2
Menurut Mukti Ali (dalam Ali, 2017: vii) para ahli komunikasi
berbeda pendapat tentang makna komunikasi. Namun, sebagian besar
memahami bahwa komunikasi adalah bagaimana menyampaikan gagasan
atau cara berfikir yang didasari pada referensi atau budaya yang
membelakanginya, karena hakikatnya berkomunikasi adalah proses
penyampaian gagasan atau pengejawantahan budaya yang dimiliki oleh
pelaku komunikasi, baik sebagai komunikator maupun komunikan. Isi
pesan atau materi komunikasi hampir dipastikan sebagai hasil dari reduksi
pikiran dan pengalaman pelaku komunikasi.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada yang benar ataupun
salah. Seperti juga model atau teori, definsi harus dilihat dari
kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya
“Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau
terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk
hidup atau lebih,” sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk
hewan, tanaman dan bahkan jin (Mulyana, 2016: 46).
Komunikasi adalah kebutuhan hidup, manusia tidak bisa hidup
tanpa komunikasi. Semua aktifitas manusia, organisasi dan lembaga
membutuhkan komunikasi. Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson
(dalam Mulyana, 2013: 5) dua fungsi komunikasi yaitu untuk kelangsungan
hidup diri sendiri dan juga untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya
Page 17
3
untuk memperbaiki hubungan sosial yang mengembangkan keberadaan
suatu masyarakat.
Organisasi merupakan salah satu yang tak bisa lepas dari
komunikasi. Apabila berbicara tentang organisasi, pasti akan membahas
juga tentang komunikasi. Organisasi merupakan kumpulan individu yang
memiliki tujuan bersama, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang
tepat untuk menyamakan tujuan dari masing-masing iindividu untuk
menghindari kesalah pahaman.
Organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan
mencapai tujuan bersama atau tujuan umum. Dikatakan suatu sistem karena
organisasi itu sendiri terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu
sama lain. Bila satu bagian terganggu maka akan ikut berpengaruh pada
bagian lainnya (Muhammad, 2014: 24).
Dalam penerapannya, organisasi harus dilakukan secara bersama-
sama dengan pembagian tugas yang sesuai dengan porsi kemampuan
masing-masing individu. Satu sama lain harus terjadi koordinasi yang baik,
guna efektifitas kinerja dan menghindari tumpang tindih kewajiban.
Organisasi dikatakan baik apabila tujuan tercapai dengan kerjasama
yang dilakukan secara baik oleh anggotanya. Kunci utama dari sebuah
organisasi adalah kerjasama. Allah berfirman di dalam kitab-Nya:
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان
Artinya:“....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan janganlah kalian saling tolong-
Page 18
4
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...” (Q.S.
Al-Maidah: 2)
Di dalam organisasi, terdapat penyampaian model atau pola
komunikasi yang beragam. Pola merupakan gambaran tentang sebuah
proses yang terjadi dalam suatu bahasan.
Salah satu lembaga yang banyak tersebar luas di Indonesia pondok
pesantren, yaitu lembaga dalam bidang pendidikan islam berbasis asrama.
Pondok sebagai lembaga dijalankan oleh beberapa pihak yang memiliki
peran dan fungsi berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Untuk meraih
itu, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara individu-individu yang
berpartisipasi dalam berlangsungnya program pondok.
Pondok pesantren telah ada sejak jaman penjajahan dulu. Menurut
Alfan Firmanto (dalam Hidayat, dkk., 2015: 315), bagi bangsa Indonesia,
Islam yang telah hadir berabad-abad lamanya merupakan ajaran yang telah
membentuk karakter bangsa. Sebagai agama universal terbesar di Indonesia,
Islam menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air dan mewarnai berbagai
kebudayaan yang telah hidup sebelumnya. Tidak sedikit kebudayaan-
kebudayaan itu yang hidup dalam nafas Islam sebagai jiwanya.
Setiap kebudayaan yang disentuh Islam tampaknya mempunyai
keunikan tersendiri. Keterbukaan Islam terhadap unsur-unsur budaya yang
tidak bertentangan ruhnya (substansinya) telah menyebabkan kebudayaan
merebak, bahkan berkembang menuju rona baru dengan Islam sebagai
warna dasarnya. Keanekaragaman budaya dalam kesatuan spiritual
merupakan ciri khas kebudayaan berlandaskan keislaman. Keanekaragaman
Page 19
5
dalam kesatuan ini kemudian menjadi sumber kekuatan budaya bangsa yang
telah tersentuh Islam sepanjang sejarah.
Tersebarnya Islam yang merata di seluruh Indonesia turut
memengaruhi pendidikan bangsa ini. Pendidikan Islam yang diawali dengan
pendidikan al-Quran, berkembang menjadi pondok pesantren. Menurut Yuli
Rahmawati (2010: 4) pesantren sendiri adalah institusi pendidikan yang
dimiliki rakyat pribumi yang membantu masyarakat untuk menjadi kenal
huruf dan budaya, kususnya budaya Islam.
Pendidikan Islam berbasis pondok pesantren berkembang pesat dan
tersebar di seluruh Indonesia. Menurut data yang dihimpun Kementrian
Agama pada tahun 2011-2012, di Indonesia terdapat 27.230 pondok
pesantren dengan jumlah santri 3.759.198 orang santri yang terdiri dari
1.886.748 orang santri laki-laki (50,19%) dan 1.872.450 orang santri
perempuan (49,81%) (Hidayat, dkk., 2015: 169).
Pesantren merupakan lembaga yang mempunyai arti penting karena
perubahan pemikiran di tingkat bawah dapat membawa perubahan
mendasar dalam pembangunan. Oleh karena itu, pesantren dipandang
sebagai alat transformasi kultural sebab ia membawa santri dan masyarakat
ke dalam lingkup pengaruh sumber-sumber nilai akhlak dan norma-norma
agama sebagai kerangka acuan bagi sikap yang ideal menurut ajaran Islam
(Bariyah, 2001: 1).
Dari peran dan data perkembangan pondok pesantren tersebut, dapat
dilihat bagaimana masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan tinggi
Page 20
6
terhadap lembaga pesantren. Banyak anak muda penerus bangsa tidak hanya
mengenyam pendidikan berbasis formal dengan tujuan utama mendapat
ijazah dan gelar sarjana. Karena, pondok pesantren pun didominasi oleh
pemuda-pemudi yang hendak mendalami ilmu agama Islam.
Mulanya, pondok pesantren di Indonesia hanyalah sebuah lembaga
pendidikan yang mengajarkan budaya dan kitab Islam kepada santrinya.
Yang mana, semua yang diajarkan adalah hal-hal tentang kajian Islam,
contohnya ushul fiqih, fiqih, nahwu, dan lain sebagainya. Apabila mereka
memahami Islam lebih baik dari golongan masyarakat yang tidak belajar di
pondok pesantren, umumnya dipercaya menjadi pendakwah yang
menguasai materi untuk mengisi pengajian.
Pada abad ke-20 pondok pesantren mengalami perubahan
pandangan dalam sistem pendidikan. Perubahan ditunjukkan dengan sistem
pendidikan modern atau bersifat klasikal. Hal ini terwakili oleh Pondok
Modern Gontor yang didirikan pada tahun 1926. Penekanan pada
penguasaan bagasa seperti bahasa Arab dan Inggris menjadi ciri khas
pondok pesantren ini. Selain itu, pondok pesantren ini dilengkapi dengan
asrama, gedung, tempat berceramah, tempat berpidato dan tempat
bersandiwara atau penampiilan (Ghauhar, 2012: 2).
Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu
menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren
dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan
Page 21
7
umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-
sama berkembang di pesantren (Rahmawati, 2010:8).
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan yang beralamat di
Mungkid, Magelang, adalah pesantren yang berdiri sejak 1965 oleh Kiai
Hamam Dja’far (wafat 1993) sebagai pendirinya. Kiai Hamam membentuk
Yayasan Badan Wakaf Pondok Pabelan di tahun 1991 karena banyaknya
jumlah santri serta bertambahnya tugas kiai di luar pondok. Dua tahun
yayasan dibentuk, kiai wafat. Maka merupakan tugas yayasan untuk
melanjutkan kepemimpinan pondok. Hingga kini pondok tetap eksis setelah
melalui banyak hambatan.
Pesantren Pabelan berbasis sistem modern yang memiliki kurang-
lebih 600 santri ini masih eksis hingga kini. Dengan jumlah santri yang
banyak, Kiai Ahmad Najib putra dari pendiri Pondok Pesantren Pabelan,
tidak bisa terjun langsung mendidik para santri secara personal.
Santri di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan merangkap
fungsi sebagai santri dan pengasuh untuk santri lainnya. Kiai memberi
amanah kusus pada santri senior untuk menjadi pendamping kamar,
pengurus, maupun ustadz untuk mengasuh santri di asrama.
Sebagai lembaga, pondok ini berjalan dengan sistem yang telah
dibentuk. Tak sedikit peran dari individu atau anggotanya dalam roda
kegiatannya. Kiai, ustadz, guru, pengurus OPPP, pendamping kamar dan
juga santri secara bersama menjalankan perannya masing-masing. Di sini,
terjadi interaksi antara sesama anggota dalam setiap kegiatannya.
Page 22
8
Menarik untuk diteliti, bagaimana proses komunikasi yang terjadi di
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan ini. Dengan Kiai Ahmad Najib
yang tidak selalu bisa langsung terjun pada santri secara personal, Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan tetap bisa menjalankan sistem yang
ada dengan baik.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
“POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DI BALAI PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN PABELAN MAGELANG JAWA TENGAH.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pola komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan?
2. Apa hambatan dalam komunikasi organisasi yang terjadi di Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola komunikasi organisasi di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan.
2. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam komunikasi organisasi
di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Page 23
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menjadi sumbangan kajian komunikasi, khususnya terkait
komunikasi organisasi.
b. Dapat menjadi sumbangan kajian tentang pondok pesantren,
termasuk masalah pengembangan pondok pesantren.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, masukan,
evaluasi dan pertimbangan bagi seluruh komponen yang terikat di
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
b. Dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia dan kualitas
lembaga.
E. Kerangka Berfikir
Adi (2004: 29) menyebut kerangka berpikir sebagai kerangka
konsepsional atau kerangka teoritis, yakni menggambarkan hubungan
antara konsep-konsep atau variabel yang akan diteliti. Penggabungan
variabel tersebut berfungsi untuk menjelaskan fenomena yang ada.
Sementara itu, Gulo (2002: 37) memaparkan konseptualisasi sebagai
proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala
pengamatan. Konseptualisasi ini juga merumuskan tentang bagaimana
peneliti mengungkapkan cara penelitian. Maka, terdapat dua hal yang akan
dicantumkan dalam konseptualisasi atau kerangka berpikir ini, yaitu : (1)
substansi yang diteliti, dan (2) metodologi penelitiannya.
Page 24
10
Berdasarkan uraian, penulis ingin mengetahui pola komunikasi
organisasi di BPPP Pabelan dengan kerangka berfikir sebagai berikut:
BAGAN 1.1 KERANGKA BERFIKIR
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari
suatu organisasi.
(Wiryanto dalam Situmeang)
Teori Jaringan
Teori ini menjelaskan tentang interaksi yang terjadi di antara
kelompok-kelompok dalam suatu organisasi sehingga terbentuk
suatu jaringan secara keseluruhan.
(Peter R. Monge dan Noshir S. Contractor)
Bentuk Pola Komunikasi
Bentuk pola komunikasi lebih menekankan pada jaringan arah
aliran informasi yang terjadi dalam menyampaikan informasi
keseluruh bagian organisasi dan menerima kembali informasi
tersebut
(R. Wayne Pace dan Don F. Faules)
Page 25
11
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan beberapa sub bab
terperinci pada tiap babnya. Penulis akan mencoba menguraikannya secara
sistematis.
BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI,
menguraiakan tinjauan pustaka dan landasan teori yang berisi tentang
pengertian organisasi, komunikasi organisasi dan pondok pesantren.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, berisi tentang jenis
penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap penelitian,
teknik pengambilan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data dan teknik validitas data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi
tentang hasil dan pembahasan penelitian yang berupa pola dan hambatan
komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan
saran.
Page 26
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Pada penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa sumber
literatur yang sesuai dengan topik penelitian untuk membantu penulisan
skripsi. Adapun sumber literatur yang peneliti gunakan adalah literatur buku
Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Deddy Mulyana,
Komunikasi Organisasi oleh Arni Muhammad dan buku Komunikasi
Organisasi Lengkap yang ditulis oleh Khomsahrial Romli. Selain itu,
penulis juga menggunakan sumber dari penelitian-penelitian terdahulu yang
sesuai topik penelitian.
Pertama, skripsi berjudul ‘Pola Komunikasi Organisasi dalam
Pembinaan Akhlak Islami Santri di Pondok Pesantresn Modern Al-Husainy
Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan', oleh Hasbul, mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Dalam penelitiannya, Hasbul mencaritahu pola komunikasi
organisasi yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern (PPM) Al-Husainy
dalam membina akhlak Islami santri melalui tiga rumusan masalah, di
antaranya : (1) Bagaimana pola komunikasi organisasi Roda dalam
pembinaan akhlak Islami Santri PPM Al-Husainy?; (2) Bagaimana pola
komunikasi organisasi Lingkaran dalam pembinaan akhlak Islami Santri
Page 27
13
PPM Al-Husainy?; (3) Bagaimana pendukung dan penghambat dalam
pembinaan akhlak Islami Santri PPM Al-Husainy?
Dari tiga rumusan masalah tersebut, dapat terlihat ada tiga sasaran
yang dicari peneliti. Maka, peneliti menggunakan metode pendekatan
kualitatif untuk memperoleh data melalui wawancara dan pengamatan
objek, selanjutnya penelitian tersebut dijelaskan secara deskriptif.
