EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 –2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Fitriana Annisa Stya Ningrum NIM : 06 8114 095 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan ... SKM (Kepala Sanitasi RSUD Sleman) atas kesabaran …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI
DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 –2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Fitriana Annisa Stya Ningrum
NIM : 06 8114 095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH FARMASI
DI RSUD SLEMAN PERIODE TAHUN 2006 – 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Fitriana Annisa Stya Ningrum
NIM : 06 8114 095
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f Sen*&btue
ByALUASI PENGELOII\AN LIMBAfl FARIIilASI
IH RSIM SI,EMAFI FEMre TAHT}N M6 -2012
slslF+ rffi :
Fui *,* x{i4gqe:
I..ffi{ :'ffi'8'Ltrrl.ffi,
dr6ryt$s$:hhh
Pmbim@glttea
61 .'(A. fri,&immrq trrs. M.For, $c)
n*!r.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Stilip$i Beriudut
EVALUASI PENGELOLAAI\I LIMBAE FARMASI
DI RST]D SLEMAN PERIODE TAHTJN 2W -2012
Oleh:
Fitriana Annisa Stya Ningrum
Panitia Penguji : .
Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc
Ipang Djuna*c, M. $c., Apt.-
Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt
llr
"fl+
8114 095
Farmasi
t:s"
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Skripsi ini Penulis persembahkan untuk :
Allah S.W.T atas berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya,
Ayah, ibu, keluarga besar penulis, dan para sahabat: Amel, Erma, Cyndi, serta yang terkasih: Hanung Aprianto, S. iKom.
terima kasih untuk segala “kesan dan pembelajaran manis maupun pahit” yang telah kalian berikan selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih juga untuk semua pihak yang berperan serta dalam mendukung keberhasilan Penulis.
Sesuatu yang kita anggap sulit/rumit, jika kita MAU berusaha dan YAKIN maka kita akan BISA melakukannya,
Ubahlah kata-kata “Bisa...Tapi Sulit” menjadi “Sulit.. tapi Bisa” ...Insyaallah...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, kasih, dan hidayah-Nya sehingga Penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terwujud
berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan tenaga
dan waktunya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Pembimbing skripsi, Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. atas waktu dan
bimbingan yang telah diberikan sehingga dapat membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepala BAPPEDA Kabupaten Sleman, Kepala Bidang Pengendalian dan
Evaluasi, Kepala Sub Bidang Litbang Ibu Sri Nurhidayah, S.Si., MT, dan
Direktur RSUD Sleman Bapak dr. Joko Hastaryo, M.Kes yang telah
memberikan kesempatan kepada Penulis untuk melakukan penelitian di RSUD
Sleman.
4. Pembimbing lapangan, Ibu Dra. H. E. Lestariningsih, Apt. (Kepala Instalasi
Farmasi RSUD Sleman) dan Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM (Kepala Sanitasi
RSUD Sleman) atas kesabaran dan kerendahan hatinya, serta segala kebaikan
yang telah diberikan selama penelitian di RSUD Sleman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
5. Pembimbing akademik Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. atas arahan dan
bimbingannya.
6. Untuk keluarga tercinta dan tersayang, Bapak Ibu terima kasih atas doa dan
dukungan yang tak henti-hentinya baik moril maupun materiil, yang selalu
meyakinkan dan membesarkan hati.
7. Untuk para sahabat, Amel, Erma, Cyndi, dan Hanung, terima kasih atas doa,
dukungan, saran, hiburan, semangat, dan bantuan, yang tulus diberikan kepada
Penulis.
8. Semua teman-teman farmasi almamater 2006 baik FKK maupun FST yang
telah lebih dulu menempuh perjalanan karier sebagai farmasis, terima kasih
atas pertemanan selama ini. Sukses untuk kita semua.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada Penulis
mendapatkan balasan dan menjadi amal ibadah di mata Allah SWT. Dalam skripsi
ini Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan
yang Penulis miliki. Namun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan
akademisi.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Fitriana Annisa Styaningrum
Nomor mahasiswa : 06 8114 095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi di RSUD Sleman Periode Tahun 2006 –
2012 (Evaluation of Pharmaceutical Waste Management in RSUD Sleman on the
Period of the Year 2006 –2012)
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tangal : 25 September 2013
Yang menyatakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
PRAKATA .................................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
INTISARI .................................................................................................... xvi
ABSTRACT .................................................................................................. xvii
BAB I . PENGANTAR ...............................................................................
1-8
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
1. Perumusan masalah ............................................................................
Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman........
96
Lampiran 8.
Surat Izin Penelitian.........................................................
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks berdampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya berupa limbah farmasi. Pengelolaan limbah farmasi perlu diteliti karena pengelolaan yang tidak tepat dapat mengancam kesehatan dan mencemari lingkungan. Sayangnya, belum semua rumah sakit mengelola limbah farmasi sesuai dengan prosedur.
Penelitian non eksperimental dengan rancangan observasional dan bersifat deskriptf evaluatif ini bertujuan memperoleh profil pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman Periode tahun 2006 – 2012. Data yang diambil adalah data jenis limbah dan proses pengelolaan limbah dilengkapi dengan wawancara terhadap Kepala IFRS, Sanitasi, dan sanitarian penanggung jawab limbah.
Hasil penelitian menunjukkan 2012 ada 94.418 item limbah farmasi yang dikelola dari internal (dropping) maupun eksternal. Sediaan padat terbanyak berupa tablet dan kapsul, sediaan semi padat berupa salep dan krim, sedangkan sediaan cair terbanyak berupa larutan (dalam sachet dan ampul). Sumber eksternal terbanyak dari P.R. YAKKUM (86%) pada tahun 2009.
Berdasarkan analisis dan evaluasi data, aspek prosedur dan SDM pengelola limbah farmasi di RSUD Sleman telah sesuai dengan standar pembanding, sedangkan pada aspek proses masih memerlukan beberapa pembenahan. Direkomendasikan supaya petugas IFRS diberikan pelatihan pengelolaan limbah farmasi rumah sakit.
Kata kunci : limbah farmasi, prosedur, pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRACT
Hospital activities are so complex and have positive and negative impact. One of which is pharmaceutical waste. Pharmaceutical waste management need to be investigated because the improper management can threaten the health and pollute the environtment. Unfortunatelly, not all hospitals managing pharmaceutical waste in accordance with procedures.
Non experimental studies with evaluative descriptive observational design was aimed to obtain the profile of the pharmaceutical waste management in RSUD Sleman on the period of the year 2006 – 2012. The data retrieved is data type of waste and waste management processes, supported by interviews with leader of IFRS, sanitation, and sanitarian in charge of waste.
The results of the analysis drug extermination data in RSUD Sleman on the period of the year 2006 - 2012 showed that there were 94.418 items pharmaceutical waste were administered in RSUD Sleman, both from internal and external. Most of solid dosage form such as tablets and capsules, semi solid dosage forms such as ointments and creams, and most of liquid dosage form of solutio (in sachets and ampoules). The Most external source of pharmaceuticals waste were derived from P.R YAKUM (86%) on the year 2009.
