POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Junaidy Abdillah NIM : 5114000021 JURUSAN TEKNIK SIPIL PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
120
Embed
Pola an Taman Kota Dan ya Terhadap Ekologi Di Kota Jepara
Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap Ekologi di Kota Jepara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI
DI KOTA JEPARA
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Junaidy Abdillah
NIM : 5114000021
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ABSTRAKSI
Junaidy Abdillah. 2005. Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap
Ekologi di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Ir. M. Husni Dermawan, M.T, Andi Purnomo, S.T
Kata Kunci : Taman kota, suhu udara, pencemaran udara, lalu lintas
Kota Jepara merupakan bagian dari kecamatan di Kabupaten Jepara yang
berkembang pesat. Dengan perkembangan ini, maka muncul permasalahan seperti, meningkatnya suhu udara, pencemaran udara, padatnya lalu lintas, minimnya vegetasi dan lainnya, karena kurangnya areal taman kota. Belum meratanya taman kota bukan hanya akan mempengaruhi nilai estetika kota, namun juga akan mempengaruhi nilai perlindungan lingkungan terhadap kota. Dengan permasalahan tersebut, nampak bahwa taman kota berperan berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekologi perkotaan, oleh karena itu mempelajari tentang pola penyebaran taman kota sangat penting karena taman kota dapat mengeliminir dampak lingkungan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penyebaran dan peranan taman kota terhadap ekologi di Kota Jepara. Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada DKPPK, dan DLHPE Kabupaten Jepara dalam menentukan konsep perencanaan pertamanan yang sesuai dengan kondisi wilayah di Kota Jepara.
Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dokumentasi, observasi, dan kuesioner. Dalam penelitian ini, analisis inferensial digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis menggunakan teknik One Way Anova (Uji F), sebelum Uji F dilakukan uji asumsi terlebih dahulu, yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji kesamaan varians untuk seluruh sampel dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 for windows.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi yang cukup tinggi antara penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di Kota Jepara. Besarnya koefisien korelasi antara keduanya adalah 0,613 dengan koefisien determinasi sebesar 0,376 yang berarti 37,6% kualitas ekologi seperti vegetasi, suhu udara, pengurangan pencemaran udara, dan lalu lintas menurut responden dipengaruhi oleh penyebaran taman kota. Dengan demikian masih terdapat 62,4% pengaruh dari faktor lain, seperti letak geografis Kota Jepara, pola pemukiman penduduk, atau pun faktor musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan yang juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota.
Disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota terhadap ekologi adalah berbeda-beda secara signifikan di Kelurahan Pingkol, Kauman, Demaan, dan Ngabul. Saran yang dapat disampaikan adalah, perlu adanya penambahan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul, adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di antara taman kota adalah sebagai acuan untuk menyaring berbagai sumber polusi udara, dan diperlukan desain taman kota yang memperhatikan bentuk jalan untuk kelancaran lalu lintas di Kota Jepara.
PENGESAHAN KELULUSAN
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA
Nama : Junaidy Abdillah
NIM : 5114000021
Telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran (DKPPK)
Kabupaten Jepara, 2004.
Keterangan :
= lokasi penelitian
Tabel 2 menjelaskan luas taman berdasarkan data DKPPK Kabupaten
Jepara, yang tersebar di tiap-tiap kelurahan dalam Kecamatan Jepara dan
Kecamatan Tahunan. Taman-taman kota yang tersebar di tiap-tiap kelurahan
merupakan taman-taman kota aktif dan taman-taman kota pasif sesuai fungsi
lahan dalam Kota Jepara. Berikut adalah analisa karakteristik tiap Bagian
Wilayah Kota (BWK) berdasarkan fungsi atau prioritas pengembangan
di dalamnya.
Bagian wilayah Kota I (Pusat Kota). Prioritas pengembangan BWK I
adalah untuk perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, peribadatan,
industri, transportasi dan pemukiman. BWK I ini berada di bagian utara
meliputi Kelurahan Jabokuto, Panggang, Ujungbatu, Pingkol, Kauman dan
Kelurahan Bulu dengan luas 438,897 ha. BWK I berbatasan langsung dengan
perairan laut jawa. Fungsi dari BWK I ini adalah sebagai pusat pelayanan
pemerintahan bagi skala kota kabupaten.
Berdasarkan jumlah penduduknya, BWK I tergolong paling padat
penduduknya, yaitu 27.458 jiwa dengan luas wilayah 349,702 m2.
Di Kelurahan Pingkol luas wilayahnya 58,800m2 yang berpenduduk 5.707
jiwa (DPU Jepara, 2002) dan fasilitas taman kota khususnya taman karang
(taman aktif) seluas 1.513m2, karena padatnya jumlah penduduk dalam
wilayah tersebut mengakibatkan lahan taman kota menjadi sempit.
Berikut adalah peta penyebaran taman kota yang berada di Kecamatan
Tahunan (Wilayah Kabupaten Jepara)
Peta Penyebaran Taman Kota
Berikut adalah 2 taman kota yang termasuk dalam Bagian Wilayah Kota
(BWK) I di pusat kota, meliputi Taman Karang di Kelurahan pingkol dan
Taman Utara Masjid Baiturrahman di Kelurahan Kauman.
1. Taman Karang
Gambar 1. Taman Karang di Kelurahan Pingkol
Berada di jalan Ratu Shima Jepara, masyarakat Kota Jepara mengenal
taman karang sebagai salah satu tempat rekreatif yang berada di pusat
perkotaan sehingga banyak pengunjung yang tertarik untuk datang ke taman
karang karena mudah untuk dijangkau. Pada pukul 05.00-07.00 WIB jumlah
pengunjung rata-rata ± 37 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjung rata-
rata ± 53 orang, pada jam 19.30-21.30 malam pengunjung rata-rata ± 25
orang, sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 115 orang dan dapat mencapai
± 125 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung taman dari berbagai
lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann
terletak di Jalan Diponegoro, berada di Kelurahan Kauman dengan
luas wilayah 50,393 m2 dan berjumlah penduduk 4.107 jiwa. Luas taman
Utara Masjid Baiturrahmann ± 1.942 m2, masyarakat Kota Jepara mengenal
taman kota ini sebagai salah satu tempat rekreatif. Banyak pengunjung yang
tertarik berkunjung karena mudah di capai. Jumlah pengunjung rata-rata
sampai 60 orang pada pukul 05.00-07.00 WIB ± berjumlah 25 orang, pada
pukul 07.00-10.00 WIB, ± berjumlah 19 orang pada pukul 10.00-13.00
WIB, ± berjumlah 7 orang pada pukul 13.00-15.00 siang, ± berjumlah 15
orang pada pukul 15.00-17.00 sore, ± berjumlah 25 orang pada pukul
17.00-19.00 sore, berjumlah ± 30 orang pada pukul 19.00-21.30 malam,
sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 181 orang dan dapat mencapai 191
orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari semua lapisan baik itu
anak-anak, remaja, dan dewasa.
Gambar 2. Taman Utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan Kauman
Bagian Wilayah Kota III (Bagian Barat-Selatan)
Wilayah BWK III meliputi sebagian Kelurahan Krapyak, Demaan,
Potroyudan, dan Kelurahan Karangkebagusan. Luas BWK III adalah
308,147 ha. Karena berdekatan dengan BWK I, maka BWK ini berfungsi
mendukung pelayanan BWK I sebagai pusat kota. Sedangkan fungsi utama
dari BWK III adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah, industri
(kerajinan ukiran dan meubel), pendidikan, dan pemukiman. Luas bagian
wilayah kota III adalah 546,064 m2 dengan jumlah penduduk 18.410 jiwa.
Di Kelurahan Demaan luas wilayahnya 59,914 m2 dengan jumlah penduduk
5091 jiwa. Kondisi taman kota khususnya pada tanaman dan pepohonan
(soft-elemen) masih belum merata peletakannya.
3. Taman Tugu Pahlawan
Terletak di Jalan Untung Suropati Jepara, berada di Kelurahan
Demaan dengan luas wilayah 59,914 m2 dan jumlah penduduk 5.091 jiwa.
Taman Tugu Pahlawan memiliki luas ± 1.100 m2, masyarakat Kota Jepara
mengenal taman tersebut sebagai taman monumental, termasuk taman aktif
namun jarang dikunjungi oleh orang karena kurang adanya pohon sebagai
peneduh sehingga suhu udara di areal taman dan sekitarnya terasa cukup
panas. Pada pagi hari sekitar pukul 05.00-07.00 WIB pengunjung Taman
Tugu Pahlawan ± 15 orang, pada jam 16.30-17.00 sore pengunjungnya ±
10 orang, dan pada jam 17.30-21.30 malam pengunjung ± 15 orang,
sehingga pengunjung rata-rata perhari ± 40 orang. Pengunjung dari
lapisan anak-anak dan remaja.
Gambar 3. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Bagian Wilayah Kota V (Kota Kecamatan Tahunan)
Wilayah BWK V meliputi sebagian Kelurahan Tahunan, Langon,
Ngabul dan sebagian Kelurahan Sukodono. BWK V merupakan wilayah
ekstensi (pengembangan) pusat kota. Meskipun demikian, BWK ini yang
paling domonan adalah industri kerajinan kayu serta pemukiman yang
menunjang industri kerajinan tersebut. Perkembangan perindustrian ini dapat
berlangsung di Kelurahan Sukodono, Langon, dan Mantingan. Sedangkan
fungsi utama dari BWK V adalah untuk kawasan perkantoran pemerintah,
perdagangan dan jasa, industri (kerajinan kayu dan meubel), pendidikan,
peribadatan, kesehatan, dan permukiman.
Luas wilayah Bagian Wilayah V adalah 1.424,506 m2 dengan jumlah
penduduk 21.657 jiwa. Dan luas wilayah Kelurahan Ngabul adalah 664,906
m2 dengan jumlah penduduk 9.538 jiwa.
Berikut adalah 2 taman kota yang berada di Kelurahan Ngabul.
1. Taman Bundaran Air Mancur
Gambar 4. Taman Bundaran Air Mancur di Kelurahan Ngabul
Taman Bundaran Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, Luasnya
adalah ± 249m2, termasuk dalam jenis taman pasif. Masyarakat Kota Jepara
khususnya yang berada di Kelurahan Ngabul mengenal Taman Bundaran
Ngabul sebagai taman yang memiliki visualisasi menarik, sebab dapat
menarik perhatian dari orang yang melewati atau berkunjung. Beberapa orang
tiap harinya sengaja untuk melewati pagar pembatas untuk menikmati
keindahan ornamen taman berupa kolam air mancur dan ornamen bunga dan
kerang yang berukuran besar (ø ± 220 cm).
Meski termasuk dalam kategori taman pasif, tiap harinya sering
dikunjungi orang. Pengunjung tiap hari rata-rata ± 35 orang dan bisa
mencapai 45 orang pada hari Minggu atau libur. Pengunjung dari berbagai
lapisan yaitu anak-anak, remaja, dan dewasa.
2. Taman Adipura
Gambar 5. Taman Adipura di Kelurahan Ngabul
Taman Adipura Ngabul terletak di jalan Jepara-Kudus, berada di
Kelurahan Ngabul, Kecamatan Tahunan. Taman ini berada satu areal dengan
taman Bundaran bundaran Air Mancur. Jaraknya sangat berdekatan ± 10
meter, luas taman ini ± 860 M2 dan termasuk dalam jenis taman pasif.
Meskipun tergolong dalam taman pasif, Taman Adipura Ngabul dapat
dimanfaatkan sebagai tempat untuk beraktifitas, seperti tempat peralihan atau
menunggu. Taman ini terawat dengan baik, pengunjung kebanyakan datang
pada pagi dan sore hari. Rata-rata pengunjung pada pagi pukul 05.00-07.00
WIB ± sekitar 50 orang dan pada sore hari sekitar pukul 16.00-17.30 ± sekitar
70 orang, sehingga rata-rata pengunjung perhari ± 120 orang.
2. Peranan Taman Kota
Bahan material taman kota sangat berperan dalam lingkungan perkotaan.
Fungsi taman kota terhadap lingkungan sekitar taman kota, dalam hal ini
menekankan pada bahan meterial dan fungsi taman kota. Analisis taman kota
terhadap lingkungan sekitar taman kota di Kota Jepara.
Taman Karang (BWK I – Kelurahan Pingkol)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Material)
� Rumput (grass) : rumput jepang
� Tanaman penutup tanah (groundcovers) : keladi hias, seruni
rambat.
� Semak pendek (shrubs) : sikas, kembang sepatu, kembang kertas,
penitian, sebagai batas tepi taman.
� Perdu pendek dan semak tinggi (border) : teh-tehan, sablo,
bougenville, kanna.
� Perdu tinggi : nusa indah, heli conia, aponica, terang bulan.
� Pohon : palm raja, akasia, cemara gembel.
b. Material Keras (Hard Material)
� Material keras alami (organie materials) : bangku taman dari kayu
untuk istirahat.
� Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, penunjuk arah.
� Material keras buatan bahan conerete : tegel didalam areal taman
untuk pedestrian, beton terletak ditepi mengelilingi taman sebagai
pembatas antara pedestrian dan jalan, kolam taman permainan air
mancur terletak di tengah taman sebagai penyejuk, ornamen
karang sebagai aksentuasi untuk menarik perhatian pengunjung.
Fungsi taman karang :
� Kontrol Pandangan (Visual Control)
Menahan silau yang ditimbulkan oleh sinar matahari, lampu jalan dan sinar lampu pada jalan dan bangunan.
� Pembatas Fisik (Phisical Barriers) :
Sebagai penghalang pergerakan manusia dan mengarahkan pergerakan. � Pengendalian Iklim (Climate Control)
Mengontrol radiasi sinar matahari dan suhu, cukup untuk pengendali angin, kurang untuk menyerap suara kebisingan untuk diareal yang berdekatan dengan lembaga pendidikan, kantor, stasiun radio, dan pemukiman penduduk.
� Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Sebab adanya pembentukan muka tanah (perkerasan), sedikit
penggalian tanah untuk kolam buatan, kondisi tanah mungkin rapuh
dan mudah tererosi karena pengaruh air hujan dan hembusan
angin yang kencang. Karena habitus tanaman ± 45% dari luas taman
± 1.513 m2, kemungkinan akar tanaman kurang dapat mengikat tanah
sehingga tanah kurang kokoh dan kurang tahan terhadap pukulan air
hujan serta tiupan angin kencang.
� Nilai estetis (Aesthetie Values)
Memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas lingkungan (Austin, Richard l., Designing with Plants; 1982). Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (palm), dan kolan dengan ornamen lampu yang dapat memancarkan sinar.
Taman Utara Masjid Baiturrahmann (BWK I – Kelurahan Kauman)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
� Pohon (diatas 3.00 m) : palm raja, palm kuning, cemara, asem
panji, beringin, sawo kecik.
� Perdu (1.00-3.00 m) : bougenville, acasia, palm botol.
� Semak (50 cm-1.00 m) : andong besi, soka bangkok, kembang
sepatu.
� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : keladi hias, lili paris.
� Rerumputan (grass) : rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
� Material keras buatan bahan metal : tiang lampu, pagar tepi,
penunjuk arah, arena lingkaran bermain anak 2 buah.
� Material keras buatan (concretebeton) : paving untuk pedestrian,
bangku terbuat dari campuran beton untuk tempat duduk, tegel
bagian tengah mengelilingi kolam, kolam air mancur dan ornamen
batu buatan (artificial) sebagai penghias dan penyejuk taman utara
Masjid Baiturrahmann.
Fungsi Taman Utara Masjid Baiturrahmann
Peranan atau fungsi taman utara Masjid Baiturrahmann antara
lain:
� Kontrol Pandangan (Visual Control)
Dengan adanya pohon palm raja, beringin (3 pohon), dirancang sebagai taman peneduh jika dilihat dari bagian utara. Dengan demikian pandangan dari arah atau ke arah taman yang diciptakan dapat dikendalikan, terutama mengendalikan sinar pagi hari, sinar siang hari dan sinar sore hari.
� Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Trotoar untuk pejalan kaki (pedestrian) di tepi taman sebagai pengarah dan pembatas fisik antara tepi taman dan jalan protokol, dan di dalam areal taman kota terdapat paving sebagai sirkulasi pengunjung taman baik di bagian tepi maupun di tengah taman.
� Pengendali Iklim (Climate Control)
Taman kota ini didominasi oleh pohon-pohon besar sehingga mampu menyerap
panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya. Menurunnya suhu dapat
dirasakan oleh pengunjung karena adanya bayang-bayang dari tajuk pohon
memberikan kenyamanan. Taman dengan pohon besar dan berderet mampu
mengurangi kecepatan angin sekitar 40-50% (Rustam dan Hardi, 2003). Untuk areal
yang berdekatan dengan tempat ibadah, perkantoran, instansi pemerintah, dan tempat
bersejarah, taman kota ini mampu mereduksi suara mobil 75% dan truk 50%. Dapat
juga sebagai penyaring udara karena debu, bau, dan memberikan udara segar, taman
ini dirancang demikian karena berada di pusat kota yang membutuhkan ketenangan.
Areal taman berdekatan dengan tempat ibadah, instansi pemerintah, perkantoran, dan
tempat bersejarah.
� Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Efek negatif dari perkerasan (paving dan kolam) mengakibatkan
kurangnya rumput (grass) untuk mengikat tanah, namun efek ini tidak
begitu serius sebab taman kota ada pada tengah kota (tanah datar).
Adanya 3 pohon beringin yang besar berfungsi untuk menahan air
hujan yang jatuh secara tidak langsung kepermukaan tanah atau
rumput.
� Habitat satwa (Wildlife Habitats)
Taman kota ini sebagai sumber makanan bagi hewan (unggas) serta tempat
berlindung kehidupannya. Unggas bertempat diranting-ranting pohon beringin, palm
raja, dan cemara pada bagian atas pohon. Hingga secara tidak langsung tanaman
dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.
� Nilai Estetika (Aesthetic Values)
Keindahan taman kota ini dapat dilihat dari fungsi taman aktif, terlebih dapat
digunakan untuk habitat satwa.
Taman Tugu Pahlawan (BWK III – di Kelurahan Demaan)
Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
� Pohon (diatas 3.00 m) : beringin, palm kuning.
� Perdu (1.00-3.00 m) : teh-tehan, palm kuning.
� Semak (50 cm-1.00 m) : glodongan, bougenville, diacena, lantana.
� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : adam dan hawa, jenggot musa.
� Rerumputan : rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
� Bahan metal : pagar tepi taman, tiang lampu.
� Bahan beton : paving tepi taman kota, jalan setapak, beton alas
patung, tegel, patung pahlawan.
Fungsi Taman Tugu Pahlawan
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
� Kontrol Pandangan (Visual Control)
Batas tepi taman kota dapat mengarahkan laju transportasi di sekitar taman kota
karena dapat menahan silau dari sinar matahari, lampu jalan, dan sinar lampu
kendaraan.
� Pembatas Fisik (Physical Barriers)
Berfungsi mengarahkan pergerakan pengunjung pada trotoar tepi taman kota,
karena taman kota ini jarang ada pengunjungnya, maka taman kota yang termasuk
taman aktif ini hanya sebatas visual kontrol.
� Pengendalian Iklim (Climate Control)
Taman kota ini sangat kurang dalam menyerap panas dari pancaran sinar matahari, sehingga tidak ada iklim mikro. Karena pohonnya jarang, maka tidak bisa untuk pengendali angin dan suara, terlebih untuk penyaring udara sangat kurang. Karena itu taman kota ini terlihat gersang, bising, dan cukup tinggi udara yang tercemar.
� Pencegah Erosi (Erosion Control)
Taman kota ini kurang bisa menahan air hujan karena pepohonan sangat minim, banyak didominasi perkerasan sehingga air hujan tidak langsung meresap ke dalam tanah sebab rerumputan masih kurang mendominasi taman kota.
� Nila Estetis (Aesthetie Value)
Nilai keindahan taman kota ini masih kurang selain Tugu Pahlawan sebagai visualisasi yang cukup menarik perhatian.
Taman Adipura (BWK V – Kelurahan Ngabul)
Dari survai lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
diuraikan sebagai berikut :
Bahan Material
a. Material Lunak (Soft Materials)
� Pohon (diatas 3.00 m) : cemara papua, cemara rentah.
� Perdu (1.00-3.00 m) : palm botol, mondragrass besar, glodogan
pecut.
� Semak (50 cm-1.00 m) : bougenvil, teh-tehan, terang bulan.
� Penutup tanah (20 cm-50 cm) : sambang darah, keladi hias, seruni
rambat.
� Rerumputan (grass) : rumput jepang, rumput gajah.
b. Material Keras (Hard Materials)
Bahan metal : pagar tepi pembatas taman kota, tiang lampu penghias taman kota.
Bahan beton : paving untuk pedestrian tepi taman kota, alas beton
untuk alas tugu Adipura, ornamen patung dan simbol
Adipura / Kalpataru.
Fungsi Taman Adipura
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
� Kontrol Pandangan (Visual Control)
Taman kota ini kurang berperan dalam mengontrol pandangan karena letaknya ada disisi jalan (terkesan berada di pojok). Namun taman kota ini lebih berperan dalam mengarahkan sirkulasi transportasi ke arah kota maupun ke arah Kelurahan Mantingan, Kelurahan Langon, dan sebaliknya.
� Pembatas Fisik (Physiel Barriers)
Karena jenis taman ini adalah taman pasif, maka pergerakan pengunjung hanya pada sebatas diluar areal taman atau trotoar untuk pejalan kaki, pada pagi dan sore hari taman ini sering dikunjungi pengunjung (diluar areal taman kota) untuk istirahat, jogging dan sebagainya.
� Pengendali Iklim (Climate Control)
Karena banyak terdapat pohon yang tinggi (cemara papua, cemara renteh),
kontrol radiasi sinar matahari dan suhu cukup baik. Tanaman ini cukup untuk
menahan, menyerap, dan mengalirkan tiupan angin sehingga cukup dapat
menimbulkan iklim miro. Peranannya terhadap pengendali suara, tanaman ini dapat
menyerap suara kebisingan dari kendaraan (jalan utama kota). Namun dalam
penyaringan debu, bau masih kurang, sehingga udara di sekitar taman kota kurang
segar.
� Pencegahan Erosi (Erosion Control)
Meskipun kurang adanya peneduh di taman Adipura, tetapi pohon dan
rerumputan, maupun semak cukup untuk menahan air hujan yang jatuh secara tidak
langsung ke permukaan tanah. Tidak ada pengikisan tanah di sekitar taman kota ini.
� Nilai Estetis (Aesthetie Value)
Taman Adipura memberikan nilai estetika dari perpaduan antara semak, pohon-
pohon cemara, dan Tugu Adipura, sehingga taman kota berkesan seimbang antara
soft materials dan hard materials.
Taman Bundaran Air Mancur (BWK V – Kelurahan Ngabul)
Dari survei lapangan, bahan material dan fungsi taman kota akan
� Rerumputan (grass) : rumput jepang dan rumput teki.
b. Material Keras (Hard Materials)
� Bahan mental : pagar tepi-pembatas taman, tiang lampu hias.
� Bahan concrete : tegel untuk tepi taman kota, ornamen bunga
setinggi ± 3.00 m, ornamen kerang ∅ ± 1.00 m.
Fungsi Taman Bundaran Air Mancur
Peranan atau fungsi taman kota ini antara lain :
� Kontrol Pandangan (Visual Control)
Taman kota ini terletak di perempatan Kelurahan Ngabul dan berdekatan dengan taman Adipura, sehingga peranannya secara otomatis sebagai pengatur sirkulasi kendaraan, pada tepi taman kota ditanami semak agar sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan dapat dikurangi.
� Pengendalian Iklim (Climate Control)
Terutama pada kolam air mancur dapat meningkatkan kelembaban di sekitar taman kota yang udaranya kering. Namun pada semak taman sangat kurang untuk menyerap panas dari pancaran sinar matahari, namun ini tidak begitu perlu karena taman tergolong dalam jenis taman pasif.
� Nilai Estetis (Aesthetic Values)
Nilai estetika dari taman kota ini yang luasnya ± 249 m2 didapat
karena adanya perpaduan semak dan ornamen (gabungan bunga dan
kerang besar) sebagai simbol kota yang dekat dengan aspes kelautan
dan pariwisata.
Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan angket, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif terhadap data yang diperoleh.
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan seluruh data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam penelitian ini analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi nyata tentang tanggapan seluruh
responden di empat kelurahan mengenai kondisi ekologi sekitar taman kota, yang
diperoleh dari pengisian angket oleh responden. Keempat kelurahan tersebut adalah
Kelurahan Ngabul, Kelurahan Demaan, Kelurahan Pingkol dan Kelurahan Kauman.
Untuk memudahkan dalam menganalisis, maka deskripsi data dalam penelitian ini
digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Setelah diperoleh data dari responden, skor-skor yang diperoleh kemudian
digunakan untuk diinterpretasikan ke dalam analisis deskriptif tentang keadaan
ekologi sekitar taman kota menurut para responden. Deskripsi data tentang kondisi
ekologi sekitar taman kota Jepara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Deskriptif Ekologi Kota Jepara
Ekologi
25 2.1512 .1727
25 2.1330 .1219
25 2.5470 .1282
25 2.4198 .1223
100 2.3128 .2235
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
N Mean Std. Deviation
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Kelurahan Ngabul rata-rata skor
yang diperoleh adalah 2,1512 dengan standar deviasi sebesar 0,1727. Rata-rata skor
yang diperoleh dari responden Kelurahan Demaan adalah 2,1330 dan standar deviasi
sebesar 0,1219. Responden di Keluarahan Kauman memberikan skor dengan rata-
rata 2,4198 dengan standar deviasi 0,1282. Rata-rata skor yang diperoleh dari
responden di Kelurahan Pingkol adalah 2,4198 dengan standar deviasi sebesar
0,1223.
Secara lebih rinci tentang keadaan ekologi yang meliputi vegetasi, suhu udara,
lalu lintas dan pengurangan pencemaran udara dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Deskriptif Parameter Ekologi Tiap Wilayah
Descriptives
25 1.9440 .3241
25 2.1520 .2600
25 2.6640 .3200
25 2.3360 .2564
100 2.2740 .3915
25 2.0700 .4240
25 2.1000 .2887
25 2.5900 .3452
25 2.6100 .4569
100 2.3425 .4587
25 2.1840 .3262
25 2.3040 .3221
25 2.4340 .3436
25 2.4400 .2646
100 2.3405 .3283
25 2.4067 .2767
25 1.9760 .2688
25 2.5000 .2591
25 2.2933 .2603
100 2.2940 .3290
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Total
Vegetasi
Suhu udara
Lalu lintas
Pengurangan
pencemaran
udara
N Mean Std. Deviation
Kondisi parameter vegetasi di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 1,9440 dengan standar deviasi 0,3241. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1520 dengan standar deviasi
sebesar 0,2600. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,6640 dengan standar deviasi sebesar 0,3200. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,3360 dengan standar deviasi sebesar 0,2564. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,2740 dengan
standar deviasi sebesar 0,3915.
Kondisi parameter suhu udara di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,0700 dengan standar deviasi 0,4240. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,1000 dengan standar deviasi
sebesar 0,2887. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,5900 dengan standar deviasi sebesar 0,3452. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,6100 dengan standar deviasi sebesar 0,4569. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi suhu udara sekitar taman kota Jepara adalah 2,3425 dengan
standar deviasi sebesar 0,4587.
Keadaan parameter lalu lintas di sekitar taman kota di Kelurahan Ngabul
berdasarkan skor dari responden rata-rata 2,1840 dengan standar deviasi 0,3262. Dari
responden di Kelurahan Demaan diperoleh rata-rata 2,3040 dengan standar deviasi
sebesar 0,3221. Skor yang diperoleh dari responden di Kelurahan Kauman rata-rata
2,4340 dengan standar deviasi sebesar 0,3436. Di Kelurahan Pingkol rata-rata skor
dari responden 2,4400 dengan standar deviasi sebesar 0,2646. Rata-rata total dari
responden terkait kondisi vegetasi sekitar taman kota Jepara adalah 2,3405 dengan
standar deviasi sebesar 0,3283.
Analisis Inferensial
Analisis inferensi digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan
berdasarkan data yang telah diperoleh dari sampel. Dalam penelitian ini, analisis
inferensi digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian
yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik One Way Anova (Uji F). Sebelum melakukan pengujian dengan
teknik tersebut, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji normalitas
sebaran data dan uji kesamaan varians untuk seluruh sampel (Singgih,2004:261).
Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui distribusi yang diikuti oleh sebaran data pada tiap
sampel, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lilliefors
Kolmogorov-Smirnov. Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi atau
probabilitas > 0,05 maka sebaran data dikatakan mengikuti distribusi normal, dan
jika nilai signifikansi < 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak mengikuti
distribusi normal. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program
SPSS 11.0 diperoleh harga-harga sebagai berikut :
Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data
Sampel Nilai Signifikansi Kesimpulan
Kelurahan Ngabul 0,200 Normal
Kelurahan Demaan 0,200 Normal
Kelurahan Kauman 0,194 Normal
Kelurahan Pingkol 0,193 Normal
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi keempat sampel
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebaran data
keempat sampel normal atau mengikuti distribusi normal.
Uji Homogenitas Varians Sampel
Uji asumsi yang kedua adalah menguji kesamaan (homogenitas) varians
pada tiap sampel. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Levene.
Aturan pengujiannya, jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan data
berasal dari sampel-sampel yang mempunyai varians sama. Jika nilai signifikansi
< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data-data berasal dari sampel-sampel yang
mempunyai varians tidak sama.Dengan menggunakan bantuan program SPSS
11.0 diperoleh harga sebagai berikut :
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Varians
Test of Homogeneity of Variances
Ekologi
1.481 3 96 .225
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga statistik Levene 1,481 dengan
nilai probabilitas (signifikansi) 0,225. Karena nilai signifikansinya lebih besar
dari 0,05 maka disimpulkan data-data yang diperoleh dari seluruh sampel
mempunyai varians yang sama.
1. Peranan Taman Kota terhadap Ekologi
Untuk mengetahui ada tidaknya peranan pola penyebaran taman kota terhadap
ekologi di kota Jepara, dilakukan analisis regresi linear sederhana. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-
harga sebagai berikut :
Tabel 4.5 Korelasi Pola Penyebaran Taman Kota dengan Ekologi
Model Summary
.613a .376 .370 .1774
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Taman kotaa.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh harga R sebesar 0,613 yang merupakan
koefisien korelasi (hubungan) antara penyebaran taman kota dengan ekologi kota.
Koefisien tersebut menggambarkan bahwa hubungan yang terjadi antara kedua
variabel adalah cukup tinggi. Besarnya peranan yang dberikan oleh pola penyebaran
taman kota terhadap ekologi dapat dilihat dari harga R square sebesar 0,376 atau
37,6% yang berarti bahwa 37,6% ekologi dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh pola
penyebaran taman kota. Sedangkan sisanya (100% - 37,6%) sebesar 62,4%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.
Untuk dapat menentukan apakah model regresi yang terbentuk dari dua
variabel dapat dipakai untuk memprediksi variabel ekologi, maka dilakukan uji
anova (uji F) yang menghasilkan harga sebagai berikut :
Tabel 4.6 Uji Signifikansi Model (Persamaan) Regresi
ANOVAb
1.860 1 1.860 59.105 .000a
3.085 98 3.1E-02
4.945 99
Regression
Residual
Total
Model1
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Predictors: (Constant), Taman kotaa.
Dependent Variable: Ekologib.
Besarnya harga F yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 59,105 dengan
signifikansi 0,000. Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel dengan
taraf signifikansi 5%, df1 = 1 dan df2 = 99, sebesar 3,91. Karena harga F hitung > F
tabel dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa model
regresi yang terbentuk sangat signifikan dan dapat dipakai untuk memprediksi
besaran ekologi dari pola penyebaran taman kota. Kemudian untuk mengetahui
model atau persamaan regresi yang terbentuk, maka dilakukan analisis lanjutan yang
menghasilkan harga-harga sebagai berikut:
Tabel 4.7 Persamaan Garis Regresi
Coefficientsa
2.008 .043 46.199 .000
.122 .016 .613 7.688 .000
(Constant)
Taman kota
1B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ekologia.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persamaan garis regresi yang dibentuk
dari variabel bebas penyebaran taman kota (X) dan variabel terikat ekologi (Y),
persamaannya adalah Y = 2,008 + 0,122 X. Persamaan ini mempunyai arti bahwa
ekologi dipengaruhi oleh 0,122 kali faktor penyebaran taman kota. Harga t hitung
yang diperoleh pada variabel pola penyebaran taman kota adalah sebesar 7,688.
Harga ini dipakai untuk menguji signifikansi koefisien regresi dari variabel
penyebaran taman kota, dengan jalan dikonsultasikan dengan harga t tabel. Apabila
harga t hitung > t tabel maka disimpulkan bahwa koefisien regresi tersebut
signifikan. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan df = jumlah kasus – 2 =
100 – 2 = 98, diperoleh harga t tabel sebesar 1,66. Karena harga t hitung > t tabel
maka disimpulkan bahwa koefisien regresi dari variabel pola penyebaran taman kota
adalah signifikan.
2. Perbedaan Peranan Taman Kota terhadap Ekologi
Setelah dilakukan uji asumsi, diperoleh kesimpulan bahwa sebaran data semua
sampel adalah normal dan memenuhi aturan homogenitas varians. Dengan demikian
analisis inferensi dengan menggunakan anova dapat dilakukan untuk membuktikan
hipotesis penelitian.
Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelompok sampel
mempunyai peranan taman kota yang sama. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini adalah :
Ho : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah sama (identik)
Ha : peranan taman kota pada keempat wilayah sampel adalah tidak sama (berbeda)
Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka
Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F
tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1
(df1) = jumlah wilayah – 1 dan df2 = jumlah responden – jumlah wilayah. Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh harga-
harga sebagai berikut :
Tabel 4.8 Uji Anova Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota
ANOVA
Ekologi
3.119 3 1.040 54.649 .000
1.826 96 1.9E-02
4.945 99
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, diperoleh harga F hitung sebesar 54,649.
Harga ini kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel untuk taraf signifikansi
Ho ditolak
+2,68 +54,649
5%, df1 = 4 – 1 =3 dan df2 = 100 – 4 = 96. Harga F tabel diperoleh 2,68. Perhitungan
tersebut dapat divisualisasikan dalam grafik berikut.
Gambar 4.1 Daerah Penolakan Hipotesis
Berdasarkan perhitungan dan grafik di atas, diketahui bahwa harga F hitung > F
tabel sehingga Ho ditolak. Artinya, peranan taman kota pada keempat wilayah adalah
berbeda. Simpulan ini didukung oleh harga probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000
jauh di bawah 0,05 sehingga dapat dikatakan peranannya berbeda secara sangat
signifikan.
3. Perbedaan Peranan Pola Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Wilayah
Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap
ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah
mana yang berbeda. Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis Tukey HSD
dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar wilayah. Apabila
signifikansinya kurang dari 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan mempunyai
peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.9 Uji Signifikansi Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota
Berdasarkan Wilayah
Ho diterima Ho ditolak
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ekologi
Tukey HSD
.0182 3.901E-02 .966
-.3958* 3.901E-02 .000
-.2687* 3.901E-02 .000
-.0182 3.901E-02 .966
-.4140* 3.901E-02 .000
-.2868* 3.901E-02 .000
.3958* 3.901E-02 .000
.4140* 3.901E-02 .000
.1272* 3.901E-02 .008
.2687* 3.901E-02 .000
.2868* 3.901E-02 .000
-.1272* 3.901E-02 .008
(J) Taman kotaKel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
(I) Taman kotaKel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
The mean difference is significant at the .05 level.*.
Dari tabel di atas kolom Mean Difference terlihat bahwa perbedaan rata-rata
antara Kelurahan Ngabul dan Demaan adalah sebesar 0,0182 dengan signifikansi
0,966. Karena signifikansinya > 0,05 maka dengan demikian peranan taman kota
antara Kelurahan Ngabul dan Demaan memang berbeda tetapi tidak signifikan
(nyata). Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa signifikansi perbedaan rata-rata
antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Kelurahan Ngabul dengan Pingkol,
Kelurahan Demaan dengan Kauman, Kelurahan Demaan dengan Pingkol, Kelurahan
Kauman dengan Pingkol semuanya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
perbedaan yang terjadi memang benar-benar signifikan.
Langkah analisis selanjutnya adalah menentukan wilayah mana saja yang tidak
berbeda secara signifikan. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Uji Homogeneous Subsets Ekologi
Ekologi
Tukey HSDa
25 2.1330
25 2.1512
25 2.4198
25 2.5470
.966 1.000 1.000
Taman kotaKel. Demaan
Kel. Ngabul
Kel. Pingkol
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.
Dengan menggunakan homogeneous subset pada tabel di atas, dapat diketahui
bahwa pada subset 1 terdiri dari Kelurahan Demaan dan Ngabul. Hal ini berarti
antara Kelurahan Demaan dan Ngabul tidak ada perbedaan peranan taman kota
secara signifikan. Hasil ini merupakan pendukung hasil analisis dengan
menggunakan Tukey HSD. Pada subset 2 terdiri dari Kelurahan Pingkol, yang berarti
Kelurahan Pingkol mempunyai peranan taman yang berbeda dengan wilayah lain.
Sedangkan pada subset 3 terdiri dari Kelurahan Kauman, artinya peranan taman kota
di Kelurahan Kauman berbeda secara signifikan dengan wilayah lain.
4. Perbedaan Peranan Penyebaran Taman Kota Berdasarkan Parameter
Ekologi
Berikut ini akan diuraikan peranan taman kota terhadap vegetasi, suhu udara,
lalu lintas dan penguranan pencemaran udara pada masing-masing kelurahan. Untuk
keperluan tersebut, dilakukan analisis varians (anova) tiap-tiap aspek ekologi pada
keempat kelurahan.
Anova dilakukan untuk mengetahui apakah keempat kelurahan mempunyai
peranan taman kota bagi vegetasi yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan
dalam pengujian ini adalah :
Ho : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan adalah sama
Ha : peranan taman kota terhadap vegetasi pada keempat kelurahan tidak sama
Kriteria pengujiannya adalah jika harga F hitung (Anova) > harga F tabel, maka
Ho ditolak, tetapi jika harga F hitung < F tabel maka Ho diterima. Besarnya haga F
tabel diperoleh dari tabel uji F dengan taraf signifikansi 5%, derajat kebebasan 1
(df1) = jumlah kelurahan – 1 dan df2 = jumlah responden – jumlah kelurahan. Dari
hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0 diperoleh
harga-harga sebagai berikut :
Tabel 4.11 Uji Anova Parameter Ekologi
ANOVA
6.993 3 2.331 27.360 .000
8.179 96 8.5E-02
15.172 99
6.647 3 2.216 14.995 .000
14.185 96 .148
20.832 99
1.112 3 .371 3.722 .014
9.557 96 1.0E-01
10.668 99
3.906 3 1.302 18.356 .000
6.810 96 7.1E-02
10.716 99
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Vegetasi
Suhu udara
Lalu lintas
Pengurangan
pencemaran
udara
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, peranan taman kota terhadap vegetasi
memperoleh harga F 27,360 dengan signifikansi 0,000. Hasil ini kemudian
dikonsultasikan dengan harga F tabel sebesar 2,68. Karena harga F hitung > F tabel
maka Ho ditolak, artinya peranan taman kota terhadap vegetasi di keempat kelurahan
adalah berbeda secara signifikan dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,000 jauh
di bawah 0,05.
Peranan taman kota terhadap suhu udara memperoleh harga F hitung 14,995
dengan signifikansi 0,000. Karena F hitung > F tabel disimpulkan Ho ditolak, yang
berarti peranan taman kota bagi suhu udara di keempat kelurahan memang berbeda.
Hal ini didukung dengan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05.
Peranan taman kota terhadap lalu lintas memperoleh harga F hitung 3,722
dengan signifikansi 0,014. Karena harga F hitung > F tabel maka Ho ditolak, artinya
peranan taman kota terhadap lalu lintas di empat kelurahan memang berbeda secara
signifikan.
Peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara diperoleh harga F
hitung 18,356 dengan signifikansi 0,000. Karena harga F hitung menunjukkan harga
yang lebih besar dari 2,68 dan signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak,
artinya peranan taman kota bagi pengurangan pencemaran udara di empat kelurahan
memang berbeda secara signifikan.
Dari simpulan di atas, diketahui adanya perbedaan peranan taman kota terhadap
ekologi di antara keempat wilayah. Masalah selanjutnya adalah menentukan wilayah
mana yang berbeda untuk tiap aspek ekologi (vegetasi, suhu udara, lalu lintas dan
penguranan pencemaran udara). Untuk menjawab masalah ini, digunakan analisis
Tukey HSD dengan melihat pada perbedaan rata-rata (Mean Difference) antar
wilayah. Apabila signifikansinya < 0,05 maka kedua wilayah dapat dikatakan
mempunyai peranan yang berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Signifikansi Perbedaan Parameter Ekologi Tiap Wilayah
Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig. Variabel Taman Kota I Taman Kota II sig.
Demaan 0.063 Demaan 0.537
Kauman 0.000 Kauman 0.031
Ngabul
Pingkol 0.000
Ngabul
Pingkol 0.026
Ngabul 0.063 Ngabul 0.537
Kauman 0.000 Kauman 0.468
Demaan
Pingkol 0.123
Demaan
Pingkol 0.427
Ngabul 0.000 Ngabul 0.031
Demaan 0.000 Demaan 0.468
Kauman
Pingkol 0.001
Kauman
Pingkol 1.000
Ngabul 0.000 Ngabul 0.026
Demaan 0.123 Demaan 0.427
vegetasi
Pingkol
Kauman 0.001
Lalu Lintas
Pingkol
Kauman 1.000
Demaan 0.993 Pengurangan Demaan 0.000
Kauman 0.000 Pencemaran Kauman 0.604
Ngabul
Pingkol 0.000
Ngabul
Pingkol 0.439
Ngabul 0.993 Ngabul 0.000
Kauman 0.000 Kauman 0.000
Demaan
Pingkol 0.000
Demaan
Pingkol 0.000
Ngabul 0.000 Ngabul 0.604
Demaan 0.000 Demaan 0.000
Kauman
Pingkol 0.998
Kauman
Pingkol 0.036
Ngabul 0.000 Ngabul 0.439
Demaan 0.000 Demaan 0.000
Suhu Udara
Pingkol
Kauman 0.998
Udara
Pingkol
Kauman 0.036
Pada aspek peranan taman kota terhadap vegetasi, signifikansi antara
Kelurahan Ngabul dan Demaan sebesar 0,063. Karena signifikansinya lebih besar
dari 0,05 maka disimpulkan perbedaan pada kedua kelurahan tidak signifikan.
Demikian juga besarnya signifikansi antara Kelurahan Pingkol dengan Demaan
sebesar 0,123 sehingga disimpulkan perbedaan peranan taman kota terhadap vegetasi
antara kedua Kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan harga signifikansi yang
diperoleh dari Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih kecil dari
0,05 yang berarti perbedaan taman kotanya terhadap vegetasi berbeda secara
signifikan. Hasil tersebut didukung dari analisis homogeneous subsets, seperti pada
tabel berikut :
Tabel 4.13 Uji Homogeneous Subsets Vegetasi
Vegetasi
Tukey HSDa
25 1.9440
25 2.1520 2.1520
25 2.3360
25 2.6640
.063 .123 1.000
Taman kotaKel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.
Dari tabel diatas, diketahui bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan. Demikian juga antara Kelurahan Demaan
dan Pingkol. Sedangkan Kelurahan Kauman mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan kelurahan yang lain.
Pada aspek peranan taman kota terhadap suhu udara, besarnya signifikansi
antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan adalah 0,993; antara Kelurahan Kauman
dengan Pingkol sebesar 0,998 dan lebih besar dari 0,05. Dengan demikian perbedaan
peranan taman kota terhadap suhu udara antara kedua pasang kelurahan tersebut
tidak signifikan. Besarnya signifkansi antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman,
Ngabul dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol
menunjukkan harga yang kurang dari 0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan
taman kotanya terhadap suhu udara adalah signifikan. Simpulan ini didukung dari
analisis homogeneous subsets berikut.
Tabel 4.14 Uji Homogeneous Subsets Suhu Udara
Suhu udara
Tukey HSDa
25 2.0700
25 2.1000
25 2.5900
25 2.6100
.993 .998
Taman kotaKel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Sig.
N 1 2
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.
Tabel di atas memberi gambaran bahwa Kelurahan Ngabul dan Demaan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan yang lain, demikian juga untuk
kelurahan Kauman dan Pingkol.
Pada aspek peranan taman kota terhadap lalu lintas, besarnya signifikasi antara
Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan
Pingkol, serta Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga yang lebih besar dari
0,05 sehingga dikatakan perbedaan peranan kotanya terhadap lalu lintas keempat
pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Sedangkan antara Kelurahan Ngabul
dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa perbedaan peranan taman
kotanya terhadap lalu lintas kedua pasang kelurahan adalah signifkan. Sebagai
pendukung, dapat dilihat hasil analisis homogeneous subsets berikut :
Tabel 4.15 Uji Homogeneous Subsets Lalu Lintas
Lalu lintas
Tukey HSDa
25 2.1840
25 2.3040 2.3040
25 2.4340
25 2.4400
.537 .427
Taman kotaKel. Ngabul
Kel. Demaan
Kel. Kauman
Kel. Pingkol
Sig.
N 1 2
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.
Dari tabel diatas, diketahui bahwa pada subset 1, antara Kelurahan Ngabul dan
Demaan dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2,
antara Kelurahan Demaan, Kauman dan Pingkol dinyatakan tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan satu dengan yang lain.
Pada aspek peranan taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara,
antara Kelurahan Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan
dengan Pingkol, Kauman dengan Pingkol menunjukkan harga signifikansi lebih kecil
dari 0,05 sehingga dikatakan bahwa peranan taman kotanya terhadap pengurangan
pencemaran udara pada empat pasang kelurahan adalah signifkan. Sedangkan antara
Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, menunjukkan harga
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan bahwa perbedaan
peranan taman kotanya terhadap pengurangan pencemaran udara pada empat dua
pasang kelurahan adalah tidak signifikan. Hasil ini didukung dari analisis
homogeneous berikut ini:
Tabel 4.16 Uji Homogeneous Subsets Pengurangan Pencemaran Udara
Pengurangan pencemaran udara
Tukey HSDa
25 1.9760
25 2.2933
25 2.4067 2.4067
25 2.5000
1.000 .439 .604
Taman kotaKel. Demaan
Kel. Pingkol
Kel. Ngabul
Kel. Kauman
Sig.
N 1 2 3
Subset for alpha = .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000.a.
Berdasarkan tabel diatas, pada subset 1 Kelurahan Demaan dinyatakan
mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 2, Kelurahan Pingkol dan
Ngabul dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Pada subset 3,
Kelurahan Ngabul dan Kauman dinyatakan tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa terdapat korelasi
yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman kota dengan parameter ekologi di
kota Jepara. Besarnya koeisien korelasi atau derajat hubungan antara keduanya
adalah 0,613 dengan koefisien determinasi sebsar 0,376 yang berarti bahwa 37,6%
kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran taman kota.
Dengan demikian masih terdapat 62,4% pengaruh dari faktor lain selain pola
penyebaran taman kota, yang juga berpengaruh terhadap kualitas ekologi kota. Dari
persamaan regresi yang diperoleh, yaitu Y = 2,008 + 0,122X, memberikan gambaran
bahwa untuk dapat meningkatkan satu satuan kualitas ekologi, maka pola penyebaran
taman kota harus ditingkatkan sebesar 0,122 satuan. Beberapa faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap kualitas ekologi (yang tidak terungkap dalam penelitian) antara
lain faktor letak geografis kota Jepara, pola pemukiman penduduk, atau pun faktor
musim dan cuaca pada saat penelitian dilaksanakan. Untuk itu masih perlu adanya
penelaahan lebih lanjut mengenai beberapa faktor tersebut sehingga dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas ekologi kota
Jepara.
Dari adanya pengaruh atau peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman
kota terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya perbedaan
peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari hasil analisis anova
diperoleh harga F hitung yang lebih besar daripada F tabel, sehingga dapat
disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota
terhadap ekologi memang berbeda-beda secara signifikan di empat kelurahan. Hasil
ini memberikan pengertian, pengaruh yang timbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap
kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih merasakan dampak
positif adanya taman dalam perubahan suhu udara, tetapi di kelurahan lain mungkin
taman memberikan dampak positif lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya.
Perbedaan-perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya perbedaan
jenis tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, atau pun perbedaan desain
taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh simpulan bahwa adanya
perbedaan tersebut dirasakan antara Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul
dengan Pingkol, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan
Kauman dengan Pingkol.
Secara lebih khusus tentang perbedaan peranan pola penyebaran taman kota
terhadap ekologi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui perbedaan peranan
penyebaran taman kota terhadap seluruh parameter ekologi di empat kelurahan. Dari
hasil analisis diperoleh harga F hitung untuk semua parameter ekologi menunjukkan
harga yang lebih besar daripada harga F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa
peranan pola penyebaran taman kota terhadap parameter ekologi benar-benar
berbeda secara signifikan.
Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasakan oleh responden
yang berada di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara Ngabul dan Pingkol, Demaan
dan Kauman, serta antara Kauman dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil
tersebut, bahwa peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di
Ngabul, berbeda dengan peranan vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden
di Kauman. Mungkin saja responden di Ngabul merasakan bahwa vegetasi di taman
kotanya tidak memberikan dampak yang nyata bagi ekologi, namun responden di
Kauman merasakan adanya dapmak yang kuat dari adanya vegetasi taman kota
terhadap ekologi wilayahnya.
Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh
responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol. Hasil ini memberikan pengertian
bahwa responden merasakan adanya perbedaan suhu udara (misalnya antara di
Ngabul dan Kauman) yang dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya.
Perbedaan kelancaran lalu lintas pun dirasakan berbeda oleh responden di kota
Jepara. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang signifikan pada parameter
lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota. Perbedaan tersebut dirasakan
antara responden di Ngabul dengan Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya
perbedaan dampak pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang
dibuat. Desain taman kota yang baik, yang memperhatikan bentuk jalan, serta letak
jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi kelancaran lalu lintas, dari pada
taman yang dibuat dengan tidak memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan
disembarang tempat.
Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara juga
dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut dirasakan antara responden
di Ngabul dengan Demaan, Demaan dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta
Kauman dengan Pingkol. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai
akibat dari adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran udaranya tinggi.
Dengan demikian keberadaan taman kota akan menjadi penyaring polusi dari
berbagai sumber polusi udara.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Terdapat korelasi yang cukup tinggi antara pola penyebaran taman
kota dengan parameter ekologi di kota Jepara. Besarnya koefisien
korelasi atau derajat hybungan antara keduanya adalah 0,613 dengan
koefisien determinasi sebesar 0,376 yang berarti bahwa 37,6 %
kualitas ekologi menurut responden dipengaruhi oleh pola penyebaran
taman kota.
2. dari adanya peranan yang diberikan oleh pola penyebaran taman kota
terhadap kualitas ekologi, dilakukan analisis terhadap ada tidaknya
perbedaan peranan terhadap ekologi di empat wilayah kelurahan. Dari
hasil analisis anova diperoleh F hitung yang lebih besar daripada F
tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa peranan yang diberikan oleh
pola penyebaran taman kota terhadap ekologi memang berbeda-beda
secara signifikan di empat kelurahan. Hasil ini memberikan
pengertian, pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya taman di tiap-tiap
kelurahan dirasakan berbeda. Satu kelurahan mungkin lebih
merasakan dampak positif adanya taman dalam perubahan suhu udara,
tetapi di kelurahan lain mungkin taman memberikan dampak positif
lebih pada keteraturan lalu lintas di sekitarnya. Perbedaan-perbedaan
ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, misalnya perbedaan jenis
tumbuhan yang digunakan untuk membuat taman, ataupun perbedaan
desain taman yang dibuat. Dari hasil analisis lanjutan, diperoleh
simpulan bahwa adanya perbedaan tersebut dirasakan antara
Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan Pingkol, Demaan
dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kelurahan Kauman
dengan Pingkol.
3. Perbedaan yang signifikan pada parameter vegetasi dirasa oleh
responden yang berbeda di Kelurahan Ngabul dan Kauman, antara
Ngabul dan Pingkol, Demaan dan Kauman,serta antara Kauman
dengan Pingkol. Sebagai ilustrasi dari hasil tersebut, bahwa peranan
vegetasi taman kota yang dirasakan oleh responden di Kauman.
Mungkin saja di taman kotanya tidak memberikan dampak yang kuat
dari adanya vegetasi taman kota terhadap ekologi wilayahnya.
Perbedaan yang signifikan pada parameter suhu udara dirasakan oleh
responden di Kelurahan Ngabul dengan Kauman, Ngabul dengan
Pingkol, Demaan dengan Kauman, serta Demaan dengan Pingkol.
Hasil ini memberikan pengertian bahwa responden marasakan adanya
perbedaan suhu udara (misalnya antara di Ngabul dan Kauman) yang
dipengaruhi oleh adanya taman kota di wilayahnya. Perbedaan
kelancaran lalu lintas sebagai dampak dari adanya taman kota.
Perbedaan tersebut dirasakan antara responden di Ngabul dengan
Kauman serta Ngabul dengan Pingkol. Adanya perbedaan dampak
pada lalu lintas dapat terjadi karena desain taman kota yang dibuat.
Desain taman kota yang baik, karena memperhatikan bentuk jalan,
serta letak jelas akan memberikan dampak yang lebih baik bagi
kelancaran lalu lintas, daripada taman yang dibuat dengan tidak
memperhatikan aspek bentuk jalan serta diletakkan di sembarang
tempat.
Peranan adanya taman kota terhadap pengurangan pencemaran udara
juga dirasakan berbeda secara signifikan. Perbedaan tersebut
dirasakan antara responden di Ngabul dengan Demaan, Demaan
dengan Kauman, Demaan dengan Pingkol serta Kauman dengan
Pingkol.
Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara sebagai akibat dari
adanya taman kota dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran
udaranya tinggi. Dengan demikian keberadaan taman kota akan
menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi udara.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka saran-saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Peranan vegetasi taman kota di Kelurahan Ngabul tidak memberikan
dampak yang kuat, sehingga perlu adanya penambahan vegetasi untuk
memperkuat peranan taman kota.
2. Adanya perbedaan pengurangan pencemaran udara dan suhu udara di
antara taman-taman kota dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan kualitas taman kota bagi wilayah yang pencemaran
udara dan suhu udaranya tinggi, dengan demikian keberadaan taman
kota akan menjadi penyaring polusi dari berbagai sumber polusi
udara.
3. Diperlukan desain taman kota yang baik, yang mampu
memperhatikan bentuk jalan, serta peletakan taman kota jelas akan
memberikan dampak yang lebih baik dari kelancaran lalu lintas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Balai Penelitian Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Jepara. 2003. Jepara dalam Angka 2003. Jepara : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Jepara.
Daldjoeni. 1985. Penduduk, Lingkungan dan Masa Depan. Bandung : Alumni. DKPPK. 2004. Site Plan Taman Kota di Jepara. Jepara : DKPPK Jepara. DLHPE. 2004. Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Jepara Tahun 2004.
Jepara : DLHPE Kabupaten Jepara. DPU. 2002. Proyek Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Jepara (RDTRK)
Kota Jepara Tahun Anggaran 2002. Jepara : DPU Jepara. Fakta dan Analisa. 2000. : Review Rencana Umum Tata Tuang Kota Jepara Tahun
2001-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jepara. Jepara : DPU Kabupaten Jepara.
Hakim, Rustam dan Utomo, Hardi. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap : Prinsip-Unsur dan Aplikasi Disain. Jakarta : bumi aksara. Laurie, Michael. 1986. Arsitektur Pertamana. Bandung : Intermatra. Ngabekti, Sri. 2003. Paparan Kuliah Ekologi. Semarang. FMIPA Jurusan Biologi
UNNES. Prawiro, Ruslan. 1983. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Semarang : Satya Wacana.
Setiyaningrum, Diyah. 2002. Pola Penyebaran Taman Kota di Semarang. Semarang
: Perpustakaan UNNES. S. Foster, William. 1990. Ilmu Pengetahuan Populer. Glorier Internasional, Inc. Soeriaatmadja. 1989. Ilmu Pengetahuan. Bandung : ITB. Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Suharso. 2002. Taman Pagar. Yogyakarta : Kanisius.
INSTRUMEN PENELITIAN
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI DI KOTA JEPARA
PENGANTAR
Penelitian ini diadakan dalam rangka penyusunan skripsi pada Strata Satu
(S1) Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian
ini adalah ingin mengetahui respon penduduk terhadap taman kota di Jepara, yaitu
meliputi taman Adipura dan taman Bundaran di Kelurahan Ngabul, taman Tugu
Pahlawan di Kelurahan Demaan, taman utara Masjid Baiturrahmann di Kelurahan
Kauman dan taman Karang di Kelurahan Pingkol.
Demi tercapainya tujuan penelitian ini, maka peneliti mohon kesediaan
saudara untuk mengisi daftar pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Jawaban yang saudara isikan dijaga kerahasiaannya. Jawaban yang baik adalah
jawaban yang sesuai dengan pendapat dan keadaan saudara sendiri.
Atas bantuan dan kerjasamanya yang baik ini, kami ucapkan banyak terima
kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat dan berguna bagi pengembangan dan
kemajuan, terutama dalam usaha peningkatan penyebaran taman kota dan
peranannya pada ekologi kota di Jepara.
Semarang, Februari 2005
Peneliti
Junaidy Jibran Abdillah
NIM. 5114000021
POLA PENYEBARAN TAMAN KOTA
DAN PERANANNYA TERHADAP EKOLOGI KOTA
DI JEPARA
I. DATA DIRI
Berikan tanda silang (X) pada angka yang menunjukkan kondisi yang ada
pada diri Anda.
1. Jenis kelamin
(1) Laki-laki (2) Perempuan ( )
2. Usia
(1) 15-25 tahun
(3) 35-45 tahun
(2) 25-35 tahun
(4) 45 tahun ke atas
( )
3. Pendidikan akhir
(1) SD (2) SLTP (3) SLTA (4) S1 (5) S2 ( )
4. Tempat tinggal
(1) Kelurahan Ngabul, di sekitar Taman Adipura dan Bundaran
(4) Kelurahan Pingkol, di sekitar Taman Karang
(2) Kelurahan Demaan, di sekitar Taman Tugu Pahlawan
(3) Kelurahan Kauman, di sekitar Taman Utara Masjid Baiturrahman
II. INSTRUMEN
Berikan tanda (X) pada pernyataan-pernyataan berikut dengan alternatif-
alternatif jawaban yang telah disediakan mengenai penilaian Anda terhadap
peranan taman kota di Jepara.
A : Alternatif jawaban sangat setuju
B : Alternatif jawaban setuju
C : Alternatif jawaban tidak setuju
D : Alternatif jawaban sangat tidak setuju
NO
PERTANYAAN-PERTANYAAN A B C D
5.
6.
7.
8.
9.
10.
VEGETASI TAMAN KOTA
1. Taman Adipura dan taman Bundaran di
Kelurahan Ngabul
Dengan adanya taman semak dan pohon berderet sebagai
saringan, pengurangan debu cukup di sekitar taman
tersebut.
Adanya taman semak, pohon yang tinggi, lebar dan
beraneka ragam, pengurangan debu tinggi sebab dapat
diendap dalam tanaman serta meredam kebisingan.
2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Taman Tugu Pahlawan banyak terdapat pohon, perdu,
semak, rerumputan.
Taman semak, pohon padat, lebar dan beraneka ragam,
pengurangan debu tinggi sebab dapat di endap tanaman
dan meredam kebisingan.
3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di
Kelurahan Kauman
Banyak terdapat pohon, semak, rerumputan, perdu
sehingga dapat mengurangi debu, kebisingan, dan
hembusan angin kencang.
4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Adanya pohon yang tinggi, kolan air mancur,
pengurangan debu tinggi sebab di endap tanaman dan
dapat meredam kebisingan
TAMAN KOTA TERHADAP SUHU UDARA
Penyebaran taman kota di Jepara seperti di atas dapat
memberikan kesan sejuk dalam kota.
Rasa sejuk dan nyaman muncul saat Anda berjalan kaki
di siang hari di tempat terbuka yang terdapat taman.
Taman kota dapat mengurangi panas dalam kota.
Jumlah taman kota yang tersebar di kota Jepara perlu
ditambah karena dapat menciptakan suasana lingkungan
yang nyaman.
Dengan ditambahnya taman kota dapat mengurangi suhu
udara panas menjadi suhu udara sejuk.
LALU LINTAS DI SEKITAR TAMAN KOTA
Taman-taman kota di Jepara berperan dalam mengatur
sirkulasi lalu lintas.
Taman-taman kota dapat mempengaruhi cepat lambatnya
kendaraan yang melaju disekitar taman kota.
Saat bertambahnya volume lalu lintas, misal terjadi
kemacetan, taman-taman kota dapat menyegarkan
pandangan sebab visualisasi taman kota di buat menarik.
Taman-taman kota sebagai pembatas dan pengarah jalan
dapat memperlancar sirkulasi lalu lintas.
TAMAN KOTA TERHADAP PENCEMARAN
UDARA
1. Taman Adipura dan Bundaran di Kelurahan
Ngabul
Pencemaran udara disebabkan dari polusi udara, misal
dari asap kendaraan seperti sepeda motor, mobil, bus,
truk, asap industri dan sebagainya.
Disekitar Taman Adipura dan Bundaran Ngabul sering
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
timbul pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk
dan berbagai gas dan zat lain.
Semakin banyak penyebaran taman kota, maka semakin
tinggi jumlah partikel yang tersaring di ruang terbuka.
2. Taman Tugu Pahlawan di Kelurahan Demaan
Disekitar taman Tugu Pahlawan sering timbul
pencemaran udara berupa gas, debu, abu, serbuk, dan
berbagai gas dan zat lain.
Jumlah semak, tanaman, dan pepohonan di taman Tugu
Pahlawan perlu di tambah untuk menyaring debu, asap,
partikel, dan sebagainya.
3. Taman utara Masjid Baiturrahmann di
Kelurahan Kauman
Disekitar taman utara masjid sering timbul pencemaran
udara seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas
dan zat lain.
Jumlah semak, ttanaman, pohon-pohon di taman utara
Masjid sudah mencukupi, untuk menyaring partikel,
asap, debu dan sebagainya.
4. Taman Karang di Kelurahan Pingkol
Disekitar taman Karang sering timbul pencemaran udara
seperti gas, debu, abu, serbuk, dan berbagai gas dan zat
lain.
Jumlah semak, tanaman berderet, pohon-pohon tinggi,
dan lebar perlu di tambah untuk menyaring asap, gas,
debu, dan zat lain.
Kolam air mancur di taman Karang dapat melembabkan
lingkungan sekitar dari pengaruh pencemaran udara.