Didapat tiga hasil pula, berupa : (1) dari komunikasi organisasi roda,
dalam membina akhlak Islami, komunikasi intensif berputar antara
pengasuh, pengurus, dan santri, dengan pengasuh sebagai pusat komunikasi,
atau dalam artian pengasuh memberi wewenang kepada pengurus untuk
mendisiplinkan akhlak Islami para santri; (2) dengan pola komunikasi
organisasi lingkaran, tidak ada pihak pusat atau yang mendominasi
komunikasi, semua pihak memiliki kesempatan untuk bersuara dan
menyampaikan aspirasi; (3) pendukung pembinaan itu adalah bahasa
keaktifan santri, sementara penghambatnya berupa waktu, perilaku, dan
lingkungan.
Kedua, Skripsi berjudul 'Pola Komunikasi Organisasi Forum
Komunikasi Pemuda Indonesia' karya Abdillah Kamal, mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, yang menitikberatkan
fungsi komunikasi organisasi dalam persoalan semangat kerja.
Peneliti menggunakan landasan teori komunikasi organisasi Horison
dan Doerfel. Abdillah menentukan rumusan masalah berupa: (1) Bagaimana
Page 28
14
pola komunikasi organisasi di Forum Komunikasi Pemuda Indonesia
berperan penting bagi para pengurus sehingga meningkatkan semangat
kerja pengurusnya; dan (2) Apa faktor yang menghambat komunikasi
organisasi dalam Forum Komunikasi Pemuda Indonesia?
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan subjek penelitian di antaranya adalah ketua umum,
sekretaris jenderal, anggota bidang pengabdian kemasyarakatan, serta ketua
bidang ekonomi dan wirausaha.
Hasil yang didapat adalah diterapkannya bentuk komunikasi vertikal
dan horisontal dalam berorganisasi. Di mana, bentuk-bentuk tersebut
merupakan cara untuk bertukar informasi, menghindari kesalahpahaman,
dan menjaga sikap demokratis. Guna menyatukan kesepemahaman, FKPI
rutin mengadakan rapat dan pertemuan antar anggota baik secara vertikal
maupun horisontal, pun agar semakin mengakrabkan diri satu sama lain.
Hambatan yang dialami pun beragam, dimulai dengan perbedaan dalam
memahami suatu informasi, masalah jaringan komunikasi, kondisi
kesehatan, hingga rasa sungkan atau kurang percaya diri oleh anggota.
B. Landasan Teori
1. Organisasi
a) Pengertian Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare yang
secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lain
saling bergantung. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan
Page 29
15
organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada
manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu
(Romli, 2014: 2).
Menurut Timotius (dalam Duha: 1-2) ada beberapa
pengertian organisasi yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain
sebagai berikut:
1) James L Gibson, dkk (1985) organisasi adalah kesatuan yang
memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak
dapat dicapai oleh individu secara perorangan.
2) Mulyadi, organisasi pada hakikatnya adalah sekelompok orang
yang memiliki saling ketergantungan satu dengan yang lainnya,
yang secara bersama memfokuskan usaha mereka untuk
mencapai tujuan tertentu, atau menyelesaikan tugas tertentu.
3) Tre Watha dan Newport, sebuah organisasi dapat kita nyatakan
sebagai sebuah struktur sosial yang didesain guna
mengkoordinasi kegiatan dua orang atau lebih, melalui suatu
pembagian kerja, dan hierarki otoritas, guna melaksanakan
pencapaian tujuan tertentu.
Berbagai kesimpulan itu dapat disimpulkan bahwa organisasi
adalah kesatuan yang terbentuk oleh beberapa orang dari latar
belakang, keahlian, identitas dan harapan yang berbeda tetapi
menyatukan tujuannya menjadi satu tujuan tertentu yang telah
disepakati secara bersama.
Page 30
16
Dalam penerapannya, organisasi harus dilakukan secara
bersama-sama dengan pembagian tugas yang sesuai dengan porsi
kemampuan masing-masing individu. Satu sama lain harus terjadi
koordinasi yang baik, guna efektifitas kinerja dan menghindari
tumpang tindih kewajiban.
b) Ciri-Ciri Organisasi
Menurut Burns dan Stalker (dalam Duha: 3-4) ciri-ciri
organisasi adalah:
1) Adanya tugas nonrutin dalam kondisi tidak stabil.
2) Pengetahuan khusus dimanfaatkan dalam tugas.
3) Tujuan lebih diutamakan.
4) Konflik dalam organisasi diselesaikan antar sesama teman
sekerja.
5) Semua anggota memberikan kontribusi untuk pemecahan
masalah organisasi.
6) Kesetiaan dan kepatuhan diberikan kepada organisasi secara
keseluruhan.
7) Organisasi dipandang sebagai struktur jaringan yang pekat
yang berbentuk seperti amuba (bukan piramida).
8) Pengetahuan bukan didominasi oleh atasan, tetapi dapat
dimiliki oleh bawahan.
9) Interaksi dalam organisasi cenderung horizontal.
Page 31
17
10) Gaya hubungan antara orang dalam organisasi lebih bersifat
saran bukan komando atau lebih ramah serta intim antara satu
dengan lainnya.
11) Pemenuhan tugas dan jinerja diutamakan
12) Prestige seseorang dalam organisasi lebih dutentukan oleh
kemampuan profesional dan reputasi.
Dan selanjutnya ciri-ciri sebuah organisasi dalam
menjalalankan kegiatannya antara lain sebagai berikut:
1) Sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang atau lebih.
2) Setiap individu memiliki tugas, fungsi, dan wewenang.
3) Memiliki struktur organisasi yang menguraikan posisi dan
pembagian kerja.
4) Ada kantor tempat bekerja.
5) Cakupan wilayah kegiatan oprasional jelas.
6) Organisasi memiliki tujuan jelas yang ingin dicapai (visi dan
misi).
c) Faktor Pembentuk Organisasi
Ada beberapa faktor pembentuk organisasi, antara lain:
1) Organisasi diyakini sebagai pemersatu.
2) Organisasi sebagai media pembelajaran.
3) Organisasi menjadi tempat pengembangan kepribadian.
4) Harapan mendapat manfaat.
5) Suka dengan suasana baru.
Page 32
18
d) Prinsip Organisasi
Secara umum, prinsip-prinsip organisasi dari pemaparan
para ahli adalah sebagai berikut:
1) Keterbukaan
Maksudnya adalah bahwa organisasi membuka diri untuk
bekerjasama dengan baik oleh pihak manapun. dengan catatan
adanya kesepakatan bersama di antara kedua pihak, agar dalam
pengerjaannya saling menghormati dan menguntungkan.
Selanjutnya, organisasi harus terdaftar dan diketahui oleh
masyarakat luas sehingga tidak dinilai sebagai organisasi
terlarang. Pihak-pihak yang ada dapat menyampaikan usulan,
saran serta kritikannya.
2) Kebersamaan
Organisasi terdiri dari beberapa individu yang telah
menentukan peran dari masing-masingnya. Ada pimpinan,
bawahan serta seluruh pemangku kepentingan, seluruhnya sama-
sama saling bekerja dan tidak menaruh tanggung jawab kepada
sebagian pihak saja. Dengan kebersamaan tugas akan lebih
mudan dan cepat terselesaikan. Hasil positif dan negatif dirasakan
semua pihak. Jika berhasil, maka semua akan bangga dan begitu
juga sebaliknya.
Page 33
19
3) Keberlangsungan
Organisasi yang dibentuk, pada hakikatnya berkeinginan
agar terus-menerus dapat berjalan tanpa batas waktu tertentu.
Dengan perkembangan jaman yang selalu mengalami perubahan,
organisasi juga harus mampu menyesuaikan diri. Dengan inovasi
dan terus meningkatkan kinerja adalah cara terbaik untuk
memenangkan persaingan yang terus meningkat ini (Duha: 7-8).
2. Komunikasi Organisasi
a) Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses pertukaran pesan yang
terjadi pada suatu jaringan kelompok. Menurut Liliweri (2007),
komunikasi organisasi adalah komunikasi interpersonal atau
komunikasi kelompok yang bersifat impersonal (komunikasi yang
berstruktur) yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok/unit kerja
dalam suatu organisasi (Situmeang, 2016: 4).
Dalam komunikasi organisasi terjadi proses pemberian dan
penerimaan informasi yang kompleks, yang mencakup bidang
komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan kelompok
manajemen baik komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah maupun
komunikasi ke samping. Proses pertukaran pesan pada komunikasi
organisasi bersifat saling tergantung satu sama lain.
Ada dua macam komunikasi organisasi, yaitu komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal terjadi
Page 34
20
hanya pada ruang lingkup organisasi, sedangkan komunikasi
eksternal terjadi pada ruang lingkup yang lebih luas, yaitu antara
organisasi dengan masyarakat atau dengan organisasi lainnya yang
berada di luar lingkup organisasi. Sedangkan bila dilihat dari
sifatnya komunikasi organisasi terbagi menjadi dua, yaitu
komunikasi formal dan informal.
Muhammad (dalam Situmeang, 2016: 6), menjelaskan
bahwa:
1) Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang
kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik
internal maupun eksternal.
2) Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuannya,
arah dan media.
3) Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya,
perasaannya, hubungannya dan keterampilannya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat kita pahami komunikasi
yang berjalan dalam organisasi merupakan alat penghubung yang
amat penting yang dilakukan oleh anggota organisasi. Dengan
banyaknya masalah pada proses organisasi, komunikasi organisasi
menjadi sangat penting sebagai penyelesai atau solusi dari masalah
tersebut. Komunikasi dalam organisasi menjadi sistem aliran yang
menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam
organisasi sehingga menghasilkan sinergi.
Page 35
21
Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang
gagal menyebabkan organisasi macet dan tidak tercapainya tujuan
secara optimal.
b) Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi memiliki empat fungsi
utama:
1) Fungsi informatif, yaitu bahwa setiap anggota dalam suatu
organisasi berharap memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Setiap individu pada organisasi
adalah sumber informasi untuk individu lainnya. Informasi ini
menjadi sangat penting untuk kelancaran kerja, penyelesaian
masalah, pembuatan kebijakan, jaminan sosial dan lain
sebagainya.
2) Fungsi regulatif, yaitu berkaitan dengan peraturan-peraturuan
yang berlaku dalam suatu organisasi. Peraturan dibuat oleh
atasan, merekalah yang mempunyai kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
3) Fungsi persuasif, dalam mengatur bawahan, atasan tidak selalu
harus menggunakan kekuasaannya untuk memerintah.
Terkadang persuasi/ajakan dibutuhkan untuk meningkatkan
semangat kerja anggota. Pekerjaan yang dilakukan secara
sukarela akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar
Page 36
22
dibanding yang dilakukan secara terpaksa karena gaya
komunikasi atasan yang suka memerintah.
4) Fungsi integratif, setiap organisasi berusaha menyediakan
saluran yang memungkinkan anggota dapat melaksanakan tugas
dan pekerjaan dengan baik. Terdapat dua saluran dalam
organisasi, yaitu saluran formal dan informal. Keduanya
berfungsi untuk menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi
yang lebih besar dalam diri anggota terhadap organisasi
(Bungin, 2014: 278-280).
c) Indikator Komunikasi Organisasi
Setiap tujuan memiliki indikator keberhasilan. Komunikasi
organisasi yang efektif dapat dicapai oleh manusia yang memiliki
kemampuan komunikasi yang baik. Faktor penentu keberhasilan
komunikasi yaitu manusia sebagai pelaku, karena komunikasi
menyangkut masalah huubungan antara manusia dengan manusia.
Dalam hal ini dibutuhkan rasa keterbukaan, saling menghormati
juga kesadaran dari sesama anggota organisasi.
Menurut Rosady Roslan (dalam Wursanto, 1989: 85),
komunikasi dalam organisasi dikatakan efektif apabila:
1) Adanya keterbukaan manajemen organisasi terhadap para
pengurus.
Page 37
23
2) Saling menghormati atau saling menghargai satu sama lain,
yaitu antara pimpinan dan anggota demi terciptanya tujuan
utama organisasi.
3) Adanya kesadaran dan pengakuan dari pihak
lembaga/organisasi akan arti pentingnya suatu komunikasi
timbal balik dengan para pengurusnya
4) Adanya media komunikasi yanng baik dalam organisasi.
d) Jenis Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah sistem dari suatu proses komunikasi.
Di dalamnya terdapat hubungan antara unsur-unsur pembentuk
komunikasi seperti komunikator, komunikan serta pesan yang
disampaikan oleh kedua belah pihak.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss mengemukakan dalam
“Human Communication” bahwa ada tiga model komunikasi:
1) Model komunikasi linier atau biasa disebut one-way
communication. Komunikator dalam model ini memberikan
suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang
diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi.
Komunikan bersifat menolong.
2) Model komunikasi interaksional atau two way communication.
Komunikasi ini merupakan lanjutan dari komunikasi model
linier. Pada tahap ini, teradi timbal balik antara komunikator
dengan komunikasn dengan ditandai adanya feedback. Karena
Page 38
24
bersifat dua arah, maka setiap individu mempunyai peran ganda
sebagai komunikator juga komunikan. Komunikasi terjadi
dengan cara bertatap muka (face to face).
3) Model komunikasi transaksional atau multiple way
communication. Dalam model ini, komunikasi dipahami dalam
konteks hubungan antara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak
ada yang tidak bisa dikomunikasikan (Hidayat, 2012: 36).
e) Bentuk Pola Komunikasi Organisasi
Bentuk pola komunikasi lebih menekankan pada jaringan
arah aliran informasi yang terjadi dalam menyampaikan informasi
keseluruh bagian organisasi dan menerima kembali informasi
tersebut (Pace dan Faules, 2006: 174).
Jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Struktur jaringan
komunikasi menurut Joseph A DeVito (dalam Wiryanto, 2006: 60-
62) dapat dibagi menjadi lima struktur bagian, yaitu:
1) Struktur Lingkaran
Pada pola struktur komunikasi model lingkaran, setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain yang
terdekat. Pola ini tidak memiliki pemimpin, semua anggota
posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan
yang sama untuk mempengaruhi kelompok.
Page 39
25
Bagan 2.1 Pola Struktur Lingkaran
Dari bagan di atas, tidak ada pusat komunikasi di dalamnya.
Setiap lapisan sama-sama hanya dapat berkomunikasi dengan dua
orang, yaitu yang berada di samping kanan dan kirinya. A hanya
dapat berkomunikasi dengan B dan E. Jika A ingin
menyampaikan pesan kepada C dan D harus melalui perantara B
atau E terlebih dahulu. Begitu pula dengan lapisan lainnya harus
melalui perantara untuk menyampaikan pesannya kepada lapisan
yang dua tingkat di sampingnya.
2) Struktur Roda
Pola struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu
posisinya sebagai pusat. Pemimpin merupakan satu-satunya
orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggotanya. Setiap anggota yang ingi berkomunikasi drngan
anggota lainnya hanya bisa menyampaikan pesannya melalui
pemimpinnya.
A
E B
C D
Page 40
26
Bagan 2.2 Pola Struktur Roda
Pada pola roda yang mempunyai pemimpin jelas, semua
lapisan anggota hanya dapat mengirim pesan melalui satu
perantara. Dalam bagan, A, sebagai pusat komunikasi dapat
terhubung dan berkomunikasi dengan semua anggotanya.
Sedangkan B, C, D dan E untuk saling mengirim pesan harus
melalui perantara A.
3) Struktur Y
Pola struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibandingkan
dengan struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan
dengan struktur lainnya. Pada pola struktur Y juga terdapat
pemimpin yang jelas.
Pada pola Y, disini dimasukkan dua sentral pusat
komunikasi yang bisa mengirimkan pesan kepada anggotanya
melalui satu perantara. A dan B sebagai pusat komunikasi,
mengirimkan pesannya melalui C. Di sini juga terdapat pola
B
A
D
E C
Page 41
27
rantai seperti yang terjadi pada E, D dan C. Artinya, komunikasi
dibatasi dan dipusatkan.
Bagan 2.3 Pola Struktur Y
4) Struktur Rantai
Pola struktur rantai sama dengan pola struktur lingkaran,
akan tetapi anggota yang berada di ujung hanya dapat
berkomunikasi dengan satu anggota lainnya. Anggota yang
berada di tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada
mereka yang berada di posisi lain.
Bagan 2.4 Pola Struktur Rantai
Struktur ini juga dikenal dengan komunikasi sistem vertikal
atau arus ke atas (upward) dan arus ke bawah (downward).
Artinya, model komunikasi ini menganut hubungan komunikasi
garis langsung (komando) baik ke atas maupun ke bawah tanpa
A C E D B
C
A B
D
E
Page 42
28
adanya penyimpangan. Pada struktur pola ini, saluran terbuka
dibatasi. Anggota hanya bisa berkomunikasi dengan orang-
orang tertentu secara resmi.
5) Struktur Semua Saluran
Pola struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama
dengan pola struktur lingkaran, dalam arti semua anggota adalah
sama dan semuanya memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Tetapi, dalam pola struktur ini,
setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota
lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota
secara maksimal.
Bagan 2.5 Pola Struktur Semua Saluran
Pada pola ini, seluruh saluran terbuka. Setiap anggota
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memberi
contoh suatu struktur komunikasi desentralisasi.
Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki
kegunaan yang berbeda. Contohnya, pola desentralisasi lebih
A
E B
C D
Page 43
29
efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus
untuk pergerakan informasi secara cepat.
f) Arus Komunikasi dalam Organisasi
1) Komunikasi dari Atas ke Bawah (Downward Communication)
Komunikasi ini merupakan saluran yang paling sering
digunakan dalam sistem organisasi. Arus pengiriman pesan
terjadi dari atasan kepada bawahan, biasanya digunakan untuk
mengirim perintah, petunjuk, tujuan dan kebijakan pada anggota
yang berada pada tingkat di bawahnya. Masalah utama pada arus
komunikasi ini adalah tidak adanya feedback dari bawahan,
dengan kata lain hanya mempunyai satu arah saluran
(Situmeang, 2016: 21).
Tanpa tersedianya feedback dari bawahan, konsekuensinya
pemimpin harus lebih sering mengadakan pertemuan dengan
anggotanya untuk menghindari komunikasi yang tidak efektif.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, dapat dipastikan akan terjadi
hal-hal seperti berikut:
a) Pemimpin gagal menjelaskan tugas-tugas anggotanya
b) Anggota juga gagal memahami penjelasan pemimpinnya,
padahal mereka berada pada posisi yang tidak mereka kuasai
tanpa bisa protes
c) Pemimpin dan anggotanya bisa rawan konflik.
Page 44
30
2) Komunikasi dari Bawah ke Atas (Upward Communication)
Kounikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari
hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya,
dari pelaksana ke manajernya.
Jenis komunikasi ini mencakup, antara lain:
a) Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, yang berarti
bahwa apa yang sedang terjadi dalam pekerjaan, seberapa
jauh pencapaiannya, apa yang masih harus dilakukan, dan
masalah lain yang serupa.
b) Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan
yang belum terjawab.
c) Berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran
perbaikan
d) Perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai
organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerja lainnya dan masalah
lain yang serupa (Wiryanto, 2006: 63).
Komunikasi ke atas sangatlah penting untuk
mempertahankan pertumbuhan organisasi. Anggota menerima
pesan dari pemimpinnya untuk dilaksanakan, anggota bisa
mempertanyakan hasil kerjanya juga memberi saran-saran pada
pemimpinnya untuk kebaikan organisasi.
Hambatan paling umum dari arus pesan ke atas adalah
biasanya anggota segan untuk mengirim pesan negatif kepada
Page 45
31
pemimpinnya karena takut dianggap trouble maker. Pesan dari
anggota yang berkaitan dengan ketidakpuasannya jarang
ditanggapi oleh pemimpin.
3) Komunikasi Lateral (Lateral Communication)
Komunikasi lateral adalah komunikasi yang terjadi di antara
para anggota dari kelompok kerja yang sama, para anggota dari
kelompok kerja pada level yang sama, para manajer pada level
yang sama atau beberapa pekerja yang setara secara horizontal
lainnya. Komunikasi lateral menghemat waktu dan
memfasilitasi koordinasi. Sering kali, secara informal
anggotanya menciptakan sirkuit pendek hierarki secara vertikal
dan mempercepat tindakan. Dari sudut pandang manajemen,
komunikasi lateral dapat membuat situasi menjadi lebih baik
atau buruk.
3. Pondok Pesantren
Istilah pondok pesantren berasal dari bahasa Arab, yaitu funduq
yang berarti asrama atau tempat tinggal santri. Istilah pondok biasa
dikenal di daerah Madura, sedangkan di Jawa lebih dikenal dengan
sebutan pesantren. Adapun istilah pesantren secara etimologis berasal
dari kata “santri” mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti
tempat tinggal para santri (Shafwan, 2014: 255).
Pesantren adalah asrama tradisional untuk pendidikan Islam.
Berbentuk lembaga, pesantren dipimpin oleh seorang kiai yang
Page 46
32
mengajarkan ilmunya untuk para santri. Di pesantren, santri diajarkan
untuk menghayati, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai
pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.
Agama yang dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way
of life) menuntun agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk
menjaga integritas manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan
dan hubungan dengan sesama manusia dan dengan alam yang
mengitarinya (Subqi, Jurnal Inject, Vol. 1, No. 2. Desember 2016:168).
Secara keseluruhan, pesantren terselenggara dengan tujuan
menghasilkan perubahan tingkah laku baik berupa bertambahnya
pengetahuan, keahlian, keterampilan, perubahan sikap dan perilaku
(Zainal, 2013: 12).
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang termaktub dalam Surat Al-
Imron ayat: 190:
إن في خلق السماوات والرض واختلف الليل والنهار ليات لولي اللباب
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal.” (Q.S. Al-Imron: 190)
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu adalah
makhluk yang berakal, harus mengfungsikan akalnya untuk berfikir
(mempelajari) tanda-tanda kekuasaan Allah (alam) sebagai objek berfikir
Page 47
33
serta mengamalkannya sebagai hasil dari berfikir. Dari ayat ini tergambar
jelas bahwa objek kajian ilmu agama islam adalah seluruh alam.
Page 48
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Kata metode dan metodologi sering dianggap sama. Padahal
keduanya mempunyai arti yang berbeda. Kata metode merujuk pada teknik
yang digunakan dalam sebuah penelitian seperti observasi dan wawancara.
Sedangkan metodologi diambil dari bahasa Yunani methodologia yang
berarti teknik atau prosedur. Metodologi sendiri lebih merujuk pada alur
pemikiran umum atau menyeluruh dan gagasan teoritis dari suatu peneliti.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi lalu menafsirkannya melalui beberapa metode dan karakteristik yang
dimiliki (Denzin dan Lincoln dalam Satori, 2017: 22-2).
Penelitian kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor (1975),
metodologi penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur dengan hasil
akhir berupa kata-kata deskriptif dalam bentuk narasi dari sumber lisan
maupun perilaku objek yang diamati (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21).
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh data otentik
mengenai pengalaman orang-orang. Pada penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan pendekatan kualitatif yang datanya bersumber dari hasil
wawancara ddengan narasumber dan dijelaskan dalam bentuk kata-kata
yang kemudian diteliti dari hasil data pengamatan objek dan perilakunya.
Page 49
35
Jenis penelitian kualitatif deskriptif relevan untuk meneliti pola
komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
Menurut Silalahi (2010: 39) penelitian kualitatif menggambarkan isi tetapi
tidak berdasarkan statistik, yang disajikan melalui sebuah cerita atau
peristiwa sehingga berkesan lebih nyata dan penuh makna.
Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk
memberi gambaran laporan. Data berasal dari observasi, wawancara,
dokumen dan literatur terkait fokus penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan yang berada di Desa Pabelan, Kecamatan
Mugkid, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah komunikasi organisasi di Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
D. Tahap Penelitian
1. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Agustus 2019.
Page 50
36
2. Surat Perizinan
Mengurus surat perizinan di Akademik Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang ditujukan kepada Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
3. Menentukan Narasumber
a) Pengasuh Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
b) Guru Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
c) Ustadz-Ustadzah Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
d) Santri Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
E. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara
purposif. Sampel purposif adalah sampel yang sengaja dipilih oleh peneliti,
karena sampel ini memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat memperkaya data
peneliti. Peneliti akan berusaha agar sampel itu terdapat wakil-wakil dari
segala lapisan populasi. Dengan demikian diusahakan agar sampel itu
memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi sehingga dapat dianggap
cukup representatif (Agustinova, 2015: 56).
Oleh karena itu, purposive sampling disebut juga judgment
sampling. Keuntungan sampel ini adalah bahwa sampel ini dipilih
sedemikian rupa sehingga relevan dengan desain peneliti. Selain itu cara ini
relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan. Sampel yang dipilih adalah
individu yang menurut pertimbangan peneliti dapat didekati. Penelitian ini,
Page 51
37
penulis telah menentukan individu dari setiap lapisan jabatan sebagai
informan.
F. Sumber Data
1. Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan
data kepada peneliti (Sugiyono, 2007: 308). Data utama penelitian
diperoleh dari hasil wawancara kepada narasumber, serta pengamatan-
pengamatan di lokasi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
sebagai pendukung.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain,
bukan diusahakan sendiri pengumpulannya (Supranto, 2003: 67). Data
pendukung berupa data-data atau dokumen yang didapat dari buku,
jurnal, artikel maupun literatur yang berkaitan dengan tema penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi bermaksud untuk mendapat data yang lebih detail dan
menyeluruh. Tidak hanya mengamati tingkah-laku narasumber, dengan
metode observasi, akan ditemukan memperoleh gambaran yang lebih
luas tentang permasalahan yang diteliti (Basrowi dan Suwandi, 2008:
94).
Sutrisno Hadi (1986) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 94)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang
Page 52
38
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Observasi dilakukan terhadap hal-hal visual berupa
lingkungan sekitar sebagai pendukung wawancara.
Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan mengikuti
semua kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi
organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
Observasi dalam penelian ini akan tertuju pada semua lapisan
organisasi yang berperan dalam kegiatan seperti kiai, pengurus OPPP
dan santri, lingkungan Pondok Pesantren Pabelan yang meliputi majalah
dan literatur yang berkaitan dengan sbjek dan objek penelitian, sistem
komunikasi masyarakat, dll.
2. Wawancara
Bungin (2011: 100) menjelaskan, wawancara dalam suatu penelitian
yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu
pembantu utama dari metode observasi (pengamatan).
Maka, salah satu langkah untuk mengumpulkan data adalah
melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait. Penuturan dari para
narasumber tersebut kemudian menjadi kajian pembahasan dalam
penelitian. Prosesnya dapat dilakukan dengan beragam cara. Bisa
dengan langsung bertatap muka (face to face) dengan narasumber, yaitu
pengelola pondok dan santrinya. Selain itu juga bisa dilakukan secara
Page 53
39
tidak langsung seperti melalui telepon, internet, ataupun wawancara
tertulis untuk mendapatkan informasi dari narasumber.
Pada penelitian ini, penulis melakukan teknik wawancara secara
langsung kepada para narasumber dan bertempat di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan.
3. Dokumentasi
Basrowi dan Suwandi (2008: 159) menyebut bahwa penyusunan
formulir pencatatan dokumen perlu dilakukan, supaya data dari suatu
sumber atau dokumen bisa dikumpulkan secara terseleksi sesuai dengan
keperluan penelitian yang bersangkutan. Dokumentasi akan menjadi
data pendukung dan pelengkap data primer yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan data, jurnal atau literatur yang berkaitan
dengan penelitian.
Seiring berjalannya waktu, dokumentasi tidak hanya berupa tulisan,
namun sudah merambah dalam bentuk visual berupa foto maupun video.
Pada tingkat tertentu, dokumentasi juga bisa hanya berupa rekaman
suara yang berfungsi sebagai tanda bukti.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang penulis gunakan mengacu pada teknik
analisis data data kualitatif yang dikembangkan oleh Miler dan Huberman.
Menurut Miler dan Huberman (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008: 209)
teknik analisis data mencakup tiga kegiatan bersamaan:
Page 54
40
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan.
Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai
akhir peneltian. Fungsi reduksi untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi
sehingga interpretasi bisa ditarik.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks,
grafik, jaringan dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan
membaca dan menarik kesimpulan.
3. Penarikan
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Data yang telah direduksi dan diolah dalam
penyajiannya, disimpulkan dengan menguraikan temuan dari hasil
penelitian.
I. Teknik Validitas Data
Penelitian kualitatif harus ada pemeriksaan keabsahan data demi
terjaminnya keakuratan data penelitian. Data yang salah akan menghasilkan
penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya. Pada
penelitian ini, teknik validitas data yang digunakan adalah Triangulasi.
Page 55
41
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2010: 330).
Triangulasi merupakan salah satu proses yang harus dilalui oleh
seorang peneliti di samping proses lainnya, di mana proses ini menentukan
aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam
suatu penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Agustinova, 2015: 45).
Ada empat macam teknik triangulasi data, yaitu triangulasi metode,
triangulasi antar peneliti, triangulasi sumber data dan triangulasi teori. Pada
skripsi ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data. Metode
triangulasi sumber data uji kredibilitas data dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari berbagai sumber
itu kemudian dideskripsikan dan diolah.
Ada tiga sub jenis sumber yang dicek:
1. Orang, data-data dikumpulkan dari orang yang berbeda yang
melakukan aktivitas yang sama.
2. Waktu, data-data dikumpulkan pada waktu yang berbeda.
3. Ruang, data-data dikumpulkan di tempat yang berbeda.
Page 56
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
a) Letak dan Luas Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan adalah lembaga
pendidikan yang didirikan oleh KH. Hamam Dja’far pada tanggal
28 Agustus 1965, kini lembaga ini dibawah naungan Yayasan
Wakaf Pondok Pabelan. Pondok pesantren ini terletak di Desa
Pabelan, yang juga sering disebut dengan Mbelan, Kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang dan terletak di antara jalan yang
menghubungkan jalur lalu lintas pariwisata dari Yogyakarta ke
Borobudur. Tepatnya, Pabelan berjarak 11 Km dari Candi
Borobudur, 2 Km dari ibukota kecamatan dan 6 Km dari ibukota
Kabupaten. Secara geografis luas wilayah desa Pabelan adalah
314.736 Ha dengan batas wilayah yaitu:
1) Timur : Desa Menayu (Kecamatan Muntilan)
2) Barat : Desa Ngrajek
3) Utara : Desa Bojong
4) Selatan : Desa Paremono
BPPP Pabelan sendiri memiliki tanah seluas kurang lebih 6
Ha. Desa Pabelan dilewati oleh Sungai Pabelan yang bersumber dari
lereng gunung merapi dan bermuara di Sungai Progo. Struktur tanah
Page 57
43
di Desa Pabelan berpasir karena letaknya yang berdekatan dengan
sugai, namun cukup subur karena berdekatan dengan Gunung
Merapi yang sering meletus serta mengakibatkan seringnya terjadi
hujan abu yang dapat menjadi pupuk yang sangat menunjang
kesuburan tanah untuk bertani aneka jenis tumbuhan. Beberapa
diantaranya padi, palawija, sayuran, serta masih banyak lagi lainnya.
b) Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan
Dengan keadaan geografis yang masih banyak lahan,
masyarakat Desa Pabelan mayoritas berpancaharian sebagai petani.
Kondisi ekonomi yang seperti itu, maka rata-rata penduduk
setempat sulit untuk mengenyam pendidikan yang tinggi.
Walaupun sector ekonomi Desa Pabelan relatif kurang
mampu, tapi desa tersebut memiliki kekayaan budaya yang beraneka
ragam. Di Desa Pabelan masih banyak budaya-budaya yang terjaga
kelestariannya hinga saat ini, seperti upacara adat tradisional.
Menurut data kependudukan (dalam Nashiruddin, 2004: 7)
mayoritas penduduk Pabelan beragama Islam (98,79%), dan
selebihnya Kristen atau Katholik. Tingkat pendidikan penduduk
sekitar relatif rendah, sebanyak 43,5% yang tidak bersekolah pada
tahun 1979 berkurang menjadin28,45% pada tahun 2004.
Page 58
44
c) Sejarah Berdirinya Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Desa pabelan lebih dikenal dengan sebutan desa santri dan
desa pejuang. Nama Pabelan sendiri berasal dari kata bela atau
pembelaan, yang dapat diartikan sebagai pembelaan terhadap rakyat
banyak.
Dalam profil 40 tahun Pondok Pesantren Pabelan (1965-
2005), dijelaskan bahwa bukti Pabelan merupakan desa pejuang
adalah ditemukannya sebuah peta tua kabupaten Magelang (Kaart
Wet Regentste Magelang) di arsip nasional Crew RCTI yang sedang
membuat film dokumenter. Dalam peta tertulis tahun 1855. Nama
Pabelan sendiri ditulis dengan huruf besar sama seperti Magelang,
Moentilan dan Bandongan yang diindikasikan bahwa Pabelan
memiliki keterkaitan dengan peta politik masa Pemerintahan Hindia
Belanda.
BPPP Pabelan memang memiliki sejarah panjang, dan
mengalami dua kali kefakuman. Pertama kali didirikan pada awal
1800-an, lalu terhenti akibat berkecamuknya Perang Jawa atau yang
lebih dikenal dengan Perang Diponegoro (1825-1830). Dihidupkan
kembali pada awal abad ke-20, lalu terhenti ketika Jepang masuk ke
Indonesia pada tahun 1942, sampai kemudian seorang pemuda yang
baru saja menyelesaikan pendidikannya di Pondok Modern Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur membangkitkannya kembali sebulan
menjelang peristiwa G30S. Dialah Hamam Dja’far.
Page 59
45
BPPP Pabelan didirikan kembali pada 28 Agustus 1965 oleh
Kiai Hamam Dja’far. Pondok ini mengawali kegiatannya dengan 35
orang santri dan dengan sarana belajar seadanya. Generasi angkatan
pertama ini tidak ada yang sampai tamat karena sistem
pembelajarannya belum tertata rapi. Tapi keadaan itu tidak membuat
Kiai Hamam surut, ia terus melangkah maju dan akhirnya tidak
hanya membawa pondok yang diasuhnya ke pentas nasional, tetapi
juga ke panggung internasional.
Tidak seperti pendahulunya yang menerapkan sistem
sorogan atau bandongan, Kiai Hamam lebih memilih menerapkan
sistem pondok ala Gontor atau yang disebut juga dengan sistem KMI
(Kulliyatu al-Mu’allimin al-Islamiyah). Ini adalah sistem madrasah
di mana pelajaran agama, sebagaimana pelajaran umum, disusun
secara madrasi yang dibatasi oleh periode tertentu. Kegiatan belajar-
mengajar berlangsung di dalam kelas, setiap semester diadakan
ujian untuk mengevaluasi pencapaian santri secara lisan maupun
tertulis. Durasi pendidikan di KMI adalah enam tahun. Proses
pembelajaran di BPPP Pabelan tidak hanya berlangsung di dalam
kelas. Sebab, meskipun bagian terpenting, KMI hanya salah satu
komponen dalam sistem pendidikan pondok pesantren pabelan yang
berlangsung selama 24 jam.
Salah seorang santri angkatan pertama adalah Komarudin
Hidayat, yang berhasil di bidang akademik hingga menyandang
Page 60
46
gelar Profesor dan menjabat dua periode sebagai rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Menurutnya, dengan modal anak-anak
kampung yang miskin cita-cita dan imajinasi, Kiai Hamam berusaha
memasukkan virus mental agar para santri berani bermimpi besar.
Kia Hamam pernah berkata kepada Komarudin, jika engkau
ingin kaya dan pintar, maka cintailah orang kaya dan pintar.
Mulailah membayangkan masa depanmu sebagai orang sukses.
Orang yang berfikir kerdil, maka dia akan menjadi kerdil (Nuris,
dkk., Majalah Pabelan, 28 Agustus 2015).
Memasuki periode 1970, merupakan awal kecerahan BPPP
Pabelan dengan terus bertambahnya jumlah santri dari luar desa
Pabelan. Di antaranya banyak calon santri Pondok Modern Gontor
yang belum tertampung dan diarahkan oleh pimpinan pondok itu
mendaftar di Pabelan. Berawal dari transit, pada kenyataannya
banyak yang menjadi krasan dan tidak mau balik lagi ke Gontor.
Pada tahun 1980an, berkat kerja keras pesantren dengan
dukungan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pemerintah,
BPPP Pabelan meraih penghargaan The Aga Khan Award for
Architecture, yang diterima langsung Kiai Hamam dari HRH Aga
Khan dengan disaksikan Presiden Pakistan, Jendral Ziaul Haq dalam
upacara di Shalimar Garden, Lahore, Pakistan.
Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan dibentuk pada
tahun 1991 untuk mengolah pondok yang tersistem. Dua tahun
Page 61
47
setelah dibentuknya yayasan, Kiai Hamam wafat pada 17 Maret
1993 bertepatan dengan 23 Ramadhan 1413 H pada usia 54 tahun.
Semua pihak sepakat untuk bertekad mempertahankan eksistensi
BPPP Pabelan.
Langkah awal yang ditempuh adalah membenahi aspek
kelembagaan di tengah suksesi kepemimpinan pondok, karena
semasa hidup Kiai Hamam belum secara eksplisit menyiapkan putra
mahkota untuk menggantikannya. Regenerasi kepemimpinan
dilakukan dengan cara yang baru, yaitu melalui pemilihan oleh
anggota Yayasan Wakaf Pondok Pesantren Pabelan kemudian
menetapkan pondok dipimpin secara bersama oleh tiga orang yang
mendapat mandat dari yayasan. Mereka adalah KH Ahmad Mustofa,
KH Ahmad Najib Amin Hamam dan KH Muhammad Balya sebagai
pemegang mandat untuk memimpin pondok, serta Radjasa
Mu’tasim sebagai Direktur KMI (Nuris, Majalah Pabelan, 28
Agustus 2015).
d) Visi dan Misi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Visi:
“Terdidiknya para santri menjadi Mukmin, Muslim dan
Muhsin yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas
dan ber pikiran bebas”
Page 62
48
Misi:
1) Menanamkan dan meningkatkan disiplin santri untuk
melaksanakan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah
islamiyah, kemandirian dan kebebasan dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum
pesantren yang disesuaikan dengan kurikulum Pendidikan
Nasional.
4) Mendidik dan mengantarkan santri untuk mampu mengenal
jatidiri dan lingkungannya, serta mempersiapkan santri untuk
menjadi manusia mandiri dan berkhikmad kepada masyarakat,
negara, nusa dan bangsa.
e) Panca Jiwa dan Motto Pondok
1) Panca Jiwa Pondok
a) Keikhlasan
b) Kesederhanaan
c) Ukhuwah Islamiyah
d) Berdikari
e) Bebas
2) Motto Pondok
a) Berbudi tinggi
b) Berbadan sehat
Page 63
49
c) Berpengetahuan Luas
d) Berpikiran bebas
f) Aktivitas Santri di Pondok
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan memiliki dua
jenis santri, yaitu santri mukim (tinggal di pondok) dan santri kalong
(tinggal di rumah). Pada umumnya, santri kalong merupakan santri
ayang berasal dari Desa Pabelan. Jarak rumah yang dekat
memungkinkan santri kalong untuk mengikuti hampir seluruh
kegiatan yang ada di pondok. Sedangkan untuk kelas 6 KMI atau
XII MA semua santri diwajibkan untuk bermukim di pondok
(Rahmawati, Skripsi, 2010: 41-42).
Ada kegiatan santri mukim dan santri kalong yang sedikit
berbeda. Santri mukim, memiliki kegiatan yang lebih seperti
tanggungjawab atas keamanan dan kebersihan asrama. Di asrama,
biasanya ada peraturan-peraturan yang dibuat untuk ketertiban
bersama yang telah dimusyawarahkan oleh anggota kamar dan
diajukan kepada pengurus.
Seperti pondok-pondok lainnya, BPPP Pabelan juga
memiliki program kegiatan yang direncanakan untuk dilaksanakan.
Program itu dilakukan secara tersistem dan dituangkan dalam jadwal
sehari-hari yang harus dipatuhi oleh santri.
Seluruh kegiatan di BPPP Pabelan selama 24 jam dikelola
oleh Organisasi Pengurus Pondok Pabelan (OPPP). Anggota
Page 64
50
pengurus OPPP adalah santri senior yang duduk di bangku MA.
Kegiatan di BPPP Pabelan dimulai dari bangun tidur hingga
menjelang tidur kembali, adapun kegiatan harian santri adalah
sebagai berikut:
1) 04.00-05.00 Salat Subuh
2) 05.00-06.00 Kegiatan rutin pagi
3) 06.00-07.00 MCK
4) 07.00-14.00 Kegiatan belajar mengajar
5) 12.00-12.30 Salat Zuhur dan makan siang
6) 14.00-16.00 Ekstrakulikuler
7) 15.00-15.45 Salat Asar dan kultum
8) 16.00-17.00 Olahraga
9) 17.00-17.15 MCK
10) 17.15-17.45 Belajar di masjid
11) 17.45-18.00 Salat Magrib
12) 18.00-19.00 Makan malam
13) 19.00-19.30 Salat Isya
14) 19.30-21.00 Belajar/kegiatan malam
15) 21.00-22.00 Istirahat
16) 22.00-04.00 Tidur
Selain jadwal harian, santri di BalaiPendidikan Pondok
Pesantren Pabelan juga memiliki dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan
wajib dan pilihan.
Page 65
51
1) Kegiatan Wajib
a) Organisasi dan kepemimpinan yang dihimpun dalam OPPP
(Organisasi Pelajar Pondok Pabelan)
b) Muhadloroh (latihan berpidato dalam tiga bahasa, Arab,
Inggris dan Indonesia)
c) Pramuka
d) Pendidikan komputer
e) Praktik mengajar / micro teaching
f) Pengajian kitab kuning
g) Keputrian (kusus untuk santri putri)
h) Muhadatsah/Conversation (latihan berbicara dengan
bahasa Arab dan Inggris)
i) Olahraga pagi (selasa lari pagi, kamis dan sabtu senam
pagi)
j) Tahfidz
2) Kegiatan Pilihan
a) Olahraga (basket, sepak bola, sepak takraw, badminton dll)
b) Seni bela diri (pencak silat, karate dan taekwondo)
c) Kursus bahasa Jepang
d) Klub komputer
e) English Club
f) Jurnalistik
g) Pustakawan/pustakawati
Page 66
52
h) Seni budaya (teater, marching band, band, kasidah,
marawis dll)
2. Temuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memilih informan yang sesuai dengan
fokus penelitian sebagai sumber data primer penelitian. Adapun data
dari informan tersebut sebagai berikut:
a) Pengasuh Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Ahmad Najib Amin atau yang kerap disapa Pak Najib adalah
pengasuh BPPP Pabelan. Dia merupakan anak pertama dari pendiri
pondok, Kiai Hamam Dja’far. Sebagai pengasuh pondok, perannya
sangatlah vital. Kepemimpinannya sangat berpengaruh terhadap
kemajuan pondok dengan sistem pengolahan lembaga yang tepat.
b) Ketua Organisasi Pelajar Pondok Pabelan
Imron Khawaizi dan Arha’ Raihanu Surur yang akrab disapa
dengan Imron dan Raihan, sebagai Ketua dan Wakil Ketua
Organisasi Pelajar Pondok Pabelan. Kegiatan di BPPP Pabelan
hampir seluruhnya dikelola oleh OPPP. Imron dan Raihan memiliki
peran yang besar terhadap berjalannya kegiatan selama 24 jam.
Semua program, rencana dan inovasi kiai disampaikan kepada OPPP
untuk diterapkan kepada santri.
c) Guru di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Asma Khoriyah atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bu
Asma, merupakan guru dan alumni BPPP Pabelan serta merupakan
Page 67
53
warga asli yang lahir dan besar di Desa Pabelan. Lama hidup di
lingkungan pondok membuatnya tahu akan perkembangan pondok,
tak terkecuali tentang pola komunikasi yang terjadi di dalamnya.
d) Ustadz di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Bima Anggoro Muyassar adalah alumni BPPP Pabelan yang
lulus di tahun 2019. Setelah lulus dia melanjutkan Program
Penguatan Kompetensi Santri Pasca Kulliyatu al-Mu’allimien al-
Islamiyyah (KMI) atau biasa disebut program pengabdian.
Diposisikan sebagai Ustadz Kepengasuhan, perannya sebagai tangan
kanan kiai dalam kepengasuhan lebih banyak terjun ke santri untuk
mengawasi kegiatan yang berjalan.
e) Santri di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Bayu Aqil Saputra, adalah santri aktif di BPPP Pabelan yang
berasal dari Kalimantan Tengah. Saat ini ia duduk di kelas tiga
Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Fokus pada penelitian ini adalah pola komunikasi organisasi di
Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan. Pondok sebagai lembaga
berada di bawah naungan Badan Yayasan Pondok Pabelan. Untuk
menjalankan programnya, BPPP Pabelan memiliki visi dan misi yang
jelas sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.
Dalam menjalankan progamnya, banyak pihak berperan untuk
saling bekerjasama. Lembaga juga merupakan organisasi yang mana di
dalamnya terdapat bagian-bagian yang memiliki tugas dan peran
Page 68
54
berbeda dengan tujuan yang sama. Sebagai salahsatu faktor
keberhasilan dalam menerapkan tujuannya, organisasi membutuhkan
komunikasi yang baik antar sesama anggotanya.
Setelah melakukan penelitian dengan teknik observasi, wawancara
dan dokumentasi penulis mendapatkan hasil dari fokus penelitian pola
komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
Di BPPP Pabelan terdapat dua pola komunikasi yang terjadi, yaitu pola
komunikasi Y dan pola komunikasi bintang/semua saluran.
Pola komunikasi Y terjadi pada komunikasi vertikal, sedangkan
pola komunikasi bintang terjadi pada komunikasi horizontal. Pada
komunikasi vertikal terjadi komunikasi ke atas dan ke bawah di BPPP
Pabelan. Komunikasi ke bawah isi pesannya lebih banyak berupa
instruksi, arahan dan perintah. Di sini juga ada feedback (timbal balik)
dari komunikan yang bertujuan mengurangi kesalahan dalam
interpretasi pesan.
Sedangkan pola komunikasi bintang di BPPP Pabelan terjadi antara
sesama santri, sesama pengurus ataupun sesama ustadz. Pola bintang
yaitu pola di mana semua anggota dapat saling berkomunikasi
walaupun berbeda tingkatan dalam struktur.
“Pasti lah santri saling bicara satu sama lain. Kalau di acara-
acara seperti praktek bahasa ke Candi Borobudur misalnya, bisa
saling komunikasi antara anak-anak dengan pengurus dan
pendamping.” (Saputra, wawancara, 13 Agustus 2019)
Proses komunikasi organisasi pada lembaga memiliki hambatan
yang berbeda. Hambatan yang terjadi di BPPP Pabelan ada dua, yaitu
Page 69
55
pesan komunikasi yang bersifat berstruktur lama tersampaikan dan
kesalahan dalam interpretasi pesan komunikasi
B. Pembahasan
1. Pola Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan
Berdasarkan data penelitian yang didapat, Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan dalam menjalankan roda kegiatannya menggunakan
dua pola komunikasi, yaitu pola komunikasi Y dan pola komunikasi
bintang.
a) Pola Komunikasi Y di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Dalam menjalankan sistem kelembagaannya, Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan mempunyai beberapa bagian
kepengurusan yang mana pada setiap bagiannya memiliki tugas dan
fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkatan
kepengurusannya. Tingkatan pengurus tersebut terdiri dari kiai
(pengasuh pondok), ustadz (guru), pengurus Organisasi Pelajar
Pondok Pabelan (OPPP) dan pendamping kamar.
Anggota pengurus OPPP adalah santri senior yang telah
tinggal lama di pondok. Santri senior akan mendapat tugas dan
wewenang yang berbeda. Umumnya mereka dibagi tugas menjadi
ustadz untuk santri yang telah lulus Madrasah Aliyah, pendamping
dan pengurus OPPP untuk santri Madrasah Aliyah.
Page 70
56
Proses komunikasi yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan dan kebijakan yang terjadi melalui tahap dan kesepakatan
bersama disebut juga dengan manajemen komunikasi. Biasanya
pengurus bertatap muka dengan kiai untuk mengadakan pertemuan.
Seperti yang disebutkan dalam wawancara peneliti dengan
narasumber sebagai berikut:
“Tiap tahun itu karakter santri kami itu berbeda, karena itu
perlu regulasi-regukasi baru yang sesuai. Saya biasa
mengajak pengurus OPPP berkumpul rutin untuk
membahasnya.” (wawancara, Amin, 13 Agustus 2019)
Kumpul rutin ini dibuat untuk membahas rencana-rencana
yang akan dilaksanakan dalam waktu pendek maupun panjang.
Kumpul juga membahas tentang regulasi-regulasi yang telah berlaku
agar sesuai dengan keadaan santri.
Proses komunikasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara kiai,
ustadz, pengurus OPPP, pendamping kamar maupun santri. Ketika
kiai mengajak santrinya untuk berkumpul bertatap muka, di sana
terjadi komunikasi secara langsung di antara mereka. Komunikasi
tidak langsung juga terjadi ketika kiai sedang tidak berada di
lingkungan pondok. Untuk sistem kontrol santri, kiai dapat
berkomunikasi dengan ustadz melalui media handphone atau
melakukan cek mendadak ke asrama.
Setiap pelaku komunikasi selalu menjalin komunikasi secara
formal melalui rapat. Kiai biasanya mengumpulkan pengurus OPPP
Page 71
57
atau ketua dari masing-masing bagian di kepengurusan OPPP
sebagai perwakilan untuk rapat. Di sini terjadi komunikasi secara
langsung antara kiai dan pengurus OPPP, dan terkadang tidak semua
pengurus dapat berkomunikasi secara langsung dengan kiai. Seperti
disampaikan oleh Ketua OPPP sebagai berikut:
“Biasanya Bapak mengajak pengurus OPPP berkumpul, tapi
kadang-kadang hanya memanggil ketua bagian tertentu
untuk menyampaikan sedikit arahan agar disampaikan dan
didiskusikan dengan anggota bagian di asrama.” (Khawaizi,
wawancara, 13 Agustus 2019)
Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa terkadang
tidak setiap anggota pengurus OPPP dapat berkomunikasi secara
langsung dengan kiai.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola
atau struktur komunikasi yang terjadi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan adalah pola yang berbentuk Y. Pada pola Y pusat
komunikasi tidak dapat berkomunikasi secara langsung dengan
seluruh individu, melainkan ada individu yang bertugas sebagai
perantara untuk menyampaikan pesan individu lainnya.
Pada pola Y ini, kiai berperan sebagai pusat komunikasi
sedangkan pengurus OPPP merupakan perantara (gatekepeer), yang
memiliki tugas menyalurkan pesan kiai kepada santri.
Page 72
58
Bagan 4.1 Pola Struktur Y di BPPP Pabelan
Berdasarkan observasi peneliti, alur komunikasi di Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan menunjukkan bahwa kiai
menyampaikan informasi melalui ketua bagian OPPP, lalu ketua
bagian menyampaikan pesan kepada anggotanya dan diteruskan
pada santri. Dengan adanya beberapa pihak yang terlibat secara
struktural, maka alur komunikasi yang digunakan oleh kiai adalah
secara berurutan.
1) Konten Komunikasi
Konten komunikasi pada pola komunikasi Y ini
berfokus pada isi dari apa yang disampaikan oleh kiai sebagai
pengasuh dan pimpinan BPPP Pabelan. Menurut George Terry
(dalam Saleh, 2016: 19) kepemimpinan adalah hubungan antara
seorang dengan orang lain, pemimpin mampu memengaruhi
agar orang lain bersedia bekerja bersama-sama dalam tugas-
tugas yang berkaitan untuk mencapai apa yang diinginkannya.
OPPP
Ustadz Kiai
Pendamping Kamar
Santri
Page 73
59
Dari definisi di atas, pemimpin dimungkinkan dapat
menggunakan banyak model komunikasi agar mudah dipahami
oleh bawahannya. Pemimpin harus memiliki prinsip dalam
komunikasi pimpinan terhadap bawahannya. Menurut tokoh
pendidikan nasonal Ki Hajar Dewantara (1977), pemimpin
harus menformulasikan sifat pemimpin berdasarkan posisi dan
perannya, antara lain:
a. Ing Ngarso Sung Tulada, di saat berada di depan (di hadapan
bawahan) mampu memberi contoh dan menjadi teladan
terbaik.
b. Ing Madya Mangun Karso, di tengah-tengah bawahan
memiliki semangat atau menggugah semangat dan mampu
memberi motivasi.
c. Tut Wuri Handayani, di saat berada di belakang
(bawahannya) mampu memengaruhi, mengayomi, dan
bertanggung jawab (Saleh, 2016: 47).
Dalam komunikasi organisasi yang terjadi di BPPP
Pabelan, ketika kiai berperan sebagai pemimpin sehingga lebih
sering menyampaikan komunikasi yang berhubungan dengan
perintah atau instruksi. Seperti dijelaskan oleh Wakil Ketua
OPPP:
“ya sering diberi perintah dari bapak, misalnya kami
diminta mengadakan acara juga sekalian rencana
pelaksanaannya dan nantinya ada masukan juga
arahannya dari bapak. Kadang kalau ada peraturan
Page 74
60
baru dari bapak, kami diminta mendiskusikannya.
Kalau pertemuan sama bapak, selain diberi tugas dan
instruksi kami juga sering dapat motivasi-motivasi
berupa nasihat.” (Surur, wawancara, 13 Agustus
2019)
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa isi komunikasi yang disampaikan kiai adalah berupa
instruksi, arahan maupun motivasi. Instruksi dari kiai
berhubungan dengan tugas-tugas harian dan kendalanya. Kiai
menyampaikan instruksi dan arahan kepada pengurus OPPP
untuk bahan evaluasi. Dari sini pengurus dapat mengerti apa
yang harus dilakukan, apa yang harus diperbaiki dan juga apa
yang harus dipertahankan.
Sedangkan peran kiai sebagai pengasuh pondok
cenderung memberi motivasi dan nasihat kepada santri.
Motivasi-motivasi dari kiai bertujuan untuk mendorong
semangat pengurus OPPP dalam melaksanakan tugasnya.
Nasihat yang kiai sampaikan juga bertujuan untuk menanamkan
visi dan misi BPPP Pabelan kepada pengurus.
2) Arah Aliran Komunikasi
Arah aliran komunikasi yang terjadi di Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan terdiri dari komunikasi
ke bawah (downward communication) dan komunikasi ke atas
(upward communication).
Page 75
61
Komunikasi ke bawah merupakan saluran yang paling
sering digunakan dalam sistem organisasi. Arus pengiriman
pesan terjadi dari atasan kepada bawahan, biasanya digunakan
untuk mengirim perintah, petunjuk, tujuan dan kebijakan pada
anggota yang berada pada tingkat di bawahnya (Situmeang,
2016: 21).
Komunikasi ke bawah terjadi ketika kiai
berkomunikasi dengan pengurus OPPP. Kiai memberi
masukan-masukan penting untuk dilaksanakan OPPP dalam
mengatur santri-santri. Masukan itu berupa petunjuk, arahan
ataupun perintah/instruksi.
Pesan yang bersifat satu arah memiliki kelemahan
yaitu kesulitan untuk menterjemahkan isi pesan. Seperti di Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan, kerap ada perintah atau
instruksi dari kiai yang kurang dipahami oleh ketua bagian
pengurus OPPP sehingga mereka akan kesulitan dalam
menginterpretasikan kepada anggotanya. Karena itu dibutuhkan
feedback dari anggotanya, yaitu komunikasi ke atas.
Komunikasi dua arah sangatlah penting untuk membangun
relasi yang baik.
Komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim
dari hierarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Komunikasi ke atas di BPPP Pabelan terjadi ketika pengurus
Page 76
62
OPPP mempunyai rencana, ide, rangkaian kegiatan dan
program lainnya yang akan dilaksanakan, harus disampaikan
terlebih dulu kepada kiai untuk meminta persetujuan. Pengurus
pada tiap bagian, sebelumnya telah melakukan rapat untuk
membahas program-program yang akan mereka canangkan.
Setelahnya, hanya ketua dari tiap-tiap bagian yang menghadap
pada kiai untuk menyampaikan rencana program tersebut.
Komunikasi ke atas sangatlah penting untuk
mempertahankan pertumbuhan organisasi. Anggota menerima
pesan dari pemimpinnya untuk dilaksanakan, anggota bisa
mempertanyakan hasil kerjanya juga memberi saran-saran pada
pemimpinnya untuk kebaikan organisasi.
Dengan adanya komunikasi timbal balik yang bersifat
dua arah (ke bawah dan ke atas), maka kiai dan pengurus OPPP
dapat saling mengerti apa yang di sampaikan satu sama lain juga
dapat mengurangi hambatan yang terjadi dalam komunikasi.
3) Cara atau Saluran Komunikasi
Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti
lakukan, kiai di BPPP Pabelan melakukan komunikasi dengan
pengurus OPPP secara langsung melalui rapat, secara tidak
langsung juga melalui media tulis dan cetak.
Pada kumpul atau rapat rutin, kiai melakukan
komunikasi secara langsung bertatap muka. Selain dengan
Page 77
63
bertatap muka secara langsung, kiai juga melakukan komunikasi
dengan saluran tertulis. Jika ada yang ingin kiai sampaikan
ketika hendak meninggalkan lingkungan pondok pesantren
untuk keperluan tertentu, kiai memberikan pesan amanah
kepada ustadz bidang kepengasuhan melalui handphone. Kiai
juga menyampaikan pesannya melalui tulisan di kertas yang
isinya instruksi maupun arahan untuk pengurus OPPP.
Selain itu kiai juga berkomunikasi kepada santrinya
melalui tulisan-tulisannya di majalah. Pada majalah DIALOG
yang merupakan karya santri, kiai menulis rutin tiap edisi, yaitu
tiap tahun. Majalah ini merupakan majalah untuk kalangan
santri. Sedangkan pada majalah PABELAN yang
dipublikasikan untuk umum, kiai juga menulis pada setiap
edisinya, yaitu tiap bulan.
Majalah DIALOG dalam hal ini termasuk dalam
kategori house journal, yaitu suatu pemberitaan untuk kalangan
sendiri atau disebut juga private publication yang berbeda
dengan commercial perss. Berbeda dengan majalah PABELAN
yang merupakan commercial perss, yang isinya dapat
digunakan untuk kalangan umum.
Berdasarkan uraian di atas, kiai berkomunikasi
menggunakan media cetak dan elektronik untuk menyampaikan
pesan dan gagasannya. Media elektronik yang kiai gunakan
Page 78
64
adalah handphone, sedangkan media cetak yang kiai gunakan
adalah majalah.
Kiai terkadang keliling komplek pondok untuk
mengecek kegiatan santri. Ini merupakan salah satu cara kiai
yang bertujuan untuk sistem kontrol. Semua kegiatan yang ada
di BPPP Pabelan dikelola oleh OPPP yang masih membutuhkan
banyak pengarahan. Di sini tugas kiai sebagai pimpinan dan
pengasuh pondok untuk mengawasi dan mengontrol jalannya
kegiatan agar sesuai dengan rencana yang telah diprogram.
Dengan kelilingnya kiai secara mendadak, kiai dapat
langsung menanyakan kepada santri terkait kegiatan yang saat
itu dilaksanakan. Sistim kontrol secara mendadak ini sangat
efektif untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan santri berjalan.
4) Gaya Komunikasi
Gaya komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat
perilaku antarpribadi terspesialisasi yang digunakan dalam
situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi memiliki
kelebihan dan kelemahan tersendiri. Setiap gaya yang
digunakan seseorang akan berbeda sesuai maksud dari pengirim
dan pesan yang disampaikannya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa kiai di BPPP
Pabelan menerapkan gaya komunikasi berstruktur. Kiai pada
proses komunikasinya lebih sering menyampaikan pesan-pesan
Page 79
65
yang beirisi arahan ataupun instruksi untuk pengurus terkait apa
yang harus dan tidak harus dilakukan. Dalam menyampaikan
pesannya kiai lebih sering menggunakan model komunikasi
interpersonal, yaitu langsung kepada individu.
Gaya komunikasi menurut Frazier Moore (dalam
Jurnal Paradigama Madani, 2, November 2015) juga bisa
dikategorikan menjadi komunikasi formal, informal dan
nonformal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
dilakukan secara kewenangan yang digariskan dalam rencana
organisasi dan dilakukan secara resmi. Komunikasi formal di
BPPP Pabelan terjadi ketika ada perkumpulan rutin antara kiai
dan santri.
Komunikasi informal merupakan komunikasi yang
dilakukan secara tidak resmi atau di luar jam kerja tetapi pesan
yang disampaikan bersifat formal/resmi. Komunikasi informal
terjadi ketika kiai memanggil salah satu santri di waktu luang
dan menanyakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keberlangsungan kegiatan pondok.
Sedangkan komunikasi nonformal merujuk pada
materi pembicaraan yang tidak resmi, kapan, dimana, apa,
bagaimana, siapa saja tidak ada peraturan. Dimanapun,
kapanpun oleh siapapun bisa terjadi. Komunikasi nonformal
terjadi ketika kiai mengisi santri dengan motivasi-motivasi
Page 80
66
maupun nasehat. Santri yang merupakan pemuda belum
matang, pasti memiliki banyak masalah untuk diceritakan. Di
sini kiai hadir sebagai pengasuh santri yang siap mendengarkan
keluh kesan santrinya dan juga memberi masukan untuk
mereka.
b) Pola Komunikasi Bintang di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan
Pola komunikasi bintang memungkinkan individu dapat
berkomunikasi dengan individu lainnya yang berada pada sesama
lapisan tingkatan. Ketika kiai menyampaikan gagasannya, pengurus
akan mengadakan rapat anggota pengurus OPPP dan bersifat hanya
untuk anggota. Rapat ini bertujuan untuk menerjemahkan apa yang
menjadi gagasan kiai ke dalam bentuk rincian.
Rapat yang dikususkan untuk anggota OPPP merupakan
contoh komunikasi horizontal. Begitu pula forum-forum yang
diadakan santri pada tingkat kamar dan asrama juga merupakan
komunikasi horizontal.
Berdasarkan uraian di atas, pola komunikasi bintang
cenderung digunakan pada komunikasi horizontal yang sesama
setara jabatan. Tapi pada pola bintang, semua dapat berkomunikasi
tanpa memandang strata kelasnya. Artinya, setiap individu dapat
berkomunikasi dengan individu lainnya tanpa perantara.
Page 81
67
Pada komunkasi ini terdapat respon dari lawan bicara,
artinya terjadi timbal balik antara komunikator dan komunikan.
Komunikasi yang bersifat informal membuat komunikator dan
komunikan leluasa dalam berkomunikasi.
Bagan 4.2 Pola Struktur Bintang di BPPP Pabelan
Berdasarkan bagan di atas, dapat dilihat bahwa semua
individu dari tiap strata tingkatan dapat saling berkomunikasi tanpa
melalui perantara. Kiai dapat langsung menyampaikan pesannya
kepada santri, OPPP, Ustadz maupun pendamping kamar tanpa
melalui perantara.
1) Konten Komunikasi
Konten komunikasi pada komunikasi bintang bersifat
formal dan nonformal. Konten bersifat formal terjadi ketika
kegiatan-kegiatan resmi santri, sedangkan konten nonformal
terjadi pada pergaulan santri setiap hari.
Pada kegiatan pidato misalnya, setiap individu yang
bertugas akan menyampaikan pidatonya kepada pendengar.
Kiai
OPPP Ustadz
Pendamping Kamar Santri
Page 82
68
Setelah selesai, akan ada pertanyaan dari pendengar. Apa yang
disampaikan oleh orator menggunakan bahasa dan bahasan
yang resmi.
Sedangkan konten nonformal pasti terjadi di antara
santri. Sebagai sesama santri yang berteman, candaan dan
gurauan adalah hal yang wajar. Itu merupakan salah satu konten
nonformal yang terjadi. Cerita, curahan hati maupun keluhan
santri yang disampaikan kepada temannya merupakan konten
yang bersifat nonformal.
2. Faktor Penghambat Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan
Dalam proses komunikasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan, terdapat beberapa faktor penghambat komunikasi.
a) Pesan komunikasi vertikal yang bersifat terstruktur lama
tersampaikan
Semua kegiatan yang ada di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan dikelola oleh OPPP di bawah bimbingan kiai dan
ustadz. Apa yang menjadi gagasan kiai terkait usulan kegiatan akan
disampaikan kepada pengurus OPPP untuk kemudian disampaikan
kedapa santri. Begitu pula sebaliknya, usulan santri akan
disampaikan kepada kiai lewat perantara pengurus OPPP. Proses ini
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama tetapi efektif.
Page 83
69
Kiai sebagai pengasuh dan pemimpin pondok juga memiliki
tugas di luar lingkungan pondok. Tugas itu terkait promosi pondok,
rapat pimpinan pondok dll. Peran kiai sebagai pusat komunikasi
akan berkurang ketika berada di luar lingkungan pondok. Begitu
pula berkurangnya sistem kontrol kiai terhadap santri. Contohnya
ketika pengurus OPPP selesai musyawarah hendak menyampaikan
hasilnya untuk meminta persetujuan kiai, tetapi kiai sedang di luar
komplek pondok. Maka persetujuan hasil musyawarah akan mundur
dan berdampak pada pesan yang tertunda.
b) Kesalahan dalam interpretasi pesan.
Komunikasi yang bersifat terstruktur dan melalui perantara
yaitu pengurus OPPP, membuat banyak kemungkinan kesalahan
pemahaman. Ketika kiai menyampaikan pesan kepada pengurus
OPPP dan mereka paham, terkadang akan ada perbedaan antara
pesan yang disampaikan pengurus OPPP kepada santri dan pesan
yang disampaikan kiai kepada pengurus OPPP. Karena itu
dibutuhkan persamaan persepsi antara pengurus OPPP dan kiai agar
pemahaman pengurus mempunya makna yang sama dengan
pemahaman kiai.
Page 84
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan tentang pola komunikasi organisasi dengan diperkuat
data yang ada, menunjukkan bahwa:
1. Komunikasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
menggunakan pola komunikasi Y dan pola komunikasi bintang/semua
saluran. Pola komunikasi Y terjadi pada komunikasi vertikal. Kiai
sebagai pusat komunikasi mengirimkan pesannya ke santri melalui
pengurus OPPP yang berperan sebagai gatekeeper. Konten pesannya
formal berisi arahan, instruksi dan nasehat yang disampaikan secara
langsung bertatap muka atau melalui saluran media tertulis, cetak dan
elektronik. Pola komunikasi bintang/semua saluran sering terjadi pada
komunikasi yang bersifat horizontal. Setiap individu dapat
berkomunikasi dengan lainnya tanpa perantara. Konten pesannya
bersifat formal dan informal.
2. Penghambat komunikasi organisasi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan ada dua, yaitu pesan komunikasi vertikal yang
bersifat terstruktur lama tersampaikan dan kesalahan dalam interpretasi
pesan.
Page 85
71
B. Saran
Demi kelancaran komunikasi di Balai Pendidikan Pondok Pesantren
Pabelan, penulis memberikan saran untuk memaksimalkan peran ustadz
dalam pengawasan santri sebagai sistem kontrol santri, kususnya ketika kiai
ada tugas di luar lingkungan pondok pesantren. Kiai juga bisa menugaskan
beberapa guru senior untuk mengawasi kegiatan santri di asrama pada
waktu-waktu tertentu.
Page 86
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.
Agustinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Calpulis.
Ali, Mukti. 2017. Komunikasi Antarbudaya dalam Tradisi Agama Jawa.
Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Bungin, Burhan. 2014. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Depok: PT
Rajagrafindo Persada.
DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia Kuliah Dasar (Agus Maulana.
Terjemahan). Jakarta: Professional Books.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Hasrullah. 2013. Beragam Perspektif Ilmu Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Hidayat, Komaruddin, dkk. 2015. Pondok Pabelan dan Mobilitas Kaum Santri.
Jakarta: PONDOK PABELAN.
Hidayat, Komaruddin. 2016. Dari Pesantren untuk Dunia: Kisah-Kisah Inspiratif
Kaum Santri. Jakarta: PPIM UIN Syarif Hidayatullah
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kementrian Agama RI. 2014. Mushaf Al Qur’an Tajwid dan Terjemah. Abyan:
Solo.
Kurikulum, Departemen. 2006. Syarhu al-Mahfudtot. Ponorogo: Darussalam Press.
Kriyanto, Rachmat. 2006. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Page 87
__________. 2016. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pace, R. Wayne. Faules, Don F. 2006. Komunikasi Organisasi Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Romli, Khomsahrial. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT
Gramedia.
Rosidi, Ajip. 2015. Kiai Hamam Dja'far dan Pondok Pabelan. Bandung: PT Dunia
Pustaka Jaya.
Santoso, Edi. Setiansah, Mite. 2012. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Situmeang, Ilona V. Oisina. 2016. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif
Objektif dan Perspektif Subjektif. Yogyakarta: Ekuilibria.
Subakrun, Ainur Rhaien. 2013. K.H. M. Dawam Saleh: Anak Sopir yang
Mendirikan Pesantren. Surabaya: Bahari Presss.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alvabeta.
Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi
dalam Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Supranto, J. 2003. Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Wursanto, Ig. 1989. Dasar-Dasar Manajemen Personali. Jakarta: Dian Pustaka.
Jurnal
Jasuli. 2015. Pola Komunikasi Organisasi di Pondok Pesantren Maqnaul Ulum,
(Online) Vol. 2, No. 2.
(http://ejurnal.uji.ac.id/index.php/PAR/article/view/42, diakses pada tanggal
28 Juli 2019).
Subqi, Imam. 2016. Pola Komunikasi Keagamaan dalam Membentuk Kepribadian
Anak, (Online) Vol. 1, No. 2.
(http://inject.iainsalatiga.ac.ic/index.php/INJECT/article/view/648, diakses
pada tanggal 3 Agustus 2019)
Page 88
Skripsi
Ghauhar, Altav. 2012. Kiai Hamam Dja’far dan Pondok Pesantren Pabelan (1965-
1980). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasbul. 2015. Pola Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Akhlak Islami
Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Husainy Bumi Serpong Damai (BSD)
Tangerang Selatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Kamal, Abdillah. 2014. Pola Komunikasi Organisasi Forum Komunikasi Pemuda
Indonesia. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Rahmawati, Yuli. 2010. Perkembangan Sistem Pendidikan Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan (Menuju Pesantren Modern). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Majalah
Nuris, Abu. 2015. “Highlight: Lima Puluh Tahun Pondok Pabelan”. dalam
Pabelan, Agustus, I. Magelang.
Page 89
LAMPIRAN
Gambar 1 Wawancara dengan KH. Ahmad Najib Amin Hamam, Pengasuh Balai PendidikanPondok Pesantren Pabelan
Gambar 2 Wawancara dengan Bima Anggoro Muyassar, Ustadz bidang kepengasuhan.
Gambar 3 Wawancara dengan Imron Khawaizi (kiri) dan Arha' Raihanu Surur (kanan), Ketua dan Wakil Ketua Organisasi Pelajar Pondok.
Page 90
Gambar 4 KH. Hamam Dja'far, pendiri BPPP Pabelan. Gambar 5 KH. Hamam Dja'far umur 15 tahun.
Gambar 6 KH. Hamam Dja'far bersama Presiden Pakistan, Zia'ul Haq (kiri) setelah menerima penghargaan Aga Khan Award (1980).
Page 91
Gambar 7 Denah lokas BPPP Pabelan.
Gambar 8 Struktur Organisasi Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan.
Page 92
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Pengasuh Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
1. Apakah program unggulan di BPPP Pabelan?
2. Siapa saja yang berperan dalam meningkatkan program unggulan?
3. Bagaimana cara pengambilan keputusan?
4. Bagaimana regulasi terbentuk?
5. Bagaimana cara menanamkan visi dan misi pondok serta motivasi
kepada santri?
6. Pesan apa saja yang disampaikan dalam rapat?
7. Bagaimana alur komunikasi santri, pengurus, ustadz dan pengasuh
pondok?
8. Bagaimana program OPPP terlaksana?
B. Untuk Guru Pengajar
1. Bagaimana cara mengontrol kegiatan belajar santri di luar jam sekolah?
2. Bagaimana pembagian tugas dalam kepengurusan guru?
3. Bagaimana regulasi terbentuk?
4. Bagaimana cara menanamkan visi dan misi pondok serta motivasi
kepada santri?
5. Pesan apa saja yang disampaikan dalam rapat?
C. Untuk Ustadz Pengabdian BPPP Pabelan
1. Bagaimana peran ustadz di kegiatan pondok dan sekolah?
2. Apa saja yang menjadi masalah dalam kegiatan di pondok?
3. Bagaimana proses penyelesaian masalahnya?
Page 93
4. Bagaimana kesan anda terkait cara pengambilan keputusan dan
kebijakan di pondok?
5. Bagaimana cara menginterpretasikan pesan kiai kepada santri?
6. Media apa saja yang digunakan kiai dalam menyampaikan inovasinya
kepada santri?
D. Untuk Ketua dan Wakil Ketua Organisasi Pelajar Pondok (OPPP)
1. Bagaimana cara mengkoordinasikan tugas-tugas bagian pengurus
OPPP?
2. Apa saja hambatan yang ada? Bagaimana mengatasinya?
3. Bagaimana cara mengatasinya?
4. Kapan pengurus OPPP bisa bertemu kiai?
5. Apakah rapat selalu bersifat formal?
6. Ketika rapat, apa bahasan yang sering disampaikan kiai?
7. Bagaimana alur program OPPP terlaksana?
8. Kepada siapa santri berkeluh terkait permasalahannya?
E. Untuk Santri BPPP Pabelan
1. Kapan masuk pondok?
2. Bagaimana keadaan lingkungan pondok seperti teman, komunikasi,
kegiatan dan aturan?
3. Bagaimana prosedur untuk keluar komplek pondok?
4. Bagaimana cara pengurus dan ustadz dalam mengatur kegiatan?
5. Bisakah komunikasi langsung dengan ustadz, oppp atau pun guru?
Page 94
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Najib Amin Hamam
Jabatan : Pengasuh Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan
Menerangkan bahwa:
Nama : Sufiyan Alwi
NIM : 43010150005
Progdi / Lembaga : Komunikasi dan Penyiaran Islam / IAIN Salatiga
Telah mengadakan wawancara dengan kami dalam rangka penyusunan
skripsi dengan judul Pola Komunikasi Organisasi di Balai Pendidikan Pondok
Pesantren Pabelan.
Demikian surat keterangan ini kami buat agar dipergunakan sebagaimana
mestinya, dan kepada yang bersangkutan harap maklum adanya.
Pabelan, 23 Agustus 2019
Pengasuh Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan
Ahmad Najib Amin Hamam
Page 95
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Pabelan
Nama : KH. Ahmad Najib Amin Hamam
Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 13.20 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah program unggulan di BPPP
Pabelan?
Ini pertanyaan yang susah dijawab.
Pabelan ini bukan mesin pencetak,
dulu almarhum KH Hamam
Dja’far berpesan bahwa siapapun
dia yang penting punya niat tanpa
memandang nilai boleh masuk
Pabelan. Jadi mungkin
unggulannya ya bagaimana
Pabelan mengantarkan santri
untuk mengenal dirinya sendiri
dan mengenal tuhannya.
2. Siapa saja yang berperan dalam
meningkatkan program unggulan?
Semua berperan, santri hidup 24
jam sehari itu bersama-sama.
Semuanya penting, saling
melengkapi.
3. Bagaimana cara pengambilan
keputusan?
Jadi kami membaca situasi, kira-
kira dengan bahan yang seperti ini
Page 96
aturan apa yang cocok digunakan.
OPPP mengelola dan memberi
peraturan, nanti saya akan koreksi.
4. Bagaimana regulasi terbentuk? Itu melalui rapat dan tiap tahun ada
regulasi yang berbeda. Tipa tahun
itu bahan yang datang berbeda-
beda, maka perlu regulasi baru
untuk menyesuaikan keadaan
santri dan jaman.
5. Bagaimana cara menanamkan visi
dan misi pondok serta motivasi
kepada santri?
Selama 24 jam kegiatan santri, itu
sudah ditanamkan visi misi.
Semua kegiatan didasari dan
diselaraskan untuk mendukung
tercapainya visi misi pondok.
Kalau motivasi itu porsi saya
sebagai orang tua mereka, sering
saya sampaikan lewat khutbah
seperti kuliah subuh, khutbah
perpulangan maupun khutbah
perayaan tertentu.
6. Pesan apa saja yang disampaikan
dalam rapat?
Kalau porsi saya dengan OPPP ya
harus formal, tapi di lain sisi saya
juga jadi orang tua mereka di sini.
Page 97
Sebagai orang tua ya
pembicaraannya tidak formal.
7. Bagaimana alur komunikasi santri,
pengurus, ustadz dan pengasuh
pondok?
Saya berusaha melatih
kedewasaan santri, juga melatih
mereka untuk bertanggung jawab.
Permasalahan anak akan
diselesaikan mereka sendiri. Dari
lingkup kecil, mereka bisa saling
membantu sesama teman kamar,
mningkat ke pendamping kamar,
pengurus OPPP dan bila
masalahnya besar baru akan
dilaporkan ke saya.
8. Bagaimana program OPPP
terlaksana?
Melalui persetujuan bersama.
Mereka yang merancang, mereka
pula yang melaksanakan. Saya
hanya akan mengawasinya.
Page 98
Narasumber : Guru Pengajar
Nama : Asma Khoriyah
Tempat : Desa Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 16.43 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara
mengontrol kegiatan
belajar santri di luar jam
sekolah?
Kami guru-guru cukup bekerjasama dengan
pengurus OPPP yang mengelola kegiatan di
asrama. Kami juga ada jadwal keliling ke
asrama untuk cek belajar anak-anak.
2. Bagaimana pembagian
tugas dalam kepengurusan
guru?
Itu sudah ada jobdesk masing-masing
bagian. Jadi kami hanya melakukan
pemilihan terkait struktur, untuk tugas kan
sudah ada kejelasannya dari tiap bagian.
3. Bagaimana regulasi
terbentuk?
Ya melalui musyawarah dan rapat. Kami
ada rapat guru membahas program dan
rencana pembelajaran, nanti diusulkan ke
kiai untuk meminta persetujuan. Ada juga
rapat besar yang di dalamnya ada kiai, guru,
ustadz pengabdian juga OPPP.
4. Bagaimana cara
menanamkan visi dan misi
pondok serta motivasi
kepada santri?
Pada setiap pelajaran dan kegiatan kami
selalu menyelipkan motivasi untuk
menumbuhkan semangat. Kami juga sering
mengingatkan ulang tujuan mereka datang
Page 99
kepondok agar selaras dengan visi misi
pondok. Visi, misi, motto dan panca jiwa
pondok pun sudah ada di banyak papan
yang ditempel di tembok-tembok
lingkungan pondok.
5. Pesan apa saja yang
disampaikan dalam rapat?
Kalau dalam rapat itu biasanya pesan yang
disampaikan kiai seperti arahan atau
instruksi. Intinya kami hanya evaluasi
program selama sebulan. Lalu ada gagasan
dari kiai, nah itu yang biasanya berupa
instruksi dan kami diminta untuk berdiskusi
terkait bagaimana cara pelaksanaanya.
Page 100
Narasumber : Ustadz Pengabdian
Nama : Bima Anggoro Muyassar
Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 09.20 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana peran ustadz
di kegiatan pondok dan
sekolah?
Di sekolah ustadz bertugas membantu guru-
guru mengelola kegiatan belajar mengajar
(KBM). Tapi, yang utama selama 24 jam
ustadz sebagai tangan kanan kiai untuk
mengawasi santri. Jadi, kiai maupun guru bila
ada perlu dengan santri bisa memerintah
ustadz.
2. Apa saja yang menjadi
masalah dalam kegiatan
di pondok?
Ya banyak, misal antar pengurus ada mis-
komunikasi. Kiai itu lebih sering memberi
perintah pada pengurus untuk dilaksanakan
pada kegiatan santri, tapi ya kadang pengurus
sering salah memahami perintah kiai. Jadi inti
pesannya bisa beda.
3. Bagaimana proses
penyelesaian
masalahnya?
Terkait komunikasi ya harus dipahami benar-
benar, nanti juga harusnya didiskusikan
kembali di kantor pengurus. Atau mereka bisa
konsultasi ke ustadz, kan sering tu bapak (kiai)
Page 101
pergi dan pengurus kadang bingung kalau ada
masalah yang agak besar.
4. Bagaimana kesan anda
terkait cara
pengambilan keputusan
dan kebijakan di
pondok?
Kesan saya baik, semua dilakukan dengan
musyawarah.
5. Bagaimana cara
menginterpretasikan
pesan kiai kepada
santri?
Seperti yang saya jelaskan tadi, sebelum kita
umumkan ke santri lebih baik didiskusikan
dulu oleh pengurus. Itu semua agar tidak ada
kesalah pahaman.
6. Media apa saja yang
digunakan kiai dalam
menyampaikan
inovasinya kepada
santri?
Kalau media mungkin buku kayak majalah
gitu, ada majalah dari santri juga alumni.
Media lain ya handphone, tapi lewat ustadz
atau guru karena santri kan tidak boleh
membawa hp.
Page 102
Narasumber : Ketua Organisasi Pelajar Pondok Pabelan
Nama : Imron Khawaizi
Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 12.10 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara
mengkoordinasikan tugas-
tugas bagian pengurus
OPPP?
Saya percayakan pada ketua bagian, nanti
anggota biar mereka koordinasikan. Kan
sudah ada sitemnya dalam organisasi,
saya sebagai ketua tidak harus terjun ke
semua individu secara satu-persatu
2. Apa saja hambatan yang
ada?
Banyak yang gak memberi contoh, kalau
terkait komunikasi ya mungkin salah
paham satu sama lain itu. Kan santri dari
banyak daerah, budayanya beda-beda.
3. Bagaimana cara
mengatasinya?
Mengatasinya ya berjalan saja, nanti juga
terbiasa dengan karakter yang beda-beda.
4. Kapan pengurus OPPP bisa
bertemu kiai?
Kapan pun bisa kalau bapak ada di rumah,
biasanya bapak mengajak pengurus OPPP
berkumpul, tapi kadang-kadang hanya
memanggil ketua bagiantertentu untuk
menyampaikan sedikit arahan agar
disampaikan dan didiskusikan dengan
anggota bagian di asrama.
Page 103
5. Apakah rapat selalu bersifat
formal?
Ya kalau rapat jelas formal, cuman ya ada
candaan biar gak tegang.
6. Ketika rapat, apa bahasan
yang sering disampaikan
kiai?
Bapak biasanya menyampaikan arahan-
arahan terkait teknis mengelola kegiatan.
Sering juga ngasih nasehat biar pengurus
semangat mengerjakannya.
7. Bagaimana alur program
OPPP terlaksana?
Awal setelah dilantik kami mengadakan
musyawarah kerja membahas program
kerja dari masing-masing bagian. Setelah
final, hasil musyawarah kerja kami ajukan
ke kiai. Nanti ada saran-saran kiai terkain
program. Baru setelah fix, kami
laksanakan pada kegiatan santri.
8. Kepada siapa santri berkeluh
terkait permasalahannya?
Ke teman dekatnya, kadang kalau punya
masalah yang agak pribadi langsung ke
pendamping kamar. Kalau cuman keluhan
terkait kegiatan pondok, santri langsung
omong ke pendamping kamar atau
pengurus OPPP.
Page 104
Narasumber : Wakil Ketua Organisasi Pelajar Pondok Pabelan
Nama : Arha’ Raihanu Surur
Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 12.10 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana cara
mengkoordinasikan
tugas-tugas bagian
pengurus OPPP?
Itu sudah ada pembagian tugasnya tiap bagian,
kami hanya perlu mengkoordinasi ketua
bagiannya saja.
2. Apa saja hambatan
yang ada?
Sering kesusahan kalau bapak lagi pergi ke luar
pondok. Misalnya ada wali santri yang datang
berkeluh tentang anaknya dipondok. Nah itu
kalau agak besar masalahnya kami ragu
memberi saran, takutnya nanti beda sama yang
dipirkan oleh kiai.
3. Bagaimana cara
mengatasinya?
Kalau kasus tadi yang dadakan ya kami spontan
langsung ke usadz, biar ditelponkan ke kiai.
4. Kapan pengurus OPPP
bisa bertemu kiai?
Sering, kalau bapak gak pergi kami langsung ke
rumahnya pasti ditemui. Kalau yang bareng-
bareng ketika rapat dan khutbah.
5. Apakah rapat selalu
bersifat formal?
Iya, walaupun ada guyonan biar suasana sedikit
cair.
Page 105
6. Ketika rapat, apa
bahasan yang sering
disampaikan kiai?
Seringnya diberi perintah dari bapak, misalnya
kami diminta mengadakan acara juga sekalian
rencana pelaksanaannya dan nantinya ada
masukan juga arahannya dari bapak. Kadang
kalau ada peraturan baru dari bapak, kami
diminta mendiskusikannya. Kalau pertemuan
selain diberi tugas dan instruksi, kami juga
sering dapat motivasi berupa nasehat.
7. Bagaimana alur
program OPPP
terlaksana?
Kami diskusikan di internal OPPP dulu baru
kami ajukan ke bapak, nanti pasti ada tambahan
dari bapak, ada juga yang dicoret bapak.
8. Kepada siapa santri
berkeluh terkait
permasalahannya?
Kepada santri lainnya, bisa juga pendamping
kamar atau pengurus OPPP karna memang
tugasnya membersamai santri di asrama.
Page 106
Narasumber : Santri Pondok Pesantren Pabelan
Nama : Bayu Aqil Saputra
Tempat : Pondok Pesantren Pabelan
Waktu : 13 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Kapan masuk pondok? Tahun 2016
2. Bagaimana keadaan lingkungan
pondok seperti teman, komunikasi,
kegiatan dan aturan?
Baik, suasananya enak karna jauh
dari jalan raya. Teman juga baik-
baik, saya senang dapat teman
yang asalnya dari macam-macam
daerah. Komunikasi baik aja kok,
kan nanti kalau sudah kelas dua
wajib berbahasa Arab dan Inggris.
Kegiatannya full, pagi sampai
malam ada kegiatan terus. Asal
saya istirahat cukup, gak masalah
dengan banyak kegiatan.
3. Bagaimana prosedur untuk keluar
komplek pondok?
Ijin dulu ke pengurus.
4. Bagaimana cara pengurus dan
ustadz dalam mengatur kegiatan?
Yang sering kan pengurus, 24 jam
kegiatan diurus OPPP. Kalau
ustadz kan hanya di jam sekolah,
Page 107
selebihnya hanya mengontrol
belajar malam.
5. Bisakah komunikasi langsung
dengan ustadz, oppp atau pun guru?
Ya sering, pastilah santri saling
bicara satu sama lain. Kalau di
acara-acara seperti praktek bahasa
ke Candi Borobudur misalnya,
bisa saling komunikasi antara
anak-anak, pengurus dan
pendamping.
Page 108
REDUKSI DATA
No Rumusan Masalah Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pola komunikasi
organisasi di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren abelan?
Bagaimana regulasi
terbentuk?
Itu melalui rapat dan tiap tahun ada regulasi yang berbeda. Tipa
tahun itu bahan yang datang berbeda-beda, maka perlu regulasi
baru untuk menyesuaikan keadaan santri dan jaman (AN).
Ya melalui musyawarah dan rapat. Kami ada rapat guru
membahas program dan rencana pembelajaran, nanti diusulkan
ke kiai untuk meminta persetujuan. Ada juga rapat besar yang
di dalamnya ada kiai, guru, ustadz pengabdian juga OPPP (AK).
Bagaimana program OPPP
terlaksana?
Melalui persetujuan bersama. Mereka yang merancang, mereka
pula yang melaksanakan. Saya hanya akan mengawasinya
(AN).
Awal setelah dilantik kami mengadakan musyawarah kerja
membahas program kerja dari masing-masing bagian. Setelah
Page 109
final, hasil musyawarah kerja kami ajukan ke kiai. Nanti ada
saran-saran kiai terkain program. Baru setelah fix, kami
laksanakan pada kegiatan santri (IK).
Kepada siapa santri
berkeluh terkait
permasalahannya?
Ke teman dekatnya, kadang kalau punya masalah yang agak
pribadi langsung ke pendamping kamar. Kalau cuman keluhan
terkait kegiatan pondok, santri langsung omong ke pendamping
kamar atau pengurus OPPP (IK).
Kepada santri lainnya, bisa juga pendamping kamar atau
pengurus OPPP karna memang tugasnya membersamai santri di
asrama (AR).
Bisakah komunikasi
langsung dengan ustadz,
oppp atau pun guru?
Ya sering, pastilah santri saling bicara satu sama lain. Kalau di
acara-acara seperti praktek bahasa ke Candi Borobudur
misalnya, bisa saling komunikasi antara anak-anak, pengurus
dan pendamping (BA).
Page 110
Pesan apa saja yang
disampaikan dalam rapat?
Kalau porsi saya dengan OPPP ya harus formal, tapi di lain sisi
saya juga jadi orang tua mereka di sini. Sebagai orang tua ya
pembicaraannya tidak formal (AN).
Seringnya diberi perintah dari bapak, misalnya kami diminta
mengadakan acara juga sekalian rencana pelaksanaannya dan
nantinya ada masukan juga arahannya dari bapak. Kadang kalau
ada peraturan baru dari bapak, kami diminta mendiskusikannya.
Kalau pertemuan selain diberi tugas dan instruksi, kami juga
sering dapat motivasi berupa nasehat (AR).
Bagaimana alur
komunikasi santri,
pengurus, ustadz dan
pengasuh pondok?
Saya berusaha melatih kedewasaan santri, juga melatih mereka
untuk bertanggung jawab. Permasalahan anak akan diselesaikan
mereka sendiri. Dari lingkup kecil, mereka bisa saling
membantu sesama teman kamar, mningkat ke pendamping
Page 111
kamar, pengurus OPPP dan bila masalahnya besar baru akan
dilaporkan ke saya (AN).
2. Apa hambatan dalam
komunikasi organisasi yang
terjadi di Balai Pendidikan
Pondok Pesantren Pabelan?
Apa saja yang menjadi
masalah dalam kegiatan di
pondok?
Ya banyak, misal antar pengurus ada mis-komunikasi. Kiai itu
lebih sering memberi perintah pada pengurus untuk
dilaksanakan pada kegiatan santri, tapi ya kadang pengurus
sering salah memahami perintah kiai. Jadi inti pesannya bisa
beda (BA).
Sering kesusahan kalau bapak lagi pergi ke luar pondok.
Misalnya ada wali santri yang datang berkeluh tentang anaknya
dipondok. Nah itu kalau agak besar masalahnya kami ragu
memberi saran, takutnya nanti beda sama yang dipirkan oleh
kiai (AR).
Bagaimana proses
penyelesaian masalahnya?
Terkait komunikasi ya harus dipahami benar-benar, nanti juga
harusnya didiskusikan kembali di kantor pengurus. Mereka bisa
Page 112
konsultasi ke ustadz, kan sering tu bapak pergi dan pengurus
kadang bingung kalau ada masalah yang agak besar (BA).
Kalau kasus tadi yang dadakan ya kami spontan langsung ke
usadz, biar ditelponkan ke kiai (AR).
Bagaimana cara
menginterpretasikan pesan
kiai kepada santri?
Seperti yang saya jelaskan tadi, sebelum kita umumkan ke santri
lebih baik didiskusikan dulu oleh pengurus. Itu semua agar tidak
ada kesalah pahaman (BA).
Page 113
TRIANGULASI DATA
No Data Didapat Narasumber Pengecekan Data
1. Pembentukan regulasi Ahmad Najib Amin Langkahnya yaitu menyesuaikan karakter santri yang dating.
OPPP yang merencanakan program dan aturan lalu diajukan ke kiai
meminta persetujuan.
Asma Khoiriyah Melalui rapat-rapat yang membahas aturan dan program. Hasil
rapat diajukan kepada kiai.
2. Alur komunikasi Ahmad Najib Amin Perencanaan oleh OPPP, persetujuan oleh kiai. Untuk penyelesaian
masalah dari lingkup kecil ke besar. Penyelesaian di asrama oleh
pendamping, lalu naik ke OPPP dan terakhir jika masalah besar ke
kiai
3. Isi pesan komunikasi Asma Khoiriyah Pesan berupa arahan dan instruksi.
Imron Khawaizi Pesan berupa arahan, instruksi, saran, nasehat dan motivasi.
Arha’ Raihanu Surur Pesan berupa arahan, instruksi, nasehat dan motivasi.
Page 114
4. Hambatan komunikasi Arha’ Raihanu Surur Takut jika terjadi perbedaan pemahaman dengan kiai, terkait
pengambilan keputusan ketika kiai di luar lingkungan pondok.
Bima Anggoro Muyassar Mis-komunikasi antar pengurus. Kesalahan interpretasi pesan yang
diterima dari kiai.
5. Penyelesaian hambatan Bima Anggoro Muyassar Diskusi antar pengurus dan kosultasi kepada ustadz.
Arha’ Raihanu Surur Konsultasi ke ustadz, menghubungi kiai melalui ustadz.
6. Media komunikasi Bima AnggoroMuyassar Media komunikasi yang digunakan kiai adalah handphone,
majalah santri (Majalah Dialog) dan majalah alumni (Majalah
Pabelan).
Page 118
CURRICULUM VITAE
Nama : Sufiyan Alwi
Tempat/Tgl. Lahir : Kab. Semarang, 28 Juni 1996
Alamat : Jalan Kenanga 01, RT/RW
11/02, Rejosari, Genuk,Ungaran
Barat, Kab. Semarang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Telepon (HP) : 085641023611
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Al-Ishlah Ungaran Barat, Kab. Semarang
2. SD N Genuk 1 Ungaran Barat, Kab. Semarang
3. MTs. Pondok Pabelan Mungkid, Kab. Magelang
4. MA Pondok Pabelan Mungkid, Kab. Magelang
KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN
1. Mahir mengoprasikan microsoft word, excel dan power point
2. Mahir mengoprasikan coreldraw