Top Banner
DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT, DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Palma Aprilia Talino Batuah NIM :108114149 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

May 30, 2019

Download

Documents

haliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT,

DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Palma Aprilia Talino Batuah

NIM :108114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

i

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT,

DAN PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Palma Aprilia Talino Batuah

NIM :108114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“There is only one way to learn. It’s through action.

Everything you need to know you have learn through your

journey.”

Paulo Coelho

Kupersembahkan karya ini untuk :

Tuhan Yesus,

Ayah dan ibu, kak icha, dek ria, sahabat,

dan semua orang yang memerlukan naskah skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

v

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, kasih dan

kesempatan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “DAYA

ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL, FRAKSI ETIL ASETAT, DAN

PERASAN DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain)

TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus ATCC 25923 DAN

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi (S. Farm) program studi

fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan,

dukungan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji

yang telah memberi bimbingan, dukungan, saran dan meluangkan waktu

untuk berdiskusi bersama Penulis dalam proses pembuatan skripsi ini.

3. Dosen Penguji, Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan, kritik, dan

saran yang berhubungan dengan skripsi penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

vi

4. Dosen Penguji, Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt. yang telah

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan bimbingan, kritik, dan

saran yang berhubungan dengan skripsi penulis.

5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Christophori Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan semangat

kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi Penulis.

7. Bapak Wagiran, Bapak Mukminin, Mas Sigit, Mas Andri beserta Laboran dan

karyawan lain yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Maria Dwi Jumpowati, S. Si. yang telah bersedia menyediakan waktunya

untuk berdiskusi, memberikan saran, dan semangat untuk Penulis.

9. Teman-teman FKK B 2010 Farmasi Universitas Sanata Dharma atas

dukungan, semangat, dan canda tawa yang selalu menyeimbangkan

kejenuhan yang dialami Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakak, Adik, dan teman-teman senasib sepenanggungan angkatan 2010 di

Asrama Syantikara yang memberikan warna-warni kehidupan bagi Penulis

selama menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

vii

12. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu yang telah

membantu secara langsung maupun tidak langsung demi kelancaran skripsi

ini.

Penulis menyadari dalam penulisan naskah skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun

agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi

ini dapat berguna dan bermanfaat terutama demi kemajuan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu Farmasi, lebih khusus lagi dalam bidang Mikrobiologi Farmasi.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

PRAKATA ............................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

INTISARI ............................................................................................... xvii

ABSTRACT ............................................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR ................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1

1. Rumusan masalah............................................................................ 4

2. Keaslian penelitian .......................................................................... 4

3. Manfaat penelitian .......................................................................... 6

B. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 6

1. Tujuan umum ................................................................................. 6

2. Tujuan khusus ............................................................................... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 8

A. Infeksi Luka Bakar .............................................................................. 8

B. Tanaman Sansevieria ........................................................................... 9

C. Ekstraksi .............................................................................................. 11

D. Kromatografi Lapis Tipis ..................................................................... 13

E. Senyawa Fitokimia .............................................................................. 15

F. Staphylococcus aureus ......................................................................... 18

G. Pseudomonas aeruginosa..................................................................... 19

H. Metode Uji Kepekaan Antibakteri ........................................................ 21

I. Landasan Teori .................................................................................... 22

J. Hipotesis .............................................................................................. 23

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................... 24

A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................ 24

B. Variabel dan Definisi Operasional........................................................ 24

1. Variabel penelitian ............................................................................ 24

2. Definisi operasional ........................................................................... 25

C. Bahan Penelitian .................................................................................. 26

D. Alat Penelitian ..................................................................................... 26

E. Tata Cara Penelitian ............................................................................. 27

1. Determinasi daun S. trifasciata .......................................................... 27

2. Pengumpulan bahan daun S. trifasciata ............................................ 27

3. Pembuatan ekstrak daun S. trifasciata dengan metode maserasi ........ 27

4. Pembuatan fraksi etil asetat daun S. trifasciata dengan metode fraksinasi 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xii

5. Pembuatan perasan daun S. trifasciata ............................................... 28

6. Preparasi mikroba uji ........................................................................ 28

7. Sterilisasi peralatan dan media .......................................................... 29

8. Pengujian potensi antibakteri secara metode difusi sumuran ............. 29

9. Pengujian kepekaan antibiotik dengan menentukan nilai KHM dan KBM

dengan dilusi padat ........................................................................... 31

10. Uji fitokimia ekstrak daun S. trifasciata ............................................ 32

11. Kromatografi Lapis Tipis (Uji Penegasan Senyawa Flavonoid) ........ 34

F. Analisis Hasil ...................................................................................... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 36

A. Pengumpulan Bahan dan Identifikasi Daun Sansevieria trifasciata ... 36

B. Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata ................................................ 37

C. Maserasi, Fraksinasi, dan Pemerasan Daun S. trifasciata .................. 38

D. Pengujian Potensi Antibakteri Secara Metode Sumuran .................... 41

E. Uji Fitokimia Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat dan Perasan Daun

S. trifasciata ..................................................................................... 50

F. Uji Penegasan dengan Kromatografi lapis Tipis (KLT) ...................... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 59

A. Kesimpulan ....................................................................................... 59

B. Saran ............................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 60

LAMPIRAN ............................................................................................... 65

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rendemen hasil ekstraksi, fraksinasi, dan pemerasan daun

S. trifasciata dengan pelarut etanol 96% dan etil asetat .......... 40

Tabel II. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun S. trifasciata .... 45

Tabel III. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun S. trifasciata ...... 46

Tabel IV. Uji aktivitas antibakteri perasan daun S. trifasciata ................ 48

Tabel V. Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan

perasan daun S. trifasciata ..................................................... 50

Tabel VI. Hasil uji KLT pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat

dan perasan daun S. trifasciata ............................................... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman S. trifasciata ................................................................ 37

Gambar 2. Fraksinasi dengan etil asetat ........................................................ 40

Gambar 3. Reaksi uji Mayer ......................................................................... 52

Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan natrium hidroksida ............................... 53

Gambar 5. Reaksi tanin dengan besi (III) klorida.......................................... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman S. trifasciata Prain ... 66

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 67

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Bakteri

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 ................................ 68

Lampiran 4. Foto Proses Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata ................... 69

Lampiran 5. Kontrol Kontaminasi, Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus,

Kontrol pertumbuhan bakteri P. aeruginosa ........................... 70

Lampiran 6. Foto Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat, dan

Perasan Daun S. trifasciata ..................................................... 72

Lampiran 7. Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 73

Lampiran 8. Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata

terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 74

Lampiran 9. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 75

Lampiran 10. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata

terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 76

Lampiran 11. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata

terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xvi

Lampiran 12. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata

terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan

Metode Sumuran .................................................................... 78

Lampiran 13. Analisis Statistik .................................................................... 79

Lampiran 14. Hasil Uji Tabung Kandungan Fitokimia ................................. 86

Lampiran 15. Uji Penegasan Kandungan Flavonoid dengan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) .................................................................. 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xvii

INTISARI

Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan, ketidaknyamanan, bahkan

kematian bagi penderita. Salah satu penyebab kematian bagi penderita luka bakar

adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa. Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain)

adalah salah satu tanaman hias yang memiliki banyak manfaat sebagai tanaman

antibakteri karena tanaman ini memiliki kandungan fitokimia antara lain saponin,

alkaloid, flavonoid, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya

antibakteri pada tanaman S. trifasciata dengan pelarut etanol, etil asetat, dan

perasan air yang selanjutnya untuk mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853. Masing-masing bahan dibuat dalam konsentrasi

100%, 75%, 50%, dan 25% v/v.

Uji daya antibakteri pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan

daun S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853 dilakukan dengan metode difusi sumuran, untuk

mengetahui perbedaan hasil diameter zona jernih tiap konsentrasi dengan kontrol

negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat tidak memiliki

aktivitas antibakteri pada kedua bakteri. Ekstrak etanol menunjukkan zona jernih

pada bakteri S. aureus ATCC 25923 di konsentrasi 100% dan 75%. Setelah

dianalisis dengan Kruskal Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

aktivitas antibakteri yang bermakna antara ekstrak etanol daun S. trifasciata

dengan kontrol negatif. Pada perasan daun S. trifasciata menunjukkan aktivitas

antibakteri yang lemah pada S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853 masing-masing di konsentrasi 25%. Pada uji Kruskal

Wallis terdapat perbedaan tidak bermakna antara perasan daun S. trifasciata

dibandingkan dengan kontrol negatif. Berdasarkan uji kandungan fitokimia, fraksi

etil asetat tidak memiliki kandungan saponin, tanin, alkaloid, maupun flavonoid.

Ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid

yang dipertegas dengan uji KLT.

Kata kunci : S. trifasciata, luka bakar, daya antibakteri, etanol, etil asetat, perasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

xviii

ABSTRACT

Burn can cause disabilities, inconvenience, even death for patients. One

of the leading causes of death for patients with burn was infection caused by

Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Sansevieria trifasciata

Prain ornamental plants is one that has many benefits as plants antibacterial

because this plant contains phytochemical saponin, alkaloid, flavonoid, and

tannin. Research was meant to know antibacterial plant S.trifasciata with solvent

ethanol, ethyl acetate, and juice the next to know Minimum Inhibitory

Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concetration (MBC) against

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853. Each items made in

concentration 100%, 75%, 50%, and 25% v/v.

The antibacterial assay on ethanol extract, ethyl acetate fraction, and

juice S.trifasciata leaves against S. aureus ATCC 25923 and

P. aeruginosa ATCC 27853 was conducted using diffusion method to determine

difference between diameter result each concentration with negative control.

Results of the study showed that the ethyl acetate fraction does not have such

antibacterial on the two bacteria. Ethanol extract shows a clear zone on

S.aureus ATCC 25923 at concentration 100% and 75% in a repetition. After that

Kruskal Wallis test shows that there is no significant difference between ethanol

extract S. trifasciata leaves with negative control. In juice shows such

antibacterial is weak in S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

each in 25%, Kruskal Wallis test was not significant difference compare with

negative controls. Based on phytochemical analysis, ethyl acetate fraction

S. trifasciata leaves did not contain saponin, tannin, alkaloids, and flavonoids.

Ethanol extract and juice S.trifasciata leaves contains flavonoid that confirm with

KLT test.

Key words : S. trifasciata, burn, antibacterial activity, ethanol, ethyl acetate, juice

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

1

BAB 1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman

hayati, salah satunya tanaman. Tanaman yang tumbuh di negara Indonesia

memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obat dan bahan baku

obat. Penggunaan tanaman sebagai obat sudah digunakan sejak zaman dahulu dan

telah disebarkan secara turun-temurun ataupun dari mulut ke mulut. Menurut

Fajiriah, Darmawan, Sundowo, dan Artanti (2007), tanaman secara fungsional

tidak lagi digunakan sebagai penghias saja, tetapi juga sebagai tanaman obat yang

multi fungsi. Pengobatan yang dilakukan dengan tanaman dipandang sebagai

alternatif yang terjangkau sehingga banyak diminati oleh masyarakat.

Pada saat ini luka bakar menjadi masalah yang diperhatikan banyak

orang. Luka bakar adalah luka pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas,

kimia, elektrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu masalah karena dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, kecacatan, dan kematian. Di United State of

America (USA) sekitar 2,5 juta orang yang menderita luka bakar memerlukan

penanganan medik setiap tahun. Lebih dari 100.000 pasien masuk rumah sakit dan

sekitar 12.000 orang meninggal karena luka bakar tiap tahun (Mayhall, 2003).

Secara umum, semua luka bakar akan segera mengalami kontaminasi

setelah cedera, baik oleh flora endogen atau organisme residen dari fasilitas

perawatan (Soedarmo, dkk., 2008). Apabila luka bakar tidak diatasi dengan baik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

2

maka dapat terjadi infeksi. Infeksi merupakan salah satu penyebab kematian

pasien infeksi luka bakar yang dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya

bakteri. Bakteri yang sering ditemukan pada penyakit infeksi luka bakar adalah

Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa (Church, Elsayed, Reid,

Winston, dan Lindsay, 2006). Stafilokokus merupakan organisme penyebab

infeksi yang paling dominan, salah satunya pada luka bakar. Menjelang akhir

tahun 1950-an, bakteri gram negatif terutama spesies Pseudomonas muncul

sebagai organisme dominan. Pseudomonas dapat menyebabkan infeksi pada luka

bakar akibat adanya penurunan daya tahan tubuh. (Soedarmo, dkk., 2008).

Salah satu alternatif terapi dalam penyembuhan infeksi luka bakar

dengan menggunakan tanaman obat yang memiliki kandungan antibakteri.

Antibakteri bekerja menghambat serta membunuh bakteri penyebab infeksi

tersebut. Keberhasilan penggunaan antibakteri dalam mengobati infeksi sering

disertai dengan terjadinya resistensi bakteri, sehingga mengurangi efektifitas

antibakteri. Sampai saat ini para peneliti berusaha untuk mengembangkan dan

memperbaharui antibakteri. Banyaknya variasi obat antibakteri diharapkan dapat

menurunkan resistensi bakteri.

Tanaman lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) merupakan salah

satu tanaman hias yang sudah mulai banyak dikenal oleh hampir semua

masyarakat Indonesia. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini juga dikenal

sebagai tanaman antipolutan karena kemampuannya dalam menyerap polutan

berbahaya yang terdapat di udara. S. trifasciata dapat tumbuh di dalam ruangan

(indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Spesies lainnya selain S. trifasciata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

3

yaitu S. roxburghiana dan S. liberica juga telah banyak diteliti kandungan dan

manfaatnya dalam bidang kesehatan. Pada penelitian Sheela, Jeeva, Shamila,

Lekshmi dan Brindha (2012), tanaman Sansevieria jenis S. roxburghiana

memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang

dapat berfungsi sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian dari Philip, Kaleena,

Vallivittan, dan Kumar (2011) tanaman S. roxburghiana dapat digunakan untuk

pengobatan penyakit infeksi dan diare pada manusia. Menurut Ikewuchi,

Ikewuchi, Ayalogu, dan Onyeike (2010), tanaman S. liberica memiliki kandungan

flavonoid dan saponin, selain itu juga memiliki kandungan alkaloid dan tanin

dalam jumlah yang sedikit. Sama halnya dengan tanaman S. trifasciata dimana

dalam penelitian Gitasari (2011), tanaman tersebut memiliki aktivitas dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Pemilihan pelarut dalam ekstraksi harus berdasarkan kemampuannya

dalam melarutkan zat aktif dalam bahan tanaman yang digunakan dengan

semaksimal mungkin. Etanol dan air merupakan pelarut polar yang dapat

melarutkan senyawa polar, seperti flavonoid glikosida, tanin, dan saponin (Lei,

Wang, Zhou, dan Duan, 2002). Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi

polar yang dapat melarutkan senyawa flavonoid aglikon yang bersifat kurang

polar (Pranoto, Ma’ruf, dan Pringgenies, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut

untuk memberdayakan tanaman S. trifasciata dalam upaya pengembangan

antibakteri dengan pengujian daya antibakteri daun S. trifasciata dengan berbagai

pelarut terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

4

berupa nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum

(KBM). Pembuktian tersebut diharapkan S. trifasciata dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif obat antibakteri.

1. Rumusan masalah

a. Apakah ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata

memiliki daya antibakteri pada bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853?

b. Berapa nilai KHM dan KBM dalam ekstrak etanol, fraksi etil asetat,

dan perasan daun S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai daya antibakteri ekstrak

etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata belum pernah dilakukan.

Penelitian sebelumnya terkait dengan daya antibakteri terhadap salah satu jenis

tanaman Sansevieria, yaitu S. roxburghiana. Penelitian tentang tanaman

S. roxburghiana oleh Sheela, et al. (2012) menunjukkan bahwa daun

S. roxburghiana memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Pada

penelitian ini daun diekstraksi dengan menggunakan pelarut dietil eter, etanol, dan

aseton. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa daun S. roxburghiana mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas

aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Escherichia coli.

Pada penelitian Philip, et al. (2011) daun dan rhizome tanaman

S. roxburghiana memiliki kandungan karbohidrat, saponin, flavonoid, fenol,

alkaloid, antosianin, glikosida, dan protein. Tanaman ini diekstraksi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

5

menggunakan pelarut metanol, aseton, etil asetat dan air. Hasil uji antibakteri

menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan aseton daun S. roxburghiana

menghambat bakteri gram positif seperti Micrococcus luteus, Bacillus cereus,

Enterococcus spp., Staphylococcus aureus, dan bakteri gram negatif seperti

Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas fluorescence,

Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Klebsiella pneumoniae, Shigella sonnei

dan Escherichia coli, dan juga menghambat jamur yaitu Cryptococcus spp. dan

Candida albican.

Penelitian lain yang menggunakan tanaman S. trifasciata yang diteliti

oleh Gitasari (2011) menunjukkan bahwa tanaman ini hanya dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus saja, dan diduga metabolit lainnya

tidak menunjukkan aktivitas penghambatan pada bakteri uji lain. Penelitian ini

dilakukan 2 tahap yaitu maserasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan

kromatografi kolom dengan pelarut kloroform:etil asetat (1:6 v/v). Selain itu,

pengujian daya antibakteri pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi

agar cakram (paper disk). Kandungan fitokimia yang terdapat pada ekstrak kasar

daun S. trifasciata dalam penelitian ini adalah flavonoid, steroid, dan alkaloid.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya

adalah bahan tanaman Sansevieria trifasciata yang digunakan berasal dari kebun

obat Fakultas Farmasi Sanata Dharma dengan tiga perlakuan. Bahan akan

diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol, fraksinasi dengan

pelarut etil asetat dan pemerasan dengan air. Metode pengujian daya antibakteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

6

pada penelitian ini menggunakan metode difusi sumuran dan metode dilusi untuk

melihat nilai KHM dan KBM.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ilmu

pengetahuan dalam bidang farmasi tentang khasiat tanaman S. trifasciata

sebagai tanaman antibakteri.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui daya antibakteri ekstrak

etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata yang dapat

dikembangkan menjadi alternatif pengobatan penyakit infeksi luka bakar

yang disebabkan oleh bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Memastikan tanaman Sansevieria trifasciata sebagai tanaman yang

memiliki daya antibakteri pada bakteri S. aureus ATCC 25923 dan bakteri

P. aeruginosa ATCC 27853 untuk dapat menambah alternatif obat antibakteri.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan

daun S. trifasciata pada bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

7

b. Mengetahui nilai KHM dan KBM dalam ekstrak etanol, fraksi etil asetat,

dan perasan daun S. trifasciata terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

bakteri P. aeruginosa ATCC 27853.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Infeksi Luka Bakar

Infeksi merupakan akibat dari invasi mikroorganisme patogen ke dalam

tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi terhadap organisme dan toksinnya.

Sebenarnya hanya ada beberapa dari beribu-ribu mikroorganisme di alam ini yang

bersifat patogen terhadap manusia. Organisme lainnya berperan sebagai flora

normal dan mereka ini menimbulkan daya tahan tubuh alamiah terhadap invasi

mikroorganisme patogen (Corwin, 2008).

Luka bakar dapat timbul akibat kulit terpapar oleh suhu tinggi, syok

listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan berdasar pada kedalaman

dan luas daerah yang terbakar. Luka bakar adalah penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada anak, dan sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar yang tidak

dicegah maka akan menimbulkan komplikasi yang berarti setiap luka bakar dapat

terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian. Infeksi adalah

penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien yang awalnya bertahan

terhadap luka bakar luas. Infeksi luka bakar dapat disebabkan oleh agen-agen

penginfeksi salah satu contohnya adalah bakteri. Staphylococcus aureus

merupakan penyebab infeksi nosokomial paling sering pada pasien luka bakar di

rumah sakit (Corwin, 2008).

Luka bakar yang luas memengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel

tubuh. Semua sistem terganggu, terutama sistem kardiovaskular. Karena semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

9

organ tubuh memerlukan aliran darah yang adekuat, maka perubahan fungsi

kardiovaskular memiliki dampak luas pada daya tahan hidup dan pemulihan

pasien (Corwin, 2008).

B. Tanaman Sansevieria

Sansevieria trifasciata (mother-in-laws tongue) merupakan tanaman

yang telah banyak ditemukan di Indonesia yang dikenal dengan tanaman lidah

mertua. Ada juga yang menjulukinya snake plant (tanaman ular). Hal ini mungkin

dikarenakan corak beberapa jenis tanaman ini mirip dengan corak ular (Backer

dan Brink, 1968). Klasifikasi tanaman Sansevieria trifasciata Prain. adalah:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Bangsa : Liliales

Suku : Agavaceae

Marga : Sansevieria

Jenis : Sansevieria trifasciata Prain.

(Plantamor, 2012)

Keragaman jenis Sansevieria memang cukup besar. Anggota genus ini

mencapai 130-140 spesies bahkan lebih dari 200 spesies. Selain itu snake plant

mudah berubah bentuk menjadi penampilan baru yang lebih stabil. Hal seperti ini

merupakan penyimpangan yang mendasari tanaman ini memiliki banyak spesies.

S. trifasciata merupakan spesies yang paling banyak mengalami penyimpangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

10

Saat ini diduga lebih 60 varian dihasilkan. Di Indonesia, S. trifasciata hampir

dijumpai hingga pelosok daerah. Sosok tanaman ini lebih menarik, mudah

tumbuh, dan jarang mati, meski tidak dipelihara (Purwanto, 2006).

Secara morfologi, tanaman Sansevieria pada umumnya dicirikan dengan

daun yang tebal karena kandungan airnya yang tinggi. Pada beberapa jenis

Sansevieria, daun berkedudukan seperti roset mengelilingi batang semu. Disebut

batang semu karena Sansevieria sesungguhnya tidak memiliki batang. Pada jenis

yang lain, daun berbentuk silinder. Jenis yang lain mempunyai helaian daun kaku

seperti pedang. Sansevieria merupakan tanaman monokotil sehingga memiliki

akar serabut. Selain itu, Sansevieria memiliki rhizome yang tumbuh menjalar di

atas permukaan tanah atau tumbuh di dalam tanah. Bunga Sansevieria termasuk

berumah dua yaitu benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda. Bunga

Sansevieria berbau harum, terlebih pada malam hari, dan mampu bertahan sampai

tujuh hari. Biji-biji Sansevieria bersifat diploid yaitu terdapat dua embrio dalam

satu biji (Backer dan Brink, 1968).

Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman S. trifasciata

mengungkapkan bahwa tanaman ini memiliki banyak kandungan metabolit

sekunder. Bagian tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat adalah daun

dan rhizome. Ekstrak daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid, steroid

dan alkaloid (Gitasari, 2011). Selain itu tanaman ini juga mengandung senyawa

saponin, kardenolin dan sedikit senyawa tanin (Dewatisari, 2009). Pada penelitian

yang dilakukan oleh Sunilson, et al. (2009), ekstrak etanol dan air daun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

11

S. trifasciata mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin,

protein, dan karbohidrat.

Sansevieria secara umum juga memiliki peranan penting di bidang

kesehatan karena kandungan kimia yang beragam pada berbagai jenis tanaman ini.

Getah spesies tertentu dipercaya mengandung antiseptik. Bagian tumbuhan yang

paling banyak digunakan sebagai obat adalah daunnya yang sering digunakan

sebagai pembalut luka pada pengobatan tradisional. Daun mentah yang

dihancurkan dapat digunakan untuk luka cacar air oleh kelompok etnis asli Afrika.

Ekstrak daun biasanya dipergunakan sebagai obat tetes mata dan penyembuhan

bila terjadi pembengkakan atau infeksi (Dalimartha, 2006). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sunilson, et al. (2009), ekstrak etanol dan air daun S. trifasciata

memiliki khasiat analgesik dan antipiretik yang tidak terlalu tinggi, sehingga

tanaman S. trifasciata ini dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk mengatasi

demam dan inflamasi.

C. Ekstraksi

Dalam analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar yang

kemudian dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan, pengeringan

tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya

perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya,

tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah

betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama sebelum

digunakan untuk dianalisis. Tata cara ini telah dilakukan pada herbarium yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

12

telah disimpan bertahun-tahun dalam analisis flavonoid, alkaloid, kuinon, dan

terpenoid (Harborne, 1987).

Ekstraksi merupakan suatu proses dalam upaya penarikan senyawa kimia

dari suatu tanaman, dimana senyawa tersebut akan terlarut dalam cairan pelarut

yang sesuai. Ekstrak merupakan hasil dari proses ekstraksi tersebut yang biasanya

merupakan sediaan kental. Ekstrak tersebut dapat menjadi sediaan kental karena

sebelumnya telah terjadi proses penguapan pelarut dan massa yang tidak

diperlukan (Dirjen POM, 2000).

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan

cara dingin misalnya pemerasan, maserasi dan perkolasi serta dapat pula

dilakukan dengan cara panas seperti soxlet, infusa, reflux, dan digesti. Pemilihan

metode dan jenis cairan penyari yang akan digunakan tergantung dari zat aktif

yang akan disari. Metode pemerasan digunakan untuk simplisia segar yang

diawali dengan penghancuran bahan dengan penambahan air, diperas kemudian

disaring. Metode infundasi merupakan cara sederhana untuk menyari kandungan

aktif dari simplisia yang larut dalam air panas. Perkolasi umumnya digunakan

untuk mengekstraksi serbuk kering terutama simplisia yang keras seperti kulit

batang, kulit buah, biji, kayu dan akar. Digesti adalah metode ekstraksi dengan

menggunakan pemanasan pada suhu 40°-50° C. Metode ini sangat tepat untuk

bahan yang memiliki kandungan zat aktif tahan terhadap panas (Direktorat Obat

Asli Indonesia, 2013).

Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan merendam serbuk

simplisisa dalam cairan penyari yang tidak menggunakan proses pemanasan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

13

disebut juga ekstraksi dingin. Proses pemisahan senyawa dalam simplisia

menggunakan pelarut tertentu berdasarkan prinsip like dissolved like, dimana

suatu pelarut polar akan melarutkan senyawa polar yang terdapat dalam simplisia

tersebut. Cairan penyari yang menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan

yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Pratiwi, 2008).

D. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pilihan teknik

pemisahan kandungan tumbuhan bentuk kromatografi planar. Metode KLT ini

lebih khas dibandingkan kromatografi lainnya seperti kromatografi kertas karena

kepekaan, kecepatan, dan dapat lebih dapat dimodifikasi. Kepekaan KLT

memungkinkan proses pemisahan dapat dilakukan dengan jumlah bahan yang

lebih sedikit menggunakan ukuran µg. Kecepatan KLT lebih besar karena

menggunakan fase diam yang lebih padat bila diaplikasikan pada plat. Metode

KLT dapat dimodifikasi, artinya selain dengan fase diam selulosa, beberapa fase

diam yang lain juga dapat diaplikasikan pada plat kaca atau penyangga lainnya

(Harborne, 1987).

Penggunaan KLT dalam beberapa bidang digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa dan menentukan banyaknya komponen dalam

campuran. Secara kualitatif, analisis KLT parameter yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

14

identifikasi adalah nilai Rf. Nilai Rf ini dapat diketahui dengan membandingkan

jarak yang ditempuh solut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak. Apabila

dua senyawa memiliki nilai Rf yang sama maka dua senyawa tersebut merupakan

dua senyawa yang identik jika diukur pada kondisi KLT yang sama (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Fase diam yang biasanya digunakan dalam KLT adalah silika dan

selulosa. Fase diam merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel

antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin

sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam proses

pengelusiannya. Pengaplikasian fase diam dilakukan diatas plat kaca, gelas, atau

aluminium pada ketebalan tertentu, biasanya dengan ketebalan 250 µm. Fase

gerak pada KLT merupakan campuran 2 pelarut organik agar daya elusi campuran

tersebut dapat disesuaikan sehingga terjadi pemisahan secara optimal. Pada bahan

yang bersifat polar seperti campuran metanol dan air sebaiknya menggunakan

campuran pelarut sebagai fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007).

Tahap pertama dalam pelaksanaan KLT adalah penotolan sampel pada

plat yang telah disapukan fase diam. Proses penotolan tidak memerlukan sampel

dalam jumlah yang banyak, karena proses kromatografi akan menjadi tidak

optimal. Penotolan yang tidak tepat akan memberikan hasil yang bias seperti

bercak yang menyebar. Tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan, dimana

plat yang telah ditotolkan sampel dimasukkan ke dalam bejana kromatografi yang

telah diisikan fase gerak. Bejana kromatografi sebelumnya harus dijenuhkan

dengan fase gerak dan harus tertutup rapat (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

15

Jarak yang ditempuh solut

Rf =

Jarak yang ditempuh fase gerak

(Gandjar dan Rohman, 2007).

E. Senyawa Fitokimia

Beberapa senyawa fitokimia dalam tanaman dapat dimanfaatkan sebagai

obat merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman tersebut. Metabolisme

sekunder berbeda dari metabolisme primer yang berupa asam amino, karbohidrat,

nukleotida dan lemak. Hasil dari metabolisme sekunder berupa flavonoid, tanin,

saponin, alkaloid, dan lain-lain, dimana digunakan oleh tanaman untuk

melindungi diri dari serangan bakteri, jamur, dan hama lainnya. Hampir semua

tanaman mempunyai hasil metabolisme sekunder namun akan berbeda

kandungannya tergantung dari spesies dan kadarnya tergantung dari lingkungan

tempat tanaman hidup (Lenny, 2006).

Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang bersifat

polar, sehingga pada umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol,

metanol, butanol, dan aseton. Senyawa fenol memiliki sifat efektif menghambat

pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Mekanisme flavonoid dalam menghambat

pertumbuhan bakteri, yaitu dengan merusak permeabilitas dinding sel, mikrosom,

dan lisosom. Adanya gugus hidroksil pada gugus flavonoid dapat menyebabkan

perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang akhirnya akan

mengakibatkan timbulnya efek toksik bagi bakteri (Sabir, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

16

Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), fase gerak yang biasa

digunakan untuk menghasilkan pemisahan yang baik pada lempeng selulosa

adalah fase atas dari campuran butanol : asam asetat : air (40 : 50 : 10) v/v.

Pembanding baku yang biasanya digunakan pada kromatogram adalah rutin. Rutin

merupakan senyawa glikosida flavonol yang sangat umum terdapat dalam

tumbuhan (Harborne, 1987).

Tanin adalah senyawa polifenol yang dapat membentuk kompleks

dengan protein. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan yang letaknya terpisah dari

enzim dan sitoplasma. Tanin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanin

terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat dihidrolisis oleh

asam atau enzim seperti tannase. Tanin terkondensasi tidak terhidrolisis menjadi

molekul yang lebih sederhana dan tidak mengandung gugus gula (Trease dan

Evans, 2002). Mekanisme tanin dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah

dengan menghambat pembentukan dinding sel, sehingga sel bakteri akan mati

akibat lisisnya sel bakteri karena tekanan osmotik maupun fisik (Ngajow,

Abidjulu, dan Kamu, 2013).

Tanin merupakan senyawa asam karboksilat fenol yang dapat dipisahkan

menggunakan fase diam silika gel atau selulosa. Fase gerak yang digunakan

dalam identifikasi senyawa tanin bermacam ragam. Fase gerak yang umum

digunakan adalah toluene : etil format : asam format (50 : 40 : 10) v/v (Harborne,

1987).

Alkaloid merupakan senyawa organik yang berasal dari alam yang

mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Di alam, alkaloid terdapat dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

17

bentuk bebas, sebagai garam dan N-Oksida. Sebagian besar alkaloid berasa pahit

dan mudah larut dalam pelarut organik (Harborne, 1987). Alkaloid berperan

sebagai antibakteri dengan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan yang

menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk sehingga berdampak pada

kematian sel (Farida, Dewa, Titis, dan Endrawati, 2010).

Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), pemisahan alkaloid secara KLT

dapat menggunakan fase diam silika gel, alumina, selulosa atau kieselguhr.

Alkaloid secara umum dapat dideteksi secara visibel. Reagen yang biasa

digunakan adalah reagen Dragendorf yang akan menghasilkan warna cokelat atau

orange (visibel) yang tidak stabil ketika dilakukan penyemprotan reagen.

Saponin tersebar luas di berbgai jenis tumbuhan. Keberadaan saponin

sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air apabila

digojog menimbulkan buih yang stabil (Gunawan dan Mulyani, 2004). Saponin

bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel sehingga

menyebabkan sel lisis. Bakteri mengalami kerusakan membran sel dan

menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu

protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, Besung, dan Mahatmi, 2012).

Menurut Stahl (cit., Herlianawati, 2005), pengujian KLT untuk saponin

menggunakan fase gerak seperti campuran kloroform : metanol : air (65 : 35 : 10)

v/v untuk memisahkan campuran glikosida terpenoid yang netral. Fase diam yang

sering digunakan adalah silika gel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

18

F. Staphylococcus aureus

Taksonomi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Bacteria

Filum : Firmicutes

Kelas : Cocci

Bangsa : Bacillales

Suku : Staphylococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

(National Center for Biotechnology Information, 2014)

Staphylococcus aureus merupakan salah satu genus stafilokokus yang

berkaitan dengan medis. Perbedaan S. aureus dengan spesies yang lain adalah

bakteri ini bersifat Gram positif. S. aureus adalah pathogen utama pada manusia.

Hampir setiap orang pernah mengalami infeksi S. aureus selama hidupnya, dari

keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang

tidak bisa disembuhkan. Secara umum bakteri stafilokokus tumbuh dengan cepat

pada berbagai tipe media dan dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan

fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna

putih hingga kuning gelap. S. aureus sering menghemolisis darah, mengkoagulasi

plasma dan menghasilkan berbagai enzim ekstraseluler dan toksin. S. aureus cepat

menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba dan ini merupakan masalah besar

pada terapi (Brooks, Butel, dan Morse, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

19

Bakteri S. aureus pertama kali diteliti oleh seorang ahli fisika dari

Jerman, Anton Rosenbach pada tahun 1884. Bakteri ini merupakan bakteri non

motil (tidak bergerak), tidak memiliki spora dan memiliki struktur seperti anggur.

Ukuran diameter selnya sekitar 1 mikrometer, jadi hanya dalam jarak 1 millimeter

bakteri ini terdiri atas 1000 sel. Bakteri S. aureus terdapat di kulit dan membran

mukosa. Selain itu S. aureus juga dapat hidup berkoloni di membran nasal karena

bakteri ini suka hidup di tempat yang hangat dan lembab. S. aureus memiliki

dinding sel yang tebal dibandingkan dengan bakteri lainnya. Hal ini menjadi salah

satu penyebab obat antibakteri sulit masuk ke dalam sel dan membunuhnya.

(Freeman-Cook dan Freeman-Cook, 2006).

Infeksi S. aureus dapat juga berasal dari kontaminasi langsung dari luka,

misalnya pasca operasi infeksi stafilokokus atau infeksi yang menyertai trauma

osteomielitis kronik setelah patah tulang terbuka, meningitis yang menyertai patah

tulang tengkorak. Jika S. aureus menyebar dan terjadi bakterimia, maka biasanya

terjadi endokarditis, osteomielitis hematogenus akut, meningitis atau infeksi paru-

paru (Brooks, et al., 2001).

G. Pseudomonas aeruginosa

Taksonomi dari bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Bangsa : Pseudomonadales

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

20

Suku : Pseudomonadaceae

Marga : Pseudomonas

Jenis : Pseudomonas aeruginosa

(National Center for Biotechnology Information, 2014)

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif, motil,

aerobik, beberapa galur memproduksi pigmen larut air. P. aeruginosa sering ada

dalam jumlah sedikit pada flora normal usus dan kulit manusia dan merupakan

patogen utama dari kelompok jenis pseudomonas. P. aeruginosa bersifat invasive

dan toksigenik, mengakibatkan infeksi pada pasien dengan penurunan daya tahan

tubuh, dan merupakan patogen nosokomial yang penting. P. aeruginosa tersebar

luas di alam dan biasanya ada di lingkungan lembab di rumah sakit. P. aeruginosa

dapat bersifat saprofit pada orang sehat, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada

manusia yang memiliki ketahanan tubuh yang tidak normal (Brooks, et al., 2001).

Ciri-ciri dari bakteri ini adalah berbentuk batang dengan ukuran 0,6 x 2

mikrometer. Merupakan bakteri gram negatif yang terlihat sebagai bentuk batang

tunggal, ganda, dan kadang-kadang dalam rantai pendek. Pseudomonas

aeruginosa bersifat aerobik obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe

media, kadang memproduksi bau manis (corn taco-like odor). Beberapa galur

menghemolisis darah. Pseudomonas aeruginosa tumbuh baik pada 37-42°C.

Pseudomonas aeruginosa pada biakan dapat memproduksi berbagai kelompok

koloni. Dari bentuk koloni yang berbeda mungkin juga memiliki aktivitas

biokimia dan enzimatik yang berbeda, dan memberi kepekaan yang berbeda

terhadap antimikroba (Brooks, et al., 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

21

H. Metode Uji Kepekaan Antibakteri

Dalam tahun-tahun belakangan ini, bakteri yang resisten terhadap obat

telah menyebabkan beberapa wabah infeksi yang serius, dengan banyak kematian.

Hal ini menyebabkan perlunya program survailans nasional dan internasional

untuk memantau resistensi antimikroba pada bakteri, dengan uji kepekaan

menggunakan metode yang dapat dipercaya dan menghasilkan data yang

sebanding. Ketersediaan informasi mikrobiologis dan epidemiologis akan

membantu klinisi dalam memilih obat antimikroba yang sesuai untuk pengobatan

infeksi mikroba (Vandepitte, et al., 2003).

Prinsip umum pada uji kepekaan antimikroba adalah mengukur

kemampuan zat antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri in vitro.

Kemampuan ini dapat diperkirakan melalui metode pengenceran (dilusi) dan

metode difusi. Pada uji difusi, cakram kertas atau sumuran yang diresapi

antibiotik dalam jumlah tertentu, diletakkan pada media agar yang telah ditanami

organisme uji secara merata. Suatu gradien konsentrasi zat antimikroba yang

terbentuk oleh difusi dari cakram atau sumuran dan pertumbuhan organisme uji

dihambat pada suatu jarak dari cakram atau sumuran yang terkait dengan

kepekaan organisme, disamping faktor-faktor lain (Vandepitte, et al., 2003).

Prinsip metode dilusi adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh

beberapa konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi larutan uji

ditambahkan suspensi bakteri dalam media. Pada dilusi padat, tiap konsentrasi

larutan uji dicampurkan ke dalam media agar (Brooks, et al., 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

22

I. Landasan Teori

Infeksi luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan penatalaksanaan khusus dalam upaya

penyembuhannya. Bakteri S. aureus dan P. aeruginosa merupakan bakteri yang

dapat menyebabkan infeksi luka bakar. Kedua bakteri ini terdapat dalam kulit

manusia dan dapat menjadi patogen apabila terjadi penurunan daya tahan tubuh

pada manusia. Sehubungan dengan itu diperlukan eksplorasi tanaman yang

memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menjadi alternatif dalam penyembuhan

luka bakar.

Sansevieria dikenal sebagai tanaman hias dan memiliki banyak variasi

jenis. Salah satu jenis tanaman hias yang banyak terdapat di Indonesia adalah

S. trifasciata. Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman S. trifasciata yang

berfungsi sebagai senyawa antibakteri antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, dan

tanin (Qomariyah, Sarto, dan Pratiwi, 2012).

Proses ekstraksi menggunakan pelarut untuk mengambil senyawa yang

sesuai dengan tingkat kepolarannya. Pelarut etanol dan air merupakan pelarut

polar yang dapat mengambil senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin.

Pelarut semi polar seperti etil asetat dapat menarik senyawa flavonoid aglikon

(Pranoto, et al., 2012).

Dalam menguji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode

yaitu metode difusi dan metode dilusi. Metode difusi dalam uji aktivitas

antibakteri dapat dilihat dengan adanya zona jernih atau zona hambat. Metode

dilusi untuk dapat mengetahui nilai KHM dan KBM pada suatu senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

23

antibakteri, sehingga dapat diketahui dosis yang sesuai untuk pengobatan dengan

tanaman S. trifasciata. Pengujian ini dilakukan untuk melihat aktivitas kandungan

dari tanaman S. trifasciata dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus

ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853.

J. Hipotesis

Ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata memiliki

daya antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC

27853.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental dengan rancangan

acak lengkap pola satu arah. Penelitian eksperimental merupakan penelitian

dengan membandingkan kelompok murni perlakuan dan kelompok kontrol.

Rancangan penelitian ini dilakukan dengan pemilihan sampel acak dan memiliki

satu variabel bebas. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variable penelitian

a. Variabel bebas : berbagai konsentrasi ekstrak, fraksi dan perasan daun

Sansevieria trifasciata : 100, 75, 50, 25 % v/v.

b. Variabel tergantung : diameter zona jernih pertumbuhan

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853.

c. Variabel pengacau terkendali : media penanaman bakteri, suhu inkubasi

(37 ºC) dan lama inkubasi (24 jam), kepadatan suspensi bakteri yang

dilakukan uji setara dengan larutan Mc Farland II (6.108

CFU/mL), asal daun

S. trifasciata, suhu penyimpanan bahan ekstrak daun S. trifasciata, umur

tanaman, tinggi tanaman (70 - 90 cm), lebar tanaman ( 3 - 4 cm), warna

tanaman (hijau tua dengan corak tepi kuning).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

25

d. Variabel pengacau tidak terkendali : kelembaban ruang penyimpanan

ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata.

2. Definisi operasional

a. Daun Sansevieria trifasciata adalah daun tanaman hias jenis Sansevieria

yang kaku dan keras, permukaan licin, ujung daun runcing, warnanya hijau,

panjang 30 - 120 cm, lebar 2,5 - 8 cm, kedua permukaan daun terdapat garis-

garis bergelombang berwarna hijau yang letaknya melintang, dan tepi daun

berwarna kuning.

b. Ekstrak etanol daun S. trifasciata adalah daun S. trifasciata basah yang

dimaserasi dengan pelarut etanol 96% dengan menggunakan shacker selama

24 jam, lalu dipekatkan dengan rotary evaporator.

c. Fraksi etil asetat daun S. trifasciata adalah ekstrak etanol daun

S. trifasciata yang dilarutkan dengan aquadest, lalu difraksinasi dengan

pelarut etil asetat dengan menggunakan corong pisah, lalu dipekatkan dengan

rotary evaporator.

d. Perasan daun S. trifasciata adalah daun S. trifasciata basah yang

dihaluskan dengan menggunakan blender serta ditambahkan air secukupnya,

lalu diperas dengan menggunakan kain.

e. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang diperoleh dari

Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta dengan nomor ATCC 25923.

f. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif yang diperoleh dari

Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta dengan nomor ATCC 27853.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

26

g. Daya antibakteri adalah kekuatan ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan

perasan daun S. trifasciata dalam menghambat dan membunuh

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 yang memiliki

perbedaan bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif (DMSO 5%)

berupa zona jernih.

h. Zona jernih adalah zona atau daerah pada media yang menunjukkan

penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu antibakteri.

C. Bahan Penelitian

Daun tumbuhan S. trifasciata yang diperoleh dari kebun obat Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, aquadest dari Laboratorium

Kimia Organik, etil asetat (General Labora®), etanol 96% teknis (General

Labora®), suspensi bakteri S. aureus ATCC 25923, suspensi bakteri

P. aeruginosa ATCC 27853, dimethyl-sulfhoxide (DMSO) 5% (Merck®), larutan

standar Mc Farland II, perak sulfadiazine (Burnazin®), media Nutrient Agar

(NA) (Oxoid®).

D. Alat Penelitian

Alat-alat gelas, yaitu Erlenmeyer, tabung rekasi, corong, labu ukur, pipet

tetes, cawan petri, batang pengaduk, gelas ukur, sendok, pelubang sumuran 6 mm,

blender (Cosmos®), Platform Shaker (Innova™ 2100), autoclave (Model KT-40,

ALP Co. Ltd Hamurasi Tokyo Japan), oven (memmert), rotary evaporator (Janke

dan Kunkel, Ika-labotechnik, RV 05-ST), inkubator (Mammert tipe BE 400,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

27

GmbH + CoKG-D91126, Swahaban FRG Germany microbiological safety

cabinet), neraca analitik (Scaltec Instruments Heiligen stadt Germany),

mikropipet, paper disc, vortex mixer, spreader, pinset, flakon, tempat

pengembang (Chamber) KLT, penyangga lempeng kaca, kertas saring, lempeng

kaca kromatografi lapis tipis.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi daun S. trifasciata

Daun S. trifasciata dideterminasi dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman

dengan tanaman S. trifasciata menggunakan pustaka acuan Backer dan Brink

(1968).

2. Pengumpulan bahan daun S. trifasciata

Daun S. trifasciata diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Daun yang akan digunakan diambil pada

pagi hari. Kriteria daun yang diambil adalah memiliki panjang daun 70 – 90 cm,

lebar daun 3 – 4 cm, dan warna daun hijau tua dengan tepi corak berwarna kuning.

Daun S. trifasciata dicuci dengan air mengalir dan dipotong kecil-kecil ukuran 1 x

1 cm. lalu dibuat tiga perlakuan.

3. Pembuatan ekstrak etanol daun S. trifasciata dengan metode maserasi

Sebanyak 100 gram bahan daun segar yang telah dipotong kecil-kecil,

lalu dihaluskan dengan blender. Bahan selanjutnya dimasukkan dalam Erlenmeyer

dan ditambahkan pelarut etanol 96% sampai bahan terendam semua. Erlenmeyer

ditutup rapat dengan alumunium foil, lalu digojog dengan menggunakan shaker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

28

selama 24 jam. Selanjutnya bahan disaring dengan menggunakan corong Buchner,

lalu dipekatkan dengan rotary evaporator, disimpan dalam lemari pendingin.

4. Pembuatan fraksi etil asetat daun S. trifasciata dengan metode fraksinasi

Sebanyak 100 gram bahan daun segar yang telah dipotong kecil-kecil,

lalu dihaluskan dengan blender. Bahan selanjutnya dimasukkan dalam erlenmeyer

dan ditambahkan pelarut etanol 96% sampai bahan terendam semua. Erlenmeyer

ditutup rapat dengan alumunium foil, lalu digojog dengan menggunakan shaker

selama 24 jam. Selanjutnya bahan disaring dengan menggunakan corong Buchner,

lalu dipekatkan dengan suhu 40°C. Bahan yang telah dipekatkan, ditambah

dengan aquadest sampai seluruh ekstrak larut sempurna, lalu dimasukkan ke

dalam corong pisah. Ditambahkan pelarut etil asetat dengan jumlah yang

sebanding dengan jumlah air yang ditambahkan ke dalam ekstrak etanol

(perbandingan 1:1), lalu corong pisah ditutup untuk selanjutnya digojog. Fase etil

asetat yang diperoleh kemudian ditampung, lalu dipekatkan dengan rotary

evaporator dan disimpan pada lemari pendingin.

5. Pembuatan perasan daun S. trifasciata

Sebanyak 100 g bahan daun segar yang telah dipotong kecil-kecil,

selanjutnya dihaluskan dengan penambahan aquadest menggunakan blender.

Bahan diperas dengan menggunakan kain saring.

6. Preparasi mikroba uji

Bakteri diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

Bakteri yang digunakan adalah P. aeruginosa ATCC 27853 yang merupakan

bakteri gram negatif dan bakteri S. aureus ATCC 25923 yang merupakan bakteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

29

gram positif. Mikroba uji disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mc

Farland II dengan konsentrasi mikroba 6x108 CFU/mL.

7. Sterilisasi peralatan dan media

Peralatan yang digunakan dalam penelitian, terutama yang berhubungan

dengan bakteri uji seperti: tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, pipet ukur,

flakon, dan lain-lain disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 20 menit.

Media NA yang digunakan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu

121ºC selama 15 menit.

8. Pengujian potensi antibakteri secara metode difusi sumuran

a. Penyiapan larutan uji

Ekstrak etanol daun S. trifasciata dibuat berbagai variasi konsentrasi.

Konsentrasi yang dibuat adalah 100 %, 75 %, 50 %, dan 25 % v/v. DMSO

5% digunakan sebagai pelarut untuk membuat tingkat konsentrasi. Hal yang

sama juga dilakukan pada fraksi etil asetat dan perasan air.

b. Penyiapan larutan perak sulfadiazine (Burnazin®) sebagai kontrol positif

Kontrol positif yang digunakan adalah krim perak sulfadiazine

(Burnazin®). Konsentrasi kontrol positif yang dibuat adalah 1 %. Sebanyak

satu gram krim Burnazin® dilarutkan menggunakan DMSO 5% ke dalam

labu ukur 100 mL, kemudian divortex.

c. Penanaman isolat Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan

Staphylococcus aureus ATCC 25923 secara pour plate (metode tuang)

Suspensi bakteri P. aeruginosa ATCC 25923 dan

S. aureus ATCC 25923 ditambahkan sebanyak 0,5 mL ke dalam media NA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

30

secara aseptis. Selanjutnya media NA yang telah dicampur suspensi bakteri

dituang ke dalam cawan petri yang telah steril. Perlu dilakukan penggoyangan

untuk memastikan suspensi bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853 tercampur secara homogen dengan media NA.

Setelah memadat, diinkubasi secara terbalik selama 24 jam.

d. Pembuatan kontrol kontaminasi dan kontrol pertumbuhan bakteri uji

Uji potensi antibiotik secara difusi sumuran terlebih dahulu dibuat

kontrol pertumbuhan bakteri uji, kontrol pelarut, kontrol kontaminasi. Kontrol

pertumbuhan bakteri uji S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853 dibuat dengan mengambil 0,5 mL masing-

masing bakteri uji dan ditambahkan ke dalam media nutrient agar. Media NA

yang telah ditambahkan suspensi bakteri dituang ke dalam cawan petri steril

secara aseptis dan dibiarkan sampai memadat. Setelah agak mengering

diinkubasi secara terbalik selama 24 jam. Kontrol pelarut dilakukan dengan

membuat lubang sumuran dalam cawan petri yang telah berisi media yang

diinokulasikan bakteri uji secara aseptis dan diisi pelarut DMSO 5%. Kontrol

kontaminasi dilakukan dengan cara menuangkan media NA ke dalam cawan

petri steril.

e. Uji potensi antibiotik secara difusi sumuran

Secara aseptis, dibuat enam lubang sumuran dengan menggunakan

pelubang sumuran 6 mm pada permukaan media NA yang diatur dengan jarak

tertentu. Ekstrak etanol daun S. trifasciata dengan berbagai konsentrasi (100

%, 75 %, 50 %, dan 25 % v/v) diisikan pada sumuran. Setelah diinkubasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

31

selama 24 jam dengan suhu 37 ºC, cawan petri diamati zona jernih yang

dihasilkan. Daya antibakteri diamati berdasarkan diameter zona jernih yang

terbentuk dibandingkan dengan kontrol pelarut DMSO 5% diukur dengan

menggunakan penggaris. Hal yang sama juga dilakukan pada fraksi etil asetat

dan perasan air.

9. Pengujian kepekaan antibiotik dengan menentukan nilai KHM dan

KBM dengan dilusi padat

Penentuan nilai KHM dan KBM dilakukan dengan melakukan metode

dilusi padat. Metode ini dilakukan dengan menambahkan ekstrak etanol daun

S. trifasciata pada masing-masing konsentrasi yang menunjukkan zona jernih

pada uji potensiasi ke dalam tabung berisi 15 mL media NA dan 0,5 mL suspensi

bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853. Selanjutnya

tabung tersebut dituang ke dalam cawan petri dengan metode pour plate. Setelah

masa inkubasi, kekeruhan yang menunjukkan kepadatan pertumbuhan bakteri

diamati dan diberi penilaian menggunakan notasi (+) dan (-) jika tidak ada tampak

pertumbuhan bakteri pada media agar tersebut.

Dari pengamatan kekeruhan, dilakukan uji penegasan hasil dengan

dengan memilih cawan petri dengan tingkat kekeruhan (-) dan tingkat kekeruhan

(+). Selanjutnya, media agar yang memiliki tingkat kekeruhan (-) dicuplik 1 ose

lalu ditanam pada media agar baru dengan metode streak plate. Hal yang sama

juga dilakukan pada fraksi etil asetat dan perasan air.

Hasil uji yang digunakan adalah semua media yang memberikan

kejernihan media secara visual. KHM adalah konsentrasi terkecil yang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

32

menghambat bakteri, ditandai dengan S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853 masih dapat tumbuh pada hasil streak plate,

sedangkan KBM adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh bakteri,

ditandai dengan keadaan S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

sudah tidak dapat tumbuh pada hasil streak plate yang menandakan bakteri uji

mati karena larutan uji dengan konsentrasi tersebut.

10. Uji fitokimia ekstrak daun S. trifasciata

Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji saponin, alkaloid, flavonoid dan

tanin. Kandungan senyawa fitokimia yang diuji memiliki sifat sebagai antibakteri.

a. Uji saponin

Uji busa : ekstrak etanol daun S. trifasciata diambil sebanyak satu

mililiter, ditambahkan lima mililiter air destilasi dan dikocok dalam tabung reaksi

selama 15 menit. Terbentuknya layer berupa busa setebal satu sentimeter pada

bagian atas menunjukkan adanya saponin. Hal yang sama dilakukan pada fraksi

etil asetat dan perasan daun S. trifasciata (Philip, et al., 2011).

b. Uji alkaloid

Uji Mayer : ekstrak etanol daun S. trifasciata diambil sebanyak dua

mililiter, ditambahkan dua mililiter asam klorida 1%. Selanjutnya ditambahkan

lima tetes reagen Mayer. Terbentuknya endapan warna hijau atau putih

menunjukkan indikasi adanya alkaloid. Hal yang sama juga dilakukan pada fraksi

etil asetat dan perasan daun S. trifasciata (Philip, et al., 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

33

c. Uji flavonoid

Uji asam sulfat : ekstrak etanol daun S. trifasciata diambil satu mililiter,

ditambahkan dengan asam sulfat pekat dan diamati perubahan warna menjadi

orange. Hal yang sama juga dilakukan pada etil asetat dan perasan daun

S. trifasciata (Philip, et al., 2011).

Uji natrium hidroksida : ekstrak etanol daun S. trifasciata diambil satu

mililiter, ditambahkan natrium hidroksida dan diamati perubahan warna menjadi

kuning. Hal yang sama juga dilakukan pada fraksi etil asetat dan perasan daun S.

trifasciata (Asih, 2009).

d. Uji tannin

Uji besi (III) klorida : ekstrak etanol daun S. trifasciata diambil satu

mililiter, ditambahkan dua mililiter besi (III) klorida 5%. Terbentuknya warna biru

tua atau hijau kehitaman mengindikasikan adanya tanin. Hal yang sama juga

dilakukan pada fraksi etil asetat dan perasan daun S. trifasciata (Philip, et al.,

2011).

Uji dengan larutan gelatin 1 % : ekstrak etanol daun S. trifasciata

diambil sebanyak tiga mililiter, ditambahkan ke dalam sepuluh mililiter aquadest,

dipanaskan selama 30 menit di atas waterbath. Setelah itu, hasil pemanasan,

disaring dengan kertas saring sebanyak lima mililiter. Hasil saringan tersebut

ditambahkan dengan natrium klorida 2% sebanyak satu mililiter. Apabila terdapat

endapan disaring dengan kertas saring. Selanjutnya hasil saringan ditambahkan

dengan gelatin 1% sebanyak lima mililiter. Apabila terdapat endapan, maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

34

mengindikasikan adanya tanin. Hal yang sama juga dilakukan pada fraksi etil

asetat dan perasan daun S. trifasciata (Sangi, Momuat, Kumaunang, 2012).

11. Kromatografi Lapis Tipis (Uji Penegasan Senyawa Flavonoid)

Fase diam yang digunakan adalah selulosa dan fase gerak yang

digunakan adalah n-butanol : asam asetat glasial : air (40 : 10 : 50) v/v. Ekstrak

etanol daun S. trifasciata ditotolkan sebanyak tiga mikroliter pada plat kaca KLT.

Pembuatan standar rutin dengan melarutkan 10 mg serbuk rutin dengan satu

mililiter etanol pra analisis 70 %. Standar rutin selanjutnya ditotolkan sebanyak

tiga mikroliter pada plat KLT. Hasil KLT dideteksi pada panjang gelombang 254

nm, 365 nm, pereaksi uap amonia, dan pereaksi semprot besi (III) klorida. Hal

yang sama juga dilakukan pada fraksi etil asetat dan perasan air.

F. Analisis Hasil

Berdasarkan uji potensi antibiotik, didapatkan data diameter zona jernih

yang kemudian diuji normalitas distribusi data tersebut dengan metode analisis

Shapiro-Wilk. Kriteria distribusi normal dilihat dari nilai kebermaknaan (p) >

0,05. Apabila distribusi normal, dianalisis statistic one way ANNOVA yang

dilanjutkan dengan LSD test untuk mengetahui adanya kebermakaan dalam

perbedaan hasil diameter zona jernih tiap konsentrasi uji dengan kontrol negatif.

Apabila distribusi tidak normal, dianalisis dengan metode Kruskal-Wallis yang

dilanjutnya dengan uji Post Hoc untuk melihat adanya kebermaknaan dalam

perbedaan hasil diameter zona jernih tiap konsentrasi dengan kontrol negatif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

35

Berdasarkan data uji aktivitas antibakteri, dianalisis secara deskriptif

untuk menentukan KHM dan KBM. Analisis deskriptif dengan disertai data

pendukung berupa foto-foto dan disajikan dalam bentuk tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan dan Identifikasi Daun Sansevieria trifasciata

Tanaman Sansevieria trifasciata yang digunakan pada penelitian ini

diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma. Bahan tanaman yang digunakan terletak jauh dari jalan raya, sehingga

dianggap tidak mengalami kontak langsung dengan polusi udara. Hal ini menjadi

perhatian karena tanaman S. trifasciata juga berfungsi sebagai antipolutan yang

menyerap racun yang berbahaya bagi kesehatan. Apabila mengandung racun

tanaman ini dapat membahayakan bila diolah menjadi salah satu alternatif

pengobatan.

Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan benar-benar merupakan tanaman S. trifasciata. Determinasi tanaman

dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat , Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma menggunakan acuan Backer dan Brink (1968). Hasil determinasi

tersebut, tanaman Sansevieria yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

jumlah daun pada tiap tanaman dua hingga enam daun, daun tebal berdaging

sehingga kaku, berwarna hijau tua dengan tepi daun berwarna kuning, bentuk

daun linear-lanset, ukuran panjang 40 - 175 cm dan lebar 2,5 - 9 cm (termasuk

pangkal). Tepi daun yang berwarna kuning menunjukkan kekhasan dari tanaman

jenis S. trifasciata ini. Tanaman ini juga sering dijadikan tanaman hias. Dari

identifikasi tanaman yang dilakukan, tanaman yang digunakan pada penelitian ini

benar merupakan tanaman S. trifasciata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

37

Gambar 1. Tanaman Sansevieria trifasciata

B. Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata

Penelitian ini menggunakan bahan daun S. trifasciata segar yang tidak

melalui tahap pengeringan. Tujuan penggunaan bahan segar ini agar kandungan

senyawa yang terdapat dalam daun tidak berkurang akibat dari proses

pengeringan. Daun dipotong pada bagian bawah lalu dicuci bersih untuk

menghilangkan kotoran-kotoran dan debu yang dapat mengganggu dalam proses

penelitian. Hal ini dikarenakan proses pengerjaan ini nantinya memerlukan

pengerjaan yang steril, sehingga adanya kotoran dan debu yang tidak dibersihkan

dengan sempurna akan menjadi agen kontaminan serta dapat memperburuk hasil

dalam perlakuan.

Selanjutnya daun dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm lalu dihaluskan

dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel bahan dan meningkatkan luas

permukaan bahan. Luas permukaan bahan yang besar akan meningkatkan kontak

antara bahan dan penyari, sehingga penyari dapat bekerja secara optimal dalam

menarik senyawa dari bahan. Tanaman S. trifasciata ini terdapat banyak serat,

sehingga pemotongan bahan menjadi ukuran yang lebih kecil ini juga akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

38

meminimalkan gangguan dari serat daun tersebut. Pada penelitian ini pengambilan

senyawa-senyawa metabolit sekunder pada S. trifasciata menggunakan metode

maserasi dengan pelarut etanol, fraksinasi dengan etil asetat, dan dengan proses

pemerasan.

C. Maserasi, Fraksinasi, dan Pemerasan Daun S. Trifasciata

Daun S. trifasciata yang telah dihaluskan, dilakukan tiga perlakuan, yaitu

diekstrak dengan pelarut etanol (pelarut polar) dan pelarut etil asetat (pelarut semi

polar), serta dilakukan proses pemerasan dengan bantuan air. Ketiga pelarut ini

diharapkan dapat mengambil senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdapat

pada tanaman S. trifasciata secara optimal. Proses ekstraksi dengan pelarut etanol

dilakukan dengan metode maserasi, yaitu dengan cara merendam sejumlah bahan

segar dengan sejumlah cairan pelarut yang dikehendaki. Tujuan dari penggunaan

metode maserasi ini adalah agar semua senyawa metabolit sekunder dalam

tanaman S. trifasciata dapat terambil secara sempurna tanpa melalui proses

pemanasan karena maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi dingin. Selain

itu, proses maserasi merupakan proses ekstraksi yang sederhana dan mudah untuk

dikerjakan.

Dalam proses maserasi ini, bahan ditimbang sebesar 30 g lalu

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 mL. Bahan direndam dengan pelarut etanol

96% sebanyak 150 mL (perbandingan 1:5 v/v). Pengadukan dilakukan dengan

cara digojog menggunakan shaker yang merupakan modifikasi dari proses

maserasi ini. Pengadukan dengan shaker ini mempercepat proses maserasi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

39

pengadukan dilakukan secara konstan (maserasi mekanik). Proses pengadukan ini

dilakukan selama 24 jam dengan harapan pelarut sudah mengambil secara optimal

senyawa yang diinginkan dalam bahan tersebut. Setelah 24 jam pengadukan,

maserat kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman No. 1.

Maserat tersebut dilanjutkan ke proses remaserasi, dimana tujuan dari remaserasi

ini adalah untuk memaksimalkan proses maserasi agar kandungan yang masih

tertinggal dapat terambil dengan pelarut yang baru. Proses remaserasi ini

dilakukan dengan mengganti pelarut yang lama dengan pelarut yang baru dan

diaduk dengan shaker selama 24 jam. Hasil maserasi dengan pelarut etanol 96%

berwarna coklat dengan bau ekstrak yang khas. Setelah melalui proses maserasi,

maserat diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan disimpan dalam

suhu 40ºC.

Pada proses fraksinasi dengan pelarut etil asetat, tanaman pada awalnya

dimaserasi dengan etanol 96 % terlebih dahulu, lalu dipekatkan. Setelah itu

ekstrak yang telah dipekatkan dicampur dengan air, lalu difraksinasi secara

ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil asetat. Proses fraksinasi ini dilakukan karena

ketika dilakukan orientasi, bahan daun yang sudah dihaluskan sulit tercampur

secara sempurna dengan pelarut etil asetat pada saat akan dilakukan proses

maserasi. Etil asetat merupakan pelarut yang memiliki sifat semi polar. Maka dari

itu, tujuan dilakukan fraksinasi dengan pelarut etil asetat ini adalah untuk

mengambil secara optimal senyawa yang bersifat kurang polar yang terdapat

dalam daun S. trifasciata. Fraksinasi ini dilakukan dengan menambahkan ekstrak

kental etanol dengan aquadest perbandingan 1:1 v/v ke dalam corong pisah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

40

Setelah itu ditambahkan pelarut etil asetat, sehingga akan terjadi pemisahan

(Gambar 2.).

Gambar 2. Fraksinasi dengan etil asetat

Pada gambar 2, ditunjukkan bahwa etil asetat berada di atas dan aquadest

di bawah. Hal ini terjadi karena bobot jenis etil asetat (0,894 g/mL) lebih rendah

daripada bobot jenis aquadest (1,000 g/mL). Kandungan senyawa ekstrak etanol

yang bersifat semi polar akan larut dalam etil asetat dan sisanya akan larut dalam

aquadest. Proses fraksinasi ini dilakukan sebanyak tiga kali penambahan dengan

pelarut etil asetat. Setelah itu, hasil fraksinasi diuapkan dengan rotary evaporator

dan disimpan dalam oven dengan suhu 40ºC. Hasil ekstraksi menunjukkan warna

hijau tua dengan bau ekstrak khas.

Tabel I. Rendemen hasil ekstraksi, fraksinasi, dan pemerasan daun

S. trifasciata dengan pelarut etanol 96% dan etil asetat.

Pelarut Rendemen (%b/b) Wujud Warna

Etanol 96% 4, 56 Kental Coklat

Etil asetat 1,40 Kental Hijau tua

Perasan daun 25 Cair Hijau muda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

41

Hasil rendemen (Tabel I) menunjukkan bahwa hasil ekstrak dengan

etanol lebih banyak daripada dengan pelarut etil asetat. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kandungan senyawa pada daun S. trifasciata lebih banyak larut pada

pelarut etanol (pelarut polar), sedangkan lebih sedikit yang larut oleh pelarut etil

asetat (pelarut semi polar). Sehingga dapat dilihat bahwa pada daun S.trifasciata

lebih banyak larut dalam pelarut polar.

Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan proses pemerasan bahan

dengan bantuan air. Perlakuan ini sesuai dengan perlakuan empiris yang telah

dilakukan sejak jaman dahulu kala. Menurut Philip, Kaleena, Valivittan, dan

Kumar (2011), penggunaan daun tanaman Sansevieria secara tradisional dengan

cara dihaluskan dan diperas pada daerah tubuh yang terkena luka. Maka dari itu

pada penelitian ini, bahan yang telah dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (1

x 1 cm), kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender, lalu disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatman No. 1.

D. Pengujian Potensi Antibakteri Secara Metode Sumuran

Uji antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode difusi secara

sumuran dimana media pertumbuhan akan dibuat lubang sumuran yang pada

masing-masing lubang tersebut akan diisi larutan ekstrak dari masing-masing

konsentrasi. Prinsip dari metode difusi adalah senyawa antibakteri pada ekstrak

etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata akan terdifusi ke dalam

media padat yang telah diinokulasikan bakteri uji yaitu S. aureus ATCC 25923

dan P. aeruginosa ATCC 27853. Tujuan dari metode difusi sumuran ini untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

42

melihat daya antibakteri ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun

S. trifasciata berdasarkan pada zona jernih. Pemilihan metode sumuran ini sesuai

dengan sifat bakteri yang digunakan yaitu S. aureus ATCC 25923 yang memiliki

sifat anaerob fakultatif dan P. aeruginosa ATCC 27853 yang memiliki sifat aerob.

Maka dari itu diharapkan senyawa antibakteri tanaman S. trifasciata dapat

terdifusi sampai ke dalam media untuk menghambat pertumbuhan bakteri

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853. Hal ini pula yang

mendasari alasan penggunaan metode pour plate sebagai metode penanaman

isolat S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853.

Pada penelitian ini masing-masing ekstrak dibuat tingkat konsentrasi

(100%, 75%, 50%, dan 25%). Tujuan pembuatan tingkat konsentrasi ini untuk

mengetahui konsentrasi minimum dari ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan

perasan daun S. trifasciata dalam menghambat pertumbuhan bakteri

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853. Ekstrak etanol, fraksi

etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata yang tidak ditambahkan dengan larutan

kontrol negatif DMSO 5% dianggap sebagai konsentrasi 100%. Tiap larutan

konsentrasi dibuat dengan menggunakan larutan DMSO 5% sebagai pelarut

karena ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata larut dalam

pelarut ini. DMSO dibuat konsentrasi 5% agar pelarut tersebut tidak memiliki

aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Sharma and Sharma (2011)

DMSO tidak akan memberikan aktivitas antibakteri pada konsentrasi kurang dari

15%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

43

Pada penelitian ini juga dilakukan kontrol negatif, kontrol media, kontrol

pertumbuhan bakteri, dan kontrol positif. Kontrol negatif bertujuan untuk

menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan tidak memberikan aktivitas

antibakteri. Kontrol negatif yang digunakan adalah larutan DMSO 5%. Kontrol

media bertujuan untuk melihat apakah dalam perlakuan terjadi kontaminasi atau

tidak. Kontrol media ini dibuat dengan menuangkan media NA ke dalam cawan

petri steril. Kontrol pertumbuhan bakteri bertujuan untuk melihat pertumbuhan

bakteri pada media tersebut. Kontrol pertumbuhan bakteri ini dibuat dengan

memasukkan bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

masing-masing sebanyak 0,5 mL ke dalam masing-masing 25 mL media NA lalu

dituang ke dalam cawan petri steril secara pour plate.

Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Burnazin®.

Kontrol positif bertujuan sebagai pembanding dengan perlakuan. Burnazin®

merupakan krim antibiotik yang mengandung perak sulfadiazine yang biasanya

digunakan untuk mengobati luka bakar. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia (2013), konsentrasi krim perak sulfadiazine yang

biasanya digunakan sebagai antibiotik pada penyakit infeksi luka bakar adalah 1

%. Krim ini terdiri atas dua komponen zat aktif yaitu perak dan sulfadiazine

dengan zat pembawa berupa emulsi oil in water (o/w) yang larut dalam air

(Widagdo, 2005).

Pemilihan kontrol positif ini juga berdasarkan pada kemiripan

mekanisme kerja perak sulfadiazine dan kandungan senyawa flavonoid, tanin,

alkaloid, dan saponin, yaitu sama-sama bekerja pada membran dan dinding sel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

44

dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanisme kerja perak sulfadiazine

adalah dengan melepaskan perak secara perlahan-lahan sampai mencapai kadar

toksik pada membran dan dinding sel bakteri sehingga menyebabkan kematian

pada bakteri tersebut. Zat pembawa berfungsi untuk meningkatkan kecepatan

absorpsi dan mempermudah penetrasi ke dalam luka bakar (Widagdo, 2005).

Flavonoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak permeabilitas

dinding sel, mikrosom, dan lisosom (Sabir, 2005). Tanin menyebabkan sel bakteri

lisis karena tekanan osmotik yang menghambat pembentukan dinding sel

(Ngajow, et al., 2013). Alkaloid mengganggu komponen penyusun peptidoglikan

sehingga lapisan sel tidak terbentuk (Farida, et al., 2010). Saponin mengganggu

stabilitas membran sel sehingga sel bakteri lisis (Darsana, et al., 2012).

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 pada penelitian

ini disetarakan dengan larutan Mc Farland II. Hal ini bertujuan untuk

menyetarakan jumlah S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853

dengan larutan Mc Farland II yaitu 6 x 108 CFU/mL. Pada penelitian ini,

pengujian potensi antibakteri dalam satu media NA masing-masing dibuat enam

sumuran yang diisi dengan empat tingkat konsentrasi ekstrak etanol, fraksi etil

asetat, dan perasan daun S. trifasciata, satu kontrol positif, dan satu kontrol

negatif. Ke dalam masing-masing lubang sumuran diinokulasikan sebanyak 50

µL. Setiap perlakuan dilakukan replikasi tiga kali. Setelah diinkubasi dalam suhu

ruangan selama 24 jam, hasil dilihat berdasarkan zona jernih yang terbentuk. Zona

jernih ini menggambarkan tidak adanya pertumbuhan bakteri di sekitar sumuran

akibat dari aktivitas ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, maupun perasan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

45

menghambat pertumbuhan bakteri. Perhitungan diameter zona jernih dapat

dilakukan dengan menggunakan penggaris.

Data-data dari hasil perlakuan, selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan uji Kruskal-Wallis. Uji ini sesuai untuk membandingkan variabel-

variabel numerik yang memiliki jumlah kelompok lebih dari dua tak berpasangan

dan merupakan uji nonparametrik. Uji Kruskal-Wallis merupakan alternatif dari

uji one way ANOVA karena distribusi data tidak normal. Dalam analisis data ini,

perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif.

Tabel II. Uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun S. trifasciata

perlakuan

Diameter zona jernih

S. aureus P. aeruginosa

1 2 3 1 2 3

Burnazin® 15 mm 16 mm 16,5mm 11 mm 14 mm 10 mm

DMSO 5% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

100% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

75% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

50% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

25% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Diameter lubang sumuran : 6 mm

Burnazin® : kontrol +

DMSO 5% : kontrol –

Pada Tabel II, fraksi etil asetat sama sekali tidak memberikan zona

jernih pada kedua biakan bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat

tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853. Dalam penelitian ini fraksi etil asetat tidak

berpotensi untuk dikembangkan menjadi antibakteri. Berdasarkan hasil pengujian,

fraksi ini diperkirakan tidak menunjukkan keberadaan senyawa-senyawa seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

46

flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid yang dapat menghambat pertumbuhan

kedua biakan bakteri.

Tabel III. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun S. trifasciata

perlakuan

Diameter zona jernih

S. aureus P. aeruginosa

1 2 3 1 2 3

Burnazin® 16 mm 16,5mm 17,5 mm 17,5mm 25 mm 26 mm

DMSO 5% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

100% 21 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

75% 6 mm 20 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

50% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

25% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Diameter lubang sumuran : 6 mm

Burnazin® : kontrol +

DMSO 5% : kontrol –

Pada pengamatan ekstrak etanol 96%, zona jernih hanya tampak pada

bakteri S. aureus di konsentrasi 100% dan 75%. Berdasarkan tabel III, pada

perlakuan dengan bakteri S. aureus, rata-rata zona jernih pada konsentrasi 100%

adalah 21 mm. Nilai ini lebih besar daripada kontrol positifnya yaitu 21 mm.

Padahal zona jernih pada konsentrasi ini hanya tampak pada perlakuan replikasi

satu, sedangkan replikasi dua menunjukkan zona jernih pada konsentrasi 75%

yaitu sebesar 20 mm. Dalam menganalisis data dilakukan uji Kruskal Wallis,

ditemukan nilai p = 0,186 sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat

perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun S. trifasciata dalam

menghambat pertumbuhan S. aureus ATCC 25923 dengan kelompok negatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri hanya terjadi

pada bakteri S. aureus ATCC 25923 (Gram positif), sedangkan pada bakteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

47

P. aeruginosa ATCC 27853 (Gram negatif) tidak terjadi aktivitas antibakteri. Hal

ini dapat terjadi karena perbedaan komposisi dan struktur dinding sel pada bakteri

Gram positif dan Gram negatif. Struktur dinding sel Gram positif lebih sederhana

yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang rendah (1 – 4 %) sehingga

memudahkan kandungan senyawa untuk masuk ke dalam sel. Sedangkan pada

struktur dinding sel Gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga; lapisan

terluar berupa lipoprotein, lapisan tengah berupa lipopolisakarida yang berfungsi

menghalangi masuknya kandungan senyawa aktif dalam menghambat aktivitas

antibakteri, dan terdapat lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan kandungan

lipid tinggi (11 – 12 %) (Brooks, et al., 2005).

Pada saat uji fitokimia, terdeteksi keberadaan flavonoid pada ekstrak

tersebut, sehingga peneliti menganggap aktivitas antibakteri tersebut terjadi

karena aktivitas flavonoid berperan dalam menghambat aktivitas antibakteri. Uji

aktivitas antibakteri tersebut tidak dilanjutkan dengan uji KHM dan uji KBM. Hal

ini dikarenakan aktivitas daya hambat pada konsentrasi tersebut lemah. Menurut

Stout (cit., Rita, 2010), daya hambat bakteri ≥ 20 mm termasuk dalam kategori

sangat kuat, 10 – 20 mm kategori kuat, 5 – 10 mm kategori sedang, dan ≤ 5 mm

kategori lemah. Daya hambat dalam kategori ini merupakan rata-rata daya hambat

murni yang telah dikurangi dengan diameter sumuran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

48

Tabel IV. Uji aktivitas antibakteri perasan daun S. trifasciata

perlakuan

Diameter zona jernih

S. aureus P. aeruginosa

1 2 3 1 2 3

Burnazin® 10 mm 11 mm 10 mm 11,5mm 10 mm 10 mm

DMSO 5% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

100% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

75% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

50% 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm 6 mm

Konsentrasi

25% 10 mm 6 mm 6 mm 11 mm 6 mm 6 mm

Diameter lubang sumuran : 6 mm

Burnazin® : kontrol +

DMSO 5% : kontrol –

Berdasarkan tabel IV, dapat diketahui bahwa terdapat zona jernih pada

tingkat konsentrasi 25% terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853. Masing-masing perlakuan terhadap kedua bakteri

tersebut hanya terjadi pada satu replikasi saja. Zona jernih yang terbentuk pada

konsentrasi tersebut adalah sepuluh milimeter terhadap bakteri S. aureus ATCC

25923 dan lima milimeter terhadap bakteri P. aeruginosa ATCC 27853. Menurut

Pelczar, Chan, dan Krieg (1988), setiap kenaikan konsentrasi akan meningkatkan

nilai diameter dari zona jernih, namun pernyataan tersebut tidak sesuai dengan

penelitian ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) juga mengalami

hal yang serupa, dimana peningkatan konsentrasi tidak harus sebanding dengan

besarnya nilai diameter zona jernih yang dihasilkan. Hal tersebut dapat terjadi

karena perbedaan difusi dan konsentrasi senyawa antibakteri pada media agar.

Berdasarkan analisis uji Kruskal-Wallis, pada perlakuan terhadap bakteri

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 diketahui sama-sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

49

memberikan nilai p = 0,026. Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa

paling tidak terdapat perbedaan zona jernih perasan daun S. trifasciata terhadap

dua kelompok. Dari kesimpulan tersebut maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc

untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan. Analisis Post Hoc

untuk uji Kruskal-Wallis adalah uji Mann-Whitney. Dalam uji ini, kelompok yang

dibandingkan adalah kelompok kontrol negatif dan kelompok konsentrasi 25%

(yang memberikan nilai zona jernih). Hasil dari uji Mann-Whitney memberikan

hasil yang sama untuk bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC

27853, yaitu nilai p = 0,317. Nilai p > 0,05 menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna.

Ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata yang

digunakan dalam penelitian ini memberikan hasil yang berbeda. Fraksi etil asetat

daun S. trifasciata tidak menunjukkan aktivitas antibakteri. Ekstrak etanol daun

S. trifasciata menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 100% dan 75 %

meskipun hanya ditunjukkan pada bakteri S. aureus ATCC 25923 saja. Namun

setelah diuji secara statistik, konsentrasi yang menunjukkan aktivitas antibakteri

tidak menunjukkan perbedaan aktivitas dengan kelompok lain. Perasan daun

S. trifasciata menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentasi terendah yaitu

25% pada masing-masing bakteri. Secara statistik, aktivitas antibakteri perasan

daun S. trifasciata konsentrasi 25% pada masing-masing bakteri ini menunjukkan

hasil berbeda tidak bermakna apabila dibandingkan dengan kontrol negatif.

Pada penelitian ini, secara garis besar menunjukkan hasil negatif. Hal ini

kemungkinan dapat disebabkan karena kandungan senyawa dalam ekstrak etanol,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

50

fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata memiliki kadar yang rendah,

sehingga kurang mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus ATCC

25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 dalam media NA. Kandungan senyawa

yang terdapat dalam bahan ini tidak signifikan sebagai antibakteri (Jamal, Agusta,

dan Praptiwi, 2000).

E. Uji Fitokimia Ekstrak dan Perasan Daun S. trifasciata

Uji fitokimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa dalam

ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata secara kualitatif.

Uji ini juga dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya kandungan senyawa yang

berfungsi sebagai antibakteri pada tanaman S. trifasciata. Uji fitokimia yang

dilakukan adalah uji saponin, uji alkaloid, uji flavonoid, dan uji tanin yang

dilakukan secara uji tabung.

Tabel V. Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan

perasan daun S. trifasciata

Uji Fitokimia Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Perasan

Saponin - - -

Alkaloid - - -

Flavonoid

Pereaksi H2SO4

Pereaksi NaOH

-

-

-

+

+

+

Tanin

Pelarut FeCl3

Penambahan

gelatin 1%

-

-

-

-

-

-

+ : menunjukkan hasil positif

- : tidak menunjukkan hasil positif

a. Uji saponin

Uji saponin yang digunakan pada penelitian ini adalah uji busa, dimana

ekstrak sebanyak satu mililiter ditambahkan lima mililiter aquadest. Hasil positif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

51

pada uji ini adalah akan terbentuk busa setebal satu sentimeter. Saponin memiliki

glikosil yang berfungsi sebagai gugus polar dan gugus terpenoid / steroid sebagai

gugus non polar. Pada saat dilakukan gojogan akan terbentuk misel karena

senyawa gugus polar dan non polar tersebut yang memiliki sifat aktif permukaan.

Keadaan misel tersebut akan kelihatan seperti busa. Namun pada pengujian

dengan ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan tidak terdapat busa setelah

dilakukan penggojogan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol, ekstrak etil

asetat, maupun perasan tidak memiliki kandungan saponin.

b. Uji alkaloid

Uji alkaloid pada penelitian ini menggunakan pereaksi uji Mayer dimana

ke dalam dua mililiter masing-masing bahan ditambahkan asam klorida 1%,

karena alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa. Lima tetes larutan Mayer

mengandung merkuri klorida dan kalium iodida ditambahkan. Prinsip identifikasi

dengan larutan Mayer ini adalah reaksi pengendapan karena adanya penggantian

ligan. Endapan tersebut terjadi karena adanya kompleks antara kalium dan

alkaloid. Pada pereaksi Mayer, larutan merkuri klorida akan bereaksi dengan

kalium iodida membentuk kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid mengandung

atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas akan berekasi dengan ion

logam K+ pada kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap (Marliana, Suryanti, dan Suyono, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

52

Gambar 3. Reaksi uji Mayer

(Marliana, et al., 2005)

Hasil positif akan terbentuk endapan putih atau hijau. Namun pada

penelitian ini, baik ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, maupun perasan tidak

menunjukkan endapan pada saat perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak

etanol, ekstrak etil asetat, maupun perasan daun S. trifasciata tidak memiliki

kandungan alkaloid.

c. Uji flavonoid

Uji flavonoid yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pereaksi

asam sulfat dan pereksi basa natrium hidroksida encer. Hasil positif pada pereaksi

asam sulfat akan menunjukkan perubahan warna menjadi orange, sedangkan pada

pereksi basa natrium hidroksida akan menunjukkan perubahan warna menjadi

kuning. Menurut Mabry (cit., Sjahid, 2008) Flavonoid memiliki gugus orto

dihidroksi, sehingga dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan warna

orange. Penambahan bahan yang mengandung flavonoid dengan pereaksi natrium

hidroksida akan menghasilkan warna kuning. Menurut Markham (cit., Kumalasari

dan Sulistyani, 2011), flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki sifat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

53

asam lemah, sehingga dengan penambahan basa kuat seperti natrium hidroksida

akan melarutkan senyawa fenol tersebut.

Gambar 4. Reaksi flavonoid dengan natrium hidroksida

(Robinson (cit., Mulyani dan Laksana, 2011))

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan daun S. trifasciata

terjadi perubahan warna pada pereaksi asam sulfat menjadi warna orange dan

pereaksi natrium hidroksida menjadi warna kuning kehijauan. Perubahan warna

ini sebenarnya tidak terlalu mencolok, maka dari itu dapat diketahui bahwa

perasan daun S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid, sedangkan pada

ekstrak etanol hasil positif berupa warna kuning hanya ditunjukkan pada saat

penambahan pereaksi natrium hidroksida. Maka dari itu pada ekstrak etanol ini

perlu dilakukan penegasan untuk memastikan keberadaan flavonoid dengan

dilakukan KLT. Pada fraksi etil asetat tidak menunjukkan adanya perubahan

warna saat ditambahkan dengan perekasi natrium hidroksida dan asam sulfat. Hal

ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat tidak memiliki kandungan flavonoid.

d. Uji tanin

Uji tanin pada penelitian ini menggunakan uji dengan pereaksi besi (III)

klorida yang dilihat perubahan warna menjadi biru tua atau hijau. Apabila larutan

besi (III) klorida ditambahkan kedalam ekstrak diperkirakan salah satu gugus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

54

hidroksil yang terdapat pada senyawa tanin yang merupakan senyawa fenolik

akan bereaksi dengan larutan tersebut. Pada penelitian ini ekstrak etanol tidak

terlihat perubahan warna menjadi biru tua atau hijau pada saat penambahan

pereaksi besi (III) klorida. Hal yang sama juga terjadi pada fraksi etil asetat dan

perasan daun S. trifasciata, sehingga dapat diketahui bahwa tidak terdapat tanin

dalam ketiga bahan tersebut.

Gambar 5. Reaksi tanin dengan besi (III) klorida

(Sangi, et al., 2012)

Selain pengujian dengan menggunakan larutan besi (III) klorida,

dilakukan juga pengujian dengan penambahan larutan gelatin 1 %. Hasil positif

bila terbentuk endapan pada saat penambahan gelatin 1%. Gelatin 1 %

merupakan protein dan senyawa tanin akan bereaksi dengan protein membentuk

kopolimer yang tidak larut air sehingga membentuk endapan (Harborne, 1987).

Reaksi yang terjadi adalah ikatan hidrogen jenis intermolekul, karena atom H

yang terikat dengan atom O dan N berasal dari dua molekul. Atom H dari molekul

tanin terikat dengan atom O pada gelatin dan atom H pada molekul gelatin terikat

dengan atom O pada tanin (Sa’adah, 2010). Pada hasil pengamatan ekstrak etanol,

fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata ketiganya tidak menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

55

adanya endapan, sehingga dapat disimpulkan ketiga bahan tersebut tidak memiliki

kandungan tanin.

F. Uji Penegasan Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Uji penegasan untuk memastikan ada tidaknya kandungan fitokimia

dalam bahan daun S. trifasciata menggunakan metode kromatografi lapis tipis

(KLT) plat kaca. Pada uji tabung yang telah dilakukan sebelumnya, hasil positif

ditunjukkan pada uji flavonoid ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata,

maka dari itu uji penegasan KLT yang dilakukan untuk mempertegas senyawa

flavonoid kedua bahan tersebut. Fase diam yang digunakan adalah selulosa karena

sesuai dengan senyawa flavonoid yang memiliki sifat polar. Fase gerak yang

digunakan adalah campuran pelarut n-butanol : asam asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v yang memiliki sifat polar. Pertimbangan kepolaritasan menjadi alasan

pemilihan fase gerak dan fase diam. Pada senyawa yang bersifat polar, akan lebih

mudah terelusi pada fase gerak yang bersifat polar.

Bejana kromatografi yang telah diisikan fase gerak dijenuhkan terlebih

dahulu dengan tujuan agar proses pemisahan pada KLT dapat berlangsung secara

maksimal. Pembanding yang digunakan adalah rutin. Rutin merupakan senyawa

golongan flavonoid glikosida yang sering ditemukan dalam tanaman. Penggunaan

pembanding bertujuan sebagai pendekatan untuk mengidentifikasi senyawa

flavonoid yang ada pada daun S. trifasciata. Elusi dilakukan sepanjang 10

sentimeter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

56

Tabel VI . Hasil uji KLT ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata

Perlakuan

Nilai Rf

Sinar UV

254 nm

Sinar UV

365 nm

Uap

Amonia

Pereaksi

semprot

FeCl3

Ekstrak

etanol

Sampel

Rf 1 1 1 1

Warna kuning kuning

kehijauan kuning hijau

Rutin

Rf Tidak

tampak

0,73 0,73 0,73

Warna kuning

kehijauan

kuning

kehijauan hijau

Perasan

Sampel Rf Tidak

tampak

0, 68 Tidak

tampak

0,72

Warna kuning hijau

Rutin

Rf Tidak

tampak

0,55 0,55 0,75

Warna kuning

kuning

muda hijau

Pada tabel VI, ditunjukkan bahwa ekstrak dan perasan daun S. trifasciata

memiliki kandungan flavonoid. Hal ini ditunjukkan dengan bercak yang

ditimbulkan jika dilihat pada deteksi pada UV 254 nm, 365 nm, uap amonia, dan

pereaksi semprot FeCl3. Pereaksi uap amonia merupakan pendeteksi yang

biasanya digunakan untuk mempertegas senyawa flavonoid secara kualitatif pada

KLT. Hasil positif yang ditunjukkan adalah warna kuning. Senyawa flavonoid,

ketika ditambahkan basa (amonia) maka akan membentuk ikatan antara NH3+

dengan gugus OH pada flavonoid. Menurut Robinson (cit., Kumalasari dan

Sulistyani, 2011), flavonoid dengan uap amonia membentuk struktur konoid pada

cincin B yang akan membuat ikatan rangkap terkonjugasi menjadi lebih panjang

sehingga akan meningkatkan intensitas warnanya. Pada ekstrak etanol warna

kuning tampak setelah dilakukan deteksi dengan uap ammonia. Pada perasan daun

S. trifasciata juga menunjukkan warna kuning. Berdasarkan hasil positif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

57

dihasilkan, ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata mengandung senyawa

flavonoid.

Selain diuapi dengan amonia, deteksi senyawa flavonoid juga dilakukan

dengan penyemprotan dengan larutan besi (III) klorida. Cara ini merupakan cara

yang sederhana dan paling sering dilakukan. Hasil positif akan menimbulkan

warna hijau. Hal ini dapat terjadi karena flavonoid merupakan senyawa fenol,

sehingga penyemprotan dengan besi (III) klorida akan mengakibatkan

pembentukan kompleks antara gugus fenol dengan Fe (Harborne, 1987). Pada

ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata, menunjukkan hasil yang positif

yaitu berwarna hijau. Hal ini semakin mempertegas adanya senyawa flavonoid

pada kedua ekstrak tersebut. Berdasarkan uji penegasan dengan KLT, dapat

disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan perasan daun S. trifasciata mengandung

flavonoid, dimana kandungan flavonoid ini yang diperkirakan memberikan

aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus ATCC 25923 dan

P. aeruginosa ATCC 27853.

Pada penelitian ini menggunakan bahan yang segar, tanpa melalui tahap

pengeringan, sehingga bahan yang dihasilkan dari proses ekstraksi memiliki

jumlah yang sedikit. Hasil ekstraksi yang sedikit menyebabkan sulitnya

mendeteksi keberadaan kandungan senyawa fitokimia dalam tanaman dengan

metode yang digunakan. Hal ini merupakan keterbatasan dalam penelitian ini.

Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya. Berdasarkan

penelitian Gitasari (2011), daun S. trifasciata dapat menghambat aktivitas

antibakteri pada Staphylococcus aureus, dimana pada penelitian tersebut daun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

58

S. trifasciata memiliki kandungan flavonoid, steroid, dan alkaloid. Sementara itu.

Pada penelitian ini daun S. trifasciata memiliki kemampuan menghambat aktivitas

antibakteri pada bakteri S. aureus dan P. aeruginosa, namun perbedaannya tidak

signifikan sehingga belum dapat disimpulkan memiliki daya antibakteri yang baik

pada kedua bakteri tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Fraksi etil asetat daun S. trifasciata tidak memiliki daya antibakteri pada

bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853.

2. Ekstrak etanol daun S. trifasciata memiliki daya antibakteri terhadap bakteri

S. aureus ATCC 25923, tetapi dengan perbedaan yang tidak bermakna

dibandingkan dengan kontrol negatif. Ekstrak etanol daun S. trifasciata tidak

memiliki daya antibakteri pada bakteri P. aeruginosa ATCC 27853.

3. Perasan daun S. trifasciata memiliki daya antibakteri pada

S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 dibandingkan

dengan kontrol negatif, tetapi perbedaannya tidak bermakna.

4. Ekstrak etanol, fraksi etil asetat, dan perasan daun S. trifasciata terhadap

bakteri S. aureus ATCC 25923 dan P. aeruginosa ATCC 27853 tidak

memiliki nilai KHM dan KBM.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan tanaman S. trifasciata menggunakan

simplisia kering.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan tanaman S. trifasciata menggunakan

bakteri lain, seperti: Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang daya antibakteri tanaman Sansevieria jenis

lain, seperti : Sansevieria liberica dan Sansevieria ehrenbergii.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

60

DAFTAR PUSTAKA

Asih, I. A. R. A., 2009, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Isoflavon dari Kacang

Kedelai (Glycine max), Jurnal Kimia, 33 - 39.

Backer, C. A., and Brink, R. C., 1968, Flora of Java : Spermatophytes Only, vol

III, Wort’ RS-Noordhoff N.V., Groningen, Nedherlands, pp. 162.

Brooks, G. F., Butel, J. S., and Morse, S. A., 2001, Medical Microbiology, 22nd

Ed, diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga, Salemba Medika, Jakarta, pp. 317 - 326, 371 -

375.

Church, D., Elsayed, S., Reid, O., Winston, B., dan Lindsay, R., 2006, Burn

Wound Infections, Clinical Microbiology Reviews, 19 (2), 403 - 434.

Corwin, E. J., 2008, Handbook of Pathophysiology, 3rd

ed, diterjemahkan oleh

Subekti, Nike, B., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta., pp. 127 -

134.

Dalimartha, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 4, Puspa Swara,

Jakarta, pp. 54.

Darsana, I. G. O., Besung, I. N. K., dan Mahatmi, H., 2012, Potensi Daun

Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat

Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli secara In vitro, Indonesia Medicus

Veterinus, 1(3), 337 - 351.

Dewi, 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda

Citrifolia, Linnaeus) Terhadap bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pp. 23 – 33.

Dewitasari, W. F., 2009, Uji Anatomi, Metabolit Sekunder, dan Molekuler

Sansevieria trifasciata, Tesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pp.

19.

Direktorat Obat Asli Indonesia, 2013, Pedoman Teknologi Formulasi Sediaan

Berbasis Ekstrak, Volume 2, Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia, Jakarta, pp. 3 - 17.

Dirjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp 32.

Fajiriah, S., Darmawan, A., Sundowo, A., dan Artanti, N., 2007, Isolasi Senyawa

Antioksidan dari Ekstrak Etil Asetat Daun Benalu Dendrophtoe

pentandra L. Miq yang Tumbuh pada Inang Lobi-Lobi, Pusat Penelitian

Kimia-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Volume 2 (1), pp. 17 - 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

61

Farida, R., Dewa, M., Titis, N., dan Endrawati, 2010, Manfaat Sirih Merah (Piper

crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif

dan Gram Negatif, Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, Volume

1 (1), pp. 23-27.

Farouk, A.E., Faizal A.H.G., and Ridzwan B.H., 2007, New Bacterial Species

solated from Malaysian Sea Cucumbers with Optimized Secreted

Antibacterial Activity, American Journal of Biochemistry and

Biotechnology, Volume 1, pp. 64 - 69.

Freeman-Cook, L. and Freeman,-Cook, K., 2006, Staphylococcus aureus

Infections, Chelsea House Publishers, USA, pp. 26 - 28.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, pp. 328, 353 - 355, 359 - 361, 366.

Gitasari, Y. D., 2011, Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Daun Lidah Mertua

(Sansevieria trifasciata Prain), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor,

pp. 1 - 34.

Gunawan, D., dan Mulyani, S., 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I,

Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 87 - 90.

Harborne, J.R., 1987, Phytochemical methods. In: A Guide to Modern Techniques

of Plants Analysis, Chapman and Hall, London, pp.4 - 5.

Herlianawati, M., 2007, Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Binahong

(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcus aureus

ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pp. 23-36.

Hugo, W.B. and Russell, A.D., 1987, Pharmaceutical Microbiology, 6th Edition,

Blackwell Science, London, pp. 242-243.

Ikewuchi, C., Ikewuchi, C., Ayalogu, O., dan Onyeike, N., 2010, Proximate and

Phytochemical Profile of Sansevieria liberica Gerome and Labroy, J.

Appl. Sci. Environ. Manage., Vol. 14 (2), pp. 103 – 106.

Jamal, Y., Agusta, A., Praptiwi, 2000, Komponen Kimia dan Efek Antibakteri

Minyak Atsiri Kulit Buah dan Daun Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa

Bunge.), Majalah Farmasi Indonesia, 11 (2), pp. 77-85.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia , 2013, Daftar Obat Esensial

Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 54.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

62

Kumalasari, E., dan Sulistyani, N., 2011, Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol

Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap

Candida albicans Serta Skrining Fitokimia, Jurnal Ilmiah Kefarmasian,

1 (2), pp. 51 – 62.

Lei, Z., Wang, H., Zhou, R., dan Duan, Z., 2002, Influence of Salt Added to

Solvent on Extractive Distilation, Chem Eng, 149(56), pp. 87.

Lenny, S., 2006, Isolasi dan Uji Bioaktivitas Kandungan Kimia Utama Puding

Merah dengan Metoda Uji Brine Strimp, Skripsi, Universitas Sumatera

Utara, Medan, pp. 23.

Marliana, S. D., Suryanti, V., Suyono, 2005, Skrining Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium

edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi, 3 (1), 26-31.

Mayhall, C. G., 2003, The Epidemiology of Burn Wound Infections : Then and

Now, http://cid.oxfordjournals.org/ , diakses tanggal 30 April 2013.

Mulyani, S., dan Laksana, T., 2011, Analisis Flavonoid dan Tannin dengan

Metoda Mikroskopi-Mikrokimiawi, Majalah Obat Tradisional, 16 (3),

pp. 109 – 114.

Nasional Center for Biotechnology Information, 2014, Taxonomy Browser, NCBI,

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Taxonomy/Browser/wwwtax.cgi, diakses

tanggal 3 Juni 2014.

Ngajow, M., Abidjulu, J., dan Kamu, V. S., 2013, Pengaruh Antibakteri Ekstrak

Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus

aureus secara In vitro, Jurnal MIPA UNSRAT ONLINE, 2 (2), 128-132.

Pelczar, M.L., Chan, E.C.S., Krieg, N.R., 1988, Control Of Microorganisms, the

Control of Microorganisms by Physics Agents, Mc Graw-Hill

International, New York, pp. 469 - 509.

Philip, D., Kaleena, P. K., Vallivittan, K., and Kumar, C. P., 2011, Phytochemical

Screening and Antimicrobial Activity of Sansevieria roxburghiana

Schult. and Schult. F., Middle-East Journal of Scientific Research, 10

(4), 512 - 518.

Plantamor, 2012, Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain.), Informasi Spesies,

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1411, diakses tanggal 30

Mei 2014.

Pranoto, E., Ma’ruf, W., Pringgenies, D., 2012, Kajian Aktivitas Bioaktif Ekstrak

Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap Jamur Candida albicans,

Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1(1), pp. 1-8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

63

Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta, pp. 136 - 147.

Purwanto, A. W., 2006, Sansevieria: Flora Cantik Penyerap Racun, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta, pp. 8 - 12.

Qomariyah, N., Sarto, M., dan Pratiwi, R., 2012, Antidiabetic Effects of a

Dcoction of Leaves of Sansevieria trifasciata in Alloxan-Induced

Diabetic White Rats (Rattus norvegicus L.), ITB Journal Science, 44 (4),

308 - 316.

Rita, W. S., 2010, Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa

Golongan Triterpenoid pada Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria

(Berg.) Roscoe), Jurnal Kimia 4, 1 (4), pp. 24.

Sa’adah, L., 2010, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin dari Daun Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi L.), Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN)

Maulana Malik Ibrahim, Malang, pp. 34 – 42.

Sabir, A., 2005, Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propilis Trigona Sp Terhadap

Bakteri Streptococcus mutans (In vitro), Majalah Kedokteran Gigi (Dent.

J.), Volume 38, pp. 135 - 141.

Sangi, M. S., Momuat, L. I., Kumaunang, M., 2012, Uji Toksisitas dan Skrining

Fitokimia Tepung Gabah pelepah Aren (Arenga pinnata), Jurnal Ilmiah

Sains, 12 (2), 127 - 133.

Sharma, A., and Sharma, K., 2011, Should Solubility and Zone of Inhibition Be

the Only Criteria for Selection of Solvent in Antimirobial Assay,

Advances in Biological Research, 5 (5), 241 - 247.

Sheela, D. J., Jeeva, S., Shamila, I. M., Lekshmi N. C. J., Brindha J. R., 2012,

Antimicrobial Activity and Phytochemical Analysis of Sansevieria

roxburghiana Leaf, Asian Journal of Plant Science and Research, 2 (1),

41 - 44.

Sjahid, L., R., 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru

(Eugenia uniflora L.), Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta, pp. 17 – 20.

Soedarmo, S. S. P., dkk, 2008, Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi Kedua,

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, pp. 2.

Sunilson, A., Jayaraj, P., Varatharajan R., Thomas, J., James, J., dan Muthappan,

M., 2009, Analgesic and Antipyretic Effects of Sansevieria trifasciata

Leaves, Afr. J. Trad. CAM, 6 (4), pp. 529-533.

Sutarma, 2000, Kultur Media Bakteri, Temu Teknis Fungsional non Peneliti, Balai

Penelitian Veteriner, Bogor, pp. 52-57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

64

Trease dan Evans, 2002, Pharmacognosy, 15th Edition, University of Nothingham,

UK, pp. 214 - 227.

Vandepitte, J., et. al, 2003, Basic Laboratory Procedures in Clinical

Bacteriology, 2nd

Ed, diterjemahkan oleh Setiawan, Lyana, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 97 - 99.

Widagdo, T., 2004, Perbandingan Pemakaian Aloe vera 30 %, 40 %, dan Silver

Sulfadiazine 1 % Topikal pada Penyembuhan Luka Bakar Derajat II,

Laporan Penelitian, Universitas Diponegoro, Semarang, pp. 16-18.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

65

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

66

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman S. trifasciata Prain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

67

Lampiran 2. Sertifikat Hasil Uji Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

68

Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji Bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

69

Lampiran 4. Foto Proses Penyiapan Bahan Daun S. trifasciata

Foto daun S. trifasciata setelah diblender

Foto ekstrak etanol daun S. trifasciata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

70

Lampiran 5. Kontrol Kontaminasi, Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus,

Kontrol pertumbuhan bakteri P. aeruginosa

Foto kontrol kontaminasi

Foto Kontrol pertumbuhan S. aureus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

71

Foto kontrol pertumbuhan P. aeruginosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

72

Lampiran 6. Foto Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanol, Fraksi Etil Asetat, dan

Perasan Daun S. trifasciata

Keterangan :

1 : konsentrasi 100 %

2 : konsentrasi 75 %

3 : konsentrasi 50 %

4 : konsentrasi 25 %

1 2 3 4 Foto variasi konsentrasi perasan daun

S. trifasciata

1 2 3 4

3 1 2 4

Foto variasi konsentrasi ekstrak

etanol daun S. trifasciata

Foto variasi konsentrasi fraksi etil

asetat daun S. trifasciata

1 2 3 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

73

Lampiran 7. Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

a

b

d

c

e

f

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

74

Lampiran 8. Hasil Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun S. trifasciata terhadap

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun

S. trifasciata terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v fraksi etil asetat daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

a

b c

d

e

f

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

75

Lampiran 9. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

S. trifasciata terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

a

b

c

d

e

f

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

76

Lampiran 10. Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun S. trifasciata terhadap

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun

S. trifasciata terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v ekstrak etanol daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

f

e

d

c

a

b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

77

Lampiran 11. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata terhadap

Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Perasan Daun

S. trifasciata terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v perasan daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v perasan daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v perasan daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v perasan daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

f

c

b

a

e

d

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

78

Lampiran 12. Hasil Uji Antibakteri Perasan Daun S. trifasciata terhadap

Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dengan Metode Sumuran

Foto Uji Antibakteri Perasan Daun

S. trifasciata terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Keterangan :

A : Kontrol positif, Burnazine® (perak sulfadiazine) 10 %

B : Konsentrasi 100 % v/v perasan daun S. trifasciata

C : Konsentrasi 75 % v/v perasan daun S. trifasciata

D : Konsentrasi 50 % v/v perasan daun S. trifasciata

E : Konsentrasi 25 % v/v perasan daun S. trifasciata

F : Kontrol negatif, DMSO 5%

e

d

c

f

a

b

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

79

Lampiran 13. Analisis Statistik

A. Uji normalitas

3. Ekstrak etanol daun S. trifasciata

S. aureus

Case Processing Summary

perlakuan Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

zona hambat

0 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

1 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

2 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

3 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

4 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

5 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

Tests of Normalitya,c,d

perlakuan Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

zona hambat

1 .385 3 . .750 3 .000

2 .385 3 . .750 3 .000

5 .253 3 . .964 3 .637

a. zona hambat is constant when perlakuan = 0. It has been omitted.

b. Lilliefors Significance Correction

c. zona hambat is constant when perlakuan = 3. It has been omitted.

d. zona hambat is constant when perlakuan = 4. It has been omitted.

= p < 0.05, artinya memiliki distribusi tidak normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

80

3. Perasan daun S. trifasciata

S. aureus

Case Processing Summary

kelompok

perlakuan

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

zona

hambat

0 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

1 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

2 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

3 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

4 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

5 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

Tests of Normalitya,b,c,d

kelompok

perlakuan

Kolmogorov-Smirnove Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

zona

hambat

4 .385 3 . .750 3 .000

5 .385 3 . .750 3 .000

a. zona hambat is constant when kelompok perlakuan = 0. It has been omitted.

b. zona hambat is constant when kelompok perlakuan = 1. It has been omitted.

c. zona hambat is constant when kelompok perlakuan = 2. It has been omitted.

d. zona hambat is constant when kelompok perlakuan = 3. It has been omitted.

= p < 0.05, artinya memiliki distribusi tidak normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

81

P. aeruginosa

Case Processing Summary

perlakuan Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

zona hambat

0 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

1 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

2 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

3 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

4 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

5 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

Tests of Normalitya,b,c,d

perlakuan Kolmogorov-Smirnove Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

zona hambat 4 .385 3 . .750 3 .000

5 .385 3 . .750 3 .000

a. zona hambat is constant when perlakuan = 0. It has been omitted.

b. zona hambat is constant when perlakuan = 1. It has been omitted.

c. zona hambat is constant when perlakuan = 2. It has been omitted.

d. zona hambat is constant when perlakuan = 3. It has been omitted.

= p < 0.05, artinya memiliki distribusi tidak normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

82

B. Uji kruskal-Wallis

1. Ekstrak etanol daun S. trifasciata

S. aureus

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank

zona hambat

1 3 8.67

2 3 8.33

3 3 5.50

4 3 5.50

5 3 12.00

Total 15

Test Statisticsa,b

zona hambat

Chi-Square 6.179

df 4

Asymp. Sig. .186

a. Kruskal Wallis Test

3. Grouping Variable:

perlakuan

= menunjukkan p > 0,05 , artinya tidak memiliki perbedaan aktivitas

antibakteri antar kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

83

2. Perasan daun S. trifasciata

S. aureus

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank

zona hambat

1 3 6.00

2 3 6.00

3 3 6.00

4 3 8.33

5 3 13.67

Total 15

Test Statisticsa,b

zona hambat

Chi-Square 11.056

df 4

Asymp. Sig. .026

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

perlakuan

= nilai p < 0,05, artinya paling tidak terdapat perbedaan antivitas

antibakteri antara dua kelompok. Maka dari itu dilanjutkan dengan uji Post Hoc

(uji Mann-Whitney) antara egativ egative dan konsentrasi yang memberikan

aktivitas antibakteri (25%).

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

zona hambat

0 3 3.00 9.00

4 3 4.00 12.00

Total 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

84

Test Statisticsa

zona hambat

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 9.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700b

a. Grouping Variable: kelompok perlakuan

b. Not corrected for ties.

= p > 0,05, artinya egativ egative dan konsentrasi 25% memberikan

hasil berbeda tidak bermakna.

P. aeruginosa

Kruskal-Wallis Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank

zona hambat

0 3 7.50

1 3 7.50

2 3 7.50

3 3 7.50

4 3 10.67

5 3 16.33

Total 18

Test Statisticsa,b

zona hambat

Chi-Square 12.736

df 5

Asymp. Sig. .026

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

= nilai p < 0,05, artinya paling tidak terdapat perbedaan antivitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

85

antibakteri antara dua kelompok. Maka dari itu dilanjutkan dengan uji Post Hoc

(uji Mann-Whitney) antara egativ egative dan konsentrasi yang memberikan

aktivitas antibakteri (25%).

Mann-Whitney Test

Ranks

perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

zona hambat

0 3 3.00 9.00

4 3 4.00 12.00

Total 6

Test Statisticsa

zona hambat

Mann-Whitney U 3.000

Wilcoxon W 9.000

Z -1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .317

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .700b

a. Grouping Variable: perlakuan

b. Not corrected for ties.

= p > 0,05, artinya egativ egative dan konsentrasi 25% memberikan

hasil berbeda tidak bermakna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

86

Lampiran 14. Hasil Uji Tabung Kandungan Fitokimia

No Senyawa

fitokimia

Perlakuan Hasil Gambar

Ekstrak etanol daun S. trifasciata

1 Saponin Uji busa

1 ml ekstrak

tanaman + 5

ml aquadest

dikocok

(+) :

terbentuk

busa setinggi

1 cm.

Tidak

terbentuk

busa

Hasil

negatif

2 Alkaloid Uji Mayer

2 ml ekstrak

tanaman + 2

ml HCl + 3

tetes reagen

Mayer. (+) :

terdapat

endapan

warna hijau

atau putih

Tidak

terdapat

endapan.

Hasil

negatif

Kontrol

Perlakuan

Kontrol

Perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

87

3 Flavonoid Uji asam

sulfat

3 ml

ekstrak + 1

ml H2SO4

(+) : warna

orange

Uji

natrium

hidroksida

3 ml

ekstrak + 1

ml NaOH

(+) : warna

kuning

Uji asam

sulfat

Terbentuk

warna

hitam

pekat.

Hasil

negatif

Uji

natrium

hidroksida

Terbentuk

warna

kuning.

Hasil

positif.

Uji asam sulfat

Uji natrium hidroksida

4 Tanin Uji FeCl3

1 ml

ekstrak + 2

ml FeCl3

(+) : warna

biru tua

atau hijau

kehitaman

Uji dengan

larutan

gelatin

3 ml

ekstrak +

Uji FeCl3

Warna

menjadi

cokelat.

Hasil

negatif.

Uji

dengan

larutan

gelatin

Tidak

terdapat

Uji FeCl3

Kontrol Perlakuan

Kontrol Perlakuan

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

88

10 ml air

dipanaskan

Saring 5

ml + 1 ml

NaCl 2%

disaring

+ 5 ml

gelatin 1%

(+) : ada

endapan

endapan.

Hasil

negatif

Uji dengan larutan gelatin

Perasan daun S. trifasciata

1 Saponin Uji busa

1 ml ekstrak

tanaman + 5

ml aquadest

dikocok

(+) :

terbentuk

busa setinggi

1 cm.

Tidak

terbentuk

busa. Hasil

negatif.

Kontrol

Perlakuan

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

89

2 Alkaloid Uji Mayer

2 ml ekstrak

tanaman + 2

ml HCl + 3

tetes reagen

Mayer. (+) :

terdapat

endapan

warna hijau

atau putih

Tidak

terdapat

endapan.

Hasil

negatif.

3 Flavonoid Uji asam

sulfat

3 ml

ekstrak + 1

ml H2SO4

(+) : warna

orange

Uji

natrium

hidroksida

3 ml

ekstrak + 1

ml NaOH

(+) : warna

kuning

Uji asam

sulfat

Terbentuk

warna

orange.

Hasil

positif

Uji

natrium

hidroksida

Terbentuk

warna

kuning

kehijauan.

Hasil

positif

Uji asam sulfat

Kontrol Perlakuan

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

90

Uji basa

4 Tanin Uji FeCl3

1 ml

ekstrak + 2

ml FeCl3

(+) : warna

biru tua

atau hijau

kehitaman

Uji dengan

larutan

gelatin

3 ml

ekstrak +

10 ml air

dipanaskan

Saring 5

ml + 1 ml

NaCl 2%

disaring

+ 5 ml

gelatin 1%

Uji FeCl3

Warna

menjadi

cokelat.

Hasil

negatif

Uji

dengan

larutan

gelatin

Tidak

terdapat

endapan.

Hasil

negatif

Uji FeCl3

Perlakuan

Kontrol

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

91

(+) : ada

endapan

Uji dengan larutan gelatin

Fraksi etil asetat daun S. trifasciata

1 Saponin Uji busa

1 ml ekstrak

tanaman + 5

ml aquadest

dikocok

(+) :

terbentuk

busa setinggi

1 cm.

Tidak

terbentuk

busa. Hasil

negatif.

Kontrol

Perlakuan

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

92

2 Alkaloid Uji Mayer

2 ml ekstrak

tanaman + 2

ml HCl + 3

tetes reagen

Mayer. (+) :

terdapat

endapan

warna hijau

atau putih

Tidak

terdapat

endapan.

Hasil

negatif.

3 Flavonoid Uji asam

sulfat

3 ml

ekstrak + 1

ml H2SO4

(+) : warna

orange

Uji

natrium

hidroksida

3 ml

ekstrak + 1

ml NaOH

(+) : warna

kuning

Uji asam

sulfat

Terbentuk

warna

orange.

Hasil

negatif

Uji

natrium

hidroksida

Terbentuk

warna

kuning

kehijauan.

Hasil

negatif

Uji asam sulfat

Uji natrium hidroksida

Kontrol Perlakuan

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

93

4 Tanin Uji FeCl3

1 ml

ekstrak + 2

ml FeCl3

(+) : warna

biru tua

atau hijau

kehitaman

Uji dengan

larutan

gelatin

3 ml

ekstrak +

10 ml air

dipanaskan

Saring 5

ml + 1 ml

NaCl 2%

disaring

+ 5 ml

gelatin 1%

(+) : ada

endapan

Uji FeCl3

Warna

menjadi

cokelat.

Hasil

negatif

Uji

dengan

larutan

gelatin

Tidak

terdapat

endapan.

Hasil

negatif

Uji FeCl3

Uji dengan larutan gelatin

Perlakuan Kontrol

Perlakuan Kontrol

Perlakuan Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

94

Lampiran 15. Uji Penegasan Kandungan Flavonoid dengan Kromatografi Lapis

Tipis (KLT)

Deteksi Ekstrak etanol Perasan

Sinar UV

254 nm

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

S2 : Sampel 2 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 perasan daun

S. trifasciata

S2 : Sampel 2 perasan daun

S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

P

A S2

A

S1

A

P

A

S1

A

S2

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

95

Sinar UV

365 nm

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

S2 : Sampel 2 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 perasan daun

S. trifasciata

S2 : Sampel 2 perasan daun

S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

P

A

S1

A

S2

A

S2

A

S1

A

P

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

96

Uap

amonia

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

S2 : Sampel 2 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 perasan daun

S. trifasciata

S2 : Sampel 2 perasan daun

S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

P

A

S1

A

S2

A P

A

S2

A

S1

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

97

Pereaksi

semprot

FeCl3

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

S2 : Sampel 2 ekstrak etanol

daun S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

Keterangan :

P : Pembanding rutin

S1 : Sampel 1 perasan daun

S. trifasciata

S2 : Sampel 2 perasan daun

S. trifasciata

Fase diam : selulosa

Fase gerak : n-butanol : asam

asetat glasial : air (40 : 10 :

50) v/v

S2

A

P

A P

A

S2

A

S1

A S1

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · saran yang berhubungan dengan skripsi penulis. ... Farmakognosi Fitokimia yang selalu menemani dan saling mendukung untuk

98

BIOGRAFI PENULIS

PALMA APRILIA TALINO BATUAH

lahir pada tanggal 11 April 1992 di Pontianak dari

pasangan Bapak Yulius Jamil dan Ibu Ancela.

Pada tahun 1996 penulis menjalani pendidikan di

TK SUSTER Pontianak, selanjutnya pada tahun

1998 penulis melanjutkan pendidikan di SD

SUSTER Pontianak. Pada tahun 2004 penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Gembala Baik

Pontianak. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3

Pontianak pada tahun 2007. Setelah tamat, pada tahun 2010 penulis diterima

sebagai salah satu mahasiswi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan di

dalam dan luar kampus. Kegiatan dalam kampus yang diikuti seperti panitia

TITRASI (Tiga Hari Bersama Farmasi) pada tahun 2011, ketua panitia Komisi

Pemilihan Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi, dan panitia Donor

Darah JMKI pada tahun 2010. Kegiatan kepanitian di luar kampus yang diikuti

adalah sebagai panitia dalam Dies Natalis Asrama Syantikara ke-60.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI