i MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Christina Jeany Ardilla NIM: 091124017 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Embed
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · dan membantuku dengan doa, semangat dan usaha yang begitu tulus dalam penyusunan skripsi ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
MAKNA CERITA
DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Christina Jeany Ardilla
NIM: 091124017
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan dengan tulus kepada:
Tuhan Yesus yang selalu setia menemani dan mendampingiku,
Mama dan Papa serta seluruh keluargaku tercinta,
para Dosen yang telah setia mendampingi dan membimbingku,
kampus IPPAK-USD yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman,
dan kepada siapa saja yang telah mendukung
dan membantuku dengan doa, semangat
dan usaha yang begitu tulus dalam penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Kehidupan adalah perjuangan yang tidak boleh kita hindari
tapi harus kita menangkan”
(St. Padre Pio)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2016
Penulis,
Christina Jeany Ardilla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Christina Jeany Ardilla
No. Mahasiswa : 091124017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH. Berdasarkan perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 15 Januari 2016
Yang menyatakan,
Christina Jeany Ardilla
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH” disusun berdasarkan pengalaman
melaksanakan praktek mengajar Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius
Kalasan Yogyakarta. Selama menjalankan praktek mengajar, penulis merasa
bahwa siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Hal tersebut terjadi karena selama pembelajaran di kelas penulis lebih banyak
menerangkan dan meminta siswa untuk mencatat dan menghafal yang diajarkan.
Sebenarnya ada bermacam-macam model, metode dan fasilitas pembelajaran,
akan tetapi ini tidak dimanfaatkan secara memadai. Salah satu metode tersebut
adalah penggunaan cerita.
Selama ini, para siswa menganggap cerita hanya sebagai hiburan atau
selingan pembelajaran di kelas. Sebenarnya, penggunaan cerita di dalam mata
pelajaran agama Katolik dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman
dan menggali makna dari materi pembelajaran. Selama ini, pemaknaan cerita di
dalam pembelajaran agama Katolik di kelas másih kurang mendapat perhatian
dari guru.
Karya tulis ini akan membahas persoalan tersebut dengan menggunakan
pendekatan studi pustaka. Sebagian besar teori, pendapat para ahli dan buku
referensi mengatakan bahwa cerita memiliki peranan yang besar dalam proses
pembelajaran karena cerita dapat membantu untuk mengungkap makna dan
memperdalam pemahaman. Cerita di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dapat berfungsi sebagai media komunikasi pewartaan iman karena cerita
mempermudah siswa di dalam memahami materi dan menemukan nilai-nilai
Kristiani dari pelajaran agama di kelas. Yesus juga menggunakan cerita untuk
mewartakan karya keselamatan Allah agar orang-orang dapat memahami tanda-
tanda karya keselamatan Allah. Cerita juga dapat menyentuh sisi afektif para
siswa sehingga mereka terdorong untuk mewujudkan nilai-nilai yang ditemukan
di dalam cerita-cerita yang digunakan.
Berdasarkan kajian teori dan refleksi dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan cerita di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik memiliki
manfaat yang lebih besar, tidak hanya sekedar hanya sebagai hiburan.
Pemaknaan cerita yang tepat akan sangat membantu siswa dalam
mengembangkan imanya dan juga dapat membangun suasana pembelajaran yang
lebih efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The thesis entitled THE MAKING SENSE OF STORIES IN THE
CATHOLIC RELIGION CLASS is based on the author’s personal experience
in doing the macro teaching in SD Kanisius Kalasan Yogyakarta. During the
macro teaching, the author felt that the students were not interested in the Catholic
Religion class. It was so because during the class, the author mostly employed
lecturing model and asked the student to note down and to learn the teaching
materials by heart. Anyway, there are various learning models, methods and
facilities, but they are not used adequately. One of the methods is the usage of
stories.
The students think that the usage of stories during the lesson is only for
amusement or intermezzo. Actually, the usage of stories during the lesson
purports to deepen the understanding and to make sense of the learning materials.
However, the making sense of stories in the Catholic Religion class gets less
attention from the teacher.
The thesis deals with this problem and employs the literature review
approach. Most of the theories, experts’ opinions and the literature references state
that the stories play a significant role in the learning process because the stories
facilitate the students to discover the meaning and to deepen the understanding.
The usage of stories in the Catholic Religion class are the medium of
communication to announce the faith and further the stories make ease the
understanding and the meaning discovery of the Christian values from the lesson.
Jesus also uses the stories to announce the God’s salvation in order to enable the
people to understand the signs of God’s salvation. The stories also touch the
affective side of the students so that the students are motivated to implement the
values which are found in the story.
Basing on the theoretical study and reflection, it is concluded that the
usage of stories in the Catholic Religion class serves for more benefit, not only for
amusement. A correct making sense of the stories facilitates the students to
develop their faith and creates more and more effective learning environment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
MAKNA CERITA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI
SEKOLAH.
Skripsi ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis sendiri dalam
pelaksanaan praktek mengajar Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Pendidikan
Agama Katolik adalah salah satu pendidikan iman yang membantu siswa
memperkembangkan imannya dan menjadi hal penting bagi perkembangan iman
anak, namun Pendidikan Agama Katolik kurang diminati para siswa. Oleh karena
itu skripsi ini disusun untuk membantu siswa mengungkap makna dalam
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dengan menggunakan cerita serta sebagai
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kesempatan ini, dengan tulus hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Romo Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J.,M.Ed selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang telah dengan tulus hati
meluangkan waktu penuh kesabaran mendampingi, membimbing,
memotivasi, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran serta
mengarahkan penulis dalam menuangkan gagasan-gagasan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Romo Dr. C. Putranta, SJ yang telah membimbing, memotivasi, membertikan
perhatian dan memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si. yang selalu mendukung, membantu
dan meluangkan waktunya serta berkenan menguji skripsi ini.
5. Mama dan Papa yang sangat penulis cintai dan kedua adik-adik penulis
Christiana Grace dan Christian S. Putra yang sangat penulis banggakan yang
selalu mendoakan, menyemangati, mendukung dan memberikan inspirasi
untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat: Monalissa Essy, Fransisca Chandra, Maria Susana, Adriana,
D. Cerita dalam PAK Relevan dengan Tujuan Afeksi Untuk Pendidikan
Agama Di Sekolah ..................................................................................... 75
E. Pesan Cerita dalam PAK di Sekolah Membantu Siswa Memperdalam
Imannya .................................................................................................... 76 BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ............................................................................................... 78
B. Saran ......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Seluruh singkatan yang terdapat di bawah ini merupakan singkatan yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini.
A. Singkatan Kitab Suci
Ef : Efesus
Kor : Korintus
Mat : Matius
Luk : Lukas
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
Komkat KWI : Komisi Kateketik Konferensi Wali Gereja Indonesia
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
No : Nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PUK : Petunjuk Umum Katekese
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
USD : Universitas Sanata Dharma
UUD : Undang-undang Dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan judul skripsi tersebut, yaitu: latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini merupakan
anugerah bagi kehidupan manusia karena dengan berkembangnya teknologi
manusia semakin dipermudah dalam menjalani setiap aktivitas kehidupan. Namun
di sisi lain teknologi juga bisa menjadi bencana yaitu ketika manusia tidak dapat
mempergunakannya dengan bijak. Teknologi memiliki banyak manfaat juga
termasuk bagi bidang pendidikan. Berkat teknologi model-model dan metode
pembelajaran semakin berkembang lebih menarik dan menyenangkan. Selain itu
teknologi juga menuntut siswa dan guru untuk semakin kreatif dan inovatif
khususnya dalam bidang pendidikan.
Di dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang
diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU
RI No 20/ 2003). Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik.
Pendidikan sangat luas cakupannya dalam kehidupan, baik di masyarakat,
keluarga, politik, rohani maupun lembaga-lembaga sosial yang tentunya memiliki
banyak bidang yang salah satunya adalah Pendidikan Agama Katolik. Pendidikan
Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memperteguh iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan
terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan kesatuan Nasional. Pendidikan Agama Katolik
khususnya yang dilakukan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah untuk membangun
hidup yang semakin beriman (Heryatno, 2008: 23). Membangun hidup beriman
kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus yang memiliki
keprihatinan tunggal yakni Kerajaan Allah.
Pendidikan Agama khususnya Pendidikan Agama Katolik di sekolah
sangat penting dan dibutuhkan untuk meneguhkan iman, menanamkan akhlak dan
budi dalam diri setiap orang. Dalam kenyataannya Pendidikan Agama Katolik
merupakam tuntutan dalam mencapai keberhasilan siswa di sekolah sehingga
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat diserap dan diterima siswa serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mampu diterapkan dalam hidup sehari-hari, akan tetapi yang diupayakan bagi para
siswa akan sia-sia jika kenyataannya para siswa kurang menangkap materi pada
Pendidikan Agama Katolik.
Pengajar memberikan ilmu Pendidikan Agama Katolik dengan
mewartakan kabar gembira. Pada Pendidikan Agama Katolik guru seharusnya
memberikan pengajaran dengan santai, gembira dan menyenangkan karena itu hal
yang efektif dilaksanakan dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Melalui
pengalaman mengajar baik di Sekolah Dasar maupun di Sekolah Menengah
Kejuruan, penulis mendapatkan situasi yang terjadi dalam Pendidikan Agama
Katolik di sekolah ketika guru menyampaikan materi dengan rangkuman dan
uraian mengenai pokok-pokok pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
mengakibatkan siswa kurang memperhatikan pelajaran. Dalam Pendidikan Agama
Katolik guru tidak hanya memberikan penjelasan mengenai ajaran-ajaran dan
aturan-aturan namun perlu memperhatikan perkembangan kondisi siswa yang
senang dengan hiburan, kebebasan bukan aturan dan ajaran ajaran.
Dalam situasi yang penulis temukan dan hadapi pada saat praktek
mengajar PAK di sekolah penulis mengubah cara belajar yang berbeda yaitu
dengan memberikan unsur cerita dalam pelajaran bukan saja mendikte. Karena
pada umumnya anak senang dengan unsur hiburan dan hal yang menyenangkan.
Cara yang dilakukan dengan menyampaikan materi dengan bercerita, bercerita
kejadian yang benar terjadi sehingga dengan cerita dapat menghantar siswa pada
imaginasi pemahaman masing-masing. Seperti salah satu contoh tema mengenai
percaya pada Allah dengan kesimpulan yaitu bila sungguh percaya pada Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
maka segala hal yang sulit terjadi dan sulit dilakukan akan menjadi mudah dan
ringan untuk dihadapi. Dengan memberikan unsur cerita pengalaman kejadian
nyata mengenai kekuatan percaya pada Allah siswa mendengarkan dan mudah
memahami apa yang disampaikan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
aktif dengan sharing dari masing-masing siswa yang pada akhirnya menemukan
masalah pada masing-masing siswa, berbagai masalah ditemukan seperti masalah
keluarga, persahabatan, ekonomi, maupun pelajaran. Cerita mampu menghantar
pada pemahaman yang lebih mendalalm khususnya pada pendidikan agama
Katolik di sekolah siswa dihantar menjadi lebih beriman dan merasakan kasih
karunia Allah yang menyelamatkan
Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah penggunaan berbagai sarana,
metode, dan model pembelajaran sangat dianjurkan untuk menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan, relevan, dan bermakna. Guru Pendidikan
Agama Katolik cenderung mengajar dengan menjelaskan atau memberikan
rangkuman yang membuat siswa kurang menarik pada pelajaran padahal anak
pada umumnya senang dengan sesuatu yang menghibur dan menyenangkan.
Untuk itu guru Pendidikan Agama Katolik harus pandai dalam mengolah dan
mempersiapkan media atau sarana dalam Pendidikan Agama Katolik sehingga
proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif.
Pendidikan menurut Johannes Muller dalam buku Pendidikan Kegelisahan
Sepanjang Zaman (Sindhunata, 115:2001) adalah segala upaya masyarakat serta
hasil-hasilnya yang bertujuan meneruskan dan menyediakan pengetahuan dan
keterampilan, sikap dan pola tingkah laku yang perlu demi kelangsungan ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kelangsungan masyarakat itu dengan menawarkan kesempatan yang sebaik
mungkin kepada semua orang demi perkembangan manusia seutuhnya maka
diperlukan berbagai sarana, model, dan metode yang dapat mendukung untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Pendidikan dalam arti umum memiliki tujuan. Begitu pula PAK memiliki
tujuan yaitu PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan,
kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan (Komkat KWI,2007: 7). Untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK
bisa didukung dengan sarana, metode, atau model pembelajaran yang sesuai.
Salah satu proses pembelajaran PAK yang menyenangkan dapat dibangun
dengan memasukan cerita-cerita di dalamnya. Cerita dalam pendidikan agama
Katolik sangat dekat dan tak dapat dilepaskan karena dalam PAK berisi cerita-
cerita terlebih dalam Kitab Suci berisi sejarah dan kenangan mengenai Allah,
alam semesta, para nabi, kisah-kisah mengenai Yesus yang disampaikan dalam
pelajaran pendidikan agama Katolik segala yang terangkum dalam PAK tidak
lepas dari unsur cerita.
Akan tetapi cerita dalam PAK kurang diperhatikan maknanya, kurang
diperhatikan karena pendidikan agama Katolik hanya dianggap sebagai kewajiban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
saja sehingga cerita hanya dianggap sebagai selingan atau hiburan dalam proses
pembelajaran. Melihat kenyataan yang terjadi, pengajar bertanggung jawab
memberikan pembelajaran yang menarik dan kreatif seperti yang dilakukan oleh
Yesus mengajar dengan bercerita. Cerita memiliki peranan penting dan dapat
digunakan dengan kreatif agar lebih menarik yaitu dengan memanfaatkan
teknologi saat ini seperti film, tayangan video maupun drama. Cerita mampu
menghantar dan membawa pemahaman yang lebih mendalaman dan berkesan
sehingga dapat lebih mudah diterima dan dipahami untuk diterapkan dalam
kehidupan.
Cerita adalah hasil pengalaman yang dikreasikan dengan imajinasi dan
disampaikan dengan media bahasa yang sesuai dengan dunia anak-anak.
Cerita anak bukan cerita yang ditulis anak-anak tetapi dengan
menggunakan sudut pandang anak-anak karena pada hakikatnya cerita
anak adalah cerita yang ditulis untuk anak-anak sehingga anak bisa
memahami cerita (Heru Kurniawan, 2013: 17-18).
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah proses pendidikan iman yang
diselenggarakan oleh gereja, sekolah ataupun dalam keluarga untuk membantu
peserta didik agar semakin beriman pada Tuhan Yesus sehingga nilai-nilai dapat
terwujud (Heryatno Wono Wulung, 2008:22). Dalam pendidikan Agama Katolik
perkembangan, peneguhan, pendewasaan iman sangat ditekankan. Cerita memiliki
pengaruh terhadap suatu hal yang dilakukan dalam segala kegiatan. Seperti
kegiatan belajar mengajar yang berbeda akan menumbuhkan ketertarikan siswa
dalam belajar sehingga mudah memahami pelajaran serta dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku siswa. Cerita akan mudah dipelajari karena ada unsur
ketertarikan pada suatu hal yang menghibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Cerita memiliki peranan penting dalam Pendidikan Agama Katolik
sehingga guru Pendidikan Agama Katolik perlu memperhatikan metode atau
sarana yang mendukung untuk pembelajaran yang efektif dan mudah ditangkap
siswa yaitu dengan menggunakan cerita dalam proses Pendidikan Agama
Katolik. Dengan memanfaatkan cerita proses belajar Pendidikan Agama Katolik
di sekolah menjadi lebih bermakna dan menarik. Dengan cerita mendukung
proses belajar mengajar untuk mudah dimengerti dan disatukan dengan
pengalaman nyata yang memudahkan memori untuk mengingat berbagai suasana
dalam cerita yang diwarnai kejadian nyata, kesan dan keindahan karena cerita
melibatkan seluruh panca indera, perasaan, kesan dan akhirnya seluruh kehidupan.
Mengingat siswa lebih senang dengan hal yang gembira, hiburan, bebas
dibandingkan dengan teori dan suatu ajaran saja.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
memaparkan peranan dan makna cerita dalam pendidikan agama katolik di
sekolah. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul “MAKNA CERITA DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan dalam skripsi ini yaitu:
1. Banyak siswa tidak tertarik pada pelajaran PAK.
2. Model atau metode belajar yang digunakan oleh guru kurang menarik
perhatian siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Guru kurang memanfaatkan sarana dan media yang tersedia pada zaman ini.
4. Cerita-cerita mengenai Kitab Suci dan cerita-cerita yang relevan untuk
pengajaran iman kurang diperhatikan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan materi di atas, penulis akan membatasi dan
memfokuskan masalah pada pemanfaatan cerita dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
D. Perumusan Masalah
1. Apa peranan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
2. Apa saja cerita yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik di sekolah?
3. Bagaimana memaknai cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
E. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan peranan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
2. Memaparkan cerita-cerita apa saja yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
3. Menjelaskan tentang cara memaknai cerita dalam Pendidikan Agama Katolik
di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
Dengan adanya penulisan karya tulis ini akan ditemukan metode atau
sarana yang menarik dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Dengan
pembelajaran yang menarik siswa akan terbantu dalam perkembangan iman dan
membantu menemukan nilai-nilai iman Kristiani akan karya keselamatan Allah.
Dengan skripsi ini para guru Pendidikan Agama Katolik menemukan metode atau
sarana untuk menggunakan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
Pada bab ini penulis akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan
Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah dan PAK di sekolah sebagai bagian
dari Pendidikan Nasional.
A. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Pada hakekatnya PAK di sekolah adalah sebagai proses komunikasi iman.
Sebagai komunikasi iman pendidikan agama Katolik perlu menekankan sifatnya
yang praktis. Bersifat praktis berarti Pendidikan Agama Katolik lebih
menekankan tindakan dari pada konsep atau teori. Oleh sebab itu Pendidikan
Agama Katolik lebih menekankan proses perkembangan, pendewasaan iman,
serta peneguhan pengharapan, dan perwujudan kasih terhadap sesama (Heryatno
Wono Wulung, 2008: 15-16).
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan iman yang
diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya
untuk membantu peserta didik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
mereka. Dengan demikian yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan
iman, dan demi kebebasan manusia (Heryatno Wono Wulung, 2008: 22). Romo
Van Lith menegaskan bahwa tujuan pendidikan katolik adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
memperkembangkan humanisme Katolik yaitu harus membantu peserta didik
untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial. Pendidikan dipahami sebagai
jalan, tempat atau pewarta menuju transformasi sosial (Heryatno Wono Wulung,
2008: 13-14).
Demi tujuan tersebut, pendidikan agama Katolik diusahakan oleh Gereja,
dan terlaksana dalam keluarga katolik, dalam jemaat dan dalam sekolah terutama
sekolah katolik. Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya dilaksanakan oleh
jemaat sebagai paguyuban umat beriman Kristiani terutama untuk para
anggotanya demi pendewasaan dan pengembangan penghayatan dan pengalaman
iman akan Allah Bapa dalam Yesus Kristus oleh kekuatan Roh Kudus.
1. PAK di Sekolah bagian dari Katekese
Paus Yohanes Paulus II memberikan ajakan tentang katekse yaitu dalam
hubungannya dengan keluarga, sekolah perlu menyelenggarakan katekese dengan
kemungkinan-kemungkinan yang tidak boleh diabaikan. Katekese tersebut berupa
pendidikan agama yang diintegrasikan dengan hidup. Pendidikan hidup beriman
dalam lingkup sekolah merupakan tugas Gereja dalam memperkembangkan iman.
Katekese adalah pendidikan iman yang terus-menerus selama manusia
hidup di dunia. Pendidikan iman tersebut meliputi pengenalan akan kebenaran-
kebenaran yang diwahyukan untuk membawa manusia pada perubahan sikap yang
kemudian diwujudkan dalam tindakan sebagai usaha semakin mendekatkan diri
kepada Kristus (Telambuana, 2005: 48). Selain itu katekese adalah suatu bagian
integral, pemakluman Injil yang pertama disusul dengan hubungan erat antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
katekese dengan sakramen inisiasi Kristen. Hal ini kemudian dipahami sebagai
hidup menggereja yang terus menerus dalam iman teristimewa pada pelajaran
agama di sekolah bersama dengan pendidikan keluarga Kristen yang membina
kaum muda (PUK, Art. 60). Dengan demikian Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan bagian dari katekese karena PAK bertujuan untuk membantu
siswa agar beriman semakin mendalam dan memiliki kesadaran untuk terlibat
dalam kehidupan menggereja juga kehidupan di masyarakat.
a. Katekese sebagai Pendidikan Iman
Berdasarkan arti kata, katekese berasal dari bahasa Yunani Katechein,
bentukan dari kata „Kat‟ yang berarti meluas atau pergi, dan „echo‟ yang berarti
menggemakan atau menyuarakan. Dengan demikian katechein berarti perwartaan
secara meluas tentang suatu berita.
Pewarta Kabar Gembira yang utama dan pertama adalah Yesus Kristus.
Dia mewartakan Kerajaan Allah, dan pewartaannya sebagai Kabar Gembira
dirumusakan di dalam Injil (PUK, Art. 34). Pewartaan kabar Gembira yang telah
dimulai oleh Yesus kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya. Melalui
katekese umat beriman menyampaikan kata-kata dan perbuatan Wahyu,
memaklumkan dan menceritakan sekaligus memperjelas misteri yang ada di
dalamnya (PUK, Art. 39).
Komkat KWI memberikan tekanan pada katekese yaitu sebagai
komunikasi iman dari pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
meneguhkan iman para peserta. Untuk itu katekese adalah pendidikan yang di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalamnya terdapat pewartaan iman yang dapat saling meneguhkan iman masing-
masing peserta dengan pengalaman iman yang dapat mendekatkan diri dengan
Kristus yang terungkap dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Katekese sebagai pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya
pewartaan Gereja yang bertujuan untuk membantu umat beriman agar imannya
semakin mendalam dan supaya mereka semakin terlibat dalam kehidupan
menggereja dan masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok (Adisusanto,
1995:3). Dengan demikian katekese membuat setiap orang diundang untuk
bertobat, lebih mendekatkan diri dan mengimani Yesus. Pendidikan iman ini
diharapkan berlangsung terus-menerus sepanjang hidup manusia di dunia.
b. Katekese sebagai Pelayanan Sabda
Pelayanan sabda adalah salah satu bentuk dari katekese. Tidak ada
katekese yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji, Kerajaan Allah, Putra Allah,
Yesus dari Nasaret tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid Kristus
juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh dalam
hidup Kristiani mereka (PUK, Art. 50). Katekese sebagai pelayanan sabda
memiliki fungsi yaitu:
1) Dikumpulkan dan dipanggil kepada iman
Fungsi ini merupakan perintah misioner Yesus yang ditujukan kepada
orang-orang yang tidak beriman yaitu mereka yang memilih untuk tidak
percaya, orang-orang Kristen yang ada di ambang batas hidup Kristiani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mereka yang memeluk agama-agama lain. Selain itu fungsi ini juga ditujukan
kepada anak-anak dari keluarga Kristiani.
2) Inisiasi
Mereka yang karena rahmat memilih untuk mengikuti Yesus kemudian
diperkenalkan dengan hidup iman, liturgi dan cinta kasih Umat Allah. Untuk
mencapai pada fungsi ini katekese memiliki peranan penting terutama
katekese mengenai sakramen-sakramen inisiasi yang akan atau sudah
diterima. Pendidikan Kristen dalam keluarga dan pelajaran agama di sekolah
juga memiliki fungsi mengawali.
3) Pendidikan iman
Katekese ini ditujukan bagi orang-orang Kristen yang sudah
diperkenalkan oleh unsur dasar iman Kristen namun masih perlu memupuk
dan memperdalam iman selama hidup. Fungsi ini dilaksanakan melalui
banyak bentuk antara lain: sistematis atau kadang-kadang, individual atau
komunal, diatur atau spontan.
4) Fungi Liturgis
Pelayanan sabda juga mempunyai fungsi liturgis karena pelayanan
sabda merupakan bagian utuh dari suatu tindakan sakral. Homili adalah
bentuk pelayanan sabda yang paling penting dalam suatu liturgi. Pelayanan
sabda menjadi persiapan langsung bagi penerimaan sakramen-sakramen yang
berbeda, perayaan sakramental dan yang terpenting partisipasi umat beriman
dalam Ekaristi, dan sebagai sarana pendidikan iman yang pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Katekese sebagai pelayanan sabda memiliki banyak fungsi yaitu untuk
pertobatan, pendidikan iman baik dalam keluarga maupun dalam lembaga-
lembaga pendidikan, selain itu pelayanan sabda diberikan secara
berkesinambungan guna memupuk iman dan mendewasakan iman.
c. Katekese sebagai Ilmu
Kateketik adalah teori tentang katekese, refleksi atas karya Gereja, ilmu
yang mengajarkan bagaimana mewartakan ajaran Kristus kepada kaum muda dan
dewasa. Kateketik adalah ilmu pendidikan agama atau ilmu bina iman, yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan pembinaan iman
(Telaumbanua, 2005: 6). Kateketik sebagai ilmu pendidikan agama atau ilmu bina
iman telah cukup lama ditekuni, khususnya dalam hal praksis bina iman yang
dinamai katekese (Telambuana, 2005: 13). Sedangkan menurut Purwatma (2012:
155) ilmu kateketik adalah sebuah studi ilmiah perihal katekese dengan
menggunakan metode dan sistem yang spesifik. Perkembangan paham, tujuan,
model, sarana dan kedudukan katekese dalam Gereja serta hubungan katekese
dengan ilmu pendidikan ikut membantu memperkembangkan ilmu kateketik
sehingga umat semakin berkembang dalam iman dan penghayatan hidup akan
Yesus Kristus yang menyelamatkan.
1) Objek Formal
Objek formal dalam ilmu kateketik memiliki tiga aspek penting yaitu
komunikasi iman, pewartaan dan pendidikan iman.
a) Komunikasi iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Dalam PPKI II yang berlangsung di Klender Jakarta menjelaskan bahwa
katekese umat adalah komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan
iman) antara anggota jemaat beriman. Dalam katekese, umat dituntut untuk
mampu bersaksi tentang imannya akan Yesus Kristus sebagai pola hidup umat
beriman dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Baru sebagai dasar
penghayatan iman umat kristiani sepanjang hidupnya. Telambuana (2005: 86)
juga mengungkapkan bahwa katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada
situasi konkret setempat dan berpola pada Yesus Kristus adalah sumber iman
yang utama menuju pada hidup Kristiani yang utuh.
Katekese umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama
dalam iman yang sederajat tanpa pandang bulu untuk terus bersaksi tentang iman
mereka secara terbuka ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan satu
sama lain (Telambuana, 2005: 87-88). Komunikasi iman juga diharapkan mampu
membantu peserta agar menghayati imannya di dalam kenyataan hidupnya atau
kebudayaan dan cara berpikirnya sendiri. Perjumpaan antara kenyataan hidup
peserta dengan kekayaan iman Kristiani, membantu mereka supaya sampai pada
penghayatan iman yang menyeluruh, yang membawa mereka pada kematangan
atau kedewasaan iman (Heryatno Wono Wulung, 2008: 50).
b) Pewartaan Sabda
Pewartaan yang menyampaikan Wahyu kepada dunia, dilaksanakan dalam
perkataan-perkataan dan perbuatan. Pelayanan sabda adalah unsur pewartaan yang
fundamental. Tidak ada pewartaan yang benar kalau nama, ajaran, janji-janji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kerajaan Allah, Putra Allah tidak diwartakan. Mereka yang sudah menjadi murid
Kristus juga harus disuburkan dengan sabda Allah agar mereka dapat bertumbuh
dalam hidup Kristiani mereka (PUK, art. 50).
Katekese bukan hanya membuat orang saling berkontak satu sama lain,
namun ada kemesraan dengan Yesus kristus. Mewartakan Kabar Gembira
merupakan kesatuan dengan Yesus Kristus. Persatuan dengan Yesus Kristus
membawa murid-murid menyatukan diri dengan segala sesuatu yang
mempersatukan Yesus Kristus secara mendalam dengan Allah Bapa dan dengan
Roh Kudus (PUK, Art. 80)..
c) Pendidikan Iman
Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam
iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat
lainnya untuk membantu peserta agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup
mereka, sehingga yang menjadi tujuan PAK ialah demi terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah-tenggah hidup mereka, demi kedewasaan iman dan demi
kebebasan manusia (Heryatno Wono Wulung, 2008: 22). Adapun titik tolak dari
pendidikan iman itu sendiri yaitu proses perkembangan iman yang nampak dalam
pertobatan kita sebagai umat beriman. Pertobatan merupakan kesediaan sikap dan
tindakan manusia untuk mendalami hidup. Orang yang bertobat menanggalkan
manusia lamanya dan mengenakan manusia baru dengan berbalik kepada Kristus
(Adisusanto, 1995: 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2) Objek Material
Objek material ilmu kateketik adalah iman (Tradisi Gereja) dalam
pengalaman hidup. Iman dalam Tradisi Gereja dan dalam pengalaman hidup akan
diuraikan sebagai berikut:
a) Iman
Iman merupakan tanggapan manusia terhadap sabda Allah, manusia tidak
bisa bersifat pasif atau menutup diri tetapi harus memberi tanggapan dengan
memutuskan sikap yang tepat dalam keseluruhan rencana keselamatan Allah
(Adisusanto, 1995: 3). Iman mencakup perubahan hidup, suatu pertobatan yakni
perubahan budi dan hati yang mendalam, iman yang membuat seorang beriman
menghayati pertobatan itu. Iman dan pertobatan muncul dari hati yakni muncul
dari kedalaman pribadi manusia dan melibatkan seluruh keberadaannya melalui
perjumpaan dengan Yesus Kristus dan kesetiaan kepada-Nya (PUK, art.55).
Telaumbanua (2005: 52) juga mengatakan “pertobatan lebih pada usaha
pembaharuan diri yang terus-menerus yang dilakukan dalam seluruh proses
pembangunan iman secara pribadi.”
Katekese merupakan bentuk khusus yang mematangkan pertobatan awal
untuk menjadikan suatu pengakuan iman yang nyata hidup dan berbuah.
Permandian erat dengan pengakuan iman bersifat Tritunggal. Gereja
mempermandikan “dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Orang-orang
Kristen menyerahkan hidup kepada Allah Tritunggal. Katekese membantu
mematangkan pengakuan iman dan pemaklumannya terdapat di dalam Ekaristi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menjadi penting untuk menyatukan pengakuan iman kepada Kristus akan cinta
Allah dan sesama menyatakan keberadaan dan tindakan-Nya (PUK, Art 82).
Iman dengan mana manusia menanggapi pewartaan Injil menuntut
permandian, yang didasarkan pada kehendak Kristus sendiri yang memerintahkan
murid-Nya untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya dan mempermandikan
mereka, misi ini merupakan misi untuk mewartakan Kabar Gembira. Mereka yang
sudah bertobat kepada Yesus Kristus dan telah dididik dalam iman melalui
katekese, dengan menerima sakramen-sakramen inisiasi Kristen (Permandian,
Krisma dan Ekaristi) dibebaskan dari kekuasaan kejahatan melalui sakramen-
sakramen inisiasi Kristen (PUK, Art. 65).
b) Pengalaman Hidup
Pengalaman membangkitkan dalam diri manusia, minat, pertanyaan-
pertanyaan, harapan-harapan, Kecemasan-kecemasan, perenungan dan penilaian-
penilaian semuanya bertemu untuk membentuk suatu hasrat untuk mengubah
eksistensinya. Adalah tugas katekese membuat orang sadar akan pengalamannya
yang paling dasar, membantu mereka menilai dalam terang injil pertanyaan dan
kebutuhan yang muncul dari pengalaman itu, serta mendidik hingga sampai pada
suatu cara hidup yang baru yang membuat setiap pribadi sanggup bertindak
dengan aktif dan penuh tanggung jawab di hadapan karunia Allah (PUK, Art.
152).
Pengalaman hidup peserta meliputi segala kegiatan hidup sehari-hari
termasuk kegiatan rohani seperti hidup doa, perayaan iman dan devosi-devosi
termasuk juga permasalah serta kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menekan seperti kekuatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan,
kebahagian, cita-cita serta pengharapan. Dengan bertitik tolak dari pengalaman
hidup peserta, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan dan sungguh
menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan peserta karena setiap peserta
memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini maknanya dan dipahami sebagai
suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidup (Heryatno Wono Wulung,
2008: 50).
2. Hakikat PAK di Sekolah
a. PAK di sekolah bagian dari Pendidikan Iman
Iman adalah pemberian Allah yang anugerah-Nya menyentuh inti batin
seseorang dan membimbing seseorang ke arah hubungan yang hidup dengan
Allah di dalam Yesus Kristus. Iman adalah “pemberian Allah” (Ef. 2:8) dan
“Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Kor. 3:7). Secara kognitif iman
merupakan kegiatan percaya. Para pendidik khususnya para pengajar PAK
bertugas untuk mengajarkan iman yang mampu memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk memperdalam dan memperluas pemahaman mengenai iman.
Secara afektif iman adalah kegiatan mempercayakan yaitu mempercayakan semua
pada kehendak Kristus dan mampu menanggapi undangan dengan rasa percaya
bahwa Allah yang setia yang menyelamatkan oleh kuasa Roh Kudus.
Pendidikan agama di sekolah harus membantu pertumbuhan spiritual
yaitu membantu mendekatkan diri dengan Allah seperti memberi kegiatan doa,
dengan doa membuat peserta didik merasakan kehadiran Allah memiliki rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
hormat dan rasa kagum pada kebaikan yang Allah berikan (Thomas Groome,
2010:109).
Pendidikan iman di sekolah berlangsung secara struktur sesuai dengan
perkembangan anak dan tingkatannya dengan sengaja memperkembangkan iman
peserta didik secara menyeluruh sebagai tujuan utama. Dengan begitu pendidikan
agama Katolik di sekolah salah satunya bertujuan memperkembangkan iman
peserta didik untuk lebih mengenal Allah lewat pendidikan agama di sekolah
berupa cerita ataupun kutipan kitab suci yang membawa peserta didik lebih
mengenal Yesus selain membantu memperkembangkan iman membuat peserta
didik memiliki nilai moral juga sikap seperti yang diteladankan Yesus sehingga
dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
b. PAK di sekolah bagian dari Pelayanan Sabda
Pendidikan agama katolik di sekolah diberikan para pendidik yaitu guru
yang memiliki peran penting dalam melayani dan mengajar peserta didik di
sekolah. Secara khusus pendidikan agama harus mempresentasi Yesus ketika
melayani peserta didik dengan pelayanan sabda yang berkenaan dengan inkarnasi
(Thomas Groome, 2010:390). Merepresentasikan Yesus karena “ Dia yang
memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita Injil, gembala-gembala dan
pengajar-pengajar untuk melengkapi orang beriman bagi pekerjaan pelayanan
dalam membangun Tubuh Kristus” (Ef. 4:11-12).
Para pendidik atau guru memiliki jabatan mengajar yaitu memberikan
pelayanan sabda dengan memberitakan Injil, dari Injil diharapkan tidak berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
disitu saja namun para pendidik perlu membawa peserta menuju perwujudan
nyata yang konkrit dalam hidup. Misalnya pelayanan sabda memberitakan Injil
mengenai sikap saling mengasihi tidak hanya diwartakan saja namun perlu
diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari seperti saling mengasihi dengan
teman, tetangga atau toleransi antar umat beragama. Pelayanan sabda dalam
pendidikan agama di sekolah tidak hanya berkotbah menyampaikan firman akan
tetapi membentuk peserta didik hidup sesuai dengan ajaran Kristus yang mampu
mewujudkan tindakan konkrit dalam hidup sehari-hari. Selain itu para pendidik
harus mampu membuat peserta didik mengenal Allah dan menghadirkan Allah
yang menyelamatkan dalam diri peserta didik.
Oleh karena itu pendidik dan peserta didik memiliki peran penting yang
saling membutuhkan dan meneguhkan dalam pendidikan agama katolik di sekolah
khususnya seorang pendidik yang memiliki kewajiban memberikan pelayanan
sabda kepada peserta didik, pendidik juga berperan sebagai seorang fasilitator
yang menuntun peserta didik dalam pembentukan iman yag terus menerus dalam
hidup sesuai sabda.
c. PAK di Sekolah bagian dari Ilmu Katekese
Pendidikan Agama Katolik bila dilihat dalam arti sempit adalah
pendidikan agama yang bertujuan agar peserta didik memiliki pandangan
Kristiani dalam kehidupa sehari-hari dan berkembang terus menerus menjadi
pribadi yang beriman .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Dalam sidang PKKI di Klender mengatakan tentang katekese sebagai
komunikasi iman yaitu proses tukar menukar pengalaman iman dari satu peserta
kepada yang lainnya. Dari proses tersebut peserta mendapatkan ilmu dan
pengetahuan berupa pengalaman yang berguna bagi pengetahuan imannya.
Dengan sharing pengalaman iman kita mendapat ilmu yang bisa meneguhkan
iman dan meneguhkan iman sebagai seorang Kristiani.
Dengan demikian pendidikan agama Katolik di sekolah adalah bagian dari
ilmu katekese yang baik karena didalamnya terdapat praktek keagamaan
pendidikan agama Katolik secara khusus. Jadi Pendidikan agama katolik di
sekolah sebagai ilmu yang mampu menghantar peserta didik memahami
pendidikan Kristiani lewat komunikasi iman. Dari proses komunikasi iman
peserta didik menunjukan dirinya sebagai seorang Kristiani yang sejati karena
dorongan timbul dari dalam diri bukan dari luar, dorongan untuk semakin beriman
kepada Kristus dan bertindak sesuai ajaran Kristiani. Pendidikan agama Katolik di
sekolah adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses belajar mengajar yang
mampu membentuk kepribadian peserta didik yang menyeluruh menuju sosok
pribadi yang berkembang dan semakin beriman.
3. PAK di Sekolah bagian dari Pendidikan Nasional
Pancasila pada sila pertama menegaskan tentang Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu negara menghormati Tuhan sebagai Yang Maha Esa sebagai pencipta
alam semesta. Maka dalam pendidikan hidup beriman dalam konteks sekolah
sangat penting diberikan karena memperkembangkan iman dan kepercayaan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pada Tuhan. Dengan diberikan pendidikan agama di sekolah dapat memberikan
pendekatan pada anak sekaligus mendekatkan diri anak dengan Tuhan selain itu
menjadi bekal budi pekerti dan akhlak ana-anak.
Pendidikan merupakan sarana yang paling utama dan penting dalam hidup,
karena dengan pendidikan dapat menjadikan masyarakat memiliki kualitas dalam
menjalani kehidupan. Karena pentingnya pendidikan maka negara membuat
Undang-undang Dasar 1945 yang berisi berbagai hal mengenai peraturan negara
salah satunya menyelenggarakan sistem pendidikan nasional. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan bakat peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara demokratis, serta bertanggung jawab.
Di dalam Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan
yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU
RI No 20/ 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga
penerapan pendidikan harus diselenggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan
Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Menurut UU RI no 20/ 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional jenis pendidikan dilaksanakan dalam rangka
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan ke perguruan tinggi.
Untuk itu agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
karena sebagai pegangan dlam mewujudkan hidup yang memiliki nilai yang
bermakna. Sehingga pendidikan agama sangat penting diberikan pada anak baik
itu dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah. Dengan pendidikan agama di
sekolah membuat peserta didik beriman memiliki spiritual dan akhlak yang sesuai
dengan ajaran agama. Pendidikan dilakukan secara berkesinambungan sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memiliki toleransi dengan umat
beragama lain sehingga tercipta persaudaraan dan persatuan nasional.
Dengan begitu Pendidikan Agama Katolik di sekolah meruoakan salah
satu bentuk usaha untuk memampukan peserta agar dapt menghayati kehadiran
Allah, menanggapi panggilan Allah dan mendekatkan diri dengan Allah sehingga
dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Dengan PAK di sekolah membuat
peserta semakin menghayati imannya dan mendewasakan iman peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
B. Konteks PAK di Sekolah
Dalam konteks PAK di Sekolah terdapat beberapa elemen penting yaitu
keluarga, masyarakat, Gereja dan sekolah, keempat hal tersebut menjadi penting
karena memiliki hubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam
konteks sosial membantu memperkembangkan kepribadian dan hati nurani,
memberikan rasa aman, memberi semangat dan arah yang jelas dalam hidup
pribadi masing-masing peserta. Bila satu sama lain saling bersinergi dan
bekerjasama dengan baik akan membentuk pendidikan yang utuh dan kontekstual
(Heryatno Wono Wulung, 2008: 39).
1. Sosialisasi Menjadi Manusia yang Matang
Sosialisasi merupakan proses yang panjang dan membutukan waktu lama
dimana seseorang memasukan diri dan dimasukan dalam etos hidup bersama.
Dalam proses tersebut manusia menghadapi pengaruh konteks sosial yang berupa
tatanan hidup, nilai yang dianut, corak tingkah laku yang diharapkan dan lain
sebagainya (Heryatno Wono wulung, 2008:41).
Sosialisasi memerlukan waktu yang lama karena didalamnya manusia
harus berinteraksi dalam berbagai hal dalam lingkungan, masyarakat, budaya dan
dengan sesama. Dalam komponen yang bersamaan tersebut saling mempengaruhi
dan memperkembangkan. Dalam lingkungan sekolah anak belajar besosialisasi
dengan teman, guru, adik kelas, kakak kelas maupun lingkungan sekolahnya. Jika
anak tersebut dapat bersosialisasi dengan baik maka akan mempengaruhi hal baik
dalam dirinya dan membawa dampak yang baik juga dalam hidup pribadinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pendidikan, pergaulan maupun dengan teman di seolahnya. Sosialisasi memiliki
dampak besar dalam hidup karena memberikan hasil yang positif dan
memperkembangkan manusia menjadi pribadi yang dewasa dan matang.
2. Sosialisasi Menuju Manusia yang Beriman dan dewasa
Menjadi manusia Kristiani yang mantap dan dewasa sejajar dengan
sosialisasi menuju manusia yang matang, kita perlu berinteraksi dengan sesama
dan jemaat lainnya (Heryatno Wono Wulung, 2008:46). Iman kita dibentuk dan
dilkembangkan melalui interaksi tersebut. Pendidikan Agama Katolik di sekolah
bertitik tolak pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan peserta didik
mampu menuntun dan mengarahkan untuk menjadi manusia Kristiani yang
beriman.
3. Pendekatan Dialektis dalam Proses Sosialisai
Proses sosialisasi dlam Pendidikan agama Katolik membutuhkan proses
edukasi yang kritis yang memiliki hubungan dialektis antara jemaat satu dan
lainnya. Yang diperlukan tidak saja hanya perubahan namun mampu
menyesuaikan diri, menginternalisasi nilai, pandangan hidup yang sudah lama
dimiliki. Maka dari itu pendidikan Agama Katolik adalah proses sosialisasi dan
edukasi yang kritis dan bernilai emansipatif. Dialektika mendorong Gereja untuk
bersikap kritis pada dirinya dan tatanan hidup masyarakat.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah membutuhkan komunitas iman yang
kritis yang dapat membantu peserta didik tidak hanya memperkebangkan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sendiri namun memperkembangkan seluruh segi sosial yang bertolak dari
kenyataan hidup peserta sehingga membantu mendewasakan dan
memperkembangkan imannya bukan hanya segi kognitif namun sikap dan
tindakan bagi masyarakat dan sesama.
C. Tujuan PAK di Sekolah
PAK di Sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan,
kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan (Komkat KWI,2007: 7).
Heryatno (2008:25) mengatakan bahwa pada hakekatnya tujuan PAK yaitu,
demi terwujudnya Kerajaan Allah, iman yang selalu berkembang.
1. Demi Terwujudnya Kerajaan Allah
Tujuan orang memeluk agama adalah untuk mendapatkan kebahagian
dunia dan akhirat. Agama Katolik juga menawarkan kebahagian di dunia dan di
surga. Terciptanya kebahagian di dunia dan di surga ini dalam bahasa Katolik di
istilahkan terciptanya Kerajaan Allah yaitu jika Allah sudah meraja maka di situ
akan tercipta suatu kebahagian. Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
adalah untuk menyelamatkan jiwa. Jika Allah sudah meraja maka tentu kita akan
selamat dan bahagia karena kita adalah Anak-anakNya.
Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik di Sekolah harusnya mampu
menggerakkan siswa untuk ikut mengambil bagian demi terciptanya Kerajaan
Allah. Artinya Pendidikan Agama Katolik harus mampu membuat siswa merasa
bahagia dan berbagi kebahagian dengan orang-orang di sekitar lewat sikap dan
tindakan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran Katolik. Dengan demikian
Kerajaan Allah di surga akan hadir secara nyata lewat sikap dan tindakan yang
memberi kebahagian bagi orang di sekitar.
Terwujudnya Kerajaan Allah menjadi tujuan utama dalam PAK di
Sekolah, karena Kepercayaan kita kepada Allah memimpin kita untuk menyadari
dan mengingat bahwa Kerajaan Allah adalah pemberian. Dalam arti yang definitif
Kerajaan telah datang dalam Yesus Kristus. Keselamatan telah dimenangkan bagi
kita. Karena Kerajaan Allah telah hadir dan kedatangannya yang terakhir
dijanjikan dapat dipercaya, kita dapat menjalani masa kini dengan suka cita,
damai dan bahagia.
2. Iman Yang Selalu Berkembang
Iman Katolik sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang
esensial, yaitu keyakinan, hubungan yang penuh kepercayaan dan kehidupan
agape yang hidup. Maksud dari agape di sini adalah iman tumbuh karena ada rasa
keyakinan, kepastian dan kepercayaan yang penuh. Tidak berhenti di situ, iman
yang tumbuh karena keyakinan dan kepercayaan akan Yesus Kristus harus
dihayati secara penuh dan dilaksanakan secara penuh juga dalam hidup sehari-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hari. Iman adalah sebuah realitas yang hidup, maka tiga dimensi tersebut
diekspresikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu iman sebagai keyakinan (faith as
believing), iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting) dan iman
sebagai kegiatan melakukan (faith as doing). Ketiga dimensi dan kegiatan ini
harus ada dalam pendidikan agama (Groome, 2010: 81).
Menurut Gravissimum Educationis yaitu pernyataan Konsili Vatikan II
tentang Pendidikan Kristen tujuan PAK, tampak dalam artikel yang ada (art 1-9).
Dalam Artikel 2 mengatakan bahwa semua orang Kristen berhak atas pendidikan
kristen. Alasannya karena telah dilahirkan kembali dalam air dan Roh Kudus
(dibaptis). Pendidikan tidak hanya bertujuan mematangkan pribadi manusia saja
(bdk. art. 1), melainkan juga bertujuan utama agar orang yang telah dibaptis