Based on data analysis and evaluation, from the aspect of procedures and human resource were managing pharmaceutical waste in RSUD Sleman was adequate in accordance with standart comparators, while from the aspect of process still needs some correction. So it is recommended that the staffs in IFRS given training of pharmaceutical waste management in hospital.
Dari tabel tersebut, bisa dilihat bahwa pada tahun 2006, tidak terdapat
dokumen pengelolaan limbah farmasi eksternal. Keseluruhan limbah farmasi yang
dikelola merupakan internal RSUD Sleman, akan tetapi bukan merupakan stok
IFRSUD Sleman sendiri melainkan sisa stok sediaan farmasi dan steril dropping
(berasal dari donasi gempa) yaitu sebanyak 2211 item (2,34%).
Peneliti tidak mendapatkan adanya dokumen pengelolaan obat pada
tahun 2007. Namun, berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan
narasumber, bila tidak ada data bukan berarti sama sekali tidak dilakukan
pengelolaan limbah farmasi karena secara teori limbah farmasi yang dimaksud
tidak hanya berupa obat-obatan, sediaan steril, ataupun alkes, tetapi juga kemasan
obat itu sendiri. Hampir setiap hari di RSUD Sleman selalu dihasilkan limbah
kemasan obat yang berasal dari gudang obat, apotek, laboratorium, maupun
bangsal-bangsal perawatan pasien, sehingga setiap harinya pasti ada saja limbah
kemasan obat yang dimusnahkan. Namun, oleh pihak RSUD Sleman limbah
farmasi yang hanya berupa kemasan obat saja digolongkan ke dalam limbah
medis umum. Pengumpulan, pewadahan, penimbangan, pencatatan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pemusnahannya menjadi satu dengan limbah medis umum. Pelaporannya bukan
berupa berita acara pemusnahan obat, akan tetapi hanya dimasukkan ke dalam
Buku Laporan Incinerator yang memuat informasi tentang hari dan waktu
pemusnahan, asal dan volume limbah, penanganan yang dilakukan, dan petugas
terkait. Karena praktek yang demikian tersebut maka Penulis tidak bisa
menyinkronkan antara definisi operasional Penulis mengenai “limbah farmasi”
dengan definisi limbah farmasi di RSUD Sleman menurut prakteknya, dan juga
tidak bisa melakukan analisis terhadap limbah farmasi berupa kemasan obat dan
menyajikannya dalam tabel karena pendataannya sudah bercampur dengan limbah
medis lainnya.
Pada periode tahun 2008, berdasarkan data yang diperoleh, limbah
farmasi yang dikelola di RSUD Sleman berasal dari dua sumber eksternal, yaitu
Puskesmas Seyegan dan Puskesmas Mlati II Sleman dengan total 5.108 item. Dari
Puskesmas Mlati II Sleman ada 4.930 item sedangkan dari Puskesmas Seyegan
ada 178 item limbah farmasi. Pada tahun 2009 limbah farmasi yang dikelola di
RSUD Sleman juga berasal dari sumber eksternal yaitu Puskesmas Seyegan dan
Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan total 81.774 item. Dari Puskesmas Seyegan
ada 570 item limbah farmasi, sedangkan dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM ada
81.204 item limbah farmasi, yang merupakan sisa stok obat-obatan dropping
pasca gempa Yogya. Pada tahun 2010, limbah farmasi yang dikelola di RSUD
Sleman berasal dari Puskesmas Seyegan dengan total 2.873 item. Selanjutnya,
sumber eksternal mempercayakan pengelolaan limbah farmasi kepada RSUD
Sleman pada tahun 2011 adalah Puskesmas Seyegan, sebanyak 2.452 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Untuk tahun 2012 penulis mengalami kesulitan dalam memperoleh data
pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman. Hal ini disebabkan karena pada
tahun ini, hingga penelitian selesai dilakukan belum disusun arsip berita acara
pemusnahan obat dari sumber eksternal. Namun, berdasarkan wawancara terhadap
narasumber, pada tahun ini tetap dilakukan pengelolaan secara internal, hanya
terhadap kemasan-kemasan obat saja, sehingga tidak menjadi pembahasan.
B. Profil Limbah Farmasi Berdasarkan BSO/Satuan dan Jenis Kemasan
Bentuk sediaan obat (BSO) atau satuan obat dan sediaan steril yang
dikelola di RSUD Sleman baik dari sumber internal maupun eksternal selama
periode tahun 2006 – 2012 terdiri dari bermacam-macam jenis. Ada yang padat,
semi padat, maupun cair dan dikemas dalam berbagi jenis wadah. Berikut ini
adalah tabel yang menyajikan data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman
periode tahun 2006 – 2012 baik berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan:
Tabel VI. Data limbah farmasi yang dikelola di RSUD Sleman periode tahun 2006 – 2012 berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat
Dapat dilihat bahwa BSO padat terbanyak yang dikelola adalah berupa
tablet dengan jumlah 82.633 item, dimana ferous Sulfas merupakan item tablet
terbanyak yaitu 28.000 dari keseluruhan. BSO padat terbanyak kedua berupa
kapsul yaitu 8.666 item, dimana Moxilen® 250 merupakan merk dagang kapsul
terbanyak yaitu 6.000 item dari keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BSO padat yang dikelola berjumlah 91558 item terdiri atas tablet, kapsul,
suppositoria, serbuk, dan kaplet dalam berbagai jenis kemasan. BSO padat
terbanyak pertama yang dikelola berupa tablet yaitu ferous sulfas (28.000 item)
dalam kemasan dos/box dan strip, sedangkan terbanyak kedua adalah kapsul yaitu
Moxilen® 250 (6000 item) dalam kemasan kaleng dan box. Untuk sediaan semi
padat yang dikelola ada 140 item, dan terdiri dari dua jenis BSO saja yaitu salep
dan krim. Jumlah BSO salep terbanyak adalah oksitetra salep mata (36 item)
sedangkan BSO krim terbanyak adalah Chloramfecort-H® (84 item).
BSO cair yang dikelola sebanyak 2690 item, terdiri dari larutan obat
steril (dalam ampul dan vial), larutan/solutio, suspensi inhalasi, infus IV, serum,
emulsi, dan shampo obat luar. BSO cair terbanyak pertama adalah larutan/solutio
yaitu 2.052 item dimana Tolak Angin® 15 ml dalam kemasan sachet merupakan
merk dagang terbanyak yang dikelola (1.440 item). BSO cair terbanyak kedua
berupa larutan steril dalam kemasan ampul yaitu 396 item dimana 2 FDC fase
intensif merupakan jenis terbanyak (72 item).
Dengan mengetahui BSO/satuan dan jenis kemasan apa saja yang
dikelola selama periode tahun 2006 – 2012, dalam pembahasan selanjutnya bisa
diketahui juga apakah pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman sudah sesuai
dengan ketentuan. Hal ini disebabkan karena berbeda jenis BSO dan jenis
kemasan bisa berbeda pula cara pengelolaannya (keterangan mengenai jumlah dan
jenis kemasan masing-masing BSO yang lain dapat dilihat di lampiran 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
C. Kesesuaian Pengelolaan Limbah Farmasi dengan Prosedur Rumah Sakit
dan Standar Pembanding
1. Kesesuaian dari aspek prosedur dan SDM
Dalam pembahasan ini dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian SDM
yang terlibat dalam pengelolaan limbah farmasi di RSUD Sleman (khususnya
IFRS dan ISRS) dengan standar pembanding utama maupun standar pembanding
pendukung. Pembahasan mengenai SDM terdiri dari beberapa unsur yaitu:
struktur organisasi, kualifikasi petugas, uraian tugas, pelatihan petugas, dan
pengetahuan petugas. Berikut ini adalah rangkumannya dalam bentuk tabel:
Tabel VII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di IFRS
No. Aspek Standar pembanding kesesuaian Keterangan
1 Struktur organisasi
KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
sesuai IFRSUD Sleman telah menerapkan strukur organisasi minimal IFRS
2 Kualifikasi petugas
KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
- Ada kesulitan akses data penelitian dari pihak rumah sakit
3 Uraian tugas - KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi
- Standar Kompetensi Apoteker di Indonesia
sesuai IFRSUD Sleman telah memiliki uraian tugas yang cukup jelas khususnya dalam hal administrasi dan pengelolaan perbekalan farmasi
4 Pelatihan petugas
KepMenKes RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi (bab VII. Pengembangan staf dan program pendidikan)
cukup sesuai mengikuti pelatihan farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit, tetapi belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah farmasi
5 Pengetahuan Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di rumah sakit (Bab III. Pengelolaan perbekalan farmasi dan Bab IV. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus)
cukup paham
IFRSUD Sleman paham mengenai penggolongan, sumber, pendataan, penandaan di etalase ED, dan upaya minimisasi limbah farmasi (FIFO/FEFO). Pemahaman tentang proses pengelolaan hanya sampai pada tahap pelabelan dengan informasi dasar.
Dari tabel tersebut, IFRSUD Sleman telah menerapkan struktur
organisasi minimal sesuai ketentuan dengan adanya bagian-bagian yang berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
langsung di bawah kepala/pimpinan IFRS yaitu pengelola perbekalan farmasi,
pelayanan farmasi, dan manajemen mutu (lampiran 5), meskipun di IFRSUD
Sleman sendiri manajemen mutu bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri
melainkan sebagai suatu sub bagian dari bagian perbekalan farmasi, dimana yang
bertanggungjawab dalam hal mutu adalah sub bagian gudang obat dan sub bagian
produksi.
Untuk kualifikasi petugas IFRSUD Sleman, pada tabel tidak ada
keterangan mengenai kesesuaian dengan standar pembanding karena kesulitan
akses data/dokumen terkait dengan adanya aturan publikasi dari pihak rumah
sakit. Namun, dari analisis Penulis standar kualifikasi petugas IFRSUD Sleman
pastinya sudah sesuai dengan standar pembanding dan memenuhi ketentuan
karena RSUD Sleman telah mendapatkan status akreditasi Lulus Tingkat Lengkap
termasuk dalam pelayanan kefarmasian. Kualifikasi petugas IFRS yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut: staf dan pimpinan IFRS dipimpin oleh Apoteker.
Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai
pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. Apoteker telah
terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. Pada pelaksanaannya
Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D III) dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker (DepKes RI, 2004).
Dari aspek uraian tugas, IFRSUD Sleman telah mempunyai suatu
dokumen uraian tugas yang cukup jelas dalam hal administrasi dan pengelolaan
perbekalan farmasi meliputi pembagian fungsi, tugas/kewajiban, koordinasi, dan
wewenang masing-masing bagian maupun sub bagian yang terdapat pada struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
organisasi (lampiran 7). berdasarkan penelaahan data yang dilakukan Penulis, sub
bagian penanggung jawab gudang dan entry data adalah yang paling krusial yang
terkait dengan pengelolaan stok dan limbah farmasi secara langsung (khususnya
dalam hal administrasi pelaporan dan penghapusan perbekalan farmasi), dibantu
oleh sub bagian penanggung jawab pelayanan farmasi dan bagian adminitrasi dan
staf.
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan
dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan di bidang kefarmasian (Depkes, 2004). Dalam hal
pelatihan, petugas IFRSUD Sleman paling sering mengikuti pelatihan tentang
farmasi klinik dan manajemen farmasi rumah sakit. Adanya pelatihan ini
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petugas IFRS mengenai pengelolaan
stok dan limbah farmasi, misalnya tentang penggolongan jenis dan sumber limbah
farmasi, perbedaan pengertian antara "kadaluwarsa" dan "tidak terpakai",
pendataan dan penandaan/pelabelan limbah farmasi, prosedur dan proses
pengelolaan limbah farmasi, dan upaya-upaya yang bisa ditempuh dalam
minimisasi limbah farmasi (misalnya FIFO, FEFO, anjuran peresepan), yang
dapat diketahui hasilnya dari proses wawancara.
Dari hasil wawancara, Penulis bisa mengetahui bahwa petugas IFRSUD
Sleman cukup paham tentang hal-hal tersebut. Namun, untuk pemahaman proses
pengelolaan limbah farmasi hanya sampai pada proses pelabelan dengan informasi
dasar (sumber dan isi), sedangkan proses setelah diangkut ke sanitasi kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
begitu paham karena belum pernah mengikuti pelatihan khusus mengenai
pengelolaan limbah farmasi. Meskipun demikian, di dalam pelatihan manajemen
farmasi IFRS diberikan materi tentang administrasi penyimpanan, pelaporan, dan
penghapusan (dalam hal ini termasuk pendataan, pengecekan, dan pelabelan)
perbekalan farmasi sehingga secara tidak langsung merupakan upaya minimisasi
limbah farmasi mulai dari sumber. Selanjutnya, evaluasi kesesuaian pengelolaan
limbah farmasi dari aspek SDM di ISRS terangkum dalam tabel berikut :
Tabel VIII. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek SDM di ISRS
No. Aspek Standar pembanding Kesesuaian Keterangan
1 Struktur organisasi
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit
sesuai telah mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen sanitasi rumah sakit
2 Kualifikasi petugas
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia (DepKes RI, 1994)
sesuai terdapat dokumen Mapping Competency yang berisi informasi nama, jabatan (dari Kepala sampai penanggungjawab), pendidikan (aktual maupun standar), pengalaman (aktual maupun standar), kolom tingkatan skill, dan rekomendasi pelatihan.
3 Uraian tugas KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit
sesuai terdapat dokumen uraian tugas masing-masing jabatan dan juga ketugasan lain (kerja sama) antar bidang
4 Pelatihan petugas
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 dan dokumen Pedoman Sanitasi Rumah Sakit
sesuai sudah pernah mendapatkan dan sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi (khususnya pengelolaan limbah) dan pengambilan sampel limbah
5 Pengetahuan Pedoman sanitasi rumah sakit
cukup paham ISRSUD Sleman cukup paham mengenai apa saja yang termasuk dalam limbah farmasi, darimana sumbernya, pendataan pemusnahan limbah farmasi, kelengkapan berita acara, dan proses penelolaan mulai dari pemisahan dan pengumpulan hingga pemusnahan (untuk limbah medis secara umum saja), pengoperasionalan dan perawatan incinerator, tetapi pengetahuan tentang jenis kemasan ampul yang tidak boleh dibakar masih kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dari tabel di atas, struktur organisasi ISRSUD Sleman telah sesuai
dengan ketentuan yang mencerminkan pengorganisasian usaha manajemen
sanitasi rumah sakit dengan wadah kegiatan yang terdiri dari unsur: pimpinan
layanan sanitasi, teknis sanitasi (penanggung jawab bidang-bidang yang berada
langsung di bawah Pimpinan ISRS yang mewakili persyaratan dan tata laksana
penanganan limbah medis maupun nonmedis), dan penunjang layanan sanitasi
(admin dan logistik). Teknis sanitasi antara lain: penanggung jawab limbah cair,
limbah padat, sterilisasi, pengendalian air bersih (PAB), pengendalian serangga,
sanitasi ruang dan bangunan, dan penanggung jawab laundry (lampiran 5).
Dari aspek kualifikasi petugas, kualifikasi sanitarian di RSUD Sleman
telah memenuhi persyaratan (lampiran 6) yaitu:
a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit tipe B adalah seorang
tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah
sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi,
teknik kimia, dan teknik sipil. Secara standar, ISRSUD Sleman menetapkan
jenjang pendidikan minimal S1, dan secara aktual Pimpinan ISRSUD Sleman
adalah lulusan S1 SKM dengan pelatihan manajemen SDM.
b. Limbah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit dikumpulkan
oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut pemisahan limbah medis
dan non medis, sedang ruang lain dapat dilakukan oleh tenaga kebersihan.
Di RSUD Sleman, pengumpulan kemasan obat ditangani langsung oleh
perawat sedangkan bila berupa sediaan farmasi yang mendekati tanggal
kadaluwarsa akan dikembalikan dan dikelola oleh IFRS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
c. Proses pengangkutan limbah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi
SMP ditambah latihan khusus.
d. Pengawasan pengelolaan limbah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi
dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
Penanggungjawab/pengawas pengelolaan sampah di RSUD Sleman baik itu
berupa limbah padat maupun limbah cair memiliki standar kualifikasi lulusan
DIII dengan pelatihan manajemen sanitasi.
Dari aspek uraian tugas, ISRSUD Sleman telah memiliki dokumen uraian
tugas yang jelas. Untuk pengelolaan limbah farmasi sendiri merupakan tugas dari
penanggung jawab pengelolaan limbah medis padat dibantu oleh penanggung
jawab kebersihan lingkungan dan tenaga kebersihan, serta
bagian/penanggungjawab lain yang ditunjuk atau ditugaskan (lampiran 7).
Untuk aspek pendidikan dan pelatihan, petugas ISRSUD Sleman paling
sering mengikuti pelatihan manajemen sanitasi pengelolaan limbah dan
pengambilan sampel limbah bersama dengan Tim PPI lainnya seperti dokter dan
perawat. Pelatihan eksternal diadakan tiga kali setahun, sedangkan pelatihan
internal satu hingga dua kali setahun. Selain ISRS, dokter, dan perawat, IFRSUD
Sleman termasuk juga dalam tim PPI tetapi belum pernah mengikuti pelatihan
pengelolaan limbah bersama tim PPI lainnya.
Pada aspek pengetahuan petugas, selain harus mengetahui jenis, sumber,
dan pendataan limbah farmasi, ISRSUD Sleman juga wajib mengetahui tahapan
pengelolaan limbah farmasi tersebut mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan,
serta bagaimana mengopersionalkan dan melakukan perawatan incinerator. Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
hasil wawancara, Penulis mendapatkan informasi yang cukup jelas mengenai
pengetahuan petugas tentang proses pengelolaan limbah farmasi, terutama mulai
dari tahapan pengangkutan hingga pemusnahan dan pembuangan, dan juga
pengoperasionalan dan perawatan incinerator. Hal ini disebabkan karena untuk
proses pengumpulan limbah farmasi hingga proses pelabelan merupakan tanggung
jawab IFRS dan petugas unit pelayanan/bangsal, dan biasanya setelah melalui
proses pengangkutan limbah hanya disimpan maksimal 24 jam untuk
dimusnahkan, tidak ada perlakuan lagi sebelumnya untuk menghindari resiko
paparan terhadap petugas.
Pembahasan selanjutnya akan mengevaluasi secara teoritis tentang
kesesuaian antara prosedur rumah sakit yang terkait dengan pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman dengan standar pembanding.
RSUD Sleman sendiri telah memiliki suatu SPO dengan judul dokumen
“PEDOMAN MUTU SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) 9001 : 2008
RSUD SLEMAN” yang disusun berdasarkan Keputusan Direktur No.
308/Kep.Dir/2011 tanggal 1 November 2011 tentang pembuatan SPO di
lingkungan RSUD Sleman, dan Keputusan Direktur No. 012/Kep.Dir/2012
tanggal 2 Januari 2012 tentang pemberlakuan SPO di lingkungan RSUD Sleman.
SPO tersebut merupakan update version pada tahun 2010 dari versi sebelumnya
yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000. SPO ini didukung dengan
adanya sertifikat Komisi Akreditasi Rumah Sakit nomor: KARS-SERT/92/X/201,
dengan status terakreditasi: LULUS TINGKAT LENGKAP, berlaku 3 (tiga)
tahun mulai tanggal 12 Oktober 2011 sampai dengan 12 Oktober 2014, dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sertifikat tersebut pada dasarnya adalah pengakuan telah terpenuhinya standar
pelayanan rumah sakit yang meliputi enam belas pelayanan, termasuk pelayanan
Farmasi, Kesehatan dan Keselamatan kerja (K3), dan pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan
limbah farmasi rumah sakit oleh IFRS dan ISRS. Ada empat SPO RSUD Sleman
yang berkaitan dengan pengelolaan limbah farmasi. Berikut adalah rangkumannya
dalam bentuk tabel:
Tabel IX. Evaluasi kesesuaian prosedur rumah sakit dan praktek pengelolaan limbah farmasi dengan standar pembanding CPFB tahun 2011
Judul SPO Prosedur dan praktek Standar Pembanding Kesesuaian Keterangan
SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes
a. pencatatan waktu ED pada kartu stok dan buku ED (√) √ CPFB 2011 No. A-07
tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
sesuai tujuan: agar obat/alkes yang ED kurang dari enam bulan dapat diketahui sehingga dapat menghindari penggunaan obat yang tidak terjamin mutu, stabilitas, potensi, dan keamanannya. selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari stok IFRS *point (d) bisa dilakukan berdasarkan PBF (berikut faktur) dan berdasarkan BSO
b. penyimpanan stok secara FIFO/FEFO untuk distribusi pelayanan,
√
c. pengecekan setiap bulan, √
d. pemilahan dan pendataan stok yang belum dekat ED dan yang sudah dekat ED,
√
e. stok dengan ED kurang dari 6 bulan harus dikembalikan ke IFRS untuk distribusi dengan anjuran peresepan
√
f. stok dengan ED maksimal 1 bulan lagi harus sudah dikembalikan ke distributor
√
SPO Pemusnahan Obat Rusak/Resep/Arsip
a. inventarisasi dan laporan stok, resep, dan arsip kadaluwarsa kepada Direktur RS,
√ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes
sesuai tujuan : agar arsip IFRSUD tidak menumpuk dan obat yang rusak tidak digunakan oleh pihak lain tidak ada observasi, tapi dari hasil wawancara telah dilakukan sesuai prosedur selama periode penelitian, prosedur ini hanya berlaku untuk limbah farmasi yang berasal dari dropping Tim Pemeriksaan : IFRS, Instalasi Pemeliharaan ISRS, Wakil Managemen RSUD, Petugas dari BPKKD, KPDL, dan Admin Pemerintahan.
b. usulan pembentukan Tim Pemeriksa, √ c. rapat dan pembuatan berita
acara pemeriksaan, √ d. usulan ijin pemusnahan dari
IFRS melalui Direktur kepada Bupati,
√
e. pembentukan dan rapat Tim Pemusnah, √ f. kegiatan dan pembuatan berita acara pemusnahan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Lanjutan
SPO Penanganan Limbah Farmasi
a. Pengumpulan botol suntikan/syrup/infusan bekas pemakaian pasien di bangsal dalam kantong khusus limbah farmasi
x CPFB 2011 No. A-08 Pengelolaan sediaan farmasi dan alkes yang telah kadaluwarsa
sesuai tujuan: agar tidak terjadi penyalahgunaan dan tidak terjadi paparan obat point (a) kantong khusus limbah farmasi menggunakan kantong khusus limbah infeksius prosedur berlaku hanya untuk limbah farmasi dari unit pelayanan/bangsal berupa kemasan (dan karena kemasan digolongkan dalam limbah medis umum maka tidak dibahas lebih lanjut)
b. Semua botol bekas/pipet maupun alat injeksi untuk imunisasi di poliklinik dikumpulkan ke dalam wadah khusus limbah imunisasi hingga cukup 2/3 wadah
√
c. Setelah kantong penuh, diserahkan kepada petugas ISRS yang bertugas di bagian bangsal maupun poliklinik untuk dimusnahkan di incinerator
√
SPO Pemusnahan Limbah Farmasi
a. Identifikasi stok ED oleh IFRS, pewadahan sesuai jenis/kategori limbah,
√ CPFB 2011 No. E-02 tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes
sesuai tujuan: limbah obat yang dibuang atau dimusnahkan tidak menimbulkan resiko paparan pada petugas dan lingkungan selama periode penelitian, prosedur hanya berlaku pada sisa stok sediaan farmasi yang berasal dari dropping
b. laporan kepada Tim Pemeriksa, √
c. pengajuan izin pemusnahan, √
d. koordinasi dengan Tim Pemusnah, √
e. pemusnahan menggunakan incinerator √
*Keterangan : Tanda √ = sudah dilakukan dalam praktek sesuai dengan prosedur
SPO-SPO tersebut dievaluasi secara teoritis menggunakan standar
pembanding CPFB tahun 2011 karena dalam penelitian tidak memungkinkan
dilakukannya observasi terhadap kegiatan administrasi penghapusan perbekalan
farmasi di RSUD Sleman yang bersifat retrospektif (tahun 2006). Pada
prakteknya, berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, pengelolaan
perbekalan dan limbah farmasi telah diterapkan sesuai SPO, kecuali (berdasarkan
hasil observasi Penulis) untuk pengelolaan limbah farmasi dari bangsal yang
hanya berupa kemasan obat, infusan, botol infus tidak menggunakan kantong
khusus limbah farmasi, tetapi kontainer/wadah yang digunakan adalah kantong
khusus limbah medis umum (dengan logo limbah infeksius).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2. Kesesuaian dari aspek proses
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Penulis, proses
pengelolaan limbah farmasi yang baik dan benar terdiri dalam beberapa tahap
yaitu: pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, pelabelan, penyimpanan
sementara, pengangkutan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah. Namun,
dari hasil wawancara terhadap narasumber dan juga berdasarkan hasil observasi
Penulis tidak semua tahapan tersebut dilakukan dalam pengelolaan limbah farmasi
di RSUD Sleman. Tahapan pengelolaan limbah farmasi yang dilakukan di RSUD
Sleman tergantung dari sumber limbah itu sendiri:
a. Limbah farmasi yang berasal dari dropping: mengalami keseluruhan proses
pengelolaan limbah farmasi, dilakukan atas kerjasama IFRS, ISRS, bersama
tim Pemeriksa dan Pemusnah lainnya dengan izin resmi dari Bupati.
Observasi tidak dapat dilakukan oleh Penulis karena RSUD Sleman terakhir
mengelola limbah farmasi dropping pada tahun 2006. Namun, dari hasil
wawancara dengan narasumber, semua tahapan dilakukan sesuai prosedur dan
ketentuan yang berlaku.
b. Limbah farmasi yang berasal dari stok IFRSUD Sleman: stok sediaan farmasi
hanya mengalami proses pemisahan dan pengumpulan, pemilahan, dan
pelabelan sesuai prosedur “Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED)
Obat/Alkes” untuk kemudian dikembalikan ke distributor/PBF sebelum
kadaluwarsa dan menjadi limbah farmasi.
c. Limbah farmasi yang berasal dari sumber eksternal: hanya mengalami proses
dari pengangkutan (dilengkapi dengan dokumen resmi) hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
pemusnahan/pembakaran di incinerator, yang semuanya dilakukan oleh ISRS
tanpa melibatkan IFRS. Observasi tidak dilakukan karena pada saat penelitian
dilakukan (Juni - Juli 2012) tidak ada pengelolaan limbah farmasi dari sumber
eksternal. Prakteknya mengikuti prosedur “Pemusnahan Sampah Medis”
RSUD Sleman, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Prosedur pemusnahan sampah medis menurut SPO RSUD Sleman
Limbah farmasi eksternal yang dikirim ke RSUD Sleman diangkut ke
tempat penyimpanan sementara (TPS) menggunakan troli sampah medis. Troli
sampah medis ini berupa box plastik yang terbuat dari bahan kedap air tetapi
mudah dibersihkan dengan tinggi kurang lebih satu meter, memiliki tutup,
memiliki roda di samping kiri dan kanan bawah, berwarna kuning dengan logo
biohazard dan tulisan “troli sampah medis”. Dari hasil observasi Penulis, troli
sampah medis di RSUD Sleman ini masih dalam kondisi bagus, dimana tidak
terdapat kebocoran dan juga tidak menimbulkan kebisingan pada saat dijalankan.
Untuk jalur lintasan pengangkutan limbah medis RSUD Sleman belum memiliki
jalur khusus karena sejauh ini masih menggunakan jalur umum/koridor untuk staf,
pengunjung, dan pasien. Dalam proses pengangkutan ini petugas pelaksana wajib
mengenakan alat perlindungan diri (APD) minimal sarung tangan, masker kain,
dan sepatu boot agar tidak terpapar oleh limbah yang diangkut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 3. Troli (kereta dorong) untuk mengangkut sampah medis (termasuk limbah farmasi)
Setelah diangkut, sampah disimpan di TPS yang masih berada di dalam
kawasan instalasi incinerator. TPS tersebut berupa bangunan semen berbentuk
bak persegi panjang bercat kuning dengan tinggi kurang lebih setengah meter
dilengkapi pintu kayu kecil berkunci (namun sudah agak rusak) dan tutup seng
yang dapat dibuka tutup dan disangga. Logo terdapat di dinding atas sebelah box
TPS bertuliskan “TPS Medis/Infeksius”. Lantai di sekitar TPS cukup permeable
dan memiliki drainase yang cukup baik. Limbah berada di TPS maksimal 24 jam
sebelum dimusnahkan untuk menghindari penumpukan.
Gambar 4. TPS untuk limbah medis (termasuk limbah farmasi) yang terdapat di Instalasi Incinerator RSUD Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kemudian sebelum dilakukan proses pembakaran menggunakan
incinerator, tungku incinerator dibersihkan dengan cara mengeluarkan abu sisa
pembakaran sebelumnya, ditimbang, dan dicatat beratnya. Dilanjutkan dengan
penimbangan limbah medis yang akan dimusnahkan. Angka yang diperoleh
nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Laporan Incinerator. Penimbangan
sampah medis dan abu sisa pembakaran ini perlu dilakukan untuk menghitung
efisiensi incinerator, dengan rumus: jumlah abu sisa pembakaran (kg) dibagi
dengan jumlah sampah yang dibakar sebelumnya (kg) dikalikan 100%.
Gambar 5. Proses penimbangan sisa abu dan sampah medis (termasuk limbah farmasi) yang akan dibakar oleh petugas pelaksana sebelum dibakar di incinerator
Setelah penimbangan dan pencatatan selesai, dilakukan proses
pemanasan pra-operasional terhadap incinerator dengan membakar sejumlah
sampah medis yang mudah terbakar (misalnya plastik dan kertas kemasan obat)
untuk optimasi kapasitas incinerator. Setelah itu baru dilakukan proses
pembakaran/pemusnahan dengan waktu pembakaran selama ± 1 jam, dan waktu
pendinginan ± 1 hari. Incinerator yang tungku ganda untuk pembakaran sampah
dan pembakaran asap dengan suhu yang tinggi (8000C sampai dengan 12000C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dan kapasitas tungku 50 – 90 kg. Incinerator tersebut sudah berusia sekitar 10
tahun (tahun 1992 - 2012).
Gambar 6. Petugas pelaksana memasukkan sejumlah kantong plastik berisi limbah medis ke dalam tungku incinerator untuk dibakar
Sisa abu pembakaran yang sudah aman bagi kesehatan ini akan dibuang
ke tempat pembuangan akhir (TPA) bersama sampah non medis maksimal dua
kali dalam satu minggu. TPA ini merupakan hasil penunjukkan dari pemerintah
daerah, dan menurut wawancara TPA ini berlokasi di daerah Piyungan, tidak di
dalam area rumah sakit karena RSUD Sleman belum memiliki lahan dan fasilitas
untuk itu.
Berkaitan dengan profil limbah farmasi, hal yang masih memerlukan
peninjauan ulang disini adalah semua jenis kemasan limbah farmasi dimusnahkan
menggunakan incinerator. Padahal menurut ketentuan WHO, kemasan seperti
ampul tidak boleh di-insinerasi karena akan meledak, yang kemungkinan akan
menyebabkan cedera pada operator dan kerusakan pada tungku incinerator.
Lelehan kaca ampul juga akan menyumbat jeruji tungku jika suhu operasional
melampaui titik leleh kaca. Ampul dapat dihancurkan di atas permukaan keras
yang impermeabel (misal beton) atau dalam drum baja atau ember dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menggunakan balok kayu keras atau palu. Yang terpenting, petugas harus
menggunakan APD. Pecahan kaca harus disapu, ditempatkan dalam kontainer
yang sesuai untuk benda tajam, disegel/ditutup, dan dibuang ke landfill. Cairan
yang keluar dari ampul harus dilarutkan dan dibuangkan melalui IPAL.
Menurut Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, farmasis harus mampu
melaksanakan pemusnahan sediaan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan,
sifat bahan, dan dampak lingkungan. Dalam hal ini belum ada himbauan dari
pihak IFRS kepada ISRS terkait dengan pemusnahan ampul. Kemungkinan
penyebabnya adalah pengetahuan petugas IFRSUD Sleman mengenai pengelolaan
limbah farmasi setelah keluar dari gudang obat juga belum memadai karena belum
pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai pengelolaan
limbah farmasi. Selain itu, dari pihak ISRS juga sepertinya kurang memperhatikan
detail kecil ini, padahal jika ditinjau ulang bisa mengoptimalkan perawatan dan
kerja mesin incinerator.
Evaluasi pengelolaan limbah farmasi dari aspek proses dari uraian-uraian
tersebut terangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel X. Evaluasi Pengelolaan Limbah Farmasi dari Aspek Proses
Aspek proses Sasaran limbah Prosedur dan standar pembanding Kesesuaian Keterangan
pemisahan dan pengumpulan
Internal (dropping dan stok IFRS)
a. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes
b. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
c. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (persyaratan minimisasi limbah farmasi)
sesuai ada prosedur pengecekan dan pencatatan terhadap stok sediaan farmasi secara berkala atau pada setiap pengambilan, dan ada pula pemisahan dan penandaan terhadap sediaan farmasi yang mendekati ED, penggunaan secara FIFO dan FEFO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lanjutan
pemilahan Internal (dropping dan stok IFRS)
a. SPO Penetapan Identifikasi Waktu Expired Date (ED) Obat/Alkes
b. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
sesuai pemilahan berdasarkan kemanfaatan obat (dekat ED tapi masih bisa digunakan), PBF, dan bentuk sediaan obat
pelabelan Internal (dropping dan stok IFRS)
a. CPFB 2011 No. A-07 tentang Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
b. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit (tabel pewadahan berdasarkan kategori limbah)
cukup sesuai
pelabelan untuk stok perbekalan farmasi di IFRS yang dekat ED dengan penandaan di etalase khusus dengan kartu stok dan spidol marker. Pelabelan untuk dikirim ke ISRS masih minim (info dasar sumber dan jenis/isi limbah)
pengangkutan Internal (dropping) dan Eksternal
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
cukup sesuai
ada jasa pemusnahan limbah farmasi bagi eksternal yang belum memiliki fasilitas pengelolaan limbah pengangkutan menggunakan troli khusus medis sesuai kondisi yang dipersyaratkan petugas pengangkut menggunakan APD belum ada jalur khusus pengangkutan limbah menuju TPS
penyimpanan sementara
Internal (dropping) dan Eksternal
KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
cukup sesuai
sesuai = limbah berada di TPS maksimal 24 jam pewadahan kemasan obat masih menggunakan kantong limbah infeksius perbaikan = pintu TPS sudah mulai rusak
pemusnahan dan pembuangan
Internal (dropping) dan Eksternal
a. No. E-02 (28 Oktober 2011) tentang pemusnahan sediaan farmasi dan alkes
b. KepMenKes RI Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004,
c. Pedoman Cara Pembuangan Secara Aman Obat-obatan Tak Terpakai Saat dan Pasca Kedaruratan (WHO '99)
cukup sesuai
limbah farmasi tidak dibuang sebelum ada pengelolaan yang aman menggunakan incinerator sediaan dalam kemasan ampul dan vial masih dimusnahkan menggunakan incinerator dan belum ada peninjauan ulang dari IFRS maupun ISRS (belum sesuai denan standar pembanding c.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
D. Peran dan Fungsi IFRS dalam Pengelolaan Limbah Farmasi
Secara umum, IFRSUD Sleman memiliki peran sebagai pengelola stok
perbekalan farmasi melalui berbagai siklus kegiatan manajemen farmasi mulai
dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta
evaluasi stok obat-obatan yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Fungsi tenaga kefarmasian dalam hal ini adalah untuk menyimpan
perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian dan
menjalankan pengawasan stok obat berdasarkan aturan/prosedur yang berlaku.
Dari peran dan fungsi tersebut maka kualitas dari obat-obatan yang didistribusikan
bisa terjaga sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan layanan mutu
kefarmasian RSUD Sleman.
Selain itu peran IFRSUD Sleman adalah tergabung dalam komite
pencegahan dan pengendali infeksi (PPI) di rumah sakit. Dengan menjalankan
fungsinya sebagai pengelola perbekalan farmasi dengan baik, secara tidak
langsung IFRS telah menerapkan upaya minimisasi limbah farmasi dari
sumbernya, hal ini mendukung peran IFRS sebagai tim PPI karena
menghindarkan pasien dari meluasnya potensi bahaya limbah farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. a. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012
berdasarkan sumber/produsen limbah mempunyai total 94.418 item
yang dihasilkan dari dua sumber yaitu sumber internal sejumlah 2.211
item (2,34%) berupa obat-obatan dropping yang dikelola pada tahun
2006, dan sumber eksternal sejumlah 92.207 item (97,66%) dari tiga
instansi kesehatan luar, dengan Pusat Rehabilitasi YAKKUM sebagai
sumber/produsen limbah farmasi terbesar (86%) dalam satu kali
pengelolaan yaitu pada tahun 2009.
b. Tidak adanya data pengelolaan limbah farmasi internal yang berasal
dari stok IFRSUD Sleman mengindikasikan bahwa IFRSUD Sleman
telah menerapkan prosedur dan melaksanakan manajemen pengelolaan
stok sediaan farmasi dengan baik, karena sebelum menjadi limbah,
perbekalan farmasi yang hampir mendekati ED dikembalikan ke
distributor/PBF.
2. Profil limbah farmasi di RSUD Sleman pada periode tahun 2006 – 2012
berdasarkan BSO/satuan dan jenis kemasan obat adalah: sediaan padat
terbanyak berupa tablet ferous sulfas dan kapsul Moxilen 250®, sediaan
semi padat berupa oksitetra salep mata dan krim Chloramfecort-H®,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sedangkan untuk sediaan cair terbanyak berupa Tolak Angin® sachet 15ml
dan ampul 2 FDC Fase Intensif.
3. Secara keseluruhan, dari aspek SDM dan proses pengelolaan limbah
farmasi di RSUD Sleman sesuai dengan prosedur rumah sakit dan standar
pembanding, hanya masih terdapat beberapa kekurangan yang harus
diperbaiki dan ditinjau ulang, seperti kurangnya pelatihan dan pendidikan
pengelolaan limbah farmasi bagi IFRS untuk meningkatkan
kompetensinya, belum adanya ketaatan dalam pewadahan menggunakan
kantong khusus limbah farmasi, belum adanya jalur khusus untuk
pengangkutan limbah, pintu TPS yang agak rusak, dan jenis kemasan
ampul yang masih dimusnahkan menggunakan incinerator.
4. Peran IFRS dalam pengelolaan limbah farmasi adalah sebagai pengelola
perbekalan farmasi dan adminstrasi penghapusan, dengan menjalankan
fungsinya dalam mendata dan mengecek ED stok sediaan farmasi,
memproses pengembalian obat ke distributor/PBF, memproses ijin
pemusnahan obat, hadir sebagai saksi pemusnahan, dan juga menyusun
berita acara pemeriksaan dan pemusnahan limbah farmasi. Fungsi-fungsi
tersebut secara tidak langsung mendukung peran IFRS sebagai tim PPI
rumah sakit sebagai upaya minimisasi limbah farmasi agar potensi bahaya
yang ditimbulkan tidak meluas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Saran
1. Penulis merekomendasikan supaya dilakukan perbaikan di RSUD Sleman
terutama pada aspek kesesuaian proses pengelolaan limbah famasi yang
belum tepat, misalnya ketaatan pewadahan menggunakan kantong khusus
limbah farmasi, perbaikan pintu TPS, pembuatan jalur khusus untuk
pengangkutan limbah, dan peninjauan ulang mengenai bentuk sediaan
dalam jenis kemasan ampul yang masih dikelola menggunakan incinerator.
2. Rekomendasi pada aspek SDM supaya petugas dari IFRSUD Sleman juga
diberikan pendidikan dan pelatihan pengelolaan limbah farmasi agar selain
berkompeten dalam pengelolaan stok perbekalan farmasi, farmasis juga
memiliki pengetahuan lebih mengenai pengelolaan limbah farmasi
sehingga bisa memberikan masukan kepada ISRS apabila ada prosedur
penanganan limbah farmasi yang belum sesuai dengan ketentuan atau
prosedur yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W., 2007, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, PT. Raja Grafindo, Jakarta
Anonim, 2008, Manajemen Rekayasa Sanitasi Rumah Sakit, http://informasi-
kesehatan-anda.blogspot.com/2008/07/manajemen-rekayasa-sanitasi-rumah-sakit.html, 19 Januari 2012
Anonim, 2009, Kenali Tanda-tanda Obat Kadaluarsa,
http://cepucyt.wordpress.com/2009/05/13/kenali-tanda-tanda-obat-kadaluarsa, diakses pada tanggal 24 Agustus 2010
Anonim, 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadaluwarsa Obat,
http://somelus.wordpress.com/2010/11/08/faktor-yang-mempengaruhi-kadaluarsa-obat/, diakses pada tanggal 7 Juli 2012
Anonim, 2011, Kondisi, Ciri, Tanda Obat-obatan yang Sudah Harus Dibuang
dan Dimusnahkan, http://www.organisasi.org/ kondisi-ciri-tanda-obat-obatan-yang-sudah-harus-dibuang-dan-dimusnahkan, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012
Arifin, 2009, Pengertian Sanitasi Rumah Sakit,
http://www.psychologimania.com/2012/09/pengertian-sanitasi-rumah-sakit.html?m=1, diakses pada tanggal 12 November 2012
Arikunto, S., 1999, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta Budiarie, S., 2009, Obat Kadaluarsa dari Pemulung, http://www.indonesia-
monitor.com/main/index.php?option=com_content&task=view&id=1652&Itemid=39, diakses pada tanggal 23 Agustus 2010
DepKes RI, 1992, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
983/B/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Jakarta
DepKes RI, 1994, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Direktorat
Jenderal P2M & PLP dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta DepKes RI, 1999, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta
DepKes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta
DepKes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta DinKes RI, 2010, Dinkes bonbol Lakukan Pemusnahan Obat,
http://dinkesbonebolango.org, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 DirJen BinFar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan JICA, Jakarta
Fariadi, 2010, Limbah Medis, www.puskajikesling.co,id, diakses pada tanggal 31
Agustus 2010 IAI, 2011, Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB)/Good Pharmacy
Practice (GPP), Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Menteri Kesehatan RI, dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
IAI, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia,
Jakarta Idawaty, D., Medyawati, H., Evaluasi Manajemen Pengelolaan Limbah Rumah
Sakit (Study Kasus pada RSUP Persahabatan), Proceeding PESAT Vol. 4 Oktober 2011 ISSN: 1858-2559
Kimin, 2010, Sisi Lain Tanggal Kadaluwarsa,
http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id=51&Itemid=52, diakses pada tanggal 10 Oktober 2012
Moleong, J., 1998, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung Priyambada, I., Amelia, E., 2006, Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan,
Pewadahan, Penyimpanan, dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros TBK Semarang), Jurnal Presipitasi Vol. 1 No. 1 September 2006, ISSN 1907-187X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pruss, A., 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Penerbit EGC, Jakarta
Purwoto, S., 2008, Kondisi Optimal Insenerator untuk Pembakaran Sampah
Medis, WAHANA. Vol. 51, No. 1, Juni 2008 Rahmaroswita, M.E., 2012, Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma RSUD Sleman, 2011, Profil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman Kabupaten Sleman Tahun 2011, Yogyakarta Sarwanto, S., 2003, Limbah Rumah Sakit Belum Dikelola dengan Baik,
http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html, diakses pada tanggal 15 November 2011
Shahib, MN,, 1999, Penerapan teknik "Polymerase chain Reaction" (PCR) untuk
memonitor pencemaran lingkungan oleh senyawa merkuri (Hg) pada limbah cair rumah sakit, Kongres Himpunan Toksikologi Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999
Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan, Penerbit EGC,
Jakarta, hal 6 – 71 Sutrisnowati, 2004, Pengelolaan Limbah Padat Infeksius Rumah Sakit (Studi
Kasus di Rumah Sakit PT. Pupuk Kaltim), UNDIP, Semarang WHO, 1999, Panduan Pembuangan Limbah Perbekalan Farmasi, Penerbit EGC,
Jakarta Widhiatmoko, A., Trihadiningrum, Y., 2010, Kajian Pengelolaan Limbah Padat
B3 di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Ramelan Yus, 2009, Obat Kadaluwarsa 2004 Diubah Jadi 2013,
http://regional.kompas.com/read/2009/06/17/14375215/obat.kedaluwarsa.2004.diubah.jadi.2013, diakses pada 10 Agustus 2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keterangan kriteria skill: (kolom skill diisi dengan angka 1=pemula, 2=masih perlu supervisi, 3=tidak perlu supervisi,
4=ahli)
Ka. Instalasi Sarana Sanitasi
1. Kemampuan memimpin
2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan membuat rencana kerja
4. Kemampuan mengoperasikan alat
5. Kemampuan analisa masalah 6. Kemampuan pemecahan masalah
7. Kemampuan memahami standar aturan
Penanggung jawab kebersihan
1. Kemampuan melakukan pengawasan
2. Kemampuan mendelegasikan tugas 3. Kemampuan mengoperasikan alat
4. Kemampuan melakukan penataan
lingkungan 5. Kemampuan mendekorasi taman
6. Kemampuan menjalankan & pahami tugas
7. Kemampuan bekerja sama
Sanitarian
1. Kemampuan melakukan pemantauan
lingkungan 2. Kemampuan melakukan teknik sampling
3. Kemampuan pengoperasionalan alat
4. Kemampuan inspeksi sanitasi 5. Kemampuan membuat rencana kerja
6. Kemampuan analisa masalah
7. Kemampuan pemecahan masalah
Supervisor Laundry
1. Kemampuan mengawasi aktivitas
pengelolaan laundry
2. Kemampuan membuat rekapan jumlah
cucian
3. Kemampuan membuat usulan kebutuhan linen
4. Kemampuan membuat laporan PPI
5. Kemampuan mengecek hasil cucian selesai diproses
6. Kemampuan bekerja sama
Jabatan
Pendidikan Pengalaman
(tahun) Skill Rekomendasi
Std Aktual Std Aktual 1 2 3 4 5 6 7
Ka Instalasi Sanitasi RS
Sanitasi Ruang & Bangunan
S1 S1
SKM
5
23
4
4
4
4
4
4
4
Pelatihan manajemen
SDM
Sterilisasi, desinfeksi &
Kebersihan Lingkungan
D III
D IV
3
14
4
4
4
4
4
4
4
Pelatihan ahli K3
Pengendalian Serangga D III S 1 3 5 3 2 3 2 2 2 2 Pelatihan ilmu sanitasi
Pengl. Limbah Cair D III D III 3 5 4 4 3 3 2 2 2 Pelatihan Manajemen Sanitasi
Pengl. Limbah Padat D III D III 3 5 4 4 3 3 2 2 2 Pelat. Manj. Sanitasi
Penyediaan Air Bersih D III D III 3 3 2 3 3 2 2 2 2 Pelat. Manj. Sanitasi
Supervisor Laundry 1 D III SLTA 3 26 4 4 4 4 4 4 4 Pelat. Manj.Laundry
Supervisor Laundry 2 D III SLTA 3 5 2 2 2 2 2 2 2 Pelat. Manj.Laundry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 7. Tabel Uraian Tugas IFRSUD dan ISRSUD Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Biografi Penulis
Penulis bernama lengkap Fitriana Annisa Stya Ningrum, lahir diYogyakarta pada tanggal 28 Desember 1987 sebagai anak
bungsu dafi dua bersaudara.
Penulis merupakan malrasiswa Sl fakultas farmasi angkatan
2046 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
konsentrasi jurusan yaitu farmasi komunitas klinik (FKK).Sebelum menjadi mahasiswa Sl farmasi, Penulis menempuhjelnependidikan di TI( Sukro Krido (1992-1994),
SD Negeri Klodangan (tahun 1994-20ffi), SLTP Negeri 9 Yogyakarta (tahun z0ffi- ,
2003), dan SMANegeri 8 Yogyakarta (tahun 2003-2006).
Sebagai mahasiswa farmasi, Penulis pemah mengikuti ajang Program KreatifitasMahasiswa (PKM) yang diadakan oleh DIKTI pada tahun 2008 sampai ke tingkat DIY-Jateng bersama dengan tim penelifrannya membawakaa tema penelrtian tentanginsektisida alami dari daun tembakau.
Selain berstatus sebagai matrasisw4 Penulis yang menggemari dunia tulis-menulis dan
menggambar ini juga bekerja secara free lance dalam penulisan dan penyusunan
Laporan Tahunan/Tutup Bukubeberapakoperasi simpanpinjam di kabupaten Sleman.
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI